Upload
mario-johan-heryputra
View
119
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Mekanisme kerja non steroid anti inflamasi drugs
Citation preview
1. Refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon segera setelah
adanya rangsang. Pada manusia gerak refleks terjadi melalui reflex arc.
Susunan saraf tak sadar.
- Susunan saraf simpatis
- Susunan saraf parasimpatis
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi
tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks
misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks ini merupakan gerak yang
dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen dari
neuron sensorik ,interneuron, dan neuron motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk
tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang paling sederhanahanya memerlukan dua tipe sel
saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah
kesadaran dan kemauan seseorang.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari
reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf,
diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim
tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan
pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila
saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau
mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf
penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur
saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,interneuron,dan neuron motor,yang
mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang paling sederhana
hanya memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron sensor dan neuron motor.
Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan
menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik kaki
dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan
keluarnya air liur tanpa disadari. Brikut skema gerak refleks:
Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung
disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung).Hal ini berbeda sekali dengan
ekanisme gerak biasa.
Gerak biasa rangsangan akan diterimaleh saraf sensorik dan kemudian disampaikan
langsung ke ota. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf motori sehingga
terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui atu dikontrol oleh otak.
Sehingga oleh sebab itu gerak biasa adalah gerak yang disaari.
3. Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan
jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui
serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula
spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan
didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi
sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan
nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang
dilepaskan karena trauma/inflamasi.
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai
stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke system
saraf pusat.
Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam:
1. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat adanya stimulus
mekanis terhadap nosiseptor.
2. Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada system saraf
( neliola, et at, 2000 ).
3. Nyeri idiopatik, nyeri di mana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.
4. Nyeri spikologik
Berdasarkan factor penyebab rasa nyeri ada yang sering dipakai dalam istilah nyeri
osteoneuromuskuler, yaitu :
1. Nociceptor mechanism.
2. Nerve or root compression.
3. Trauma ( deafferentation pain ).
4. Inappropiate function in the control of muscle contraction.
5. Psychosomatic mechanism.
Apabila elektroterapi ditujukan untuk menghambat mekanisme aktivasi nosiseptor baik
pada tingkat perifer maupun tingkat supra spinal. TENS sebagai salah satu cara/upaya
dalam aplikasi elektroterapi terhadap nyeri.
Nociceptor:
Sensor elemen yang dapat mengirim signal ke CNS akan hal–hal yang berpotensial
membahayakan. Sangat banyak dalam tubuh kita, serabut-serabut afferentnya terdiri dari:
1. A delta fibres, yaitu serabut saraf dengan selaput myelin yang tipis.
2. C fibres, serabut saraf tanpa myelin.
Tidak semua serabut-serabut tadi berfungsi sebagai nosiseptor, ada juga yang bereaksi
terhadap rangsang panas atau stimulasi mekanik. Sebaliknya nosiseptor tidak dijumpai
pada serabut-serabut sensory besar seperti A Alpha, A Beta atau group I, II. Serabut-
serabut sensor besar ini berfungsi pada “propioception” dan “motor control”.
Nociceptor sangat peka tehadap rangsang kimia (chemical stimuli). Pada tubuh kita
terdapat “algesic chemical” substance seperti: Bradykinine, potassium ion, sorotonin,
prostaglandin dan lain-lain.
Subtansi P, suatu neuropeptide yang dilepas dan ujung-ujung saraf tepi nosiseptif tipe C,
mengakibatkan peningkatan mikrosirkulasi local, ekstravasasi plasma. Phenomena ini
disebut sebagai “neurogenic inflammation” yang pada keadaan lajut menghasilkan
noxious/chemical stimuli, sehingga menimbulkan rasa sakit. Deregulasi Sistem Motorik
yang Menyebabkan Rasa Sakit
Kita ketahui hypertonus otot dapat menyebabkan rasa sakit. Pada umumnya otot-otot yang
terlibat adalah “postural system”. Nosiseptif stimulus diterima oleh serabut-serabut
afferent ke spinal cord, menghasilkan kontraksi beberapa otot akibat “spinal motor
reflexes”. Nosiseptif stimuli ini dapat dijumpai di beberapa tempat seperti kulit visceral
organ, bahkan otot sendiri. Reflek ini sendiri sebenarnya bermanfaat bagi tubuh kita,
misalnya “withdrawal reflex” merupakan mekanisme survival dari organisme.
Disamping berfungsi tersebut, kita juga sadari bahwa kontraksi-kontraksi tadi dapat
meningkatkan rasa sakit, melalui nosiseptor di dalam otot dan tendon. Makin sering dan
kuat nosiseptor tersebut terstimulasi, makin kuat reflek aktifitas terhadap otot-otot
tersebut. Hal ini akan meningkatkan rasa sakit, sehingga menimbulkan keadaan “vicious
circle”, kondisi ini akan diperburuk lagi dengan adanya ischemia local, sebagai akibat dari
kontrksi otot yang kuat dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak adekuat sebagai
akibat dari disregulasi system simpatik.
Pada gambar 1, terlihat input serabut afferent dan organ visceral, kulit, sendi, tendons,
otot-otot atau impuls dan otak yang turun ke spinal dapat mempengaruhi rangsangan
(exitability) dan alpha dan gamma motorneurons yang berakibat kontraksi otot (muscle
stiffness), misalnya meningkatkan input nosiseptif dari viscus abdominalis akan
meningkatkan tonus otot-otot abdomen. Atau input nosiseptif dari sendi kapsul dapat
meningkatkan “reflex excitability” dan beberapa otot-otot antagonis yang bersangkutan
dengan pergerakan sendi tersebut sehingga hal ini dapat memblok sendi tersebut, disebut
juga sebagai “neurogenic block”. Pengaruh yang paling besar berasal dari otak, stress dan
emosi dapat mengakibatkan “descending excitatory pathways”, sehingga merangsang
peningkatan reflek dari otot-otot postural.
Perasaan nyeri tergantung pada pengaktifan serangkaian sel-sel saraf, yang meliputi
reseptor nyeri afferent primer, sel-sel saraf penghubung (inter neuron) di medulla spinalis
dan batang otak, sel-sel di traktus ascenden, sel-sel saraf di thalamus dan sel-sel saraf di
kortek serebri. Bermacam-macam reseptor nyeri primer ditemukan dan memberikan
persarafan di kulit, sendi-sendi, otot-otot dan alat-alat dalam pengaktifan reseptor nyeri
yang berbeda menghasilkan kuatitas nyeri tertentu. Sel-sel saraf nyeri pada kornu dorsalis
medulla spinalis berperan pada reflek nyeri atau ikut mengatur pengaktifan sel-sel traktus
ascenden. Sel-sel saraf dari traktus spinothalamicus membantu memberi tanda perasaan
nyeri, sedangkan traktus lainnya lebih berperan pada pengaktifan system kontrol desenden
atau pada timbulnya mekanisme motivasi-afektif.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa thalamus lebih berperan dalam sensasi nyeri
dibandingkan daerah kortek serebri (willis WD, 1995). Meskipun demikian penelitian-
penelitian lain membuktikan peranan yang cukup berarti dan kortek serebri dalam sensasi
nyeri. Struktur diensepalik dan telesepalik seperti thalamus bagian medial, hipotalamus,
amygdala dan system limbic diduga berperan pada berbagai reaksi motivasi dan afektif
dari nyeri.
Nyeri merupakan pengalaman individu yang melibatkan sensasi sensori dan emosional
yang tidan menyenangkan. Nyeri dapat dibagi 2. Pertama, nyeri nosiseptf yang terjadi
akibat aktifasi nosi reseptor A-d dan C sebagai respon terhadap rangsangan noxius
(termal , mekanik , kimia). Kedua, neyri neuropatik merupakan nyeri yang timbul akibat
kerusakan/perubahan patologis pada system saraf perifer atau sentral. Pada kasus reumatik
nyeri yang ditimbulkan adalah mixed pain, yaitu kombinasi antara nyeri nosiseptif dan
neuropatik.
Neuron, seperti sel-sel lainnya, selalu menciptakan gradien ionik antara kedua sisi
membran plasmanya melalui proses pemompaan ion-ion tertentu. Pemompaan yang
seringkali dilibatkan ialah pemompaan (Na+-K+) yang terkait dengan enzim (Na+-K+)-
ATPase. Proses ini memompa ion K kedalam sel namun memompa ion Na keluar sel
sehingga menghasilkan konsentrasi ionik intrasel maupun ekstrasel ion-ion tertentu seperti
yang tertera pada Gambar 1 (pada kesetimbangan). Beda potensial membran yang terjadi
antara kedua sisi membran, ΔΨ (potensial sisi luar relative dengan potensial sisi dalam),
dideskripsikan oleh persamaan Goldman Ko dan Ki ialah konsentrasi ion kalium di sisi
luar dan dalam membran. Nao dan Nai ialah konsentrasi ion natrium di sisi luar dan dalam
membran. Clo dan Cli ialah konsentrasi ion klor di sisi luar dan dalam membran. PK, PNa,
dan PCl ialah koefisien permeabilitas ion kalium, ion natrium, dan ion klor. Dengan
menerapkan data yang ada di Gambar 1 pada suhu 25oC, didapatlah ΔΨ yang besarnya –
83mV (bagian dalam membran lebih negatif). Hasil yang didapatkan melalui persamaan
tersebut sesuai dengan eksperimen. Eksperimen yang sering dilakukan ialah dengan
menggunakan akson katak atau cumicumi besar. Potensial membran tercipta oleh
ketidakseimbangan kecil pada distribusi ion antara sisi membran.
Menurut pengamatan, perbandingan ionion yang terpisah oleh membran ialah sekitar 1
pasang ion per sejuta. Namun dalam ukuran makroskopik dan tebal membran sekitar 5
nanometer, perbandingan ion itu sudah cukup membuat medan listrik yang besar pada
membran yaitu sekitar 170.000 V/cm [1].
4. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan , baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam
bentuk kerusakan tersebut. Perasaan yang dirasakan pada bagian tubuh yang berasal
dari somatopleura ( kulit, tulang dan jaringan pengikat ) dinamakan somastesia.
Viseroestesia ( interoseptif ) : persaan yang dirasakan pada bagian tubuh yang tumbuh
dari viseropleura ( usus, paru, limpa dsb ). Perasaan adalah suatu interpretasi dari apa
yang diraskan akibat suatu perangsangan.
Alat perasa ialah ujung-ujung susunan saraf aferen, sebagian memperlihatkan suatu bentuk
dan sebagian merupakan serabut bebas yang tidak memperlihatkan bentuk khusus disebut
nosiseptor ( alat perasa nyeri ).
Alat perasa panas : ruffini ( spt sisir )
Alat perasa dingin : krause ( bunga mawar kuncup )
Alat perasa raba : merkel ( spt piring ) dan meissner (kelompok piring terbungkus kapsul).
Apabila alat-alat tersebut dirangsang timbul potensial aksi dan dikenal sebagai impuls
sensorik.
Penyaluran impuls nyeri
Setelah impuls nyeri dicetuskan nosiseptor, dialirkan ke ganglion radiks posterior medula
spinalis ( ggl spinale ). Sebagian tiba di nukleus proprius setingkat radiks posterior dan
sebagian pada tingkat satu atau dua segmen lebih tinggi atau lebih rendah.
1. Nyeri neuropatik = deaferentasi ; sumber asal nyeri adalah kelainan fungsi atau patologi
dari saraf. Kelainan saraf bisa di saraf tepi dan bisa di saraf pusat.
2. Nyeri nosiseptik ; sumbernya dari kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan yg
sensitif thd rangsangan nyeri, yi jaringan kulit, muskuloskeletal dan visera.
Mediator dan substansi radang
Kerusakan sel akibat adanya noksi akan membebaskan berbagai mediator atau
substansi radang antara lain histamin, bradikinin, kalidin, serotonin, prostaglandin, leukotrien
dan sebagainya. Histamin terdapat pada semua jaringan juga pada leukosit basofil. Di dalam
jaringan, histamin disimpan dalam sel mast dan dibebaskan sebagai hasil interaksi antigen
dengan antibodi IgE pada permukaan sel mast, berperanan pada reaksi hipersensitif dan
alergi. Substans tersebut merupakan mediator utusan pertama dari sedemikian banyak
mediator lain, segera muncul dalam beberapa detik. Reseptor-reseptor histamin adalah H1 dan
H2. Stimulasi pada kedua reseptor ini menyebabkan vasodilatasi pada arterial dan pembuluh
darah
koronaria, merendahkan resistensi kapiler dan menurunkan tekanan darah sistemik. Pada
reaksi radang permeabilitas kapiler meningkat karena dibebaskannya histamin (Mutschler,
1991; Garrison, 1991).
Prazat kalikrein ialah kalikreinogen yang tidak aktif terdapat dalam pankreas, mukosa
usus dan plasma darah. Kalikreinogen diaktivasi oleh faktor Hageman, melalui penguraian
enzimatik dihasilkan kinin aktif yaitu bradikinin dan kalidin, keduanya autakoid. Sebagai
mediator radang bradikinin dan kalidin bereaksi lokal, menimbulkan rasa sakit, vasodilatasi,
meningkatkan permeabilitas kapiler dan berperan meningkatkan potensi prostaglandin
(Mutschler, 1991; Garrison, 1991).
Serotonin (5-hidroksitriptamin, 5-Hf), dalam konsentrasi tinggi terdapat pada platelet
darah, perifer mukosa usus dan di beberapa bagian otak. Salah satu reseptor 5-Hf yang
terdapat pada membran platelet ialah 5-Hf 2, jika distimulasi akan meningkatkan agrerasi
platelet (Garrison, 1991).
Mediator eikosanoid berasal dari dua famili berbeda, dari alur siklooksigenase
dihasilkan prostaglandin dan dari alur lipoksigenase dihasilkan leukotrien, termasuk semua
senyawa yang masih berhubungan dengan keduanya. Sebagai prazat adalah asam arakidonat.
Prostaglandin (PG) sebenarnya bukan sebagai mediator radang, lebih tepat dikatakan sebagai
modulator dari reaksi radang. Sebagai penyebab radang, PG bekerja lemah, berpotensi kuat
setelah berkombinasi dengan mediator atau substansi lain yang dibebaskan secara lokal,
autakoid seperti histamin, serotonin, PG lain dan leukotrien. Prostaglandin paling sensibel
pada reseptor rasa sakit di daerah perifer. Prostaglandin merupakan vasodilator potensial,
dilatasi terjadi pada arteriol, prekapiler, pembuluh sfingter dan postkapiler venula. Walaupun
PG merupakan vasodilator potensial tetapi bukan sebagai vasodilator universal
(Hirschelmann, 1991; Campbell, 1991). Selain PG dari alur sikooksigenase juga dihasilkan
tromboksan. Tromboksan A2 berkemampuan menginduksi agregasi platelet maupun reaksi
pembebasan platelet (Campbell, 1991).
Dari alur lipoksigenase dihasilkan mediator leukotrien (LT) dan hidroksi asam lemak.
Mediator LTB4 potensial untuk kemotaktik leukosit polimorfonuklir, eosinofil dan monosit.
Pada konsentrasi lebih tinggi LTB4 menstimulasi agregasi leukosit polimorfonuklir. Mediator
LTB4 mengakibatkan hiperalgesia. Efek terhadap mikrovaskulatur diinduksi oleh LTC4 clan
LTD4, beraksi di sepanjang endotel dari postkapiler venula yang menyebabkan eksudasi
plasma. Pada konsentrasi tinggi LTC4 dan LTD4 mempersempit arteriol dan mengurangi
eksudasi. Kombinasi LTC4 dan LTD4 merupakan mediator baru, dinamakan slow reacting
substance of anaphylaxis (SRS-A) yang dapat menyebabkan peradangan, reaksi anafilaksi,
reaksi alergi dan asma (Campbell, 1991).
Platelet-activating factor (PAF) disimpan di dalam sel dalam bentuk prazat. PAF
disintesis oleh platelet, neutrofil, monosit, sel mast, eosinofil dan sel mesangial ginjal. PAF
merupakan stimulator agregasi platelet, agregasi leukosit polimorfonuklir dan monosit,
meningkatkan potensi LT, pembebasan enzim lisosomal dan superoksida, juga merupakan
faktor kemotaktik eosinofil, neutrofil dan monosit (Campbell, 1991).
Proses Radang
Respons kardiovaskular pada proses radang tergantung dari karakteristik dan
distribusi noksi. Dilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler di sekitar jaringan yang
mengalami pengaruh-pengaruh merusak pada fase akut berlangsung cepat dimulai 1 sampai
30 menit sejak terjadi perubahan-perubahan pada jaringan dan berakhir 15 sampai 30 menit
dan kadang-kadang sampai 60 menit (lnsel, 1991; Melmon dan Morreli, 1978; Robins, 1974).
Volume darah yang membawa leukosit ke daerah radang bertambah, dengan gejala klinis di
sekitar jaringan berupa rasa panas dan warna kemerah-merahan (PGE2 dan PGI2). Aliran
darah menjadi lebih lambat,
leukosit beragregasi di sepanjang dinding pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah
kehilangan tekstur. Peningkatan permeabilitas kapiler disebabkan kontraksi sel-sel endotel
sehingga menirnbulkan celah-celah bermembran. Permeabilitas kapiler ditingkatkan oleh
histamin, serotonin, bradikinin, sistim pembekuan dan komplemen dibawah pengaruh faktor
Hageman dan SRS-A. Larutan mediator dapat mencapai jaringan karena meningkatnya
permeabilitas kapiler dengan gejala klinis berupa udem (Korolkovas, 1988; Boyd, 1971;
Robins, 1974).
Fase radang sub-akut berlangsung lambat, mulai dari beberapa jam sampai beberapa hari
misalnya karena pengaruh noksi bakteri. Vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas kapiler masih berlangsung. Karakteristik paling menonjol adalah infiltrasi
fagosit yaitu sel polimorfonuklir dan monosit ke jaringan. Selain itu aliran darah lambat,
pendarahan dan terjadi kerusakan jaringan yang ekstensif. Proses fagosit mencapai daerah
peradangan dinamakan kemotaktik. Migrasi fagosit diaktivasi oleh salah satu fragmen dari
komponen komplemen, untuk leukosit polimorfonuklir yaitu C3 a. Selain itu LTB4 dan PAF
ikut berperanan. Fagosit bergerak pada permukaan sel endotel, pada ujung depan mengecil
dan memanjang sehingga dapat memasuki antar sel endotel kemudian melarutkan membran
(diapedesis). Fagosit melepaskan diri dari antar sel, masuk ke jaringan dan berakumulasi
(Insel, 1991; Melmon clan Morreli, 1978; Roitt, et al, 1985). Fagosit yang mula-mula ke luar
dari dinding pembuluh darah adalah leukosit polimorfonuklir yang menyerang dan mencerna
bakteri dengan cara fagositosis. Disusul datangnya monosit (makrofag) sebagai petugas
pembersih, mencerna leukosit polimorfonuklir dan sel jaringan yang telah mati akibat toksin
bakteri. Pada radang kronik makrofag juga ikut mencerna bakteri (Boyd, 1971).
Plasma darah setelah melewati dinding pembuluh darah yang permeable sifatnya berubah
disebut limfe radang. Leukosit dan limfe radang secara bersama membentuk eksudat radang
yang menimbulkan pembengkakan pada jaringan. Rasa sakit disebabkan tertekannya serabut
syaraf akibat pembengkakan jaringan. Selain itu rasa sakit disebabkan bradikinin dan PG.
Kerusakan jaringan disebabkan fagositosis, enzim lisosomal clan radikal oksigen. Deman
oleh pirogen endogen yang dihasilkan adalah karena kerusakan sel (Korolkovas, 1988; Boyd,
1971).
Mekanisme kerja NSAID
NSAID mempunyai efek yaitu: mengurangi rasa nyeri, mengurangi peradangan pada
jaringan, menurunkan demam serta menghambat agregasi platelet. Penelitian mengatakan
bahwa prostaglandin akan dilepaskan apabila terdapat kerusakan sel. Efek terapi dan efek
samping sebagian besar NSAID tergantung dari penghambatan biosintesis prostaglandin.
Asam asetilsalisilat (aspirin) sebagai prototip nonsteroid anti-inflammatory drugs
(NSAID) merupakan analgetika nonsteroid, non-narkotik. Kerja utama asam asetilsalisilat
dan kebanyakan obat anti radang nonsteroid lainnya sebagai penghambat enzim
siklooksigenase yang mengakibatkan penghambatan sintesis senyawa endoperoksida siklik
PGG2 dan PGH2. Kedua senyawa ini merupakan prazat semua senyawa prostaglandin,
dengan demikian sintesis prostaglandin akan terhenti dapat dilihat pada Gambar-1
Prostaglandin di dalam tubuh mempunyai 2 efek yaitu efek fisiologis dan efek
patologis, bergantung pada penyebabnya dan enzim yang berperan. Untuk efek fisiologis,
prostaglandin dapat menurunkan sekresi asam lambung dengan adanya reseptor PGE2
sehingga dapat melindungi mukosa lambung serta meningkatkan aliran darah ke ginjal karena
adanya reseptor PGD2 yang berfungsi untuk vasodilatasi. Selain itu juga dapat menjadi
antiplatelet dengan adanya reseptor TXA2 yang penting untuk agregasi platelet.
Peran prostaglandin dalam proses patologis adalah sebagai mediator timbulnya rasa
sakit. Di dalam membran kita terdapat enzim fosfolipase A2 yang dapat menjadi asam
arakhidonat. Ketika terjadi peradangan, maka akan terbentuk asam arakhidonat dimana
kondisi PH menjadi turun lalu asam arakhidonat membentuk prostaglandin dengan bantuan
enzim siklooksigenase Cox-2. Enzim siklooksigenase yang mengubah asam arakhidonat
menjadi prostaglandin ada 2 macam, yaitu siklooksigenase Cox1 yang menghasilkan
prostaglandin untuk peran fisiologis dan siklooksigenase cox 2 yang menghasilkan
prostaglandin untuk peran patologis.
Mekanisme kerja NSAID adalah
a) Menghambat biosintesis Prostaglandin melalui hambatan Cox-1 dan Cox-2
b) Menghambat fungsi fisiologis dari prostaglandin sehingga menghasilkan efek yang
tidak diinginkan
Klasifikasi obat-obat golongan NSAID:
Golongan asam Karboksilat
a. Golongan Asam fenil asetat
-Diklofenak
-Fenklofenak
-Alkofenak
b. Golongan asam salisilat
–Aspirin
-Diflunisal
c. Golongan asam fenamat
-Asam mefenamat
-Asam flufenamat
-Asam Meklofenamat
d. Golongan asam propionate
-Ibuprofen
-Ketoprofen
-Flurbiprofen
-Fenoprofen
-Fenbufen
-Naproxen
-Oxaprozin
-Asam tiaprofenat
e. Golongan asam Karbo dan heterosiklik
-Indometasin
-Tolmetin
-Sulindak
-Etodolak
2. Golongan asam Enolat
a. Golongan Oksikam
-Piroksikam
-Isoxicam
-Tenoxicam
b. Golongan Pirazolon
-Butazon
-Propazon
3. Golongan obat non asam
-Nabumetone
Sistem yang dipengaruhi obat analgetik NSAID:
1. Sistem Saraf Pusat. TErjadi bila dosis yang digunakan dosis tinggi. Menyebabkan sakit
kepala hebat dan tinnitus (Budek sementara)
2. Sistem Hati. TErjadi karena ada beberapa obat NSAID yang dimetabolisme di hati.
Contohnya parasetamol dan asetaminofen. Parasetamol termasuk hepatotoksi. Asetaminofen
dosis tinggi yaitu dosis 8 g ke atas dpat merusak hati. Orang yang mengalami gangguan
fungsi hati, sakit hati, sirosis hati jangan menggunakan obat ini tetapi menggunakan obat lain
seperti aspirin
3. Sistem pencernaan. Dapat meningkatkan sekresi asam lambung, Untuk penderita tukak
lambung bisa menjadi lebih parah. Perlu dioilih obat gol. Cox-2 inhibitor yang efeknya tidak
terlalu parah untuk penderita tukak lambung
4. Sistem ginjal. Dapat menurunkan aliran darah ke ginjal
5. Agregasi Platelet. Obat NSAID dapat mencegah agregasi platelet sehingga untuk wanita
yang akan melahirkan tidak dianjurkan untuk menggunakan obat ini Karena dapat
menyebabkan pendarahan, waktu melahirkan yang lebih lama dan pendarahan post partum.
Untuk orang yang akan menjalani operasi pun tidak boleh menggunakan obat ini minimal 1
bulan sebelum operasi dilakukan dan 1 minggu sebelum waktu operasi bila merupakan
operasi kecil.
Efek Samping dari Obat NSAID:
1. Insiden Tinggi: Nusea, vomiting, dyspepsia, flatulen, nyeri epigastrik, anoreksia dan diare
2. Insiden rendah: Bleeding, ulserasi, perforasi
3. Kelompok orang yang mempunyai resiko tinggi: usia lanjut, riwayat tukak, menggunakan
kortikosteroid, pengguna antikoagulan
Cara mencegah efek samping obat analgetik opioid:
1. Minum air yang banyak
2. Obat NSAID ini dikonsumsi setelah makan sehingga ketika sekresi asam lambung
meningkat, mukosa lambung tidak rusak
3. Menggunakan kombinasi obat yang dapat meningkatkan produksi bikarbonat dan mucus
seperti Misosprostol. Tetapi obat ini tidak boleh untuk wanita hamil karena dapat
menyebabkan teratogenik
4. Dapat menggunakan kombinasi dengan Surfaktal, suatu Bismuthcolloidal, yang dapat
melapisi mukosa lambung
5. Menggunakan kombinasi dengan Antasida untuk menetralkan asam lambung yang
berlebihan
Efek samping Obat NSAID pada Ginjal:
1. Menurunkan aliran darah ke ginjal
2. Menyebabkan retensi Na berakibat pada timbulnya udem. Dapat diatasi dengand iuretika
3. Menybebabkan hyperkalemia. Dapat diatasi dengan diuretika golongan Diuretika tiazid
dan diuretika jerat henle
4. Menyebabkan gangguan fungsi ginjal akut
Efek samping pada obat NSAID pada darah:
-Menghambat agregasi platelet. Pasien yang menggunakan NSAID perlu memperhatikan ciri
ciri pendarahan yaitu terjadi pendarahan pada gusi, Tinja berwarna kehitaman dan sakit
kepala hebat.
Efek Samping NSAID pada system Saraf Pusat:
1. Sakit KEpala Hebat
2. Kelelahan
3. Menurunnya perhatian
4. Tinnitus (Berhubungan dengan penggunaan salisilat dosis tinggi)
Efek NSAID Pada system Hati:
-Hepatotoksik. TErutama pada pasien usia lanjut, sakit hati, sirosis hati, gangguan fungsi hati
dan mengkonsumsi alcohol
Contoh obat NSAID yang menghambat Cox-2 secara selektif:
1. Meloxicam (Gol. Oxicam)
2. Nimesulide
3. Celecoxib
4. Rofecoxib
5. Parecoxib
6. Lumiracoxib
7. Valdecoxib
8. Deracoxib
9. Etoricoxib
10. Etodolak (gol. Asam Karbo dan heterosiklik)
Faktor yang mempengaruhi pemilihan obat analgesic NSAID pada berbagai situasi klinik:
1. Respon individu terhadap NSAID sangat besar meskipun dari NSAID dengan struktur
yang serupa
2. Dosis rendah digunakan sebagai dosis awal untuk mengetahui efektivitas obat. Bila tidak
memberikan respon, diganti dengan obat lain.
3. Apabila penderita kesulitan tidur akibat nyeri atau kaku duduk pada pagi hari, maka obat
diberkan malam hari dengan disis tunggal besar.
4. Apabila penderita tidak memberikan respon manfaat dari satu NSAID, dapat diganti
dengan NSAID lain
5. Hindari terapi dengan kombinasi sesame NSAID karena dapat meningkatkan efek
samping. EFek toksik yang ditimbulkan bergantung pada dosis yang diberikan
Penggunaan analgesic NSAID:
1. Aspirin dan NSAID lain digunakan untuk mengurangi nyeri intensitas ringan sampai
sedang
2. Untuk nyeri yang lebih hebat, diperlukan Analgesik opioid yang kurang atau tidak
menimbulkan ketergantungan seperti Tamadol
3. Analgesik NSAID digunakan untuk nyeri asal integument seperti sakit kepala, myalgia,
dan bukan untuk nyeri asal visceral
Kriteria penggunaan Analgetik NSAID pada anak-anak:
1. Pemilihan obat NSAID pada anak terbatas pada obat yang telah teruji keamanannya yaitu:
Aspirin (gol. Salisilat), Naproksen (gol. Asam propionate), tolmetin (gol. Asam karbo dan
heterosiklik)
2. Aspirin untuk menurunkan panas pada anak dapat diganti dengan parasetamol
3. NSAID lainnya tidak dianjurkan untuk anak < 12 tahun
Kriteria penggunaan analgetik NSAID untuk wanita hamil:
1. Penggunaan NSAID untuk wanita hamil tidak dianjurkan karena dapat menyebbakan
pendarahan, waktu melahirkan yang lebih lama, dan pendarahan post partum
2. Bila sangat diperlukan, dapat digunakan aspirin dosis rendah