Upload
others
View
24
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MEDITASI SETYO HAJAR DEWANTORO (KAJIAN
FILSAFAT KEBATINAN JAWA)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh:
Ainul Husna Heruditya
NIM: 1113033100010
JURUSAN AQIDAH & FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
KATA PENGANTAR
Assalāmu‘alaykum waraḥmatullāh wabarakātuh
Alḥamdulillāh puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alah swt, Tuhan
semesta alam ini yang telah memberikan rahmat dan petunjuknya sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “MEDITASI SETYO
HAJAR DEWANTORO (KAJIAN FILSAFAT KEBATINAN JAWA)”.
Salawat beriringkan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda
kita Nabi Muḥammad saw. Telah membawa kita dari zaman kejahiliyaan menuju
peradaban yang penuh dengan pencerahan, manisnya keimanan dan kesadaran
akan Nur Muhammad. Selain dari itu juga, penulis ucapakan terima kasih kepada
pihak yang sudah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, sehingga
penulisan skripsi ini alḥamdulillāh berjalan dengan baik dan lancar. Tanpa
mengurangi rasa hormat, penulis sampaikai ucapkan ini keapada:
1. Ibu Dra. Tien Rohmatin, MA selaku ketua Jurusan Aqidah Filsafat Islam,
dan Bapak Dr. Abdul Hamid Wahid, MA selaku sekertaris Jurusan Aqidah
Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Rosmaria Sjafariah, W. SS. MSi sebagai dosen pembimbing dalam
menulis skripsi ini yang selalu ada dan meluangkan sebagian waktunya untuk
penulis. Terima kasih yang sangat mendalam atas dukungan semangat dan
ketulusan membimbing penulis, sehingga penulis memeroleh hasil yang baik.
ii
3. Bapak Dr. Asep Muhammad Romly, M.Hum sebagai Dosen Penasihat
Akademik penulis yang senantiasa memberi kelancaran penulis hingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen khususnya Jurusan Aqidah Filsafat Islam,
civitas akademik, staf perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan ilmu
pengetahuannya, bantuannya selama penulis belajar di Fakultas
Ushuluddin.
5. Prof. Dr. Ridwan Lubis, Prof. Dr. Aziz Dahlan, Prof. Dr. Mulyadhi
Kartanegara, Pak Muthalib, Pak Nanang Tahqiq, Pak Fariz Pari, Pak
Suryadinata, Pak Syaiful Azmi, Pak Moqsith, Pak Harun dan Ibu Siti
Nadroh. Terima kasih untuk semua inspirasi, nasehat dan kebaikan dalam
meluaskan cakrawala pengetahuan penulis selama belajar di Fakultas
Ushuluddin. Senantiasa mengajarkan kedalaman jiwa dan rasa.
6. Bapak Setyo Hajar Dewantoro telah memberikan wawasan spiritual &
informasi yang penulis butuhkan demi terselesaikannya penulisan skripsi.
7. Dita Setio Heru Perdana teruntuk kemurnian kasihnya untuk penulis,
semoga selalu dalam garis takdir yang indah. Aamiin
8. Orang tua tercinta yakni (Alm) Bapak Heru Sutarto, Bunda Mardianah
S.pd, Papi Edy, Bapak Sholeh, Ayah Naufal, Tua Aji Ali, Eyang Darfiah,
Mbah Sutarno, Aji Seo, Raden Said, Raden Soegianto, Daeng Said, Daeng
Mbora, H. Muhidin, atas kasih sayang dan doa yang tak henti
dipanjatkanpada Tuhan untuk penulis.
iii
9. Kawan-kawan seperjuangan di Aqidah Filsafat Islam, Perbandingan Agama,
Tafsir Hadis angkatan 2013 yang telah mau berbagi ilmu pengetahuan baik di
ruang kelas maupun di luar, sehingga pengetahuan penulis semakin bertambah
kuat.
10. Sahabat belajar dan diskusi Juliandi, Bram Ardianto, Andhika, Aulia
Dzakiyu, Kolik Khoirudin, Robby Muhammad, Faisal Fath Junaidi, Jaenal, Nita
Nurningsih, Fahad. Terima kasih untuk cinta kasihnya, menjadi spirit untuk
penulis.
11. Segenap pengurus grup Osho Indonesia, Spiritual Indonesia, Capacitar
Indonesia, Light Givers, Belajar Luar Sekolah, Super Practitioner dan Teater
Enjuku yang memberi banyak warna kebahagiaan, kesempatan untuk penulis
berlatih, berbagi makna kehidupan membuat kesadaran penulis bertumbuh.
Harapan penulis, semoga skripsi yang penulis buat ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan masyarakt pada umumnya. Oleh sebab itu, kritik dan
saran yang senantiasa membangun sangat penulis harapkan.
Wassalāmu‘alaykum waraḥmatullāh wabarakātuh.
Jakarta, 25 Agustus 2017
Penulis
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j je ج
ẖ h dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r er ر
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis di bawah ص
ḏ de dengan garis di bawah ض
ṯ te dengan garis di bawah ط
ẕ zet dengan garis dibawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan ʹ ع
gh ge dan ha غ
f ef ف
v
q ki ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h wa ھ
apostrof ء
y ye ي
Vokal Tunggal
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
a fatẖah ـَ
i kasrah ـِ
u ḏammah ـُ
Vokal Rangkap
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ي ـِ ai a dan i
و ـُ au a dan u
Vokal Panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
â a dengan topi di atas آ
vi
î i dengan topi di atas إى
û u dengan topi di atas أو
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf
syamsiyyah maupun huruf qomariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-
dîwân bukan ad-dîwân.
Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah atau tasdȋd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda (ّـ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi,
hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata
.tidak ditulis aḏ-darûrah melainkan al-darûrah الضرورۃ
Ta Marbûṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada
kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf
/h/ (lihat contoh 1). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut
diikuti oleh kata sifat (naʹt) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah
tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
ṯarîqah طريقة 1
al-jâmi’ah al-islâmiyyah الجامعة الإسلامية 2
waẖdat al-wujûd وحدۃالوجود 3
vii
ABSTRAK
Ainul Husna Heruditya (1113033100010)
Meditasi Setyo Hajar Dewantoro (Kajian Filsafat Kebatinan Jawa)
Setyo Hajar Dewantoro adalah pendiri sekaligus pembina Padepokan
Penging, dengan Meditasi Nusantara beliau menghidupkan kembali tuntunan laku
leluhur Nusantara, membawa diri untuk menuju rasa sejati melalui talenging
manah (pusat hati), yang membawa pada suwung. Meditasi yang beliau
kembangkan bisa menjadi solusi di zaman yang penuh dengan gejolak dan
ketidakstabilan diri.
Menemukan pemurnian diri agar kehidupan damai dan mendapatkan
kebijaksanaan dari dalam diri. Belajar tidak selalu terjebak dengan keadaan diluar
diri.Meditasi beliau bisa diterapkan dengan mudah dan praktis, beliau
menyediakan tehnik-tehnik, meditasi ini bisa dilakukan oleh siapa saja yang
menginginkan menemukan makna kehidupan, kembali harmoni dengan semesta
dan selaras dengan ketetapan Pencipta.
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana filosofis meditasi Setyo Hajar
Dewantoro dalam kajian filsafat kebatinan Jawa. Melalui wawancara dan
observasi. diketahui bahwa ada keterkaitan atau kemiripan corak dengan filosofis
kebatinan Jawa.
Kesamaan fokus pada keterhubungan dengan Guru Sejati, memasuki
suwung atau kekosongan murni yang merupakan sangkan paraning dumadi,
filosofis dari meditasi yang beliau berinama MEDSEBA, selain untuk kedekatan
dengan Tuhan juga untuk menciptakan kesehatan dan kebahagiaan.
Kata Kunci: Setyo Hajar Dewantoro, filosofis meditasinya, Kebatinan Jawa.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ iv
ABSTRAK .............................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakanga Masalah ............................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6
D. Metode Penelitian ....................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 10
BAB II BIOGRAFI SETYO HAJAR DEWANTORO
A. Riwayat Hidup Setyo Hajar Dewantoro ..................................... 12
B. Pendidikan Setyo Hajar Dewantoro ........................................... 14
C. Tokoh yang mempengaruhi pemikiran ...................................... 15
D. Karya Setyo Hajar Dewantoro ................................................... 16
BAB III FILSAFAT KEBATINAN JAWA
A. Pengertian Kebatinan ................................................................... 17
B. Kebatinan Jawa ............................................................................ 19
C. Islam dan Tradisi Kebatinan ...................................................... 28
BAB IV MEDITASI SETYO HAJAR DEWANTORO
A. Meditasi Secara Umum ............................................................... 34
ix
1. Pengertian Meditasi ......................................................... 34
2. Sikap Tubuh Untuk Meditasi ......................................... 47
3. Manfaat Meditasi ............................................................. 50
B. Filosofis Meditasi nya ............................. ................................... 56
1. Mengenal Diri: Hingsun dan Rasa Sejati ......................... 56
C. Tuntunan Laku Kedjawen Sayekti .............................................. 67
D. Sejarah Meditasi Setyo Hajar Dewantoro .................................... 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 74
B. Saran-Saran ................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia telah terjadi banyak perubahan selain perubahan dari
segi ekonomi, kebudayaan, orientasi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, sikap
dan mental dalam menghadapi tantangan zaman pun banyak yang bergeser dari
semestinya. Generasi di saat ini mengalami krisis moral, ketidakstabilan
emosional, pikiran. Hal ini tanpa disadari merupakan sebagian penyebab
munculnya berbagai masalah, keruwetan, kekacauan dimana-mana, permusuhan
baik secara individual maupun antar kelompok. Kurangnya dalam memahami,
mengenali diri sendiri menjadi alasan dalam kuatnya menghakimi sesuatu, tidak
memiliki pengendalian diri dalam merespon suatu kejadian atau masalah akan
membawa pada masalah rumit lainnya. Meditasi Setyo Hajar Dewantoro
membawa angin segar, bisa menjadi solusi untuk menciptakan kedamaian,
keselarasan dalam diri dan alam semesta. Dimana dengan berbagai formula yang
beliau ajarkan lewat meditasinya kita bisa memilih yang sesuai dengan diri kita,
dengan menjadikan meditasi yang beliau ajarkan sebagai laku dalam kehidupan,
kita bisa lebih menerima kesunyataan atau kenyataan dalam hidup serta
menemukan pengetahuan dari kenyataan tersebut. Menjadikan kita lebih belajar
ke dalam diri sendiri, sehingga belajar menerima keadaan diri sendiri, memahami
2
makna kehadiran diri sendiri serta orang lain, merasa utuh dan bisa berbagi kasih
sayang dengan sesama.
Dalam khazanah Islam meditasi sudah dicontohkan oleh para sufi
dizamannya. Dengan konsep pemikiran meditasi Nusantara, akan menambah
wawasan tasawuf tentang meditasi. Serta kita bisa kembali menghayati makna
filosofis dan belajar mengikuti laku leluhur yang membawa pada kepolosan
murni, rasa yang selaras dengan semesta sehingga bisa berbagi kebaikan dan kasih
sayang. Penelitian baru-baru ini tentang meditasi yang dilakukan sebelum proses
belajar di mulai banyak menunjukkan dampak baik dari meditasi seperti suasana
kelas tidak ricuh, anak-anak tenang dan meningkatnya konsentrasi saat belajar
serta apa bila anak-anak melakukan kesalahan mereka cepat menyadari untuk
meminta maaf dan bersikap sopan.
Di masyarakat Indonesia hidup dan berkembang berbagai agama.
Oleh karena itu mau tak mau agama yang satu tentu mempengaruhi agama yang
lain, dan penganut agama yang satu bergaul dengan penganut agama yang lain.
Pertemuan antara agama itu dapat melahirkan proses sinkretisme,adaptasi,
akulturasi, atau inkulturasi.1 Fenomena unik itu dapat ditemukan di daerah-
daerah tertentu yang anggota masyarakatnya cenderung kompromistis dan
adaptif dalam beragama, misalnya terlihat pada ajaran agama Jawa-Sunda.2 Tentu
akan melahirkan suatu budaya, baik dari ciri maupun corak karakter yang
beragam. Menanggapi bagian ini penulis melakukan pendekatan dalam hal
sosiologi, yang berdasarkan ilmu sosial atau pengetahuan budaya. Seorang ahli
sosiologi agama di Indonesia, Hendropuspito, mengatakan: “ Sosiologi agama
adalah suatu cabang dari sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agama
secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah yang pasti demi
kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya.”3
Kehidupan agama secara kolektif dipusatkan pada fungsi agama dalam
1Istilah-istilah tersebut biasanya dipakai dalam studi antropologi dalam menjelaskan
tentang hubungan antara berbagai kebudayaan, atau menggambarkan saling mempengaruhi satu
kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Koentjaranigrat, Pengantar Antropologi (PT Aksara
Baru, 1985),h.240-287.
2Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),h. 96.
3Hendropuspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1983),h.7.
3
mengembangkan atau menghambat kelangsungan hidup dan pemeliharaan
kelompok-kelompok masyarakat.4
Dalam kehidupan spiritual agama tentu ditandai dengan meditasi.
Meditasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat menonjol di kalangan
mereka yang menempuh jalan spiritual, seperti sufi. Dalam Islam meditasi
diajarkan dalam tasawuf.5 Namun banyak manusia yang melupakan bahwa kita
adalah mahluk spiritualitas. Jadi meditasi merupakan jalan memurnikan diri, bisa
dilakukan oleh siapapun yang bertujuan mencari makna kehidupan dan menuju
Rasa Sejati. Meditasi atau Samadhi dalam agama Buddha bukan bertujuan
memeroleh kekuatan batin melainkan mengembangkan sifat-sifat mulia yaitu
kesuksesan hidup dan terbebasnya dari nafsu-nafsu. 6
Melihat fenomena-fenomena yang nyata terjadi, penuh dengan
gejolak emosi dan salah paham dengan keadaan yang hadir. Membuat manusia
terjebak pada dualisme, salah-benar, baik-buruk, membuat kondisi mental
terpuruk dan terhambat untuk maju menuju kualitas yang lebih baik. Ada banyak
hal yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan, sebagai mahluk kesadaran
manusia membutuhkan pengetahuan juga jawaban.
Untuk memecahkan kekeliruan yang menyimpang sebagaimana yang
ditawarkan materialisme dan nihilisme justru terbukti tidak memberikan
kenyamanan psikologis dan kesejahteraan sosial.7 Saatnya kita kembali
menghidupkan suatu kearifan dari tradisi lokal dan kebudayaan yang ada di
4 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama,h. 47. 5Sudirman Tebba, Meditasi Sufistik (Tangerang: Pustaka irVan, Oktober 2007),h.1. 6Oka Diputhera, Meditasi II: Pendidikan Tinggi Agama Buddha ( Jakarta: Vajra
Dharma Nusantara, 2004),h.1. 7 Misbah Yazdi, Buku Daras Filsafat Islam: Orientasi ke Filsafat Islam Kontemporer
(Jakarta: Shadra Press, 2010),h.91.
4
Indonesia. Dari konsep pemikiran Setyo Hajar Dewantoro tentang Meditasi
Nusantara, membuat kita kembali belajar pada kehidupan primitif para leluhur,
bagaimana mereka menjaga pola hubungan dengan Tuhan, alam dan
keharmonisan dengan sesama? bagaimana mereka menjaga kesehatan dan
kebahagaian mereka dengan cara sederhana, hal tersebut sangat berbeda dengan
kondisi kita di era globalisasi yang seharusnya dengan semakin canggih teknologi
dan semua serba maju kita bisa menemukan kebahagiaan. Tetapi kita terjebak
dengan ilusi, kebahagiaan semu serta keruwetan pikiran yang bisa kapan saja
membunuh. Meditasi sangat erat kaitannya dengan belajar konsentrasi, kesadaran
untuk hadir sepenuhnya, saat ini, detik ini dan menyadari setiap tarikan serta
hembusan nafas kita. Dengan meditasi bisa menghadirkan ketenangan dan
pikiran jernih.
Ditinjau dari sejarah peradaban pada masa dulu, di pulau Jawa yang
merupakan poros nusantara, ada dua etnis utama: Jawa dan Sunda. Sejatinya Jawa
dan Sunda bukanlah nama etnis yang secara seklek terpisah sejak dulu. Penghuni
pulau Jawa pada dasarnya berasal dari etnis yang sama, sesama keturunan Hyang
Surya Bagaskara. Sesungguhnya orang-orang yang dilabeli Jawa dan Sunda itu
satu. Kata Jawa dan Sunda lebih menggambarkan kondisi kesadaran atau capaian
laku, bukan nama etnis. Lebih jelasnya Jawa merupakan sikap hidup selaras
dengan titah dari Gusti Kang Murbeng Dumangdi (Tuhan Yang berkuasa atas
Segala Keberadaan).
Demikian pula kata Sunda juga bukanlah nama etnis. Kata Sunda
ketika dikaitkan dengan kawasan, yaitu tatar Sunda atau nusantara kuno, merujuk
5
ke wilayah nusantara kuno. Sementara Sunda secara esensial berarti
kecemerlangan, merujuk pada karakter terang dan menerangi yang melekat pada
Matahari. Berdasarkan pengertian itu, sejatinya Jawa dan Sunda adalah keadaan
jiwa yang saling berkaitan. Mereka yang Njawanilah yang bisa Nyunda. Mereka
yang telah mengerti hidup apa adanya, yang kemudian bisa menjalani hidup
dengan diterangi kebijaksanaan dan menerangi sesama.8 Dalam Bukunya yang
berjudul MEDSEBA (Meditasi Nusantara Kuno), Setyo Hajar Dewantoro
terdapat laku kedjawen yang diterapkan karena mempunyai makna filosofis.
Menurut Simuh, Islam Kedjawen merupakan perpaduan antara tradisi
Jawa dengan ajaran Islam. Terutama aspek-aspek ajaran tasawuf dan budi luhur
yang terdapat dalam perbendaharaan kitab-kitab tasawuf. Ciri-ciri Islam
Kedjawen, ialah mempergunakan bahasa Jawa, dan sangat sedikit menggunakan
aspek syari’at, bahkan ada yang kurang menghargai syari’at.9 Koentjaranigrat
sebagaimana dikutip Simuh mengungkapkan bahwa: “Agama Jawa atau Kejawen
itu adalah suatu kompleks keyakinan dan konsep-konsep Hindu-Buddha yang
cenderung ke arah mistik, yang tercampur menjadi satu dengan unsur-unsur Islam
dan diakui sebagai agama Islam. Varian agama Islam santri, yang walaupun tidak
sama sekali bebas dari unsur-unsur Animisme dan unsur-unsur Hindu-Buddha,
lebih dekat dengan dogma-dogma ajaran Islam yang sebenarnya.”10
Dalam konsep pemikiran Setyo Hajar Dewantoro, Meditasi Nusantara
kita akan mulai menyelami samudera keaslian diri menuju suwung. Yang akan
membawa kita selalu selaras dengan semesta. Konsep pemikiran Setyo Hajar
Dewantoro tentang Meditasi Nusantara menurut penulis sangat menarik untuk
dikaji, bagaimana makna filosofisnya, bagaimana terhubung dengan Rasa Sejati?
Mendorong penulis untuk mengkaji tentang hal tersebut.
8 Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno (Tangerang Selatan:
Javanica, November, 2016),h.100-102. 9 Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita: Suatu Studi Terhadap
Hidayat Jati (Jakarta: UI Press, 1988),h.2. 10Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa (Jakarta: Teraju, 2003),h.81.
6
Merujuk pada paradigma di atas maka penulis ingin menelusuri lebih
jauh tentang konsep pemikiran Setyo Hajar Dewantoro. Untuk tujuan dimaksud
maka penulis akan menelusuri seluk-beluk permasalahan tersebut dengan
menuangkannya dalam bentuk penelitian yang berjudul “MEDITASI SETYO
HAJAR DEWANTORO (KAJIAN FILSAFAT KEBATINAN JAWA).”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dan guna menjelaskan pokok
permasalahan, maka pembatasan suatu masalah dalam suatu penelitian harus
dilakukan supaya tidak melebar pada kajian lainnya. Dalam penelitian ini,
pembatasan akan dilakukan pada meditasi pemikiran Setyo Hajar Dewantoro.
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan permasalahan.
1. Bagaimana filosofis meditasinya?
2. Bagaimana terhubung dengan rasa sejati?
3. Bagaimana Meditasi Setyo Hajar Dewantoro (Kajian Filsafat
Kebatinan Jawa) ?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
Tujuan:
1. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah kajian filosofis dalam hal
keterhubungan dengan Guru Sejati dan penyatuan hulun di ajaran
meditasi Setyo Hajar Dewantoro.
7
2. Ingin menjelaskan lebih lanjut tentang keautentikan dalam meditasi
Setyo Hajar Dewantoro yang merupakan laku penyadaran, yang
dapat menemukan kesunyataan, menata diri lebih baik secara rasa,
karsa dan nalar.
3. Selain itu juga, tulisan ini guna melengkapi salah satu persyaratan
pada akhir program Sarjana Jurusan Aqidah Filsafat Islam,
Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, dalam meraih gelar Sarjana Strata 1 (S1).
Manfaat:
1. Diharapkan mendapatkan pengetahuan tentang kajian filosofis
dalam ajaran meditasi Setyo Hajar Dewantoro.
2. Tahu betapa pentingnya meditasi dalam menemukan
pengetahuan, bagaimana terhubung dengan diri sejati, agar
mendapatkan kesehatan dan kebahagiaan dalam kehidupan .
3. Dengan adanya karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi
suatu sumbangan akademik yang bermanfaat di masyarakat,
dan dapat menambah khazanah kepustakaan atau literatur di
Indonesia.
8
D. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode library
research (studi kepustakaan) dan penelitian lapangan. Teknik ini berupaya
mengumpulkan data-data terkait permasalahan yang dibahas di dalam skripsi ini
melalui berbagai literatur, baik sekunder maupun primer. Dalam hal ini, sumber-
sumber pustaka yang penulis gunakan sebagai rujukan dalam mengumpulkan
informasi dan mengumpulkan data-data ialah dalam bentuk buku-buku, ebook,
skripsi dan artikel dari internet yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun
langgkah-langkahnya berikut ini:
1. Pengambilan Sempel: Adapun metode-metode yang digunakan
dalam penelitian ini yakni: Metode Penelitian Kualitatif dengan melakukan
pendekatan studi kasus, yaitu penelaahan terhadap suatu kasus secara mendalam,
mendetail, dan komprehensif.11
Definisi Kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor
adalah “sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati.”12
2. Pengumpulan Data: Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara
yakni: penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan
dimaksud untuk memeroleh data-data sekunder yang bersumber pada buku-
buku. Adapun penelitian lapangan dimaksud untuk mendapatkan data-data primer
dengan teknis wawancara, angket, dan observasi sebagai upaya
11 Sanafiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta: CV. Rajawali, 1992),
h.22. 12 Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2000), Cet. 1, h.3.
9
mengkontruksikan mengenai orang, kejadian, kegiatan, perasaan, motivasi,
tuntutan dan memverifikasi bahkan merubah dan memperluas informasi.13
3. Adapun rujukan utama (primary source) dalam penelitian ini
adalah buku karya Setyo Hajar Dewantoro yang berjudul MEDSEBA: Meditasi
Nusantara Kuno dan SUWUNG: Ajaran Rahasia Leluhur Jawa.. Untuk sumber
sekunder dalam penelitian ini penulis menggunakan buku-buku, skripsi, makalah
dan artikel dari internet yang membahas tentang Meditasi. Buku Meditasi,
karangan Oka Diputhera. Buku Meditasi Sufistik, karangan Sudirman Tebba.
Buku Mantara, Inisiasi, Meditasi dan Yoga, karangan Swami Veda Bharati. Buku
Soul Awareness: Menyingkap Rahasia Roh dan Reinkarnasi, karangan Anand
Krishna. Buku Perkenalan dengan J. Krishnamurti, karangan Krishnamurti
Foundation. Buku Wide Awake: Sadar Sepenuhnya, karangan Diana Winston.
Untuk panduan penulisan skripsi, penulis menggunakan Pedoman Akademik
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012/2013
Program Strata 1, yang diterbitkan oleh Biro Administrasi Akademik dan
Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan
mengenai transliterasinya penulisan mengacu pada sistem transliterasi Jurnal Ilmu
Ushuluddin yang diterbitkan oleh Himpunan Peminat Ilmu-Ilmu Ushuluddin
(HIPIUS).
13 Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), Cet. 1,
h.135.
10
E. Tinjauan Pustaka
Sebagai suatu upaya penelitian ilmiah, agar tidak ada atau terjadinya
kesamaan (duplikasi), bahkan pemalsuan atau penjiplakan (plagiasi) dari obyek
penelitian. Maka tinjauan pustaka atau studi kepustakaan ini menjadi suatu yang
harus dijalani dalam penelitian ilmiah ini, guna mendapatkan hasil penelitian yang
murni (orisinil) dari obyek penelitian yang dijalani. Adapun setelah penulis
melakukan tinjauan pustaka ini, maka penulis menyatakan penelitian ini baru
pertama kali dibahas oleh penulis dan penulis tidak menemukan hasil penelitian
dalam bentuk skripsi, dengan tokoh atau obyek penelitian yang sama di
Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan bisa dilakukan secara runtut dan terarah maka
diperlukan sistematika yang jelas. Adapun sistematika dalam penulisan ini,
penulis membuat pembahasan yang terdiri dari lima bab, setiap bab terdiri dari
subbab yakni sebagai berikut: Bab pertama, pendahuluan. Dalam bab ini, penulis
memaparkan tentang latar belakang masalah yakni mengemukakan alasan-alasan
mengapa penulis tertarik untuk mengangkat topik ini, batasan dan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
Bab dua tentang biografi Setyo Hajar Dewantoro. Adapun subbabnya
terdiri dari: riwayat hidup tokoh, pendidikannya, tokoh yang mempengaruhi
pemikiran serta karyanya. Bab tiga, tinjauan tentang filsafat kebatinan, subbab
11
terdiri dari: pengertian kebatinan, kebatinan jawa, Islam dan tradisi kebatinan.
Bab empat membahas tentang meditasi Setyo Hajar Dewantoro. Adapun
subbabnya meditasi secara umum: pengertian meditasi, sikap tubuh untuk
meditasi dan manfaat meditasi. Filosofis Meditasinya: mengenal diri sendiri:
hingsun, rasa sejati, tuntunan laku kedjawen Sayekti dan sejarah meditasi Setyo
Hajar Dewantoro. Bab lima, penutup. Dalam bab ini, penulis membuat
kesimpulan dan saran-saran.
12
BAB II
BIOGRAFI SETYO HAJAR DEWANTORO
A. Riwayat Hidup Setyo Hajar Dewantoro
Setyo Hajar Dewantoro anak pertama dari lima bersaudara, anak dari bapak Heru Santoso pemeluk kejawen dan ibu Oom Khomariah dari keluarga Nahdilyin. Kakek-nenek dari pihak bapaknya pemeluk agama prasuh1 dulunya adam makrifat berpusat di Muntilan, Kabupaten Magelang. Dari pihak bapak masih trah
Sultan Hamengku Buwono II.2 Kyai Rangga Pranadirja (leluhur garis ke 6)
adalah salah satu senopati pangeran Diponegoro yang meninggal dalam
perang melawan Belanda di Kranggan, Temanggung. Dari pihak ibu,
leluhur beliau menjadi kuwi di Wangkelang, Cirebon. Salah satunya dikenal
dengan nama Ki Buyut Karta (leluhur garis ke 5).
Setyo Hajar Dewantoro lahir di Magelang, 13 Juli 1974, tepatnya di
kaki Gunung Tindar yang sering dikatakan sebagai pusat spiritual tanah
Jawa. Setyo Hajar Dewantoro memiliki kegemaran bermain sepak bola,
berpetualangan naik sepeda, suka mencari ikan Cupang, kegemaran bermain
sepak bola masih dilakukan sampai masa SMA, lalu kemudian mulai
menekuni seni teater dan mengikuti organisasi keteateran dengan sangat
serius. Semenjak SMA kelas 3 beliau mendadak sholeh, dengan banyak
berdiam diri di mesjid dan bergabung dengan ukm teater yang ada di
sekolah.3 Beliau pernah juga bekerja sebagai manager program di Fahmina
Institute, direktur di The Grage Institute, manager program di Women Crisis
Center Mawar Balqis, menjabat sebagai direktur Madrasah Terpadu Tunas
Cendekia, wartawan, dan staf ahli untuk sekretaris Ditjen Pendidikan Islam
kementria agama (2008-2012).4
Sejak tahun 2000, ketertarikan saya pada spiritualitas dan
pengembangan diri semakin menguat. Sejak saat itu membuka diri pada
berbagai tradisi spiritual dan pengembangan diri, beliau memulai
mempelajari mistisisme Islam. Selain belajar lewat buku beliau juga belajar
dari beberapa sesepuh di Cirebon, baik dari jalur ilmu hikmah maupun
tarekat. Selanjutnya beliau belajar tentang meditasi, yoga, dan spiritual New
Age. Jiwa universal beliau mulai terbentuk dalam fase ini. Lalu pada tahun
2008, ada satu peristiwa penyadaran yang menggerakkan saya untuk
1Agama Prasuh merupakan kepercayaan dari Sastrosoewignyo, beliau mendapatkan
wahyu dan menjalankan perintah Rama Pran-Soeh (pengganti kata Gusti Allah) selama 31 tahun,
dari tahun 1890-1921 dan masih di perpanjang hingga tahun 1957. Catatan: SMH. Sirwoko
kemudian menyebarkan kepercayaaan ini sebagai Adam Ma’rifat. Di akses Jum’at, 13 Oktober
2017 dari: http://blogkejawen.blogspot.co.id/2011/04/pran-soeh-ngesthi-kasampurnan-r-
t.html?m=1 2 Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Kamis, 8 Juni 2017.
3 Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Rabu, 5 April 2017.
4 Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Rabu, 5 April 2017.
13
menemukan jati diri sebagai manusia yang lahir dan hidup di Nusantara.
Saya lalu menjadi sangat bersemangat menggali kembali berbagai ajaran
spiritual yang tumbuh di Nusantara ini, termaksud ajaran spiritual Jawa.5
Bertahun-tahun saya mendedikasikan hidup untuk menemukan
kaweruh6 yang bisa membawa pada kesempurnaan hidup.
7Selama 2008
hingga 2013, saya digerakkan untuk berkelana ke berbagai pepunden,
pesarean leluhur, petilasan, candi, gua, hutan dan gunung yang dimengerti
sebagai tempat bagi para praktisi spiritualitas Jawa untuk manekung
(bermeditasi) dan menjalankan laku prihatin. Dulu beliau menjuluki laku
ini sebagai perjalanan menemukan Banyu Perwitasari atau air kehidupan
yang membuat jiwa menjadi murni.8
Saya sempat menjelajah dari ujung Barat hingga Timur Pulau Jawa,
Bali, Lombok, hingga Kalimantan dan Sulawesi. Kadang beliau juga tidak
mengerti mengapa beliau diberi fasilitas dan vitalitas untuk terus berkelana.
Di antara tempat-tempat yang pernah beliau kunjungi untuk bermeditasi di
sana, menyatukan segenap rasa dengan semesta di sana, antara lain adalah
Situs Sagara Hyang di kaki Gunung Ciremai Kuningan, Situs Cipari
Kuningan, Purah Parahyangan Agung di kaki Gunung Salak Bogor, Gunung
Padang di Cianjur, komplek gua dan candi di Dieng, berbagai gua di
Yogyakarta seperti Gua Cemal dan Gua Langse, sebagai titik Pantai Selatan
di Yogyakarta seperti Parangkusumo dan Parangtritis, berbagai alas seperti
Alas Ketonggo dan Alas Purwo, Hutan Kramat Dayak Loksado di
Kalimantan Selatan, gunung atau bukit seperti Tindar, Turgo, Puncak
Songolikur, berbagai sendang seperti Sendang Beji di Yogyakarta, Situ
Pajajaran di Majalengka, Sendang Semangling di Semarang, Umbul Jumprit
di Temanggung, Telaga Madirda di kaki Gunung Lawu Karanganyar dan
sebagiannya.9
Sejauh saya mengerti, ini adalah sebuah cara semesta untuk
membangkitkan kesadaran di dalam raga ini, kesadaran yang berakar pada
lapisan jiwa yang sejatinya telah sedemikian panjang mengarungi
kehidupan. Perlu saya tegaskan bahwa saya menerima realitas reinkarnasi.
Dan sejauh saya menyelami diri sendiri, jiwa ini memang berlapis-lapis. Di
balik jiwa terbaru yang terbentuk dari senyawa sang esensi atau ruh dengan
raga saat ini, ada jiwa-jiwa masa lalu. Ada old soul atau jiwa tua di dalam
diri ini. Dan itu dibangkitkan melalui laku pengelanaan ke tempat-tempat
sebagaimana yang telah beliau sebutkan di atas. Melalui perenungan ke
dalam diri, juga penyelarasan diri dengan mahakosmos melalui meditasi di
berbagai tempat yang merupakan portal energi itu, pelan tetapi pasti
5 Setyo Hajar Dewantoro, Medseba: Meditasi Nusantara Kuno (Tangerang Selatan:
Javanica, November, 2016),h.13. 6 Kaweruh (bahasa Jawa): pengetahuan.
7 Air Perwitasari: Kesejatian di dalam diri.
8 Setyo Hajar Dewantoro, Medseba: Meditasi Nusantara Kuno,h.13. 9 Setyo Hajar Dewantoro, Medseba: Meditasi Nusantara Kuno,h.13-14.
14
kebijaksanaan yang pernah beliau raih dalam kehidupan masa lalu secara
bertahap bisa muncul kembali.10
Namun fase ini belum membawa saya pada pengertian yang utuh
terhadap realitas diri, realitas tuhan dan realitas hidup. Namun, beliau
memang punya tekad kuat untuk mengerti kesejatian. Maka, beliau terus
bergerak dan mencari. Beliau tak segan untuk belajar dari siapapun dan
tentang apapun. Beliau benar-benar berhasrat menemukan jawaban-jawaban
atas misteri-misteri kehidupan yang belum sepenuhnya terungkap. Dan
rupanya, sang Penyelenggara Hidup ini punya cara unik untuk menunjukkan
kasihNya. Tuhan Yang Maha Pengasih kemudiaan mempertemukan saya
dengan orang-orang yang memberikan peta untuk bertemu dengan Diri
Sejati dan Guru Sejati. Dengan peta jalan itulah beliau dengan tekun
menjalani laku penjernihan dan penyandaran. Dan terjadilah momen ketika
beliau bisa menyaksikan realitas Dewa Ruci atau Diri Sejati. Di dalam diri
itu terjadi pada 2015. Dan pada tahun yang sama, dalam sebuah meditasi,
realitas jagat raya dan sumber keberadaan dari jagat raya itu tersingkap
dalam mata batin saya.11
Ternyata fase pertemuan dengan Diri Sejati dan keterhubungan
dengan Guru Sejati bukanlah ujung perjalanan. Pertengahan 2016, semesta
memberikan kesadaran bahwa setelah perjalanan ke dalam, saya perlu
berjalan kembali ke luar. Diri kita tak sendiri di jagat raya ini. Kita
terhubung dengan bagian-bagian dari semesta yang luas tanpa batas.
Praktisnya, pada titik ini, saya menyadari keberadaan leluhur yang telah
mencapai kesempurnaan laku. Saat vibrasi12
kita selaras, leluhur yang telah
ada di dimensi lain bisa terhubung dengan kita dan menjadi penyampai
pesan Gusti.13
B. Pendidikan Setyo Hajar Dewantoro
Lulus SD Rejowinangun di Magelang, permulaan remaja beliau hidup
di kota Magelang. Melanjutkan sekolah di SMPN 2 di Magelang dengan
suasana multikultural, biasa bergaul dengan teman-teman dari beragam
etnis dan agama tanpa perbedaan.14
Lalu beliau pindah ke kota Bandung
dan sekolah di SMAN 28 di Bandung. Kemudian masuk STIE Trianandra
Jakarta, tidak lulus. Lulus S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Albiruni
pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon. Pernah mengikuti organisasi
Pelajar Islam Indonesia, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
10 Setyo Hajar Dewantoro, Medseba: Meditasi Nusantara Kuno,h.14.
11 Setyo Hajar Dewantoro, Medseba: Meditasi Nusantara Kuno,h.14. 12
Vibrasi, Vibration: Gelombang. 13
Setyo Hajar Dewantoro, Medseba: Meditasi Nusantara Kuno, h.12-16. 14
Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Minggu, 28 Mei 2017.
15
Beliau pernah juga pernah bekerja sebagai manager program di
Fahmina Institute, direktur di The Grage Institute, manager program di Women
Crisis Center Mawar Balqis, menjabat sebagai direktur Madrasah Terpadu Tunas
Cendekia, wartawan, dan staf ahli untuk sekretaris Ditjen Pendidikan Islam
kementria agama (2008-2012).15
Namun saat ini beliau hanya berfokus pada
pengajaran tentang meditasi Nusantara dan juga melakukan kegiatan-kegiatan
meditasi yang beliau beri nama Medseba di berbagai daerah-daerah dan kota-kota
yang ada di Indonesia. Seperti di Surabaya, Semarang, Jakarta dan Bogor.
C. Tokoh yang mempengaruhi pemikiran
Setyo Hajar Dewantoro pelajari berbagai tradisi pemikiran pemikir
Islam fundamentalis seperti Hasan al-Bana dan Sayyid Qutub. Beliau
pelajari juga yang modernis seperti Nurholis Madjid, yang revolusioner
Abdullah Ahmed an Naim dan Ashgar Ali Enginner, dan yang kritis
humanis seperti Gusdur. Pernah juga ngaji ditirakat Syatariyah dibimbing
oleh Ca Epi di Cirebon. Lalu pada akhirnya banyak menyelami tradisi
Spiritual Nusantara. Pada mulanya dalam Spiritual Nusantara ini beliau
banyak terpengaruhi oleh Mangkunegara IV dan Rangga Warsita.16
Beliau
juga pernah membaca serat Wedatama karya KGPAA Mangkunegara IV
dan Rangga Warsita lebih pada petikan-petikannya. Mereka memberi
pengaruh pada tingkat permulaan, membuat beliau keluar dari batasan
dogma agama. Setelah intensif menjalani laku spiritual beliau jarang
membaca lagi. Kesadaran muncul spontan, dan sangat niscaya mirip
dengan apa yang diungkapkan KGPAA Mangkunegara IV dan Rangga
Warsita.17
Dari semua pembelajaran yang beliau lakukan itu membawa beliau
pada pemahaman yang akan membentuk keunikan dari laku dalam meditasi yang
beliau ajarkan. Dimana beliau terus belajar, mengembangkan dan berlatih
sehingga melahirkan tehnik-tehnik meditasi baru memiliki perpaduan yang lebih
baik.
15 Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Rabu, 5 April 2017.
16 Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Rabu, 5 April 2017.
17 Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Kamis, 8 Juni 2017.
16
D. Karya Setyo Hajar Dewantoro
Karya-Karyanya:
1. Merenda Kejayaan Bangsa melalui Strategi kebudayaan, di
terbitkan kementrian pemuda dan olahraga.
2. Laku Spiritual Satria Pinandhita di terbitkan Lakutama tahun
2012.
3. Meditasi Nusantara Kuno (MEDSEBA) di terbitkan Javanica
tahun 2016.
4. SUWUNG: Ajaran Rahasia Leluhur Jawa di terbitkan Javanica
tahun 2017.
Karya yang beliau tulis dengan temannya
1. Ruwatan Intelejensia.
2. Formula Hidup Bejo.
3. Mangening.
4. The Secret of Hong.18
18
Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Rabu, 5 April 2017.
17
BAB III
FILSAFAT KEBATINAN JAWA
A. Pengertian Kebatinan
Menurut Prof. Kamil Kartapraja menyatakan bahwa kebatinan
(ngelmu kebatinan) adalah suatu ilmu yang bersangkutan dengan ajaran-ajaran
mistik, sufi. Ilmu kebatinan ini disebut juga dengan ngelmu hakekat, ngelmu
sejati, yaitu ilmu yang berusaha mencari hakekat hidup, hakekat manusia, hakekat
Tuhan dan segala yang bersangkutan dengan metafisika (alam gaib). Apa yang
disebut mistik kebatinan menurut Prof. M.M. Djajadigoena, SH, lebih
memperjelas sebagaimana dia menyatakan bahwa yang disebut kebatinan
lazimnya adalah usaha manusia untuk mencapai kesempurnaan dirinya. Tujuan
akhir ialah apa yang dalam bahasa Jawa di sebut manunggaling kawulo Gusti
(bersatunya mahluk dengan khalik). Sedangkan jalan untuk mencapai tujuan itu
disebut samadhi atau meditasi.1
Menurut M. Rasyidi mengemukakan hipotesa tentang asal perkataan
kebatinan. Pertama: Kata “Kebatinan” mungkin sebagai salinan dari pada
arti approfondissement de la vie interriure (memperdalam hidup). Dengan
begitu, maka istilah “Kebatinan” itu baru, yakni suatu manifestasi dari pada
pengaruh “Theosophie.” Kedua: Kemungkinan kedua, ialah bahwa kata
“Kebatinan” merupakan salinan dari pada perkataan; “Occultisme” yakni,
yang tersembunyi dan rahasia, apalagi jika kita ingat bahwa banyak dari
praktek kebatinan yang disebut ilmu ghaib. Ketiga: Kemungkinan ketiga,
ialah bahwa “ Kebatinan” merupakan salinan yang wajar dari pada kata
Arab: Bathiniyah, ada pun arti Bathiniyah di ambil dari kata “Batin”, yakni
1Ridin Sofwan, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (Semarang: CV Aneka Ilmu, 1999),h.17.
18
yang di dalam. Bathiniyah adalah orang-orang yang mencari arti yang
dalam dan tersembunyi dalam Kitab Suci.2
Secara umum menurut Ketua Badan Kebatinan Indonesia (BKKI),
beliau mendefinisikan kebatinan itu demikian: “Semua pemikiran atau tindakan
yang berdasarkan kekuatan gaib (Super Natural) yang mencari dan ingin
mengetahui kenyataan di balik fenonim alam.”3 Kebatinan menegaskan bahwa
satu-satunya sumber pengetahuan tentang Tuhan adalah pengalaman batin
manusia itu sendiri, batin berada pada titik ego manusia. Menurut Prof. M.M
Jayadiguna:” Kebatinan memuat empat unsur penting yaitu: ilmu gaib, union
mistik, sangkan paraning dumadi dan budi luhur.”
Menurut siaran-siaran BKKI pada kongres kebatinan ke-2 di Solo
pada tahun 1956, telah diputuskan dan diramaikan suatu definisi kebatinan
sebagai berikut: “ Kebatinan ialah sumber azaz dan Sila Ketuhanan Yang Maha
Esa untuk mencapai budi luhur guna kesempurnaan hidup.” Menurut hemat Prof.
Dr. H. M. Rasyidi, definisi Kebatinan sebagai : “Sumber asas dan Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa untuk mencapai budi luhur guna kesempurnaan hidup”, adalah
suatu definisi yang terbalik. Bukannya Kebatinan yang menjadi sumber
Ketuhanan Yang Maha Esa, akan tetapi: Ketuhanan Yang Maha Esa-lah yang
menjadi sumber Kebatinan. 4
2 M Rasyidi, Islam dan Kebatinan (Jakarta: PT Bulan Bintang,1967),h.63-66.
3Suwardi Endraswara, Kebatinan Jawa dan Jagad Mistik Kejawen (Yogyakarta:
Lembu Jawa, 2011), h.180. 4M Rasyidi, Islam dan Kebatinan,h.105-106.
19
B. Kebatinan Jawa
Kebatinan juga sering disebut “Kedjawen”5 atau “Javanisme.”
6
Kejawen merupakan campuran (sinkretisme) kebudayaan Jawa dengan
agama pendatang: Hindu, Buddha, Islam dan Kristen. Diantara pencampuran
tersebut yang paling dominan adalah dengan agama Islam. Ajaran kejawen
masih berpegangan pada tradisi Jawa asli sehingga dapat dikatakan
mempunyai kemandirian sendiri. Agama bagi kedjawen adalah
“Manunggaling Kawula-Gusti” (bersatunya hamba dengan Tuhan). Konsep
penyatuan hamba dengan Tuhan dalam pandangan Islam santri dianggap
mengarah pada persekutuan Tuhan atau perbuatan syirik.7 Kebanyakan
penganut kebatinan dengan segala variasinya, selalu menekankan pada upaya
mencapai tingkat kekosongan (suwung) agar dapat diisi dengan kehadiran
Tuhan. Mereka memang ada yang enggan menggunakan semedi atau meditasi
dalam berhubungan dengan Tuhan, namun lebih senang melalui olah rasa dan
sujud pasrah. Sikap semacam ini dilandasi rasa berserah diri (Sumarah)
kepada Tuhan.8 Dalam masyarakat Jawa, pendewaan dan pemitosan terhadap
ruh nenek moyang melahirkan penyembahan ruh nenek moyang (Ancestor
Worship) yang pada akhirnya melahirkan hukum adat dan relasi-relasi
5Kedjawen (bahasa Jawa) adalah sebuah kepercayaan atau mungkin boleh dikatakan
agama yang terutama dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap
di Jawa. 6Abdurrazak Naufal Abas, Analisa Terhadap Tasawuf Jawa Sunan Kalijaga. (Skripsi
S1 fakultas Ushuluddin. Universitas Islam Negri Jakarta, 2013),h.26. 7Abdurrazak Naufal Abas, Analisa Terhadap Tasawuf Jawa Sunan Kalijaga,h.27.
8Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen: Sinkritisme, Simbolisme, dan Sufisme Dalam
Budaya Spiritual Jawa ( Yogyakarta: Narasi, 2003), Cet.I, h. 31.
20
pendukungnya. Dengan upacara-upacara slametan, ruh nenek moyang
menjadi sebentuk dewa pelindung bagi keluarga yang masih hidup.9
Pelaku dan penghayat kebatinan Jawa selalu menerapkan sebuah
ngelmu tingkat tinggi. Yakni, ngelmu leluhur yan telah mentradisi. Pada
dasarnya bentuk-bentuk ritual itu dilakukan dengan cara samadhi,
berkonsentrasi dalam posisi tubuh tertentu. Dalam kosmologi Jawa, biasanya
mengikuti proses emanasi. Paham pantheistik yang mewarnai dunia
kebatinan, terdapat pula konsep “ Sang Guru Sejati” pola ajaran demikian ada
dalam kebatinan.10
Melalui pedayagunaan batin seseorang dapat melampaui
batas-batas kewajaran. Pada dasarnya, kebatinan di Jawa adalah penerapan
ajaran-ajaran metafisika. Yaitu sejenis aturan-aturan yang digunakan untuk
menyuburkan kehidupan batin seseorang. Pendalaman ajaran metafisika
melalui mistik kedjawen, laku-laku mereka tempuh untuk menemukan
konsentrasi batin, di dalam kehidupan sehari-hari yang penting adalah
mendapatkan tentreming manah (ketentraman jiwa). Untuk itu orang harus
bisa menghindarkan diri dari “perasaan.” Baik perasaan senang maupun
perasaan susah. Dengan terhindarnya seseorang dari pasang surutnya perasaan
maka jiwa seseorang itu akan selalu tentram. Dibalik badan jasmani manusia
yang kasar terdapat “rasa”, yang merupakan “aku” yang sebenarnya dari
manusia, dan sekaligus manifestasi Tuhan dalam diri manusia. Oleh karena
itu dasar pikiran yang asasi bagi golongan kebatinan kalangan priyayi ialah
9Simuh, Sufisme Jawa: Transformasi Islam ke Mistik Jawa ( Yogyakarta: Yayasan
Bintang Budaya, 1995), Cet. I,h. 111.
10Kebatinan Jawa Dan Jagad Mistik Kejawen (Yogyakarta: Lembu Jawa, 2011),h. 41-
60.
21
rasa=aku=Tuhan: tujuan mistik agar manusia menyadari/menghayati
kenyataan tersebut.11
Dunia mistik kebatinan adalah sakral. Hal tersebut tidak terlepas
dari unsur sinkretisme, hidup senantiasa selalu berubah dan berbenah diri.
Mawas diri terus menerus, pembersihan diri agar mampu menyingkirkan
godaan dan hidup akan jernih. Mistik kebatinan tidak lain merupakan upaya
menemukan kebahagiaan sejati. Praktek kebatinan adalah perwujudan dari
pandangan dunia mistik Jawa dimana koordinasi struktrural peristiwa-
peristiwa menjadi “penyebab” terjadinya peristiwa lain. Manusia harus
memainkan peranan sebagai pemegang kunci pembebasannya sendiri
sekaligus menjadi pemilih atas takdir yang akan dijalaninya. Praktek mistik
menampilkan gaya penalaran yang menekankan penggunaan rasa yang
menyingkap pengetahuan secara langsung, dilakukan secara intuitif, tegas dan
disitu kejadian-kejadian serta pengalaman dijelaskan dengan prinsip-prinsip
harmoni dalam kemanunggalan hidup. Dalam kata-kata Sumantri
Mertodipuro: “Kebatinan adalah cara Indonesia mendapatkan kebahagiaan.
Kebahagiaan sejati merupakan cita-cita tertinggi secara spiritual. Ukuran
bahagia sejati bukan penguasaan dunia materi, melainkan spiritual. Di
Indonesia, kebatinan, apapun namanya: tasawuf, ilmu kesempurnaan,
teosofis dan mistik, adalah gejala umum yang selalu menuju pada
kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati identik dengan ketenangan batin.”
11
Suwardi Endraswara, Kebatinan Jawa Dan Jagad Mistik,h.62.
22
Kebatinan memperkembangkan inner reality, kenyataan rohani,
yaitu kondisi batin yang seimbang. Menerimanya kenyataan dengan sebenar-
benarnya dalam menjalani kehidupan, dan dengan menerima manusia dapat
melihat bahwa semua yang hadir sudah begitu adanya, melihat dari sudut
yang lebih tinggi sehingga bisa memahami apa yang terjadi. Kebahagiaan
dalam praktek mistik akan mengantarkan penghayatan kebatinan menemukan
hakikat hidup, yaitu mencapai kemanunggalan. Praktek kebatinan berusaha
untuk berkomunikasi dengan realitas asli: sebagai cabang pengetahuan,
kebatinan mempelajari tempat manusia dalam dunia dan dunia kosmos. Itu
didasarkan atas keyakinan akan adanya kesatuan hakiki antara segala yang
ada. Bisa juga dikatakan sebagai semuanya sudah terhubung secara otomatis
dengan segala yang ada. Setiap yang hidup berkewajiban moral menciptakan
harmoni antara aspek-aspek lahir dan aspek-aspek batin dari hidup ini, dalam
arti bahwa yang batin menguasai dan mengendalikan yang lahir. Kesadaran
diri secara kosmis, akan membangunkan nalar dan rasa, sehingga mudah
menemukan kebahagiaan yang luar biasa.12
Menemukan realitas tertinggi, adalah suatu keadaan yang amat
istimewa dlam hidup. Realitas termaksud amat imajinatif, sulit dibayangkan,
kecuali hanya dihayati dengan rasa. Untuk mencapai realitas tertinggi, pelaku
kebatinan sering melakukan ritual perseorangan dan kolektif. Praktik
kebatinan merupakan usaha perseorangan, adalah usaha pribadi seseorang
yang ingin manunggal ingin kembali ke asal-usulnya, berniat untuk
12
Suwardi Endraswara,Kebatinan Jawa Dan Jagad Mistik Kejawen,h.141-144.
23
mengalami tersingkapnya rahasia ada atau untuk bebeas sama sekali dengan
ikatan-ikatan duniawi. Dalam wayang, banyak kisah yang pokok ceritanya
berupa pencarian pribadi ini. Dalam lakon Bima Suci atau Dewa Ruci, secara
memikat digambarkan usaha pribadi Bima untuk menemukan air suci yang
disebut Banyu Perwitasari yaitu hakikat kehidupan. Begitu juga ahli
kebatinan dianggap harus menyusuri jalan yang sunyi dan berbahaya, penuh
dengan ilusi dan dualitas yang akan membawanya kepada pengungkapan dan
pemahaman akan “Hakekat Tertinggi.” Hakikat tertinggi itu hanya mungkin
dihayati secara batin, dengan olah rasa, laku mistik yang begitu panjang dan
mempesona dengan semua godaan atas pengetahuannya. Akan mengantarkan
penghayat kebatinan memasuki ruang indah kesunyataan. 13
Esensi kebatinan modern terletak dalam penguasaan diri dan
kepekaan. Dalam harapan merealisasikan kesempurnaan hidup, tanpa
memandang lingkungan sosial seseorang. Inilah sebuah cara etis menuju
kebijaksanaan dan keseimbangan yang tidak harus dinyatakan secara religius,
meskipun cara ini selalu mengandung penajaman batin dan latihan
menyempurnakan perasaan ke dalaman intuitif seseorang, atau rasa, untuk
mengecap di dimensi sejati eksistensi. Pandangan ini di ekspresikan dalam
gagasan pencapaian kemanunggalan antara hamba dan Tuhan (manunggsling
kawuda Gusti). Untuk mencapai ini orang harus, mengatasi belenggu yang
mengikat setiap individu dengan eksistensi fenomenal, seperti nafsu dan
rasionalitas duniawi, yang hanya mengiring pada persepsi menyesatkan
13
Suwardi Endraswara,Kebatinan Jawa Dan Jagad Mistik Kejawen,h.146.
24
tentang kebenaran. Kebatinan sebuah upaya berpusat pada individu yang
menempatkan diri terdalam, “aku sejati” (ingsung sejati), pada pusatnya pusat
segala penilaian. Perkembangan rasa inilah yang menjadi tolak ukur
pertumbuhan batin.14
Secara mistik, penganut kebatinan hendak menemukan jati
dirinya. Kebatinan tidak bisa di sejajarkan dengan agama dalam arti
sebenarnya, melainkan hanya sekedar menyerupai, karena pada dasarnya
ajaran kebatinan merupakan perwujudan dari ajaran yang sudah ada pada
agama-agama resmi: Islam, Kristen, Hindu maupun Buddha. Masing-masing
ajaran dari agama-agama tersebut diambil disana sini yang cocok, kemudian
dicampur aduk sebagai sesuatu ajaran sinkritisme. Dalam ungkapan sekarang
lebih dianggap sesuai bahwa merupakan budaya warisan nenek moyang
terdahulu yang dapat diartikan sebagai warisan penghayatan terhadap ajaran-
ajaran agama yang telah mereka peluk sepanjang sejarah.
Melihat kenyataan bahwa penghayat kebatinan/kepercayaan
mayoritas sebagai orang Islam yang kadar keislamannya masih dangkal maka
pembinaannya agar selayaknya diarahkan kepada penghayatan ketakwaan
sesuai ajaran agamnya itu, sebab meskipun mereka mengikuti aliran
kebatinan/kepercayaan tidaklah kehilangan agama yang dipeluknya. Jadi
melihat tujuan kebatinan, dapatlah dikatakan bahwa kebatinan merupakan
gerakan kerohanian yang berupaya ikut membina budi pekerti luhur atas dasar
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk mencapai kebahagiaan
14
Suwardi Endraswara, Kebatinan Jawa Dan Jagad Mistik Kejawen,h.187-188.
25
hidup. Hanya saja meskipun sasaran pembinaan dan unsur-unsurnya
mempunyai kesamaan dengan agama, kedudukannya berada di luar agama
dan tidak bisa disebut agama karena ajaran-ajarannya merupakan campuran
dari berbagai ajaran agama yang ada. 15
Kajian secara historis menunjukkan latar belakang kenapa Jawa
merupakan basis dari berbagai macam aliran, karena pada hakekatnya
kebatinan adalah inti sari dari falsafah orang Jawa yang disebut “ngelmu
kedjawen,”16
atau apa yang oleh Koentjaranigrat disebut sebagai agama Jawi,
yaitu warisan dari agama Islam orang Jawa yang bersifat sinkretis yang masih
mencampur adukan antara agama Islam dengan keyakinan dan konsep-konsep
Hindu-Buddha yang cenderung ke arah mistik.17
Ajaran-ajaran semacam itu
telah ada sejak abad 16-17 M, terdapat dalam kesusastraan suluk yaitu
himpunan syair-syair mistik yang ditulis dalam macapat gaya Mataram,
semacam Suluk Sukarsa dan Suluk Wujil. Demikian juga unsur-unsur
kesusastraan suluk yang bersifat sinkretis dan mistik itu pada akhir abad 18
sampai 19 telah dimasukkan oleh pujangga kraton Mataram ke dalam karya-
karya seperti Serat Centhini dan Serat Cabolek.
Kebatinan sebagai gerakkan pemurnian jiwa, mengetengahkan
ajaran yang mementingkan kehidupan batin/rohani mengutamakan faktor
rasa, hidup gotong royong, jujur, narimo, penghindaran nafsu, kesucian jiwa,
budi luhur, berusaha menciptakan keselarasan dengan masyarakat
15
Ridin Sofwan,Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa,h.14.
16
Niels Mulder, Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional ( Yogyakarta: Gaja
Mada University Press, 1973).h, 14. 17
Koentjaranigrat, Kebudayaan Jawa ( Jakarta: Balai Pustaka, 1984).h, 311-312.
26
lingkungannya dan keselarasan dengan Tuhan dalam suasana kesatuan kawulo
Gusti.18
Dalam kebatinan terdapat falsafah hidup Jawa, menekankan laku
untuk mencapai tujuan hidup yang sempurna. Manusia Jawa memiliki
timbunann sistem filosofis berupa endapan pengalaman para pujangga dan
leluhur. Pengetahuan yang berupa pengalaman spiritual itu merupakan
langkah untuk mencari arti kehidupa manusia, asal-usul, tujuan akhir, dan
hubungan manusia dengan Tuhan. Pengetahuan semacam ini sering
dinamakan falsafah hidup Jawa. Yakni suatu sikap hidup yang bertujuan
untuk mencari kesempurnaan hidup melalui pangawikan (ngelmu) sangkan
paraning dumadi dan manunggaling kawula Gusti. Selanjutnya kata
“Kawula-Gusti” termaksud kata kunci dalam ajaran kejawen. Manusia harus
bersikap mendekatkan diri pada Tuhan. Manunggaling kawula Gusti akan
menciptakan ketenangan batin. Manusia merasa menghadap Tuhan melalui
batin, dilandasi suatu kepercayaan bahwa manusia dapat mengadakan
komunikasi langsung atau bahkan bersatu dengan Tuhan (kasunyataan
Agung) melalui tanggapan batin di dalam meditasi.
Tujuan hidup manusia bersatu dengan Tuhan. Persatuan “Kawula-
Gusti” yang dapat dilakukan di dunia dengan jalan manekung, yaitu
mengucapkan kata-kata atau ungkapan kawula-Gusti. Namun persatuan yang
lebih sempurna adalah setelah manusia ajal. Jika manusia mampu manunggal,
ia akan “sakti” maksudnya apa yang dikehendaki dan dikatakan akan terjadi
18
Ridin Sofwan,Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa,h.22-23.
27
seketika. Dalam kaitan ini, Tuhan tetap theis, bukan kosong atau awang-
uwung atau manusia itu sendiri. Tuhan tetap Tuhan, begitu pula manusia.
Manunggaling kawula Gusti merupakan perwujudan sikap manembah.
Manembah adalah menghubungkan diri secara sadar, mendekat, menyatu,
dan manunggal dengan Tuhan. Manunggaling kawula Gusti merupakan
sebuah pengalaman bukan ajaran. Suatu pengalaman yang benar-benar nyata,
tak terbatas (infinity) bagi yang pernah mengalaminya. Pengalaman ini dapat
terjadi secara subyektif maupun dalam bentuk kolektif.
Selanjutnya dalam buku Himpunan Pitutur Luhur (2002:66)
diterangkan bahwa memayu hayuning bawana adalah watak dan perbuatan
yang senantiasa mewujudkan dunia selamat, sejahtera dan bahagia. Manusia
seharusnya bekerja tak dididorong oleh kepentingan diri melainkan untuk
kepentingan bersama. Dalam lakon wayang Ciptaning Mintaraga disebutkan
tentang konsep memayu hayuning bawana. Yakni tokoh Arjuna yang bertapa
untuk mendapatkan kesaktian agar kelak menang dalam peperangan
baratayuda adalah upaya memayu hayuning bawana artinya menjaga
perdamaian dunia. Namun demikian, memayu hayuning bawana tidak sekedar
bermakna dalam kaitan peperangan secara fisik. Memayu hayuning bawana
merupakan kewajiban luhur dan sikap hidup manusia Jawa.
Hakekat hidup tidak akan lepas dari berbuat baik terhadap
sesama. memayu hayuning bawana adalah rangkaian laku mistik yang
berhubungan dengan kesucian dunia. Sikap memayu hayuning bawana
mencerminkan kepekaan manusia Jawa. Dalam menghadapi lingkungan
28
hidupnya, kepekaan hati yang bersih ini akan menjadi modal penyeimbang
batin. Dengan keseimbangan batiniah, manusia akan memiliki ketajaman rasa
dan penghayatan hidup yang mendalam. Dalam kata lain melalui konsep
memayu hayuning bawana, mistikawan akan mampu menjaga keseimbangan
kosmos. Hal ini berarti bahwa prinsip harmoni memang penting demi
tegaknya keselamatan dunia. Dalam hal ini mistikawan secara sadar tetap
menciptakan hubungan baik dengan sesama makhluk. Karena kedetakan
hubungan antar makhluk akan menyebabkan laku mistik menjai kurang
khusuk. Yang dimaksud makhluk, tidak terbatas pada makhluk hidup saja,
melainkan benda-benda mati di sekitar manusia. Disamping itu termaksud
makhluk halus yang ada di sekitar manusia. seluruh makhluk tersebut adalah
komponen hidup yang harus dijaga dan diselamatkan agar tercipta harmoni
dunia.19
C. Islam dan Tradisi Kebatinan
Dalam sistem keyakinan kedjawen klasik, apa yang disebut leluhur
itu adalah orang yang memiliki sifat-sifat luhur pada masa hidupnya dan setelah
meninggal mereka itu selalu dihubungi oleh orang-orang yang masih hidup
dengan upacara adat tertentu. Eksistensi leluhur dalam masyarakat kedjawen
adalah sosok yang arwahnya berada dalam alam ruhani yang dekat dengan Yang
Maha Luhur yang selalu patut untuk diteladani.20
19
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen: Sinkretisme. Simbolisme, Sufisme dalam
Budaya Spiritual Jawa,h. 33-40. 20
M.B. Rohimsyah. AR, Siti Jenar Cikal Bakal dalam Kejawen Pergumulan Tasawuf
Versi Jawa ( Surabaya: Pustaka Agung Harapan, 2006),h. 163.
29
Di lihat dari intensitas pengalaman ajaran-ajaran agama, masyarakat
Jawa terbagi menjadi dua, yaitu kelompok santri dan kelompok abangan.
Kelompok santri adalah kelompok masyarakat yang selalu mendasarkan
perbuatannya pada ajaran-ajaran agama. Sedangkan kelompok abagan masih
mendasarkan pandangan dunianya pada tradisi Hindu-Budha atau kebudayaan
Jawa. Di Jawa Tengah bagian Selatan, misalnya pergulatan santri dan abangan
justru di dominasi oleh kelompok abangan. Secara budaya Clifford Geertz
membagi struktur masyarakat Jaa menjadi tiga bagian, yaitu masyarakat abangan,
priyayi, dan santri. Klasifikasi masyarakat Jawa ini merupakan hasil penelitian
dia di daerah Mojokerto Jawa Timur. Dalam hal ini beliau berkata:
Kaum abangan adalah kelompok yang menitikberatkan segi-segi
sinkritisme Jawa yang menyeluruh dan secara luas berhubungan
dengan unsur-unsur petani di antara penduduk. Kelompok santri
mewakili sikap yang menitikberatkan segi-segi Islam dalam
sinkritisme, pada umumnya berhubungan dengan kaum pedagang dan
petani. Sedangkan kelompok priyayi adalah sikap yang
menitikberatkan pada segi-segi Hindu dan berhubungan dengan
unsur-unsur birokrasi.21
Faham kebatinan ini dalam proses perkembangannya senantiasa
didukung oleh golongan priyayi, yaitu golongan keluarga istana dan pejabat
pemerintahan kraton. Mereka termaksud ke dalam kategori orang-orang Islam
abangan lapisan atas, yakni orang-orang Islam yang kurang mengetahui ajaran-
ajaran Islam dan oleh karenanya tidak mengamalkan syariat Islam. Mereka masih
mempertahankan budaya Hindu, sementara Islam yang datang kemudian
dipandang sebagai unsur tambahan. Unsur Islam diperlukan untuk melengkapi
kata-kata/ungkapan-ungkapan yang diperlukan dalam ajarn mistik. Dalam mistik
21
Abdurrazzak Naufal Abas, Analisa Terhadap Tasawuf Jawa Sunan Kalijaga,h.24.
30
priyayi ini, tidak ada bedanya antara Yang Mutlak (Tuhan) dengan manusia.
Terjadinya persatuan antara manusia dengan Yang Mutlak tergantung dari
kesungguhan usaha manusia. Sedangkan dalam mistik Islam, jelas bahwa Tuhan
(Khalik) berbeda dengan manusia (makhluk). Terbukanya tirai antara manusia
dengan Tuhan (kasyf) adalah merupakan anugerah Tuhan. Namun demikian
mistik priyayi tidak canggung-canggung menggunakan istilah-istilah dalam mistik
Islam yang mungkin sesuai dengan penghayatan mereka, seperti istilah al fana, al
baqa, wahdatul wujud.22
Faham Islam kejawen sesungguhnya telah mulai masuk di kalangan
istana/keraton sejak pemerintahan Sultan Trenggono di kesultanan Demak.
Penghulu istana Demak itu adalah Sunan Geseng, saudara seperguruan Syeh Siti
Jenar, yang mengajarkan mistik manunggaling kawulo Gusti. Dan menantu
Sultan Trenggono dari putrinya yang tertua yaitu Jaka Tingkir atau Mas Karebet
adalah dari golongan Islam kejawen. Disamping sebagai menantu Sultan, dia
semula adalah bupati di Pengging, menggantikan kedudukan ayahnya, yaitu Ki
Kebo Kenanga. Dia juga termaksud salah seorang murid Syeh Siti Jenar.
Sementara itu kakeknya Prabu Brawijaya ke V dari Majapahit, dan sewaktu
kerajaan Demak sudah berdiri Andayanigrat tetap berusaha untuk melanjutkan
dinasti Majapahit dengan segala tradisinya.23
Tak kala Jaka Tingkir keluar sebagai pemenang dalam perseteruannya
dengan Arya Penangsang, dan kemudian ia dikukuhkan sebagai sultan pada tahun
22
Sufa’at M, Beberapa Pembahasan Tentang Kebatinan (Yogyakarta, Penerbit Kota
Kembang,1985),h. 43-44. 23
Ridin Sofwan, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa,h.10.
31
1550 menggantikan Sultan Trenggono dengan gelar Sultan Hadiwijaya, maka
ibukota kerajaan kemudian di pindah dari Demak ke Pajang, sebab disana banyak
orang-orang Islam kejawan yang mendukung pemerintahannya. Pemindahan
pusat kerajaan Islam itu terjadi pada tahun 1568. Penggeseran ini menyebabkan
olehnya diusahakan penyesuaian Islam dengan agama Siwa-Buddha, dan
dengan resmi diwujudkan dalam bentuk ajaran wahdatul wujud atau
manunggaling kawulo Gusti sebagai dasar filsafat kerajaan. Pergeseran itu
diusahakan atas prakarsa Ki Ageng Pengging (Ki Kebo Kenanga), ayah dari Jaka
Tingkir.
Di samping itu pergeseran titik berat pusat pemerintahan ke daerah
pedalaman yang agraris menyebabkan Islam dipaksa untuk menjadi agama
tradisional dan feodal. Keadaan itu tetap berlangsung ketika pusat pemerintahan
bergeser lagi ke Mataram dan mencapai puncaknya pada zaman Sultan Agung
Hanyakrakusuma (1613-1645) yang telah berusaha menyatukan Islam dengan
kepercayaan lama dalam suatu rumusan falsafah kejawen dalam kitab Sastra
Gending. Terjadilah polarisasi kehidupan saat itu, disatu pihak ada kelompok
ulama atau orang-orang yang murni menjalankan syari’at Islam (disebut mutian),
dan dilain pihak terdapat bangsawan dan prajurit Islam yang masih melaksanakan
kebiasaan adat kraton yang sinkretis (disebut ngabangan). 24
Sampai abad 19 Islam telah sempurna mendominasi Jawa. Sepanjang
proses Islamisasi, Islam yang bercorak mistik seakan hanya berbeda sedikit pada
24
Hamka, Sejarah Umat Islam IV (Jakarta: Bulan Bintang, 1976),h. 166-287.
32
campuran Hinduisme, Buddhaisme, dan Animisme yang telah mendominasi
bangsa Indonesia hampir 15 abad. Hal itu antara lain karena Islam di Indonesia
dan di Jawa khususnya terputus dari pusat ortodoksinya di Mekkah. Sejak akhir
abad 18 sampai dengan menjelang pertengahan abad 19, isolasi Islam Indonesia
dari pusat pancarannya di Timur Tengah mulai pecah. Pada masa itu, dengan
terbukanya perkembangan pelayaran, banyak para kyai dan orang-orang Indonesia
lainnya yang pergi naik haji ke tanah suci Mekkah. Diantara mereka banyak yang
bermukim beberapa lama disana dan menerima pengajaran Islam lebih murni,
yang menekankan pada ajaran isi Al-Qur’an dan Hadis.
Setelah mereka pulang kembali ke tanah air, mengajar di tempat-
tempat pengajian Al-Qur’an, mereka memberi motivasi baru mengenai isi Islam
yang berbeda semangatnya dari ilmu tasawuf yang pantheistis dan polytheistis.
Dan para santri mulai melihat serta menyadari diri sebagai wakil minoritas iman
yang benar dalam rimba kebodohan dan tahayul. Sementara itu dari Hadramaut,
datang pula pedagang Arab dalam jumlah yang selalu banyak untuk menetap di
Indonesia dan menyiarkan ortodoksi Islam di Mesir dan India bergabung untuk
menghasilkan militansi yang lebih kuat di kalangan umat yang benar-benar
muslim. Dan dengan didirikannya Serikat Islam yang kemudian diikuti oleh
Muhammadiyah (1912), kebangunan ortodoksi menyebar dari kota ke desa-desa.
Sebagai akibat dari munculnya ortodoksi ini maka pesantren mulai bisa
membebaskan diri dari pengaruh kebiasaan Hindu, Buddha dan Animisme.
Namun demikian dikalangan santri ini kemudian timbul polarisasi ,
yakni santri tadisionalis di desa-desa yang didukung oleh kyai dan ulama, dan
33
yang lain adalah santri reformis, di kota-kota yang di dukung oleh para pegawai
dan pedagang kelas menengah.25
Seiring dengan kebangunan semangat ortodoksi ini, pada sisi lain
bangun pula semangat keberagaman kejawen. semangat ini yang kemudian pada
masa sesudah kemerdekaan, dengan di dorong pula oleh reaksi terhadap arus
modernisasi Barat, menimbulkan gerakkaan di kalangan suku Jawa yang disebut
kebatinan. Mereka kembali mengambil sikap hidup dengan meneladani ajaran
sebagimana yang tersurat dalam kepustakaan Islam kejawen. Mereka bangkit
mempertahankan apa yang dianggap sebagai nilai asli Jawa. Sekalipun “kebatinan
Jawa” ini terasa menonjol sekali dalam kehidupan bangsa Indonesia, namun tidak
dapat disangkal bahwa kebatinan bukan saja muncul di Indonesia. Namun secara
historis sebelum kemerdekaan kebatinan telah ada, bahkan dapat dikatakan sejak
bangsa Jawa ada.
Menurut pandangan Hamka, kebatinan yang kita dapati sekarang ini,
bila kita tilik sampai ke dalamnya tidak ada di antara kaum kebatinan itu
memungkiri nubuwat Nabi Muhammad, kadang-kadang dicampur aduk dengan
tasawuf ajaran Imam Ghazali dengan ilmu mistik Hindu dan ajaran cinta Kristen,
kadang-kadang bersamadi dan beryoga menurut ajaran Buddha. Percampuran
keyakinan yang manis, ternyata justru mengesankan sikap lembut.26
25
Ridin Sofwan, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha,h.11. 26
Suwardi Endraswara,Kebatinan Jawa Dan Jagad Mistik,h.166-176.
34
BAB IV
MEDITASI SETYO HAJAR DEWANTORO
A. Meditasi Secara Umum
1. Pengertian Meditasi
Meditasi menurut Setyo Hajar Dewantoro, tentang Meditasi Nusantara
beliau menjelaskan meditasi prinsipnya adalah tindakan untuk melatih
kesadaran dan menjernihkan diri. Di Jawa disebut magening (tindakan
penjernihan diri), di sebut manekung, manembah kang lingkung,
menundukan diri kepada Yang Maha Agung, juga disebut maneges yang
artinya negesaken kasunyatan, menegaskan kenyataan. Meditasi Nusantara
lebih fokus pada proses penyatuan hulun (aku/ego) dengan hingsun (super
ego higher self) yang bertahta di pusat hati atau talenging manah. Di dunia
ini banyak tradisi meditasi ada yang orientasinya pada pendisiplinan pikiran,
ada yang bertujuan mendayagunakan mata ketiga, ada yang menguatkan
simpul Chi di bawah pusar. Sementara dalam tradisi Meditasi Nusantara,
fokus keterhubungan dengan guru sejati, penjernihan jiwa raga. Dan
ujungnya memasuki suwung atau kekosongan murni yang merupakan
sangkan paraning dumadi atau asal dan tujuan hidup.1
Setyo Hajar Dewantoro belajar meditasi sejak tahun 2003, belajar
meditasi karena ingin menemukan kesejatian. Tahun 2008 adalah tahun dimana
beliau benar-benar merevolusi hidupnya. Ada suatu kejadian yang ekstrim, satu
kehidupan yang berat dan itu memaksa untuk menemukan jawaban, suatu subuh
mendapat bisikan dari dalam hatinya untuk kembali ke tanah kelahiran. Beliau
kembali ke Magelang bertemu dengan Pakde nya yang merupakan seorang
dalang, pakde beliau mempunyai asisten bernama Romo Pujiyono yang ahli
kebatinan. Pakde itu yang memberikan petunjuk awal kepada beliau mesti
kemana-mana. Pertama kali beliau mengunjungi petilasan Ki Ageng Langit di
1 Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Rabu, 5 April 2017.
35
Boyolali, semenjak itu selalu ada bisikan terus untuk menemukan kesejatian lewat
pengelanaan. Sejak saat itu beliau suka berkelanan, beliau ke Kalimantan,
Sulawesi, sampai keberbagai tempat di Jawa. Antara Maret dan April tahun 2016
beliau membuka pelatihan dan diberi nama MEDSEBA di berbagai kota sering
diadakan, beliau mengadakan kegiatan yang sifatnya informal dan formal. Kalau
digabung bisa ratusan yang sudah mengikuti dan mempraktekkan. Yang
mengikuti kegiatan beliau kalau dari sisi agama macam-macam, ada Muslim,
Buddha, Katolik serta terdiri dari berbagai kalangan ada yang dari pengusaha,
kalangan militer, polisi, pejabat, seniman, dokter, para pekerja profesional di
perusahaan besar, para pekerja kasar, anak sekolahan dan mahasiswa.
Meditasi Setyo Hajar Dewantoro ini tentunya berangkat dari
pengalaman pribadi, belajar meditasi yang sudah ada di Nusantara ini sudah
lama. Ketika mendapat kegunaan dari laku yang beliau praktekan kemudian beliau
sebarluaskan dan dibahasakan ke bahasa kekinian. Beliau tidak selalu
mengunakan bahasa Jawa atau Nusantara. Kadang mengunakan bahasa Indonesia
atau Sansekerta. Beliau mengembangkan meditasi Nusantara ini, bukan
penemunya. Pernah memelajari, menjalani, kemudian bisa berkembang.
Mengembangkan dalam pengertian sepanjang prosesnya beliau selalu melakukan
eksperimen dari eksperimen itu bisa muncul tehnik-tehnik baru dan beliau namai
sendiri. Beliau berkesempatan mempelajari manuskrip Jawa Kuno dari Gunung
Klothok, yang di simpan oleh J. R. Basuki yang tinggal di Amsterdam Belanda.
Pada tahun 4436 SM, muncul ungkapan-ungkapan penyadaran dari sosok
bernama Josono yang hidup di kawasan Kediri, Jawa Timur dan banyak
36
melakukan perenungan di Gua Selomangleng, Gunung Klothok Kediri.
Ungkapan-ungkapan penyadaran inilah yang pada saat ini membentuk Ajaran
Hosoko Djowo dan dituliskan dalam berbagai layang atau serat. Apa yang beliau
pelajari dari manuskrip kuno Gunung Klothok itu menjadi sumber data tambahan
dari laku yang beliau ajarkan. Meditasi Nusantara ini memiliki perbedaan dengan
meditasi lainnya dimana lebih banyak mempraktekan meditasi yang fokus di pusat
hati. Diawali fokus dengan aliran napas.
Konsep meditasi yang beliau ajarkan intinya membuat orang bisa
terhubung dan tertuntun oleh diri sejati nya. Diri sejati ini sebetulnya adalah
esensi dari jiwa manusia itu sendiri. Kita menyadari penuh bahwa keberadaan diri
kita ini punya banyak dimensi, punya banyak lapisan-lapisan. Pada lapisan paling
dalam, sejatinya setiap manusia itu mengejahwantahkan diri Tuhan itu sendiri.
Dalam bahasa agama disebut sebagai roh kudus, dalam bahasa Jawa disebut
sukma sayekti. MEDSEBA sebetulnya membuat tertuntun pada sukma sayekti
yang dalam bahasa kekinian disebut sebagai diri sejati. Ketika seseorang sudah
tertuntun oleh diri sejatinya, bisa menjalani hidup dengan murni, tahu mana jalan
hidup yang membawa pada kesukacitaan, bahagia yang hakiki. Di zaman ini
meditasi beliau bisa menjadi solusi karena meditasi ini akan membuat orang
kemudian penuh dengan kewelasasihan, bisa meleburkan keangkuhannya.
Sementara akar konflik pada masa kini adalah keakuan yang meninggi, yang
kedua meditasi ini membawa kita itu menjadi harmoni dengan alam semesta atau
pun yang welas asih tidak hanya pada manusia, tetapi pada alam ini sendiri.
37
Sebetulnya tradisi meditasi ini sudah ribuan tahun silam. Sementara
istilah Kebatinan Jawa muncul belakangan, yang disebut kedjawen juga muncul
belakangan. ada kemiripan kedjawen, kebatinan dan meditasi yang diajarkan
leluhur kita ribuan tahun silam, tetapi pada intinya ini sebuah keautentikan. Ini
tidak ada pengaruh apapapun ia sudah ada sejak zaman dahulu. Orang-orang
sekarang yang mengembangkannya tentu saja tidak bisa menutup diri dari
pengaruh-pengaruh yang sudah ada sekarang. Mengenai tasawuf, beliau sendiri
mengatakan tidak ada hubungannya. Kalau kemiripan mungkin saja ada, beliau
pernah belajar tasawuf tetapi tidak pernah menjadikan pelajaran itu sebagai bagian
dari yang beliau ajarkan lewat proses meditasi.
Sebenarnya Meditasi Nusantara intinya kita menata hidup secara utuh,
jadi kita menata jiwa kita semakin jernih sampai pada titik kita juga menata
kondisi fisik. Fisik kita dan termaksud kita menata aspek finansial kita. Jadi begitu
seseorang terhubung dengan Guru Sejati nya. Diri Sejatinya, maka akan ada
penataan yang utuh. Yang tadinya sakit itu dituntun untuk menjadi sehat, yang
tadinya kurang bahagia dituntun menjadi bahagia, yang tadinya galau menjadi
damai. Sampai pada yang sifatnya masa depan, bagaimana kita bisa
mempersiapkan kematian kita sendiri. Filosofis meditasi ini MEDSEBA itu
singkatan dari meditasi sehat dan bahagia. Jadi kalau orang sudah terhubung
dengan diri sejatinya atau terhubung dengan energi Ilahiahnya, terhubung dengan
kecerdasan paling tinggi dalam dirinya otomatis akan tertata kehidupannya, akan
sehat secara fisik, sehat secara mental, sehat secara finansial dan otomatis dengan
begitu akan menemukan kesukacitaan, atau dibalik, jadi orang dibawa pada
38
penyadaran untuk menerima hidup ini apa adanya. Sehingga bisa bahagia dengan
dirinya sendiri dan ketika itu terjadi, jadi bisa menata semua aspek kehidupannya,
akan disehatkan di semua aspek kehidupannya. Laku kedjawen dalam meditasi
beliau itu hanya formulasi mengikuti aksara, jadi jangan disamakan dengan aliran
kedjawen. Berbeda sekali, tidak ada kaitannya.
Meditasi Nusantara yang beliau ajarkan memiliki beberapa tehnik-
tehnik seperti: (1). tehnik penyadaran napas, (2). tehnik meditasi air suci, (3).
tehnik meditasi api suci, (4). tehnik meditasi terhubung Guru Sejati, (5). tehnik
selaras dengan bapak angkasa dan ibu tertinggi, (6). tehnik gerak rasa, (7). gerak
langit, (8). magnetisme (penarik rezeki). Dalam sesi belajar meditasi, beliau
tidak mengajarkan seseorang untuk menjadi seperti diri beliau. Beliau hanya
membuat orang untuk mengenali dirinya dan pola yang pas untuk dirinya. Atau
pada kenyataannya yang belajar itu punya pengalaman yang unik-unik sesuai
dengan kemampuan dirinya. Ada orang yang setelah belajar menjadi seperti mas
Koko, yang punya keahlian sebagai pelukis jiwa, jadi dia bisa melukis jiwa pada
masa lalu, ada juga orang setelah belajar ini bisa menjadi orang yang sangat tajam
melihat realitas metafisik. Sampai ada yang bisa menjelajahi dimensi-dimensi
lain. Tetapi pada intinya orang ikut meditasi seperti ini karena merindukan
kesejatian dan kebahagiaan. Bagaimana dia ketemu dengan diri sejatinya,
bagaimana bisa menemukan hidup yang bermakna eksisnya. Esensi dasar
membuat kita menyadari keillahian diri kita, jumbuh atau penyatuan tanpa batas
dengan sang sumber hidup. Kenyataannya antara Tuhan dengan kita tak pernah
terpisahkan. Tuhan itu dalam pengertian kita adalah kekosongan yang meliputi
39
segalanya. Agung mengejawantahkan, menjadi roh semesta kemudian dalam diri
kita mengejawantah menjadi roh suci. Yang namanya kemenyatuan itu lebih pada
level kesadaran, bagaimana jiwa itu menyadari dirinya, menyatu dengan Tuhan itu
sendiri. Menyatu berikutnya kita bisa menangkap sebetulnya apa pesan dari
Tuhan yang disampaikan lewat roh suci kita sendiri.
Meditasi Setyo Hajar Dewantoro memiliki tujuan yang sama dengan
kebatinan yaitu manunggaling kawulo-Gusti, yakni bersatunya antara manusia
(kawulo,hamba) dengan Tuhan (Gusti). Tujuan mencapai manunggaling kawulo-
Gusti, dilandasi oleh suatu pemikiran teologis-metafisis “sangkan paraning
dumadi” (asal dan kembalinya segala yang ada). Dari pandangan filosofis tersebut
dapat diketahui ajaran-ajaran tentang Tuhan, manusia dan alam, siapakah
manusia, dari mana asal usulnya, serta bagaimana hubungannya dengan Tuhan.
Menurut ajaran kebatinan, manusia berasal dari Tuhan yang diciptakan oleh
Tuhan melalui proses tanazzul, semacam proses emanasi, dimana Tuhan
mengejawantah atau menjelmakan diri dalam beberapa perangkat emanasi, dan
wujudnya yang gaib sampai pada akhirnya bermuara pada terwujudnya manusia
yang terdiri dari unsur jasmani rohani, yang disebut insan kamil.
Dalam meditasi beliau ada konsep tentang hulun dimana terdapat
kemiripan dengan konsep hulul dari Al-Hallaj (858-922 M). Hulul berarti “
mengambil tempat” maksudnya Tuhan mengambil tempat (menyatu) pada diri
manusia. Konsep hulul dilandasi oleh suatu pandangan bahwa dalam diri manusia
terdapat sifat ketuhanan (al-lahut), dan dalam diri Tuhan terdapat sifat
40
kemanusiaan (al-nasut). Dengan demikian persatuan antara Tuhan dan manusia
bisa terjadi, dan dalam falsafah Al-Hallaj persatuan disebut hulul.2
Walaupun corak pemikiran Setyo Hajar Dewantoro berbeda namun
penulis menemukan kemiripan pandangan dengan filsafat mistik Pytagoras yang
berpendapat bahwa roh manusia bersifat kekal. Meyakini bahwa roh terpenjara di
dalam raga. Dengan demikian manusia harus berusaha melepaskan dan
membersihkannya, dengan berusaha meninggalkan kehidupan materi dan
berkontemplasi untuk mendapatkan kebahagiaan yang abadi. Filsafat emanasi
Plotinus yang mengatakan bahwa realitas terpancar dari zat Yang Maha Esa.
Dalam tasawuf terdapat tokoh yang memiliki kecenderungan atau terpesona
dengan keadaan fana. Menumbuhkan konsep-konsep hubungan antara manusia
dengan Tuhan, seperti penyatuan (hulul) seperti Abu Yazid al-Bustammi dan al-
Hallaj. Tasawuf sebagai jalan mengenal Allah, pada pencapaian (Ma’rifah),
dimana tampak realitas-realitas secara ketersingkapan (kasyaf), dimana tidak
terdapat adanya dampak akal budi maupun pandangan lahiriah. Ini dikemukakan
oeh Dzunun al-Misri sebagai orang yang membahasnya secara teoritis. Ia
memberikan batasan epistemologi bagi tasawuf dengan kata lain ma’rifah hanya
dimungkinkan dengan pandangan batin. Pengenalan intuitif langsung pada
Tuhan, kefanaan dalam realitas mutlak, Tuhan serta pencapaian ketentraman
kalbu ataupun kebahagiaan.3 Saat meditasi dalam kondisi suwung, walaupun
2Ridin Sofwan, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa (Semarang: CV Aneka Ilmu, 1999),h.86-102 3 Husnul Khotimah, Tasawuf Sebagai Metode Terapi Krisis Manusia Modern
Menurut Pemikiran Buya Hamka (Skripsi S1 fakultas Ushuluddin. Universitas Negri Islam
Syarif Hidatullah Jakarta, 2009),h.17-20.
41
sesaat tidak langgeng beliau pun mengalami ketersingkapan realitas-realitas dan
pengenalan intuitif langsung pada Tuhan.
Konsep Guru Sejati4 dalam meditasi Setyo Hajar Dewantoro yang
menjadi penuntun, pembimbing diri ada juga dalam aliran Pangestu5. Pokok
Ajaran Guru Sejati bagi Pangestu menitikberatkan pada pendidikan dan
pengelolaan jiwa yang memberikan tuntunan bagi umat manusia dalam bersikap
dan berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Untuk menerimanya manusia
tidak hanya perlu menggunakan akal pikiran melainkan yang lebih penting adalah
kesediaan hati nurani dan kesadaran yang paling dalam. Ajaran ini dipastikan
dapat membantu manusia untuk dapat lebih menghayati dan menjalankan ajaran
agamanya dengan lebih baik. Atas prakarsa R. Soenarto organisasi Pangestu
didirikan pada 20 Mei 1949. Organisasi ini terbentuk ketika kota Sala (Solo) di
duduki tentara Belanda. Maksud dan tujuan kehadiran sang Guru Sejati dalam
aliran Pangestu adalah hanya untuk memperbaiki rusaknya kepercayaan (baca:
keimanan) yang benar, namun tidak untuk mengganti tatanan atau aturan Tuhan
yang telah ada yang umumnya disebut agama serta juga tidak untuk mendirikan
agama baru. Sang Guru Sejati hanya hendak menunjukkan jalan yang benar dan
jalan simpangan serta mengingatkan kepada mereka yang lupa akan keewajiban
suci, juga memberikan petunjuk tentang pengelolaan hati dan cipta bagi mereka
yang percaya.
4 Guru Sejati dalam meditasi Setyo Hajar Dewantoro adalah Tuhan yang mempribadi
di dalam diri, berperan sebagai penuntun.
5 Pangestu adalah nama aliran yang terdapat dalam Kebatinan Jawa
42
Pada intinya ajaran Guru Sejati memberikan pelajaran dan petunjuk.
Mengingatkan semua umat yang lupa akan kewajiban suci, yaitu mereka yang
ingkar (murtad) terhadap perintah Tuhan.6 Selain itu juga terdapat kemiripan
pada konsep kelahiran kembali atau reinkarnasi dengan aliran Sumarah,7
Pangestu.
Pandangan Setyo Hajar Dewantoro tentang reinkarnasi. Satu realitas
yang saya mengerti adalah mengenai perjalanan jiwa. Bahwa sejatinya diri
ini, sang aku-sebagai pengejawantahan dari Hyang Maha Agung atau Sang
Suwung telah mengalami berbagai fase kehidupan. Diri ini pernah ada di
masa silam, dengan raga berbeda, nama berbeda dan tempat kehidupan
berbeda. Inilah yang dinamai reinkarnasi atau proses tumimbal lahir.
Banyak jiwa yang merupakan titisan dari pribadi di masa lalu. Salah satu
tonggak penting dalam laku spiritual adalah bagaimana bisa jumbuh dengan
jiwa di masa lalu dalam rangka menumbuhkan kembali memori, kesadaran,
dan kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan masa kini.8
Terkait dengan ini saya dituntun untuk melakukannya dengan dua
cara. Pertama, sering melakukan meditasi untuk terhubung dengan Diri
Sejati dan jumbuh dengan jiwa-jiwa agung yang ada dalam diri.
Meditasinya sering kali disertai dengan gerak mengikuti dorongan rasa.
Kedua, saya mengunjungi tempat-tempat yang terkait dengan masa lalu.
Diantaranya Candi Gunung Kawi di Tampaksiring, Gianyar,Bali. Beliau
memiliki ikatan rasa yang kuat dengan tempat ini. Spiritualitas menekankan
pendayagunaan perangkat dalam diri manusia yang belum di kenal di dunia
sains. Perangkat inilah dalam pembendaharaan spiritual Jawa dikenal
dengan Rasa Sejati. Inilah perangkat nonfisik yang ada di relung jiwa
manusia, diujung pangkal aliran napas manusia yang berfungsi untuk
mengetahui keberadaan dan kesunyataan melalui sistem deteksi getar.
Pejalan spiritual yang mendayagunakan rasa sejatinya dapat memasuki
kesadaran spirit atau kesadaran roh. Kesadarannya tidak lagi dibatasi hasil
kerja otak yang mengolah masukan data dari pancaindra. Dengan kesadaran
spirit atau kesadaran roh yang berbasis pada rasa sejati, manusia bisa
menyelami kesunyataan jagat raya dalam dimensi yang paling halus.
Tergantung pada tingkat kematangan jiwa dan talentanya.9
6M.Cairul Anwar, Ajaran Panembahan Dalam Pangestu (Skripsi S1 fakultas
Ushuluddin. Universitas Islam Negri Jakarta, 2013),h.19-22.
7 Sumarah adalah nama aliran yang terdapat dalam Kebatinan Jawa.
8Setyo Hajar Dewantoro, Suwung:Ajaran Rahasia Leluhur Jawa (Tangerang Selatan:
Javanica, September 2017),h. 21. 9 Setyo Hajar Dewantoro, Suwung: Ajaran Rahasia Leluhur Jawa,h.21-32.
43
Dalam meditasinya, beliau mengerti suwung10
sebagai keadaan ketika
segala menjadi luruh dan terlampaui, termaksud keberadaan diri, hingga yang ada
tinggal kesadaran. Sebagai pelaku meditasi merasakan tubuh sirna, tetapi
kesadarannya tetap ada. Dalam kesadaran spiritual Jawa menurut KGPAA
Mangkunegara IV,11
suwung sebagai realitas puncak yang dimengerti saat
menyelami diri, sekaligus sebagai sikap jiwa meditatif. Dan ketika seseorang
memasuki kesadaran ini, lebur dalam kekosongan yang menghidupi dan meliputi
segenap yang hidup, jiwa pun diubah. Menjadi jiwa yang tenang, tentram dan
damai. Sementara menurut RMP Sosrokartono,12
suwung sebagai sikap mental
seseorang yang telah masuk pada kesadaran kejumbuhan atau kemanunggalan
tanpa batas dengan Sang Sumber Hidup. Gerak nalar, rasa, dan tubuhnya selaras
dengan tuntunan Sang Guru Sejati yang mengalir dari telenging manah atau pusat
hati melalui getar lembut Rasa Sejati. Mereka yang berkesadaran melampaui
semuanya dan masuk pada kepasrahan total.13
Rasa Sejati14
inilah sumber
ketenangan kekal, terhubung dengan rasa sejati adalah jembatan menuju suwung.
10 Suwung menurut Setyo Hajar Dewantoro adalah menyadari kemenyatuan tanpa
batas dengan semesta dan bisa menyaksikan sumber segala keberadaan. 11
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV adalah adipati di Keraton
Mangkunegara Surakarta. Ia lahir pada 3 Maret 1811 (Senin Pahing, 8 Sapar 1738 Tahun Jawa
Jumakir, Windu Sancaya) dengan nama kecil Raden mas Sudira. Ayahnya bernama KPH
Adiwijaya I, Sementara ibunya putri KGPAA Mangkunegara II bernama Raden Ajeng Sekeli. 12
Raden Mas Panji Sosrokartono lahir di Kabupaten Jepara, adalah kakak kandung
dari Raden Ajeng Kartini. 13
Setyo Hajar Dewantoro, Suwung: Ajaran Rahasia Leluhur Jawa,h.13-16.
14
Rasa Sejati menurut Setyo Hajar Dewontoro adalah perangkat nonfisik yang ada di
relung jiwa manusia, diujung pangkal aliran napas manusia yang berfungsi untuk mengetahui
keberadaan dan kesunyataan melalui sistem deteksi getar. Pejalan spiritual yang mendayagunakan
rasa sejatinya dapat memasuki kesadaran spirit atau kesadaran roh. Kesadarannya tidak lagi
dibatasi hasil kerja otak yang mengolah masukan data dari pancaindra. Dengan kesadaran spirit
atau kesadaran roh yang berbasis pada rasa sejati, manusia bisa menyelami kesunyataan jagat raya
dalam dimensi yang paling halus.
44
Menurut Setyo Hajar Dewantoro penyatuan dengan Tuhan itu
setidaknya ada 2 level. Pertama, menyatu atau terhubungnya kita dengan
manifestasi Tuhan di dalam diri yang disebut Guru Sejati atau Dewa Ruci. Kedua,
seorang pejalan spiritual mengalami kondisi memasuki dimensi kegelapan total
yang meliputi segalanya dimana tak ada apa-apa lagi, bahkan terasa diri luruh
sirna, yang tinggal hanyalah kesadaran. Kondisi kedua hanya dicapai setelah
melampaui kondisi pertama. Saat hidup dicapai saat meditasi. Tetapi bukan yang
langgeng, itu pengalaman sesaat.15
Menurut J. Krishnamurti seorang guru spiritual, memberikan definisi
meditasi yang jelas. Ia berkata:16
meditasi bukanlah pelarian diri dari dunia; bukan kegiatan mengisolasi
diri, tetapi lebih merupakan pemahaman dunia dan kehidupan. Tidak banyak
yang ditawarkan dunia selain dari pangan, sandang, papan, dan kenikmatan yang
membawa penderitaan. Apa yang penting dalam meditasi adalah kualitas hati dan
pikiran. Itu bukan yang anda capai atau apa yang anda katakan telah anda capai,
tetapi lebih merupakan kualitas pikiran yang suci dan mudah menerima. Melalui
peniadaan, ada keadaan positif. Semata-mata berkumpul atau tinggal di dalam,
mengingkari kemurnian meditasi. Meditasi bukan suatu cara mencapai tujuan,
tetapi sekaligus merupakan cara dan tujuan. Pikiran tidak pernah dapat dibuat
menjadi suci melalui pengalaman. Tetapi peniadaan pengalamanlah yang dapat
membawa keadaan positif tanpa noda yang tidak dapat dikembangkan melalui
15
Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Kamis, 7 September
2017.
16
Sri Dhammananda, Meditasi Untuk Siapa Saja (Yayasan Penerbit Karaniya,
2003),h. 10-11.
45
pemikiran. Pemikiran tidak pernah bebas noda, meditasi adalah akhir dari
pemikiran, bukan oleh meditator, karena meditator adalah meditasi. Jika tidak ada
meditasi, maka anda seperti orang buta di dunia yang penuh keindahan, terang,
dan warna.
Umat Buddha tidak pernah dipaksa untuk bermeditasi, tetapi meditasi
dapat membantu kita untuk menghargai ajaran Sang Buddha. Yang menjelaskan
sifat kehidupan, sifat dunia dan kondisi duniawi, sifat dasar penderitaan, dan sifat
dasar kesenangan yang fana. Dengan memahami sifat sejati hal-hal yang
terkondisi, kita menyadari bahwa semua sensasi yang kita rasakan adalah ciptaan
pikiran. Kita juga menyadari bahwa untuk meraih kebahagiaan, kita harus
menenangkan dan mengendalikan pikiran. Agar latihan meditasi mendatangkan
hasil yang baik, kita harus mendisiplinkan pikiran dengan keyakinan diri.
Meditasi juga menguatkan pikiran dan membantu kita memahami segala sesuatu
dengan tepat.17
Selanjutnya menurut Anand Krishna seorang ahli meditasi dan
spiritual dalam Yoga Sutra Patanjali bagi orang Modern―meditasi adalah
pelampauan mind. Meditasi bukanlah untuk mengasah mind supaya bisa
digunakan secara optimal. Tidak, bukan itu maksud dan tujuan meditasi. Mind
lahir dari dualitas, konflik adalah sifatnya; mengasah mind berarti membuatnya
lebih cakap berkonflik.18
Gugusan Pikiran dan Perasaan atau Mind yang prima
adalah mind yang sudah bertransformasi menjadi buddhi atau inteligens.
17
Sri Dhammananda Meditasi Untuk Siapa Saja,h. 12-13. 18
Anand Krishna, Soul Awareness: Menyingkap Rahasia Roh dan Reinkarnasi
(Jakarta: PT Gramedia, 2016),h. 88.
46
Sesungguhnya inilah tujuan dari meditasi yakni mengolah mind menjadi
menjadi buddhi atau inteligens.19
Sesungguhnya dasar meditasi adalah kodrat hidup tiap insan yang
telah diciptakan oleh Sang Pencipta, Tuhan seluruh alam, sebab segala yang hidup
telah dibekali olehNya suatu kemampuan alami (Natural Inteligency) untuk
melestarikan kelangsungan hidupnya, melalui proses alami pernapasan,
keseimbangan antara pemakaian energi hidup dengan penghimpunan kembali
sumber energi hidup itu, antara gerak dengan diam dan seterusnya. Proses alami
yang seimbang inilah proses meditatif, yang sesungguhnya disadari ataupun tidak
tetap berjalan, merupakan proses yang tidak hentinya selama hayat dikandung
badan.
Menurut B Sidartanto Buanadjaya meditasi adalah total relaksasi,
menumbuhkan harmoni fisik dan psikis, serta keseimbangan pemakaian dan
penghimpunan sumber energi hidup (Chi, Prana) secara sadar dan
berkesinambungan.20
Chi atau Ki yang juga berarti energi (tenaga) vital
(sering juga disebut sebagai tenaga dalam, atau Prana dalam bahasa
Sansekerta).21
Umumnya sebagian besar dari pemeluk agama mencari Tuhan di luar
dari dirinya sendiri. Meditasi adalah pertemuan atma dengan paramaatma,
diantara jiwa dengan jiwa seru sekalian alam, antara titik-titik air dengan samudra
luas. Jalan yang di tempuh adalah pemusatan pikiran.22
dalam bahasa Pali, bahasa
di kita-kitab agama Buddha, ada kata mana, yang berari “mengukur,”
19
Anand Krishna,Soul Awareness: Menyingkap Rahasia Roh dan Reinkarnasi,h. 87. 20
B Sidartanto Buanadjaya, Meditasi: Statik & Dinamik (Solo: CV Aneka, 1994),h.7-
8. 21
Irmansyah Effendi, Rei Ki: Tehnik Efektif Untuk Membangkitkan Kemampuan
Penyembuhan Luar Biasa Secara Seketika (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007),h.1-3. 22
Cudamani,Pengantar Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta:Yayasan
Wisma Karma, 1987),h.181-182.
47
kebanggaan,” atau “ego.” Terjemahan lainnya adalah “membandingkan.”
Meditasi memberikan kesempatan, mengamati pikiran dan mempelajari cara
kerjanya.23
2. Sikap tubuh untuk meditasi
Meditasi tidak membutuhkan atau memerlukan perlengkapan yang
banyak dan rumit. Ada yang biasa menggunakan bantal bulat untuk meditasi
(disebut zafu), beberapa orang suka bermeditasi sambil duduk di kursi atau duduk
di lantai. Beberapa orang bermeditasi sepuluh menit saat baru mulai,24
semua
tergantung dengan cepatnya seseorang masuk di kondisi meditatif, lama atau
sebentarnya durasi dalam meditasi tidak terlalu berpengaruh jika kita tidak masuk
dalam kondisi meditatif. Karena kondisi meditatif akan memberi dampak yang
lebih baik. Relaksasi secara total fisik dan psikis, pernafasan yang dalam dan
halus sewajarnya. Sehingga sirkulasi darah serta penyerapan oksigen optimum,
tercapai harmoni tubuh dan jiwa.25
Cara mana saja diperbolehkan dan baik juga mencoba-coba sampai
menemukan sikap tubuh yang paling nyaman. Sikap tubuh terbaik untuk meditasi
adalah sikap yang mana anda bisa duduk tenang, terasa nyaman dan punggung
tegak, jika sikap tubuh anda tenang, otomatis akan membuat pikiran tenang dan
23
Diana Winston, Wide Awake: Sadar Sepenuhnya Panduan Buddish Bagi Remaja
(Pustaka Karaniya, 2007),h.168-172. 24
Diana Winston, Wide Awake: Sadar Sepenuhnya Panduan Buddish Bagi
Remaja,h.93-94. 25
B Sidartanto Buanadjaya, Meditasi: Statik & Dinamik,h.10.
48
waspada. Jaga punggung setegak mungkin namun tidak kaku dan otot perut harus
santai.26
Jika duduk bersila di bantalan, untuk kestabilan usahakan posisi
pinggang lebih tinggi dari pada lutut. Anda harus stabil pada tiga titik: kedua lutut
dan pantat. Jika lutut tidak menyentuh lantai, cobalah duduk lebih tinggi, atau
tambah sebuah bantal lagi dibawah lutut anda. Jagalah punggung tegap, jangan
terlalu kaku, tetapi lurus. Jika duduk di kursi, jangan membungkuk, jagalah
punggungmu tegap, tetapi tidak kaku. Jika mungkin, jangan bersandar ke
sandaran belakang, karenan nanti anda akan tertidur.
Dalam meditasi Setyo Hajar Dewantoro, terdapat metode Infinity27
yang terdiri dari beberapa posisi dan ini dilakukan sembari menikmati aliran
napas yang natural.28
1. Penyatuan Langit dan Bumi: Diri kita terdiri dari unsur Langit
yaitu ruh/spirit dan unsur Bumi. Keduanya diselaraskan agar kita
bisa menjadi manusia seutuhnya.
2. Penyatuan Seluruh Unsur Diri: Jiwa manusia dilengkapi berbagai
perangkat: kesadaran, rasa, nalar dan kehendak. Karena itu semua
disatukan dalam alur kehidupan yang selaras dengan kehendak
Tuhan. Secara utuh kita hidup mengalir bersama dengan aliran
semesta.
26
B Sidartanto Buanadjaya,Meditasi Untuk Siapa Saja,h.209.
27
Infinity artinya tidak terbatas
28Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno (Tangerang Selatan:
Javanica, November, 2016),h. 146-149.
49
3. Penataan Nalar: Nalar manusia adalah perangkat jiwa yang paling
aktif. Selalu bergerak ke sana kemari sehingga dalam pewayangan
disimbolkan dengan binatang Kera. Nalar yang demikian membuat
manusia tak bisa hening dan terhubung dengan Guru Sejati di
dalam diri. Maka, ia perlu ditata agar menjadi lebih harmoni
dengan Rasa Sejati dan seseorang bisa hidup dalam tuntunan Guru
Sejati.
4. Penyandaran Energi Tak Berputusan: Manusia berkesadaran
adalah manusia yang tatanan energinya harmonis. Sejatinya
disemesta ini mengalir energi yang tak berkeputusan, sempurna,
infinity. Realitas inilah yang perlu diejahwantakan ke dalam diri:
energi kosmik mengalir tiada putus di sekujur tubuh kita.
5. Terima Kasih pada Seluruh Keberadaan: Keberhasilan dalam laku
spiritual sejatinya merupakan anugerah dari Gusti Yang Maha
Pengasih. Itu juga bisa terjadi berkat tuntunan dan dukungan dari
para pembimbing spiritual, para leluhur, para guru suci, juga doa
orang tua. Karena itu, sebagai pungkasan Meditasi Infinity ini, kita
menyampaikan terima kasih kita setulus-tulusnya kepada segala
keberadaan.
Merasakan pernafasan adalah latihan konsentrasi dan kesadaran yang
paling dasar dari meditasi pada umumnya. Perhatikanlah bahwa anda sedang
bernafas. Tubuh selalu bernafas tetapi anda jarang memerhatikankan. Tidak perlu
50
mengendalikan nafas, bernafaslah secara normal melalui lubang hidung (tutup
mulut). Bawa kesadaran anda pada tempat di dalam tubuhmu dimana anda
merasakan bernafas.
Untuk beberapa orang pernafasan terasa jelas di bagian perut. Anda
bisa merasakan perutmu naik turun, dan merasakan semua sensasi seperti tekanan,
gerakan, mengembang dan mengempis. Atau merasakan pernafasan di rongga
hidung. Diujung hidung anda bisa merasakan sensasi sejuk, tergelitik atau geli,
atau hangat. Temukan tempat dimana nafas terasa paling kuat. Anda mungkin
perlu menggerakkan pergantian bergiliran dari hidung, dada, dan perut sampai
bisa menentukan dibagian mana yang paling dominan. Setelah dipilih, pusatkan
perhatian di situ. Tetap perhatikan pernafasan, fokus pada titik tersebut, selama
waktu yang anda tentukan, berusahalah menyadari sebisa mungkin.
3. Manfaat Meditasi
Di abad ke-21 manusia modern kembali menghidupkan lagi latihan
meditasi. Tidak memandang agama apapun, hampir semua orang melakukan laku
meditasi di kehidupannya sehari-hari. Karena setiap diri dari kita membutuhkan
jeda dan titik hening, agar dapat melihat dengan jernih segala masalah, baik
dalam memahami suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam kehidupan.
Ada banyak kejutan-kejutan yang timbul dari realita dalam hidup, yang tidak
sesuai dengan keinginan kita dan bisa menimbulkan dampak negatif untuk
perkembangan diri baik dari segi mental, kesehatan dan keberlangsungan dalam
menjalani kehidupan di dunia.
51
Manfaat-manfaat meditasi secara umum sebagai berikut:
Mengembangkan konsentrasi dan ketajaman pikiran.
Memberikan perlindungan diri, intuisi dan arahan dalam membuat
pilihan hidup.29
Jika anda seorang yang sibuk, meditasi dapat membantu anda
membebaskan ketegangan dan mendapatkan relaksasi.
Jika anda seorang yang penuh kekhawatiran, meditasi dapat
menenangkan anda dan membantu anda menemukan kedamaian
pikiran.
Jika anda seorang yang selalu ditimpa permasalahan, meditasi
dapat membantu anda membangun keberanian dan kekuatan
untuk menghadapi dan mengatasinya.
Jika anda kurang percaya diri, meditasi dapat membantu anda
menemukan kepercayaan diri yang merupakan kunci kesuksesan
hidup.
Jika anda sering mengalami ketakutan, meditasi dapat membantu
anda untuk memahami sifat sejati dari permasalahan yang
membuat anda takut sehingga anda bisa mengatasi ketakutan
dalam pikiran.
Jika anda selalu tidak puas terhadap segala sesuatu dan
tampaknya tidak ada hal yang memuaskan dalam hidup, meditasi
29
Diana Winston, Wide Awake: Sadar Sepenuhnya Panduan Buddish Bagi
Remaja,h.92.
52
dapat memberi anda kesempatan untuk membangun dan
mempertahankan rasa tercukupi dalam diri anda.
Jika anda sangsi dan tidak tertarik akan jalan hidup beragama,
meditasi dapat membantu anda keluar dari kesangsian dan melihat
nilai-nilai praktis dari tuntunan keagamaan.
Jika anda frustasi dan patahati karena kurangnya pemahaman
terhadap kehidupan dan dunia yang tidak pasti ini, maka meditasi
dapat benar-benar membimbing dan membantu anda untuk
memahami kondisi dunia yang selalu berubah.
Jika anda orang kaya, meditasi dapat membantu anda menyadari
bahwa tidak ada harta benda yang dapat anda miliki
sesungguhnya, dan bagaimana menggunakannya bukan hanya
untuk kebahagiaan anda sendiri tetapi juga untuk kebahagiaan
orang lain.
Jika anda orang miskin, meditasi dapat membantu anda
membangun rasa tercukupi dan untuk tidak iri terhadap orang-
orang yang memiliki lebih dari anda.
Jika anda orang muda di persimpangan jalan kehidupan, dan anda
tidak tahu ke mana anda harus pergi, meditasi dapat membantu
anda memilih jalan yang tepat untuk meraih tujuan anda.
Jika anda orang lanjut usia yang telah jenuh terhadap kehidupan,
meditasi dapat membawa anda ke pemahaman yang lebih
53
mendalam akan kehidupan: pemahaman ini pada gilirannya akan
melepaskan derita anda dan meningkatkan keceriaan hidup.
Jika anda mudah marah, dengan meditasi anda dapat
mengembangkan kekuatan untuk mengatasi sifat marah, benci
dan dendam untuk menjadi orang yang lebih tenang dan sabar.
Jika anda iri, melalui meditasi anda dapat memahami bahwa sifat
mental negatif tidak akan membawa manfaat apapun.
Jika anda sulit mengurangi nafsu akan kesenangan indera, melalui
meditasi anda dapat belajar bagaimana menjadi tuan atas nafsu
indera anda.
Jika anda ketagihan minuman keras atau obat bius, melalui
meditasi anda dapat mengatasi kebiasaan berbahaya yang telah
memperbudak anda.
Jika anda orang yang berpikiran sempit, meditasi dapat
membantu anda mengembangkan pengertian yang bermanfaat
bagi diri anda, teman, dan keluarga anda untuk menghindari salah
pengertian.
Jika anda sangat dipengaruhi emosi, dengan meditasi emosi anda
tidak akan mendapat kesempatan untuk menjerumuskan anda.
Jika anda menderita gangguan syaraf atau mental, meditasi dapat
membangkitkan kekuatan positif dalam pikiran dan jasmani untuk
memulihkan kesehatan anda, terutama dari masalah-masalah
kejiwaan.
54
Jika anda mengalami berpikiran lemah dan merasa rendah diri,
meditasi dapat menguatkan pikiran anda dan membangun
keberanian anda untuk mengatasi kelemahan-kelemahan diri.
Jika anda orang yang bijaksana, meditasi akan menuntun anda ke
kebijaksanaan tertinggi dan anda akan melihat segala sesuatu
seperti apa adanya, bukan seperti tampaknya.30
Demikian beberapa manfaat praktis dari meditasi yang dapat diperoleh
bila kita tekun dalam berlatih. Manfaat-manfaat seperti ini bisa didapatkan serta
dikembangkan dalam meditasi. Tinjauan modern terhadap meditasi oleh Lily de
Silva adalah seorang Profesor studi Buddhis di Universitas Peradeniya, Sri Lanka.
Menurut beliau studi yang dilakukan oleh penelitian seperti Walter B. Cannon
tidak diragukan lagi telah membuktikan adanya hubungan erat antara jasmani dan
emosi. Ketika indera merasakan kegairahan yang kuat, kelenjar adrenal secara
refleks terangsang dan meningkatkan kadar adrenalin dalam aliran darah. Hal ini
menimbulkan perubahan jasmani yang nyata seperti pelebaran pupil, berkeringat,
pernafasan yang cepat. Selain itu ada perubahan fisiologi lainnya dalam detak
jantung, tekanan darah, dan volume darah.31
Kesimpulan logis yang yang bisa kita ambil adalah jika emosi
negatif yang kuat bisa mempengaruhi perubahan fisiologis dalam tubuh yang bisa
dikatakan sebagai kondisi yang tidak sehat, maka penumpukan emosi negatif
juga seharusnya bisa menimbulkan perubahan fisiologis yang berbeda dari pada
30
Sri Dhammananda Meditasi Untuk Siapa Saja,h 32-36. 31
Sri Dhammananda Meditasi Untuk Siapa Saja,h.187-189.
55
yang dipicu oleh emosi negatif. Berlawanan dengan pelebaran pupil dan tatapan
mata yang beringas karena emosi yang kuat seperti kemarahan, dapat kita
temukan dalam naskah Pali bahwa tatapan mata para bhikkhu sangat
menyenangkan. Raut atau ekspresi wajah bhikkhu juga disebut sebagai ciri
mengesankan yang menunjukkan tingginya tingkat spiritual yang telah dicapai.
Raut muka yang jernih atau ekspresi wajah yang menentramkan.32
Ciri fisiologis, pernafasan yang cepat merupkan ciri fisiologis lain
dari emosi negatif. Perubahan dalam irama bernafas juga dianggap sebagai
indikator adanya kebohongan. Sudah merupakan pengalaman yang umum
bahwa pernafasan akan tetap tenang ketika kita diam dan beristirahat.
Pernafasan bahkan akan lebih tenang lagi ketika kita bermeditasi. Telah
ditemukan bahwa kadar laknat dalam darah biasanya turun drastis selama
meditasi. Kadar laknat biasanya turun ketika subyek sedang beristirahat, tetapi
tingkat penurunan selama meditasi telah terbukti tiga kali lebih cepat daripada
tingkat normal.33
Semua bukti medis ini menunjukkan bahwa pikiran yang tenang dan
sehat akan terwujudkan dalam kondisi jasmani yang membaik. Selanjutnya,
Wallace dan Beson melaporkan bahwa mereka telah mencatat gelombang dari
tujuh bagian utama otak pita magnetik dan menganalisa polanya dengan
komputer. Mereka mengatakan bahwa secara khas terdapat peningkatan intensitas
gelombang alpha.34
Di daerah otak bagian depan dan tengah saat meditasi.35
32 Sri Dhammananda Meditasi Untuk Siapa Saja,h.190.
33
Sri Dhammananda Meditasi Untuk Siapa Saja,h.191. 34
Alpha adalah tingkat aktifitas bersifat meditatif dan berada antara tingkat sadar dan
tidak sadar. Ini adalah daerah yang paling mudah disugestikan.
56
Gelombang otak dan aktivitas terbagi menjadi: Beta > 14 Hz merupakan
aktivitas normal, Alpha 8-14 Hz dan Tetha 4-8 Hz merupakan meditatif, Deltha
< 8 Hz merupakan tidur normal.36
B. Filosofis Meditasi nya
1. Mengenal Diri
Dari wawancarai pribadi penulis dengan Setyo Hajar Dewantoro,
penulis mendapatkan jawaban bahwa filosofis dari meditasi Nusantara yang
beliau ajarkan dalam MEDSEBA adalah meditasi sehat, bahagia, melalui
mengenal diri sejati. Meditasi merupakan cara untuk melatih kesadaran dan
menjernihkan diri. Di Jawa disebut magening (tindakan penjernihan diri), di sebut
manekung, manembah kang lingkung, menundukan diri kepada Yang Maha
Agung, juga disebut maneges yang artinya negesaken kasunyatan, menegaskan
kenyataan. Meditasi Nusantara lebih fokus pada proses penyatuan hulun (aku/ego)
dengan hingsun (super ego, higher self) yang bertahta di pusat hati atau talenging
manah. Meditasi Setyo Hajar Dewantoro, bisa menjadi solusi atau jalan keluar
untuk mampu mengenal diri sendiri, manusia dapat sehat secara fisik dan psikis
dengan laku tersebut, kemudian mengetahui bagaimana cara menjalani kehidupan
yang selaras dan sesuai dengan takdir semesta.37
Dimana manusia mampu menerima kenyataan dan mendapatkan
kesunyataan yang lebih utuh sehingga bisa mengalami kebahagiaan sejati. Dunia
yang semakin maju dengan berbagai pesona yang melenakan, bukan untuk
35
Sri Dhammananda Meditasi Untuk Siapa,h.189-196. 36
Kukuh Praworo, Les Privat Hipnotis (Yogyakarta: Cakrawala, 2012),h.10. 37
Hasil wawancara pribadi dengan Setyo Hajar Dewantoro, Rabu, 5 April 2017.
57
menemukan makna kehidupan yang hakiki. Tetapi untuk menjerat dalam keadaan
yang memilukan, terjadi banyak krisis moral dan mental dari berbagai aspek
kehidupan. Kesenjangan sosial, pengaruh ekonomi dunia dan perubahan arus
budaya yang mengikuti perubahan zaman membawa pada pemahaman sempit
akan cara memandang dan menjalani kehidupan yang sebenarnya.
Belajar mengenal diri adalah salah satu pelajaran sekaligus latihan
tersulit dan mudah, semua sesuai ketika kita menemukan apa yang seharusnya
ditemukan yaitu siapa diri kita yang sebenarnya. Dengan cara ini kita sekaligus
belajar mengenal Tuhan, alam dan sesama manusia. Bila terjadi harmoni antara
ketiga bagian ini, maka sangatlah mungkin perdamaian dunia bisa tercipta, tidak
ada kerusuhan, kejahatan dan peperangan. Lewat mengenal diri, segala sumber
pengetahuan, keadaan, peristiwa akan bisa dipahami secara bijaksana karena dari
mengenal diri manusia mampu menjernihkan pikiran, emosional, perasaan dan
terhubung langsung dengan dimensi spiritual, suwung yang membawa pada
keterhubungan dengan Tuhan. Dengan hal tersebut manusia dapat memilih
keputusan secara berkesadaran dan bertanggung jawab penuh. Adapun beberapa
hal dalam tahapan mengenal diri:
Hingsun
Manusia dalam tataran keberadaannya yang berbentuk dan memiliki
raga, merupakan pengejawantahan dari Hyang Maha Agung, Tuhan Yang Maha
Pengasih. Bahkan bisa dinyatakan manusia merupakan pengejawantahan paling
utuh dan sempurna. Kesempurnaan ini karena keberadaan manusia dinyatakan
58
sebagai jagat alit (mikrokosmos): miniatur dari jagad raya (makrokosmos).
Sebagaimanna pada jagat raya, ada lapisan-lapisan keberadaan pada diri manusia,
mulai dari yang paling kasar hingga yang halus dan tak terlihat. Pada jagat raya
lapisan paling inti adalah kegelapan murni yang tak terbentuk dan terlihat.
Demikian pula pada diri manusia, sejatinya lapisan ini bukanlah sosok atau
pribadi. Tetapi, ia juga bisa mempribadi sekalipun tetap tak terlihat. Ia
mempribadi dalam menunjukkan keberadaanNya sebagai Yang Maha
Berkehendak, Maha Menuntun, Maha Mengarahkan.
Realitas tanpa batas yang mempribadi di dalam diri manusia inilah
yang dinyatakan sebagai Hingsun. Hingsun adalah kesejatian atau esensi manusia.
Ialah Tuhan yang mempribadi di dalam raga manusia. Dalam keberadaanNya
sebagai Hingsun inilah Gusti menjadi sang Penuntun atau Guru Sejati di dalam
diri manusia. Semakin jernih manusia, semakin pula manusia menunjukkan
kepatuhan pada titah, dawuh atau pesan ini, semakin penuhlah keterhubungan
manusia dengan Hingsun. Ini yang selanjutnya memungkinkan manusia langsung
mengakses daya paling murni dari sumber kekuatan kosmik yang bertahta di
talenging manah (pusat hati), yaitu Hingsun. Pada titik inilah manusia bisa
memiliki kekuatan tanpa batas dan bisa membentuk berbagai perkara keajaiban.
Keajaiban ini muncul pada diri manusia karena manusia
mengejawantahkan keperkasaan atau newoso Gusti. Namun kuasa tanpa batas ini
hanya bisa didayagunakan untuk kerja penataan, kerja konstruktif, sesuai
kehendak dari Hingsun. Sekalipun pada Hingsun terhimpun semua kuasa kosmik
dalam relasinya dengan hulun, sang aku, atau pribadi manusia, Ia mengambil
59
peran hanya sebagai penuntun, pemberi rekomendasi, petunjuk arah. Tidak
mengambil keputusan atau memaksa kehendak. Disinilah letak free will atau
kehendak bebas manusia. Manusialah yang mengambil keputusan untuk
mengikuti tuntunan dan arahan dari Hingsun atau mengikuti keinginannya sendiri.
Dalam terminologi Jawa dinyatakan sebagai berikut: Gusti kang murba,
manungsa kang wasesa (Gusti yang memegang kuasa, tetapi manusialah yang
memegang wewenang). Manusialah yang memutuskan bertindak apa dan ke
mana.38
Rasa Sejati
Ngelmu Rasa seperti diterangkan dalam Serat Centhini XI:669,
memuat tiga kerelaan batin, yaitu: pertama: rela terhadap takdir suci, kedua: rela
terhadap dzikir dalam hening, ketiga: percaya pada asal usul kehidupan. Ketiga
hal ini memberi gambaran bahwa ngelmu rasa yang tertinggi adalah tauhid.
Ngelmu inilah yang disebut ngelmu tuwa. Ngelmu ini dilakukan dengan mengatur
keluar masuk nafas. Rasa Sejati adalah bagian organ tubuh yang unik, seperti
ajaran-ajaran Bratakesawa bahwa melaluinya manusia dapat mengadakan kontak
dengan pribadinya sejati (essence). Akhirnya melalui rasa sejati manusia dapat
mengenal rahasia hidup, rahasia hubungan manusia dengan Tuhan dan akan
membimbing manusia untuk bersatu dengan Tuhan. Rasa Sejati dapat dicapai
dengan semedi.39
Rasa Sejati atau rasa sayekti adalah perangkat kecerdasan utama
bagi manusia. Realitas ini membantah pandangan bahwa otaklah perangkat
38
Setyo Hajar Dewantoro,MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h. 73-75. 39
Mistik Kejawen: Sinkretisme. Simbolisme, Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa
(Tnp.t.t.),h. 145-148.
60
kecerdasan satu-satunya manusia. Otak merupakan perangkat kecerdasan manusia
tetapi bukan satu-satunya. Keberadaan Rasa Sejati adalah di telenging manah
(pusat hati) atau susuhing angin atau sarang angin) bentuk fisiknya tidak ada,
tetapi keberadaan dan fungsinya nyata. Melalui perangkat ini manusia bisa
mengetahui berbagai perkara yang teramat halus dan rumit. Cara kerjanya dengan
sistem deteksi getar, seperti sistem pendeteksi di dalam kapal selam yang bekerja
mempergunakan gelombang sonar. Setiap benda atau keberadaan di semesta ini,
maisng-masing memiliki getaran tersendiri. Getaran inilah yang ditangkap oleh
Rasa Sejati. Ia menjadi semacam kode yang memberi informasi tentang realitas
dari benda atau keberadaan itu dan melalui proses yang sangat cepat, Rasa Sejati
mengurai dan mengubah kode ini menjadi data atau informasi yang bisa
dibahasakan atau dimengerti. Rasa Sejati bekerja secara independen, tidak
dipengaruhi oleh otak atau mempergunakan otak. Inilah yang sesungguhnya
dinyatakan sebagai kecerdasan spirit, kecerdasan roh, atau kecerdasan ilahiah
(divine intelligence) yang ada pada diri manusia.40
Kecerdasan Rasa Sejati ini menjadi perkara langka, mayoritas
manusia lebih punya kesadaran mengenai informasi yang dicerap, diproses,
diolah dan disampaikan oleh otak. Sementara hanya sedikit yang telah sadar
sepenuhnya dan bisa mengetahui pesan atau informasi dari Rasa Sejati. Pertanda
mereka yang cerdas karena fungsi dari Rasa Sejati adalah kemampuan
mengungkapkan berbagai perkara yang belum pernah disaksikan dengan panca
indra, juga belum pernah diajarkan melalui proses pendidikan dan pengajaran.
40
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.76-78.
61
Sebenarnya saat ini masih ada orang-orang yang karena proses hidupnya
termaksud kategori manusia yang cerdas karena Rasa Sejatinya. Umumnya sejak
kecil cenderung sangat terhubung dengan berbagai realitas kehidupan. Bahasa
populernya mereka dekat dengan alam. Mereka sering menyendiri, lalu bergaul
karib dengan berbagai unsur semesta: tanaman, binatang, juga benda-benda
angkasa. Sementara pada saat yang sama mereka cenderung tidak menyukai
kegiatan pembelajaran yang hanya mengandalkan otak.41
Yang perlu dilakukan agar manusia yang semula hidupnya lebih
didominasi oleh kecerdasan otak kemudian berubah menjadi lebih berpegang
kepada kecerdasan Rasa Sejati, disarankan untuk menjalani teknik meditasi
berikut: sadari napas yang mengalir natural. Biarkan oksigen masuk dan keluar
secara natural. Lalu, pada saat menghembuskan napas dan kita sampai ke ujung
napas, tahanlah napas di situ sejauh kesanggupan. Momen menahan napas inilah
adalah momen untuk melampaui pikiran dan terhubung dengan sumber energi
murni di dalam diri yang jika digambarkan merupakan sesuatu yang kosong tetapi
isi, isi tetapi kosong. Ini adalah cara efektif membuat manusia terhubung dengan
Rasa Sejatinya. Secara fisik, keterhubungan ini ditandai dengan berkembangnya
sistem neuron atau saraf pada otak yang diterima, menyimpan, dan
menyampaikan informasi dan pengetahuan dari Rasa Sejati. Sistem ini terbangun
manakala manusia intensif melakukan Meditasi O2 dengan sering menyadari
aliran napas dan menyadari sumber energi di telenging manah (pusat hati), dan
terhubung dengan energi murni yang mengalir dari situ.
41
Setyo Hajar Dewantoro,MEDSEBA: Meditasi Nusantara,h.77-78.
62
Tidak hanya itu Meditasi O2 dengan sistem kerja yang sama
sebagaimana dalam pembentukan keterhubungan otak dengan Rasa Sejati juga
otomatis melejitkan kecerdasan manusia yang berpangkal pada otak secara rinci,
Meditasi O2 membuat manusia lebih mengfungsikan pineal gland sehingga
meluaskan daya memasukkan data kepada otak, juga membuat sistem pemrosesan
dan penyimpanan data pada otak menjadi lebih tinggi kinerjanya.42
Manuskrip
kuno dari Gunung Klothok juga membabarkan metode meningkatkan kapasitas
atau meng-upgrade 4 perangkat kemanusiaan, yaitu notodoko (watak) , torogono
(rasa), gokonongodo (nalar), dan gonodoko (karsa) lewat patrap (posisi) 5 jari.
Serta akan membabarkan keberadaan 4 ngabida atau daya Tuhan yang masing-
masing terkait dengan perangkat kemanusiaan. Secara lebih terperinci, bisa kita
cermati dalam manuskrip Gunung Klothok sebagai berikut:43
Hulun kang nduweni kadigdayan, kang tekane saka Gusti. Semono
huga, hulun bisa nggawek sak wijine kedadian, hana hing karasuh kiye,
merga wikaning Gusti kang handeg panguwasa. Kang ngutus hulun teka
hana hing baka mulya. Hananging prakelare hulun, disuwun Gusti bali, hana
hing panggenane Gusti sulo kang tenggil puroso, sekara. Prakelare hulun
bali sampurna marang gatrane Hingsun kang pancer, huga marang
sampurnane sedulur papat, kang paring pangelingan marang hulun. Djopo:
1. Gonodoko. Kang nguculake nyawane hulun saka raga.
2. Gokonongodo. Kang nguculake panganggite hulun saka raga.
3. Torogono. Kang nguculake rasane hulun saka raga.
4. Wateg hulun. Kang nguculake sedulur Hingsun, kang harane
Notodoko. Kang nerusake pangomongan marang Gusti,
deneng sukmane hulun disuwun Gusti bali.
Artinya:
Hulun yang memiliki kekuatan, yang datang dari Gusti. Demikian
juga hulun bisa menjadikan satu kejadian di jagat ini karena kemahatahuan
Gusti Yang Mahakuasa. Tetapi kekuasaan hulun yang diminta Gusti
42
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.128-129.
43
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara,h.133-134.
63
kembali di tempat Gusti Yang Mahasuci, selamanya. Kekuasaan hulun
kembali sempurna kepada bentuk Hingsun yang menjadi pusat, juga
kepada kesempurnaan saudara empat, yang memberikan peringatan kepada
hulun.
Ucapan penuh daya:
1. Gonodoko. Yang melepaskan nyawa hulun dari raga.
2. Gokonongodo. Yang melepaskan nalar hulun dari raga.
3. Torogono. Yang melepaskan rasa hulun dari raga.
4. Watak hulun, yang melepaskan adalah saudara Hingsun yang
bernama Notodoko. Yang meneruskan ucapan kepada Gusti, ketika sukma
hulun diminta Gusti kembali.
Keberadaan Hingsun dan sendulur papat (saudara yang berjumlah
empat) disimbolkan melalui keberadaan 5 jari manusia. Ibu jari adalah sumber
atau landasan kekuatan dari jari-jari yang lain. Ibu jari ini sejatinya adalah simbol
dari lapisan keberadaan berikut: Pertama, adalah Gusti, sebagai realitas tak
terbatas yang menjadi intisari sekaligus sebagai yang melingkupi manusia. Kedua,
adalah Hingsun, sebagai pengejawantahan dari Gusti sehingga ada Gusti yang
mempribadi di dalam diri manusia. Bisa ditelusuri bahwa ada lubang energi dan
juga sistem saraf pada ibu jari yang terhubung dengang ulu hati atau telenging
manah. Sementara disitu terdapat sumber kekuatan dan kecerdasan utama dari
manusia. Jika ibu jari adalah simbol Gusti dan Hingsun, maka 4 jari yang lain
adalah perangkat-perangkat yang membentuk keakuan atau keberadaan sang aku
yang dalam bahasa Jaawa kuno disebut hulun. Hulun ini secara ragawi terbentuk
dari air, udara, tanah dan api. Kemudian, dibekali pearangkat-perangkat berupa
budi, rasa, nalar dan nyawa. Telunjuk menunjukkan budi, jari tengah adalah
simbol rasa, jari manis simbol nalar, sementara kelingking menunjukkan nyawa.44
44 Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno, h.134.
64
Dari sisi energi, perangkat-perangkat berupa budi, rasa, nalar dan
nyawa yang juga berarti karsa atau kekuatan kehendak itu bisa di-upgrade jika
terhubung dengan Gusti secara intensif. Caranya adalah hubungkan ujung telunjuk
dengan ujung jempol. Lakukan itu dengan santai sambil merasakan napas. Setelah
itu bergantian tempelkan ujung jari tengah, ujung jari manis, dan ujung jari
kelingking dengan ujung jempol. Keterhubungan itu akan mengalirkan energi
pembaharuan dari telenging manah yang mengalir melalui ujung jempol ke jari-
jari yang lain. Secara natural neuron-neuron atau saraf-saraf baru akan terbentuk.
Dan itu artinya budi atau kesadaran, rasa, nalar dan karsa kita akan mengalami
upgrading.45
Ketika telunjuk terhubung dengan ujung ibu jari, itu laksana meng-
upgrade microchip atau ROM. Dengan tindakan ini, kesdaran manusia akan
menjadi murni, dan ia akan punya kecakapan dalam menentukan tindakan tepat
secara cepat. Ketika ujung jari tengah dihubungkan dengan ujung ibu jari, itu
sama dengan menambah kapasitas RAM. Sehingga komputer lebih mampu
memuat apapun yang diperlukan. Coba cermati frasa ati segara (hati samudra)
didalam khazanah bahasa Jawa: itu berbicara tentang rasa yang jembar, luas,
yang bisa menampung berbagai perkara. Dengan di-upgrade, perasaan manusia
akan menjadi laksana samudra, bisa menampung berbagai perkara tanpa
mengaggu sistem kerja nalar dan perangkat lain. Kalau hatinya sempit, manusia
bisa gampang menjadi emosional, dan itu pasti membuat nalar terganggu. Nalar
itu laksana prosesor, prosesor dalam diri manusia bisa ditingkatkan kapasitasnya,
45
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.135.
65
demikian juga hardisknya, menjadi lebih besar daya simpannya dan lebih rapi
sistem pengelolaan filenya, ketika ujung jari manis dihubungkan dengan ujung ibu
jari secara intensif. Selanjutnya daya kehendak kita bisa di-upgrade dengan
menghubungkan secara intensif ujung kelingking dengan ibu jari.46
Tindakan ini akan menyelaraskan kehendak hulun atau sang aku
dengan kehendak Hingsun dan Gusti. Itu yang membuat sebuah tindakan penuh
daya dan tepat. Karena Gusti adalah sumber kehidupan, maka melalui
keterhubungan dengan Gusti manusia bisa terbimbing pada keberlimpahan dan
kesentosaan. 47
Teknologi 5 jari Setyo Hajar Dewantoro antara lain: Mudra
Penataan Watak/Kesadaran, Mudra Penataan Rasa, Mudra Penataan Nalar, Mudra
Penataan Karsa. Selanjutnya di dalam Layang Djojobojo, yang merupakan bagian
dari manuskrip kuno Gunung Klothok, diperkenalkan 4 patrap atau posisi dalam
meditasi. Pratap ini bisa dipraktikan oleh siapapun yang mengendaki kejernihan
dan kemurnian diri. Cara mempraktikkannya: dalam setiap posisi, upayakan untuk
menyadari, mencermati, dan menikmati napas yang natural. Meditasi yang terdiri
atas 4 posisi ini merupakan sarana penyandaran mengenai 4 perkara penting
dalam hidup. Meditasi 4 Patrap, Setyo Hajar Dewantoro:48
1. Kejumbuhan manusia dengan Gusti: Tak ada keterpisahan antara
manusia dengan Gusti. Gusti bertakhta di dalam diri manusia, dan keratonnya
berada di telenging manah (pusat hati). Pada saat yang sama, Gusti meliputi dan
memenuhi keberadaan manusia. Gusti selalu menuntun manusia, memberikan
46
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.136.
47Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara,h.132-137.
48
Setyo Hajar Dewantor, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.142-145.
66
pelajaran secara langsung kepada manusia lewat pengejewantahannya di telenging
manah, yaitu sang Guru Sejati.
2. Penyadaran Bahwa Tuhan dan Sang Aku Bersenyawa: Manusia
memiliki sendulur papat kang sayekti (empat saudara sejati), yang dalam bahasa
Jawa kuno dinyatakan sebagai ngabida dan di jadikan dari angin. Begitu bayi
lahir, melalui hambegan (napas) udara memenuhi raganya, maka mapanlah empat
saudara yang masing-masing bertanggung jawab terhadap Wateg/Kesadaran,
Rasa, Nalar, dan Kehendak/Nyawa. Kuasa-kuasa Gusti inilah yang dalam
manuskrip Gunung Klothok dinyatakan sebagai Notodoko, Torogono,
Gokonongodo, dan Gonodoko.
3. Penyadaran Bahwa Kita Ada dalam Kandungan Semesta: Dalam
kehidupan di Planet Bumi manusia sejatinya berada dalam kandungan semesta,
manusia dipersiapkan untuk sebuah kelahiran baru. Dan untuk bisa mengapai
kelahiran baru yang sempurna, manusia perlu menuntaskan misi hidupnya.
Terkait dengan misi itu, manusia telah dijadikan Gusti secara sempurna. Dan
kesempurnaan hidup manusia bermula dari getaran lembut di telenging manah,
yang membuat manusia bisa bergerak dan berkarya. Lewat karya yang selaras
dengan getaran lembut dari telenging manah, manusia pasti bisa menampilkan
kehidupan serba-gemerlap, cemerlang, indah dan harmoni.
4. Penegasan Komitmen untuk Berserah Diri Total pada Tuhan:
Manusia sewajarnya hidup selaras dengan tuntunan dari pusat hati. Kesadaran,
rasa dan nalarnya dituntun oleh petunjuk Gusti dari telenging manah. Ini pula arti
patuh kepada Gusti: bukan patuh pada aturan eksternal yang dikreasi manusia
67
lain, tetapi semata-mata patuh kepada aturan, prinsip, dan penataan dari Gustinya
sendiri. Dengan seperti inilah yang bisa memastikan terciptanya harmoni
kehidupan. Tegasnya, hidup manusia pasti tertata oleh Gusti.
C. Tuntunan Laku Kedjawen Sayekti
Laku nusantara kuno, zaman nirkala adalah zaman yang penuh kedamaian tersebutlah sebuah tanah emas yang sangat damai, ayem tentrem dan sentosa. Negeri yang indah bagi kahyangan Indraloka. Tanah emas yang berbau harum ini disebut sebagai Niskaladwipa. Tergambar pada lontar kesejatian atau daun jati
yang dengan kehendak Sang Hyang Maha Maya disandikan pada Kerajaan Eyang
Giri Agung di Alas Kethu. Niskaladwipa dipimpin oleh seorang raja agung yang
adil bijaksana bernama Hyang Narotsma. Ia sekaligus pemimpin ajaran keluhuran
budi yang setia melantunkan puja mantra pada Sang Hyang Maha Maya. Beliau
memiliki putri tunggal yang cantik jelita dengan anugerah nama agung Dewi
Kusumaratri Teja Kencana. Berbaju ungu berselendang maya emas. Tatanan
kehidupannya sangat apik dan indah. Penduduknya tulus, narimo ing pandum,
berkesadaran tinggi akan peran masing-masing, kehidupan selaras dan indah.
Mantra salam Agung Jagat raya berkumandang di Niskaladwipa: Hom Hulli Hulli
Hom.49
Ajaran luhur yang mengagungkan Tuhan Hyang Maha Agung dan
memuliakan manusia sudah sejak zaman dulu ada di nusantara. Dan ketika ajaran
luhur demikian dipegang teguh, nusantara menjadi negeri yang makmur dan
sejahtera. Demikian yang ada dalam visi masa silam sebagaimana digambarkan
diatas. Dan karena itu, dalam manuskrip Gunung Klothok dinyatakan bahwa
nusantara yang berporos di pulau Jawa adalah Laweh Pangelingan (tanah
49
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.99-100.
68
pengingat). Kita diingatkan, disadarkan, akan kejayaan paripurna yang pernah
terjadi. Namun, kehidupan memang dinamis. Ada masa ketika ajaran luhur itu
malah dilupakan. Sehingga negeri yang subur ini malah jauh dari kemakmuran.50
Jawa yang merupakan poros Nusantara, ada dua etnis utama: Jawa dan
Sunda. Sejatinya Jawa dan Sunda bukanlah nama etnis yang secara seklek terpisah
sejak dulu. Penghuni pulau Jawa pada dasarnya berasal dari etnis yang sama,
sesama keturunan Hyang Surya Bagaskara. Sesungguhnya orang-orang yang
dilabeli Jawa dan Sunda itu satu. Kata Jawa dan Sunda lebih menggambarkan
kondisi kesadaran atau capaian laku, bukan nama etnis. Lebih jelasnya Jawa
merupakan sikap hidup selaras dengan titah dari Gusti Kang Murbeng Dumangdi
(Tuhan Yang berkuasa atas Segala Keberadaan).51
Demikian pula kata Sunda juga bukanlah nama etnis. Kata Sunda
ketika dikaitkan dengan kawasan, yaitu tatar Sunda atau nusantara kuno, merujuk
ke wilayah nusantara kuno. Sementara Sunda secara esensial berarti
kecemerlangan, merujuk pada karakter terang dan menerangi yang melekat pada
Matahari. Berdasarkan pengertian itu, sejatinya Jawa dan Sunda adalah keadaan
jiwa yang saling berkaitan. Mereka yang Njawanilah yang bisa Nyunda. Mereka
yang telah mengerti hidup apa adanya, yang kemudian bisa menjalani hidup
dengan diterangi kebijaksanaan dan menerangi sesama52
Layang Djojobojo (Layang Nata) merupakan bagian dari manuskrip
kuno Gunung Klotok membabar laku nusantara kuno yang sesungguhnya.
Ternyata dalam kata kedjawen, terdapat pola laku yang benar-benar bisa
50Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA:Meditasi Nusantara,h.99-100.
51 Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA:Meditasi Nusantara Kuno,h.136.
52Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.100-101.
69
membawa manusia pada kecermelangan dan kesempurnaan hidup. Kata kedjawen
adalah tembung wancahan atau kata yang tersusun dari aksara depan sebuah
rangkaian kata. Delapan kata yang aksara depannya membentuk kata kedjawen
ternyata membentuk 8 formula hidup sempurna. Rupanya bukan kebetulan juga
jika angka 8 ini sekaligus merupakan simbol Infinity, simbol energi yang tak
pernah terputus, mengalir, berkelanjutan secara penuh, membentuk
kesempurnaan.53
Dan simbol Infinity ini juga banyak dipakai sebagai simbol
yang memiliki daya kekuatan dalam kepercayaan tertentu.
Demikianlah uraian dari formula hidup sempurna yang terkandung
dalam kata kedjawen:54
K: Kahuripan (Kehidupan) Formula hidup sempurna yang pertama dan paling utama adalah
menyadari kehidupan. Kehidupan disadari dengan menyadari napas yang
mengalir di dalam tubuh ini dan menjadi penyebab kehidupan. Menyadari
napas niscaya membawa pengertian bahwa setiap detik kehidupan, setiap
pribadi mendapat anugerah tak terkira dari Sang Sumber Hidup. Dengan
menyadari napas.
E: Enotuk (Jati Diri) Siapapun yang cermat dan intensif menyadari napasnya, pasti bisa
menemukan susuhing angin (sarang angin) atau telenging manah (pusat
hati), yang terletak ada di balik ulu hati. Inilah titik yang menjadi gerbang
perjumpaan dengan diri sejati. Titik inilah yang menjadi pusat keberadaan
seorang manusia dan disanalah Tuhan bertahta. Dengan menyadari titik itu
niscaya seseorang bertemu dengan Guru Sejatinya, dan terhubung dengan
pusat kecerdasan tertinggi dan sumber energi paling murni pada diri
manusia.
D: Dawuh (Perintah)
Dengan menyadari jati diri dan secara intensif masuk ke dalam
telenging manah, kita pasti bisa menangkap pesan-pesan kosmik atau
perintah Gusti yang muncul dari pusat hati. Inilah tuntunan yang pasti
membawa pada keselamatan dan kecemerlangan hidup.
53
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.106. 54
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara,h.106-109
70
J: Jeso (Prinsip)
Seseorang yang telah dengan jelas menangkap pesan-pesan kosmik
atau perintah Tuhan dari taleging manah, lalu menjadikannya sebagai
prinsip kehidupan, niscaya hidupnya menjadi kokoh. Tak terombang-
ambing oleh segala persepsi dan pandangan orang lain yang berseliweran di
sekeliling kita.
A: Angger-Angger (Tatanan)
Seseorang yang hidup selaras dengan pesan-pesan kosmik atau
perintah Tuhan itu juga niscaya tertata hidupnya. Apa yang semula
berantakan secara natural akan terselaraskan. Hidup akan menjadi
perjalanan yang indah.
W:Wohono (Firman)
Keterhubungan dengan Guru Sejati yang bertahta di pusat hati,
niscaya membuat kata-kataNya menjadi kata-kata kita. Apa yang terucap
menjadi sabda mandi sabda dadi (sabda yang pasti terjadi) karena dilandasi
kuasaNya.
E: Elok (Keajaiban) Dengan keberadaan sabda mandi sabda dadi yang berpangkal dari
pancaran energi murni di taleging manah, berbagai keajaiban dalam hidup
bisa terjadi. Apa yang semula tak mungkin dan tak terjangkau bisa menjadi
mungkin dan terjangkau dengan kuasa Gusti yang telah memenuhi
kesadaran kita.
N:Nowoso (Keperkasaan)
Demikianlah prinsip-prinsip keperkasaan leluhur nusantara kuno.
Keperkasaan itu muncul karena kejumbuhan atau kebersenyawaan diri
dengan Tuhan Yang Maha Perkasa. Kesadaran dasarnya, kita bukan siapa-
siapa, bukan apa-apa, yang ada dan bekerja dalam hidup kita hanyalah
Tuhan Yang Maha Perkasa.
D. Sejarah Meditasi Setyo Hajar Dewantoro
Rahasia nusantara kuno, suatu perkara menarik yang saya temukan,
yaitu formula atau rumusan tentang bagaimana menjadi bahagia, sehat dan
berdaya ini, telah diungkap oleh para leluhur nusantara sejak zaman yang teramat
kuno. Ribuan tahun bahkan puluhan ribu tahun silam telah terbangun peradaban
manusia di nusantara. Para pakar menyebut 2 periode peradaban yang terbilang
paling cemerlang, yaitu Peradaban Lemurian (sekitar 50 ribu tahun SM) dan
Peradaban Atlantis (sekitar 10 ribu tahun SM). Satu pilar penting dalam
71
peradaban-peradaban ini adalah tumbuhnya pengertian kolektif yang akurat
tentang manusia dan bagaimana manusia bisa hidup dalam kinerja optimal selaras
dengan perangkat-perangkat kemanusiaan yang canggih.55
Kendala kita saat ini dalam mengakses database pengetahuan dari
dari Peradaban Lemurian dan Peradaban Atlantis adalah ketiadaan manuskrip
atau artefak yang gatra (bentuk) fisiknya bisa disaksikan bersama, lalu diverifikasi
bersama dengan pesan-pesan atau pelajaran yang berada di dalamnya. Maka, satu
cara yang mungkin tetapi ini kemudian dipandang “kurang ilmiah” adalah
membaca database semesta. Kenyataannya, segenap peristiwa di jagat raya ini
selalu terekam dan kemudian, dalam bahasa sederhana, rekaman itu disimpan
dalam “perpustakaan semesta.” Sebagian orang menyebut “perpustakaan semesta”
ini sebagai Akashic Records atau Catatan Angkasa. Rekaman atau catatan ini tak
bisa dijangkau dengan pendekatan empiris menggunakan pancaindra manusia.
Tetapi, manusia sjatinya memiliki dua perangkat canggih yang, ketika
dipergunakan, bisa mengungkap apa yang tak terjangkau oleh pancaindra. Itulah
pineal gland (kelenjar pineal) yang ada di otak bagian tengah dan Rasa Sejati
yang berada di balik ulu hati.56
Sepanjang zaman selalu ada orang yang baik karena anugerah sejak
lahir maupun hasil pembelajaran, yang bisa mengakses “perpustakaan semesta”
baik dengan menggunakan kelenjar pinealnya ataupun Rasa Sejatinya. Setyo
Hajar Dewantoro tergolong beruntung karena berkesempatan belajar untuk
terhubung dengan rasa sejati, sehingga dalam batas-batas tertentu bisa mengalami
55
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.8-9. 56
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.9-10.
72
penyingkpan tentang realitas Peradaban Lemurian dan Peradaban Atlantis.
Demikianlah lewat penjelajahan pribadi melampaui batas-batas ruang dan waktu,
obrolan intensif dengan orang-orang yang memiliki multi-kesadaran, beliau bisa
mengumpulkan data dari masa silam, terutama dari peradaban nusantara kuno.
Keberuntungan tambahan beliau berkesempatan mempelajari manuskrip Jawa
Kuno dari Gunung Klothok, yang di simpan oleh J.R. Basuki yang kini tinggal di
Amsterdam Belanda. Setelah era Atlantis berakhir, bukan berarti kemudian di
Nusantara peradaban benar-benar punah. Pada tahun 4436 SM, muncul ungkapan-
ungkapan penyadaran dari sosok bernama Josono yang hidup di kawasan Kediri,
Jawa Timur dan banyak melakukan perenungan di Gua Selomangleng, Gunung
Klothok Kediri. Ungkapan-ungkapan penyandaran inilah yang pada saat ini
membentuk Ajaran Hosoko Djowo dan dituliskan dalam berbagai layang atau
serat. 57
Dengan menggunakan aksara Jawa Ngawi. Layang atau serat yang
seempat beliau pelajari antara lain adalah Layang Soworo, berisi 20 ungkapan
penyadaran awal dari Josono yang ditulis secara berurutan, mengikuti keberadaan
20 aksara Hanacaraka. Kemudian juga Layang Djojobojo atau Layang Nata yang
didalamnya antara lain berisi untaian komprehensif mengenai kejadian manusia,
perkembangan manusia di dalam kandungan ibu, kesadaran ketuhanan, dan cara-
cara menjalani hidup yang mendatangkan kebahagiaan dan keselamatan. Apa
57
Layang atau serat (bahasa Jawa) sama-sama bermakna risalah atau manuskrip.
73
yang beliau pelajari dari manuskrip kuno Gunung Klothok itu menjadi sumber
data tambahan dalam menulis MEDSEBA (Meditasi Nusantara Kuno).58
58
Setyo Hajar Dewantoro, MEDSEBA: Meditasi Nusantara Kuno,h.8-11.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, maka saya sebagai penulis
memiliki beberapa kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dijalani, yakni
meditasi Setyo Hajar Dewantoro adalah meditasi yang lahir dari warisan leluhur
Indonesia, kemudian dikembangkan oleh beliau dari beberapa kebudayaan yang
ada, baik dari mantra atau bacaan. Ada terdapat kemiripan konsep dengan
kebatinan Jawa, dari segi menuju rasa sejati yang akan menjadi penuntun,
pembimbing diri, mendekatkan hubungan dengan Tuhan. Meditasi Setyo Hajar
Dewantoro juga merupakan salah satu solusi atau cara untuk bisa menemukan
kebahagian sejati di zaman ini. Menjadi laku yang bisa membawa pada
penjernihan, di Jawa disebut magening (tindakan penjernihan diri), di sebut
manekung, manembah kang lingkung, menundukan diri kepada Yang Maha
Agung. Yang kemudian memasuki suwung atau kekosongan murni yang
merupakan sangkan paraning dumadi atau asal dan tujuan hidup.
Merupakan laku yang membawa kita pada kesunyataan sehingga bisa
memahami pengetahuan dari kenyataan yang ada, sehingga kita bisa lebih pasrah
secara tolal dengan kehendak Tuhan agar tercipta keselarasan dengan semesta.
Dalam kebatinan Jawa terdapat laku samadhi atau meditasi yang berpusat pada
aliran napas dan dalam meditasi Setyo Hajar Dewantoro juga memiliki fokus
yaitu pada aliran napas. Dalam meditasinya beliau memberikan beberapa formula
75
atau cara bermeditasi. Seseorang yang menjadi pengikut atau yang mempraktekan
meditasi beliau bisa memilih formula mana yang paling cocok. Agar
mempermudah dalam menjalani laku tersebut serta mendapat hasil yang
maksimal.
B. Saran-Saran
Sebagai manusia yang akan terus belajar dalam kehidupan ini, untuk
dapat menyadari suatu hakikat sejati yang menciptakan ribuan bentuk gerakan,
fenomena dan berbagai realitas. Melampaui pemahaman melalui akal dan
pengindraan kita selayaknya kembali menyelami dan menghayati kecerdasan
tanpa batas yaitu diri sejati kita sebagai manusia. Seperti hal nya manusia purba
mereka hidup tanpa teknologi canggih dan hidup seadanya, tidak memiliki
pengetahuan akan bahaya virus atau ancaman dari bencana alam, dengan
mengikuti intuisi, spontanitas sebagai manusia yang terhubung dengan energi
mahakosmos, Tuhan sang pencipta segala mereka selalu bisa bertahan hidup lebih
lama dari pada kita, manusia yang hidup di zaman modern penuh dengan fasilitas
mewah, semua pengetahuan hampir dapat diakses dengan mudah. Tetapi
kenyataannya, kesadaran akan keterhubungan dan selaras dengan alam semakin
berkurang, tidak adanya etika dan moral.
Saat kita tidak mampu atau terlahir dengan kecerdasan rata-rata, ada
dua hal yaitu belajar mengunakan kecerdasan kempampuan otak tengah atau
belajar mengaktifkan kecerdasan rasa sejati. Dengan Meditasi Setyo Hajar
Dewantoro, kita bisa mengakses kecerdasan rasa sejati, dengan begitu yang
76
pertama kali ditata adalah lahiriah kita kemudian perubahan akan kondisi batin
akan menambah kesadaran dan membawa pada perubahan fisik. Kita akan
semakin memahami kesunyataan dan mampu melampaui dualitas, maka dengan
keadaan tersebut kita akan bisa sembuh secara batin, sehat secara fisik dan
bahagia. Meditasi ini membawa kita semakin menyelami sisi ke-aku-an diri yang
berpusat di taleging manah (pusat hati).
Penulis berharap penelitian dan kajian filosofis tentang Meditasi Setyo
Hajar Dewantoro dalam filsafat Kebatinan Jawa ini menjadi awal lahirnya
peneitian lain yang lebih spesifik dan memberikan manfaat lebih banyak bagi
masyarakat dan kaum akademisi. Karena ini merupakan sesuatu yang memiliki
spirit besar dalam memandu diri kita untuk menemukan keaslian diri, yang
damai, bebas dari tekanan dan menjadi terhubung dengan Tuhan, alam dan
sesama manusia di kehidupan ini. Penulis sadari bahwa penulisan skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, segala kritikan dan saran yang
sifatnya membangun sangatlah penulis butuhkan demi kesempurnaan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abas, Abdurrazak Naufal, Analisa Terhadap Tasawuf Jawa Sunan Kalijaga.
Skripsi 2013. UIN Jakarta, Fak. Ushuluddin.
AR, M.B. Rohimsyah, Siti Jenar Cikal Bakal dalam Kejawen Pergumulan
Tasawuf Versi Jawa. Surabaya: Pustaka Agung Harapan, 2006.
Bharati, Swami Veda , Mantra, Inisiasi, Meditasi & Yoga. Penerjemah, Iga Dewi
Paramita. Surabaya: Paramita, 2002.
Buanadjaya, B Sidartanto, Meditasi: Statik & Dinamik. Solo: CV Aneka, 1994.
Cudamani, Pengantar Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:Yayasan
Wisma Karma, 1987.
Dewantoro, Setyo Hajar, Medseba: Meditasi Nusantara Kuno. Tangerang
Selatan: Javanica, 2016.
___________________, Suwung: Ajaran Rahasia Leluhur Jawa. Tangerang
Selatan: Javanica, 2017.
Dhammananda, Sri, Meditasi Untuk Siapa Saja. Yayasan Penerbit Karaniya,
2003.
Diputhera, Oka, Meditasi: Untuk Pendidikan Tinggi Agama Buddha. Jakarta:
Vajra Dharma Nusantara, 2004.
Effendi, Irmansyah, Rei Ki: Tehnik Efektif Untuk Membangkitkan Kemampuan
Penyembuhan Luar Biasa Secara Seketika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2007.
Endraswara, Suwardi, Mistik Kejawen: Sinkritisme, Simbolisme, dan Sufisme
Dalam Budaya Spiritual Jawa. Yogyakarta: Narasi, 2003. Cet.I.
_________________, Kebatinan Jawa dan Jagad Mistik Kejawen. Yogyakarta:
Lembu Jawa, 2011.
Faisal, Sanafiah, Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: CV. Rajawali, 1992.
Hamka, Sejarah Umat Islam IV. Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Harada, Sekkei, Hakikat Zen: Jalan Spiritual Menuju Diri Sejati. Jakarta:
Gramedia Utama, 2003.
Hendropuspito, Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1983.
Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000.
Koentjaranigrat, Pengantar Antropologi. PT Aksara Baru, 1985.
_____________, Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Krishna, Anand, Soul Awareness: Menyingkap Rahasia Roh dan Reinkarnasi.
Jakarta: PT Gramedia, 2016.
Krishnamurti, Perkenalan dengan J. Krishnamurti. Yayasan Krishnamurti
Indonesia, 1976.
Maleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2000.
Mastna, Moh. dkk. Pedoman Akademik: Program Srata 1. Jakarta: UIN Jakarta,
2013.
M, Sufa’at, Beberapa Pembahasan Tentang Kebatinan .Yogyakarta, Penerbit
Kota Kembang,1985.
Malik, Chandra, Makrifat Cinta. Jakarta Selatan: Naura Books, 2012.
Mulder, Niels , Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Gaja
Mada University Press, 1973.
Praworo, Kukuh, Les Privat Hipnotis. Yogyakarta: Cakrawala, 2012.
Rasyidi, M, Islam dan Kebatinan. Jakarta: PT Bulan Bintang,1967.
Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita: Suatu Studi
Terhadap Hidayat Jati. Jakarta: UI Press, 1988.
______, Sufisme Jawa: Transformasi Islam ke Mistik Jawa. Yogyakarta: Yayasan
Bintang Budaya, 1995. Cet. I.
______, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa. Jakarta: Teraju, 2003.
Sofwan, Ridin, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan: Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Semarang: CV Aneka Ilmu, 1999.
Tebba, Sudirman, Meditasi Sufistik. Tangerang: Pustaka irVan, Oktober 2007.
Winston, Diana, Wide Awake: Sadar Sepenuhnya. Penerjemah, Widyawati Jenna.
Yayasan Penerbit Karaniya, 2007.
Yazdi, Misbah, Buku Daras Filsafat Islam: Orientasi ke Filsafat Islam
Kontemporer. Jakarta: Shadra Press, Oktober, 2010.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BERITA WAWANCARA
BERITA WAWANCARA
HASIL WAWANCARA
PENULIS DENGAN SETYO HAJAR DEWANTORO
PENDIRI SERTA PENGASUH PADEPOKAN PENGGING DAN
MEDITASI NUSANTARA KUNO (MEDSEBA)
DALAM BENTUK PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Tanya: Sejak tahun berapa bapak memulai meditasi nusantara ini?
Jawab : Kalau pelatihan yang saya kasih nama MEDSEBA ini
sebetulnya belum lama. Antara Maret dan April tahun 2016.
2. Tanya: Sudah berapa orang jumlah pengikut dan yang mengikuti
meditasi bapak?
Jawab : Iya, yang pernah belajar kemudian mempraktikkan, ya kalau
jumlah pastinya belum pernah saya hitung ya, tapi angkanya ratusan.
Cara menghitungnya begini, jadi kan ada beberapa training formal
yang saya selenggarakan itu ada pesertanya 15-20 orang itu sudah
berapa? Di berbagai kota juga saya sering mengadakan kegiatan yang
sifatnya informal, kalau digabung bisa ratusan yang sudah mengikuti
dan mempraktekkan. Total jumlahnya 250 orang.
3. Tanya: Mulai dari kalangan apa saja yang mengikuti meditasi bapak?
Jawab: Kalau dari sisi agama ya macam-macam, ini aja bisa dilihatkan
ada yang Muslim, Buddha, Katolik.
4. Tanya: Mulai dari yang latar belakang apa saja yang mengikuti
meditasi bapak?
Jawab: Ada yang dari pengusaha, kalangan militer, polisi, pejabat,
seniman, dokter, para pekerja profesional di perusahaan besar, para
pekerja kasar juga ada, semua bisa dijangkau oleh banyak orang. Ada
anak SMA dan Mahasiswa.
5. Tanya: Sebenarnya meditasi ini muncul, apa karena terpengaruh oleh
pemikiran tokoh, bapak sendiri atau bapak yang mengembangkan?
Jawab: Jadi gini, sebetulnya semua tentunya berangkat dari
pengalaman pribadi, saya belajar meditasi sudah lama, kemudian
diantaranya juga saya belajar meditasi yang sudah ada di nusantara ini
sudah lama. Ketika itu saya pelajari, saya praktekan mendapat
kegunaannya itulah yang kemudian sebarluaskan dan dibahasakan
kebahasa-bahasa kekinian. Tetapi sebetulnya juga ini juga terbuka
karena terpengaruh-terpengaruh dari tradisi lain. Jadi bukan hanya
mutlak yang ada di nusantara. Nah itu diindikasikan oleh misalnya
ucapan atau mantranya. Saya tidak selalu mengunakan bahasa Jawa
atau nusantara. Kadang saya pakai bahasa Indonesia, pakai bahasa
Sansekerta. Yaa, itu semua yaa ngalir aja artinya sudah tidak tertutup.
6. Tanya: Jadi bapak mengembangkan?
Jawab: Iya, saya mengembangkan! Bukan saya penemunya. Cuman
pernah mempelajari, menjalani itu, karena itu kemudian bisa
berkembang. Nah, mengembangkan dalam pengertian, sepanjang
prosesnya ini saya selalu melakukan eksperimen, dari eksperimen itu
bisa muncul tehnik-tehnik baru. Tehnik-tehnik baru itu kemudian saya
namai dengan nama yang bagi saya pas.
7. Tanya: Perbedaan meditasi nusantara ini dengan meditasi lain?
Jawab: Sebetulnya gini, kalau dibandingkan gitu yaa, yaa tentu ada
kesamaan dan ada perbedaan. Nah, tetapi saya mau ceritakan dulu
secara umum meditasi itukan dibedakan berdasarkan fokusnya, ada
meditasi yang fokus ke mata ketiga, ada meditasi yang fokus ke pusat
energi di bawah pusar kita. Ada meditasi yang fokus ke kundalini
namanya, suatu energi yang ada di tulang ekor. Ada meditasi yang
memang fokusnya ke aliran napas, ada meditasi yang fokusnya di
pusat hati. Sebetulnya kalau MEDSEBA itu lebih banyak
mempraktekan meditasi yang fokus di pusat hati. Diawali fokus
dengan aliran napas, nah itu di berbagai tradisi ada, jadi ada yang sama
ada yang
bedalah, yaa soal tradisikan bisa muncul dimana saja. Pada saat yang
berbeda tetapi isinya sama.
8. Tanya: Konsep meditasi nusantara ini sebenarnya seperti apa?
Jawab: Meditasi ini intinya membuat orang bisa terhubung dan
tertuntun oleh diri sejatinya. Nah diri sejati ini sebetulnya adalah
esensi dari jiwa manusia itu sendiri. Jadi kita menyadari penuh bahwa
keberadaan diri kita ini kan punya banyak dimensi, punya banyak
lapisan-lapisan. Pada lapisan paling dalam, sejatinya setiap manusia itu
mengejahwantahkan diri Tuhan itu sendiri. Dalam bahasa agama
disebut sebagai roh kudus, nah dalam bahasa Jawa disebut sukma
sayekti. Nah, meditasi MEDSEBA sebetulnya membuat tertuntun pada
sukma sayekti yang dalam bahasa kekinian disebut sebagai diri sejati.
Nah, ketika seseorang sudah tertuntun oleh diri sejatinya, yaa dia bisa
menjalani hidup dengan murni, dia tahu mana jalan hidup yang
membawa pada kesukacitaan, bahagia yang hakiki.
9. Tanya: Pendapat bapak sendiri apa meditasi ini sudah cukup sebagai
solusi tepat dengan keadaan zaman saat ini?
Jawab: Ohy pasti! Karena ini kan membuat orang kemudian penuh
dengan kewelasasihan, bisa meleburkan keangkuhannya sementara
akar konflik pada masa kini adalah keakuan yang meninggi, yang
kedua meditasi ini membawa kita itu menjadi harmoni dengan alam
semesta atau pun yang welasasih tidak hanya pada manusia, tetapi
pada alam ini sendiri. Nah, maslah kita kan disitu, kita banyak konflik
lingkungan, kita terancam. Nah, itu kan kembali pada manusianya
yang harus kita tata.
10. Tanya: Adakah hubungan meditasi nusantara ini dengan kebatinan
Jawa, tasawuf?
Jawab: Kan gini, harus dirunut sendari awal yaa, bahwa sebetulnya
tradisi meditasi ini sudah ribuan tahun silam. Nah, sementara istilah
kebatinan Jawa muncul belakangan, yang disebut kejawen juga
muncul belakangan. Nah, tentu saja ada kemiripan kejawen, kebatinan
dan meditasi yang diajarkan leluhur kita ribuan tahun silam, tetapi
pada intinya ini sebuah keautentikan ini tidak ada pengaruh apapapun
ia sudah ada sejak zaman dahulu. Nah, orang-orang sekarang yang
mengembangkannya tentu saja tidak bisa menutup diri dari pengaruh-
pengaruh yang sudah ada sekarang. Mengenai tasawuf, yaa kalau saya
sendiri sebetulnya tidak ada hubungannya. Kalau kemiripan mungkin
saja ada saya pernah belajar tasawuf tapi tidak pernah menjadikan
pelajaran itu sebagai bagian dari yang saya ajarkan lewat proses
meditasi.
11. Tanya: Sebenarnya meditasi nusantara ini fokus kebatin saja atau fisik
juga?
Jawab: Jadi gini, intinya kita menata hidup secara utuh, jadi kita
menata jiwa kita semakin jernih sampai pada titik kita juga menata
kondisi fisik. Fisik kita dan termaksud kita menata aspek finansial kita.
Makanya saya sering katakan teman-teman yang ikut proses meditasi
kita ini tidak menjadikan orang kemudian terseraput dari
keduniawiannya. Tapi bagaimana selaras. Jadi begitu seseorang
nyambung dengan Guru Sejati nya. Diri Sejatinya maka akan ada
penataan yang utuh. Yang tadinya sakit itu dituntun untuk menjadi
sehat, yang tadinya kurang duit dituntun jadi lebih sejahtera, yang
tadinya kurang bahagia dituntun menjadi bahagia, yang tadinya galau
menjadi damai. Sampai pada yang sifatnya masa depan, bagaimana
kita bisa mempersiapkan kematian kita sendiri.
12. Tanya: Sebenarnya apa meditasi nusantara ini, ada mengikuti suatu
aliran tertentu?
Jawab: Oh nggak! Kalau saya yang saya ajarkan, saya tidak
mengkaitkan diri atau terpaku pada aliran tertentu. Karena sejatinya
spiritual itu terbuka, jadi kalau ada sebuah metode yang memang pas
kenapa tidak itu kita adopsi.
13. Tanya: Filosofis meditasi ini apa?
Jawab: Kan judulnya MEDSEBA yaa, MEDSEBA itu singkatan dari
meditasi sehat dan bahagia. Jadi kalau orang sudah terhubung dengan
diri sejatinya atau nyambung
dengan energi Ilahiahnya, terhubung dengan kecerdasan paling tinggi
dalam dirinya otomatis dia akan tertata kehidupannya, dia akan sehat
secara fisik, sehat secara mental, sehat secara finansial dan otomatis
dengan begitu dia akan menemukan kesukacitaan, atau dibalik, jadi
orang dibawa pada penyadaran untuk menerima hidup ini apa adanya.
Sehingga bisa bahagia dengan dirinya sendiri dan ketika itu terjadi,
jadi dia bisa menata semua aspek kehidupannya, dia akan disehatkan
disemua aspek kehidupannya.
14. Tanya: Laku kedjawen dalam meditasi bapak maksudnya apa?
Jawab: Itu jangan disamakan dengan laku kedjawen yang anda kenal,
itu hanya formulasi mengikuti aksara, jadi jangan disamakan dengan
aliran kedjawen. Berbeda sekali, tidak ada kaitannya karena pola, jalan
ini tidak terlembaga. Dan tidak diniatkan untuk sebuah lembaga agama
atau kepercayaan apapun. Ini tetap dalam bingkai metodologi.
15. Tanya: Meditasi nusantara ini apa ada ritual tertentu?
Jawab: Kalau ritual tertentu nggak ada, cuman kita menawarkan tehnik
aja. Tehniknya banyak, kalau mau dipakai silahkan, nggak juga nggak
masalah, jadi saya ini hanya menawarkan menu.
16. Tanya: Kira-kira ada berapa tehnik?
Jawab: Ada yang paling dasar tehnik penyadaran napas, tehnik
meditasi air suci, tehnik meditasi api suci, tehnik meditasi terhubung
Guru Sejati, tehnik selaras dengan bapak angkasa dan ibu tertinggi,
tehnik gerak rasa, gerak langit dan magnetisme (penarik rezeki).
17. Tanya: Apa ada gerakan tertentu?
Jawab: Ada, seperti dalam buku MEDSEBA, tetapi sekali lagi itu
cuman menu jadi orang mau pakai apa silahkan, nggak juga nggak
masalah orang bisa milih.
18. Tanya: Sejak kapan bapak belajar meditasi?
Jawab: Belajar meditasi sebetulnya sejak tahun 2003.
19. Tanya: Belajar meditasi apa karena menderita?
Jawab: Bukan karena menderita, tetapi memang karena waktu itu ingin
menemukan kesejatian. Tetapi memang tahun yang benar-benar
merevolusi hidup saya tahun 2008. Karena memang ada satu kejadian
yang ekstrim, satu kehidupan yang berat dan itu memaksakan untuk
menemukan jawaban sampai pada suatu titik, suatu subuh saya
mendapat bisikan dari dalam hati ini untuk kembali ke tanah kelahiran.
Saat itu saya tinggal di Cirebon, saat itu saya diminta kembali ke
Magelang. Saya ketemu dengan pakde saya yang dalang, pakde saya
punya asisten namanya Romo Pujiyono yang ahli kebatinan. Nah,
pakde itu yang memberikan petunjuk awal kepada saya mesti kemana-
mana. Nah, yang pertama kali saya kunjungi petilasan Ki Ageng
Langit di Boyolali, nah semenjak itu selalu ada bisikan terus untuk
menemukan kesejatian lewat pengelanaan. Jadi sejak itu saya suka
berkelana, tanpa meninggalkan pekerjaan saya tentunya.
20. Tanya: Yang berkelana itu secara fisik atau ruhani?
Jawab: Fisik! Saya kesana-kemari, sampai ke Kalimantan, Sulawesi,
sampai ke berbagai tempat di Jawa. Yaa, kayak orang zaman dulu aja
bertapa di mana-mana. Tapi kan nggak lama-lama kayak zaman dulu.
Ada waktu sehari, kadang balik ke rumah, nanti kalau ada waktu lagi
berangkat lagi.
21. Tanya: Apakah di Padepokan Pengging itu diajarkan meditasi ?
Jawab: Orang yang belajar sama saya itu diajarin lewat kelas formal
kayak begini, lewat komunitas kayak Padepokan Pengging. Padepokan
Pengging itu suatu komunitas, kalaupun secara fisik bentuknya cuman
gubuk, tempat suka ngumpul-ngumpul kalau di Magelang.
22. Tanya: Ada nggak rasa menolak, kok seperti ini jalan takdir hidup
saya?
Jawab: Ada! Dua tahun yang lalu didalam sini (sambil menunjuk
bagian dada) itu sudah bilang inilah pekerjaanku, jadi mengayomi,
mendidik. Inikan otak saya nyangkal kalau kayak gini saya makan
apa? Jadinya nggak jelas, mending saya kerjakan! Tapi pada akhirnya
saya mengikuti tuntunan dari Rasa Sejati saya bukan mengikuti pikiran
saya. Yaa, ternyata semesta menunjukkan jalannya. Yaa, sekarang saya
kerjaannya begini aja.
23. Tanya: Jadi pekerjaan yang selama ini bapak geluti?
Jawab: Dulu pernah kerja di Kementrian Agama, terus saya pernah
jadi wartawan bertahun-tahun. Sekarang cuman begini aja.
24. Tanya: Pastinya sudah banyak pengalaman, pengalaman apa yang
diajarkan?
Jawab: Jadi gini, kita itu mengajarkan tidak untuk menjadikan
seseorang seperti diri kita. Kita hanya membuat orang untuk mengenali
dirinya dan pola yang pas untuk dirinya. Atau pada kenyataannya
teman-teman yang belajar itu punya pengalaman yang unik-unik sesuai
dengan kemampuan dirinya. Ada orang yang setelah belajar menjadi
seperti mas Koko, yang punya keahlian sebagai pelukis jiwa, jadi dia
bisa melukis jiwa pada masa lalu, ada juga orang setelah belajar ini
bisa menjadi orang yang sangat tajam melihat realitas metafisik.
Sampai ada yang bisa menjelajahi dimensi-dimensi lain. Tapi pada
intinya orang ikut meditasi seperti ini karena merindukan kesejatian
dan kebahagiaan. Bagaimana dia ketemu dengan diri sejatinya?
Bagaimana bisa menemukan hidup yang bermakna eksisnya.
25. Tanya: Berarti ini konsep spiritual untuk menuju Illahi?
Jawab: Yaa, memang intinya, esensi dasar membuat kita menyadari
keillahian diri kita, jumbu atau penyatuan tanpa batas dengan sang
sumber hidup.
26. Tanya: Tadi sudah dijelaskan tentang penyatuan, penyatuan seperti apa
bapak?
Jawab: Sebetulnya gini, kenyataannya antara Tuhan dengan kita tak
pernah terpisahkan. Tuhan itu dalam pengertian kita, adalah
kekosongan yang meliputi segalanya. Agung mengejawantahkan,
menjadi roh semesta kemudian dalam diri kita mengejawantah menjadi
roh suci. Terus itu baru muncul namanya jiwa, jiwa diwadahi oleh
tubuh. Nah, yang namanya kemenyatuan itu lebih pada level
kesadaran, bagaimana jiwa itu menyadari dirinya, menyatu dengan
Tuhan itu sendiri. Menyatu berikutnya kita bisa menangkap sebetulnya
apa sih pesan dari Tuhan yang disampaikan lewat roh suci kita sendiri
kemenyatuan itu artinya begini.
27. Tanya: Terkait suwung=kosong! Dan penyatuan dengan Tuhan
bagaimana bapak menjelaskan? Suwung dan penyatuan tersebt!
Jawab: Penyatuan dengan Tuhan itu setidaknya ada 2 level. Pertama
adalah menyatu atau terhubungnya kita dengan manifestasi Tuhan di
dalam diri yang disebut Guru Sejati atau Dewa Ruci. Kedua, seorang
pejalan spiritual mengalami kondisi memasuki dimensi kegelapan total
yang meliputi segalanya dimana tak ada apa-apa lagi, bahkan terasa
diri luruh sirna, yang tinggal hanyalah kesadaran. Kondisi kedua hanya
dicapai setelah melampaui kondisi pertama.
28. Tanya: pak kondisi tersebut apa saat hidup atau kelak setelah
meninggal?
Jawab: Saat hidup dicapai saat meditasi. Tetapi bukan yang langgeng,
itu pengalaman sesaat.
29. Tanya: Apa ada perbedaan meditasi bapak dengan yoga?
Jawab: Yoga itu dinamic meditation.
30. Tanya: Jadi berbeda ya pak?
Jawab: Yoga sebagaimana yang kita kenal adalah bagian dari metode
meditasi.
DOKUMENTASI FOTO-FOTO
Penulis dengan Setyo Hajar Dewantoro
Sesi Meditasi Setyo Hajar Dewantoro
Sesi berbagi pengalaman setelah melakukan Meditasi Setyo Hajar Dewantoro
Sesi pengisian lembaran observasi terkait Meditasi Setyo Hajar Dewantoro
Penelitian Lapangan Ainul Husna Heruditya, Jurusan. Aqidah &
Filsafat Islam, Fakultas. Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tentang Meditasi Setyo Hajar Dewantoro (Kajian Filsafat Kebatinan Jawa).
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017
Nama : Sumangat Dwi Koryanto
Umur : 52 Tahun
Alamat : Jl. Palapa, no. 8. Rt/Rw: 09/07.
Duri Kepa-Kebun Jeruk
Alasan mengikuti Meditasi : Untuk menemukan diri sejati, untuk menemukan
jalan hidup sesuai tuntunan diri sejati, untuk
menemukan ketenangan dalam menjalani
kehidupan.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Menemukan diri sejati, menata kehidupan lebih
baik lagi, setelah mempraktekan yang diajarkan ada perubahan hidup.
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017
Nama : Yanti
Umur : 52 Tahun
Alamat : Bekasi
Alasan mengikuti Meditasi : Ingin belajar meditasi yang baik dan bear dalam
pengobatan baik sakit psikis dan rohani.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Sangat bermanfaat baru satu hari ikut meditasi
sakit batuk saya menghilang tanpa minum obat.
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017
Nama : Dwi Nugroho Santoso
Umur : 34 Tahun
Alamat : Purwodadi, Toroh, Grobongan. Jawa Tengah
Alasan mengikuti Meditasi :Menambah wawasan berspiritual, belajar mendalami
kaweruh jawa.
Manfaat Mengikuti Meditasi :Mawas diri, eling, intropeksi diri, memiliki
kesadaran kepada sumber kehidupan, menumbuhkan
rasa welas asih dengan cara meditasi, bisa
menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017
Nama : Eko Kurniawan
Umur : 33 Tahun
Alamat : Purwodadi, Gundih, Geyer. Jawa Tengah
Alasan mengikuti Meditasi : Untuk merasakan dan mencapai kesadaran
murni.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Lebih bahagia dan lebih merasa bermanfaat.
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017
Nama : Suwarto
Umur : 31 Tahun
Alamat : Tambirjo, Toroh, Grobogan
Alasan mengikuti Meditasi : Menambah pengalaman.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Badan jasmani dan rohani lebih sehat dan terarah.
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017
Nama : Erwin
Umur : 35 Tahun
Alamat : Waspada Raya no. 20
Alasan mengikuti Meditasi : Ingin memperdalam spiritual, ingin hidup lebih
baik.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Lebih sadar akan fenomena-fenomena kehidupan,
lebih tenang.
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017
Nama : Angga
Umur : 33 Tahun
Alamat : Jakarta Selatan
Alasan mengikuti Meditasi : Ingin belajar meditasi dan mendapat manfaat
positifnya.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Merasakan kedamaian hati, kenyamanan,
kepasrahan dalam hidup.
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017
Nama : Sri Muryani
Umur : 44 Tahun
Alamat : Tenggarong, Kalimantan Timur
Alasan mengikuti Meditasi : Untuk mengenal diri sejati dan peningkatan
spiritual lewat meditasi.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Mencapai ketenangan diri, lebih toleransi, imunitas
diri, selaras dengan kehidupan semesta
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017
Nama : Aji Ani Purwantini
Umur : 39 Tahun
Alamat : Kalimantan Timur
Alasan mengikuti Meditasi : Untuk dapat mengenal diri sejati serta peningkatan
spiritual dalam diri lewat meditasi.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Mendapat ketenangan dalam diri, penyembuhan
penyakit, berkesadaran hidup lebih tinggi.
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017
Nama : Ni Made Suratini
Umur : 55 Tahun
Alamat : Vila Jaya, Blok VI, no. 20.
Alasan mengikuti Meditasi : Untuk mengenali Guru Sejati, untuk menenangkan
diri.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Rasa lebih baik sebelumnya, saya baru ikut di
grup ini tapi sudah ada manfaat.
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017
Nama : Meri
Umur : 55 Tahun
Alamat : -
Alasan mengikuti Meditasi : Untuk kesehatan dan ketenangan batin, lebih
mengerti spiritual.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Mendapat kesehatan yang baik, mendapat
ketenangan batin.
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017
Nama : Muli
Umur : 49 Tahun
Alamat : Kebayoran Baru
Alasan mengikuti Meditasi : Karena ingin belajar meditasi kesehatan melalui
aliran nafas dan pengetahuan yang lebih dalam
tentang kesadaran diri yang terdalalam.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Kembali kekesadaran hati, mengenal lebih dalam
diri sejati/Guru Sejati. Sehingga dalam melakukan
aktivitas apapun bisa selalu berkesadaran.
Semuanya selaras dengan alam semesta.
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017
Nama : Susiati
Umur : 56 Tahun
Alamat : Jl. Akasia, Cengkareng Timur
Alasan mengikuti Meditasi : Supaya lebih fokus dalam meditasi
Manfaat Mengikuti Meditasi : Merasa perasaan lebih tenang, damai
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017
Nama : Sujono
Umur : 51 Tahun
Alamat : Jakarta Barat
Alasan mengikuti Meditasi : Ingin mempelajari Meditasi Nusantara Kuno.
Manfaat Mengikuti Meditasi :Keselarasan olah tubuh, kesehatan tubuh,
penyembuhan, kedamaian batin, mengenal diri
sendiri, meluruskan kesalahpahaman meditasi
yang benar.
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017
Nama : Mufidreny
Umur : 51 Tahun
Alamat : Jl. Palapa no.8, Duri Kepa-Jakarta Barat
Alasan mengikuti Meditasi : Untuk lebih mendalami mengenai macam-macam
meditasi
Manfaat Mengikuti Meditasi : Lebih tenang untuk bisa menjalani kehidupan
sehari-hari, lebih dekat Tuhan YME.
Data Observasi
Minggu, 7 Mei 2017
Nama : Mulya
Umur : 55 Tahun
Alamat : Jatinegara-Jakarta Timur
Alasan mengikuti Meditasi : Ingin mengetahui talenta, misi saya menjadi
manusia di dunia ini.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Sehat & bahagia selaras dengan semesta.
Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017
Nama : Esmond
Umur : 42 Tahun
Alamat : -
Alasan mengikuti Meditasi :Want to belajar more of kejawen meditasi
(Indonesia Javanese), the method that was use
traditional in modern new age language- energy
connection.
Manfaat Mengikuti Meditasi : To relax.
Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017
Nama : Henki Sidik
Umur : 40 Tahun
Alamat : -
Alasan mengikuti Meditasi : Ingin mengetahui meditasi.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Ketenangan batin.
Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017
Nama : Eolia
Umur : 21 Tahun
Alamat : Bandengan Selatan no. 84a/10.
Alasan mengikuti Meditasi :Ingin belajar meditasi, karena tidak hanya meditasi.
Pak Setyo juga mengajarkan tentang filsafat.
Dalam meditasi Setyo Hajar Dewantoro juga
selalu diadakan sesi sharing jadi dari sharing-
sharing yang diberikan orang-orang saya juga
bisa belajar banyak.
Manfaat Mengikuti Meditasi :Mempelajari berbagai macam cara untuk
bermeditasi (mengkosongkan pikiran).
Mempelajari kehidupan manusia, apa yang
harus kita lakukan untuk menjadi lebih baik.
Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017
Nama : Edward Wilson
Umur : 20 Tahun
Alamat : Pawai Indah Kapuk
Alasan mengikuti Meditasi : Untuk mencari dan berbicara kepada roh yang
terselubung pada diri saya, dan mengajak diri
saya untuk lebih fokus dan menjadi diri kita
untuk berbicara kepada roh atas dan para dewa-
dewi yang memberi kehidupan.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Melatih diri untuk mengontrol pikiran diri sendiri
dan menjadi manusia yang lebih bermanfaat untuk
lingkungan dan masyarakat sekitar.
Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017
Nama : Tan Paul Kosasih
Umur : 26 Tahun
Alamat : Mangga Dua
Alasan mengikuti Meditasi : Ajaran meluas batin, ketenangan dapat dari dalam
diri sendiri. Cari solusi batin, agama, politik secara
universal dari dalam.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Merasa ketenangan diri dari dalam, mendapat
bantuan dari kesulitan, penderitaan menggunakan
kekuatan alam semesta yang ada di dalam diri kita
masing-masing.
Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017
Nama : Alberth
Umur : 34 Tahun
Alamat : Jalan Jelambar Utama VII’ 29A
Alasan mengikuti Meditasi : Saya mengikuti meditasi Setyo Hajar Dewantoro
karena ingin lebih mendalami tehnik meditasi yang
dapat menyembuhkan luka batin dan terhubung
dengan diri sejati. Harapannya supaya dapat
memberi manfaat pada diri sendiri, keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara.
Manfaat Mengikuti Meditasi :Ketenangan batin dan bisa meredakan stress. Selain
itu juga memperoleh wawasan baru tentang tubuh.
Meditasi yang unik dan bersemangat.
Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017
Nama : Tiara
Umur : 24 Tahun
Alamat : Bandengan Selatan no.84A/10
Alasan mengikuti Meditasi : Meditasi menarik, tidak membosankan. Melatih
diri agar menjadi diri yang lebih baik lagi
Manfaat Mengikuti Meditasi : Lebih mengerti tentang cara-cara meditasi dan
dapat langsung mempraktekkannya. Memahami
cara untuk membersihkan diri dari energi
negatif dan memancarkan energi positif atau
kasih dalam diri kita.
Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017
Nama : Watung
Umur : 53 Tahun
Alamat : Jl. Bandengan Selatan, no 84A/10. Jakarta Utara.
Alasan mengikuti Meditasi : Mudah dicerna dan mudah di pahami.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Untuk menyadarkan diri kita dan bisa tercerahkan,
bisa menyembuhkan penyakit mental dan jiwa raga.
Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017
Nama : Billy
Umur : 53 Tahun
Alamat : Muara Karang
Alasan mengikuti Meditasi : Untuk belajar meditasi dan bisa berhasil dalam
bermeditasi.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Lebih memahami tentang meditasi dan belajar
berbgai metode/tehnik dalam bermeditasi.
Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017
Nama : Srianti
Umur : 28 Tahun
Alamat : Jl. Mangga Dua J9. Jakarta Pusat.
Alasan mengikuti Meditasi : Untuk belajar tehnik-tehnik meditasi.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Mendapatkan ketenangan dan relaksasi.
Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017
Nama : Nani
Umur : 50 Tahun
Alamat : Jelembar Utama 1, no 2B, Jakarta Barat.
Alasan mengikuti Meditasi : Untuk mengetahui cara meditasi lebih dalam.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Ketenangan, bahagia.
Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017
Nama : Mimi
Umur : 51 Tahun
Alamat : Mangga Dua Raya, Komplek Dua Pertiwi, Blok
J, no.9
Alasan mengikuti Meditasi : Untuk belajar meditasi lebih dalam.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Ketenangan, bahagia.
Data Observasi
Jum’at, 9 Juni 2017
Nama : Lie Tianan
Umur : 64 Tahun
Alamat : Teluk Gong
Alasan mengikuti Meditasi : Melatih diri kita, bisa lebih mengenal diri kita
sendiri, lebih dalam kedalaman sesungguhnya.
Ajarannya lebih mudah diterima.
Manfaat Mengikuti Meditasi : Menjadi bahagia dan damai di dunia ini
.