267
MATA KULIAH WAKTU DOSEN TOPIK Kesehatan Reproduksi Konsep Kesehatan Reproduksi

MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi WAKTU DOSENgriyahusada.id/files/bahan-ajar/Modul Kespro.pdf · Ia juga merasa cemas akan menghadap i rasa sakit ketika melahirkan ... defenisi kesehatan

  • Upload
    lamhanh

  • View
    253

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • MATA KULIAH

    WAKTU

    DOSEN

    TOPIK

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

  • 1

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :

    1. Menjelaskan tentang defenisi kesehatan reproduksi

    2. Menjelaskan tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi

    3. Menjelaskan tentang hak-hak reproduksi

    1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan

    2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area

    EGC Jakarta.

    3. Masyarakat, 1996, Kesehatan Reproduksi di Indonesia, Jakarta.

    4. Mohamad, Kartono, 1998, Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi,

    Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

    5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford

    Foundation, 1995, Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan

    bahasa Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,

    Yogyakarta.

    6. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan

    Ketimpangan Gender, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

    7. Wattie, Anna Marie,1996, Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian

    dan implikasi, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.

    8. Wattie, Anna Marie, 1996. Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan

    Kesehatan Reproduksi, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.

    9. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan

    Ginekologi Sosial, Jakarta.

    SUB TOPIK

    1. Definisi kesehatan reproduksi 2. Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus

    kehidupan.

    3. Hak-hak reproduksi.

    OBJEKTIF PERILAKU SISWA

    REFERENSI

  • 2

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    Konsep Pemikiran Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita

    Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan

    masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai

    penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus

    berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi

    muda. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab :

    1. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria

    berkaitan dengan fungsi reproduksinya

    2. Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang

    dikandung dan dilahirkan.

    3. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan

    mengatas namakan pembangunan seperti program KB, dan pengendalian

    jumlah penduduk.

    4. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional

    diantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai

    kesehatan reproduksi dan kependudukan (Beijing dan Kairo).

    5. Masih adanya kebiasaaan tradisional yang merugikan baik bagi kesehatan

    perempuan secara umum maupun bagi perempuan hamil.

    6. Di berbagai dunia masih terjadi berbagai diskriminasi yang berdampak negatif

    terhadap kesehatan dan hak reproduksi perempuan.

    7. Adanya ketidaksetaraan bagi perempuan dalam akses pendidikan, pekerjaan,

    pengambilan keputusan dan sumber daya yang tersedia.

    5. Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling

    penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu

    pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik

    menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang

    memutuskan atas tubuhnya sendiri.

    1. KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI

  • 3

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    Defenisi Kesehatan Reproduksi

    1. Menurut Drs. Syaifuddin, BAC: 1992

    Suatu keadaan kesehatan dimana suatu kegiatan organ kelamin laki-laki dan

    perempuan yang khususnya testis menghasilkan spermatozoid dan ovarium

    menghasilkan sel kelamin perempuan.

    2. Menurut Turmen, 1994

    Merupakan kemampuan manusia melaksanakan kehidupan seks yang aman,

    memuaskan dan bertanggungjawab dan memiliki kemampuan bereproduksi

    dan kebebasan dalam memutuskan kapan dan berapa banyak mereka

    bereproduksi.

    3. Menurut Affandi, 1995

    Seperti hubungan seksual, kehamilan, persalinan, kontrasepsi dan aborsi

    berlangsung dengan aman seyogyanya bukan aktifitas berbahaya.

    4. Menurut ICPD

    Keadaan sejahtera fisik, mental, sosial secara utuh tidak semata-mata terbebas

    dari penyakit dan kecacatan dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem

    fungsi dan proses reproduksi.

    5. Menurut Ida Bagus Gde Manuaba, 1998

    Kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi dengan

    mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan persalinan serta

    aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan

    selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal.

    6. Menurut WHO

    Suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas

    dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan

    sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.

  • 4

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    7. Menurut Hausa Hasan

    Suatu keadaan dimana proses reproduksi terjadi dalam kesatuan yang lengkap

    meliputi fisik, mental dan sosial yang baik serta tidak hanya adanya penyakit

    atau ketimpangan reproduksi.

    8. Menurut Depkes RI, 2000

    Suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan

    kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi

    yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari

    penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual

    yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah.

    Agar dapat melaksanakan fungsi reproduksi secara sehat, dalam pengertian

    fisik, mental maupun sosial, diperlukan beberapa prasyarat :

    1. Agar tidak ada kelainan anatomis dan fisiologis baik pada perempuan maupun laki-

    laki. Antara lain seorang perempuan harus memiliki rongga pinggul yang cukup

    besar untuk mempermudah kelahiran bayinya kelak. Ia juga harus memiliki kelenjar-

    kelenjar penghasil hormon yang mampu memproduksi hormon-horman yang

    diperlukan untuk memfasilitasi pertumbuhan fisik dan fungsi sistem dan organ

    reproduksinya. Perkembangan-perkembangan tersebut sudah berlangsung sejak usia

    yang sangat muda. Tulang pinggul berkembang sejak anak belum menginjak remaja

    dan berhenti ketika anak itu mencapai usia 18 tahun. Agar semua pertumbuhan itu

    berlangsung dengan baik, ia memerlukan makanan dengan mutu gizi yang baik dan

    seimbang. Hal ini juga berlaku bagi laki-laki. Seorang lakilaki memerlukan gizi yang

    baik agar dapat berkembang menjadi laki-laki dewasa yang sehat.

    2. Baik laki-laki maupun perempuan memerlukan landasan psikis yang memadai agar

    perkembangan emosinya berlangsung dengan baik. Hal ini harus dimulai sejak sejak

    anak-anak, bahkan sejak bayi. Sentuhan pada kulitnya melalui rabaan dan usapan

    yang hangat, terutama sewaktu menyusu ibunya, akan memberikan rasa terima

    kasih, tenang, aman dan kepuasan yang tidak akan ia lupakan sampai ia besar kelak.

    Perasaan semacam itu akan menjadi dasar kematangan emosinya dimasa yang akan

    datang.

  • 5

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    3. Setiap orang hendaknya terbebas dari kelainan atau penyakit yang baik langsung

    maupun tidak langsung mengenai organ reproduksinya. Setiap lelainan atau penyakit

    pada organ reproduksi, akan dapat pula menggangu kemampuan seseorang dalam

    menjalankan tugas reproduksinya. Termasuk disini adalah penyakit yang ditularkan

    melalui hubungan seksual-misalnya AIDS dan Hepatitis B, infeksi lain pada organ

    reproduksi, infeksi lain yang mempengaruhi perkembangan janin, dampak

    pencemaran lingkungan, tumor atau kanker pada organ reproduksi, dan ganguan

    hormonal terutama hormon seksual.

    4. Seorang perempuan hamil memerlukan jaminan bahwa ia akan dapat melewati masa

    tersebut dengan aman. Kehamilan bukanlah penyakit atau kelainan. Kehamilan

    adalah sebuah proses fisiologis. Meskipun demikian, kehamilan dapat pula

    mencelakai atau mengganggu kesehatan perempuan yang mengalaminya. Kehamilan

    dapat menimbulkan kenaikan tekanan darah tinggi, pendarahan, dan bahkan

    kematian. Meskipun ia menginginkan datangnya kehamilan tersebut, tetap saja

    pikirannya penuh dengan kecemasan apakah kehamilan itu akan mengubah

    penampilan tubuhnya dan dapat menimbulkan perasaan bahwa dirinya tidak menarik

    lagi bagi suaminya. Ia juga merasa cemas akan menghadap i rasa sakit ketika

    melahirkan, dan cemas tentang apa yang terjadi pada bayinya. Adakah bayinya akan

    lahir cacat, atau lahir dengan selamat atau hidup. Perawatan kehamilan yang baik

    seharusnya dilengkapi dengan konseling yang dapat menjawab berbagai kecemasan

    tersebut.

    Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang merupakan isu

    yang pelik dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi, kesehatan seksual, penyakit

    menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, kebutuhan khusus remaja, dan

    perluasan jangkauan pelayanan kelapisan masyarakat kurang manpu atau meraka

    yang tersisih.

    Karena proses reproduksi nyatanya terjadi terjadi melalui hubungan seksual,

    defenisi kesehatan reproduksi mencakup kesehatan seksual yang mengarah pada

    peningkatan kualitas hidup dan hubungan antar individu, jadi bukan hanya konseling

    2. RUANG LINGKUP MASALAH KESPRO

  • 6

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    dan pelayanan untuk proses reproduksi dan PMS. Dalam wawasan pengembagan

    kemanusiaan. Merumuskan pelayanan kesehatan reproduksi yang sangat penting

    mengingat dampaknya juga terasa pada kualitas hidup generasi berikutnya. Sejauh

    mana seseorang dapatmenjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara aman dan

    sehat sesungguhnya tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya,

    mulai dari saat konsepsi, masa anak, remaja, dewasa, hingga masa pasca usia

    reproduksi.

    Menurut program kerja WHO ke IX (1996-2001), masalah kesehatan reproduksi

    ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga, meliputi :

    a. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti mutilasi,

    genital, deskriminasi nilai anak, dsb);

    Dibahas dalam pertemuan ICPD ( International conference on population and

    development) di Kairo bahwa kebiasaan ini meningkatkan kerentanan anak

    perempuan terhadap hak azasi manusia karena:

    1. Sunat perempuan dilakukan terhadap anak perempuan yang tidak bisa

    memberikan informed consent.

    2. Ada kebiasaan di lingkungan budaya tertentu, di mana sunat perempuan

    mengarah kepada genital mutilation, dan bisa berdampak negatif pada kesehatan

    perempuan.

    b. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak masa

    kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan remaja,

    kekerasan/pelecehan seksual dan tindakan seksual yang tidak aman);

    c. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu aborsi tidak

    aman;

    d. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama kehamilan,

    persalian dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi, anemia, berat bayi lahir

    rendah;

    e. Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual;

    f. Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan penyakit

    menular seksual;

    g. Sindrom pre dan post menopause dan peningkatan resiko kanker organ

    reproduksi;

    h. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah ketuaan

    lainnya.

  • 7

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    Masalah kesehatan reproduksi mencakup area yang jauh lebih luas, dimana masalah

    tersebut dapat kita kelompokkan sebagai berikut:

    Masalah reproduksi

    1. Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian peremp uan yang

    berkaitan denga kehamilan. Termasuk didalamnya juga maslah gizi dan anemia

    dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan, masalah

    kemandulan dan ketidaksuburan; Peranan atau kendali sosial budaya terhadap

    masalah reproduksi. Maksudnya bagaimana pandan gan masyarakat terhadap

    kesuburan dan kemandulan, nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap

    perempuan hamil;

    2. Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya

    program KB, undang-undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan lain

    sebagainya;

    3. Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta

    terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak-anak;

    4. Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima tahun;

    5. Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan lingkungan

    terhadap kesehatan reproduksi.

    Masalah gender dan seksualitas

    1. Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah peraturan

    dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran dan pendidikan

    seksualitas;

    2. Pengendalian sosio -budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana norma-

    norma.

    3. sosial yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami, dan

    perceraian;

    4. Seksualitas dikalangan remaja;

    5. Status dan peran perempuan;

    6. Perlindungan terhadap perempuan pekerja.

    Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan

    1. Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada perempuan,

  • 8

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    perkosaan, serta dampaknya terhadap korban;

    2. Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai

    berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan;

    3. Sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur;

    4. Berbagai langkah untuk mengatasi masalah- masalah tersebut.

    Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual

    1. Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan gonorhea;

    2. Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamydia, dan

    herpes;

    3. Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired immunodeficiency

    Syndrome);

    4. Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual;

    5. Kebijakan dan progarm pemerintah dalam mengatasi maslah tersebut (termasuk

    penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks komersial);

    6. Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.

    Masalah pelacuran

    1. Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran;

    2. Faktor-faktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadapnnya;

    3. Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri maupun

    bagi konsumennya dan keluarganya

    Masalah sekitar teknologi

    1. Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi tabung);

    2. Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening);

    3. Pelapisan genetik (genetic screening);

    4. Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan;

    5. Etika dan hukum yang berkaitan dengan masalah teknologi reproduksi ini.

    2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi

    Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat

    berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi:

  • 9

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    a. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan

    yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses

    reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil);

    b. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak

    buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki,

    informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja

    karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb);

    c. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena

    ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang

    membeli kebebasannya secara materi, dsb);

    d. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit

    menular seksual, dsb).

    Pengaruh dari semua faktor diatas dapat dikurangi dengan strategi intervensi yang

    tepat guna, terfokus pada penerapan hak reproduksi wanita dan pria dengan

    dukungan disemua tingkat administrasi, sehingga dapat diintegrasikan kedalam

    berbagai program kesehatan, pendidikan, sosial dam pelayanan non kesehatan lain

    yang terkait dalam pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan

    reproduksi.

    Tujuan dan Sasaran Kesehatan Reproduksi

    Tujuan Utama

    Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi harus didahului oleh

    hubungan seksual, tujuan utama program kesehatan reproduksi adalah meningkatkan

    ksesadaran kemandiriaan wanita dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya,

    termasuk kehidupan seksualitasnya, sehingga hak-hak reproduksinya dapat

    terpenuhi, yang pada akhirnya menuju penimgkatan kualitas hidupnya.

    Tujuan Khusus

    Dari tujuan umum tersebut dapat dijabarkan empat tujuan khusus yaitu :

    1. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi

    reproduksinya;

  • 10

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    2. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan

    hamil, jumlah dan jarak kehamilan;

    3. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari

    perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan

    dan anak-anaknya;

    4. Dukungan yang menunjang wanita untuk menbuat keputusan yang berkaitan

    dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang

    dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara

    optimal.

    Tujuan diatas ditunjang oleh undang-undang No. 23/1992, bab II pasal 3 yang

    menyatakan: Penyelenggaraan upaya kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

    derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dalam bab III pasal 4 Setiap

    orang menpunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

    Sasaran

    Indonesia menyetujui ke -tujuh sasaran reproduksi WHO untuk masa 1993- 2001,

    karena masih dalam jangkauan sasaran Repelita VI, yaitu:

    1. Penurunan 33% angka prevalensi anemia pada wanita (usia 15-49 tahun)

    2. Penurunan angka kematian ibu hingga 59%;semua wanita hamil mendapatkan

    akses pelayanan prenatal, persalinan oleh tenaga terlatih dan kasus kehamilan

    resiko tinggi serta kegawatdaruratan kebidanan, dirujuk kekapasilitas kesehatan

    3. Peningkatan jumlah wanita yang bebas dari kecacatan/gangguan sepanjang

    hidupnya sebesar 15% diseluruh lapisan masyarakat;

    4. Penurunan proporsi bayi berat lahir rendah (

  • 11

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    7. Proporsi yang memanfaatkan pelayanan kesehatan dan pemeriksaan dan

    pengobatan PMS minimal mencapai 70% (WHO/SEARO,1995)

    Strategi kesehatan reproduksi menurut komponen pelayaanan kesehatan

    reproduksi komprehensif dapat diuraikan sebagai berikut:

    1. Komponen Kesejahteraan Ibu dan Anak

    Peristiwa kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan kurun kehidupan

    wanita yang paling tinggi resikonya karena dapat membawa kematian, dan makna

    kematian seorang ibu bukan hanya satu anggota keluarga tetapi hilangnya

    kehidupan sebuah keluarga. Peran ibu sebagai wakil pimpinan rumah tangga sulit

    digantikan. Untuk mengurangi terjadinya kematian ibu karena kehamilan dan

    persalinan, harus dilakukaun pemantauan sejak dini agar dapat mengambil

    tindakan yangcepat dan tepat sebelum berlanjut pada keadaan kebidanan darurat.

    Upaya intervensi dapat berupa pelayanan ante natal, pelayanan persalinan/partus

    dan pelayanan postnatal atau masa nifas. Informasi yang akurat perlu diberikan

    atas ketidaktahuan bahwa hubungan seks yang dilakukan, akan mengakibatkan

    kehamilan, dan bahwa tanpa menggunakan kotrasepsi kehamilan yang tidak

    diinginkan bisa terjadi. Dengan demikian tidak perlu dilakukan pengguguran yang

    dapat mengancam jiwa.

    2. Komponen Keluarga Berencana

    Promosi KB dapat ditujukan pada upaya peningkatan kesejahteraan ibu sekaligus

    kesejahteraan keluarga. Calon suami-istri agar merencanakan hidup berkeluarga

    atas dasar cinta kasih, serta pertimbangan rasional tentang masa depan yang baik

    bagi kehidupan suami istri dan anak-anak mereka serta masyarakat. Keluarga

    berencana bukan hanya sebagai upaya/strategi kependudukan dalam menekan

    pertumbuhan penduduk agar sesuai dengan daya dukung lingkungan tetapi juga

    merupakan strategi bidang kesehatan dalam upaya peningkatan kesehatan ibu

    melalui pengaturan jarak dan jumlah kelahiran. Pelayanan yang berkualitas juga

    perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan pandangan klien atau pengguna

    pelayanan.

  • 12

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    3. Komponen Pencegahan dan Penanganan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), termasuk

    Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS Pencegahan dan penanganan infeksi ditujukan

    pada penyakit dan gangguan yang berdampak pada saluran reproduksi. Baik yang

    disebabkan penyakit infeksi yang non PMS. Seperti Tuberculosis, Malaria, Filariasis, dsb;

    maupun penyakit infeksi yang tergolong PMS (penyalit menular seksual), seperti

    gonorrhoea, sifilis, herpes genital, chlamydia, dsb; ataupun kondisi infeksi yang berakibat

    infeksi rongga panggul (pelvic inflammatory diseases/ PID) seperti alat kontrasepsi dalam

    rahim (AKDR), yang dapat berakibat seumur hidup pada wanita maupun pria, misalnya

    kemandulan, hal mana akan menurunkan kualitas hidupnya. Salah satu yang juga sangat

    mendesak saat ini adalah upaya pencegahan PMS yang fatal yaitu infeksi virus HIV

    (Human Immunodeficiency Virus).

    4. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja

    Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu

    diarahkan pada masa remaja, dimana terjadi peralihan dari masa anak menjadi

    dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam

    waktu relatif cepat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder

    dan berkembangnya jasmani secara pesat, menyebabkan remaja secara fisik

    mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi belum dapat

    mempertanggungjawabkan akibat dari proses reproduksi tersebut. Informasi dan

    penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi

    masalah kesehatan reproduksi remaja ini.

    5. Komponen Usia Lanjut

    Melengkapi siklus kehidupan keluarga, komponen ini akan mempromosikan

    peningkatan kualitas penduduk usia lanjut pada saat menjelang dan setelah akhir

    kurun usia reproduksi (menopouse/adropause). Upaya pencegahan dapat

    dilakukan melalui skrining keganansan organ reproduksi misalnya kan ker rahim

    pada wanita, kanker prostat pada pria serta pencegahan defesiensi hormonal dan

    akibatnya seperti kerapuhan tulang dan lain-lain.

    Hasil akhir yang diharapkan dari pelaksanaan kesehatan reproduksi yang

    dimodifikasikan dari rekomendasi WHO tersebut adalah peningkatan akses :

    a. Informasi secara menyeluruh mengenai seksualitas dan reproduksi, masalah

    kesehatan reproduksi, manfaat dan resiko obat, alat, perawatan, tindakan

  • 13

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    intervensi, dan bagaimana kemampuan memilih dengan tepat sangat

    diperlukan.

    b. Paket pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas yang menjawab

    kebutuhan wanita maupun pria.

    c. Kontrasepsi (termasuk strerilisasi) yang aman dan efektif

    d. Kehamilan dan persalinan yang direncanakan dan aman

    e. Pencegahan dan penanganan tindakan pengguguran kandungan tida k aman.

    f. Pencegahan dan penanganan sebab-sebab kemandulan (ISR/PMS).

    g. Informasi secara menyeluruh termasuk dampak terhadap otot dan tulang,

    libido, dan perlunya skrining keganasan (kanker) organ reproduksi.

    Pengukuran perubahan-perubahan yang positif terhadap hasil akhir diatas

    akan menunjukkan kemajuan pencapaian tujuan akhir; pelayanan kesehatan

    dasar yang menjawab kebutuhan kesehatan reproduksi individu, suami-istri

    dan keluarga, hal mana menjadi dasar yang kokoh untuk mengatasi

    kesehatan reproduksi yang dihadapi seseorang dalam kurun siklus

    reproduksinya.

    Yang termasuk di dalam hak reproduksi adalah:

    a. Hak semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan bertanggung

    jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta hak atas

    informasi yang berkaitan dengan hal tersebut;

    b. Hak untuk mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan reproduksi yang

    terbaik serta hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi agar hal

    tersebut dapat terwujud; dan

    c. Hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang

    bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan.

    Hak-hak reproduksi merupakan hak asasi manusia. Baik ICPD 1994 di Kairo

    maupun FWCW 1995 di Beijing mengakui hak-hak reproduksi sebagai bagian yang

    tak terpisahkan dan mendasar dari kesehatan reproduksi dan seksual.

    3. HAK REPRODUKSI

  • 14

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    Piagam IPPF/PKBI Tentang Hak-hak reproduksi dan Seksual:

    1. Hak untuk hidup

    2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan

    3. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi

    4. Hak privasi

    5. Hak kebebasan berpikir

    6. Hak atas informasi dan edukasi

    7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan

    merencanakan sebuah keluarga

    8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak

    9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan

    10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan

    11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik

    12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan

    Bagaimana Hak Reproduksi dapat Terjamin

    a. Pemerintah, lembaga donor dan masyarakat harus mengambil langkah-

    langkah yang tepat untuk menjamin semua pasangan dan individu yang

    menginginkan pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksualnya

    terpenuhi;

    b. Hukum-hukum dan kebijakan-kebijakan harus dibuat dan dijalankan untuk

    mencegah diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan yang berhubungan dengan

    sekualitas dan masalah reproduksi; dan

    c. Perempuan dan laki-laki harus bekerja sama untuk mengetahui haknya,

    mendorong agar pemerintah dapat melindungi hak-hak ini serta membangun

    dukungan atas hak-hak tersebut melalui pendidikan dan advokasi.

    d. Konsep-konsep kesehatan reproduksi dan uraian hak-hak perempuan ini

    diambil dari hasil kerja International Womens Health Advocates Worldwide.

    e. Pelayanan kesehatan reproduksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

    perempuan sebagaimana mereka inginkan, serta mengetahui bahwa

    kebutuhan-kebutuhan ini sangat beragam dan saling terkait satu dengan yang

  • 15

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    lain. Hak Reproduksi maupun akses untuk mendapatkan Pelayanan

    Kesehatan Reproduksi adalah penting, sehingga perempuan dapat:

    f. Mempunyai pengalaman dalam kehidupan seksual yang sehat, terbebas dari

    penyakit, kekerasan, ketidakmampuan, ketakutan, kesakitan, atau kematian

    yang berhubungan dengan reproduksi dan seksualitas

    g. Mengatur kehamilannya secara aman dan efektif sesuai dengan keinginannya,

    menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, dan menjaga kehamilan

    sampai waktu persalinan

    h. Mendorong dan membesarkan anak-anak yang sehat seperti juga ketika

    mereka menginginkan kesehatan bagi dirinya sendiri.

  • 16

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    1. Konsep pemikiran tentang reproduksi wanita didasarkan pada, kecuali:

    a. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan

    dengan fungsi reproduksinya

    b. Kesehatan wanita tidak secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang

    dikandung dan dilahirkan.

    c. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatas

    namakan pembangunan seperti program KB, dan pengendalian jumlah

    penduduk.

    d. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional

    Jawab B

    2. Suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan

    sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran

    kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan

    bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan

    sebelum dan sesudah menikah, adalah defenisi kesehatan reproduksi menurut:

    a. ICPD

    b. WHO

    c. Depkes RI

    d. Manuaba

    Jawab C

    3. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak, yaitu:

    a. Mutilasi genital wanita

    b. Pendidikan anak

    c. Pijat bayi

    d. Bermain

    Jawab A

    4. Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah peraturan

    dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran dan pendidikan

    seksualitas, merupakan masalah:

    a. Masalah gender dan seksualitas

    b. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan

    EVALUASI

  • 17

    Kesehatan Reproduksi

    Konsep Kesehatan Reproduksi

    c. Masalah sekitar teknologi

    d. Masalah pelacuran

    Jawab A

    5. Teknologi reproduksi dengan bantuan (inseminasi buatan dan bayi tabung);

    a. Masalah gender dan seksualitas

    b. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan

    c. Masalah sekitar teknologi

    d. Masalah pelacuran

    Jawab C

    6. Praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi,

    merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi, ditinjau

    dari faktor:

    a. Sosial ekonomi

    b. Budaya-lingkungan

    c. Psikologis

    d. Biologis

    Jawab B

  • MATA KULIAH

    WAKTU

    DOSEN

    TOPIK

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

  • 1

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

    Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :

    - Menjelaskan tentang asuhan kesehatan reproduksi remaja

    1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan

    2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area

    EGC Jakarta.

    3. Masyarakat, 1996, Kesehatan Reproduksi di Indonesia, Jakarta.

    4. Mohamad, Kartono, 1998, Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi,

    Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

    5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford

    Foundation, 1995,

    6. Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan bahasa

    7. Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,

    Yogyakarta.

    8. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan

    Ketimpangan Gender, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

    9. Wattie, Anna Marie,1996, Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian

    dan implikasi, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.

    10. Wattie, Anna Marie, 1996. Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan

    Kesehatan Reproduksi, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.

    11. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan

    Ginekologi Sosial, Jakarta.

    SUB TOPIK

    Asuhan Kesehatan Reproduksi pada Remaja

    OBJEKTIF PERILAKU SISWA

    REFERENSI

  • 2

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

    Defenisi Remaja

    Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

    dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia)

    adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah,

    maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah

    bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka

    dimasukkan ke dalam kelompok remaja.

    Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to

    grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan

    definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja

    sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia

    dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit

    melainkan secara implicit melalui pengertian masa remaja (adolescence).

    Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan

    antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia

    12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan

    tahun.

    Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11

    hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa

    remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun

    hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada

    masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih

    mendekati masa dewasa.

    Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara

    kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990)

    KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

  • 3

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

    berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi

    perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan

    juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka,

    dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

    Perubahan fisik selama masa remaja dibagi menjadi beberapa tahap :

    1. Perubahan Eksternal

    Perubahan yang terjadi dan dapat dilihat pada fisik luar anak. Perubahan

    tersebut ialah :

    a. Tinggi Badan : Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi matang pada usia

    antara tujuh belas dan delapan belas tahun, rata-rata anak laki-laki kira-kira

    setahun setelahnya.

    b. Berat Badan: Perubahan berat badan mengikuti jadual yang sama dengan

    perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran

    lemak pada bagian-bagian tubuh yang hanya mengandung sedikit lemak atau

    bahkan tidak mengandung lemak.

    c. Proporsi Tubuh : Berbagai anggota tubuh lambat laun, mencapai perbandingan

    yang tubuh yang baik. Misalnya badan melebar dan memanjang sehingga

    anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu pandang.

    d. Organ Seks: Baik laki-laki maupun perempuan organ seks mengalami ukuran

    matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai

    beberapa tahun kemudian.

    e. Ciri ciri Seks Sekunder: Ciri ciri seks sekunder yang utama,

    perkembangannya matang pada masa akhir masa remaja. Ciri sekunder tersebut

    antara lain ditandai dengan tumbunya kumis dan jakun pada laki-laki

    sedangkan pada wanita ditanda dengan membesarnya payudara.

    2. Perubahan Internal:

    Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak

    dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja.

  • 4

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

    Perubahan tersebut adalah :

    1. Sistem Pencernaan: Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau

    berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-oto di perut

    dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat

    dan kerongkongan bertambah panjang.

    2. Sistem Peredaran Darah : Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia

    tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua belas kali berat pada waktu lahir.

    Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat

    kematangan bilamana jantung sudah matang.

    3. Sistem Pernafasan: Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada

    usia tujuh belas tahun ; anak laki-laki mencapat tingkat kematangan baru

    beberapa tahun kemudian.

    4. Sistem Endokrin: Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber

    menyebabkan ketidak seimbangan sementara dari seluruh system endokrin

    pada masa awal puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi,

    meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa remaja atau

    awal masa dewasa

    5. Jaringan Tubuh: Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan

    belas tahun. Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus

    berkembang sampai tulang mencapai ukuran yang matang.

    3. Perubahan kejiwaan

    Proses perubahan kejiwaan berlangsung lambat yang meliputi:

    1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :

    sensitif ( mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa )

    Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh,

    sehingga misalnya mudah berkelahi.

    2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:

    Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik

    Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul prilaku ingin mencoba-

    coba. Prilaku ini jika didorong oleh rangsangan sesual dapat membawa

  • 5

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

    remaja masuk pada hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya,

    antara lain akibat kematangan organ seks maka dapat terjadi kehamilan

    remaja putri diluar nikah, upaya abortus dan penularan penyakit kelamin,

    termasuk HIV/AIDS.Prilaku ingin mencoba-coba juga dapat

    mengakibatkan remaja mengalami ketergantungan NAPZA ( Narkotik,

    psikotropik dan zat adiktif lainnya, termasuk rokok dan alkohol )

    Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode

    sebelumnya :

    Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1990), antara lain :

    a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang

    dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang

    bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

    b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa

    kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status

    remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya

    hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling

    sesuai dengan dirinya.

    c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi

    perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan

    pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.

    d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa

    usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.

    e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian

    karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang

    membuat banyak orang tua menjadi takut.

    f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang

    kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan

    orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya

    terlebih dalam cita-cita.

    g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau

    kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan

  • 6

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

    didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu

    dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan

    terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan

    memberikan citra yang mereka inginkan.

    Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan

    remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini

    diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan

    penuh tanggung jawab.

    Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja

    Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,

    fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak

    semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat

    secara mental serta sosial kultural.

    Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar

    mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan

    informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang

    bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.

    Pengetahuan dasar apa yang perlu diberikan kepada remaja

    1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh

    kembang remaja)

    2. mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana

    merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya

    3. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi

    kesehatan reproduksi

    4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi

    5. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual

    6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya

  • 7

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

    7. Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat

    kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif

    8. Hak-hak reproduksi

    9. Manakala tubuh juga mengalami transisi, maka pada masa seperti ini, remaja

    sangat perlu untuk benar-benar memperhatikan kondisi tubuh terutama organ

    reproduksi yang banyak berkembang dalam fase ini.

    10. Anak-anak perempuan yang dulu hanya peduli untuk membersihkan organ

    kewanitaannya begitu saja tanpa ada permasalahan yang lain, pada masa

    remaja dan pubertas, organ kewanitaan anak gadis mulai mengalami

    perubahan.

    11. Tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar organ intim juga perlu diperhatikan

    sehingga kebersihanpun tetap terjaga, terutama setelah buang air kecil maupun

    buang air besar. Cara mencuci pun harus perlu diperhatikan dimana arah yang

    sesuai (menjauhi arah kemaluan) lebih disarankan agar bakteri dan kotoran

    tidak kembali bersarang.

    12. Organ kewanitaan memang patut benar-benar dijaga kebersihannya terutama

    bagi yang tinggal di negara tropis semcam Indonesia. Produksi keringat

    membuat daerah tersebut lembab dan merupakan kondisi yang tepat untuk

    tumbuhnya jamur. Selain itu darah haid dan perubahan hormon juga dapat

    merubah ekosistem organ kewanitaan.

    13. Bekal pengetahuan seperti ini sangat mendasar dan penting yang nantinya akan

    sangat berpengaruh pada perkembangan organ kewanitaan pada remaja putri.

    14. Kebersihan organ reproduksi juga harus diperhatikan oleh remaja pria.

    Beberapa remaja pria tidak harus mengalami pemotongan kulit pembungkus

    penis pada masa kanak-kanak yang sering dikenal dengan sunatan, nah remaja

    pria yang memiliki organ intim seperti ini harus tetap rajin membersihan organ

    intimnya dengan membersihkan daerah di dalam lipatan kulit tersebut, karena

    apabila bagian di dalam lipatan kulit tidak dibersihkan, potensi untuk

    tumbuhnya jamur dan hidupnya bakteri-bakteri lain akan sangat besar.

    15. Seringkali karena terburu-buru, para remaja pria juga tidak memperhatikan

    keadaan sekitar saat mereka beraktivitas. Padahal apabila salah sedikit saja dan

    organ intim mereka terantuk, terjepit resleting ataupun terkena benda lain

  • 8

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

    dengan cukup keras, organ intim tersebut dapat mengalami cedera,

    pembengkakan yang akan dapat berakibat fatal dikemudian hari bahkan sampai

    disfungsi ereksi.

    Promosi Pengembangan Kesehatan remaja

    Pada tahun 1994, International Conference on Population and Development (ICPD)

    melakukan upaya untuk mengembangkan program yang cocok untuk kebutuhan

    kesehatan reproduksi remaja.

    Strategi kunci untuk menjangkau dan melayani generasi muda :

    1. Melakukan pengembangan layanan-layanan yang ramah bagi generasi muda;

    2. Melibatkan generasi muda dalam perancangan, pelaksaan, dan evaluasi

    program;

    3. Membentuk pelatihan bagi penyedia layanan (provider) untuk dapat melayani

    kebutuhan dan memperhatikan kekhawatiran-kekhawatiran khusus para

    remaja;

    4. Mendorong upaya-upaya advokasi masyarakat untuk mendukung

    perkembangan generasi muda dan mendorong munculnya perilaku kesehatan

    remaja yang positif;

    5. Memadukan latihan-latihan membangun keterampilan ke dalam program-

    program yang ditujukan untuk generasi muda agar dapat meningkatkan rasa

    percaya diri mereka, mengembangkan kemampuan mereka berkomunikasi

    mengenai seksualitas,dan memperkuat kemampuan mereka dalam

    mengupayakan praktik-praktik seksual yang lebih aman.

    Survei pada 24 negara di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan bahwa perilaku

    seks remaja sudah dimulai sejak usia 15 tahun. Survei dilakukan kepada 33.943 di 24

    negara dan dikerjakan Service Medical du Rectorat de Toulouse tersebut,

    menunjukkan 13,2 % remaja berperilaku seks aktif semenjak usia 15 tahun dan tidak

    menggunakan alat kontrasepsi. Sementara 82% lainnya, menggunakan alat

    kontrasepsi

  • 9

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

    Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa

    tahun terakhir ini karena beberapa alasan:

    1. Ancaman HIV/AIDS menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan reproduksi

    remaja muncul ke permukaan. Diperkirakan 20-25% dari semua infeksi HIV di

    dunia terjadi pada remaja. Demikian pula halnya dengan kejadian PMS yang

    tertinggi di remaja, khususnya remaja perempuan, pada kelompok usia 15-292.

    2. Walaupun angka kelahiran pada perempuan berusia di bawah 20 tahun

    menurun, jumlah kelahiran pada remaja meningkat karena pertumbuhan

    populasi remaja. Diperkirakan bahwa 40% dari semua anak perempuan berusia

    14 tahun yang hidup akan hamil paling tidak sekali saat mereka berumur 20

    tahun3. Selain itu, sebagian besar mereka masih belum memiliki akses untuk

    mendapatkan pendidikan seksual atau kesehatan reproduksi serta pelayanan

    yang dibutuhkan.

    3. Bila pengetahuan mengenai KB dan metode kontrasepsi meningkat pada

    pasangan usia subur yang sudah menikah, tidak ada bukti yang menyatakan hal

    serupa terjadi pada populasi remaja.

    4. Pengetahuan dan praktik pada tahap remaja akan menjadi dasar perilaku yang

    sehat pada tahapan selanjutnya dalam kehidupan. Sehingga, investasi pada

    program kesehatan reproduksi remaja akan bermanfaat selama hidupnya.

    5. Kelompok populasi remaja sangat besar; saat ini lebih dari separuh populasi

    dunia berusia di bawah 25 tahun dan 29% berusia antara 10-25 tahun.

    Masalah-Masalah kunci dalam Kesehatan Remaja dan peran bidan

    1. Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat

    terhadap kesehatan reproduksi remaja.

    Masalah reproduksi dan kesehatan seksual remaja merupakan masalah yang

    kontroversial di banyak kelompok masyarakat sehingga membuat tindakan

    advokasi dan mendorong munculnya kesadaran akan masalah ini menjadi

    lebih penting. Para orang tua, pemuka agama, petugas kesehatan dan generasi

    muda sendiri mungkin memiliki pendapat yang kuat mengenai masalah ini.

    Advokasi efektif akan membangun sebuah kasus yang memberikan informasi

  • 10

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

    dan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual menyeluruh bagi generasi

    muda agar mereka dapat menjaga keselamatan hidupnya.

    Upaya-upaya advokasi dapat difokuskan pada membuat perubahan di tingkat

    lokal, daerah atau nasional dengan menargetkan para stake holder yang

    mempengaruhi penerimaan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi

    bagi para remaja. Individu dan organisasi diposisikan dengan baik untuk

    membentuk persepsi publik dan program dapat dipusatkan dalam

    memperkuat dukungan untuk pendanaan dan pelaksanaan program yang

    relevan sehingga meningkatkan kemungkinan suksesnya program.

    2. Komponen-komponen program yang berhasil

    Program-program kesehatan reproduksi untuk remaja cenderung akan

    mencapai keberhasilan maksimal jika program-program tersebut:

    a. Secara akurat mengidentifikasi dan memahami kelompok yang akan

    dilayani.

    b. Melibatkan remaja dalam perancangna programnya.

    c. Bekerja sama dengan para pemuka masyarakat dan orang tua.

    d. Melepaskan hambatan-hambatan kebijakan dan mengubah pra

    anggapan para pemberi layanan (provider)

    e. Membantu remaja melatih keterampilan interpersonal yang diperlukan

    untuk menghindari risiko.

    f. Menghubungkan informasi dan saran dengan pelayanan

    g. Memberikan tokoh panutan (role model) yang membuat perilaku lebih

    aman menjadi perilaku yang menarik.

    h. Menginvestasikan sumber danan dan waktu dalam kerangka yang

    cukup panjang.

    3. Melibatkan kaum remaja dalam aktivitas yang bermakna

    Pendidikan oleh teman sebaya dapat merupakan pendekatan efektif untuk

    melibatkan para remaja. Para pendidik/edukator remaja yang dilatih untuk

    membantu teman sebaya mereka dalam hal informasi dan pelayanan

    kesehatan reproduksi menerima pelatihan khusus dalam pengambilan

  • 11

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

    keputusan, melakukan perujukan klien dan memberikan komoditas atau

    pelayanan. Program-program yang menggunakan pendidik/edukator

    teman sebaya didasarkan pada bukti bahwa para remaja memiliki

    hubungan baik dengan orang lain yang berusia hampir sama, dengan

    ketertarikan dan latar belakang serupa.

    4. Pelayanan klinik yang ramah bagi remaja

    Pelayanan kesehatan reproduksi yang youth friendly (ramah untuk remaja)

    merupakan salah satu yang dikembangkan serta dibentuk dengan cara yang

    akan mengenali bahwa tantangan, kesulitan dan hambatan yang dihadapi

    remaja sangat berbeda dengan orang dewasa. Remaja umumnya lebih tidak

    memiliki informasi, tidak berpengalaman, dan lebih tidak percaya diri

    mengenai masalah-masalah seksual dan kemampuan mereka sendiri jika

    dibandingkan dengan orang dewasa. Pendekatan-pendekatan khusus

    diperlukan untuk menarik, melayani dan mempertahankan remaja sebagai

    klien kesehatan reproduksi.

    Pendekatan ini mencakup memiliki petugas pelayanan kesehatan yang

    dilatih dengan baik, termasuk bidan dan dapat memenuhi kebutuhan-

    kebutuhan khusus remaja secara biologis, psikologis dan kebutuhan

    kesehatan remaja, memiliki rasa hormat terhadpa privasi remaja dan

    kerahasiaan remaja sebagai klien, fasilitas yang dapat diakses dan lokasi

    yang nyaman, pelayanan dengan harga yang masuk akal dan lingkungan

    yang aman dan nyaman bagi populasi remaja, termasuk kelompok remaja

    pria dan wanita yang sudah menikah.

    Untuk membuat pelayanan menjadi ramah dan nyaman, bidan harus

    mempertimbangkan masukan-masukan para remaja terhadpa komponen-

    komponen klinik seperti famplet informasi dan gaya ruang tunggu.

    Pelayanan harus diberikan di tempat-tempat remaja biasa berkumpul untuk

    belajar, bersosialisasi dan bekerja dan kerahasiaan harus dipastikan. Sikap-

    sikap menghakimi dan kadang-kadang bahkan kekerasan di pihak pemberi

    layanan dapat menciptakan hambatan kritis dan bertahan lama terhadap

  • 12

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

    pelayanan kesehatan reproduksi. Bidan yang bersikap menghakimi dapat

    menghambat pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja.

    5. Memberikan informasi dan pelayanan untuk para remaja

    Remaja memerlukan informasi yang sesuai dengan usianya mengenai

    perkembangan fisik dan emosional, risiko-risiko potensial dari kegiatan

    seksual yang tidak terlindung, kekerasan substansial, bagaimana

    mengakses pelayanan kesehatan dan kesempatan-kesempatan pendidikan,

    kerja dan rekreasi. Bidan sebagai penyedia layanan dapat melakukan

    hubungan interaktif dengan klien remaja dengan melakukan komunikasi

    interpersonal. Media massa hiburan (radio, televisi, musik, video, fil, buku

    komik) dapat menjadi cara yang efektif dari segi biaya untuk mengomun

    ikasikan pesan-pesan yang dpat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan

    perilaku.

    6. Kontrasepsi bagi remaja

    Para remaja memiliki hak untuk memperoleh informasi yang jelas dan

    akurat mengenai kontrasepsi termasuk pemakain yang benar, efek

    samping, dan bagaimana menjangkau petugas pelayanan kesehatan untuk

    menjawab kekhawatiran mereka. Bidan mempunyai peranan yang sangat

    besar dalam memberikan informasi tersebut serta konseling yang sesuai

    sangat penting untuk membantu remaja menangani atau menyisihkan

    potensi efek samping. Konseling harus mengungkapkan aspek pencegahan

    kehamilan sekaligus perlindungan terhadap PMS (penyakit menular

    seksual).

    7. HIV dan PMS di kalangan Remaja

    Menurut WHO, 333 juta kasus baru PMS terjadi di seluruh dunia setiap

    tahun dan setidaknya 111 juta dari kasus ini terjadi pada mereka yang

    berusia di bawah 25 tahun. Hampir setengah dari infeksi HIV secara

    keseluruhan terjadi pada pria dan wanita yang berusia di bawah 25 tahun,

    dan di banyak negara berkembang data menunjukkan bahwa sampai 60%

  • 13

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

    dari semua infeksi HIV baru terjadi pada kelompok usia antara 15 samapi

    24 tahun. Infeksi di kalangan perempuan melebihi infeksi di kalangan pria,

    rasio 2 berbanding 1. Salah satu penelitian di Tanzania memperlihatkan

    bahwa perempuan muda memiliki kemungkinan untuk terinfeksi HIV

    lebih dari empat kali dibandingkan pria muda, meskipun para perempuan

    lebih tidak berpengalama seksual dan memiliki pasangan seksual yang

    lebih sedikit dibanding pria sebayanya.

    8. Kehamilan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan

    Banyak remaja aktif secara seksual ( meskipun bukan pilihan mereka

    sendiri. Setiap tahun sekitar 15 juta remaja melahirkan anak. Proses

    persalinan selalu memiliki potensi risiko-risiko kesehtan, tapi risiko

    persalinan lebih besar pada perempuan berusia di bawah 17 tahun. Remaja

    dengan usia ini lebih mudah mengalami komplikasi dalam persalinan.

    Perempuan muda seringkali memiliki pengetahuan terbatas atau kurang

    percaya diri untuk mengakses pelayanan kesehatan sehingga

    mengakibatkan pelayanan prenatal yang terbatas berperan penting

    terhadap terjadinya komplikasi. Peran bidan dalam asuhan prenatal sangat

    dibutuhkan, sehingga menimbulkan kepercayaan diri remaja.

    Di negara-negara berkembang hampir 60% kehamilan dan persalinan pada

    remaja yang sudah menikah atau yang belum menikah tidak dilakukan

    dengan pertolongan. Persalinan yang tidak direncanakan dapat mengarah

    pada stress emosional dan kesulitan ekonomi. Jika remaja perempuan

    tersebut belum menikah, maka beban psikologis akan dirasa semakin berat

    akibat sikap tidak menerimanya masyarakat. Para siswa-siswa yang hamil

    di negara berkembang seringkali mencari cara untuk melakukan aborsi

    untuk menghindari kemungkinan dikeluarkannya dari sekolah. Di negara-

    negara di mana aborsi adalah ilegal atau dibatasi oleh ketentuan dan usia,

    para perempuan muda ini mungkin akan mencaripenolong ilegal yang

    mungkin tidak terampil atau berpraktik di bawah kondisi-kondisi yang

    tidak bersih. Aborsi yang tidak aman menempati proporsi tinggi dalam

    kematian ibu di antara para remaja.

  • 14

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

    9. Pendidikan seks berbasis sekolah

    Evaluasi yang dilakukan di antara para kawula muda di negara-negara

    berkembang dan negara-negara maju telah memperlihatkan bahwa

    pendidikan seks berbasis sekolah dapat membantu menunda hubungan

    seksual pertama para remaja yang belum aktif secara seksual. Untuk para

    remaja yang aktif secara seksual, pendidikan seksual dapat mendorong

    pemakaian kontrasepsi dan perlindungan PMS yang benar dan konsisten.

    10. Masalah Gender Spesifik

    Generasi muda, terutama anak perempuan rentan terhadap kekerasan

    seksual, hubungan seksual yang dipaksakan dan hubungan dengan

    kekuatan yang tidak seimbang. Beberapa budaya, perilaku pria berisiko

    ditoleransi dan kadang-kadang didukung. Karena sikap-sikap gender ini

    telah terbukti tidak dapat dipisahkan dari dalam banyak upaya kesehatan

    reproduksi remaja, program harus secara langsung mengkonfrontasi

    masalah hubungan gender yang tidak setara. Program yang meminta para

    perempuan muda untuk mengambil keputusan dan tindakan yang

    merupakan kontradiksi dari peran perempuan yang diterima seperti

    menolak melakukan hubungan seksual atau berkeras akan pemakaian

    kondom. Bidan harus membantu para perempuan muda tersebut

    membangun keterampilan dan rasa percaya diri yang diperlukan untuk

    membantu mereka membuat keputusan-keputusan.

  • 15

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

    1. Batasan usia remaja menurut WHO, yaitu:

    a. 12-18 tahun

    b. 13-19 tahun

    c. 12-24 tahun

    d. 14-22 tahun

    Jawab C

    2. Ciri-ciri remaja, kecuali :

    a. Masa remaja sebagai periode pelatihan.

    b. Masa remaja sebagai periode kemapanan

    c. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri

    d. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan.

    Jawab B

    3. Perubahan eksternal selama masa remaja, yaitu:

    a. Tinggi badan

    b. Psikis

    c. Mental

    d. Perilaku

    Jawab A

    4. Perkembangan intelegensia, dalam perubahan kejiwaan remaja, yaitu:

    a. sensitif

    b. Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar

    c. Mampu berpikir abstrak

    d. Mudah menangis

    Jawab C

    5. Perubahan internal selama masa remaja , yaitu:

    a. Tinggi badan

    b. Psikis

    c. Sistem pencernaan

    d. Perilaku

    Jawab C

    EVALUASI

  • 16

    Kesehatan Reproduksi

    Asuhan Kesehatan Reproduksi Remaja

  • MATA KULIAH

    WAKTU

    DOSEN

    TOPIK

    Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus

    Kehidupan

  • 1

    Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan

    Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang:

    1. Siklus kesehatan wanita, konsepsi, bayi, anak, bayi, remaja, dewasa dan usia

    lanjut.

    2. Perubahan yang terjadi pada setiap tahap

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita.

    4. Aspek yang dikaji dalam setiap tahap kehidupan

    1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan

    2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area

    EGC Jakarta.

    3. Masyarakat, 1996, Kesehatan Reproduksi di Indonesia, Jakarta.

    4. Mohamad, Kartono, 1998, Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi,

    Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

    5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford

    Foundation, 1995,

    6. Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan bahasa

    7. Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,

    Yogyakarta.

    8. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan

    Ketimpangan Gender, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

    9. Wattie, Anna Marie,1996, Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian

    dan implikasi, Pusat Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.

    10. Wattie, Anna Marie, 1996. Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan

    Kesehatan Reproduksi, Pusat penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta.

    11. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan

    Ginekologi Sosial, Jakarta.

    SUB TOPIK

    1. Siklus kesehatan wanita, konsepsi, bayi dan anak, remaja, dewasa, usia lanjut

    2. Perubahan yang terjadi setiap tahap 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi 4. Aspek yang dikaji dalam setiap tahap kehidupan

    OBJEKTIF PERILAKU SISWA

    REFERENSI

  • 2

    Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan

    Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan

    Reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan

    kebutuhan penannganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta

    kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan

    reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani

    dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.

    Dalam pendekatan siklus hidup ini, dikenal lima tahap, yaitu:

    1. Konsepsi

    2. Bayi dan anak

    3. Remaja

    4. Usia subur

    5. Usia lanjut

    1. Konsepsi

    a. Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan

    b. Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas serta pelayanan bayi baru

    lahir.

    c. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin,

    BBLR, kurang gizi (malnutrisi).

    d. Pendekatan pelayanan antenatal, promosi kesehatan dan pencegahan

    penyakit.

    2. Bayi dan anak

    a. ASI Eksklusif dan penyapihan yang layak

    b. Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang

    c. Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit

    d. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan

    e. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan

    KESEHATAN WANITA SEPANJANG SIKLUS

    KEHIDUPANNYA

  • 3

    Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan

    f. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin,

    sunat perempuan, kurang gizi (malnutrisi), kesakitan dan kematian BBLR,

    penyakit lain disemua usia dan kekerasan.

    g. Pendekatan yang dilakukan: pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan,

    pelayanan kesehatan primer, imunisasi, pelayanan antenatal, persalinan,

    postnatal, menyusui serta pemberian suplemen, dll.

    Asuhan yang diberikan

    a). ASI Eksklusif

    ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin sejak lahir sampai

    bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain. Manfaat dari

    pemberian ASI Eksklusif tersebut terbagi 4 yaitu manfaat bagi bayi, bagi

    ibu, bagi keluarga dan bagi Negara.

    b). Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi

    seimbang

    Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik anak dan

    perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ / individu dari

    anak itu sendiri.

    c). Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit

    Kesehatan bayi di Indonesia masih jauh dari keadaan yang diharapkan

    karena besarnya jumlah bayi yang meninggal. Karena itu, upaya

    pemantauan kesehatan bayi perlu ditingkatkan melalui pemberian

    imunisasi dan pengelolaan balita sakit. Pemberian imunisasi anak yang

    sesuai dengan jadwal akan mencegah anak menderita campak, polio,

    difteri, pertusis, tetanus, TBC dan hepatitis. Untuk penerapan MTBS,

    tenaga kesehatan diajarkan untuk memperhatikan secara cepat semua

    gejala anak sakit, sehingga ia dapat menentukan apakah anak sakit berat

    dan perlu segera dirujuk.

    d). Pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan

    (KtP)

    Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah KtP antara lain :

  • 4

    Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan

    1. Masyarakat menyadari/mengakui KtP sebagai masalah yang

    perlu diatasi.

    2. Menyebarluaskan produk hukum tentang pelecehan seks di

    tempat kerja.

    3. Membekali perempuan tentang penjagaan keselamatan diri.

    4. Melaporkan tindak kekerasan pada pihak yang berwenang

    5. Melakukan aksi menentang kejahatan seperti kecanduan alcohol,

    perkosaan dan lain-lain, antara lain melalui organisasi

    masyarakat

    e). Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan

    perempuan.

    Laki-laki dan perempuan, sebagai pasangan atau individu merupakan

    kesamaan/kesetaraan gender yaitu keadaan tanpa diskriminasi dalam

    memperoleh kesempatan, pendidikan, serta akses terhadap pelayanan.

    3. Remaja

    Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan

    merupakan peralihan dari masa kanak-anak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting

    yang terjadi pada gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan

    menarche. Secara tradisi, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan

    gadis yang mengalaminya dianggap sudah tiba waktunya untuk melakukan tugas-

    tugas sebagai wanita dewasa, dan siap dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita

    mengalami perubahan dramatis, karena mulai memproduksi hormon-hormon

    seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sistem

    reproduksi

    a. Gizi seimbang

    b. Informasi tentang kesehatan reproduksi

    c. Pencagahan kekerasan, termasuk seksual

    d. Pencegahan terhadap ketergantungan napza

    e. Perkawinan pada usia yang wajar

    f. Pendidikan, peningkatan keterampilan

    g. Peningkatan penghargaan diri

  • 5

    Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan

    h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.

    i. Masalah yang ditemui meliputi: seks komersial, pelecehan seksual,

    penyalahgunaan obat (alkohol, obat, tembakau), kekerasan gender, praktik

    tradisional berbahaya, perilaku seks tidak aman, kehamilan remaja, aborsi

    tidak aman, ISR/IMS/HIV/ AIDS.

    j. Pendekatan yang dapat dilakukan meliputi; konseling tentang perubahan

    hukum/sosial, pendidikan kesehatan, deteksi, pencegahan, pengobatan,

    kontrasepsi yang sesuai, pemberian suplemen, pendidikan dalam keluarga,

    konseling dll

    Asuhan apa yang diberikan

    a) Gizi seimbang

    Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat

    pembangun dan zat yang sesuai dengan kebutuhan gizi . Gizi seimbang

    sangat dibutuhkan dalam tahap ini untuk kepentingan kesehatan

    reproduksinya dan juga untuk kemampuan pertumbuhan dan

    perkembangan.

    b) Informasi tentang kesehatan reproduksi

    Pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi bertujuan untuk

    memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan

    perilaku hidup sehat bagi remaja, disamping mengatasi masalah yang

    ada. Dengan pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi untuk

    menjalani masa remaja secara sehat, para remaja diharapkan mampu

    memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan

    berkeluarga dengan reproduksi yang sehat.

    c) Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan)

    Yang dimaksud dengan perkosaan disini adalah hubungan seksual yang

    dipaksakan terhadap perempuan, dilakukan tanpa izinnya dan mungkin

    menggunakan kekerasan.Manusia dalam hal ini remaja secara biologis

    mempunyai kebutuhan seksual sehingga perlu mengendalikan naluri

    seksualnya dan menyalurkannya menjadi kegiatan yang positif, seperti

    olahraga dan mengembangkan hobi yang membangun.

  • 6

    Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan

    d) Pencegahan terhadap ketergantungan napza

    Pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA pada remaja hendaknya

    dilakukan dengan pendekatan sejak dini baik dari orang tua, guru,

    pendamping dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para pelajar

    disekolah, sehingga dengan pendampingan dan bimbingan kita bisa

    mengetahui proses perkembangan jiwa yang terjadi pada pelajar dan juga

    pengaruhnya terhadap lingkungan.

    e) Perkawinan pada usia yang wajar

    Kegagalan perkawinan dalam masyarakat dewasa ini sangat meningkat

    sehingga menimbulkan dampak social yang tidak diinginkan. Pengaturan

    perkawinan yang semula merupakan ritus adat diambil alih tanggung

    jawabnya oleh Negara dan dijadikan sebagai ketentuan hukum serta di

    atur lewat undang-undang. Undang-undang juga mengatur batas umur

    seseorang yang diperbolehkan menikah dengan alas an untuk

    kepentingan demografi, mencegah anak-anak dibawah umur yang belum

    dianggap mampu untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri.

    f) Peningkatan pendidikan, ketrampilan, penghargaan diri dan pertahanan

    terhadap godaan dan ancaman. Remaja memerlukan pembekalan tentang

    informasi / pendidikan, ketrampilan dan kiat-kiat untuk mempertahankan

    diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi berbagai

    godaan, seperti ajakan untuk menggunakan NAPZA dan lain-lain.

    4. Usia subur

    Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan

    dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin

    terjadi. Inilah usia produktif dalam menapak karir yang penuh kesibukan di

    luar rumah. Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya

    agar selalu dalam kondisi prima, sehingga jika terjadi kehamilan dapat

    berjalan dengan lancar, dan bayi yang dilahirkan pun sehat. Pada periode ini

    masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis

    akibat merawat anak, dan tuntutan karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan

    penyakit serius tertentu mulai menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering

  • 7

    Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan

    muncul pada usia ini, adalah endometriosis yang ditandai dengan gejala nyeri

    haid, kram haid, nyeri pinggul saat berhubungan seks, sakit saat buang air

    besar atau buang air kecil. Penderita kadang mengalami nyeri hebat, tetapi

    ada juga yang tidak mengalami gejala apa-apa.

    a. Kehamilan dan persalinan yang aman

    b. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan

    bayi

    c. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat

    kontrasepsi (KB)

    d. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS

    e. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas

    f. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional

    g. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim

    h. Pencegahan dan manajemen infertilitas.

    i. Masalah yang mungkin ditemui: Kesakitan dan kematiani ibu yang

    disebabkan berbagai kondisi, malnutrisi/anemia, kemandulan,

    pelecehan/kekerasan seksual, komplikasi aborsi, ISR/IMS/HIV/AIDS

    dan pengaturan kesuburan.

    j. Pendekatan yang dapat dilakukan : pendidikan kesehatan, suplemen,

    konseling, pencegahan primer, pengobatan KB, pendidikan tentang

    perilaku seksual yang bertanggungjawab, pencegahan dan pengobatan

    IMS, pelayanan antenatal, persalinan, post partum pelayanan kebidanan

    darurat, imunisasi dan informasi-informasi.

    Asuhan yang diberikan

    a). Kehamilan dan persalinan yang aman

    Kesehatan ibu dan bayi di Indonesia masih jauh dari keadaan yang

    diharapkan karena besarnya jumlah ibu dan bayi yang meninggal. Karena itu,

    upaya kesehatan ibu dan bayi baru lahir melalui pemeriksaan kehamilan dan

    pertolongan persalinan yang aman menjadi upaya prioritas dalam bidang

    kesehatan..

    b). Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi

  • 8

    Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan

    Pertolongan terhadap komplikasi yang ditemukan baik selama kehamilan

    maupun dalam persalinan memerlukan tindakan yang cepat agar nyawa ibu

    dan janinnya dapat diselamatkan. Terjadinya komplikasi ini sulit

    diperkirakan, sehingga sering muncul secara mendadak dan perlu diantisipasi

    bahkan bias dilakukan tindakanpencegahan sedini mungkin.

    c). Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat

    kontrasepsi ( KB )

    Sebagai komponen kesehatan reproduksi, pelayanan KB diarahkan untuk

    menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi. Pelayanan KB bertujuan

    untuk menunda, menjarangkan /menjaga jarak kelahiran dan atau membatasi

    kehamilan bila jumlah anak sudah cukup. Dengan demikian, pelayanan KB

    sangat berguna dalam pengaturan kehamilan dan pencegahan kehamilan yang

    tidak diinginkan atau tidak tepat waktu.

    d). Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS

    Pencegahan penularan terhadap PMS/HIV/AIDS yaitu :

    1. Melakukan hubungan seksual hanya dengan satu pasangan

    dan menghindari hubungan seks dengan pasangan yang

    berganti-ganti.

    2. Mempunyai perilaku seksual yang bertanggung jawab dan

    setia pada pasangan

    3. Setiap darah transfuse di cek terhadap HIV.

    4. Menghindari injeksi, pemeriksaan dalam , prosedur

    pembedahan yang tidak steril dari petugas kesehatan yang

    tidak bertanggung jawab.

    5. Menggunakan kondom dengan hati-hati, benar dan konsisten.

    e). Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas

    Pelayanan kesehatan reproduksi mencakup semua pelayanan yang disediakan

    oleh program-program yang ada dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi.

    Kualitas pelayanan kesehatan reproduksi ini ditentukan oleh beberapa factor

    antara lain :

    1. Pelayanan kesehatan yang kurang memperhatikan kebutuhan klien

  • 9

    Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan

    2. Kemampuan fasilitas kesehatan yang kurang memadai.

    f). Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi

    Dalam rangka mencegah kematian ibu akibat aborsi, sejumlah Negara telah

    meberikan pelayanan aborsi yang aman secara terbatas, misalnya untuk

    mengatasi :

    1. Kehamilan yang mengancam kesehatan fisik dan mental ibu.

    2. Ibu yang mengalami kegagalan KB

    3. Risiko cacat pada janin

    4. Korban perkosaan.

    g). Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim

    Kanker sistem reproduksi meliputi kanker leher rahim, payudara, indung

    telur, rahim dan alat kelamin. Kanker leher rahim merupakan kanker yang

    paling banyak diderita oleh wanita dinegara berkembang dan menepati urutan

    kedua setelah kanker payudara. Untuk mengetahui secara dini kanker leher

    rahim adalah melalui pemeriksaan Pap Smear, IVA Test dan Schiller Test.

    Kanker payudara lebih sering terjadi dibandingkan dengan kanker leher rahim

    karena kanker ini dapat terjadi pada semua perempuan. Cara sederhana untuk

    menemukan tumor pada payudara sedini mungkin yaitu dengan melakukan

    pemeriksaan payudara sendiri ( SADARI ).

    h). Pencegahan dan manajemen infertilitas.

    Infertilitas atau ketidaksuburan adalah kesulitan untuk memperoleh

    keturunan pada pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi dan

    melakukan sanggama secara teratur. Permasalahan infertilitas merupakan

    masalah yang kompleks sehingga pengelolaan infertilitas di pelayanan

    kesehatan dasar masih sangat terbatas. Klien perlu mendapat informasi yang

    memadai tentang berbagai penyebab infertilitas dan pelayanan rujukan ke RS.

    Informasi dan penyuluhan mengenai pemeriksaan serta pengobatan

    infertilitas perlu dilakukan dengan sabar dan seksama.

  • 10

    Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan

    5. Usia Lanjut

    Yang dianggap lanjut usia (lansia) adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah

    masa yang paling rentan diserang berbagai penyakit degeneratif dan penyakit berat

    lainnya. Sangat penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya

    secara teratur. Prioritas utamanya adalah menjaga agar tubuh tetap sehat dengan

    mengatur pola makan yang benar, dan minum suplemen yang dibutuhkan tubuh.

    Selain itu olahraga ringan dan tetap aktif secara intelektual.

    a. Perhatian pada problem meno/andro-pause

    b. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan

    mobilitas dan osteoporosis.

    c. Deteksi dini kanker rahim dan kanker rahim

    d. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem sirkulasi,

    kekerasan, prolaps/osteoporosis, kanker saluran reproduksi, payudara/kanker

    prostat, ISR/IMS/HIV/AIDS.

    e. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaman reproduksi

    sebelumnya, diagnosis, informasi dan pengobatan dini.

    Asuhan apa yang diberikan

    1). Perhatian pada problem menopause

    Masalah kesehatan reproduksi pada usia lanjut terutama dirasakan oleh

    wanita ketika masa suburnya berakhir atau ketika mengalami menopause.

    Menopause adalah keadaan pada seorang wanita yang mengalami penurunan

    fungsi indung telur yang berakibat menurunnya produksi hormone estrogen.

    Upaya pencegahan terhadap keluhan/masalah menopause yang dapat

    dilakukan ditingkat pelayanan dasar antara lain :

    a. Pemeriksaan alat kelamin.

    b. Pap Smear, IVA Test, Schiller Test.

    c. Perabaan payudara ( SADARI )

    d. Penggunaan makanan yang mengandung unsure Fito-Estrogen.

    e. Penggunaan bahan makanan sumber kalsium.

    f. Menghindari makanan yang mengandung lemak, kopi, alkohol.

  • 11

    Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan

    2.). Perhatian pada penyakit utama degenerative, termasuk rabun, gangguan

    mobilitas dan osteoporosis. Berkurangnya hormone estrogen pada

    wanita menopause mungkin menyebabkan berbagai keluhan sebagai

    berikut :

    a. Penyakit jantung koroner

    b. Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi wanita dari penyakit

    jantung koroner. Berkurangnya hormone estrogen dapat menurunkan

    kadar kolesterol baik ( HDL ) dan meningkatnya kadar kolesterol

    tidak baik ( LDL ) yang meningkatkan kejadian penyakit jantung

    koroner.

    c. Osteoporosis

    d. Adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan

    kadar hormone estrogen, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah

    patah.

    e. Gangguan mata

    f. Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata

    berkurang.

    g. Kepikunan ( demensia tipe Alzeimer ).

    h. Kekurangan hormone estrogen juga mempengaruhi susunan saraf

    pusat dan otak. Penurunan hormone estrogen menyebabkan kesulitan

    berkonsentrasi, sukar tidur, gelisah, depresi sampai pada kepikunan

    tipe Alzeimer. Penyakit kepikunan tipe Alzeimer dapat terjadi bilam

    kekurangan estrogen sudah berlangsung cukup lama dan berat, yang

    dipengaruhi factor keturunan.

    3). Deteksi dini kanker rahim.

    Untuk mengetahui secara dini kanker leher rahim, dianjurkan kepada para

    wanita untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear, IVA Test, atau Schiller

    Test secara teratur, paling tidak sekali setiap tahun :

    a. Pada umur berapapun dalam usia subur.

    b. Telah berhubungan seks lebih dari 1 tahun

    c. Ada / tidak ada cairan vagina yang mencurigakan.

  • 12

    Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Perempuan

    1. Kemiskinan

    Diperkirakan sekitar 40% penduduk Indonesia masih berada di bawah garis

    kemiskinan sejak terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan. Hal ini

    menghambat akses terhadap pelayanan kesehatan yang pada akhirnya dapat

    berakibat kesakitan, kecacatan dan kematian.

    2. Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat

    Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat ditentukan oleh

    banyak hal, misalnya keadaan sosial ekonomi, budaya dan nilai-nilai yang

    berlaku di masyarakat di mana mereka menetap. Dewasa ini masih banyak

    ditemukan diskriminasi terhadap perempuan, antara lain:

    a. Perempuan dinomor-duakan dalam segala aspek kehidupan, misalnya

    dalam pemberian makan sehari-hari, kesempatan memperoleh

    pendidikan, kerja dan kedudukan.

    b. Perempuan seringkali terpaksa menikah pada usia muda, karena tekanan

    ekonomi atau orang tua mendorong untuk cepat menikah agar terlepas

    dari beban ekonomi.

    c. Keterbatasan perempuan dalam pengambilan keputusan untuk

    kepantingan dirinya, misalnya dalam ber-KB, dalam memilih bidan

    sebagai penolong persalinan atau dalam mendapat pertolongan segera di

    RS ketika diperlukan, disamping kurangnya kesempatan mengendalikan

    penghasilan keluarga.

    d. Tingkat pendidikan perempuan yang belum merata dan masih rendah

    menyebabkan informasi yang diterima tentang kesehatan reproduksi

    sangat terbatas. Seperti diketahui, tingkat pendidikan yang meningkat

    dapat meningkatkan rasa percaya diri, wawasan dan kemauan untuk

    mengambil keputusan yang baik bagi diri dan keluarga, termasuk yang

    berkaitan dengan kesehatan reproduksi

    3. Akses ke fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan

    a. Jarak ke fasilitas kesehatan yang cukup jauh dan sulit dicapai

    b. Kurangnya informasi tentang kemampuan fasilitas kesehatan

  • 13

    Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan

    c. Keterbatasan biaya

    d. Tradisi yang menghambat pemanfaatan tenaga dan fasilitas kesehatan

    4. Kualitas pelayanan kesehatan reproduksi yang kurang memadai, antara lain

    karena:

    a. Pelayanan kesehatan yang kurang memperhatikan kebutuhan klien

    b. Kemampuan fasilitas kesehatan yang kurang memadai

    5. Beban ganda, tanggung jawab tidak proporsional sehingga kesehatan anak

    perempuan dan perempuan semakin buruk

    6. Akses untuk pelayanan kespro rendah karena:

    a. Pengetahuan tentang seksualitas dan informasi mengenai hak

    reproduksi masih rendah.

    b. Menonjolnya perilaku seksual resiko tinggi

    c. Diskriminasi sosial

    d. Sikap negatif terhadap perempuan dan anak perempuan

    e. Rendahnya kemampuan dalam pengendalian kahidupan seksual pada

    reproduksi

    7. Kurangnya penanganan kespro dan seksual pada laki-laki dan perempuan usia

    lanjut

    8. Kebijakan dan program kesehatan masih belum mempertimbangkan

    perbedaan sosial, ekonomi dan perbedaan lainnya antara perempuan dan

    masih rendahnya kemandirian perempuan.

  • 14

    Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan

    1. Dibawah ini yang bukan merupakan tahap pendekatan siklus hidup adalah :

    a. Konsepsi

    b. Bayi dan anak

    c. Keluarga

    d. Dewasa

    e. Usia Lanjut

    Jawab C

    2. Dibawah ini merupakan asuhan yang diberikan pada tahap remaja, kecuali

    a. Gizi seimbang

    b. Informasi tentang kesehatan reproduksi

    c. Kehamilan dan persalinan yang aman

    d. Peningkatan pendidikan

    e. Peningkatan keterampilan

    Jawab C

    3. Peran petugas kesehatan dalam mencegah kasus kekerasan terhadap perempuan

    diantaranya, kecuali :

    a. Melakukan penyuluhan

    b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

    c. Bermitra dan berpartisipasi dengan instansi terkait

    d. Memberikan pelayanan yang dibutuhkan korban

    e. Mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental

    Jawab E

    4. Berikut ini adalah asuhan yang diberikan pada tahap dewasa, kecuali

    a. Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan)

    b. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS

    c. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas

    d. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi

    EVALUASI

  • 15

    Kesehatan Reproduksi

    Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan

    e. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim

    Jawab A

    5. Upaya pencegahan terhadap keluhan/masalah menopause yang dapat dilakukan

    ditingkat pelayanan dasar antara lain :

    a. Pemeriksaan alat kelamin.

    b. Pap Smear, IVA Test, Schiller Test.

    c. Pemeriksaan payudara sendiri ( SADARI )

    d. Menghindari makanan yang mengandung lemak, kopi, alkohol.

    e. Memberikan terapi hormone estrogen.

    Jawab E

  • MATA KULIAH

    WAKTU

    DOSEN

    TOPIK

    Kesehatan Reproduksi

    Masalah Gangguan Pada Kesehatan

    Reproduksi Dan Upaya

    Penanggulangannya

  • 1

    Kesehatan Reproduksi

    Masalah Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi Dan Upaya Penanggulangannya

    Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang:

    1. Infertilitas

    2. Seksual Transmited Desease (STD)/ Infeksi menular seksual

    1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dirjen Pembinaan Kesehatan

    2. Ida Bagus Gde manuaba, 1999, Memahami Kesehatan reproduksi wanita, Area

    EGC Jakarta.

    3. Masyarakat, 1996, Kesehatan Reproduksi di Indonesia, Jakarta.

    4. Mohamad, Kartono, 1998, Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi,

    Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

    5. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford

    Foundation, 1995, Hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan

    bahasa Indonesia Implication of the ICPD programme of action Chapter VII,

    Yogyakarta.

    6. Wahid, Abdurrahman, dkk, 1996, Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan

    Ketimpangan Gender, Pustaka Sinar Harapan, Ja