Upload
nguyenliem
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH
Oleh
Abdi Jihad dan Vrieslend Haris Banyunegoro
PMG Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh
disampaikan dalam Workshop II Tsunami Drill Aceh 2017
Ditinjau dari sudut pandang potensi bencana, Indonesia dikenal sebagai salah satu
negara yang memiliki potensi bencana yang sangat tinggi, tidak terkecuali gempabumi
dan tsunami. Secara tatanan tektonik, Indonesia terletak pada batas pertemuan tiga
lempeng tektonik yang sangat aktif. Tiga lempeng tersebut adalah lempeng Indo-
Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Ketiganya berperan aktif dalam
membentuk tatanan tektonik yang kompleks pada wilayah Indonesia. Konsekuensinya,
terbentuk pola interaksi antar lempeng tektonik yang saling bertumbukan (konvergen),
saling menjauh (divergen) dan saling bersinggungan (Transform). Palung Sunda (Sunda
Trench), bukit barisan, rangkaian gunung api serta keberadaan sesar aktif menjadi bukti
bahwa wilayah ini memiliki stuktur tektonik yang sangat kompleks. Informasi ini yang
menjadi faktor utama wilayah Indonesia dikatakan rawan terhadap gempabumi dan
tsunami. Berdasarkan hal tersebut, Indonesia menjadi magnet tersendiri bagi para
ilmuwan kebencanaan untuk melakukan penelitian. Sumatra menjadi salah satu dari
beberapa pulau di Indonesia yang mendapat perhatian khusus dari para peneliti dalam
melakukan penelitian kebencanaan khusunya terkait potensi gempabumi dan tsunami.
Sumatra memperlihatkan sumber-sumber keaktifan gempabumi dan tsunami
(Gambar 1) berdasarkan pertemuan dua lempeng tektonik yang terjadi secara konvergen,
dimana lempeng Indo-Australia dan Eurasia saling bertumbukan. Perbedaan densitas
batuan membuat lempeng Indo-Australia menyusup dibawah lempeng Eurasia. Lempeng
tersebut menunjam dengan kecepatan ± 50 hingga 70 mm/tahun disepanjang sepanjang
palung Sunda (Sumatra-Jawa-NTT) yang merupakan zona subduksi (Danny Hilman,
2007). Berbeda dengan zona tumbukan lempeng ini, wilayah lain yang juga dianggap
menjadi sumber gempabumi adalah Investigator Fracture Zone (IFZ). Di daratan, aktifitas
tektonik di Sumatra disebabkan aktifitas sesar Sumatra, diketahui setidaknya terdapat 19
segmen sesar di sepanjang Sumatra (Sieh dkk, 2007). Lokasi segmen yang berada di
daratan serta tidak jarang berada di daerah pemukiman yang membuat suatu kejadian
gempabumi menjadi sangat berbahaya.
Gambar 1. Zona Potensi Sumber Gempabumi dan Tsunami Sumatera
Di Sumatra, Provinsi Aceh merupakan salah satu wilayah yang mendapat
perhatian lebih terkait potensi gempabumi dan tsunami. Secara umum, potensi
gempabumi dan tsunami wilayah ini tidak berbeda jauh dengan Sumatra. Zona subduksi,
Zona Patahan Sumatra dan Investigator Fracture Zone (IFZ) juga menjadi sumber
potensi gempabumi dan tsunami di Aceh (Gambar 2).
1
2
3
ZONA SUBDUKSI
ZONA PATAHAN
INVESTIGATOR FRACTURE ZONE
Gambar 2. Zona Potensi Sumber Gempabumi dan Tsunami Aceh
Gempabumi tektonik merupakan sebuah fenomena alam yang terjadi akibat
pelepasan energi yang tersimpan pada proses interaksi lempeng tektonik. Berbeda dengan
gempabumi, tsunami didefinisikan sebagai gelombang besar yang mencapai daratan
terjadi akibat fenomena alam lainnya. Kajian tsunami di Indonesia yang telah dilakukan
selama periode tahun 1800 sampai dengan 1999 menunjukan bahwa tsunami terjadi
karena adanya pemicu seperti gempa bumi, letusan gunung api, dan longsor (Latief et al.,
2000). Di Sumatera khususnya Aceh, gempabumi menjadi sumber utama penyebab
terjadinya tsunami (Latief dkk, 2000).(Gambar 3).
Gambar 3. Diagram yang menunjukan penyebab terjadinya tsunami di
wilayah indonesia. (Latief, dkk. 2000)
Kajian mengenai tsunami di Indonesia dapat dikatakan sebagai hal yang baru,
sehingga pemahaman terkait fenomena ini masih sangat sedikit. Namun bukan berarti
tidak ada sama sekali, dalam kurun waktu tahun 1991 s.d. 2012 setidaknya telah terjadi
27 tsunami di Indonesia (Pribadi et al., 2013). Sepuluh diantara kejadian tsunami
berpusat di Sumatra yang juga berdampak ke wilayah Aceh. Gempa bumi yang terjadi
memiliki dua kemungkinan yakni berpotensi atau tidak berpotensi tsunami. Dengan kata
lain, setiap gempa bumi yang terjadi tidak selalu berpotensi tsunami. Terdapat beberapa
kriteria gempa bumi untuk dapat dikatakan sebagai potensi tsunami, umumnya dilihat
dari parameter gempa bumi yang diketahui sebagai berikut (Marwanta, 2005);
1) Pusat gempa bumi (Hiposenter) berada pada bawah permukaan laut,
2) Kedalaman gempa bumi dangkal (0 < h ≤ 60 km),
3) Mekanisme sumber vertikal,
4) Kekuatan (Magnitude) besar, kekuatan gempa bumi menjadi faktor dominan
terhadap ketinggian gelombang tsunami.
Kajian tsunami mulai banyak dilakukan pasca gempa bumi Aceh 2004, hal ini
dianggap sebagai respon dunia dalam mengembangkan pengetahuan tentang tsunami
(Strunz et al., 2011). Beberapa infrasturktur diciptakan khusus untuk memantau aktifitas
lempeng bumi sebagai tanda-tanda terjadinya tsunami. Sistem peringatan dini tsunami
adalah wujud nyata upaya mengantisipasi kejadian tsunami yang dapat menyebabkan
kerugian baik jiwa maupun harta.
Catatan penting yang menjadi perhatian bersama dalam memahami potensi
gempabumi dan tsunami adalah gempabumi memiliki periode ulang, sehingga tsunami
yang dalam hal ini dibangkitkan oleh gempa bumi juga memiliki kecenderungan terulang
kembali pada waktu yang akan datang. Gempa bumi Aceh (2004) merupakan pelajaran
berharga bagi dunia, utamanya adalah sifat periode ulang gempa bumi. Gempa bumi akan
terjadi di segmen sama dalam rentang waktu ratusan atau bahkan ribuan tahun kemudian.
Kajian paleotsunami dan paleoseismik di Aceh menyimpulkan bahwa gempa bumi diikuti
tsunami yang menghantam wilayah Aceh juga pernah terjadi sebelum tahun 2004
(Natawidjaja, 2015).
Sumber:
Bock, Y., Prawirodirjo, L., et al. 2003. Crustal Motion in Indonesia from Global
Positioning System Measurement. Journal of Geophysics Research. Vol.108 No.
B8.
Latief, H., Puspito, N.T., and Imamura, F. 2000. Tsunami Catalog and Zones In
Indonesia. Journal. Journal of Natural Disaster Science, Vol.22, No. 1
Marwanta, B., 2005. Tsunami di Indonesia dan Upaya Mitigasinya. Jurnal Alami Vol.10
No.2 Tahun 2005
Natawidjaja, D, H,. 2015. Siklus Mega-Tsunami di Wilayah Aceh Andaman dalam
Konteks Sejarah. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan. Vol. 25 No.1 Halaman
49-62 Tahun 2015.
Pribadi, S., Afnimar, Puspito, dan G Ibrahim. 2013. Characteristic Of Earthquake
Generate Tsunami In Indonesia Based On Source Parameter Analysis. Journal.
ITB. ISSN: 2337-5760.
Puspito, T., Nanang. 2008. Study On Tsunamigenic Earthquake Criteria for The
Indonesian Tsunami Early Warning System. International Conference on
Earthquake Engineering and Disaster Mitigation, Jakarta, April 14-15, 2008
Strunz J, J. Post, K Zosseder, et al. 2011. Tsunami Risk Assesment In Indonesia. Journal.
Natural Hazard and Earth System Sciences.
Satake, T dan Tanioka, Y., 1999. Sources of Tsunami and Tsunamigenic Earthquake in
Subduction Zones. Journal. Pure and Applied Geophysics. Vol. 154, Pages 467-
483.
Sieh, K., Natawidjaja, H. 2000. Neotectonics of the Sumatran Fault, Indonesia. Journal of
Geophysics Research. Vol.105 No. B12. Pages 28.295-28.326.
9/11/2017
1
Oleh Abdi Jihad, S.Si, M.Sc Vrieslend Haris B, S.Tr
dalam Workshop II Tsunami Drill Aceh 201711 September 2017
POTENSI GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH
(SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI-INDONESIA)
Badan Meteorologi , Klimatologi , dan Geofisika (BMKG)
Stasiun Geofisika Mata ‘Ie Banda AcehJl . Raya Mata Ie Banda Aceh 23352(0651)42840085314045566(WA)
LOKASI INDONESIA
Bock et al., 2003
EURASIA
INDO-AUSTRALIA
PASIFIC
Bock et al., 2003
GERAK
SALING
MENJAUH
GERAK
SALING
MENDEKAT
GERAK
SALING BERSINGGUNGAN
9/11/2017
2
ZONA POTENSI SUMBER GEMPABUMI SUMATERA
1
2
3
ZONA SUBDUKSI
ZONA PATAHAN
INVESTIGATOR FRACTURE ZONE
POTENSI SUMBER GEMPABUMI ACEH
ZONA POTENSI SUMBER
GEMPABUMI ACEH
1. ZONA SUBDUKSI
2. ZONA PATAHAN SUMATERA
• SEGMEN SEULIMUM
• SEGMEN ACEH
• SEGMEN TRIPA
• SEGMEN BATEE
• SEGMEN PEUSANGAN
• SEGMEN PIDIE
3. INVESTIGATOR FRACTURE
ZONE (IFZ)
TSUNAMI
Tsunami merupakan fenomena alam berupa gelombang air
laut yang sangat besar sehingga mampu mencapai daratan.
Tsunami tidak terjadi dengan sendirinya melainkan
dibangkitkan oleh fenomena alam lainnya.
9/11/2017
3
GEMPABUMI
90%
LETUSAN
GUNUNG API
9%LONGSOR
1%
Latief et al., 2000
Periode tahun
1991 s.d.
2012 setidaknya
telah terjadi 27
tsunami di
Indonesia yang
diakibatkan
Gempabumi
(Pribadi et al.,
2013).
10 KEJADIAN
TSUNAMI
TERJADI DI
WILAYAH
SUMATERA.
KARAKTERISTIK GEMPABUMI TSUNAMI
1. Pusat gempabumi (Hiposenter) berada pada bawah permukaan
laut,
2. Kedalaman gempabumi dangkal (0 < h ≤ 60 km),
3. Mekanisme sumber vertikal, dan
4. Kekuatan (Magnitude) besar. (Kekuatan gempabumi menjadi
faktor dominan terhadap ketinggian gelombang tsunami).
Satake dan Tanioka, 1999
POTENSI KEKUATAN GEMPABUMI DAN
TSUNAMI
Suatu kejadian gempabumi memiliki
periode ulang. Artinya, gempabumi
yang terjadi pada suatu lokasi
memiliki kecenderungan untuk
terulang kembali pada lokasi yang
sama dalam rentang waktu ratusan
atau bahkan ribuan tahun kemudian.
Konsep ini yang kemudian menjadi
dasar bahwa kejadian tsunami yang
dibangkitkan oleh gempabumi juga
memiliki kecenderungan terulang
kembali pada waktu yang akan
datang.
Gempabumi Aceh tahun 2004
merupakan pelajaran berharga bagi
dunia, utamanya adalah sifat periode
ulang gempabumi.
(Natawidjaja, 2015).
Clieh et al., 2007; 2008; Briggs et al., 2006)
9/11/2017
4
Kajian potensi gempabumi pembangkit tsunami mulai banyak
dilakukan pasca gempabumi Aceh 2004, hal ini dianggap
sebagai respon dunia dalam mengembangkan pengetahuan
tentang tsunami (Strunz et al., 2011).
Beberapa infrasturktur diciptakan khusus untuk memantau
aktifitas gempabumi sebagai tanda-tanda terjadinya tsunami.
Sistem peringatan dini tsunami adalah wujud nyata upaya
mengantisipasi kejadian tsunami yang dapat menyebabkan
kerugian baik jiwa maupun harta.
INA-TEWS
INDONESIA-TSUNAMI EARLY WARNING SYSTEM
Sistem peringatan dini adalah kombinasi dari
teknologi dan kemampuan masyarakat untuk
merespon informasi yang disediakan oleh
teknologi (Ina-TEWS)
Indonesia bekerjasama dengan pemerintah Jerman (2006)
membangun sebuah sistem peringatan dini dengan
diintegrasikan terhadap 4 elemen (Strunz et al., 2011),
antara lain;
1) Pengetahuan tentang risiko bencana,
2) Pelayanan peringatan dan monitoring,
3) Penyebaran informasi terkait risiko bencana, dan
4) Kesadaran dan kesiapsiagaan mayarakat.