9
MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, CEKUNGAN SUMATRA UTARA p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 18-26, Februari, 2021 https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee Page 18 MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, CEKUNGAN SUMATRA UTARA OVERPRESSURE MECHANISM OF SM-1 WELL, NORTH SUMATRA BASIN Anak Agung Sagung Mayun Yudhyasmara Prabandari 1a , Muhammad Burhannudinnur 1 , Junita Trivianty Musu 2 , Ricky Andrian Tampubolon 2 1 Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia 2 PPPTMB LEMIGAS, Jakarta, Indonesia a Email korespondensi: [email protected] Sari. Cekungan Sumatra Utara merupakan salah satu cekungan produktif di Indonesia yang diketahui memiliki kondisi overpressure berdasarkan beberapa peneliti terdahulu, seperti Aziz dan Bolt (1984) dan Hutasoit, dkk. (2013). Penelitian dilakukan untuk mengetahui zona overpressure pada sumur pengeboran SM-1 di Lapangan “AAS” dengan berdasarkan perhitungan besarnya nilai tekanan pori, mengetahui kedalaman top overpressure, dan mengetahui mekanisme penyebab overpressure berdasarkan log sonic, log densitas, dan log neutron. Nilai tekanan pori didapatkan berdasarkan perhitungan dengan metode Eaton menggunakan data log sonic. Diketahui top overpressure Sumur SM-1 pada kedalaman 1653 ft, dimana zona overpressure berada pada kedalaman 1653 – 2510 ft, 3195 – 3473 ft, dan 4205 – 4486 ft (Formasi Baong). Mekanisme penyebab overpressure pada Sumur SM-1 adalah mekanisme loading berupa disequilibrium compaction. Abstract. North Sumatra Basin is one of the most procductive basin in Indonesia, which is known to have overpressure based on some previous researchers, such as Aziz and Bolt (1984) and Hutasoit, et al. (2013). The aims of this study are to identify the overpressure zone in well SM-1 in “AAS” Field based on calculating the pore pressure, determining the depth of top overpressure, and analyzing the mechanism that causes the overpressure using sonic, density and neutron logs. The pore pressure was calculated using Eaton’s methong based on log sonic data. The top overpressure of well SM-1 is in 1653 ft, where the overpressure zone are located in 1653 – 2510 ft, 3195 – 3473 fr, and 4205 – 4486 ft (Baong Formation). The mechanism that cause overpressure in well SM-1 is loading mechanism (disequilibrium compaction). Sejarah Artikel : Diterima 08 November 2020 Revisi 07 Desember 2020 Disetujui 16 Januari 2021 Terbit Online 27 Februari 2021 Kata Kunci : Overpressure, Cekungan Sumatra Utara, Tekanan pori Keywords : Overpressure, North Sumatra Basin, Pore pressure

MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, …

MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, CEKUNGAN SUMATRA UTARA p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 18-26, Februari, 2021

https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee

Page 18

MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, CEKUNGAN SUMATRA UTARA

OVERPRESSURE MECHANISM OF SM-1 WELL, NORTH SUMATRA BASIN

Anak Agung Sagung Mayun Yudhyasmara Prabandari1a, Muhammad Burhannudinnur1, Junita Trivianty Musu2, Ricky Andrian Tampubolon2

1Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jakarta,

Indonesia 2PPPTMB LEMIGAS, Jakarta, Indonesia

aEmail korespondensi: [email protected]

Sari. Cekungan Sumatra Utara merupakan salah satu cekungan produktif di Indonesia yang diketahui memiliki kondisi overpressure berdasarkan beberapa peneliti terdahulu, seperti Aziz dan Bolt (1984) dan Hutasoit, dkk. (2013). Penelitian dilakukan untuk mengetahui zona overpressure pada sumur pengeboran SM-1 di Lapangan “AAS” dengan berdasarkan perhitungan besarnya nilai tekanan pori, mengetahui kedalaman top overpressure, dan mengetahui mekanisme penyebab overpressure berdasarkan log sonic, log densitas, dan log neutron. Nilai tekanan pori didapatkan berdasarkan perhitungan dengan metode Eaton menggunakan data log sonic. Diketahui top overpressure Sumur SM-1 pada kedalaman 1653 ft, dimana zona overpressure berada pada kedalaman 1653 – 2510 ft, 3195 – 3473 ft, dan 4205 – 4486 ft (Formasi Baong). Mekanisme penyebab overpressure pada Sumur SM-1 adalah mekanisme loading berupa disequilibrium compaction. Abstract. North Sumatra Basin is one of the most procductive basin in Indonesia, which is known to have overpressure based on some previous researchers, such as Aziz and Bolt (1984) and Hutasoit, et al. (2013). The aims of this study are to identify the overpressure zone in well SM-1 in “AAS” Field based on calculating the pore pressure, determining the depth of top overpressure, and analyzing the mechanism that causes the overpressure using sonic, density and neutron logs. The pore pressure was calculated using Eaton’s methong based on log sonic data. The top overpressure of well SM-1 is in 1653 ft, where the overpressure zone are located in 1653 – 2510 ft, 3195 – 3473 fr, and 4205 – 4486 ft (Baong Formation). The mechanism that cause overpressure in well SM-1 is loading mechanism (disequilibrium compaction).

Sejarah Artikel :

Diterima 08 November 2020

Revisi 07 Desember 2020

Disetujui 16 Januari 2021

Terbit Online 27 Februari 2021

Kata Kunci :

Overpressure,

Cekungan Sumatra Utara,

Tekanan pori

Keywords : Overpressure, North Sumatra Basin, Pore pressure

Page 2: MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, …

MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, CEKUNGAN SUMATRA UTARA p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 18-26, Februari, 2021

https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee

Page 19

PENDAHULUAN

Cekungan Sumatra Utara merupakan salah satu cekungan produktif di Indonesia, yang mana banyak dilakukan studi guna dilakukannya eksplorasi hingga produksi pada lapangan minyak dan gas yang ada pada cekungan tersebut. Cekungan Sumatra Utara diketahui memiliki kondisi overpressure berdasarkan beberapa peneliti terdahulu, seperti Aziz dan Bolt (1984) dan Hutasoit, dkk. (2013). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui zona overpressure pada sumur pengeboran SM-1 di Lapangan “AAS”, Cekungan Sumatra Utara (Gambar 1) dengan berdasarkan perhitungan besarnya nilai tekanan pori, mengetahui kedalaman top overpressure, dan mengetahui mekanisme penyebab overpressure yang ada di Lapangan “AAS”, Cekungan Sumatra Utara dengan menggunakan data log berupa log sonic, log densitas, dan log neutron. Penelitian ini dilakukan guna memprediksi overpressure, dimana prediksi tersebut dapat mengurangi kegagalan berupa blow out; sehingga dapat meminalisir kerugian finansial dalam pengeboran dan masalah keselamatan pekerja.

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian di Lapangan “AAS”, Cekungan Sumatra Utara

GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SUMATRA UTARA

Cekungan Sumatra Utara terletak pada 94,80 – 99,40 BT dan 2,70 – 7,50 LU. Secara umum Cekungan Sumatra Utara di arah baratdaya berbatasan dengan Pegunungan Bukit Barisan yang terangkat pada Miosen Tengah, pada bagian tenggara berbatasan dengan Busur Asahan, sedangkan pada bagian timurlaut berbatasan dengan Semenanjung Malaysia, dan pada bagian utara cekungan ini terbuka ke arah Laut Andaman.

Tektonik dan Struktur Regional Cekungan Sumatra Utara

Aktivitas tektonik Cekungan Sumatra Utara dibedakan antara Pra-Miosen dan Miosen hingga Pasca-Miosen. Pola struktur berarah utara – selatan terutama dihasilkan oleh tektonik Pra-Miosen (Mulhadiono dan Sutomo, 1984). Pola struktur Miosen – Pasca-Miosen arah utamanya adalah baratlaut – tenggara. Orientasi struktur tersebut berkaitan dengan pengangkatan Bukit Barisan. Pola sesar berarah utara – selatan (pola Pra-Tersier) dan arah baratlaut – tenggara maupun timurlaut – baratdaya merupakan reaktivasi sesar Plio-Pleistosen sejak Miosen Tengah.

Page 3: MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, …

MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, CEKUNGAN SUMATRA UTARA p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 18-26, Februari, 2021

https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee

Page 20

Evolusi tektonik Tersier Sumatra terbentuk sebagai akibat subduksi lempeng Indo-Australia ke bawah Kraton Sunda secara oblik sepanjang baratdaya pulau Sumatra. Gerak lempeng samudra Indo-Australia ke bawah lempeng kontinental Eurasia berlangsung sejak Oligosen Akhir (Daly dkk., 1987, 1991, Pulunggono dan Cameron, 1984). Unit-unit struktur Cekungan Sumatra Utara dari timur ke barat dapat dipisahkan sebagai berikut (Gambar 2.a dan Gambar 2.b), dengan dibagi menjadi tiga arah utama: 1. Tatanan struktur utara – timur, mencerminkan Sub-cekungan Aceh, bagian selatan Arun High, dan

beberapa Yang Besar High. 2. Tatanan struktur baratlaut-utara, dicerminkan oleh Arun High, bagian Utara Tamiang Deep, dan

beberapa bagian tinggian dan deep di selatan Yang Besar High. 3. Tatanan struktur timurlaut, tercermin di bagian selatan Yang Besar High.

Ada pun elemen-elemen tektonik Cekungan Sumatra Utara adalah sebagai berikut (Gambar 2.3c):

Paparan Malaka: berkembang sepanjang batas Indonesia – Malaysia di selat Malaka, melampar dengan tinggian batuan dasar Busur Asahan di arah selatan yang sangat dangkal, orientasinya Utara – Selatan memisahkan Cekungan Sumatra Utara dengan Sumatra Tengah.

Basin Slope: merupakan daerah yang kompleks, daerah transisi dari paparan Malaka (di timur) ke daerah basinal (Lhok Sukon dan Tamiang, kesebelah barat

Tamiang dan Lhok Sukon Deep: lokasi ini bersama dengan Jawa Deep sedimen Tersiernya di sumbu sub-cekungan Lhok Sukon.

Lhok Sukon, Arun dan Peusangan High: tinggian batuan dasar berada di batas bagian barat dan selatan Lhok Sukon Deep.

Jawa Deep: terbentuk dari beberapa rendahan di barat dan tinggian berarah baratlaut, dimana ketebalan sedimennya mencapai 8.000 m, dan tinggian batuan dasar utara selatan yang terisolasi dan menunjam ke selatan. Konfigurasi unit struktur di darat bagian selatan tidak banyak diketahui karena kompleksnya daerah ini. Jawa Deep dan Lhok Sukon Deep menyatu ke utara dan terbuka ke arah Laut Andaman di utara.

Sigli High dan Mergui Ridge: Cekungan Sumatra Utara dibatasi oleh kedua bentuk positif ini di sebelah barat. Mergui Ridge adalah tinggian batuan dasar utara – selatan, lepas pantai dan ditutupi oleh lapisan tipis sedimen tersier. Sedangkan Sigli High adalah kemenerusannya di darat.

Page 4: MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, …

MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, CEKUNGAN SUMATRA UTARA p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 18-26, Februari, 2021

https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee

Page 21

Gambar 2. (a) Tatanan unit struktur Cekungan Sumatra Utara, (b) Penampang tatanan unit struktur Cekungan Sumatra Utara, (c) Elemen tektonik Cekungan Sumatra Utara (Pertamina-Beicip, 1992)

Stratigrafi Regional Cekungan Sumatra Utara

Ringkasan litostratigrafi Cekungan Sumatra Utara telah banyak dibahas contohnya oleh Mulhadiono (1975) dan Cameron dkk. (1980). Berikut adalah urutan litostratigrafinya dari yang tertua sampai muda: batuan dasar, Formasi Tampur dan Meucampli, Formasi Parapat, Formasi Bampo, Formasi Belumai, Formasi Baong, Formasi Keutapang, Formasi Seurula, Formasi Julu Rayeu, Vulkanik Toba, dan endapan aluvial (Gambar 3).

Gambar 3. Litostratigrafi Sumatra Utara (Kamili dan Naim (1973), Mulhadiono (1975), dan Cameron dkk. (1980)

(modifikasi oleh Tampubolon, 2017)

Page 5: MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, …

MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, CEKUNGAN SUMATRA UTARA p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 18-26, Februari, 2021

https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee

Page 22

METODE PENELITIAN

Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis log sonic, log densitas, dan log neutron untuk mengetahui nilai tekanan pori (pore pressure) guna ditentukannya top overpressure, zona overpressure, dan mekanisme penyebab overpressure pada Sumur SM-1. Nilai tekanan pori dapat dihitung dengan menggunakan Metode Eaton (1975) (dalam Ramdhan, 2010) dengan persamaan sebagai berikut:

Untuk data sonic:

𝑃 = 𝜎𝑣 − (𝜎𝑣 − 𝑃𝑛)(∆𝑡𝑛

∆𝑡)3 (1)

Untuk data tahanan jenis:

𝑃 = 𝜎𝑣 − (𝜎𝑣 − 𝑃𝑛)(𝑅

𝑅𝑛)1,2 (2)

Untuk data ‘d’ exponent:

𝐶 = 𝜎𝑣 − (𝜎𝑣 − 𝑃𝑛)(𝐷𝑐

𝐷𝑐𝑛)1,2 (3)

dimana:

𝑃 = tekanan pori 𝜎𝑣 = tekanan litostatik (tekanan vertikal atau overburden) 𝑃𝑛 = tekanan hidrostatik ∆𝑡 = transit time (sonic) terbaca ∆𝑡𝑛 = transit time (sonic) pada NCT 𝑅 = tahanan jenis (resistivitas) terbaca 𝑅𝑛 = tahanan jenis (resistivitas) pada NCT 𝐷𝑐 = drilling exponent terbaca 𝐷𝑐𝑛

= drilling exponent pada NCT

Mekanisme penyebab overpressure terbagi menjadi dua, yaitu loading dan unloading (Swarbrick dkk., 2002). Mekanisme loading merupakan mekanisme yang terjadi akibat proses sedimentasi; dimana disequilibrium compaction terjadi karena kenaikan tekanan vertilak yang menyebabkan laju pengendapan sedimen yang cepat menjadikan fluida terjebak selama proses pengendapan yang akan memberikan tekanan terhadap pori (pore pressure) pada batuan itu sendiri, sedangkan tectonic compression terjadi karena adanya kenaikan tekanan horizontal sebagai akibat dari kompresi tektonik. Mekanisme unloading dapat menghasilkan overpressure yang tinggi melalui proses perubahan material padat menjadi fluida (Swarbrick dkk., 2002) sehingga meningkatkan tekanan pori yang kemudian mengakibatkan overpressure jika fluida tidak dapat keluar dari sistem, dimana salah satunya adalah perubahan pada mineral lempung/clay diagenesis (mineral smektit menjadi ilit).

Page 6: MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, …

MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, CEKUNGAN SUMATRA UTARA p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 18-26, Februari, 2021

https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee

Page 23

Gambar 4. Hubungan antara tekanan beserta respon wireline log terhadap kedalaman pada overpressure pada mekanisme disequilibrium compaction (Ramdhan, 2010)

Gambar 5. Hubungan antara tekanan beserta respon wireline log terhadap kedalaman pada overpressure pada

mekanisme unloading (Ramdhan, 2010)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Stratigrafi Sumur SM-1

Sumur SM-1 mencapai kedalaman akhir 4511,16 ft; dimana sumur ini menembus Formasi Keutapang dan Formasi Baong.

Analisis Sumur SM-1 Berdasarkan Data Wireline Log

Pada sumur SM-1; log sonic, log densitas, dan log neutron menunjukkan adanya anomali yang dapat diindikasikan sebagai overpressure. Berdasarkan analisis data log sonic terhadap kedalaman, pola kompaksi normal terjadi pada kedalaman 2510 – 3195 ft. Pola ini menunjukkan hubungan nilai sonic yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman (batuan terkompaksikan normal). Pola kompaksi abnormal terjadi pada kedalaman 1653 – 1787 ft, 1653 – 2510 ft, dan 4205 – 4486 ft. Kemunculan pola ini ditandai dengan pola pembalikan atau meningkatnya nilai sonic dibandingkan pola kompaksi normal. Pada kedalaman 3473 – 4205 ft, tidak dapat dianalisis karena tidak adanya data (Gambar 6). Selanjutnya data log sonic digunakan untuk perhitungan nilai tekanan pori (pore pressure) berdasarkan persamaan 1. Pada kedalaman 3473 – 4205 ft, tidak dapat dianalisis karena tidak adanya data.

Page 7: MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, …

MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, CEKUNGAN SUMATRA UTARA p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 18-26, Februari, 2021

https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee

Page 24

Perhitungan Nilai Tekanan

Dilakukan perhitungan guna mendapatkan nilai tekanan hidrostatik, tekanan litostatik, dan tekanan pori. Gradien tekanan hidrostatik didapatkan dari gradien tekanan air tanah di bawah permukaan sebesar 0,433 psi/ft (Mouchet dan Mitchell, 1986). Tekanan litostatik dihitung berdasarkan kolom sedimen yang menimbun di atasnya. Tekanan pori dihitung berdasarkan nilai log sonic dengan metode Eaton (persamaan 1).

Analisis Zona Overpressure

Zona overpressure di Sumur SM-1 diperoleh dengan menganalisis respon wireline log di sumur ini. Nilai wireline log terhadap kedalaman pada Sumur SM-1 ditunjukkan pada Gambar 6, pada gambar tersebut dapat dilihat kemunculan overpressure dimulai pada kedalaman 1653 ft, dimana ditandai dengan pembalikan nilai sonic ke nilai yang lebih besar, nilai densitas ke nilai yang lebih kecil, dan nilai neutron ke nilai yang lebih besar. Zona overpressure Sumur SM-1 berada pada kedalaman 1653 – 1787 ft, 3195 – 3473 ft, dan 4205 – 4486 ft. Respon dari wireline log terhadap keberadaan overpressure juga didukung oleh nilai perhitungan pore pressure. Nilai pore pressure menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kedalaman 1653 ft, dimana pada kedalaman ini merupakan top overpressure. Kondisi overpressure Sumur SM-1 terjadi pada Formasi Baong. Formasi Baong tersusun atas litologi serpih, lanau, dan batupasir; dimana didominasi oleh serpih. Nilai porositas yang tinggi dan sifat permeabilitas serpih yang sulit meloloskan fluida menyebabkan fluida pada pori batuan tidak dapat keluar, sehingga terjadi peningkatan nilai tekanan pori. Peningkatan nilai tekanan pori menghasilkan kondisi overpressure pada sumur ini.

Mekanisme Penyebab Overpressure

Analisis mekanisme penyebab overpressure selain berdasarkan hubungan antara tekanan dengan kedalaman beserta respon log terhadap overpressure (Ramdhan, 2010), dilakukan pula dengan menggunakan metode plot silang antara data sonic (DT) dengan densitas (RHOB) di setiap kedalaman (Dutta, 2002), yang kemudian disebut sebagai Duttacrossplot. Top overpressure pada Sumur SM-1 berada pada kedalaman 1653 ft, dimana zona overpressure berada pada kedalaman 1653 – 2510 ft, 3195 – 3473 ft, dan 4205 – 4486 ft. Mekanisme penyebab overpressure pada sumur ini dapat diidentifikasi berdasarkan hubungan antara tekanan dengan kedalaman, respon wireline log, dan kondisi geologi (Gambar 6); dan duttacrossplot (Gambar 7). Berdasarkan hubungan antara tekanan dengan kedalaman, terlihat kenaikan nilai effective stress yang relatif konstan pada zona overpressure. Berdasarkan respon wireline log, terlihat pembalikan tren log neutron, log sonic, dan log densitas yang relatif konstan. Hubungan antara tekanan dan kedalaman beserta respon log terhadap overpressure ini menunjukkan penyebab overpressure pada Sumur SM-1 adalah mekanisme loading (Ramdhan, 2010). Berdasarkan cross-plot terlihat mineral lempung pada kedalaman 1500 – 4500 ft hampir seluruhnya merupakan mineral lempung berjenis smektit, hanya ada sedikit mineral lempung berjenis illit pada interval kedalaman 2500 – 3000 ft dan 3000 – 3500 ft. Data ini semakin menguatkan jika mekanisme penyebab overpressure pada Sumur SM-1 adalah mekanisme loading berupa disequilibrium compaction.

Page 8: MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, …

MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, CEKUNGAN SUMATRA UTARA p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 18-26, Februari, 2021

https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee

Page 25

Gambar 6. Zona overpressure pada Sumur SM-1 berdasarkan data nilai pore pressure, log sonic (DT), log densitas (RHOB), log neutron (NPHI), dan kondisi geologi

Gambar 7. Duttacrossplot berdasarkan data sonic (DT) dan densitas (RHOB) Sumur SM-1

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, didapat kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat overpressure pada Sumur SM-1, dimana top overpressure pada kedalaman 1653 ft yang

berada pada Formasi Baong yang tersusun atas perselingan serpih, batulanau, dan batupasir; berumur Miosen Tengah – Miosen Atas.

2. Perhitungan nilai pore pressure pada Sumur SM-1 menggunakan metode Eaton pengan menggunakan data log sonic (persamaan 1), dimana digunakan nilai empirical constant 2.

Mekanisme penyebab overpressure pada Sumur SM-1 adalah mekanisme loading berupa disequilibrium compaction.

Page 9: MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, …

MEKANISME OVERPRESSURE PADA SUMUR SM-1, CEKUNGAN SUMATRA UTARA p-ISSN 2715-5358, e-ISSN 2722-6530, Volume 2, Nomor 01, halaman 18-26, Februari, 2021

https://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jogee

Page 26

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Lemigas sebagai pihak penyedia data untuk penelitian ini, juga kepada Bapak Burhannudinnur selaku pembimbing dalam melakukan penelitian ini, juga kepada Ibu Nita dan Bang Ricky yang turut serta membantu secara teknis dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz, A., and Bolt, L.H. 1984. Occurrence And Detection Of Abnormal Pressures From Geological and

Drilling Data, North Sumatra Basin. Indonesia Petroleum Association, The Proceedings of 13th Annual

Convention. P. 195-220.

2. Cameron, Nick R.; Clarke, M.C.G.; Aldiss, D.T.; Aspden, J.A.; Djunuddin, A. 1980. The Geological Evoluion of Northern Sumatera.

3. Dutta, N. C. 2002. Deepwater Geohazard Prediction Using Prestack Inversion f Large Offset P-Wave Data and Rock Model. The Leading Edge.

4. Eaton, Ben A. 1975. The Equation for Geopressure Prediction from Well Logs. Dallas, Texas, 28 September – 1 October 1975: SPE 50th Annual Fall Meeting.

5. Hutasoit, Lambok M., et al. 2013. Overpressure Characteristics in Pertamina’s Area in The North Sumatra Basin. Proceedings Indonesian Petroleum Association (IPA) 37th Annual Convention.

6. Mouchet, J. P., dan Mithchell A. 1989. Abnormal Pressure while Drilling: Origin, Prediction, Detection, Evaluation. Paris: Technip.

7. PERTAMINA – BEICIP. 1992. Global Geodunamics, Basin Classification and Exploration Play Types in Indonesia. PERTAMINA.

8. Prabandari, A. A. S. M. Y. P. 2018. Analisis Zona Overpressure pada Lapangan “AAS”, Cekungan Sumatra Utara. Skripsi Sarjana. Universitas Trisakti.

9. Ramdhan, Agus M. 2010. Overpressure and Compaction in The Lower Kutai Basin, Indonesia. Inggris: Universitas Durham.

10. Swarbrick, R. E.; Osborne, M. J.; Yardley, G. S. 2002. Comparison of Overpressure Magnitude Resulting from the Main Generating Mechanism. AAPG Memoir 76.