Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Memahami DIRI Dalam Komunikasi Antarpribadi
Memahami DIRI Dalam Komunikasi Antarpribadi
Memahami DIRI Dalam Komunikasi Antarpribadi
vi
vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii
BAGIAN 1
DIRI: SEBUAH PENGANTAR ................................................................................... 1
Memahami Diri ............................................................................................. 2
Bagaimana Kita Mengetahui Tentang Diri Kita? ............................................ 7
Memahami Diri: Dengan Mempelajari Konsep Diri ..................................... 12
Menilai Diri: Penghargaan Diri .................................................................... 12
Penunjukkan Diri: Manajemen Citra Diri ..................................................... 12
BAGIAN 2
KONSEP DIRI ....................................................................................................... 15
Pengertian Konsep Diri ................................................................................ 15
Bagaimana Konsep Diri Dikembangkan? ..................................................... 21
Kesadaran Dan Manajemen Konsep Diri ..................................................... 22
Karakteristik Dari Konsep Diri ...................................................................... 24
Pembentukan Dan Pengembangan Konsep Diri .......................................... 24
Karakteristik Dan Komponen Dari Konsep Diri ............................................ 27
Penggambaran Citra Diri Kepada Orang Lain .............................................. 30
Konteks Dan Konsep Diri ............................................................................. 31
Konsep Diri .................................................................................................. 32
Harga Diri .................................................................................................... 33
Jenis Konsep Diri ......................................................................................... 33
Teori Tentang Konsep Diri ........................................................................... 35
BAGIAN 3
KESADARAN DIRI ................................................................................................. 39
Pengertian Kesadaran Diri ........................................................................... 39
Mekanisme Pengembangan Kesadaran Diri ................................................ 39
BAGIAN 4
HARGA DIRI ......................................................................................................... 45
Pengertian Harga Diri .................................................................................. 45
Pembentukan Harga Diri ............................................................................. 50
Menghargai Diri: Penghargaan Diri ............................................................. 51
Diri Dan Kebutuhan Interpersonal .............................................................. 54
viii
BAGIAN 5
PENGUNGKAPAN DIRI ......................................................................................... 59
Pengertian Pengungkapan Diri .................................................................... 59
Mengapa Manusia Membutuhkan Pengungkaan Diri? ............................... 61
Prinsip Pengungkapan Diri .......................................................................... 65
Keuntungan Melakukan Pengungkapan Diri ............................................... 68
Resiko Pengungkapan Diri ........................................................................... 69
Dimensi Dalam Pengungkapan Diri ............................................................. 73
Elemen Dari Pengungkapan Diri .................................................................. 73
Fungsi Dari Pengungkapan Diri ................................................................... 76
Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkaan Diri ........................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 85
INDEKS ................................................................................................................ 89
GLOSARIUM ........................................................................................................ 91
TENTANG PENULIS .............................................................................................. 97
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 1
agaimana ketika anda diminta untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan siapa anda? dalam konteks apa anda akan
menyampaikan tentang diri anda?. Dalam situasi tertentu
mungkin anda akan menyampaikan tentang profesi anda, tentang
status pribadi anda, atau anda akan menceritakan diri anda sebagai
penikmat aliran musik tertentu. Mengapa diri menjadi penting dalam
kajian komunikasi terlebih dalam dimensi komunikasi antarpribadi?.
Kita dapat beranjak dari perbincangan tentang hakikat komunikasi
antarpribadi yang mempersyaratkan adanya kehadiran pribadi-
pribadi. Penyebutan pribadi seringkali diwakili dengan diri.
Membicarakan tentang diri dalam konteks komunikasi antarpribadi
akan dimulai dengan fokus pada aspek fundamental dari diri: konsep
diri, kesadaran diri, penghargaan diri, dan pengungkapan diri. Dalam
tulisan selanjutnya anda mungkin akan menemukan keterhubungan
antar aspek tersebut dan bahkan pada beberapa dimensi akan saling
tumpang tindih. Dalam setiap pembahasan tentang aspek dari diri
akan terlihat bagaimana diri menjadi dimensi yang mempengaruhi
dan dipengaruhi dalam komunikasi kita (Solomon & Theiss, 2013).
B
2 | Yuliana Rakhmawati
MEMAHAMI DIRI
Apakah kita dapat menentukan bagaimana orang lain akan
mempersepsikan tentang diri kita?apakah tampilan yang kita berikan
dalam pengembangan citra memberi pengaruh dan merefleksikan
cara pandang kita pada diri kita sendiri?. Pernahkah ketika anda
merubah persepsi diri dan pengalaman komunikasi bersamaan
dengan berubahnya penampilan (cara anda berpakaian, bertindak,
atau berbicara?). Gambar berikut akan memberi gambaran tentang
persepsi diri berhubungan erat dengan bagaimana kita
merepresentasikan diri kita kepada orang lain.
Penilaian tentang diri kita turut dan dibentuk oleh komunikasi
antarpribadi kita. Ketika kita mengeksresikan kepribadian, tujuan-
tujuan, dan nilai dalam setiap interaksi antarpribadi yang anda jalani.
Melalui komunikasi antarpribadi kita mengungkapkan diri kepada
orang lain. Pada saat yang bersamaan pesan yang anda terima dari
orang lain turut mempengaruhi bagaimana anda melihat diri anda.
Dengan melakukan komunikasi dengan orang lain kita belajar tentang
apakah kita termasuk pribadi yang menarik, lucu, menyenangkan,
intelek, dan mendapatkan cukup respek dari orang lain.
Sumber: https://id.pinterest.com/pin/306596687135769963/
Gambar 1.1 Interaksi dalam komunikasi antarpribadi
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 3
Diri merupakan bagian dalam manusia yang memiliki dua bentuk
sebagai sebagai subjek (I) dan sebagai objek (me). Konsep tentang diri
tersebut disampaikan dalam teori interaksi simbolik dari George
Herbert Mead (Blumer, 1969). Diri tidak terjadi dengan sendirinya
tetapi melalui proses dibentuk dan ditampilkan yang lebih dalam
tentang diri, kita akan mampu memberikan peranan secara lebih aktif
dalam mendukung identitas kita dan identitas dari orang lain.
Sumber: https://id.pinterest.com/pin/306596687135769963/
Gambar 1.2 Identitas dalam komunikasi
Pengalaman pribadi dan interaksi yang perah kita jalani
sebenarnya menyediakan infromasi yang penting tentang siapa diri
kita. Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, sering tanpa kita
sadari sebenarnya kita sedang mengamati perilaku diri sendiri dan
menerima umpan balik dari bagaimana orang lain melihat kita.
Keseluruhan pengetahuan anda tentang diri anda disebut sebagai
konsep diri. Termasuk didalamnya adalah ingatan tentang
pengalaman dan capaian-capaian, penampilan fisik dan karakteristik
yang membedakan kita dengan orang lain. Kita menyukai dan tidka
menyukai sesuatu, perasaan tentang diri kita, serta pengalaman
komunikasi kita dengan orang lain. Apa yang kita ketahui dan
bagaimana kita mempercayai akan jadi apa diri kita.
Diri memiliki karakteristik, setiap diri adalah unik, beberapa
kualitas umum dimiliki oleh setiap diri. Tetapi pada sebagian lain
4 | Yuliana Rakhmawati
hanya dimiliki orang pribadi-pribadi tertentu. Berikut beberapa
karakteristik yang melekat pada setiap individu :
1. Diri bersifat subjektif. Konsep diri sangat subjektif hanya orang
yang memiliki diri yang memahami siapa dirinya. Meskipun
kadang kita mempersepsikan tentang diri kita berbeda dengan
persepsi dari orang lain kepada kita. Bias dapat saja terjadi
ketika kita menganggap bahwa kita adalah teman yang baik,
memiliki selera humor yang tinggi, pekerja keras padahal orang
lain melihatnya dengan cara berbeda. Konsep diri kita
merefleksikan bagaimana kita melihat diri kita, tetapi tidak
menjadi determinan bagi refleksi orang lain kepada diri kita.
Bisa yang kita lakukan menjadi tendensi dalam
menginterpretasikan informasi bagaimana kita secara konsisten
melihat bagaimana diri kita. Bayangkan ketika kita menerima
hasil nilai ujian dengan skor lebih tinggi atau lebih rendah dari
biasanya. Mungkin kita akan merasa bahwa ada yang salah
dengan standar skor atau ada yang kurang tepat dalam
pemahaman anda atas soal.
Salah satu aspek subjektif dari diri yang lain adalah
kepercayaan diri yang menggambarkan bagaimana seseorang
memberi nilai dan penghargaan pada dirinya. Rosenberg (1989)
dalam (Devito, 2013) membuat pertanyaan untuk mengukur
penghargaan diri pada seseorang dengan menjawab beberapa
indikator pertanyaan seperti:
1. Saya merasa puas dengan diri saya sebagai sebuah
keseluruhan
2. Pada saat tertentu saya merasa tidak begitu pandai
3. Saya merasa memiliki banyak kemampuan lebih
4. Saya dapat melakukan yang orang lain lakukan
5. Seringkali saya merasa tidak berharga
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 5
6. Saya berharap saya memiliki respek terhadap diri saya
sendiri
7. Saya merasa bahwa saya telah gagal
Penghargaan diri anda akan mempengaruhi bagaimana
anda berkomunikasi. Pada sebagian individu yang memiliki
penghargaan diri rendah akan lebih suka memilih aktivitas
individual dan menyendiri. Sedangkan pada individu yang
memiliki kepercayaan diri tinggi akan cenderung melakukan
aktivitas yang lebih terbuka.
2. Diri memiliki banyak konteks. Terdapat banyak sisi dari konsep
diri yang mencerminkan peran dan hubungan dalam beragam
aspek dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebut saja Putri seorang
ibu rumah tangga, yang juga seorang wanita karier, aktif dalam
bidang sosial, dan organisasi. Ketika menjalani profesinya
sebagai ibu rumah tangga, Putri memiliki tujuan, kemampuan,
dan keterbatasan dalam melakukannya. Sementara pada dimensi
yang lain kondisi tersebut dapat berlaku juga. Kemampuan
mengembangkan semua kemampuan dalam setiap dimensi
mungkin akan sulit dilakukan pada saat bersamaan. Tetapi ketika
individu memiliki kompleksitas konsep diri akan relatif lebih kuat
menghadapi depresi karena pada beberapa konsep diri sudah
mengalami berbagai pengalaman negatif dan mampu
menjadikannya sebagai referensi dalam berfikir dan bersikap.
Bermacam aspek dari konsep diri anda dapat saling melengkapi
ketika memiliki satu tujuan atau nilai bersama.
3. Aspek dari diri dapat lebih atau kurang terlihat. Meskipun pada
beberapa aspek diri dapat dilihat oleh orang lain, tetapi pada
sebagian aspek lainnya kita mencoba untuk menyimpannya
sebagai informasi pribadi atau bahkan kita tidak menyadarinya
bahwa kita memiliki aspek tersebut. Dalam kajian tentang diri,
terdapat beberapa konteks jenis diri mulai dari yang dapat
6 | Yuliana Rakhmawati
dilihat orang lain sampai yang tidak dapat dilihat orang lain atau
bahkan disembunyikan.
Informasi yang
anda ketahui
tentang diri anda
Informasi tentang
diri anda yang tidak
anda ketahui
Informasi
tentang
diri anda
yang
diketahui
orang lain
Diri Terbuka
Informasi tentang
anda yang anda
sadari dan anda
bagikan dengan
orang lain
Diri Buta
Informasi tentang
diri anda yang orang
lain sadari tetapi
anda justru tidak
menyadarinya
Informasi
tentang
diri anda
yang tidak
diketahui
orang lain
Diri Tersembunyi
Informasi tentang
anda yang anda
sadari tetapi anda
menjaganya dari
orang lain
Diri Tidak Diketahui
Informasi tentang
anda yang anda dan
orang lain tidak
menyadarinya
Gambar 1.3 Jendela Johari
4. Diri merupakan entitas dinamis. Meskipun konsep diri memiliki
banyak aspek, hanya aspek tertentu yang digunakan pada situasi
tertentu. Itulah mengapa aspek dari diri berlaku secara dinamis.
Aspek tersebut dapat berubah sesuai dengan konteks ruang,
waktu, dan situasi. Informasi dominan yang berlaku pada kondisi
tertentu disebut sebagai konsep diri bekerja.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 7
BAGAIMANA KITA MENGETAHUI TENTANG DIRI KITA?
Menjadi pribadi yang mampu mengenali diri sendiri menjadi
penting dalam pembangunan hubungan dan komunikasi. Ketika kita
memahami tentang beragam sumber yang dapat membentuk konsep
diri, maka kita akan menjadi lebih menyadari dan mengurangi bias
dalam memandang diri kita. Sebagai contoh ketika kita menjadi
pengajar, apakah kita sudah menjadi pengajar yang baik?profesional
atau justru termasuk pengajar yang kurang menarik dan tidak
suportif?, bagaimana kita mengetahui tentang diri kita. Dirujuk dari
Josep DeVito terdapat beberapa indikator untuk kita mengenali diri
kita seperti disampaikan dalam Gambar 1.4 berikut:
Sumber: (Devito, 2013)
Gambar 1.4 Sumber dari pengetahuan akan diri
Pengamatan kepada diri sendiri. Pengalaman pertada dalam
pikiran dan perilaku menjadi sumber penting dalam pembentukan
konsep diri. Pada realitanya, tidak ada seorangpun yang mengetahui
tentang diri kita kecuali diri kita sendiri. Berdasarkan pengamatan diri
sendiri, kita dapat memberikan penilaian kepada diri kita. Kita dapat
menilai apakah kita seorang anak yang baik dalam keluarga adalah
dengan melihat bagaimana kita memperlakukan anggota keluarga
disepanjang kehidupan dalam keluarga kita.
Perilaku diri
Pera
n so
sial
Perb
an
din
ga
n
sosi
al
Umpan balik dari orang lain
Konsep diri
8 | Yuliana Rakhmawati
Peran sosial. Sumber dari pengetahuan tentang diri lainnya
adalah dengan menjalankan beragam peran berbeda yang kita jalani
dalam kehidupan sosial keseharian. Peran sosial apat menjadi
referensi bagaimana kita memberikan konsep pada diri kita. Peran
sosial merujuk kepada posisi yang kita dapatkan dari respek dari
orang lain dalam kehidupan sosial. Misalkan peran sebagai ibu rumah
tangga akan ditentukan oleh hubungan yang dijalani dalam keluarga,
peran sebagai pekerja akan ditentukan oleh hubungan yang anda
jalani dengan rekan kerja, atasan, atau bawahan. Peran sebagai istri
atau suami akan ditentukan oleh bagaimana hubungan yang dijalani
sebagai pasangan. Setiap peran memberikan konsekuensi
seperangkat perilaku yang akan ditampilkan sebagai karakter dan
setiap peran sosial akan membantu kita untuk belajar tentang diri kita
sendiri.
Perbandingan sosial. Konsep diri juga diproduksi oleh
perbandingan sosial, yaitu sebuah proses membandingkan diri kita
dan orang lain untuk mendapatkan wawasan tentang kemampuan
dan sifat kita. Setiap manusia memiliki perbedaan kualitas, kita melihat
orang lain untuk membandingkan. Perbandingan yang kita lakukan
akan mempengaruhi bagaimana kita membangun konsep diri kita.
Meskipun tidak dapat dipungkiri perbadingan yang kita lakukan dapat
berujung pada bias dengan kecenderungan untuk memilih
perbandingan dengan orang lain pada posisi sosial yang relatif sama.
Atau kadang kita membandingkan diri kita dengan orang yang sekira
memiliki posisi di bawah kita untuk mendapatkan kepercayaan diri.
Meskipun dapat dilihat bahwa proses perbandingan tidak sepenuhnya
objektif, dengan proses ini kita mendapatkan wawasan tentang diri
kita ketika berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan kita.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 9
Umpan balik dari orang lain. Kita mendapatkan pengetahuan
tentang diri kita dengan menerima pesan dan umpan balik ketika
berkomunikasi dengan orang lain. Pengetahuan tentang diri kita
dapat dihasilkan dari interaksi dengan orang-orang tertentu, misalnya
ketika kita mendapatkan komentar tentang perilaku atau sifat kita dari
orang lain. Pengetahuan ini tidak didapatkan dengan dialog khusus
tetapi secara umum kita amati dari perilaku orang dan komentarnya
kepada kita pada sepanjang kita berinteraksi dengan banyak orang.
Cara pandang ini sering disebut sebagai generalisasi orang lain, atau
persepsi mental kepada orang lain yang dapat kita gunakan untuk
menilai diri kita sendiri. Tetapi selalu bahwa dalam proses ini juga
menyisakan subjektivitas atas penilaian. Bias penilaian tersebut dapat
terjadi karena beberapa hal, seperti: kita lebih sering memberikan
apresiasi pada informasi yang kita dapatkan dari orang yang dekat
dengan kita, kita akan cenderung lebih memberi perhatian pada
umpan balik hanya ketika kita menginginkan perubahan dan
ketidakpastian dalam kehidupan, kadang kita memberikan taksiran
terlalu tinggi untuk persepsi orang lain yang setuju dengan kita, kita
membuat konsep diri berbasis apa yang kita yakini pada pikiran orang
lain tentang kita bukan pada pikiran sebenarnya versi orang lain
kepada kita.
Konsep diri menjadi bagian pengembangan kemampuan
akademis dan emosional pada anak di usia remaja. Hasil riset
menunjukkan bahwa konsep diri yang positif membawa
individu dapat melakukan kontrol sosial dengan lebih baik.
Kontribusi pola asuh keluarga dan kontrol diri terbukti
berpenagurh signifikan terhadap motivasi belajar. Sedangkan
variabel konsep diri tidak memiliki kontribusi secara parsial
pada motivasi belajar (Komsi, Hambali, & Ramli, 2018 ). Riset
yang lain menunjukkan bahwa terdapat pengaruh konsep diri
terhadap motivasi prestasi belajar dan pengaruh locus of
control terhadap motivasi berprestasi (Sujadi, 2018).
10 | Yuliana Rakhmawati
Setiap manusia memiliki konsep diri yang unik dan menarik, tetapi
secara umum cara kerja diri dapat diamati untuk cara bekerjanya.
Berdasarkan sumber pengetahuan yang kita dapatkan dari uraian di
atas, maka dapat disampaikan beberapa strategi untuk
mengembangkan konsep diri kita.
1. Mencari situasi yang dapat memperkuat aspek dari diri.
2. Berperilaku sesuai dengan apa yang anda inginkan.
3. Kembangkan kepercayaan diri dengan beberapa metode
seperti dengan memahami kekuatan dan kelemahan diri kita,
mencoba merubah negatif label tentang diri kita menjadi
sesuatu yang lebih positif, coba amati lingkungan kita,
bertindak dengan penuh percaya diri meskipun sebenarnya kita
tidak sedang dalam kondisi yang maksimal.
Memahami diri tidak dapat dilepaskan dengan konsep tentang
identitas (Hill, Watson, & Rivers, 2007). Ketika kita berkomunikasi
dengan orang lain, pesan yang kita produksi menunjukkan
penyingkapan sebagian dari diri kita dan kita perlihatkan kepada
orang lain. Citra yang kita tunjukkan kepada orang lain dlam beragam
pesan yang kita sampaikan merupakan konsep dari identitas.
Perbedaan cara pandang setiap individu pada dirinya sendiri
mempengaruhi bagaimana kita berkomunikasi. Dan tentu saja akan
berpengaruh pada perilaku komunikasi dan cara kita menunjukkan
identitas. Bagaimana kita menunjukkan diri kepada orang
lain?menurut Kory Floyd (Floyd, 2011) kita dapat menunjukkan diri
dengan melakukan manajemen citra. Perlu diingat bahwa konsep diri
merupakan cara pandang diri kita terhadap diri kita sendiri. Ketika kita
melakukan komunikasi antarpribadi, bagaimanapun kita memiliki
tujuan agar orang lain melihat kita sebagaimana kita ingin dilihat dan
direspon. Pada satu kesempatan kita ingin dikenal dan dipersepsi
sebagai pribadi yang bersahabat, hangat, dan senang bergaul.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 11
Sedangkan dalam konteks yang lain kita ingin orang lain mengenali
kita sebagai pribadi yang tegas, disiplin, dan langsung pada tujuan.
Dalam proses kita ingin menunjukkan tentang diri kita kepada orang
lain dibutuhkan manajemen citra. Beberapa prinsip dalam
pengelolaan citra antara lain:
1. Manajemen citra merupakan aktivitas kolaboratif. Sampai pada
batas tertentu, pengelolaan citra merupakan proses individual.
Citra diri merupakan hak dari diri sendiri. Tetapi dalam konteks
tertentu kita sebenarnya mendapatkan pengaruh dari orang lain.
Ketika orang lain menerima citra yang anda sajikan, orang lain
akan cenderung berperilaku kepada anda sesuai dengan citra
diri yang disajikan. Pun dapat terjadi sebaliknya, ketika orang
lain tidak menyetujui potret diri yang anda sajikan maka mereka
akan merespon dan bertindak kepada anda tidak sesuai dengan
yang anda harapkan.
2. Pengelolaan citra dilakukan pada beragam identitas. Tidak
semua hubungan akan mengenal citra diri yang sedang kita
persentasikan. Sebagai teman, maka mungkin hanya citra
sebagai teman yang akan diketahui oleh lingkaran pertemanan
kita. Sebagai pekerja, citra diri sebagai sejawat, atasan, atau
bawahan yang hanya diketahui oleh lingkungan pekerjaan kita.
Pada beberapa jenis konteks tertentu seperti kondisi disable
yang berbeda dengan orang kebanyakan kita sengaja
melakukan manajemen citra agar kondisi kita yang
sesuangguhnya tidak diketahui oleh orang lain.
3. Manajemen citra adalah sesuatu yang kompleks. Manajemen
citra melibatkan proses yang kompleks, karena seringkali kita
sedang memperjuangkan tujuan tertentu dalam menjalin
interaksi dengan orang lain. Proses tersebut membuat diri
seringkali melakukan demanding pada umpan balik yang kita
inginkan dari orang lain. Padahal dalam konteks ini, diri
sebenarnya menyadari bahwa repson orang lain terhadap kita
bukanlah sesuatu yang dapat ditentukan.
12 | Yuliana Rakhmawati
MEMAHAMI DIRI: DENGAN MEMPELAJARI KONSEP DIRI
1. Konsep diri terdiri dari persepsi tentang diri anda. Konsep diri
juga memiliki banyak dimensi, sebagian subjektif, stabil tetapi
dapat dirubah.
2. Kepribadian, budaya dan peran jender dapat menjadi refleksi
dalam perbandingan sosial dari konsep diri.
3. Monitoring diri dan pemenuhan harapan menjadi dua jalur
dimana konsep diri membentuk perilaku komunikasi
(Hutchinson, 2013).
MENILAI DIRI: PENGHARGAAN DIRI
1. Harga diri adalah penilaian subjekti dari diri atas nilai dan
keberhagaan diri. Memiliki penghargaan diri yang tinggi akan
memberikan banyak manfaat sekaligus kewajiban dalam konteks
yang lain.
2. Kelompok etnisitas mengembangakn pola penghargaan diri
yang beragam.
3. Manusia membutuhkan kontrol, inklusi, dan afeksi. Penghargaan
diri dipengaruhi dari pemenuhan kebutuhan tersebut dalam diri.
PENUNJUKKAN DIRI: MANAJEMEN CITRA DIRI
1. Citra diri terdiri dari bagaimana anda ingin orang lain
mempersepsi anda. Sebagian besar orang mengatur beragam
citra dari yang kolaboratif sampai dalam bentuk yang kompleks.
2. Manusia memiliki tiga kebutuhan citra diri: citra kebersamaan
(kolektivitas), citra otonomi, dan citra kompetensi. Perilaku yang
tidak sesuai dengan kebutuhan citra diri menjadi tindakan yang
mengancam (Hutchinson, 2013).
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 13
Riset review
Hasil riset empiris menunjukkan bahwa kepemimpinan
karismatik atau transformasional membawa pengaruh
kepada para pengikutnya. Meskipun terdapat banyak versi
dari teori kepemimpinan terhadap peningkatan konsep diri
pengikut. Seorang pemimpin yang karismatik – dalam
persepktif teori motivasional – dapat menjelaskan kontribusi
dalam memebri efek transformasional kepada pengikutnya.
Teori ini menyediakan argumentasi bahwa kepemimpinan
karismatik memberi efek dalam meningkatkan konsep diri
dan etos pada pengikut untuk menyelesaikan misi dari
pimpinan (Shamer, House, & Arthur, 1993).
14 | Yuliana Rakhmawati
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 15
PENGERTIAN KONSEP DIRI
idak dapat dipungiri bahwa setiap individu memiliki citra
tentang dirinya, yang disebut sebagai konsep diri. Konsep diri
merupakan perpaduan antara perasaan dan pikiran tentang
kekuatan dan kelemahan, kemampuan dan batasan, aspirasi dan cara
pandang kita terhadap dunia (Hutchinson, 2013). Konsep diri terbagi
kedalam empat bagian: (1) citra diri orang lain yang diungkapkan
kepada anda, (2) perbadingan yang anda buat dengan orang lain, (3)
tradisi dalam budaya anda, (4) bagaimana anda memaknai dan
melakukan evaluasi pada pikiran dan perilaku anda sendiri.
1. Citra orang lain. Menurut Charles Horton Cooley (1922) dalam
(Hutchinson, 2013) mengemukakan tentang konsep melihat
cermin (looking glass self), ketika kita menginginkan seperti
apakah diri kita maka kita akan membutuhkan cermin dalam
bentuk citra perlakuan yang diberikan orang lain dalam
memperlakukan dan bereaksi kepada kita. Kita mungkin akan
cenderung terlihat spesial pada kehidupan orang-orang yang
penting dalam kehidupan kita. Sebagai orang dewasa mungkin
kita akan dikenal sebagai teman yang baik, pasangan yang
hangat, atau kolega yang suportif. Ketika respon seperti ini
penting bagi anda, maka kita cenderung memiliki citra diri yang
T
16 | Yuliana Rakhmawati
positif dan direfleksikan pada perilaku orang lain kepada kita,
ketika sebaliknya yang terjadi kemungkinan anda akan
cenderung melihat citra diri yang negatif (Siljanovska &
Stojcevska, 2018).
2. Perbandingan sosial. Cara lain untuk mengembangkan konsep
diri adalah dengan membandingkan diri anda dengan orang
lain. Ketika kita mendapatkan wawasan tentang bagaimana
kompetensi atau efektif-nya kita maka kita bisa melihat
bagaimana lingkungan pergaulan kita. Ketika kita menginginkan
merasa baik, maka kita cenderung membandingkan dengan
orang lain yang memiliki posisi dibawah kita. Sedangkan ketika
kita menginginkan penilaian yang akurat dan objekti maka kita
cenderung membandingkan diri dengan orang lain yang
memiliki posisi yang relatif sama dengan kita.
3. Lingkungan budaya. Melalui lingkungan terdekta seperti
keluarga kita mempelajari tentang keyakinan, nilai-nilai, sikap,
Terapi Pygmalion
Riset tentang menggunakan looking glass self
dalam re-integrasi pelaku kejahatan. Setelah
melakukan kejahatan, dengan terapi efek pygmalion,
para konselor menggunakan komunikasi teraupetik
untuk memberi “cermin” kepada diri klien untuk
menjadi bagian kembali dari masyarakat. Konselor
menjadi cermin yang akan memberikan gambaran
tentang sisi baik dari klien yang dapat digunakan
untuk membangun fikiran positif. Penggunaan
metode self-help ini dianggap berhasil, karena
sebagian besar konselor merupakan orang-orang
yang sudah pernah juga menjalani terapi sejenis
(Maruna, Lebel, Mitchell, & Naples, 2004)
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 17
dan media komunikasi, tentang konsep sukses, tentang agama,
kebangsaan, dan bahkan cara pandang kita terhadap dunia.
Prinsip-prinsip etis yang harus kita pegang ketika kita sudah
dewasa dan dalam kerja profesional semua dapat dipelajari
dalam keluarga (Erez & Eraly, 1993). Pembelajaran dalam
keluarga seperti ini dapat menjadi indikator dalam kita
memahami tentang diri. Dengan menerima pesan-pesan yang
positif dalam keluarga, kita akan cenderung memiliki kontribusi
yang positif dalam pembangunan konsep diri. Begitu juga
sebaliknya ketika ada bagian dari nilia-nilai yang anda pelajari
dalam keluarga dan tidak dapat anda lakukan, maka akan
cenderung memberi kontribusi negatif pada pengembangan
konsep diri.
4. Evaluasi diri. Beragam cara digunakan orang lain untuk menilai
citra diri kita berdasarkan apa yang kita lakukan, reaksi kita
terhadap perilaku kita sendiri dengan melakukan pemaknaan
dan evaluasi dan ini yang membantu kita membentuk konsep
diri kita.
Sumber : freepik
Gambar 2.1 Identitas dalam media sosial
18 | Yuliana Rakhmawati
Komunikasi antarpribadi dimula dengan anda dan pemahaman
anda tentang diri anda. Siapa anda?bagaimana anda berhubungan
dengan orang lain?. Apakah yang dimaksud dengan diri dalam
kontkes diriku?jawaban dari pertanyaan ini membuat anda harus
berkomunikasi dan membangun hubungan dengan pemahaman yang
kuat pada siapa diri anda dan apa yang dapat anda tawarkan dalam
hubungan tersebut.
Pertanyaan tentang konsep diri dapat dimulai dengan
mempertanyakan “siapa aku”. Kalimat apa yang akan anda pilih untuk
menggambarkan diri anda?. Semua dari kita memiliki perangkat ide-
ide tentang siapa dirinya dengan konteks dinamis atau stabil. Seperti
misalnya untuk menggambarkan suasana hati yang dinamis “saya
Pada usia menjelang remaja, kesadaran diri
sudah mulai dibangun melalui significant others
(teman sepermainan, guru, dan tokoh idola). Pola
tersebut sejalan dengan internalisasi yang terjadi
pada nilai-nilai dan norma dari masyarakat. Dalam
tahapan ini citra diri akan dimiliki dengan dimensi
emosional, referensi antarpribadi seperti sifat
individu. Dalam rentang usia ini tema tentang harga
diri juga mulai dikembangkan. Bagaimana individu
mulai memberi nilai pada dirinya berdasarkan
pengukuran relatif yang dilakukan pada citra diri
sewaktu anak-anak dan diri ideal seperti yang
diharapkan. Individu yang memiliki penghargaan diri
yang rendah cenderung diindikasikan dengan
kesenjangan yang panjang antara citra diri dengan
diri idealnya. Beberapa sikap yang mungkin dilakukan
oleh individu dengan penghargaan diri rendah
adalah: melakukan penghindaran, kompensasi
dengan perilaku arogan, motivasi yang rendah, dan
resistensi (Alpay, 2020)
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 19
merasa senang hari ini” atau untuk menggambarkan kepribadian yang
relatif stabil “saya adalah orang yang bahagia”. Konsep diri lebih
mendekati kepada poin yang kedua yaitu komposisi stabil pada ide-
ide tentang siapa anda. Konsep diri merupakan identitas, pemahaman
tentag siapa diri anda. Konsep diri memiliki tiga karakteristik penting
yaitu: terdiri dari beragam aspek, sebagian subjektif, dan bertahan
tetapi dapat dirubah.
1. Konsep diri terdiri dari beragam aspek. Kita menentukan konsep
diri dalam beragam cara. Sebagian mencirikan pada identitas
pribadi seperti nama, kewarganegaraan, agama, atau kesukaaan.
Sebagian lagi mengidentifikasikan diri pada kapasitasnya
misalnya saya seorang editor bersertifikat, saya seorang dokter
bedah sekaligus konsultan. Atau sebagian lain akan
mendeskripsikan dirinya dengan sifat seperti saya adalah
seorang yang penyayang, saya adalah orang penyabar, atau saya
adalah orang yang tidak mudah terprovokasi. Setiap bagian dari
deskripsi tersebut merupakan bagian dari konsep diri seseorang,
dan ini menjadikan konsep diri individu memiliki banyak aspek.
2. Sebagian dari konsep diri bersifat subjektif. Sebagian dari
konsep diri kita dibentuk oleh identitas obektif misalnya tinggi
badan, berat badan, diagnosa etnisitas kita. Identitas objektif
dibentuk dengan fakta dan bukan opini baik opini diri kita
pribadi maupu opini orang lain. Tetapi pada sebagian lain
menjadi subjektif, dimana kita mengembangkan konsep diri
berbasis pemahaman kita tentang bagaimana kita ingin
diperlakukan oleh orang lain. Misalnya atas tinggi badan
(objektif) kita yang 170 cm dengan berat badan 56 kg kita
meyakini bahwa kita adalah perempuan yang cantik dan
menarik. Pelabelan cantik dan menarik ini menjadikan konsep
diri menjadi subjektif karena indikator penilaian berdasarkan
opini baik opini kita pribadi maupun umpan balik dan respon
dari orang lain atas kondisi objektif kita tersebut.
20 | Yuliana Rakhmawati
3. Konsep diri bertahan kuat tetapi dapat dirubah. Pada sebagian
besar pengembangan konsep diri berlangsung secara lambat
sepanjang hidup. Seperti yang dapat kita lihat banyak faktor
yang mempengaruhi bagaimana konsep diri dikembangkan,
seperti karena tampilan biologis, bagaimana kita dan dimana
kita dibesarkan, dan dengan orang-orang seperti apa kita
menghabiskan waktu kita selama ini. Semua faktor tersebut dan
faktor lainnya mempengaruhi terhadap pemahaman tenang diri
dan tidak mudah untuk berubah. Tetapi bukan berarti tidak
dapat berubah, bagaimanapun respon terhadap perkembangan
pada peristiwa penting dalam kehidupan dapat emmeberi
pengaruh pada konsep diri seseorang. Sepanjang hidup,
manusia merasa kadang memiliki perasaan lebih positif atau
kadang cenderung negatif. Konsep diri yang sehat bersifat
fleksibel dan dapat berubah ketika terjadi perubahan dalam
(Jackson & Harke, 1990) menyebutkan bahwa individu
dengan komitmen yang kuat terhadap hubungan dapat
menjadi indikasi pada identitas yang stabil dan jelas. Dalam
pembangunan komitmen, individu mampu
mengidentifikasikan pola dari model harapan dan figur
contoh dari masyarakatnya. Kemampuan ini disebut sebagai
‘copying’. Model ini menjadi tipologi, sebagai kategorisasi
pada subjek pada proses pengembangan identitas.
Lingkungan menjadi determinan dalam proses ini. Terdapat
dua dimensi lingkungan yang berpengaruh: (1) eksplorasi
atau kemungkinan dan alternatif dari kondidi krisis termasuk
didalamnya adalah area pekerjaan, politik, agama, peran
jender dan seksualitas, dan (2) komitmen pada alternatif
yang dipilih. Subjek dalam pencapaian mengikuti periode
eksplorasi. Subjek dalam moratorium akan menjalani
eksplorasi dan memiliki komitmen tentatif.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 21
lingkungan. Meskipun ini tidak berarti bahwa setiap peristiwa
penting dalam hidup akan perlu untuk merubah konsep diri
individu secara simultan tetapi ini menjelaskan bahwa
pergeseran dalam konsep diri seseorang sering diidentikkan
dengan tahap perkembangan dalam fase kehidupan yang
dijalani. Secara umum, konsep diri akan lebih stabil ketika
memasuki usia dewasa artinya perubahan yang terjadi tidak
secara dramatis.
BAGAIMANA KONSEP DIRI DIKEMBANGKAN?
Tidak ada seorangpun dari kita yang dilahirkan dengan konsep
diri. Artinya adalah konsep diri merupakan sesuatu yang perlu
dibangun dan dipelajari. Beberapa faktor yang membantu dalam
pengembangan konsep diri yaitu: kepribadian dan penampilan
biologis, budaya dan peran jender, refleksi pengakuan, dan
perbadingan sosial.
1. Kepribadian dan kondisi biologis. Merupakan bagian penting
dalam konsep diri adalah kepribadian, sebuah pola yang
membantu anda untuk berpikir dan berperilaku pada beragam
situasi. Tetapi terdapat sifat dari kepribadian yang akan dominan
pada diri seseorang yang akan dikeluarkan ketika berperilaku.
Sebagian aspek dari kepribadian tidak dapat diragukan lagi
dipengaruhi oleh dimana kita dan bagaimana kita dibesarkan.
Kondisi biologis juga mempengaruhi dalam pembentukan
kepribadian. Kepribadian cenderung mulai terbentuk ketika
masa anak-anak, tetapi ketika ada keinginan untuk merubah
meskipun di usia dewasa masih dimungkinkan berubah.
2. Budaya dan peran jender. Cara kita memandang diri kita juga
dipengaruhi oleh budaya dimana kita dibesarkan dan peran
jender yang kita mainkan. Perbedaan budaya akan memebntuk
perbedaan individu dalam membentuk konsep diri. Seperti
individu yang dibesarkan dalam lingkungan individualistik atau
22 | Yuliana Rakhmawati
kolektivisme akan membentuk apakah ada kecedenrungan
individualistik atau kolektivisme. Jender juga menjadi hal
penting dalam pembentukan konsep diri. Sebagai hasil dari
konstruksi sosial, ide-ide tentang pria maupun wanita harus
menjadi bagian dari pemikiran dan perilaku (Hill, Watson, &
Rivers, 2007).
3. Penilaian refleksi. Sepanjang pertumbuhan, individu bertemu
dengan lingkungan terdekat yang memberikan refleksi dari
perilaku. Refleksi yang diberikan oleh orang sekitar kita turut
mempengaruhi bagaimana kita memandang diri kita. Semasa
usia kecil ketika individu diperlakukan dengan rasa sayang dan
perhatian, dia akan mengembangkan konsep diri yang relatif
positif atas dirinya. Sebaliknya ketika anak dibesarkan dalam
lingkungan yang tidak suportif, maka kecenderungan yang
terjadi dalam pembentukan konsep dirinya juga akan cenderung
negatif.
4. Perbandingan sosial. Dalam pengembangan konsep diri,
melakukan perbandingan sosial menajdi salah satu aspek.
Kelompok terkecil yang sering memberikan evaluasi dan
karakteristik individu disebut sebagai kelompok referensi.
KESADARAN DAN MANAJEMEN KONSEP DIRI
Menjadi komunikator yang terampil membutuhkan kesadaran
pada konsep diri dan manajemen pengaruhnya untuk perilaku. Dua
cara yang sering digunakan untuk menjelaskan pengaruh konsep diri
dalam membentuk perilaku komunikasi adalah pengawasan diri dan
teori pemenuhan prediksi pribadi (self fulfilling prophecy) (Floyd,
2011).
1. Pengawasan diri. Konsep ini merujuk kepada kesadaran individu
tentang bagaimana dia terlihat dan didengar dalam
mempengaruhi orang lain. Pada individu yang memiliki
kesadaran monitoring tinggi akan memberi perhatian kepada
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 23
bagaimana reaksi orang terhadap dirinya dan menggunakan
reaksi tersebut untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan.
Sebaliknya individu yang memiliki kesadaran pengawasan diri
rendah akan cenderung tidak memperdulikan reaksi orang lain
atas sikap dan perilakunya.
2. Teori pemenuhan prediksi pribadi. Setiap individu memiliki
harapan pada peristiwa, kejadian, atau respon orang lain. Pikiran
dari diri yang memberi harapan positif akan cenderung
membawa perilaku yang positif dan memberi pengaruh yang
positif pada pikiran dan perasaan. Sebaliknya harapan yang
cenderung negatif akan cenderung juga membawa pikiran dan
perilaku negatif. Misalnya: kita memiliki teman kuliah yang suka
memberikan donasi kepada sessamanya. Pada satu kesempatan
kita bertemu kembali dan harapan kita pada teman yang suka
berdonasi ternyata terpenuhi. Ketika kita sedang ngobrol
dengan teman kita, dia dengan tidak canggung memberikan
sejumlah uang kepada pengamen jalanan. Sebaliknya ketika kita
sudah mempunyai harapan negatif kepada orang, misalnya
teman yang suka pinjam uang dan tidak mengembalikan, ketika
kita bertemu harapan negatif tersebut dapat terjadi.
Kadangkala harapan kita mempengaruhi bagaimana
perilaku komunikasi kita. Pun sebaliknya orang lain juga memiliki
harapan pada komunikasi yang dilakukannya kepada kita. Tetapi
yang perlu diingat bahwa tidak cukup hanya dengan memiliki
harapan pada peristiwa atau komunikasi yang positif maka
kemudian akan terjadi sesuatu yang positif. Teori ini juga
mempersyaratkan adanya usaha (effort) untuk pemenuhan
harapan tersebut. Pikiran dan perilaku positif menjadi satu
kesatuan dalam mengembangkan komunikasi yang positif
dengan orang lain.
24 | Yuliana Rakhmawati
KARAKTERISTIK DARI KONSEP DIRI
Menurut Lane Shelley (Lane, 2010) merujuk kepada bagaimana
kita mempersepsi diri kita sendiri. Dalam kajian komunikasi, konsep
diri dibentuk, dipelihara, dan berubah karena interaksi dengan orang
lain. Ini artinya konsep diri menjadi fenomena sosial yang dipengaruhi
oleh hubungan sosial kita. Beberapa orang membawa pengaruh
dalam pembentukan diri kita melalui bagaimana mereka memberikan
komentar kepada kita? Meskipun pada waktu yang bersamaan
sebenarnya komentar kita untuk orang lain turut memberi pengaruh
kepada konsep diri orang lain tersebut. Komentar yang diberikan
mungkin tidak secara langsung bertujuan untuk memberi pengaruh
kepada kita, tetapi kadangkalan pesan ditangkap oleh kita atau orang
lain dan mempengaruhi konsep dirinya. Menurut Lane Shelley
terdapat lima kluster besar sifat yang dapat mempengaruhi konsep
diri: ekstrovert vs introvert, protagonis vs antagonis, terbuka vs
tertutup, neurotik vs stabil, teliti vs tidak terarah. Termasuk dalam
kluster ini secara spesifik sifat seperti mudah bergaul, spontan, egois,
rela berkorban, tidak tergantung, curiga, mudah terluka, dan tidak
peduli.
PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN KONSEP DIRI
Pada sebagian budaya, hubungan, jender, dan refleksi diri
membantu dalam pembentukan dan pengembangan dari diri. Teori
interaksi simbolik yang dikembangkan oleh George Herbert Mead
pada tahun 1920an menyatakan bahwa cara pandang kita terhadap
diri kita dipengaruhi kepada siapa kita berkomunikasi. Dua proses
menyebutkan dua proses yang terjadi: Efek Pygmalion dan
perbadingan sosial. Efek pygmalion. Memberikan gambaran
bagaimana orang disekitar kita yang penting bagi kita (significant
others) mempengaruhi konsep diri kita. Sedangkan perbandingan
sosial memberi pengaruh pada pembangunan diri kita. Ketika kita
membadingkan kemampuan matematika kita dengan teman kuliah
kita, sebenarnya kita sedang melakukan perbandingan sosial.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 25
Perbandinagn sosial menyediakan pengetahuan tentang diri kita
dalam mengukur diri terhadap orang lain. Beberapa riset memberi
gambaran tentang perbadingan sosial menjadi determinan penting
dalam persepsi diri.
Selayaknya komunikasi mempengaruhi konsep diri kita sebaliknya
pula konsep diri kita mempengaruhi bagaimana kita berkomunikasi
dengan orang lain. Konsep diri dapat ditempatkan dalam jenjang dari
hubungan yang sehat atau kuat sampai pada level tidak sehat atau
lemah. Konsep diri yang sehat dapat dihasilkan dari pengakuan pada
kekuatan dan kelemahan, dengan bentuk penerimaan pada pujian
dan melakukan sudut pandang bertahan ketika berhadapan dengan
orang lain. Konsep diri yang tidak sehat dihasilkan dari persepsi yang
tidak realistis pada kekuatan dan kelemahan kita.
Teori perbandingan sosial memiliki dua
proposisi dihubungkan dengan proses psikologis
dalam diri: (1) individu melakukan evaluasi pada
opini dan kemampuan dengan melakukan
perbandingan dengan opini dan kemampuan dari
orang lain, (2) individu cenderung memilih orang
lain yang sama untuk dibandingkan. Perbandingan
sosial kemudian menjadi proses interpersonal,
dimana individu mengevaluasi opini dan
kemampuan dengan perbandingan dari opini yang
diekspresikan oleh orang lain. Meskipun
menggunakan pola membadingkan, tetapi proses
ini bukan merupakan proses kelompok. Fokus dari
teori ini adalah keterlibatan individu dalam evaluasi
diri. Pola ini tidak terjadi dengan sendirinya
melainkan dilakukan dengan sengaja oleh individu.
Festinger membuat beberapa kontribusi
eksperimental pada psikologis sosial (Goethals &
Darley, 1987).
26 | Yuliana Rakhmawati
Konteks tersebut sering dilakukan dengan: merendahkan
kekuatan diri, mempunyai pencapaian yang sangat tinggi, tidak
berhasil menghargai kesuksesan diri, dan (justru) mengharapkan
orang lain mempersepsi negatif pada diri. Beebrapa orang cenderung
melakukan kritik kepada diri dengan keras, hal ini dilakukan karena
melakukan refleksi diri lebih mudah daripada harus menerima kritik
dari orang lain. Indivisu dengan konsep diri yang tidak sehat mungkin
juga akan meninggikan pencapaian untuk menutupi ketidakamanan
(insecure) dan ketidakmampuan (inadequacy). Secara umum
pengetahuan tentang hubungan natara konsep diri dan komunikasi
antarpribadi dapat menjadi motivasi pada penguatan kapasitas
kompetensi komunikasi (Sass, 1994). Membuat tujuan yang realistis
pada sebuah hubungan dapat meningkatkan konsep diri dan
meningkatkan motivasi kita untuk berkomunikasi. Konsep diri tidak
terjadi secara instan tetapi juga tidak dapat dirubah dengan instan.
Pembuatan tujuan yang realistis pada diri akan membantu ketika
tujuan tidak tercapai, maka kita tidak akan terlalu kecewa.
Mempelajari tentang konsep diri juga akan membantu kita
memberi perhatian pada bagaimana kita mempersepsi diri kita. Kita
cenderung untuk mempersepsi diri kita secara subjektif dan kadang
mengarah pada persepsi yang negatif. Salah satu metode yang dapat
digunakan untuk menilai konsep diri yang subjektif adalah dengan
melakukan inventarisasi mental dari bakat dan kekuatan diri kita.
Bakat merupakan karakteristik non-moral yang biasanya melekat dan
otomatis dalam diri individu. Misalnya ketika memiliki kemampuan lari
cepat dalam keterampilan olah raga. Meskipun bakat dapat direkayasa
tetapi pengembangan yang dapat dilakukan relatif kecil. Sedangkan
kekuatan adalah sifat moralitas seperti integritas, kebaikan, dan
ketulusan. Menurut (Seligman, 2002) terdapat dua puluh empat
kekuatan yang dapat dikembangkan dari diri.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 27
Tabel 2.1 Kekuatan individu
Nilai Kekuatan
Kebijaksanaan
dan pengetahuan
Keingintahuan/ketertarikan pada dunia,
menyukai belajar, pemikiran kritis, pikiran
terbuka, orisinalitas, kecerdasan praktis,
kecerdasan jalanan, kecerdasan sosial,
kecerdasan individu, sudut pandang
Keberanian Keebranian, ketekunan, integritas,
keaslian, kejujuran
Kemanusiaan dan
kasih sayang
Kebaikan dan kemurahatian, kasih sayang
dan memberikan hak orang lain untuk
disayangi
Keadilan Kewarganegaraan, kewajiban, kerja tim,
loyalitas, keadian dan kecukupan,
kepemimpinan
Temperamen Kontrol diri, kehati-hatian, diskresi,
perhatian, kerendahhatian, kebaruan
Transedental Penghargaan pada keindahan dan
keunggulan, bersyukur, harapan dna
optimisme, positif ke depan, spiritualitas,
religiusitas, pengampuan dan permintaan
maaf, humor, antusiasme.
Sumber: Martin E.P Seligman
KARAKTERISTIK DAN KOMPONEN DARI KONSEP DIRI
Konsep diri dipenagurh oleh karakateristik yang kita miliki dan
memiliki banyak komponen. Karaketristik dan komponen
berhubungan dengan konsep diri termasuk adalah citra diri dan
penghargaan diri. Dimensi alamiah yang menunjukkan hubungan
antara konsep diri dan pengungkapan diri beserta karakter
subjektifnya.
28 | Yuliana Rakhmawati
1. Citra diri dan penghargaan diri.
Konsep diri memiliki aspek-aspek yang terorganisir pada
keyakinan dan evaluasi kita terhadap diri kita dalam konteks yang
mempengaruhi kita. Seperti yang pernah disampaikan bahwa
konsep diri dipengaruhi oleh aspek yang dimiliki oleh individu
(kekuatan dan kelemahan, sifat dan kepribadian) dan bagaimana
kita melakukan evaluasi pada karaketristik. Konsep diri berada
pada posisi teratas dengan citra diri dan kepercayaan diri sebagai
pembentuknya. Seperti dalam bagan 2.1 berikut:
Bagan 2.1 Aspek konsep diri
Citra diri merujuk pada deskripsi dimana kita ingin
menunjukkan karakater yang kita yakini ada pada diri kira. Citra
diri kita termasuk didalamnya adalah peran sosial kita, kata yang
kita gunakan untuk mendeskripsikan diri kita, dan bagaimana kita
mempercayai bagaimana orang lain mempercayai kita. Citra diri
juga melibatkan bagaimana orang lain melihat diri kita.
Kadangkala kita menggunakan komentar orang lain untuk
mengevaluasi persepsi diri kita, dan mereka memberi peluang
pada diri kita untuk merubah persepsi pada apa dan siapa diri
kita.
Penghargaan diri. Merupakan evaluasi pada diri tergantung
pada apa yang kita persepsikan sebagai bagaian atau keseluruhan
hal yang kita hargai. Penghargaan diri akan berlangsung
bersamaan dengan citra dri didalamnya termasuk nilai atau
Konsep diri
Citra diri Penghargaan diri
Konteks
budaya
Konteks
hubungan
Konteks
jender
Konteks
individu
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 29
kepentingan yang kita tempatkan pada karakteristik yang kita
percayai.
2. Persepsi bersifat multidimensional. Meskipun individu
cenderung untuk melihat diri sebagai satu kesatuan, para teoretisi
menyampaikan beragam kompenen pembentuknya. Konsep diri
dapat secara simultan dipersepsikan sebagai mental dan fisik
selayaknya dimensi privat dan dimensi publik. Konsep mental kita
dapat terdiri dari persepsi-persepsi kita terhadap bagaimana
kecerdasan kita dan asumsi pada seberapa kuat diri kita. Diri fisik
kita terdiri dari persepsi pada tubuh dan bagaimana kondisi fisik
kita mamu menarik orang lain. Sedangkan diri privat kita terdiri
dari beragam persepsi diri yang tidak ingin kita bagikan pada
orang lain, sebaliknya diri publik adalah bagian dari diri kita yang
dapat diungkap kepada orang lain. Komponen yang lain dari diri
adalah kepribadian, karakter, peran sosial, dan prinsip moral kita.
Meskipun konsep diri bersifat multidimensional, sebagian orang
percaya bahwa konsep diri akan stabil dan sulit untuk berubah.
Sumber: wartaprodi ilmu komunikasi
Gambar 2.3 Diri ketika memasuki usia dewasa
3. Dipengaruhi oleh pengungkapan diri. Pengungkapan diri
merupakan keiginnan untuk berbagi informasi tentang diri kita
kepada orang lain. Bukan hanya pengungkapan diri berhubungan
30 | Yuliana Rakhmawati
dengan pengembangan hubungan antarpribadi tetapi juga
dengan persepsi diri. Kita mungkin akan memilih untuk
melakukan penyingkapan pada sebagian informasi tentang diri
kita dan memilih untuk menyimpan sebagiannya untuk diri
sendiri. Reaksi dari pengungkapan diri yang kita lakukan dapat
mempengaruhi bagaimana kita mempersepsikan tentang diri kita.
4. Berdasarkan pada informasi subjektif. Konsep diri kita tidak
dibangun oleh akal data objektif. Dimungkinkan konsep diri kita
terdistorsi dan tidak tepat. Terkadang justru kita memberikan
negatif persepsi pada diri kita padahal sebenarnya kita
mempunyai kekuatan untuk melakukan banyak hal.
PENGGAMBARAN CITRA DIRI KEPADA ORANG LAIN
Citra diri bukan hanya tentang bagaimana kita mempersepsikan
tentang konsep diri tetapi juga melibatkan bagaimana kita ingin
orang lain mempersepsi diri kita. Dalam konteks komunikasi
antarpribadi hal ini sering disebut juga sebagai manajemen impresi
atau manajemen identitas. Citra berhubungan dengan perilaku yang
kita anggap mempengaruhi kita karena orang lain mempersepsi kita
dalam cara-cara tertentu. Ketika kita ingin menunjukkan citra santai,
kita mungkin akan mengenakan pakaian santai dan sepatu sport serta
kita menyapa orang dengan “hai”. Begitu juga ketika kita ingin
menunjukkan citra profesional maka kita akan memakai pakaian resmi
dengan membatasi kata-kata yang akan disampaikan.
Citra diri dapat dirawat dengan menggunakan kerja citra
(facework). Sebuah mekanisme komunikasi untuk menghindari dari
dipermalukan karena citra diri yang tidak sesuai dengan konteks atau
mengembalikan citra diri yang telah negatif. Menjadi salah satu
bagian aspek dari kompetensi komunikasi. Secara khusus kerja citra
diri dapat dilakukan dengan beberapa mekanisme, seperti:
1. Mengabaikan tindakan yang mengancam citra diri, seperti
menutupi eksalahan atau bertindak seakan-akan tidak ada yang
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 31
terancam, untuk meminimalisir dipermalukan atau
ketidakpedulian.
2. Memberi respon dengan humor- seorang yang memiliki selera
humor dapat mengurangi ketegangan dan mekanisme
pelanggaran bukanlah hal yang serius.
3. Menawarkan permintaan maaf untuk mengakui kesalahan dan
mencari pendamaian.
4. Berkomunikasi dengan memberikan penjelasan untuk
memiminalisiri tanggung jawab atau untuk melakukan justifikasi
pada perilaku.
5. Melakukan aktivitas fisik untuk mengurangi perilaku yang sudah
terlanjur dilakukan.
Konsep diri kita dimana dimana didalamnya termasuk
citra diri dan penghargaan diri, secara signifikan memberi
pengaruh kepada bagaimana kita berkomunikasi dengan
orang lain. Konsep multidimensional ini dipengaruhi oleh
pengungkapan diri, bersifat subjektif, dan menjadi dasar pada
citra diri yang ditunjukkan kepada orang lain. Konsep diri juga
dipengaruhi oleh budaya, keluarga, teman, dan rekan kerja,
jender, harapan tertentu dari kita, keyakinan, sikap, dan bilai-
nilai. Dengan kata lain beragam aspek menjadi pembentuk
konsep diri
KONTEKS DAN KONSEP DIRI
Perspektif menjadi aktivitas mental yang penting dalam
mempengaruhi persepsi pada kompetensi komunikasi (Jones, 2006).
Sebagai contoh, kita mungkin memiliki pengalamanan dengan orang
yang bertato sebagai penjahat. Ketika bertemu dengan orang bertato,
kemungkinan memori kita akan memanggil informasi tentang tato
tersebut. Memahami pengaruh budaya, hubungan, jender, dan
konteks individu dalam membentuk konsep diri dan perilaku
32 | Yuliana Rakhmawati
komunikasi dapat membantu kita menciptakan pesan dan umpan
balik yang sesuai dengan konteks (Berko, Aitken, & Wolvin, 2010).
Apakah anda pernah mengidentifikasikan identitas diri pada
budaya politik dan ekonomi dominan di negara anda?. Mungkin anda
akan mempersepsi budaya yang dekat dengan anda secara signifikan
dibandingkan dengan budaya dominan dalam membentuk identitas
anda. Siapa kita dan bagaimana kita melihat diri kita dipegaruhi bukan
hanya oleh budaya dominan dimana kita tinggal tetapi juga budaya
penyerta dimana kita membentuk identitas.
Budaya dominan. Kita belajar bahwa tidak ada budaya yang
secara ekslusif individualis atau kolektivis tetapi lebih kepada saling
bersinggungan (MacKinnon & Heise, 2010). Pada budaya kolektivisme,
identitas didasarkan pada keanggotaan kelompok, seperti keluaga
atau organisasi pekerjaan. Tidak seperti budaya individualis, anak-
anak diajar untuk menjadi mandiri. Budaya penyerta dalam budaya
dominan seperti kelompok etnisitas juga mempengaruhi konsep diri
dan komunikasi. Identitas etnisitas didasarkan kepada tradisi umum,
nilai asli, dan sejarah asal. Identitas etnik juga melingkupi
pengetahuan terhadap kelompok tertentu dan berbagi pengalaman
pada anggota-anggotanya (MacKinnon & Heise, 2010).
KONSEP DIRI
Konsep diri memberi panduan dalam perilaku seseorang.
Bagaimana individu terlihat oleh orang lain akan menentukan
bagaimana dia berperilaku dan membuat pilihan dalam
kehidupannya. Terutama untuk menentukan sejauhmana harga
dirinya. Ini berarti bahwa perasaan kita tentang diri kita akan
mempengaruhi bagaimana kita berkomunikasi dengan orang lain.
Ketika konsep diri melibatkan kepercayaan diri-perasaan memiliki
kompetensi atau keyakinan diri- dapat mempengaruhi secara efektif
dan positif pada kepribadian seseorang.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 33
HARGA DIRI
Identitas diri membedakan satu individu dengan individu lainnya
(Erez & Early, 1993). Pendekatan humanis memiliki keyakinan bahwa
kondisi tersebut berhubungan dengan harga diri, atau sebuah
kesadaran bahwa kita berbeda dengan orang lain dan kita
mengeksresikan kesadaran tersebut dalam pola yang produktif
ataupun tidak produktif. Dengan mengembangkan dan mendorong
individualitas ini kita mampu menentukan identitas diri. Sebaliknya,
secara langsung melakukan konfrontasi dengan sudut pandang dan
hasrat dari orang lain akan menjadi pola yang merusak pada identitas
diri. Manusia memiliki kemampuan atas pilihan bebas dan dapat
melakukan determinasi pada pola hidup mereka. Termasuk
didalamnya adalah kebebasan untuk melihat bagaimana anda ingin
dilihat oleh orang lain. Dengan derajat harga diri yang anda
kembangkan, dimana anda mengenali diri anda dan mampu menilai
diri anda, meskipun hal ini tidak selalu berlangsung permanen (Bosson
& Swan Jr, 2009). Pesan dari orang lain dan interaksi sosial yang kita
lakukan mungkin akan mempengaruhi bagaimana kita berfikir tentang
diri kita, tetapi kita memiliki kemampuan untuk mengubahnya dalam
konteks penguatan harga diri. Dalam hal kontrol atas kualitas
kehidupan manusia, secara umum diakui bahwa pada budaya
Amerika-Eropa mengembangkan konsep harga diri yang tinggi.
Sedangkan pada masyarakat dengan kultur komunal seperti Asia
(Indonesia didalamnya) melihat harga diri yang tinggi justru tidak
terlalu konstruktif dalam mengembangkan hubungan antar pribadi.
JENIS KONSEP DIRI
Untuk menilai apakah kita termasuk pribadi yang sukses atau
belum, orang baik atau sebaliknya, teragntung dari bagaimana kita
memberi penekanan pada keinginan diri untuk menjadi seperti apa.
Terdapat minimal tiga citra dari konsep diri yaitu: diri ideal, diri
sesungguhnya, dan diri seharusnya. Dari perpaduan citra tersebut
34 | Yuliana Rakhmawati
akan membawa pada presentasi dalam bentuk diri publik (Berko,
Aitken, & Wolvin, 2010).
Diri ideal. Merupakan sebuah konstruksi atau persepsi kita pada
diri kita untuk menjadi pribadi yang ideal. Indikator ideal secara
subjektif kita tentukan berdasarkan keinginan kita untuk menjadi atau
mendapatkan sesuatu. Sebagian ahli memandang diri ideal sebagai
diri fantasi. Ketika kita terlalu terjebak dalam masalah, diri ideal akan
menjelma sebagai harapan (utopi) dalam bagian penyelesaian
masalah tersebut. Ketika kita merasa perlu menjadi sukses, kita
mungkin akan bermimpi berada pada posisi puncak di kantor atau
memiliki pasangan hidup yang menurut kita sempurna. Bayangan atas
harapan-harapan tersebut tidak semuanya dapat dicapai tetapi dapat
menjadi bentuk evaluasi diri atas kesuksesan dan kegagalan diri dan
orang lain.
Diri nyata, merupakan bagaimana anda berfikir tentang diri anda
ketika berbicara jujur tentang keinginan, pemikiran, emosi, dan
kebutuhan anda. Ketika anda menyukai diri nyata anda, maka proses
tersebut akan membawa kepada citra diri yang positif. Pada sebagian
besar orang diri nyata akan berubah secara dinamis. Sesekali kita akan
menyukai diri nyata tetapi pada sebagian waktu yang lain kita akan
merasa kurang nyaman.
Diri seharusnya, sebagai salah satu komponen yang terdiri dari
semua yang bersifat seharusnya dan dipandu oleh konstruksi moral.
Standar yang kita gunakan untuk “menantang” menjadi diri
seharusnya datang dari konstruksi pada keluarga, budaya, institusi
pendidikan yang kita ikuti, teman-teman, dan media massa. Diri
seharusnya merepresentasikan standar moral dari masyarakat,
melampaui batas dari diir kita yang biasanya. Ketika kita tidak dapat
mencapai diri seharusnya, kadang kita merasa marah atau kecewa diri
diri. Terminologi seharusnya tidak semata dihasilkan dari interaksi
sosial yang kita jalani emlainkan juga dari permintaan unik dimana
kita menempatkan diri kita. Diri seharunsya merupakan area lain
dimana kita harus sadar terhadap adanya perbedaan budaya. Perlu
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 35
diingat bahwa tidak semua orang berasal dari latar belakang atau
afilisi budaya yang mendekati kita, maka ketika mendapatkan
perbedaan harapan pada diri seharusnya adalah sesuatu yang wajar.
Kita tidak dapat membuat senang semua orang, pun sebaliknya tidak
semua orang dapat menyenangkan sesuai standar penilaian kita.
Diri publik, menjadi bagian dari diri yang kita bagi dengan orang
lain. Diri publik berdasarkan konsep bahwa ketika orang lain percaya
benar atau salah tentang kita kita dapat membuat orang lain
menyukai kita dan menyetujui langkah kita. Bukan sebuah hal yang
mudah untuk menyatukan diri nyata dan diri publik karena kondisi
nyata seringkali membutuhkan manipulasi untuk ditampilkan secara
“cukup” untuk diri publik.
TEORI TENTANG KONSEP DIRI
Pemahaman tentang pentingnya harga diri dan konsep diri bukan
menjadi sebuah kajian yang baru dalam konteks komunikasi
antarpribadi. Untuk menggambarkan dan menjelaskana apa itu
konsep diri, bagaimana bekerjanya, dan hasil dari konsep diri
diperlukan teori. Teori komunikasi (terutama dalam dimensi
komunikasi antarpribadi) telah mengembangkan beberapa teori
tentang diri dan harga diri berdasarkan observasi dan kajian tentang
bagaimana individu secara interpersonal melakukan komunikasi
tentang diri mereka dan apa yang dikomunikasikan dengan orang
lain.
Sebuah teori menyebutkan bahwa diri terdiri dari empat aspek
yang berbeda: dimensi spiritual, dimensi material, dimensi sosial, dan
dimensi fisik. Bagian spiritual merujuk kepada bagaimana kita berfikir
dan perasaaan, sedangkan dimensi material direpresentasikan dalam
bentuk harta dan lingkungan fisik. Dimensi sosial diwakili oleh
interaksi yang kita bangun dengan orang lain, dan fisik menjadi
bentuk dari fisik dari keberadaan individu. Sudut pandang kita dengan
36 | Yuliana Rakhmawati
melakukan pembicaraan diri akan melahirkan persepsi pada empat
aspek diri dan mempengaruhi bagaimana harga diri dikembangkan.
Konsep diri dikembangkan dengan dimensi citra diri, diri ideal,
dan harga diri. Dari hubungan antara tiga aspek tersebut ketika
manusia masih anak-anak melakukan interpretasi dengan
determinasid ari derajat harga diri. Konteks ini berusaha memahami
individu melalui empati dan berdasarkan premis bahwa peristiwa tidak
menjadi determnasi emosi tetapi lebih kepada pemahaman pada
peristiwa. Kemampuan memahami dari permintaan orang lain dan
implikasi pada kemampuan untuk berempati (Lawrence, 2006).
Sumber : (Lawrence, 2006)
Gambar 2.4 konsep payung dari konsep diri
Sedangkan teori yang lain menyarankan bahwa interaksi sosial
menjadi kunci dalam menentukan komunikasi intrapersonal kita. Ide
ini berdasarkan pada pemahaman bahwa konsep diri kita dipengaruhi
oleh orang lain yang penting disekitar kita (significant others) atau
bahkan oleh pesan media. Keluarga menjadi unit terkecil yang
memberikan wawasan dan literatur kepada individu tentang nilai,
identitas, dan konflik. Sejurus ketika individu tumbuh dan
berkembang, perubahan lingkungan turut memberi kontribusi kepada
stabilitas atau bahkan perubahan dalam pengembangan konsep diri.
Konsep Diri
Citra Diri Diri ideal
Harga Diri
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 37
Dalam buku “Psychology Of Self-Concept” (Gana, 2012 ) terdapat
beberapa diseminasi hasil penelitian tentang konsep diri:
- Validasi pada lima hubungan generalisasi kesehatan dengan
konsep diri (Ulrich Wiesmann dkk)
- Kejelasan hubungan dari mahasiswa universitas Hongkong:
Pengukuran dan hubungan pada kesejahteraan psikologis
(Joseph Wu)
- Dampak makna semantik dan valensi dari atribusi konsep diri
pada konsep diri tradisional berbasis skor IATs dan SC-IATs
(Kamel Gama dkk)
- Hubungan antara kecurangan akademis dengan konsep diri
akademis dan persepsi dukungan otonom diantara mahasiswa
China (Joseph Wu dkk)
- Hubungan antara kesenjangan sumber daya diri positif dengan
kesehatan fisik pada kaum lansia : peran moderasi dan mediasi
pada persepsi tua (Kamal Gama dkk)
- Persepsi pada diskriminasi dan konsep diri: Pembuktian
psikologis dan Fisiologis (Julie Spencer-Rodgers dkk)
- Pembangunan konsep diri pada pelajar China (Bick-har Lam)
38 | Yuliana Rakhmawati
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 39
PENGERTIAN KESADARAN DIRI
esadaran diri mewakili bagaimana kita memahami tentang diri
kita. Pengetahuan tentang bagaimana konsep diri kita
dibangun akan meningkatkan kesadaran diri. Semakin kita
mengenali cara pandang diri kita , maka akan semakin kita
mengenali diri kita.
MEKANISME PENGEMBANGAN KESADARAN DIRI
Menurut (Devito, 2013) terdapat beberapa mekanisme untuk kita
dapat mengembangkan kesadaran diri:
1. Membuat pertanyaan kepada diri sendiri. Dengan membuat
pertanyaan seperti “siapa saya?” selama beberapa kali dalam
sehari. Cobalah utnuk tidak selalu membuat jawaban positif atau
jawaban yang diterima dengan umpan balik yang responsif, sila
membuat jawaban spontan yang terlintas dalam pikiran anda
pertama kali. Dengan sebuah kertas buat menjadi dua kolom
(untuk kekuatan dan kelemahan). Untuk setiap kolom sila diisi
dengan kondisi anda saat ini. Dengan dua indikator tersebut
sebagai dasar dari pengembangan diri ke depan.
2. Mendengarkan orang lain. Anda juga dapat belajar tentang diri
anda dengan melihat diri selayaknya orang lain melihat anda.
K
40 | Yuliana Rakhmawati
Dalam kebanyakan interaksi antarpribadi, orang lain akan
memberikan komentar tentang diri anda dengan beragam
pendapat- tentang apa yang sudah anda lakukan, bagaimana
cara anda berbicara, atau bagaimana penampilan anda.
Kadangkala komentar yang diberikan secara langsung, sila mulai
mengamati bagaimana komentar tersebut disampaikan baik
dalam konteks pesan verbal maupun non-verbal yang dilakukan.
3. Secara aktif mencari informasi tentang diri anda. Hal ini perlu
dilakukan untuk mengurangi diri buta anda. Pencarian informasi
tersebut tidak perlu dilakukan secara vulgar lewat pertanyaan-
pertanyaan tentang diri kita kepada orang lain. Tetapi lebih
menggunakan interaksi sehari-hari untuk mendapatkan
informasi tentang diri kita.
4. Melihat sisi lain dari diri anda. Setiap orang lain yang
berinteraksi dengan kita memiliki hubungan antarpribadi dan
cara menilai diri kita secara berbeda. Anda dapat hadir dalam
beragam diri, dan ini dapat dipengaruhi oleh setiap pandangan
yang direfleksikan dalam kehidupan interaksi keseharian.
5. Meningkatkan diri terbuka anda. Ketika anda mulai melakukan
pengungkapan tentang diri anda kepada orang lain maka
sebenarnya anda juga sedang melakukan pengungkapan pada
diri anda sendiri. Dengan membicarakan sesuatu tentang diri
anda kepada orang lain dimungkinkan anda akan mendapatkan
wawasan lain yang dapat digunakan untuk melihat dengan lebih
jernih sesuatu tersebut. Informasi pribadi yang selama ini anda
perkirakan sebagai suatu rahasia dapat menjadi sesuatu yang
justru membanggakan ketika anda mengungkapkannya kepada
orang lain. Dengan melakukan pengungkapan ada kemungkinan
anda mendapatkan dukungan dari orang lain atas informasi
pribadi anda.
Proses mengenal diri dengan pengetahuan dan kesadaran dapat
dilakukan dengan melakukan pembicaraan dengan diri. Dalam ranah
komunikasi sering disebut dengan refleksi diri (self talk). Bagaimana
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 41
kita melakukan self talk?berikut diagram yang disadur dari buku Anne
Hill (Hill, Watson, & Rivers, 2007) tentang bagaimana kerja dari self
talk.
Sumber: (Hill, Watson, & Rivers, 2007)
Gambar 3.1 self-talk
Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa kesadaran diri
dibentuk dengan beragam dimensi dan aspek. Terdapat peristiwa,
lingkungan, budaya dan pengaruh kontektual yang menjadi bagian
dari pembentuk kesadaran diri. Sementara terdapat variabel usia,
jender, jenis kelamin, pendidikan, etnisitas, kelas dan sebagainya
menjadi bagian dari motivasi dalam membentuk kompetensi
komunikasi. Dalam proses tersebut melibatkan tahapan enkoding-
dekoding dari perspektif pengirim dan penerima pesan. Pada satu sisi
kita memiliki kesadaran diri dari pengaruh variabel seperti disebutkan
dalam diagram. Sedangkan di satu sisi komunikasi yang kita lakukan
kepada orang lain turut memberi pengaruh kepada kesadaran diri
orang lain tersebut.
42 | Yuliana Rakhmawati
Terdapat perbedaan yang mencolok pada temuan kesadaran diri
yang positif. Teori mengindikasikan bahwa kesadaran diri objektif
akan cenderung menghindari pernyataan tersebut. Kritik diri, reaksi
awal akan bertahan selama individu berada dibawah paksaan untuk
tetap perhatian pada diri. Secara umum, pengurangan kesenjangan
dapat dimulai dengan perbincangan tentang kesadaran diri objektif
(Wicklund, 1975). Membingkai kesadaran diri dapat dilakukan dengan
melakukan perbandingan sosial. Festinger dalam (Goethals & Darley,
1987) menyampaikan dua proposisi dari proses perbandingan sosial:
(1) individu melakukan evaluasi pada opini dan kemampuan untuk
kemudian dibandingkan dengan opini dan kemampuan dari orang
lain, dan (2) dalam melakukan proses pertama, individu cenderung
memilih individu yang sama untuk dibandingkan.
Proses perbandingan sosial berlangsung sebagai proses
inetrpersonal, ketika individu melakukan evaluasi pada pendapat atau
kemampuan dengan orag lain. Bagaimanapun formula ini,
perbandingan sosial bukan merupakan proses kelompok. Kenapa
individu yang dipengaruhi oleh lingkungan tetapi tidak melakukan
perbandingan sosial sebagai proses kelompok?. Menurut Festinger,
pola ini terjadi dalam dimensi individu, meskipun dalam riset lanjutan
ditawarkan untuk menguji hipotesis ini dengan menggunakan
prosedur pendekatan eksperimental (Goethals & Darley, 1987).
Ketika sedang duduk santai dan menikmati kopi, anda
mendengar dari pembicaraan orang di sebelah anda bahwa
profesi anda dibandingkan dengan profesi lainnya ada di
rangking yang lebih bawah. Reaksi seperti apa yang akan anda
berikan ketika ada yang mencederai identitas sosial anda
(dalam konteks ini identitas sosial dihubungkan dengan
pekerjaan). Ada berbagai kemungkinan respon yang dapat
anda berikan dalam bentuk perilaku. Mulai dari penarikan
identitas di ruang publik atau justru mengkonfrontasi identitas
secara publik.
.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 43
Riset terdahulu menunjukkan bahwa satu faktor yang mendorong
individu untuk meningkatkan keterlibatan pada ingorup-nya adalah
pengalaman pada identitas sosial dan kemmapuan individu
melakukan identifikasi pada kelompoknya. Individu yang memiliki
identifikasi yang kuat kepada kelompoknya menunjukkan respon pada
identitas sosial secara relatif bias. Sebagai anggota kelompok, individu
menjadi prototipe dari kelompoknya dengan asumsi bahwa kelompok
mengembagkan homogenitas, komitmen dalam kelompok, dan
keengganan meninggalkan kelompok (White, Stackhouse, & Argo,
2018 ).
Identififikasi pada kelompok tidak dapat dilepaskan dari
kesaradan diri publik dari individu. Dalam kesadaran publik ini,
individu menjadi sadar atas publisitas yang ditampilkan pada aspek
dari diri. Derajat pada individu memberikan perhatian pada aspek
publik diri memberi peranan penting dalam determinasi pada reaksi
yang diberikan ketika identitas sosial terancam. Ketika individu
memiliki kesadaran diri publik yang tinggi, keinginan untuk
menampilkan citra diri kepada orang lain dilakukan dengan stabil dan
penguatan pada segenap dimensi aspek pilihan identitas.
Kemampuan ini dibangun atas kapasitas melakukan identifikasi pada
informasi negatif tetapi melihatnya dari perspektif aspek diri yang
positif.
44 | Yuliana Rakhmawati
Sumber: Deriska Ayu Felisha 170531100054
Gambar 4.1 komunikasi dalam ruang publik
(White III & et.al, 2017) menuliskan bahwa bias dalam konteks
pengembangan kesadaran diri dimungkinkan terjadi. Hal ini dapat
terjadi karena beberapa alasa seperti latar belakang budaya, afiliasi
politik, pemahaman agama, etnisitas, ras, dan jender. Dalam
membangun kesadara diri perlu dilakukan dengan berbagi
pengalaman latar belakang dan direfleksikan pada pengalaman hidup
yang dikembangkan dari beragam konteks. Tujuan dari berbagi
pengalaman hidup adalah untuk: (1) menguatkan pengetahuan
tentang diri melalui refleksi, (2) mengembangkan kesadaran
kontekstual, (3) memahami hubungan antara perbedaan, privasi, dan
kekuasaan, (4) menemukan diri buta dalam diri kita, dan (5) fokus
pada budaya yang dikonstruksikan.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 45
PENGERTIAN HARGA DIRI
ering juga disebut sebagai self esteem merupakan cara
mengukur pada seberapa berharganya diri kita. Siapa yang
melakukan pengukuran dalam konteks ini?yang melakukan
adalah diri kita sendiri (Reis & Sprecher, 2009). Tetapi tentu saja
dalam proses pengukuran tersebut tidak dapat dilepaskan dari
berbaagi dimensi dan variabel internal dan eksternal termasuk sikap
dan perilaku orang lain kepada kita. Ketika anda memiliki harga diri
yang tingi, anda akan berfikir bahwa anda layak diperlakukan dengan
cara yang lebih baik dan pantas. Sedangkan ketika memiliki harga diri
yang rendah, anda akan cenderung melihat segala sesuatu dari
perspektif negatif.
Ide dasar dibalik harga diri adalah ketika anda merasa baik
dengan diri anda sendiri-tentang bagaimana anda dan kemampuan
anda melakukan sesuatu- anda akan merasa memiliki kinerja yang
lebih baik. Ketika anda berfikir bahwa anda akan sukses, akan
cenderung berperilaku selayaknya orang yang sukses. Sebaliknya,
ketika anda berfikir akan gagal, maka perilaku anda akan cenderung
seperti orang yang gagal. (Devito, 2013) memberi saran pada
peningkatan harga diri dengan memberika pertanyaan paralel dalam
bentuk tes diri (self-test):
S
46 | Yuliana Rakhmawati
1. Lawan keyakinan yang merusak diri. Coba anda tantang diri
anda untuk menghilangkan keyakinan yang negatif dan merusak
dalam diri anda. Karena keyakinan yang negatif akan cenderung
membuat anda tidak produktif dan akan mempersulit anda
untuk meraih tujuan-tujuan. Hilangkan dalam pikiran anda
tentang keyakinan-keyakinan seperti: anda harus menjadi orang
yang sempurna, anda harus menjadi orang yang selalu kuat,
anda harus menyenangkan semua orang, anda harus terburu-
buru, anda merasa selalu bertanggung jawab atas orang lain.
Perangkat keyakinan tersebut menjadi tidak realistik dan
cenderung memberikan standar terlalu tinggi pada diri anda.
Dengan meyakini hal-hal diatas kecenderungan gagal justru
semakin besar. Jadi, sila rubah diri destruktif tersebut dengan
gambaran yang lebih produktif dan melihat dengan diri nyata.
Membuat pilihan bahwa penting untuk menjadi disukai orang
lain, tetapi menjadi bahagian utnuk diri sendiri juga penting.
Menjadi sukses pada satu hal adalah hal yang cukup
membahagiakan tidak harus menjadi super untuk semua hal.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 47
2. Mencari lingkungan pergaulan yang membuat kita berkembang.
Dalam membangun persahabatan atau memilih lingkungan kerja
hal ini menjadi penting dilakukan. Terdapat dua bentuk
lingkungan yang secara umum akan turut mempengaruhi cara
pandang kita terhadap dunia dan persepsi pada diri kita sendiri.
Lingkungan yang berisi orang-orang negatif (noxius) dan
lingkungan yang berisi orang-roang yang positif dan optimistik
(nourishing). Teman dan lingkungan yang nourishing
memberikan kita penghargaan, menguatkan kita, memberi
Harga diri bukan satu-satunya hal yang dapat membuat
bahagia, tetapi menjasi aspek penting dalam mencapai
kebahagiaan. Komedian George Burns (1984) mengamati
bahwa sebagian besar hal yang membuat orang-orang
bahagia — kesehatan, pernikahan, membesarkan keluarga,
menghargai diri sendiri, dll — tidak jatuh ke pangkuan kita,
tetapi harus disahakan. Seperti menumbuhkan kebun,
membangun harga diri melibatkan upaya yang konsisten.
Dalam buku “The Self Esteem-Workbook”, Glenn R Schiraldi
memiliki program untuk mengembangkan kapasitas harga
diri. Dengan memakan waktu sekitar setengah jam sehari,
lebih atau kurang, selama periode 125 hari. Apakah investasi
ini layak? Ketika kita mempertimbangkan seberapa besar
pengaruh harga diri pada kesejahteraan mental dan fisik, baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang, beberapa
upaya tampak lebih berharga. Program yang akan Anda mulai
adalah komponen utama dari "Stres dan Pikiran yang Sehat,"
sebuah kursus telah ditemukan untuk meningkatkan harga
diri sambil mengurangi gejala depresi, kecemasan, dan
permusuhan di antara orang dewasa berusia delapan belas
hingga enam puluh delapan tahun. Meskipun ditujukan untuk
orang dewasa, prinsip dan keterampilan dalam buku ini sama-
sama berlaku untuk remaja dan, ketika sedikit
disederhanakan, anak-anak (Schiraldi, 2001).
48 | Yuliana Rakhmawati
masukan, dan membuat kita merasa nyaman dengan diri kita.
Untuk menguatkan harga diri, kita perlu mencari lingkungan
yang seperti ini. Pada saat yang bersamaan sebaiknya kita
menghindari orang atau lingkungan yang negatif.
3. Mencari projek untuk menghasilkan kesuksesan. Perlu diingat
kesuksesan yang dimaksud tidak selalu dalam bentuk
pencapaian materi atau penghargaan dari orang lain. Yang
dimaksud dengan kesuksesan adalah bahwa anda mampu
memahami diri anda dengan baik dan membangun harga diri
yang tinggi dan positif pada diri anda.
4. Ingatkan diri anda pada pencapaian yang telah anda lakukan.
Menjadi orang yang sukses adalah impian semua orang. Tetapi
tidak perlu menjadi sukses pada semua hal. Mengingat pada
sebagian pencapaian yang telah dilakukan kemudian melakukan
evaluasi atas bagian yang gagal menjadi penting untuk
melakukan perbaikan di kemudian hari. Jadi selalu menjadi
pribadi yang dapat mengambil pelajaran pada semua hal yang
Apakah kita berhak menjadi egois?sebuah pertanyaan
bukan bermaksud untuk menggiring persepsi pada jawaban
bahwa artinya kita berhak mencederai hak orang lain, kita
layak untuk tidak peduli pada penderitaan orang lain, atau
berpendapat bahwa kebaikan dan kedermawanan bukanlah
bagian dari niali-nilai (Branden, 1983).
Dalam konteks tersebut penghargaan diri hadir dengan
istilah keegoisan rasional (rational egoism). Artinya bahwa
memiliki kesadaran diri bahwa dirinya berharga harus
ditempatkan kepada filosofi moral bahwa kesejahteraan dan
kebahagiaan orang lain yang menjadi bagian dari tanggung
jawab kita. Tetapi penempatakn kewajiban tersebut tidak
berlaku dengan fatalisme, harus juga memperhatikan bagian
mana yang layak dapat pengorbanan dan bagian mana yang
tidak layak.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 49
terjadi. Kegagalan bukan menjadi hal yang selalu negatif tetapi
justru dapat menjadi nilai positif ketika kita mampu menjadikan
kegagalan sebagai bagian dari upaya peningkatan pengetahuan
dan keterampilan kita. Sebagian kegagalan tidak perlu untuk
diingat agar juga kita dapat melangkah ke depan. Bagaimana
caranya?adalah dengan membandingkan sebuah kegagalan
dengan pencapaian yang telah kita lakukan. Memanggil kembali
kesuksesan dalam memori akan memberi penguatan secara
intelektual dan emosional. Menyadari bahwa kesuksesan adalah
proses, dan melibatkan pengalaman emosional.
5. Mencari penguatan untuk kebutuhan keamanan. Penguatan
merupakan pernyataan untuk mendukung bahwa sesuatu adalah
benar. Dalam diskusi tentang konsep diri dan kesadaran diri,
kata afirmasi digunakan untuk menyakatan kalimat positif
Evaluasi diri kebanyakan anak kecil biasanya melibatkan
deskripsi perilaku, kemampuan dan preferensi. Mereka
seringkali positif dan tidak realistis cenderung melibatkan
kutub pertentangan baik dan buruk, termasuk perasaan baik
(emosi) dan perasaan buruk. Meskipun ini mungkin tren
umum, penelitian semakin menunjukkan bahwa bahkan anak-
anak yang sangat muda dapat menunjukkan harga diri
rendah jika pengalaman hidup mereka telah menekankan
atribut negatif . Perubahan alami dalam evaluasi diri dapat
dan memang terjadi dalam situasi yang berbeda dan pada
waktu yang berbeda. Perubahan ini mungkin karena jenisnya
peran yang kita coba, suasana hati kita pada saat itu atau
sikap yang berlaku orang-orang penting dalam kehidupan
kita, dan sebagian besar perubahan seperti itu adalah aspek
normal harga diri yang sehat. Namun, beberapa orang
menemukan fluktuasi ini jauh lebih sulit mengatasinya
sehingga evaluasi diri negatif dalam domain tertentu dengan
cepat mempengaruhi harga diri secara dramatis (Plumer,
2007) pot pot harga diri
50 | Yuliana Rakhmawati
tentang diri anda, pernyataan yang benar dan mendukung
tentang diri anda. Disarankan untuk melakukan afirmasi diri
secara berkala dengan memori atas kesuksesan yang telah
dicapai, untuk membuat diri lebih fokus pada kualitas positif,
kekuatan, nilai-nilai yang dapat membuat kita lebih produktif
dan memiliki hubungan yang bermakna dengan sahabat,
pasangan, dan kerabat.
Pernyataan untuk memberikan afirmasi positif pada diri:
(www.coping.org)
- Pernyataan ‘aku’, fokus pada ctra diri- bagaimana anda
melihat diri anda- dengan memberikan penekanan pada
afirmasi positif : aku orang yang berharga, aku orang
yang baik, aku orang yang positif dan sebagainya
- Pernyataan “aku bisa” fokus pada kemampuan seperti
aku dapat menerima masa lalu tetapi juga berhasil untuk
melupakan. Aku dapat belajar untuk menjadi pasangan
yang lebih sensitif. Aku dapat mengetahui bilamanakah
aku pantas mendapatkan sesuatu yang lebih baik.
- Pernyataan “aku akan”, fokus kepada tujuan yang
bermanfaat dan sesuai dengan apa yang ingin anda capai
dan mungkin melibatkan kalimat seperti: aku akan belajar
lebih baik lagi, aku akan menggunakan waktuku lebih
produktif lagi, akau akan menjaga kepercayaan yang
diberikan orang lain, dan sebagainya.
PEMBENTUKAN HARGA DIRI
Merupakan bagian dari sindrom ketidakinginan untuk
berkomunikasi, sejak individu memiliki penghargaan diri yang rendah
(Leung, 2008). Individu seperti ini cenderung mengharapkan orang
bereaksi negatif karena tidak memiliki ragam konsep diri yang
konstektual. Ketika individu memiliki penghargaan diri yang rendah,
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 51
secara umum mereka memiliki kepercayaan diri yang rendah juga, dan
memiliki keyakinan yang bahwa terlibat dalam tema-tema yang
kontroversial adalah dibenarkan. Hasilnya adalah mereka tidak
termotivasi untuk berkomunikasi karena mereka memiliki harapan
gagal dalam menjalankannya. Orang dewasa ditandai dengan
identitas diri yang berkembang. Pada masa tersebut, persepsi diri
dikembangkan dalam menilai kemampuan dalam memilih aktivitas.
Beebrapa persepsi dan harapan merupakan bagian dari konsep diri.
Kenyamanan atas diri sendiri dapat menjadi bagian kontrol dalam
memebri penghargaan diri. Penampilan, lingkungan persahabatan
meberi penagruh pada konsep diri yang positif. Konsep diri negatif
digunakan untuk menjelaskan perilaku menyimpang dan menjadi
penting dalam menggambarkan perilaku kejahatan yang dilakukan
oleh seseorang. Posisi atribusi dari individu –seperti kepribadan atau
kesehatan psikologis- dan variabel situasional akan mempengaruhi
motif dalam berkomunikasi. Strategi dalam mencari informasi dan
pengalihan dalam penguatan kemandirian kita dalam bersikap. Dalam
konteks ini modal sosial memiliki peran dalam membentuk konsep diri
individu. Secara umum, hubungan antara modal sosial dan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi sesuatu
yang ambivalen.
MENGHARGAI DIRI: PENGHARGAAN DIRI
Bagaimana anda merasakan tentang diri anda?apakah anda
merasa nyaman dengan penampilan anda?apakah capaian
anda?kepribadian anda?hubungan anda?. Apakah anda merasa
percaya diri dan merasa bangga dengan siapa diri anda?. Beragam
pertanyaan tersebut dapat menjadi indikator dalam memahami
bagaimana kita memberikan penghargaan pada diri. Penilaian
subjektif yang anda berikan pada beragam dimensi dari diri anda
menjadi bentuk evaluasi pada nilai dan penghargaan anda kepada diri
sebagai manusia (Hutchinson, 2013).
52 | Yuliana Rakhmawati
Beberapa orang memberikan nilai yang terlalu tinggi pada dirinya
karena mekanisme penilaian dilakukan secara subjektif. Dalam
memberikan nilai pada diri (Konijn, 2008) menekankan kepada
kebutuhan inaterpersonal ketika berhubungan dengan penghargaan
diri dan ketika kita berkomunikasi dengan orang lain.
Sedangkan menurut (Floyd, 2011) memberikan nilai pada diri
memberikan keuntungan dan sekaligus kelemahan. Beberapa konteks
yang digunakan untuk mengkomfirmasi kelebihan dan kekuragan
tersebut dapat dilakukan dengan dimensi berikut:
1. Penghargaan diri dan perilaku sosial. Mengembangkan citra diri
yang positif dari diri memberikan pengaruh positif pada perilaku
kita. Bandingkan dengan orang yang memiliki penghargaan diri
Sebuah riset menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
dukungan sosial dan kualitas hidup dari mahasiswa. Dalam
konteks ini, yang dimaksud dengan kualitas hidup adalah prestasi
akademis dalam bentuk indeks kumulatif. Secara khusus penelitian
dilakukan dengan menguji peran harga diri dalam mediasi
hubungan antara dukungan sosial dan pencapaian akademis
sekaligus hubungan antara dukungan sosial dan kelelahan
emosional. Dengan menggunakan sampel mahasiswa 262
hipotesis diuji. Dari hasil analisis korelsi didapatkan bahwa
mahasiswa dengan persepsi dukungan sosial cenderung memiliki
harga diri yang tinggi dan secara konsisten menjadi determinan
dalam hubungan antara dukungan sosial dan penghargaan diri.
Riset tersebut memberi kontribusi pada pembuktian dukungan
sosial berhubungan dengan kualitas hidup mahasiswa dengan
ditunjukkan pada pencapaian akademik dan kelelahan emosional
sebagai indikator. Hasil riset juga menunjukkan kerangka empiris
pada penelitian selanjutnya untuk mendapatkan pemahaman lebih
komprehensif tentang dukungan sosial pada konteks pendidikan
tinggi dan memberi rekomendasi untuk meningkatkan kualitas
kehidupan mahasiswa (Li, Han, Wang, Sun, & Cheng, 2018)
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 53
yang renda, orang yang memiliki penghargaan diri yang tinggi
akan cenderung lebih terbuka dan berkeinginan untuk
berkomunikasi. Setelah mengalami kegagalan dalam sebuah
projek, mereka akan cenderung tidak menyerah dan bekerja
kembali untuk menjadikan impian tercapai. Mereka adalah
pribadi yang lebih menyukai menginisiasi dalam pembangunan
hubungan, dan meyakini bahwa dukungan dari orang-orang
terdekatnya –termasuk keluarganya- adalah tulus. Mereka
merasa tidak perlu memiliki banyak teman seperti pada orang
dengan penghargaan diri yang rendah. Terlebih, ketika
hubungan mereka berada dalam masalah, mereka cenderung
untuk mengakhiri dan memulai hubungan yang baru.
2. Penghargaan diri dan kinerja. Kinerja dari penghargaan diri
seringkali dilekatkan pada pencapaian dari sisi akademis di
sekolah. Ketika siswa memiliki prestasi akademis yang tinggi
mereka akan cenderung memiliki pengahargaan diri yang tinggi.
Tetapi ketika target akademis mereka tidak tercapai, mereka
akan cenderung mengembangkan penghargaan diri yang
rendah.
3. Penghargaan diri dan bagaimana kita melihat diri dan orang lain.
Beberapa riset mengindikasikan bahwa orang dengan
penghargaan diri yang tinggi akan cenderung bahagia denga
hidupnya dibandingkan dengan orang yang memiliki
penghargaan diri yang rendah. Temuan ini mungkin dapat
terjadi pada semua bagian dunia, meskipun terdapat hubungan
antara kebahagiaan dan penghargaan diri pada budaya
individualistik- untuk mengembangkan pentingnya diri –
dibandingkan pada sebagian yang ada pada format masyarakat
kolektivis.
4. Budaya, jenis kelamin dan penghargaan diri. Jenis kelamin dan
budaya memberikan pengaruh pada kehidupan dan menjadi
kunci dalam semua aspek dari komunikasi. Pada etnis minoritas
mereka mengembangkan penghargaan diri dengan kapasitas
54 | Yuliana Rakhmawati
yang ada pada diri mereka. Misalnya mereka memiliki
kemampuan fisik yang lebih maka mereka akan cenderung
untuk bergabung dalam komunitas atletik. Atau ketika mereka
merasa memiliki kemampuan akademis yang lebih, maka
kompetensi tersebut yang akan mereka kembangkan. Sebagian
melakukan atribusi pada prasangka pada masyarakatnya
dibandingkan dengan perilaku dan keputusan mereka sendiri.
Mereka juga terkadang melakukan perbandingan dengan orang
lain dalam kelompoknya dibandingkan dengan orang lain di luar
kelompoknya. Sedangkan jenis kelamin tidak secara langsung
memberi pengaruh kepada penghargaan diri. Pada beberapa
etnis minoritas, diskriminasi rasial lebih membekas pada pria
dibandingkan kepada para perempuan.
DIRI DAN KEBUTUHAN INTERPERSONAL
Dalam pembangunan pada penghargaan diri, individu
memperhatikan pada kebutuhan interpersonal seperti: kebutuhan
akan kotrol, kebutuhan akan inklusi, dan kebutuhan afeksi. Teori
kebutuhan interpersonal (Fundamental Interpersonal Relations
Orientation –FIRO) dari William Schutz (Hill R. E., 1975) menyampaikan
bahwa penghargaan diri berinteraksi dengan kebutuhan sebagai
bentuk motivasi dalam membangun komunikasi yang positif pada
orang lain dengan cara tertentu.
1. Kebutuhan kontrol. Semua dari kita memiliki kebutuhan akan
kontrol, yang menjadi motivasi untuk menoperasionalkan
derajat pada hubungan yang kita bangun. Ketika kita kecil
semua keputusan kita percayakan kepada orang dewasa atau
wali kita. Tetapi dengan sejalan berkembangnya waktu dan
pertumbuhan, beberapa kebutuhan kita putuskan sendiri. Pada
beberapa hubungan, individu berbagi kontrol dimana setiap
individu yang terlibat dalam hubungan memiliki hak untuk
menyampaikan apa yang dianggapnya benar dalam hubungan.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 55
Kita cenderung merasa tidak puas dengan hubungan yang kita
tidak memiliki kontrol didalamnya.
Sumber: wartaprodi ilmu komunikasi
Gambar 4.1 mekanisme kontrol membutuhkan orang lain
2. Kebutuhan inklusi. Merupakan kebutuhan untuk dimiliki dan
memiliki, untuk terlibat dalam aktivitas orang lain dan
membangun kontak positif dengan manusia lain. Sebagian dari
kita memiliki keinginan inklusi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sebagian lainnya. Tetapi dengan siapapun kita akan
menempatkan inklusi maka yang dibutuhkan adalah interaksi.
Dengan melakukan interaksi individu akan memiliki pengalaman
mental dan fisik apakah kemudian inklusinya terpenuhi atau
tidak. Pada individu yang memiliki kebutuhan inklusi tinggi,
kesempatan untuk membentuk dan mengembangkan hubungan
antarpribadi memberi pengaruh kepada penghargaan dirinya
(Kihlstrom, 1999).
3. Kebutuhan afeksi. Dalam hidup manusia membutuhkan manusia
lain untuk saling menyayangi dan menghargai. Kita
berkomunikasi dengan orang-orang yang memberikan afeksi
kepada kita. Sebagai manusia kita juga perlu untuk memberikan
56 | Yuliana Rakhmawati
kasih sayang dan keakraban dengan orang lain. Sebuah studi
menyatakan bahwa semakin banyak afeksi yang diberikan dan
diterima seseorang maka akan semakin bahagia dan sehat
hidupnya. Individu dengan penghargaan diri yang tinggi juga
cenderung akan lebih sering mendapatkan dan menerima afeksi.
Pemahaman yang lebih baik diperlukan dari faktor-
faktor yang membentuk perkembangan perbedaan individu
dalam harga diri. Menggunakan desain longitudinal
prospektif, penelitian ini menguji apakah lingkungan
keluarga pada anak usia dini memprediksi harga diri pada
periode perkembangan selanjutnya. Data berasal dari
nasional sampel A.S representatif dari 8.711 peserta, yang
melaporkan harga diri mereka dua kali setahun sejak usia 8
hingga 27 tahun. Selain itu, selama 6 tahun pertama
kehidupan partisipan, penilaian dua tahunan mereka para
ibu memberikan informasi tentang kualitas lingkungan
rumah (meliputi kualitas pengasuhan, stimulasi kognitif, dan
lingkungan rumah fisik), kualitas hubungan orangtua,
kehadiran ayah, depresi ibu, dan status kemiskinan keluarga.
Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
nonlinier koefisien korelasi tergantung usia, yang
dikendalikan untuk efek gender anak dan etnis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa lingkungan keluarga pada
anak usia dini secara signifikan meramalkan harga diri ketika
anak-anak tumbuh. Meskipun efeknya menjadi lebih kecil
usia, efeknya masih ada selama dewasa muda. Efek terbesar
muncul untuk kualitas lingkungan rumah. Apalagi hasilnya
menunjukkan bahwa efek lingkungan rumah, keberadaan
ayah, dan kemiskinan yang abadi, seperti yang ditunjukkan
oleh asimtot bukan nol dalam perjalanan waktu efek dari
usia 8 hingga 27 tahun. Akhirnya, kualitas lingkungan rumah
sebagian menyumbang efek yang lain prediktor. Temuan
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 57
menunjukkan bahwa lingkungan rumah adalah faktor kunci
pada anak usia dini itu mempengaruhi perkembangan harga
diri jangka panjang (Orth, 2017).
58 | Yuliana Rakhmawati
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 59
PENGERTIAN PENGUNGKAPAN DIRI
eragam konsep digunakan untuk menjelaskan tentang
pengungkapan diri. Dari konteks diskusi tentang keakraban
yang melibatkan validasi diri dan perasaan untuk diterima dan
dipahami oleh orang lain. Sementara sebagian lain menyoroti
pada kehadiran komponen dari proses keakraban sebagai hubungan
sebab-akibat dalam pengungkapan diri (Duck, 2007). Dalam konsep
“skala keakraban psikologis” terdiri dari dimensi yang berhubungan
dengan hubungan romantis, dukungan, dan komunikasi. Konsep
umum yang sering digunakan adalah dengan melihat keterlibatan
peserta komunikasi dalam sebuah hubungan untuk saling
menyingkap tentang dirinya secara hati-hati, emosional, dan
melibatkan fisik. Meskipun pengungkapan dalam hubungan kadang
berlangsung dari satu pihak saja, tetapi pengungkapan menjadi salah
satu karakter dalam sebuah hubungan. Tema yang diungkapkan akan
berbeda tergantung dari pasangan komunikasi, menempatkan
individu sebagai pengungkap atau penyimpan informasi.
Meskipun pengungkapan menjadi bagian karakteristik dari
hubungan, tetapi kondisi ini dimungkinkan karena pengaruh
karakteristik individual seperti jender atau status pernikahan. Lebih
lanjut, menskipun individu melakukan pengungkapan secara khusus
B
60 | Yuliana Rakhmawati
kepada individu tertentu, ini kemudian tidak otomatis menjadikan
kontribusi dari pasangan menjadi sama. Karena karakter pribadi akan
membentuk pola pengungkapan diri. Dalam hubungan ada pihak
yang lebih sering melakukan pengungkapan tentang dirinya
dibandingkan dengan pihak yang satunya (Conville & Rogers, 1998).
Sumber : Firly Aulia 170531100103
Gambar 5.1 pengungkapan diri pada pertemanan
Derajat pengungkapan dan informasi yang disampaikan dalam
pengunkapan diri juga dipengaruhi oleh norma sosia. Dalam banyak
hubungan, mempersyaratkan keakraban dalam konteks yang ketat.
Hal ini terjadi mungkin karena ketidaksepahaman pada
pengungkapan dari tema-tema umum dapat merusak sebuah
hubungan. Dalam hubungan pribadi, keakraban dapat meningkat
dalam kuadran kerentanan dan membutuhkan biaya. Sedangkan
keakraban dengan orang asing menjadi relatif tidak bermasalah
karena kerentanan bukan menjadi bagian dari isu dalam hubungan.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 61
MENGAPA MANUSIA MEMBUTUHKAN PENGUNGKAAN DIRI?
Apakah manusia dapat hidup tanpa melibatkan pihak lain?secara
steril dan tidak mengembangkan sebuah hubungan. Hampir dikatakan
tidak ada manusia yang secara alami ingin hidup terpisah, karena
mereka membutuhkan tempat untuk berbagi pengalaman, ide-ide,
dan perasaan. Kondisi ini hampir terjadi dimana-mana karena manusia
pada dasarnya tidak nyaman dengan kesepian. Pada saat yang
bersamaan pembatasan dilakukan dalam keakraban pada hampir
semua hubungan.
Menurut Ann Elisabeth Augen (Augen, 1996), sebagian kecil
hubungan berkembang dengan tidak melibatkan pembelajaran satu
sama lain dari peserta hubungan. Meskipun sebagian dipelajari
melalui pengamatan, tentang apa yang dipilih untuk diungkapkan dan
apa yang dipilih untuk tetapi disimpan. Pengungkapan diri merupakan
proses menyampaikan informasi pribadi kepada orang lain. Meskipun
sebagian teori mempunyai beragam pandangan tentang bagaimana
pentingnya pengungkapan diri dalam pembangunan sebuah
hubungan, tetapi hampir semua teori sepakat bahwa pengungkapan
diri menjadi hal yang penting.
Teknologi media sosial telah membuka kemungkinan baru
untuk berbagi informasi pribadi dengan jaringan online, dan jutaan
orang secara rutin membuka informasi pribadi di situs jejaring sosial
(SNS). Dari mengungkapkan perasaan dan pendapat pribadi yang
mendalam hingga mendokumentasikan detail kehidupan sehari-
hari, jenis pengungkapan diri publik yang dibagikan kepada banyak
audiens yang beragam, beragam, dan sering tidak jelas ini
mengaburkan batas-batas antara publisitas dan privasi. Ini juga
menimbulkan pertanyaan tentang pengungkapan diri dan kontrol
informasi di media sosial, dan apa yang membuat orang
mengungkapkan diri dalam komunikasi publik tentang SNS
(Bazarova & Choi, 2014).
62 | Yuliana Rakhmawati
Dalam teori penetrasi sosial misalnya menyampaiakn bahwa
derajat pengungkapan diri menjadi tanda dari berkembanganya
sebuah hubungan. Selayaknya dua orang yang salin melakukan
kontak, kemudian mengalami kenyamanan dan terlibat dalam sebuah
hubungan, proses diantaranya memberikan ruang untuk
pengungkapan diri. Semakin meningkat derajat keakraban yang
dimiliki, kecenderungan untuk melakukan pengungkapan diri akan
semakin besar. Dimensi atau aspek dari diri sendiri dalam bentuk jenis
dan kedalaman informasi menjadi penting dalam pengungkapan ini.
Menurut teori ini, kedekatan tidak akan berkembang tanpa
dihubungkan dengan peningkatan pengungkapan diri. Lebih lanjut
disampaikan, mengenal kedalaman dan keluasan dari pengungkapan
diri dua orang yang terlibat hubungan akan menjadi indikasi pada
seberapa dalam kecukupan hubungan yang dibangun. Pengungkapan
diri dan kedekatan menjadi dimensi yang saling melengkapi.
Menurut Harry T Reis (Reis & Sprecher, 2009) meskipun terdapat
perbedaan teori dalam menjelaskan peran pengungkapan diri dalam
pengembangan hubungan. Terdapat perangkat konsisten atas
temuan yang menghubungkan antara pengungkapan diri dan rasa
suka. Pada awalnya orang akan cenderung melakukan pengungkapan
diri kepada orang-orang yang disukainya. dari proses tersebut, orang
yang sering melakukan pengungkapan diri akan cenderung lebih
disukai dari pada yang tertutup. Individu juga akan cenderung
menyukai orang yang percaya untuk melakukan pengungkapan diri
kepadanya. Prinsip dalam pengungkapan adalah penting dalam
pengembangan hubunga tetapi ini juga berhubungan dengan afiliasi,
sebagai prediktor yang bermanfaat dalam melakukan atraksi pada
awal proses menjalin hubungan.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 63
Pengungkapan informasi pribadi diyakini lebih sering terjadi
secara online dibandingkan dengan komunikasi resmi. Namun,
asumsi ini secara teoritis dan empiris masih diperdebatkan. Sebuah
studi oleh (Nguyen, Bin, & Campbell, 2012) membandingkan
pengungkapan online dan tidak formal dalam interaksi diadik dan
pengungkapan yang dilakukan secara tatap muka (tidak bermedia).
Bertentangan dengan harapan, pengungkapan tidak secara
konsisten ditemukan lebih besar dalam konteks online. Faktor-
faktor seperti hubungan antara komunikator, mode komunikasi
spesifik, dan konteks interaksi tampaknya memoderasi tingkat
pengungkapan. Sehubungan dengan teori-teori komunikasi online,
ada dukungan untuk setiap teori. Dikatakan bahwa prediksi yang
tumpang tindih dari masing-masing teori dan keadaan penelitian
empiris saat ini menyoroti perlunya teori komunikasi yang
menyeluruh yang dapat menjelaskan pengungkapan dalam
interaksi online dan offline.
Ketika kedekatan semakin meningkat dan nilai-nilai pribadi
ditempatkan dalam hubungan, maka kerentanan juga akan hadir.
Individu yang dekat akan cenderung saling berbagi informasi pribadi,
akan saling mendukung, saling melengkapi, dan menempatkan
hubungan untuk mencapai tujuan bersama yang positif. Meskipun
sebagian hubungan menjanjikan kepuasan, tetapi tidak sedikit juga
hubungan yang emiliki potensi untuk menyakiti atau bersifat
eksploitatif dari peserta hubungan. Kepercayaan menjadi bagian dari
proses yang dilibatkan dalam menjaga ketika kerentanan hadir dalam
sebuah hubungan. Fungsi kepercayaan dalam membangu hubungan
antara lain: (1) meningkatan kemampuan untuk melakukan prediksi
perilaku pasangan, (2) kedekatan memungkinkan timbulnya
kemampuan dari peserta saling tergantung dan memprediksi, (3)
keyakinan bahwa keteguhan pasangan akan dapat melewati
hambatan dalam hubungan. Pengalaman memberikan keyakinan
pada individu bahwa pasanagnnya akan responsif pada kebutuhan
64 | Yuliana Rakhmawati
dirinya dan tidak mengambil manfaat sepihak dalam ketergantungan
dalam hubungan. Kepercayaan menjadi pemikiran pada hubungan
yang spesifik daripada sifat pribadi dan berlangsung saling memberi
keuntungan. Dengan kata lain, meskipun kepercayaan dihadirkan oleh
individu dalam hubungan, tetapi kepercayaan adalah justru tentang
hubungan itu sendiri. Saling menjaga, berkomitmen, dan
mengembangkan hubungan yang secara terus menerus akan
berasosiasi positif dengan kemauan dalam pengungkapan diri.
Pengungkapan diri menjadi bagian dari diri melakukan
komunikasi dengan orang lain. Konsep diri yag sudah dibangun perlu
untuk dipelihara dan dikembangkan ke arah yang lebih positif. Citra
yang ditampilkan sebagai representasi dari konsep diri kadang
membutuhkan pengungkapan yang mencukupi untuk terlibat dalam
hubungan yang lebih akrab. Memberikan sebagian informasi pribadi
akan membangun kepercayaan mutualisme dalam membangun
hubungan. Pengungkapan diri menjadi penting dalam sebuah
hubungan sebagai indikator apabila terdapat kepercayaan yang
dibangun dalam hubungan tersebut. Pengungkapan diri merupakan
aktivitas yang disengaja untuk berbagi informasi pribadi tentang diri
Sifat asertif adalah menyatakan hak individu untuk menyatakan
pendapat, pikiran, dan perasaan secara langsung dengan cara yang
layak dan tidak mencederai hak orang lain. Dalam konsep ini, asertif
memiliki dimensi kunci yaitu: pengenalan bahwa individu memiliki
hak asasi yang harus dihormati oleh orang lain, menyadari bahwa
hak-hak ini termasuk didalamnya adalah menyampaikan pikiran,
perasaan, dan kebutuhan, komunikasi dilakukan dengan langsung,
jujur, dan terbuka; serta menghargai hak orang lain dalam
menyampaikan pendapat dan pikiran. Ketika menyampaikan hak
individu kita boleh berbeda pendapat dengan orang lain, saya
berhak mendapatkan kebebasan berpendapat, saya berhak kata
“tidak” tanpa merasa bersalah, saya berhak untuk didengar dan
diperhatikan (Hartley, 1999)
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 65
kita yang kita yakini benar dan orang lain belum memiliki informasi
tersebut. Bentuk pengungkapan diri dapat dilakukan dengan beragam
bentuk mulai dari perbincangan yang intim dengan pasangan
romantis tentang harapan dan impian sampai pembicaraan ringan
dengan kolega tentang prospek promosi karier ke depan (Koprowska,
2007). Pengungkapan diri melibatkan pembagian informasi kepada
orang lain.
Persepsi menjadi bagian penting dalam komunikasi. Dengan
memiliki sudut pandang pada sebuah peristiwa atau orang lain, kita
akan mempunyai sikap dan bahkan memilih perilaku yang kita
anggap seusai. Proses terjadinya persepsi adalah melalui beberapa
tahap yaitu: seleksi, organisasi, dan interpretasi. Dalam seleksi
individu memilih sensor yang diterim dalam bentuk pesan melalui
indera. Organisasi merupakan proses individu menata pilihan
sensor yang diterima dalam rangkaian urutan. Interpretasi
memungkinkan individu untuk memanggil kembali (recall) atas
memori dan melakukan pemaknaan pada pesan yang diterima
(Lane, 2010).
PRINSIP PENGUNGKAPAN DIRI
(Floyd, 2011) menyebutkan terdapat beberapa atribut penting
dalam pengungkapan diri. Beberapa atribut tersebut menjadi prinsip
dalam melakukan pengungkapan diri.
1. Pengungkapan diri dilakukan dengan tujuan dan jujur.
Kualitas pengungkapan diri dilakukan dengan dua syarat berikut:
(1) informasi dibagikan secara sengaja, dan (2) informasi yang
dibagikan adalah sesuatu yang benar.
2. Pengungkapan diri dilakukan dalam beragam derajat
keluasan dan kedalaman. Dimensi keluasan dan kedalaman
dari informasi yang dibagikan dalam pengungkapan diri
memiliki lapisan-lapisan. Setiap lapisan dalam pengungkapan
66 | Yuliana Rakhmawati
diri membantu kita untuk belajar lebih tentang orang lain yang
ingin kita ketahui. Keluasan berhubungan dengan banyak atau
ragam materi yang dibagikan. Sedangkan kedalaman mencakup
seberapa lengkap informasi tentang satu tema yang akan
dibagikan kepada orang lain.
3. Pengungkapan diri terjadi secara bervariasi dalam setiap
hubungan. Tidak semua hubungan memiliki derajat keluasan
dan kedalaman yang sama dalam pengungkapan diri. Sebuah
hubungan mungkin memiliki keluasan informasi tetapi tidak
terlalu dalam informasi yang dibagikan. Hal ini misalnya ketika
kita berbicara atau berbagi informasi dengan teman sekolah, kita
akan membagi informasi tentang keluarga, hobi, makanan
kesukaan, tempat nongkrong kesukaan tetapi informasi yang
dibagikan terbatas. Sedangkan dalam hubungan yang lain
misalnya dengan dokter pribadi kita akan berbagi dengan
keluasan yang rendah tentang satu tema tetapi dengan
kedalaman terkait gejala detail yang kita rasakan. Hubungan
romantis memiliki pola pengungkapan yang mungkin luas dan
dalam. Informasi yang dipertukarkan beragam dan setiap
informasi disampaikan dengan kedalaman yang mencukupi.
4. Pengungkapan diri terjadi dalam proses bertahap. Meskipun
hubungan tertutup sebenarnya tidak dilakukan dengan benar-
benar tertutup. Ketertutupan berkembangan dalam rangkaian
waktu dan peristiwa. Dalam proses tersebut peserta hubungan
saling mencari dan berbagi informasi tentang diri dan
pasangannya. Dalam hubungan yang baru, individu melakukan
pengungkapan dengan lambat, berbagi hanya sedikit dan
membagi informasi pribadi ketika mereka percaya dan saling
menyukai satu sama lain. Meskipun dalam beberapa hubungan
orang akan mudah berbagi meskipun dalam awal hubungan,
tetapi pengungkapan diri biasanya terjadi dalam tahapan sedikit
demi sedikit.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 67
5. Pengungkapan diri bermedia memiliki pola yang berbeda.
Menggunakan media daring dalam melakukan pengungkapan
diri membawa pada pengecualian. Anda mungkin memprediksi
bahwa akan lebih tertutup pada komunikasi bermedia
dibandingkan dengan komunikasi tatap muka. Tetapi riset justru
membuktikan sebaliknya bahwa dengan komunikasi tanpa tatap
muka langsung, pengungkapan diri akan lebih terbuka untuk
dilakukan. Dalam hubungan antarpribadi yang bermedia tidak
jarang pada awal terbentuknya hubungan individu justru sudah
saling berbagi informasi pribadi (Hartley, 1999).
6. Pengungkapan diri biasanya terjadi secara timbal balik.
Norma timbal balik berlaku dalam pengungkapan diri. Ketika
anda sudah melakukan pengungkapan diri, maka sebagai
gantinya anda menginginkan pasangana anda juga melakukan
pengungkapan diri.
7. Pengungakapan diri dilakukan untuk beragam tujuan.
Manusia melakukan pengungkapan diri kepada orang lain untuk
beragam alasan. Meskipun pengungkapan diri dilakukan untuk
beragam tujuan, tetapi tidak semua konteks dapat dilakukan.
Dalam konteks tertentu menjaga rahasia atau menyimpan
informasi pribadi menjadi lebih bermanfaat daripada
mengungkapkannya. Menjadi penting untuk menjaga informasi
dalam bentuk hubungan profesional, mislanya dengan klien atau
dengan kolega di tempat kerja.
68 | Yuliana Rakhmawati
Sumber: Oriza Andria Sativa 170531100040
Gambar 5.2 pengungkapan diri adalah proses gradual
8. Pengungkapan diri dipengaruhi oleh peran budaya dan
jender. Peran jender dalam dikotomi maskulinitas dan feminitas
mempengaruhi bagaimana pengungkapan diri dilakukan.
Misalnya pada perempuan dengan sifat dan karakternya
ditemukan lebih sering melakukan pengungkapan diri
dibandingkan pria. Pengungkapan diri juga dipengaruhi oleh
norma sosial. Pada beberapa latar budaya, individu cenderung
diminta untuk lebih terbuka dalam memberikan ekspresi dalam
pengungkapan diri. Sedangkan dalam latar belakang budaya
lain, justru menuntut individu menyimpan informasi tentang
dirinya secara lebih tertutup.
KEUNTUNGAN MELAKUKAN PENGUNGKAPAN DIRI
Pengungkapan diri memiliki beberapa manfaat untuk individu
dalam konteks pembangunan dan perawatan hubungan. Secara
umum menurut Teori manajemen privasi (CPM) dalam (Greene,
2003), pengungkapan diri memberikan manfaat sebagai berikut:
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 69
1. Meningkatkan hubungan dan kepercayaan. Pengunkapan diri
seringkali membantu dalam meningkatkan kualitas hubungan.
Kita cendeerung untuk melakukan pengungkapan kepada orang
yang kita sukai, dan kita juga menyukai ketika orang lain
melakukan pengungkapan diri kepada kita. Berbagi informasi
yang relevan dengan sahabat, kerabat, dan pasangan akan
membantu kita membangun hubungan dan menanamkan
kepercayaan antar individu. Sedangkan kurangnya
pengungkapan diri dapat menjadi tanda bahwa hubungan
sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja.
2. Umpan balik. Banyak dari kita mengikuti norma timbal balik
ketika berhubungan dengan pengungkapan diri. Ketika kita
melakukan pengungkapan diri, kita juga berharap orang lain
akan melakukan pengungkapan diri kepada kita. Ketika kita
berbagi informasi dengan orang lain, mereka juga akan merasa
nyaman ketika menyampaikan informasi pribadinya kepada kita.
3. Melepaskan emosi. Dengan berbagi informasi dalam
pengungkapan diri kadang kita akan merasa lebih “plong”.
Kegelisahan atas sebuah informasi dari diri kita ketika sudah
dibagi dengan orang lain akan membantu kita melepaskan
sebagian dari emosi kita (Goleman, 2006).
4. Memberikan bantuan kepada orang lain. Pengungkapan diri
dilakukan juga dapat digunakan untuk membantu orang lain,
terutama ketika seseorang sedang melewati masa-masa sulit
dalam hidupnya. Manfaat yang didapatkan adalah mendapatkan
kenyamanan dan memberi perhatian kepada teman anda bahwa
dia tidak sendiri tetapi memiliki anda sebagai sahabatnya.
RESIKO PENGUNGKAPAN DIRI
Pengungkapan diri memiliki manfaaat dalam pembangunan
hubungan, tetapi dalam sisi yang lain pengungkapan diri juga
70 | Yuliana Rakhmawati
memiliki resiko. Beberapa resiko yang mungkin didapatkan selepas
melakukan pengungkapan diri antara lain:
1. Penolakan. Ketika kita melakukan pengungkapan diri dan orang
lain mengetahui informasi tentang kita kondisi terburuk yang
dapat terjadi adalah penolakan. Seringkali reaksi yang diberikan
dalam pengungkapan diri akan menentukan apakah respon
yang diberikan positif atau negatif (Asher, 2001).
2. Merubah kewajiban dari orang lain. Konsep norma timbal balik
di satu sisi memberi manfaat pada peserta hubungan, tetapi
dalam konteks yang lain dapat menjadi “beban” dari orang lain
untuk saling melakukan pengungkapan. Pada sebagian individu
yang tertutup, kewajiban tersebut justru membuat mereka tidak
nyaman dan menghindar dalam hubungan.
3. Menyakiti prang lain. Informasi yang kita bagikan kadang justru
melukai orang lain meskipun kita melakukannya bukan dengan
sengaja. Kejujuran menjadi hal penting dalam hubungan tetapi
menjaga hubungan dengan informasi yang tersaring juga tidak
kalah penting. Pembangunan hubungan didasarkan kepada
kepercayaan tetapi menjaga hubungan juga perlu dilakukan
dengan strategi.
4. Mencederai privasi orang lain. Pengungkapan diri yang tidak
selayaknya dapat menyakiti orang yang tidak terlibat dalam
hubungan. Banyak manusia yang terlibat dalam hubungan
termasuk keluarga, persahabatan, dan rekan kerja membagi
informasi pribadi sebenarnya tidak bermaksud untuk
membaginya dengan pihak lain. Ketika informasi yang
diungkapkan kemudian dibagikan ke pihak lain maka akan
cenderung menjadi gosip dan merugikan orang yang melakukan
pengungkapan.
Terminologi pengungkapan diri merupakan perpaduan dari dua
elemen. Pertama adalah diri, dan yang kedua adalah proses
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 71
pengungkapan (Hargie & Dickson, 2004). Diri menjadi sebuah entitas
yang memiliki beberapa bentuk :
1. “I” diri, dimana kita memandang pengetahuan kita tentang diri
kita.
2. “me” diri adalah rangkaian dari tiga dimensi: diri materi (fisik dan
kepemilikan), diri sosial merujuk pada hubungan kita dengan
orang lain, dan spiritual yang mewakili ide-ide, pikiran, nilai, dan
cita-cita.
Dalam konteks pembangunan hubungan dan menunjukkan
identitas dalam diri terdapat beberapa bentuk jenis diri dan fungsi
yang melekat didalamnya seperti diabstraksikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.1 Jenis diri
Diri sebagai Jenis diri
Saya Diri nyata
Saya ingin sekali Diri ideal
Saya terbiasa Diri masa lalu
Orang baru Diri rekonstruksi
Saya seharunya Diri seharusnya
Saya berharap menjadi Diri harapan
Saya takut menjadi Diri yang ditakuti
Saya mungkin saja
dapat
Diri yang dilewatkan
Tidak diinginkan oleh
orang lain
Diri yang ditolak
Derajat keterbukaan antar individu dalam beragam konteks
hubungan yang dijalani mungkin terjadi dengan pola yang berbeda.
Potensi dan pola pengungkapan sebagai bagian dari penguatan level
terdalam dari hubungan interpersonal. Pengungkapan diri telah
diukur dalam teknik yang bervariasi. McKay et.al (1999) dalam (Hill,
72 | Yuliana Rakhmawati
Watson, & Rivers, 2007) mengidentifikasi empat jenis pengungkapan
diri.
1. Observasi. Melakukan pengungkapan atas capaian atau yang
telah dialami, misalnya: saya telah menyelesaian under graduate
saya pada tahun 2000
2. Pemikiran. Memberikan penilaian pada hasil observasi yang
telah dilakukan. Misalnya: seandainya saya mendapat beasiswa
setelah menyelesaikan under graduate, saya ingin ambil double
degree ke luar negeri.
3. Perasaan. Mengungkapkan diri dengan ekspresi pada umpan
balik: ‘saya sangat menyukai selama studi under graduate karena
saya bertemu dengan banyak orang yang berwawasan.
4. Kebutuhan. Pengungkapan diri pada kebutuhan dan keinginan:
‘saya merindukan tantangan selama studi dan saya ingin
memperdalam ilmu dengan studi lanjut’.
Sumber: Pribadi (2019)
Gambar 5.5 Interaksi dan pengungkapan pada forum
Kesadaran merupakan bagian dari nuasa pengungkapan diri
menjadi penting dalam komnikasi profesional untuk dua
aalasan. Pertama, ini menjadi penting untuk menyadari
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 73
konteksdimana disampaikan kepantasan pengungkapan diri
kepada klien. Kesua, para profesional harus menyadari
keuntungan yang didapatkan dari pengungkapan diri dari klien.
Mereka diminta untuk memahami klien dan mampu mendorong
klien untuk melakukan pengungkapan.
DIMENSI DALAM PENGUNGKAPAN DIRI
Terdapat empat konsep kunci dari dimensi pengungkapan diri.
Pertama, pengungkapan diri melibatkan diri sebagai subjek, atau
kadang sebagai kata ganti kepunyaan. Kedua, pengungkapan diri
dapat berupa fakta atau perasaan. Ketiga, pengungkapan diri
berhubungan dengan objek dari pernyataan. Sebuah pengungkapan
diri dapat berbicara tentang pengalaman seseorang atau dapat
berbicara tentang reaksi pada pengalaman yang berhubungan
dengan orang lain. Keempat, pengungkapan diri dapat dilakukan
dengan menyampaikan sesuatu yang sudah lampau. Situasi yang
dihadapi seseorang dapat berhubungan dengan terminologi fakta dan
perasaan tentang latar belakang pengalaman atau pendidikan.
ELEMEN DARI PENGUNGKAPAN DIRI
Terdapat beberapa elemen penting dalam pengungkapan diri
yang perlu untuk dipertimbangkan dalam peningkatan kualitas
hubungan.
1. Valensi
Merupakan derajat dimana pengungkapan dilakukans ecara
positif atau negatif sebagai pengungkap atau penyimak. Pada
tahap awal pembangunan hubungan, pengungkapan seringkali
dilakukans ecara positif, dan pengungkapan negatif baru mulai
terjadi ketika hubungan sudah berjalan. Ini mungkin menjadi
salah satu alasan mengapa seorang klien akan sulit
menyampaikan pengungkapan diri negatif kepada profesional
yang baru dikenalnya. Tahapan dalam pembangunan hubungan
74 | Yuliana Rakhmawati
dalam komunikasi antarpribadi melibatkan: orientasi, eksplorasi
pada pertukaran afektif, pertukaran afektif, pertukaran stabil,
dan depenetrasi.
- Orientasi, merupakan awal pertama individu saling
bertemu dan berbagi informasi umum. Ketika
hubungan berkembang pengungkapan terjadi dengan
mekanisme umpan balik. Dalam konteks ini berlaku
hukum pertukaran sosial dimana terdapat biaya dan
keuntungan dalam menjalani hubungan.
- Eksplorasi pada pertukaran afektif, pengungkapan pada
informasi semakin detail, terkait dengan derjata
perasaan mulai saling dipertukarkan.
- Pertukaran afektif, derajat pengungkapan diri yang
tinggi dipertukarkan untuk saling mengetahui informasi
tentang orang lain secara lebih mendalam.
- Pertuakran stabil, begitu hubungan telah dinyatakan
disetujui maka biasanya keterbukaan mulai dilakukan
oleh peserta hubungan.
- Depenetrasi terjadi ketika hubungan beranjak memiliki
masalah, dimana biaya yang dikeluarkan dianggap tidak
sesuai dengan pengharagaan yang diterima dalam
sebuah hubungan. Dalam proses bertahap sampai
akhirnya dapat berakhir dengan penarikan dari
pengungkapan diri, terminasi pada hubungan.
2. Derajat informasi.
Konsep ini berhubungan dengan kuantitas dan kualitas dari
informasi yang dipertukarkan dalam pengungkapand iri. Tiga
dimensi besar yang berhubungan dengan derajat iformasi ini
adalah: keluasan yang berhubungan dengan jumlah tema yang
dipertukarkan, kedalaman merujuk kepada derakat keakraban
atau detail dari informasi yang diungkapkan, dan durasi atau
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 75
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pengungkapan diri.
3. Kelayakan.
Menjadi aspek terpenting dalam pengungkapan karena
berhubungan dengan evaluasi pada pengungkapan yang telah
dilakukan. Ketika informasi awal atas pengungkapan diri
dianggap berhasil, maka dapat dilakukan pengungkapan
selanjutnya. Tetapi ketika pengungkapan awal dianggap tidak
berhasil maka perlu dilakukan evaluasi atas layak atau tidaknya
pengungkapan selanjutnya.
Sumber: Mohammad Ihwanudin 170531100077
Gambar 4.3 komunikasi bermedia
4. Fleksibilitas.
Merujuk kepada kemmapuan dari individu untuk membedakan
keluasan dan kedalam dari pengungkapan diri yang dilakuka
dalam ragam situasi. Pengungkap diri yang fleksibel dan cerdas
mampu melakukan modifikasi pada kondisi alami dan derajat
dari pengungkapan diri yang dilakukan. Sedangkan individu
yang tidak terlalu memiliki kemampuan mengungkap akan
cenderung menggunakan pola keluasan dan kedalaman yang
sama.
76 | Yuliana Rakhmawati
5. Aksesibilitas
Berhubungan dengan kasus dimana pengungkapan diri dapat
dioptimalkan dari indivisu. Sebagian orang secara bebas
melakukan pengungkapan kepada orang lain sedangkan
sebagian lainnya cenderung enggan untuk melakukan. Hal ini
mungkin karena pengaruh dari kepribadian, pola pengasuhan,
dan budaya dimana individu dibesarkan. Dapat juga dipengaruhi
oleh kurangnya pengetahuan tentang apa dan bagaimana
melakukan pengungkapan diri.
6. Kejujuran
Memberikan informasi kepada orang lain harus diyakini dulu
bahwa informasi yang disampaikan adalah benar. Karena resiko
dari pengungkapan dari informasi yang kurang tepat adalah
berkurangnya kepercayaan dari lawan bicara kita. Tetapi
terkadang orang melakukan manipulasi informasi dalam
pengungkapan diri karena beberapa hal, seperti: untuk
menyelamatkan citra diri, untuk menghindari konflik, untuk
membuat interaksi berjalan dengan lebih lancar, untuk
meningkatkan atau mengurangi interaksi dengan orang lain, dan
untuk mendapatkan kekuasaan.
7. Penghindaran pengungkapan
Pengungkapan diri bagi sebagian orang juga jarang atau bahkan
tidak dilakukan secara layak dan cukup. Beberapa faktor yang
menjadi penyebab keengganan dalam pengungkapan antara
lain: kebutuhan akan ruang privasi, ketidaklayakan sosial tentang
tema yang diungkap, dialog yang sia-sia, tidak ingin
mendatangkan kritik, hukuman, atau dipermalukan, keinginan
untuk menghindari konflik, dan ingin menjaga hubungan.
FUNGSI DARI PENGUNGKAPAN DIRI
Tujuan utama dari pengungkapan diri menjadi penting untuk
menentukan konteks, isi, dan derajat keakraban dalam dimensi
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 77
strategi yang akan dilakukan. Pengungkapan diri dapat dilakukan
kepada orang yang sudah kita kenal atau kepada orang yang baru
saja dikenal. Pengungkapan diri kepada orang yang sudah dikenal –
teman misalnya- dilakukan karena: (1) perawatan hubungan dan
penguatan, dan (2) klarifikasi diri – untuk belajar tentang perasaan
dan pikiran orang lain. Sedangkan pengungkapan diri yang dilakukan
pada orang asing karena: (1) untuk melakukan pertukaan sosisal, dan
(2) untuk menunjukkan ke orang lain bentuk paling baik dari citra dri.
Sedangkan dalam konteks komunikasi antarpribadi secara umum,
pengungkapan diri memiliki beberapa funsgi:
1. Untuk menghilangkan ketakutan
Banyak orang tidak nyaman untuk melakukan pengungkapan
tentang pemikiran atau perasaan karena resiko adanay
penolakan, tidak dipahami, atau menjadi bahan tertawaan.
Pengungkapan diri juga dimungkinkan membuat penyimak
melakukan tindakan yang tidak diinginkan dan akhirnya citra diri
yang terbentuk justru negatif.
2. Untuk mendorong umpan balik
Pengungkapan diri bersifat menular. Dalam interaksi keseharian,
prinsip umpan balik terjadi dalam pengunkapan diri. Ketika
seseorang menyiapkan diri untuk mengungkap informasi
tentang dirinya secara detail hasil yang mungkin didapatkan
adalah penyimak akan melakukan hal yang sama kepada kita.
Bahkan dalam hubungan profesional, klien justru didorong
untuk secara terbuka melakukan pengungkapan. Ketika norma
umpan balik tidak berlangsung dengan baik, maka
dimungkinkan karena tiga faktor: orang yang melakukan
pengungkapan diri tidak terlalu tertarik kepada penyimak, si
penyimak tidka terlalu peduli kepada si pengungkap, dan
peserta hubungan tidak memiliki kepedulian satu sama lain jadi
hubungan yang dibangun adalah semu.
78 | Yuliana Rakhmawati
3. Untuk membuka dialog.
Ketika dua orang bertemu pada awalnya mereka melakukan
pengungkapan diri. Tetapi pengungkapan diri selanjutnya
didasarakna pada perkembangan dari tingkat keakraban dari
pembangunan hubungan tersebut. Tiga tahapan yang biasanya
dilakukan dalam pengembangan hubungan adalah: membangun
kesadaran pada kehadiran orang lain dalam hubungan, kontak
awal dengan memberikan informasi umum tentang dirinya, dan
ketika komitmen sudah terbentuk informasi yang dipertukarkan
menjadi semakin pribadi seperti perasaan atau pendapat.
4. Untuk mencari persamaan
Pada awal dilakukannya kontak dalam hubungan orang
cenderung melakukan pengungkapan diri untuk
mengidentifikasi diri dan orang lain. Identifikasi dilakukan untuk
mendapatkan kemungkinan bahwa diri dan orang lain memiliki
kesamaan. Pengungkapan awal ini berguna untuk menempatkan
fondasi yang sama dalam pembangunan hubungan lebih lanjut.
Sumber: Sanzabella Oktaviani 170531100063
Gambar 4.4 Mengungkapkan diri pada awal pertemanan
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 79
5. Untuk menunjukkan kepedulian kepada orang lain
Beberapa pengungkaapn diri dilakukan untuk mendorong orang
lain melakukan pengungkapan. Dalam konteks ini, kemampuan
untuk membuat orang lain melakukan pengungkapan adalah
bagian dari kompetensi komunikasi. Seorang negosiator yang
efektif akan mampu membangun kepercayaan dari orang lain
agar merasa nyaman dan bersedia melakukan pengungkapan.
Negosiator membangun kesan pada keterbukaan dan kejujuran
dari sisi penyimak, dan hasilnya adalam umpan balik seperti
yang diharapkan.
6. Untuk berbagi pengalaman
Pada beberapa konteks peristiwa, seorang profesional memiliki
pengalaman yang sama dengan klien dan mendapatkan
pemahaman yang dalam pada peristiwa tersebut. Kondisi dapat
juga ditemui (biasanya) pada orang kembar yang secara intuitif
merasa mengalami dan memaknai peristiwa dengan cara dan
pemahaman yang sama.
7. Untuk menunjukkan sudut pandang
Pada banyak konteks, seperti pertemuan kolega, wawancara
pekerjaan, seminar, para profesional dituntut untuk dapat
menyampaikan pikiran, ide, dan opini secara lugas. Kemampuan
ini menjadi penting dan menjadi faktor determinan dalam
berlangsungnya komunikasi yang efektif.
8. Untuk meningkatkan pengetahuan pribadi
Pengungkapan diri dapat membatu individu untuk memahami
perasaan dan alasan untuk melakukan beerapa hal. Dengan kata
lain, pengungkapan diri mendorong individu untuk memahami
dirinya lebih menyeluruh.
9. Untuk membantu melakukan ekspresi
Manusia cenderung untuk menyembunyikan informasi pribadi
tentang dirinya. Dengan melakukan pengungkapan individu
dapat melihat sisi lain dari orang lain apakah masih mau
80 | Yuliana Rakhmawati
menerimnya setelah mengetahui sisi dalam dari dirinya. Individu
melakukan “pengeluaran” dari dalam dirinya tentang beragam
informasi untuk mendapatkan pengurangan atas problem atau
rahasia yang dimiliki. Melakukan pengungkapan diri kepada
orang yang tepat akan mampu membawa individu kepada jalan
yang lebih produktif ke masa depan.
10. Untuk mendorong perbandingan sosial
Interaksi interpersonal membutuhkan perbandingan sosial,
terutama dilakukan pada kelompok rujukan. Dengan
membandingkan diri dengan orang lain, diri akan mendapatkan
wawasan tentang pikiran, perasaan, dan ide-ide dari diri dan
orang lain yang dapat diterima dan dipertukarkan. Individu yag
tidak memiliki akses pada penyimak yang baik kemungkinan
akan mendapatkan penolakan pada kesempatan untuk
menguatkan kesadaran diri, mereka juga cenderung tidak
mendapatkan validitas dan penerimaan pada perasaan pikiran
dan perasaan terdalam.
11. Untuk mengembangkan hubungan
Pengungakapan diri yang pantas adalah penting dalam
pembangunan dan perawawatn pada hubungan jangka panjang.
Pada peserta hubungan yang saling melakukan pengungkapan
diri, memiliki kecenderungan lebih kecil untuk memiliki masalah
dalam hubungan. Seandainya masalah menimpa, peserta
hubungan mampu merawat dan menjaga hubungan dengan
membuat strategi resolusi konflik berdasarkan pengalam
pengungkapan diri yang pernah dilakukan.
12. Untuk melakukan manipulasi
Terkadang pengungkapan diri dilakukan untuk mendapatkan
simpati dari orang lain. Dengan pengungkapan yang dilakukan
diharapkan orang lain akan melihat sisi positif dari diri, tetapi
pengungkapan diri seperti ini kecendrungannya dilakukan
dengan manipulatif (deception).
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 81
Sumber: wartaprodi ilmu komunikasi
Gambar 5.5 perbandingan sosial dalam lingkungan team work
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAAN DIRI
Dalam pengungkapan diri dilakukan oleh dua peserta komunikasi:
pengungkap dan penyimak. Dari dua sisi tersebut memiliki faktor
pendukung untuk terlibat dalam pengungkapan diri. Secara
sederhana matrik berikut dapat digunakan untuk melihat motivasi dari
dua sisi peserta pengungkapan diri.
Tabel 5.2 faktor pengungkapan diri
Pengungkap Penyimak
Usia
Anak yang lahir sebagai
anak sulung cenderung
melakukan
pengungkapan diri lebih
sedikit dibandingkan anak
ke dua dan bahkan anak
bungsu. Semakin
bertambahnya usia,
Perimaan/empati
Orang yang mempunyai empati
akan cenderung menerima banyak
pengungkapan. Orang yang terbuka
pada pengungkapan memiliki
beberapa karakter: komunikatif dan
mempunyai umpan balik yang
positif, stabilitas emosional,
kemampuan melihat dari sudut
82 | Yuliana Rakhmawati
pengungkapan diri akan
semakin meningkat.
pandang orang lain, menerima
semua topik pengungkapan,
menunjukkan pemahaman dan
kepedulian kepada orang lain.
Jender
Terdapat temuan menarik
tentang pola
pengungkapan diri pada
jender. (1) perempuan
tidak akan melakukan
pengungkapan diri
kepada pria seperti pria
melakukannya pada pria,
(2) perempuan lebih suka
mengungkap tentang
dirinya kepada sesama
perempuan dan pola ini
tidak dilakukan oleh para
pria, (3) perempuan lebih
suka mengungkap
tentang dirinya kepada
teman prianya, (4)
perempuan lebih suka
mengungkap tentang
dirinya kepada teman
prianya sedangkan pria
tidak melakukannya.
Kondisi ini dipengaruhi
oleh beberapa hal, yaitu:
faktor situasional, peran
identitas jender, sikap
peran jender, dan norma
peran jender.
Jender
Secara umum perempuan
cenderung untuk lebih banyak
menerima pengungkapan
dibandingkan pria. Tema dan
informasi yang dibagikan juga
tergantung dari konteks dan lawan
bicara apakah sesama perempuan,
perempaun dengan pria, sesama
teman pria, atau pria dengan teman
perempuannya.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 83
Kelompok etnisitas dan
agama
Budaya
mengkonstruksikan peran
dalam hubungan dengan
cara yang beragam.
Perbedaan budaya secara
alamiah akan membentuk
pola dari pengungkapan.
Termasuk didalamnya
adalah pemahaman pada
agama yang dianut akan
turut mempengaruhi apa
dan bagaimana
pengungkapan diri
dilakukan
Status
Individu cenderung untuk
melakukan pengungkapan diri
dengan orang yang memiliki status
sama. Mereka jarang melakukannya
pada orang dengan status lebih
tinggi atau status lebih rendah.
Kepribadian
Faktor kepribadian yang
membentuk
pengungkapan diri yang
negatif dan tidak dalam
antara lain: sifat pemalu,
tertutup, jenis, orang
dengan kepercayaan diri
yang rendah, dan individu
yang membutuhkan
pengakuan dari
lingkungan sosialnya, dan
keinginan sosial yang
rendah.
Ketertarikan
Pengungkapan diri akan cenderung
dilakukan kepada orang yang
menarik. Dalam hubungan,
kecukupan pada pengungkapan diri
menjadi salah satu kunci penting
dalam membuat hubungan yang
positif.
Kontribusi alkohol
Meskipun belum ada
84 | Yuliana Rakhmawati
bukti riset yang sepakat
tentang kontribusi
alkohol dalam derajat
pengungkapan diri kepad
aorang lain. Tetapi pada
sebagian riset ditemukan
bahwa kadar alkohol yang
tinggi cenderung
membuat orang
melakukan
pengungkapan diri tanpa
filtering.
Sedangkan hubungan antara pengungkap dan penyimak dalam
proses pengungkapan diri dilakukan dengan memperkuat pada
beberapa dimensi hubungan. Beberapa dimensi tersebut yaitu:
kepercayaan, umpan balik, aturan hubungan, pengukuhan komitmen,
kedekatan fisik, dan ketulusan dalam keterlibatan dalam hubungan.
Pembangunan komitmen pengungkapan juga dapat dikuatkan
dengan melihat pada konteks hubungan. Situasi dalam pembangunan
seperti dalam derajat kehangatan, dilakukan dalam hubungan diadik,
dilakukan dalam situasi krisis atau konflik, dan melakukan karena
kondisi yang terisolasi dari masyarakat.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 85
Asher, S. R. (2001). Peer Rejectio in Everyday Life. Dalam M. R. Leary,
Interpersonal Rejection (hal. 105-110). New York: Oxford
University Press.
Augen, A. E. (1996). Adults friendships. Dalam A. E. Augen, & M. V.
Salich, The Diversity of Human Relationships (hal. 229-235).
Cambridge: Cambridge University Press.
Berko, R., Aitken, J. E., & Wolvin, A. (2010). ICOMM. Maryland:
Rowman & Littlefield Publisher.
Blumer, H. (1969). Symbolic Interacsionism: Perspective and Methods.
Barkley: University of California Press.
Bosson, J., & Swan Jr, W. B. (2009). Self Esteem. Dalam M. R. Leary, &
R. H. Hoyle, Handbook of Individual Differences in Social
Behavior (hal. 527-545). New York: Guilford Press.
Conville, R. L., & Rogers, L. E. (1998). The Meaning of "Relationship" In
Interpersonal Communication. Connecticut: Preager.
Devito, J. D. (2013). The Interpersonal Communication Book. Boston:
Pearson.
Duck, S. W. (2007). Human Relationships. London: Sage.
Erez, M., & Early, C. P. (1993). Culture, Self Identity, and Work. Oxford:
Oxford University Press.
Erez, M., & Eraly, C. P. (1993). Culture, Self-Identity, and Work. Oxford:
Oxford University Press.
Floyd, K. (2011). Interpersonal Communication. Boston: McGraw Hill.
86 | Yuliana Rakhmawati
Goethals, G. R., & Darley, J. M. (1987). Social Comparison Theory: Self-
Evaluation. Dalam B. M. (eds.), Theories of Group Behavior (hal.
21-22). New York: Springer-Verlag.
Goethals, G. R., & Darley, J. M. (1987). Social Comparison Theory: Self-
Evaluation and Group Life. Dalam B. M. (eds.), Theories of
Group Behavior (hal. 21-22). New York : Springer-Verlag Inc. .
Goleman, D. (2006). Social Intelligent . New York: Bantam Book.
Greene, K. e. (2003). Privacy and Disclosure of HIV in Interpersonal
Communication. New Jersey: Lawrence Erlbaum.
Hamilton, V. (2014). Interpersonal communication Competence. USA:
Cognella.
Hargie, O., & Dickson, D. (2004). Skilled Interpersonal Communication:
Research, Theory, and Practice. New York: Routledge.
Hartley, P. (1999). Interpersonal Communication. London: Routledge.
Hill, A., Watson, J., & Rivers, D. (2007). KeyThemes in Interpersonal
Communication: Culture, Identities and Performance. Berkshire:
McGraw Hill.
Hill, R. E. (1975). Interpersonal Compatibility and Workgroup
Performance. The Journal of Applied Behavioral Science
Volume: 11 issue: 2, 210-219
doi.org/10.1177/002188637501100206.
Hutchinson, C. C. (2013). Interpersonal Communication: Navigating
Relationships in a Changing World. Hayden McNeil.
Jones, R. N. (2006). Human Relationship Skills: Coaching and Self
Coaching. New York: Routledge.
Kihlstrom, J. (1999). Self, Sickness, Somatization, and System of Care.
Dalam R. Contrada, Self, Social Identity, and Physical Health.
Oxford: Oxford University Press.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 87
Konijn, E. A. (2008). Mediated Interpersonal Communication. New
York: Routledge.
Koprowska, J. (2007). Communication and Interpersonal Skills in Social
Work. Glasgow: Learning Matters.
Lane, D. S. (2010). Interpersonal Communication: Competence and
Context. Boston: Allyn Bacon.
Lawrence, D. (2006). Enhancing Self Esteem in the classroom. London:
Paul Chapman.
Leung, L. (2008). Leisure boredom, sensation seeking, self-esteem, and
addiction: symptoms and patterns of cell phone use. Dalam E.
A. Konjin, Mediated Interpersonal Communication (hal. 359-
370). New York: Routledge.
MacKinnon, N. J., & Heise, D. R. (2010). Self, Identity, and Social
Institution. New York: Palgrave MacMillan.
Reis, H. T., & Sprecher, S. (2009). Encyclopedia of Human
Relationships. Los Angeles: Sage.
Sass, C. P. (1994). On Iterpersonal Competence. Dalam K. Carter, & M.
Presnell, Interpretive Approach to Interpersonal
Communication (hal. 137). Albany: University of New York
Press.
Seligman, M. M. (2002). Positive Psychology, Positive Prevention, and
Positive Therapy. Dalam C. Snyder, & S. J. Lopez, Handbook of
Positive Psychology (hal. 3-10). Oxford: Oxford University Press.
Siljanovska, L., & Stojcevska, S. (2018). A CRITICAL ANALYSIS OF
INTERPERSONAL Communication In Modern Times of The
Concept "Looking Glass Self" (Charles Horton Cooley) . SEEU
Review Volume 13 Issue 1 , DOI: 10.2478/seeur-2018-0007.
88 | Yuliana Rakhmawati
Solomon, D., & Theiss, J. (2013). Interpersonal Communication: Putting
Theoery into Practices. New York: Routledge.
White III, A. A., & et.al. (2017). Self-Awareness and Cultural Identity as
an Effort to Reduce Bias in Medicine. J. Racial and Ethnic Health
Disparities, DOI 10.1007/s40615-017-0340-6.
White, K., Stackhouse, M., & Argo, J. J. (2018 ). When social identity
threat leads to the selection of identity-reinforcing options:
The role of public self-awareness. Organizational Behavior and
Human Decision Process 144, 60-73.
Wicklund, R. A. (1975). Objective Self Awareness. Advances in
Experimental Social Psychology Volume 8, , 233-275
10.1016/S0065-2601(08)60252-X.
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 89
A
afeksi, 47, 48
Aksesibilitas, 64
ambivalen, 44
antagonis, 21
B
budaya, 14
C
Charles Horton Cooley, 13
Citra, 9, 10, 11, 13, 24, 25, 27, 54
CPM, 58
D
Derajat informasi, 63
Diri ideal, 30
Diri nyata, 30
Diri publik, 31
Diri seharusnya, 31
E
ekstrovert, 21
entitas dinamis, 6
Evaluasi diri, 15
F
FIRO, 47
Fleksibilitas, 64
G
George Herbert Mead, 2, 21
I
identitas, 28
Identitas diri, 29
Identitas etnik, 29
inadequacy, 23
individualistik, 19
inklusi, 48
insecure, 23
interaksi, 3
introvert, 21
J
Jendela Johari, 6
jender, 11, 18, 19, 21, 28, 36, 38,
50, 57, 70
K
Kepribadian, 11
kesadaran diri, 1
kolektivisme, 19, 28
90 | Yuliana Rakhmawati
konsep diri, 1, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28,
29, 30, 31, 32, 33, 34, 42, 43,
44, 54
L
looking glass self, 13
M
Manajemen citra, 10
manipulasi, 69
Menilai diri, 11
Monitoring diri, 11
multidimensional, 25
N
neurotik, 21
nourishing, 41
noxius, 41
O
objek, 2
P
Pengawasan diri, 20
Pengelolaan citra, 10
penghargaan diri, 1
pengungkapan diri, 1
Penunjukkan diri, 11
Peran sosial, 7
Perbandingan sosial, 8, 14, 19, 22
protagonis, 21
pygmalion, 21
R
refleksi, 4, 11, 18, 19, 21, 23, 35,
38
resolusi konflik, 68
Rosenberg, 4
S
self fulfilling prophecy, 20
self talk, 35
self-test, 39
significant others, 21, 33
spiritual, 32
subjek, 2
subjektif, 4
T
teori penetrasi sosial, 52
U
umpan balik, 3
utopi, 30
V
Valensi, 62
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 91
Afeksi : perasaan dan emosi yang lunak
Aksesibilitas : hal dapat dijadikan akses; hal dapat
dikaitkan; keterkaitan
Ambivalen : bercabang dua yang saling bertentangan
(seperti mencintai dan membenci sekaligus
terhadap orang yang sama)
Citra : gambaran yang dimiliki orang banyak
mengenai pribadi, perusahaan, organisasi,
atau produk
Ideal Bentuk diri yang sesuai dengan harapan atau
dikehendaki baik secara fisik maupun
capaian
Publik Kondisi banyak orang atau masyarakat
dimana identitas dari peserta tidak dikenal
dan bersifat anonim
Ekstrovert Sifat dari diri manusia yang cenderung untuk
merasa penting menjadi bagian dari
interaksi, cenderung terbuka pemikirannya.
Fleksibilitas Kemampuan untuk melihat potensi diri dan
menyesuaikan dengan kondisi, situasi, dan
konteks dimana individu berada
Identitas Karakter yang melekat pada individu yang
membedakannya dengan individu yang
lain dan sebagai penanda pada dirinya
Identitas diri Pembedaan diri berdasarkan ciri dan
karakteristik yang melekat pada dirinya
sebagai individu seperti nama, usia, agama,
jender.
92 | Yuliana Rakhmawati
Identitas etnik Karakter yang melekat didasarkan pada
pembedaan pada afiliasi etnisitas misalnya
Inadequacy Kondidi atau kualitas tidak memadai;
kurangnya kuantitas atau kualitas yang
dibutuhkan.
Inklusi Sebuah kondisi yang terbuka dimana semua
entitas atau bagian diijinkan untuk
bergabung
Insecure Perasaan merasa tidak aman dalam konteks
fisik maupun mental
Interaksi Hubungan yang dilakukan antar individu
dalam konteks penyampaian dan
penerimaan pesan
Introvert Jenis kepribadian yang cenderung merasa
tertutup dan mendapatkan kenyamanan
dengan diri yang tidak terlalu banyak
berinteraksi dengan orang lain; sifatnya
dalam pengungkapan diri relatif terbatas
Jender Konstruksi yang diberikan oleh masyarakat
atas peran sosial yang diharapkan pada
jenis kelamin tertentu
Kepribadian Sifat yang melekat pada individu yang
tercermin pada sikap seseorang atau suatu
bangsa yang membedakannya dari orang
atau bangsa lain
Kolektivisme
Manajemen citra Proses memberikan bentuk diri yang
diinginkan pada orang lain atau ruang
publik; bentuk ideal dari diri yang
ditampilkan
Manipulasi Bentuk pengurangan atau penambahan
informasi secara tidak layak dan tidak tepat
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 93
untuk memberi keuntungan pribadi
Monitoring diri Melakukan evaluasi pada diri untuk
mendapatkan gambaran tentang kekuatan,
kelemahan, dan potensi yang dapat
dikembangkan atau dihilangkan
Multidimensional Bagian dari hal tertentu yang melingkupi
lebih dari satu aspek dan dimensi
Neurotik Kondisi gangguan kesehatan terutama pada
kondisi syaraf tertentu
Nourishing Dalam konteks komunikasi antarpribadi
adalah mencari lingkungan positif yang
membawa dampak positif juga dalam
pembangunan konsep diri yang konstruktif
Noxius Kondisi lingkungan yang kurang baik dan
cenderung negatif yang memberi dampak
kepada pengembangan konsep diri secara
negatif pula
Pengawasan diri Lihat monitoring diri
Pengelolaan citra Lihat manajemen citra
Penghargaan diri Penilaian subjektif yang diberikan oleh
individu kepada dirinya berdasarkan opini
atau persepsi yang diberikan orang lain
kepadanya
Pengungkapan
diri
Proses menyampaikan informasi kepada
pihak lain dalam hubungan; bentuk
pemberian kepercayaan ketika hubungan
sudah mulai mencapai kesepakatan
tentang komitmen; pola berbagi informasi
pribadi yang hanya akan dibagikan kepada
orang yang memiliki sifat hubungan dan
dipercaya
Peran sosial Kontribusi yang diharapkan dari individu
94 | Yuliana Rakhmawati
kepada lingkungan sosialnya; peran
individu dalam hubungannya dengan
individu lain di luar dirinya
Perbandingan
sosial
Melakukan perbandingan kepada orang lain
untuk mendapatkan pengetahuan tentang
potensi dan kualitas diri
Pygmalion Berasal dari mitologi Yunani dimana individu
selayaknya selalu berfikir positif;
pandangan bahwa ketika diri selalu berfikir
positif maka hasil yang didapatkan juga
akan positif
Resolusi konflik Mekanisme penyelesaian ketidakseimbangan
atau ketimpangan pada pengetahuan,
pemahaman dalam hubungan antarpribadi
Self fulfilling
prophecy
Teori yang menyatakan bahwa diri perlu
diberikan notasi atau narasi yang
konstruktif karena sebagian dari informasi
yang diolah dapat menjadi realitas yang
positif
Self talk Dialog atau interaksi yang dilakukan dengan
diri sendiri sebagai bentuk evaluasi atau
penguatan pada pengembangan konsep
diri, harga diri, dan kemampuan melakukan
pengungkapan diri
Self-test Melakukan penilaian pada diri terkait dengan
pengetahuan, dan pemahaman terhadap
diri dilakukan dengan bantuan indikator
dan pertanyaan-pertanyaan yang memiliki
indeks pada kecenderungan sifat tertentu
Significant
others
Pihak lain di luar individu yang memiliki
kontribusi pada pengembangan konsep
diri. Dalam konteks komunikasi
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 95
antarpribadi entitas ini dapat keluarga,
teman permainan, institusi pendidikan,
atau lingkungan
Spiritual berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan;
berhubungan dengan ruhani dan noumena
Resiprosikal Prinsip dalam komunikasi dengan
memberikan umpan balik kepada pemberi
pesan; prinsip dalam menjalani hubungan
dalam komunikasi antarpribadi dimana
setiap pengungkapan diri yang dilakukan
membutuhkan pengungkapan diri dari
pihak sebaliknya
Utopi Bayangan pada sebuah tempat atau keadaan
yang dimana segalanya sempurna.
Valensi Kemampuan untuk menarik diri atau
kemampuan berintegrasi pada lingkungan
dalam konteks pembangunan hubungan
atau lingkungan publik
96 | Yuliana Rakhmawati
Memahami Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi | 97
Yuliana Rakhmawati, menyelesaikan
strata satu dan strata dua dari Universitas
Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Pendidikan
doctoral diselesaikan dari Universitas
Padjadjaran (UNPAD) Bandung (2012). Sejak
2004 – sampai sekarang menjadi staf
pengajar pada program studi Ilmu
Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura.
Mendekati kajian tentang filantropi, media baru, teori komunikasi, dan
komunikasi antarpribadi. Aktif menulis dalam publikasi jurnal,
proceeding book chapter, dan buku referensi. Beberapa artikel ilmiah
dipublikasikan dengan judul ‘Batik Madura: Heritage Cyberbranding’,
‘Hibriditas New Media Komunikasi dan Homogenisasi Budaya’, ‘AIMI
JATIM: Motherhood philanthropy dalam era budaya digital’,
‘Membaca Pengalaman dan Kesadaran: Konstruksi dalam Perspektif
Fenomenologi’, ‘Studi Media Filantropi Online: Pergeseran Altruisme
Tradisional-Karitas menuju Filantropi Integratif’, ‘The Muslim Show:
Soft Contra" Labeling" Melalui Media Sosial’, ‘Prophetic
Communication: Transcendental Dimension In Islamic Philanthropy
Messages’, ‘Islamic Character Camp: Establishing Students Altruism
Intelligence with Da’wa Communication’. Dapat berkoresponden di
98 | Yuliana Rakhmawati