10
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11 PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA 5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA 908 ERUPSI MERAPI 2018: INTERPRETASI JENIS ERUPSI BERDASARKAN STUDI MATERIAL VULKANIK HASIL ERUPSI EKSPLOSIF 11 MEI DAN 1 JUNI 2018 Lucas Donny Setijadji 1* Jesslyn Jane 2 Naomi Geraldine Situmorang 3 Aldaka Wiguna 4 1 Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur Yogyakarta 55281 INDONESIA 2 Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur Yogyakarta 55281 INDONESIA 3 Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur Yogyakarta 55281 INDONESIA 4 Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur Yogyakarta 55281 INDONESIA *corresponding author: [email protected] ABSTRAK Gunung Merapi mengalami fase erupsi eksplosif pada periode bulan Mei sampai dengan Juni 2018. Peristiwa erupsi kali ini merupakan yang terbesar sejak erupsi 2010 dan sangat unik karena erupsi pertama tidak diawali gejala awal (precursor). Erupsi pertama 11 Mei menghasilkan kolom erupsi setinggi 6 km, diklasifikasikan sebagai erupsi freatik oleh BPPTKG. Erupsi kedua terjadi pada tanggal 24 Mei dan erupsi ketiga pada tanggal 1 Juni, yang dikategorikan BPPTKG sebagai awal dari erupsi magmatik. Erupsi ketiga menghasilkan kolom setinggi 6 km dan diawali oleh aktivitas kegempaan vulkanik dalam. Dari rangkaian peristiwa tersebut, kita memiliki kesempatan untuk mempelajari material vulkanik hasil erupsi freatik vs magmatik. Untuk keperluan tersebut, kami mengumpulkan material vulkanik (tephra) pada tanggal 11 Mei dan 1 Juni dari berbagai tempat di sekitar lereng Merapi. Tephra berukuran pasir sampai abu pada tanggal 11 Mei jatuh di lereng selatan Merapi, sedangkan erupsi 1 Juni memiliki sebaran di lereng utara Merapi. Pada tahap awal, penelitian difokuskan pada komposisi dan granulometri butiran material vulkanik. Kami menyimpulkan bahwa ada perbedaan fundamental dalam hal komposisi material erupsi pada kedua tanggal tersebut. Material erupsi 11 Mei memiliki ukuran butir relatif lebih kasar, sortasi butir lebih buruk, komposisi fragmen batuan yang lebih melimpah, Di lain pihak, tephra hasil erupsi tanggal 1 Juni memiliki komposisi fragmen batuan lebih sedikit, ukuran butiran lebih halus dengan sortasi yang lebih baik, serta kehadiran individu mineral segar yang lebih melimpah. Karakter tephra 1 Juni lebih kaya material juvenile dan merupakan erupsi vulkanik jenis freatik, sedangkan erupsi 1 Juni lebih bersifat magmatik. Kata Kunci : merapi, erupsi eksplosif 2018 1. Pendahuluan Merapi (2.930 mdpl) merupakan salah satu gunung api yang paling aktif di Indonesia dengan periode erupsi eksplosif terakhir terjadi pada tahun 2010. Gunung api ini berada di perbatasan antara provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah dengan berbatasan langsung dengan Kabupaten Sleman di sisi selatan, Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, dan Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Semua wilayah ini merupakan wilayah padat penduduk sehingga gunung dikategorikan sangat berbahaya. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus lebih 65 kali dengan selang periode erupsi beberapa tahun sekali. Erupsi Merapi umumnya dicirikan dengan proses pembentukan kubah lava di puncak Merapi dan diikuti dengan guguran kubah lava yang menghasilkan proses aliran piroklastika

MATERIALVULKANIKHASILERUPSIEKSPLOSIF11MEIDA ... MERAPI...45% (Gambar 5). Pada erupsi ketiga dijumpai litik fragmen dengan persentase 23%, hornblende7%, piroksen 17% dan plagioklas

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MATERIALVULKANIKHASILERUPSIEKSPLOSIF11MEIDA ... MERAPI...45% (Gambar 5). Pada erupsi ketiga dijumpai litik fragmen dengan persentase 23%, hornblende7%, piroksen 17% dan plagioklas

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

908

ERUPSI MERAPI 2018: INTERPRETASI JENIS ERUPSI BERDASARKAN STUDIMATERIAL VULKANIK HASIL ERUPSI EKSPLOSIF 11 MEI DAN 1 JUNI 2018

Lucas Donny Setijadji1*

Jesslyn Jane2

Naomi Geraldine Situmorang3

Aldaka Wiguna41Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur Yogyakarta 55281

INDONESIA2Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur Yogyakarta 55281

INDONESIA3Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur Yogyakarta 55281

INDONESIA4Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur Yogyakarta 55281

INDONESIA*corresponding author: [email protected]

ABSTRAKGunung Merapi mengalami fase erupsi eksplosif pada periode bulan Mei sampai dengan Juni 2018.

Peristiwa erupsi kali ini merupakan yang terbesar sejak erupsi 2010 dan sangat unik karena erupsipertama tidak diawali gejala awal (precursor). Erupsi pertama 11 Mei menghasilkan kolom erupsisetinggi 6 km, diklasifikasikan sebagai erupsi freatik oleh BPPTKG. Erupsi kedua terjadi pada tanggal24 Mei dan erupsi ketiga pada tanggal 1 Juni, yang dikategorikan BPPTKG sebagai awal dari erupsimagmatik. Erupsi ketiga menghasilkan kolom setinggi 6 km dan diawali oleh aktivitas kegempaanvulkanik dalam. Dari rangkaian peristiwa tersebut, kita memiliki kesempatan untuk mempelajarimaterial vulkanik hasil erupsi freatik vs magmatik. Untuk keperluan tersebut, kami mengumpulkanmaterial vulkanik (tephra) pada tanggal 11 Mei dan 1 Juni dari berbagai tempat di sekitar lerengMerapi. Tephra berukuran pasir sampai abu pada tanggal 11 Mei jatuh di lereng selatan Merapi,sedangkan erupsi 1 Juni memiliki sebaran di lereng utara Merapi. Pada tahap awal, penelitiandifokuskan pada komposisi dan granulometri butiran material vulkanik. Kami menyimpulkan bahwaada perbedaan fundamental dalam hal komposisi material erupsi pada kedua tanggal tersebut. Materialerupsi 11 Mei memiliki ukuran butir relatif lebih kasar, sortasi butir lebih buruk, komposisi fragmenbatuan yang lebih melimpah, Di lain pihak, tephra hasil erupsi tanggal 1 Juni memiliki komposisifragmen batuan lebih sedikit, ukuran butiran lebih halus dengan sortasi yang lebih baik, sertakehadiran individu mineral segar yang lebih melimpah. Karakter tephra 1 Juni lebih kaya materialjuvenile dan merupakan erupsi vulkanik jenis freatik, sedangkan erupsi 1 Juni lebih bersifat magmatik.

Kata Kunci : merapi, erupsi eksplosif 2018

1. PendahuluanMerapi (2.930 mdpl) merupakan salah satu gunung api yang paling aktif di Indonesia

dengan periode erupsi eksplosif terakhir terjadi pada tahun 2010. Gunung api ini berada diperbatasan antara provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah denganberbatasan langsung dengan Kabupaten Sleman di sisi selatan, Kabupaten Magelang di sisibarat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, dan Kabupaten Klaten di sisi tenggara.Semua wilayah ini merupakan wilayah padat penduduk sehingga gunung dikategorikan sangatberbahaya. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus lebih 65 kali dengan selang periodeerupsi beberapa tahun sekali.

Erupsi Merapi umumnya dicirikan dengan proses pembentukan kubah lava di puncakMerapi dan diikuti dengan guguran kubah lava yang menghasilkan proses aliran piroklastika

Page 2: MATERIALVULKANIKHASILERUPSIEKSPLOSIF11MEIDA ... MERAPI...45% (Gambar 5). Pada erupsi ketiga dijumpai litik fragmen dengan persentase 23%, hornblende7%, piroksen 17% dan plagioklas

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

909

di lerengnya. Proses erupsi ini sangat terkenal di dunia sehingga sering dikenal sebagai tipeerupsi Merapi (Gertisser dkk., 2012). Namun erupsi Merapi tahun 2010 yang berlangsungpada bulan Oktober-November 2010 berbeda dari erupsi-erupsi sebelumnya karena langsungdiawali dengan erupsi eksplosif tanpa pembentukan kubah lava. Periode erupsi eksplosif 2010ini bahkan dianggap sebagai erupsi Merapi kedua terbesar dalam periode lebih dari 100 tahunterakhir sejak 1872 dalam sejarah Merapi dan menunjukkan gunung ini memiliki potensierupsi yang katastropik (Cronin, e tal., 2013). Sejak erupsi katastropik 2010, terlihat karaktererupsi Merapi berubah secara signifikan. Pada tanggal 18 November 2013 tercatat terjadierupsi freatik yang menghasilkan kolom erupsi setinggi 2.000 m (BPPTKG). Setelahperistiwa ini Merapi tidak menunjukkan gejala peningkatan aktivitas vulkanik sampai tahun2018. Aktivitas vulkanik Merapi tahun 2018 terjadi pada bulan Mei dan Juni 2018 tanpadiawali oleh aktivitas kegempaan gejala awal (precursor) sehingga erupsi pertama terjadipada saat status Merapi adalah normal.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG)Yogyakarta memaparkan adanya perbedaan letusan Gunung Merapi tahun 2018 dengan yangterjadi sebelumnya khususnya pada 2006 dan 2010. Erupsi 2018 tercatat terjadi 3 kali, yaitu11 Mei, 24 Mei dan 1 Juni 2018. BPPTKG mengkategorikan erupsi pertama 11 Mei 2018sebagai erupsi freatik karena tidak ada precursor sama sekali. Erupsi kedua tanggal 24 Mei2018 dikategorikan BPPTKG sebagai awal dari erupsi magmatik. Hal ini didukung oleh databahwa peristiwa erupsi ketiga 1 Juni diawali oleh aktivitas kegempaan vulkanik dalam. Darirangkaian peristiwa erupsi Merapi 2018 tersebut, kita memiliki kesempatan untukmempelajari material vulkanik hasil erupsi freatik vs. magmatik dari Merapi. Hasil kajian inidiharapkan dapat dipakai untuk memahami karakter erupsi Merapi di masa depan untukproses mitigasi bencana yang lebih baik.

2. Metode PenelitianPada erupsi 11 Mei 2018, lokasi pengamatan berada di lereng selatan Merapi tepatnya di

wilayah Kaliurang, Kaliadem, sampai Kecamatan Ngaglik. Lokasi pengamatan erupsi 1 Juni2018 berada di lereng utara Merapi, tepatnya di wilayah Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.Penelitian dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pengumpulan informasi terkait kejadianerupsi, tahap pengamatan dan pengambilan data di lapangan serta tahap analisis data dilaboratorium. Pengumpulan informasi diperoleh dari berbagai berita media sosial, BalaiPenyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), PusatVulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Meteorologi Klimatologi danGeofisika (BMKG) serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).Pengamatan data langsung di lapangan bertujuan untuk mengetahui persebaran materialvulkanik di kedua fase erupsi. Pengamatan dan pengambilan sampel erupsi fase pertama telahdilakukan di sepuluh lokasi. Pada erupsi fase ketiga, sembilan belas lokasi pengamatan telahdilakukan pendataan ketiga tetapi hanya sebelas sampel tephra yang dapat diambil dandianalisis (Gambar 3). Terdapat dua analisis data laboratorium yang dilakukan, yaitu analisisgranulometri dan petrografi. Analisis granulometri bertujuan untuk mengetahui ukuran rata-rata (mean), sortasi, skewness dan kurtosis tephra. Analisis petrografi bertujuan untukmengetahui komposisi material penyusun tephra secara mikroskopis.

Page 3: MATERIALVULKANIKHASILERUPSIEKSPLOSIF11MEIDA ... MERAPI...45% (Gambar 5). Pada erupsi ketiga dijumpai litik fragmen dengan persentase 23%, hornblende7%, piroksen 17% dan plagioklas

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

910

3. DataDalam penelitian ini, tahap perolehan informasi terkait kebencanaan sangat penting.

Menurut BMKG (2018), erupsi pada tanggal 11 Mei 2018 cukup mendadak karena tidakdiawali dengan precursor dan tidak ada tanda-tanda peningkatan kegempaan yang tercatatsebelum terjadinya erupsi. Letusan sebanyak satu kali ini menghasilkan kolom setinggi 5500meter ke arah selatan, hujan abu tipis di wilayah Kaliurang, Kaliadem, sampai KecamatanNgaglik, satu kali gempa guguran, dan satu kali gempa multifase (Gambar 2). Dilihat dariinstrumen pengamat EDM (Electronic Distance Meter) dan GPS (Global Positioning System),tidak terlihat adanya deformasi yang signifikan dan selanjutnya tidak disusul dengan erupsilanjutan. Dari beberapa hasil di atas, disimpulkan bahwa letusan ini merupakan letusan minor.Oleh BMKG, erupsi ini termasuk ke dalam erupsi freatik yang didominasi oleh uap air.(Gambar 1)

Letusan kembali terjadi pada tanggal 24 Mei 2018 dan menghasilkan kolom setinggi6000 meter ke arah Barat Daya, dengan diawali oleh gempa berdurasi 4 menit dan gemuruhyang terdengar di seluruh pos pengamatan Gunung Merapi (BMKG, 2018). Sejak erupsi ini,status gunung Merapi naik dari level I (Normal) menuju ke level II (Waspada). Hujan abuterjadi di Desa Tegalrandu, Sumber, Dukun, Ngadipiro, Banyubiru, Muntikan, Mungkid,Menayu, Kalibening, dan Salaman.

Letusan selanjutnya terjadi pada tanggal 1 Juni 2018 pukul 08.20 WIB (Gambar 1).Menurut BMKG (2018), letusan menghasilkan kolom setinggi 6000 m ke arah Barat Lautdilihat dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Jrakah, Selo, Boyolali. Erupsi ini menyebabkangempa VT (Volcanic Tectonic) sebanyak satu kali dengan kedalaman dominan 3 km daripuncak, gempa guguran sebelas kali, dan gempa tektonik satu kali. Adanya gempa VTmenunjukkan indikasi proses magmatisme. Erupsi ini tidak menunjukkan adanya deformasidan tidak ada perubahan kandungan SO2 yang signifikan. Setelah kejadian erupsi Merapi 1Juni, status gunung api masih tetap pada level II. Setelah ketiga letusan tersebut, tidak terjadiletusan lanjutan. Namun, status Gunung Merapi hingga laporan terakhir yang dilakukan olehBMKG pada tanggal 26 Juli 2018 belum diturunkan menjadi normal.

Pada tahap pengamatan data di lapangan, material vulkanik berukuran pasir sampai abupada tanggal 11 Mei jatuh di lereng selatan Merapi (wilayah Kaliurang, Kaliadem, sampaiKecamatan Ngaglik), sedangkan erupsi 1 Juni memiliki sebaran di lereng utara Merapi(wilayah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali). Pengamatan dan pengambilan sampel erupsifase pertama telah dilakukan di sepuluh lokasi. Peneliti tidak melakukan pengamatan danpengambilan data pada erupsi kedua dikarenakan pada saat itu terjadi hujan. Pada erupsi faseketiga, sembilan belas lokasi pengamatan telah dilakukan pendataan ketiga tetapi hanyasebelas sampel tephra yang dapat diambil dan dianalisis. Delapan lokasi pengamatan lainnyatidak ditemukan tephra (Gambar 3).

Dari data petrografi, komposisi material tephra pada erupsi pertama dan ketiga samayaitu litik fragmen, piroksen dan plagioklas. Pada erupsi pertama dijumpai litik fragmen yangcukup melimpah dengan persentase 40%, piroksen 15% dan plagioklas (andesin-labradorit)45% (Gambar 5). Pada erupsi ketiga dijumpai litik fragmen dengan persentase 23%,hornblende 7%, piroksen 17% dan plagioklas (albit) 53% (Gambar 6). Tingkat kesegaranmineral pada erupsi pertama cenderung kurang apabila dibandingkan dengan mineral padaerupsi ketiga (Tabel 1).

Page 4: MATERIALVULKANIKHASILERUPSIEKSPLOSIF11MEIDA ... MERAPI...45% (Gambar 5). Pada erupsi ketiga dijumpai litik fragmen dengan persentase 23%, hornblende7%, piroksen 17% dan plagioklas

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

911

Dari data granulometri, sampel tephra memiliki ukuran butir pasir sangat halus sampaidengan pasir kasar. Setelah sampel diayak, dilakukan perhitungan parameter secara grafis.Hasil perhitungan menunjukkan perbedaan nilai mean, sortasi, skewness dan kurtosis antarakedua material erupsi. Pada tephra erupsi pertama STA 1 menunjukkan nilai mean 1,033,sortasi 0,447 (well sorted), skewness 0,067 (near symmetrical), kurtosis 0,911 (mesokurtic).Pada tephra erupsi pertama STA 9 menunjukkan nilai mean 2,367, sortasi 2,092 (very poorlysorted), skewness -1,046 (very coarse skewed), kurtosis 0,729 (platykurtic) (Tabel 2).Padatephra erupsi ketiga STA 6 menunjukkan nilai mean 1,817, sortasi 0,552 (moderately wellsorted), skewness 0,365 (very fine-skewed), kurtosis 0,955 (mesokurtic). Pada tephra erupsiketiga STA 10 menunjukkan nilai mean 1,733, sortasi 0,591 (moderately well-sorted),skewness 0,514 (very fine-skewed), kurtosis 0,964 (mesokurtic) (Tabel 3).

4. Hasil dan PembahasanDalam pengamatan secara megaskopis, tephra erupsi pertama di STA 9 menunjukkan

perbedaan ukuran butir yang cukup signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan jarak yangcukup dekat dengan sumber erupsi, material yang dihasilkan memiliki kecenderungan sortasiburuk. Akan tetapi, tephra erupsi ketiga di STA 10 dengan jarak yang cukup dekat tidakmenunjukkan perbedaan ukuran butir yang signifikan. Sortasi pada tephra ini memperlihatkansortasi yang baik (Gambar 4).

Berdasarkan data analisis petrografi sampel abu vulkanik erupsi 11 Mei dan 1 Junimenunjukkan perbedaan yang cukup fundamental. Dari segi komposisi mineral, erupsi 11 Meididominasi oleh butiran litik fragmen yang sudah teroksidasi dan tidak dijumpai mineralferomagnetik seperti kandungan mineral hornblende. Mineral lain yang dijumpai sepertipiroksen tidak terlalu melimpah (15%) dan mineral plagioklas yang didominasi oleh Andesindan Labradorit cukup melimpah (45%) (Tabel 1). Pada analisis data granulometri, sampelerupsi pertama memiliki kecenderungan ukuran butir yang relatif lebih kasar, sortasi butirlebih buruk, skewness lebih kasar, dan kurtosis yang mesokurtic-platykurtic (Tabel 2). Hal inimengindikasikan adanya material vulkanik tua hasil kegiatan erupsi sebelumnya.

Material hasil erupsi 1 Juni lebih didominasi oleh butiran kristal mineral plagioklas(Albit) yang segar dengan kelimpahan 53%. Litik fragmen, piroksen dan hornblende jugadijumpai di erupsi ini tetapi tidak melimpah (Tabel 1). Perbandingan litik fragmen pada erupsipertama dengan ketiga mengalami penurunan. Pada analisis data granulometri, sampel erupsiketiga memiliki kecenderungan ukuran butiran yang lebih halus dengan sortasi yang lebihbaik, skewness lebih halus dan kurtosis yang mesokurtic (Tabel 3). Hal ini mengindikasikanadanya kehadiran material juvenile segar dari magma (Cas & Wright, 1988).

Dari keseluruhan metode penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa erupsi 11Mei 2018 merupakan erupsi vulkanik jenis freatik, sedangkan erupsi 1 Juni 2018 lebihbersifat magmatik.

5. KesimpulanHasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan karakteristik endapan tephra

hasil erupsi Merapi 11 Mei dan 1 Juni 2018. Beberapa perbedaan yang kami temukan dalamstudi ini meliputi perbedaan ukuran butir, sortasi, dan komposisi tephra. Tephra hasil erupsitanggal 11 Mei memiliki ukuran butir yang relatif lebih kasar, sortasi butir lebih buruk,komposisi fragmen batuan yang lebih melimpah, serta persentase kehadiran butiran individumineral yang lebih sedikit. Di lain pihak, tephra hasil erupsi tanggal 1 Juni 2018 memiliki

Page 5: MATERIALVULKANIKHASILERUPSIEKSPLOSIF11MEIDA ... MERAPI...45% (Gambar 5). Pada erupsi ketiga dijumpai litik fragmen dengan persentase 23%, hornblende7%, piroksen 17% dan plagioklas

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

912

komposisi fragmen batuan yang lebih sedikit, ukuran butiran yang lebih halus dengan sortasiyang lebih baik, serta kehadiran individu mineral yang lebih melimpah, terdiri dari feldsparalbit, piroksen dan hornblende. Hasil ini menunjukkan bahwa karakter tephra 1 Juni 2018lebih kaya material juvenile dan mendukung interpretasi BBPTKG bahwa erupsi 11 Mei 2018merupakan erupsi vulkanik jenis freatik, sedangkan erupsi 1 Juni 2018 lebih bersifatmagmatik.

Untuk dapat melakukan analisis lebih jauh tentang perbedaan karakteristik dan interpretasisumber material kedua peristiwa erupsi ini, perlu dilakukan studi lebih lanjut seperti geokimiabatuan yang dapat dipakai untuk mempertajam perbedaan karakteristik kedua jenis tephrayang kita pelajari.

Acknowledgements

Terima kasih kami ucapkan kepada staff dan laboran Laboratorium Geologi Optik yangsudah membantu dalam melakukan sayatan tipis serta perizinan Laboratorium Sedimentologidalam melakukan analisis granulometri. Terima kasih juga kami ucapkan kepada panitiaSeminar Nasional Geoweek 2018, yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukanpresentasi hasil penelitian ini di Seminar Nasional 2018.

Daftar PustakaCas, R.A.F., Wright, J.V. 1988. Vocanic Successions. London : Chapman & Hall.Cronin, S.J., Lube, G., Dayudi, D.S., Sumarti, S., Subrandiyo, S., Surono. (2013). Insights

into the October-November 2010 Gunung Merapi Eruption (Central Java, Indonesia)from Stratigraphy, volume and characteristic of its pyroclastic deposits, in : Journal ofVolcanology and Goethermal Research, Volume 261, 244-259.

Gertisser, R., Sylvain J. Charbonnier, S.J., Keller, J. and Quidelleur, X. (2012). Thegeological evolution of Merapi volcano, Central Java, Indonesia. Bull. Volcanol. 74,1213–1233. Doi: 10.1007/s00445-012-0591-3.

KESDM, Badan Geologi, BPPTKG, 2018, Press Release Erupsi Freatik Gunungapi Merapi,diakses pada tanggal 2 Agustus 2018 pukul 11.00 WIB,http://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/2199-press-release-erupsi-freatik-gunungapi-merapi.

Santoso, A.B., 2018, Laporan Aktivitas Gunung Merapi Tanggal 20-26 Juli 2018, dalamKESDM, Badan Geologi, BPPTKG, diakses pada tanggal 2 Agustus 2018 pukul10.08 WIB, http://merapi.bgl.esdm.go.id/pub/page.php?idx=331.

Santoso, A.B., Lesage, P., Dwiyono, S., Sumarti, S., Subandriyo, Surono, Jousset, P.,Metaxian, J.P. (2013). Analysis of the seismic activity associated with the 2010eruption of Merapi Volcano, Java, in : Journal of Volcanology and GoethermalResearch, Volume 261, 153-170.

Page 6: MATERIALVULKANIKHASILERUPSIEKSPLOSIF11MEIDA ... MERAPI...45% (Gambar 5). Pada erupsi ketiga dijumpai litik fragmen dengan persentase 23%, hornblende7%, piroksen 17% dan plagioklas

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

913

Gambar 1. Dokumentasi erupsi Merapi 11 Mei dan 1 Juni 2018, diolah dari pemberitaanKompas (https://kompas.id).

Gambar 2. Kenampakan tephra hasil erupsi Merapi 11 Mei (kiri) dan 1 Juni 2018 (kanan,dengan Merapi sebagai latar belakang).

Page 7: MATERIALVULKANIKHASILERUPSIEKSPLOSIF11MEIDA ... MERAPI...45% (Gambar 5). Pada erupsi ketiga dijumpai litik fragmen dengan persentase 23%, hornblende7%, piroksen 17% dan plagioklas

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

914

Gambar 3. Peta sebaran lokasi pengamatan tephra erupsi Merapi 11 Mei dan 1 Juni 2018

Gambar 4. Kenampakan sampel tephra erupsi Merapi 11 Mei (kiri) dan 1 Juni 2018 (kanan).Skala dalam unit cm.

Page 8: MATERIALVULKANIKHASILERUPSIEKSPLOSIF11MEIDA ... MERAPI...45% (Gambar 5). Pada erupsi ketiga dijumpai litik fragmen dengan persentase 23%, hornblende7%, piroksen 17% dan plagioklas

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

915

Sampel 11 Mei 2018 STA 9 Kinahrejo

Gambar 5. Kenampakan petrografis material erupsi Merapi 11 Mei 2018 pada pengamatanXPL (kiri) dan PPL (kanan). Sayatan ini menunjukkan kelimpahan litik 40%.

Sampel 1 Juni 2018 STA 10 Selo

Gambar 6. Kenampakan petrografis material erupsi Merapi 1 Juni 2018 pada pengamatanXPL (kiri) dan PPL (kanan). Sayatan ini menunjukkan kelimpahan litik berkurang sebesar23%.

Tabel 1. Persentase Rata-Rata Material Erupsi 11 Mei dan 1 Juni 2018 Berdasarkan AnalisisPetrografi

Perbedaan 11 Mei 2018 1 Juni 2018

Komposisi Piroksen 15% Piroksen 17%

Plagioklas (Andesin-Labradorit)

45% Plagioklas (Albit) 53%

Litik Fragmen 40% Litik Fragmen 23%

- Hornblende 7%

Kesegaranmineral

Kurang segar Segar

Page 9: MATERIALVULKANIKHASILERUPSIEKSPLOSIF11MEIDA ... MERAPI...45% (Gambar 5). Pada erupsi ketiga dijumpai litik fragmen dengan persentase 23%, hornblende7%, piroksen 17% dan plagioklas

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

916

Tabel 2. Data Mean, Sortasi, Skewness dan Kurtosis Erupsi 11 Mei STA 1 dan STA 9

STA 1 (1-1)

mesh phi fraction weight frequency cumulative frequency

80 1.75-2.5 19,51 83,163 83,163

100 2.5-2.75 3,75 15,985 99,147

140 2.75-3.25 0,17 0,725 99,872

200 3.25-3.75 0,02 0,085 99,957

>200 >3.75 0,01 0,043 100

Total 23,46 100 -

mean 1,033

sortasi 0,447 (well sorted)

skewness 0,067 (near symmetrical)

kurtosis 0,911 (mesokurtic)

STA 9 (1-9)

mesh phi fraction weight frequency cumulative frequency

35 0-1 23,09 84,239 84,239

50 1-1.75 3,17 11,565 95,804

80 1.75-2.5 0,59 2,152 97,957

100 2.5-2.75 0,31 1,131 99,0879

140 2.75-3.25 0,25 0,912 100

200 3.25-3.75 0 0 100

>200 >3.75 0 0 100

Total 27,41 100 -

mean 2,367

sortasi 2,092 (very poorly sorted)

skewness -1,046 (very coarse skewed)

kurtosis 0,729 (platykurtic)

Tabel 3. Data Mean, Sortasi, Skewness dan Kurtosis Erupsi 1 Juni STA 6 dan STA 10

Page 10: MATERIALVULKANIKHASILERUPSIEKSPLOSIF11MEIDA ... MERAPI...45% (Gambar 5). Pada erupsi ketiga dijumpai litik fragmen dengan persentase 23%, hornblende7%, piroksen 17% dan plagioklas

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

917

STA 6 (3-6)

mesh

phi fraction weight frequency cumulative frequency

50 1-1.75 12,22 47,903 47,903

80 1.75-2.5 10,98 43,042 90,945

100 2.5-2.75 1,37 5,37 96,315

140 2.75-3.25 0,49 1,92 98,236

200 3.25-3.75 0,25 0,98 99,216

>200

>3.75 0,2 0,784 100

Total 25,51 100 -

mean 1,817

sortasi 0,552 (moderately well-sorted)

skewness 0,365 (very fine-skewed)

kurtosis 0,955 (mesokurtic)

STA 10 (3-10)

mesh phi fraction weight frequency cummulative frequency

50 1-1.75 12,2 46,423 46,423

80 1.75-2.5 10,85 41,286 87,709

100 2.5-2.75 1,21 4,6043 92,314

140 2.75-3.25 1,2 4,566 96,879

200 3.25-3.75 0,37 1,408 98,288

>200 >3.75 0,45 1,712 100

Total 26,28 100 -

mean 1,733

sortasi 0,591 (moderately well-sorted)

skewness 0,514 (very fine-skewed)

kurtosis 0,964 (mesokurtic)