Upload
lia-pamungkas
View
8
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
panoftalmitis
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Panoftalmitis adalah peradangan supuratif intraokular yang melibatkan rongga mata
hingga lapisan luar bola mata, kapsul tenon dan jaringan bola mata. Panoftalmitis terjadi
dapat didahului dengan endoftalmitis disertai dengan proses peradangan yang mengenai
ketiga lapisan mata (retina, koroid, dan sclera) dan badan kaca. Disamping itu dapat pula oleh
karena suatu uveitis septik yang lebih hebat dan akibat tukak kornea perforasi. Pasien dengan
panoftalmitis akan terlihat sakit, mengigil disertai gejala endoftalmitis yang lebih berat. Pada
mata terlihat kornea yang sangat keruh dan berwarna kuning, hipopion, badan kaca dengan
massa purulen yang disertai refleks kuning di dalamnya, konjungtiva kemotik, kelopak
kemotik dan hiperemis. Akibat jaringan ekstraokular juga meradang, maka bola mata
menonjol atau eksoftalmus di sertai pergerakan mata yang terganggu maka memberikan rasa
sakit bila bergerak. Kelopak mata merah dan membengkak. Diagnosis laboratorium
panoftalmitis secara integral berkaitan dengan terapinya.Biasanya cairan badan kaca (corpus
vitreum) diambil untuk contoh pada waktu dikerjakan debridemen rongga badan kaca
(vitrekomi). Prognosis untuk mata yang terinfeksi oleh staphylococcus epidermidis
keadaannya lebih baik, tetapi jika infeksinya karena Pseudomonas atau spesies gram negatif
lainnya prognosisnya tetap suram.
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memahami dan menggetahui secara
umum mengenai anatomi mata,definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis,
dan penatalaksanaan panoftalmitis.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan diameter anteroposterior 24 mm. Bola mata di bagian
depan ( kornea) mempunyai kelengkungan lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2
kelengkungan yang berbeda. Bola mata di bungkus oleh 3 lapisan jaringan, yaitu:
1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata,
merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut
kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang
yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang
disebut perdarahan suprakoroid.
Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil
yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot
dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh
parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk
kebutuhan akomodasi.
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor),
yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan
sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan
lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan
merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat
2
rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid
yang disebut ablasi retina.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya
menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans. Bila terdapat jaringan ikat di dalam
badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar
melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat
sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di
daerah temporal atas di dalam rongga orbita.1
Gambar 1. Penampang Horizontal Mata Kanan
2.1.1 Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus
dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kornea.1 Sklera
3
sebagai dinding bola mata merupakan jaringan yang kuat, tidak bening, tidak kenyal dan
tebalnya kira-kira 1 mm.2 Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera
mempunyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata.1
Dibagian belakang saraf optik menembus sklera dan tempat tersebut disebut kribosa. Bagian
luar sklera berwarna putih dan halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan dibagian depan oleh
konjungtiva. Diantara stroma sklera dan kapsul Tenon terdapat episklera. Bagian dalamnya
berwarna coklat dan kasar dan dihubungkan dengan koroid oleh filamen-filamen jaringan ikat
yang berpigmen, yang merupakan dinding luar ruangan suprakoroid.2
2.1.1.1 Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan
dan terdiri atas lapis : 1,2
1. Epitel
Tebalnya 50 µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel
basal berikatan erat dengan sel basal di sampingya dan sel poligonal di
depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel komea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian
4
perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen
memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat
kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma komea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal
40 µm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 pm.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula
okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf
nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea,
menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel
dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbul Krause untuk
sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah
limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.1 Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan
mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi
edema kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.1 Kornea merupakan bagian mata
yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat
dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea
dilakukan oleh kornea.1
5
Gambar 2. Penampang melintang kornea
2.1.2 Uvea
Traktus Uvealis terdiri ata iris, corpus ciliare, dan koroid. Bagian ini merupakan lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh korna dan sklera. Struktur ini ikut mendarahi retina.1
Gambar 3. Uvea
2.1.2.1 Iris
Iris adalah perpanjangan corpus Ciliare ke anterior. Iris berupa permukaan pipih
dengan apertura bulat yang terletak di tengah, pupil. Iris terletak bersambungan dengan
permukaan anterior lensa, memisahkan bilik mata depan dengan bilik mata belakang, yang
6
masing –masing berisi aqueous humor. Di dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot
dilator. Kedua lapisan berpigmen pekat pada permukaan posterior iris merupakan perluasan
neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior. Perdarahan iris di dapat dari
circulus major iris. Kapiler- kapiler iris mempunyai lapisan endotel yang tak berlubang
sehingga normalnya tidak membocorkan flourensein yang di suntikan secara intravena.
Perssrafan sensori iris melalui serabut-serabut dalam nervi ciliares. Iris mengendalikan
banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh
keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatis yang di hantarkan nervus
kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatis.1,2
2.1.2.2 Badan Siliar
Badan Siliar, yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang,
membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris ( sekitar 6 mm). Badan Siliar
terdiri atas zona anterior yang berombak- ombak, pars plicata ( 2mm), dan zona posterior
yang datar, pars plana ( 4 mm). Prosesus siliaris ini terutama terbentuk dari kapiler dan vena
yang bermuara ke vena-vena vorticosa. Kapiler- kapilernya besar dan berlubang –lubang
sehingga membocorkan flourosein yang di suntikan secara intravena. Ada dua lapisan epitel
siliaris, satu lapisan tanpa pigmen di sebelah dalam, yang merupakan perluasan neuroretina
ke anterior; dan satu lapisan berpigmen sebelah luar, yang merupakan peruluasan lapisan
epitel pigmen retina. Prosesus siliaris dan epitel siliaris pembungkusnya berfungsi sebagai
pembentuk aqueous humor. Muskulus siliaris, tersusun dari gabungan serat- serat
longitudinal, sirkular, dan radial. Fungsi serat –serat sirkular adalah untuk mengerutkan dan
relaksasi serat- serat zonula, yang berorigo di lembah-lembah di antara prosesus siliaris. Otot
ini mengubah tegangan pada kapsul lensa sehingga lensa dapat mempuanyai berbagai fokus
baik untuk objek berjarak dekat maupun yang berjarak jauh dalam lapang pandang. Serat-
serat longitudinal muskulus siliaris menyisip ke dalam anyaman trabekula untuk
mempengaruhi besarnya porinya. Pembuluh – pembuluh darah yang memperdarahi corpus
siliaris berasal dari circulus arteriosus major iris. Persarafan sensoris iris melalui saraf-saraf
siliaris.1,2
2.1.3 Koroid
Koroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera. Koroid tersusun atas
tiga lapis pembuluh darah koroid; besar, sedang, dan kecil. Semakin dalam pembuluh terletak
di dalam koroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam pembuluh darah oroid di kenal
7
dengan korioapilaris. Darah dari pembuluh koroid di alirkan melalui empat vena vorticosa,
satu di tiap kuadran posterior. Koroid di sebelah dalam di batasi oleh membran Bruch dan di
sebelah luar oleh sklera. Ruang suprakoroid terletak di antara koroid dan sklera. Koroid
melekat erat ke posterior pada tepi-tepi nervus optikus. Di sebelah anterior, koroid bergabung
dengan corpus ciliare. Kumpulan pembuluh darah koroid mendarahi bagian luar retina yang
menyokongnya.
2.1.4 Pupil
Pupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya cahaya yang
masuk.2 Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis. Orang
dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang
dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.1
Pupil waktu tidur kecil , hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan tidur
sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari :1
1. Berkurangnya rangsangan simpatis
2. Kurang rangsangan hambatan miosis
Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun korteks
menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur hambatan subkorteks
hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang akan menjadikan miosis.1
Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan untuk
memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang difragmanya dikecilkan.1
2.1.5 Sudut bilik mata depan
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada
bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran
keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehinga
tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan
trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris.1 Sudut filtrasi
berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan disini ditemukan sklera spur
yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas belakang sudut filtrasi
Berta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut
filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.1 Pada sudut fitrasi
8
terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran descement, dan
kanal Schlemm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya.1
2.1.5 Retina
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada
serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid.1,2 Bagian anterior
berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan
terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 - 2 mm yang berperan penting
untuk tajam penglihatan. Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakan
reflek fovea.2 Kira-kira 3 mm kearah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat
putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik, yang ditengahnya agak melekuk
dinamakan ekskavasi faali. Arteri retina sentral bersama venanya masuk kedalam bola mata
ditengah papil saraf optik. Arteri retina merupakan pembuluh darah terminal.2
Retina terdiri atas lapisan:1
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai
bentuk ramping, dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang. Ketiga
lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel
fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller Lapis
ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral
6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel bipolar,
sel amakrin dengan sel ganglion
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arch saraf optik. Di
dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.
9
Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.1 Batang
lebih banyak daripada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana kerucut lebih banyak.
Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf optik dan tidak mempunyai daya
penglihatan (bintik buta).2
Gambar 4. Fundus normal
2.1.6 Badan kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa
dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak
90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan
fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi
ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu
jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata, pars plana,
dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah
dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan kaca akan memudahkan
melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi. Struktur badan kaca merupakan
anyaman yang bening dengan diantaranya cairan bening. Badan kaca tidak mempunyai
pembuluh darah dan menerima nutrisinya dari jaringan sekitarnya: koroid, badan siliar dan
retina.2
10
2.1.7 Lensa mata
Lensa merupakan badan yang bening, bikonveks 5 mm tebalnya dan berdiameter 9
mm pada orang dewasa. Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung daripada bagian
anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada tepi lensa yang dinamakan ekuator. Lensa
mempunyai kapsul yang bening dan pada ekuator difiksasi oleh zonula Zinn pada badan
siliar. Lensa pada orang dewasa terdiri atas bagian inti (nukleus) dan bagian tepi (korteks).
Nukleus lebih keras daripada korteks.2 Dengan bertambahnya umur, nukleus makin
membesar sedang korteks makin menipis, sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai
konsistensi nukleus.2
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :1
Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi
untuk menjadi cembung
Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,
Terletak di tempatnya.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :1
Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia,
Keruh atau apa yang disebut katarak,
Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.
Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.
Fungsi lensa adalah untuk membias cahaya, sehingga difokuskan pada retina. Peningkatan
kekuatan pembiasan lensa disebut akomodasi.2
2.2 Definisi
Panoftalmitis merupakan peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul
Tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses. Infeksi kedalam bola mata dapat melalui
peredaran darah (endogen) atau perforasi bola mata (eksogen), dan akibat tukak kornea
perforasi.
2.3 Etiologi
Panoftalmitis terutama akibat perporasi operasi atau tukak yang di sertai infeksi.
Pneumococcus, adalah organisme yang paling sering menyebabkan panoftalmitis,
11
disamping Streptococcus, Staphylococcus dan E.coli. Selain itu jamur (sepertiCandida
albicans, Histoplasma, Cryptococcus, dll), parasit (seperti Toxoplasma, Toxocara, dll), serta
virus (seperti CMV, HIV, dll) juga dapat menyebabkan terjadinya panoftalmitis. Penyebab
juga dapat terjadi secara endogen yang membawa embolus yang terinfeksi akibat penumoni,
meningitis dan furunkulosis.3,4
2.4 Patogenesis
Pada kasus endoftalmitis atau peradangan supuratif isi bola mata
gejalanya ialah terdapat nanah, palpebra bengkak, mata masih dapat digerakkan bila pus
keluar karena perforasi, panas turun, tidak gelisah lagi, tetapi tensi mata menurun, jaringan
kisut/mengkerut, kemudian menjadi ptisis bulbi. Terjadinya endoftalmitis biasanya karena
infeksi eksogen, misalnya pascabedah intraocular (terutama ekstraksi katarak), trauma
tembus, atau tukak kornea yang mengalami perforasi. Trauma penetrasi, maka korpus
vitreum merupakan bagian yang pertama kali terkena dan kemudian bagian lain seperti uvea
dan retina juga ikut terkena. Sedangkan bila pada kasus metastasis peradangan dimulai
dengan emboli septik pada arteri retina dan atau arteri choroid. Keadaan ini biasanya
mengenai kedua mata.
Bila pada kasus perforasi ulkus kornea atau mengikuti infeksi pasca bedah intra-ocular,
peradangan dimulai dengan iridocyclitis dan jika infeksi tidak terlalu virulent, dapat dikontrol
dengan pengobatan sedini mungkin. Tapi jika kuman terlalu virulent, peradangan purulen
berangsur-angsur menyebar ke bagian uvea posterior dan mengenai seluruh jaringan uvea dan
retina, akhirnya terjadi pembentukan pus atau nanah dalam bola mata meskipun diobati.
Infeksi endogen biasanya hematogen dan merupakan penyulit bakteremia atau septicemia.
Sangat jarang terjadi invasi infeksi orbita ke dalam bola mata yang bersifat langsung.5
2.4.1 Akibat Bakteri
Bila panoftalmitis akibat bakteri maka perjalanan penyakit cepat dan berat.
Pseudomonas
Bakteri batang gram negatif, bergerak, aerob; beberapa diantaranya menghasilkan pigmen
yang larut dalam air. Tipe ganas, merupakan patogen utama bagi manusia. Bisa
menghancurkan semua bagian termasuk kornea; sekret purulen, berupa nanah biru kehijauan;
12
mempunyai zat proteolitik yang dapat menghancurkan fibrin; banyak sel-sel yang mati,
terutama leukosit, dan jaringan nekrosis.6
Staphylococcus
Adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam rangkaian tak beraturan
separti anggur. Mampu menghasilkan substansi (eksotoksin, leukosidin, koagulase, dan
enterotoksin), substansi ini meningkatkan kemampuannya untuk berlipat ganda dan menyebar
secara luas ke dalam jaringan. Sekret mucopurulen (kental berwarna kuning, elastis).
Permukaan Stafilokok ditutupi dengan substansi yang dinamakan protein A, yang
menghambat fagositosis. Bakteri stafilokok yang telah difagostosis masih mampu bertahan
dalam jangka waktu lama.7,8
Streptococcus
Adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas membentuk pasangan atau
rantai selama masa pertumbuhan. Sekret pseudo-membranacea, seolah-olah melekat pada
konjungtiva tetapi mudah diambil dan tidak mengakibatkan pedarahan; terbentuk sekret, sel-
sel lepas dan jaringan nekrotik, terjadi defect pada konjungtiva.8
2.4.2 Akibat Jamur
Bila panoftalmitis akibat jamur perjalanan penyakit perlahan-lahan dan gejala terlihat
beberapa minggu setelah infeksi. Candida albicans adalah salah satu jamur oportunis yang
terpenting. Lesi candida awal berwujud retinitis granulomatosa nekrotikans fokal dengan atau
tanpa koroiditis, yang ditandai lesi eksudatif putih berjonjot yang berhubungan dengan sel-sel
dalam badan kaca yang menutupi lesi tersebut. Lesi ini bisa menyebar dan mengenai saraf
optik dan struktur mata lainnya. Juga bisa terjadi endoftalmitis, panoftalmitis, bercak Roth,
papilitis, dan ablasi retina. Penyebaran ke badan kaca dapat mengakibatkan terjadinya abses
badan kaca. Bisa terjadi uveitis anterior dengan sel-sel dan flare di dalam bilik mata depan,
serta hipopion.8
2.4.3 Akibat Parasit
Toxoplasma gondii
Lesi okuler mungkin didapat atau muncul sesudah serangan infeksi sistemik akut.
Toksoplasmosis adalah penyebab retinokoroiditis paling umum pada manusia.
13
Kucing peliharaan dan spesies kucing lain berfungsi sebagai hospes definitif bagi parasit ini.
Wanita peka yang terkena penyakit ini selama kehamilan dapat menularkan penyakit ini ke
janin. Sumber infeksi pada manusia adalah ookista di tanah atau lewat udara ikut debu,
daging kurang matang yang mengandung bradizoit (parasit bentuk kista), dan takizoit (bentuk
proliferatif), yang diteruskan melalui plasenta. Tanda dan gejala melihat benda mengambang,
penglihatan kabur, atau fotofobia. Lesi okuler berupa daerah-daerah retinokoroiditis fokal
nekrotik keputih-putihan, kecil atau besar, satu-satu atau mulipel. Lesi yang aktif dapat
bersebelahan dengan parut retina yang telah sembuh dan dikelilingi edem retina. Dapat
terjadi vaskulitis retina, yang menimbulkan perdarahan retina. Peradangan berakibat
terlihatnya sel-sel didalam vitreus dan eksudasi. Mungkin timbul edem macula kistoid.
Iridosklitis sering dijumpai pada pasien retinokoroiditis toksoplasmik
Toxocara cati dan Toxocara canis
Toksokariasis okuler dapat terjadi tanpa manifestasi sistemik. Anak-anak terkena penyakit ini
karena berhubungan erat dengan binatang peliharaan dan karena memakan kotoran yang
terkontaminasi ovum Toxocara. Telur yang termakan membentuk larva yang menembus
mukosa usus dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik, dan akhirnya sampai di mata. Tanda dan
gejala larva Toxocara diam di retina dan mati, menimbulkan reaksi radang hebat dan
pembentukan antibodi Toxocara setempat. Keluhan berupa penglihatan kabur, atau pupil
keputihan. Terdapat tiga presentasi klinik, yaitu endoftalmitis, granuloma posterior lokal, dan
granuloma posterior perifer dengan uveitis intermediate.7,8
2.4.4 Akibat Virus
Manifestasi okuler pada infeksi HIV adalah bintik ”cotton wool”, peradarahan retina,
sarcoma Kaposi pada permukaan mata dan adneksa, dan kelainan neurooftalmologik pada
penyakit intrakranial. Selain itu sering terkena infeksi oportunistik. Retinopati
sitomegalovirus adalah penyakit yang membutakan dan merupakan infeksi okuler paling
umum.
2.5 Manifestasi klinik
Pasien dengan panoftalmitis akan terlihat sakit, mengigil disertai gejala endoftalmitis
yang lebih berat. Pada mata terlihat kornea yang sangat keruh dan berwarna kuning,
hipopion, badan kaca dengan massa purulen yang disertai refleks kuning di dalamnya,
konjungtiva kemotik, kelopak kemotik dan hiperemis. Akibat jaringan ekstraokular juga
14
meradang, maka bola mata menonjol atau eksoftalmus di sertai pergerakan mata yang
terganggu maka memberikan rasa sakit bila bergerak. Kelopak mata merah dan
membengkak.8
2.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
2.6.1 Anamnesis
Pada umumnya pasien datang dengan keluhan demam, sakit kepala dan kadang –kadang
muntah, rasa nyeri , mata merah, kelopak mata bengkak atau edem, serta terdapat penurunan
tajam penglihatan.8,9
2.6.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan, ditemukan congesti conjungtiva dengan injeksi ciliar hebat. Chemosis
conjungtiva selalu ada dan kornea tampak keruh. Kamera oculi anterior sering menunjukkan
pembentukan hypopion. Pupil mengecil dan menetap. Sebuah reflek berwarna kuning terlihat
pada pupil dengan illuminasi oblique. Hal ini juga dapat terlihat pada eksudasi purulen dalam
vitreus humor. Terjadi peningkatan intra okuler. Proptosis derajat sedang serta gerakan bola
mata terbatas disebabkan peradangan pada kapsul Tenon’s (Tenonitis).
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan klinis yang baik dibantu slit lamp, sedangkan kausanya atau penyebabnya
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan mikroskpik dan kultur. Diagnosis laboratorium
panoftalmitis secara integral berkaitan dengan terapinya. Biasanya cairan badan kaca (corpus
vitreum) diambil untuk contoh pada waktu dikerjakan debridemen rongga badan kaca
(vitrekomi). Jika gejala radang sangat berat dan eviserasi tidak segera dilakukan, maka pus
atau nanah akan keluar melewati bagian anterior sklera setelah rasa nyeri dan gejala yang
lainnya berkurang. Setelah beberapa minggu peradangan berlangsung dapat berakhir dengan
terbentuknya fibrosis yang akan mengakibatkan ptisis bulbi.
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Medikamentosa
Pengobatan dengan antibiotik dosis tinggi lokal dan sistemik harus segera dimulai,
seperti Vancomycin dan obat-obat sulfa, misalnya Trimethoprim-sulfamethoxazole.
15
Deksametason Na fosfat 1 mg, neomisina 3,5 mg, polimiksina B sulfat 6000 UI (kandungan
tiap ml tetes mata atau g salep mata). Jika peradangan terjadi pada segmen anterior bola mata,
pengobatan yang intensif dengan kompres hangat, atropin lokal dan sulfonamide sistemik
serta antibiotik sebaiknya diperiksa kemajuannya. Jika penyebabnya jamur diberikan
amfotererisin B150 mikrogram sub konjungtiva, flusitosin, ketokonazol secara sistemik, dan
vitrektomi.
Penyebab parasit (toxoplasma) diberikan pyrimetamine, 25 mg peroral per hari, sulfadiazine,
0,5 g per oral empat kali sehari selama 4 minggu. Selain itu mg kalsium leukovorin per oral
dua kali seminggu, dan urin harus tetap dijaga agar tetap alkalis dengan minum satu sendok
teh natrium bikarbonat setiap hari. Alternatif lain clindamicyn, 300 mg per oral empat kali
sehari, dengan trisulfapyrimidine, 0,5-1 g peroral empat kali sehari. Antibiotik lain
spiramycin dan minocycline. Toksokakariasis okuler pengobatan dengan kortikosteroid
secara sistemik atau periokuler bila ada tanda reaksi radang intra okuler, dipertimbangkan
vitrektomi pada pasien dengan fibrosis vitreus nyata. Sedangkan bila penyebabnya virus
dapat diberikan sulfasetamid dan antivirus (IDU). Apabila mata sudah tidak dapat
diselamatkan lagi harus segera dilakukan eviserasi.4-7
2.7.2 Non- Medikamentosa
Eviserasi
Adalah suatu tindakan operasi dimana isi bola mata dikeluarkan dan scleral cup
disingkirkan. Hal ini biasanya dilakukan pada kasus supuratiintra-ocular (panoftalmitis),
perdarahan anterior staphyloma dan trauma penetrans pada bola mata dengan keluarnya isi
bola mata.
2.8 Progonosis
Prognosis untuk mata yang terinfeksi oleh staphylococcus epidermidis keadaannya lebih
baik, tetapi jika infeksinya karena Pseudomonas atau spesies gram negatif lainnya
prognosisnya tetap suram. Prognosis panoftalmitis sangat buruk terutama bila disebabkan
jamur atau parasit.
16
Bab III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Panoftalmitis merupakan peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul
Tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses. Infeksi kedalam bola mata dapat melalui
peredaran darah (endogen) atau perforasi bola mata (eksogen), dan akibat tukak kornea
perforasi. Di sebabkan akibat perporasi operasi atau tukak yang di sertai infeksi.
Pneumococcus, adalah organisme yang paling sering menyebabkan panoftalmitis,
disamping Streptococcus, Staphylococcus dan E.coli. Selain itu jamur (sepertiCandida
albicans, Histoplasma, Cryptococcus, dll), parasit (seperti Toxoplasma, Toxocara, dll), serta
virus (seperti CMV, HIV, dll). Pada umumnya pasien datang dengan keluhan demam, sakit
kepala dan kadang –kadang muntah, rasa nyeri , mata merah, kelopak mata bengkak atau
edem, serta terdapat penurunan tajam penglihatan. Penatalaksanaan di berikan baik
medikamentosa antibiotik dosis tinggi lokal dan sistemik maupun non- medikamentosa
dengan eviserasi. Prognosis untuk mata yang terinfeksi oleh staphylococcus epidermidis
keadaannya lebih baik, tetapi jika infeksinya karena Pseudomonas atau spesies gram negatif
lainnya prognosisnya tetap suram. Prognosis panoftalmitis sangat buruk terutama bila
disebabkan jamur atau parasit.
17