11
BAB VIII MASYARAKAT ISLAM Artinya: “Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebundi sebelah kanan dan sebelah kiri, ( kepada mereka dikatakan ): ‘makanlah olehmu dari rizki yang (dianugrahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. QS. Saba’ (34): 15 1 A. PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP MASYARAKAT ISLAM 1. Pengertian Masyarakat Islam Masyarakat Islam adalah masyarakat terbuka yang menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan secara universal, tanpa memandang asal usul suku bangsa dan perbedaan agama. 2 2. Prinsip-Prinsip Umum Masyarakat Islam a. Berketuhanan Yang Maha Esa, Q.S. Al-Ikhlas (112) : 1 Artinya : “Katakanlah bahwa Allah itu Maha Esa”. 3

Masyarakat Islam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Masyarakat Islam

BAB VIII

MASYARAKAT ISLAM

Artinya: “Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di

tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebundi sebelah kanan

dan sebelah kiri, ( kepada mereka dikatakan ): ‘makanlah olehmu

dari rizki yang (dianugrahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu

kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu)

adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. QS. Saba’ (34): 151

A. PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP MASYARAKAT ISLAM

1. Pengertian Masyarakat Islam

Masyarakat Islam adalah masyarakat terbuka yang menjungjung

tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan secara universal, tanpa

memandang asal usul suku bangsa dan perbedaan agama.2

2. Prinsip-Prinsip Umum Masyarakat Islam

a. Berketuhanan Yang Maha Esa, Q.S. Al-Ikhlas (112) : 1

Artinya : “Katakanlah bahwa Allah itu Maha Esa”. 3

b. Umat yang satu (satu kesatuan umat), Q.S. Al-Baqarah (2) : 213

Artinya : “Manusia itu adalah umat yang satu” .4

c. Menjungjung tinggi keadilan, Q.S. An-Nisa (4) : 135

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang

yang benar-benar penegak keadilan”. 5

d. Menegakan amar-ma’ruf nahi-munkar, Q.S. Ali Imran (3) : 104

Page 2: Masyarakat Islam

Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu,segolongan umat

yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh berbuat

kebajikan dan mencegah berbuat kejahatan,

merekalah orang-orang yang beruntung”. 6

e. Musyawarah, Q.S. Asyura (42) : 38

Artinya : “Sedang urusan mereka diputuskan dengan

musyawarah antara mereka”. 7

f. Tolong menolong dalam kebaikan, Q.S. Al-Maidah (5) : 2

Artinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan

kebaikan dan taqwa, jangan tolong menolong dalam

berbuat dosa dan permusuhan”. 8

g. Toleransi, Q.S. Al-Kafirun (109) : 6

Artinya : “Untukmu agamamu dan untukku agamaku”.9

h. Persamaan Harkat, Q.S. Hujarat (49) : 13

Artinya : “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu

disisi Allah ialah orang yang paling bertqwa diantara

kamu”. 10

i. Harmonis dan damai, Q.S. Al-Baqarah (2) : 143

Artinya : “Dan demikianlah Allah telah menjadikan kamu umat

yang tengah-tengah”.11

j. Berakhlak mulia, Q.S. Al-Ahzab (33) : 21

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri

tauladan yang baik bagimu”. 12

B. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Islam adalah agama damai dan mengajarkan ketentraman hidup

dikalangan umat manusia, baik sesama umat Islam maupun dengan umat

beragama lainnya.

Seorang muslim ditekankan untuk memiliki keyakinan bahwa Islam

adalah agama Allah yang benar, sebagaimana firman Allah Q.S. An-Nisa’ (3) :

19

Artinya : “Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam”. 13

Keyakinan akan kebenaran agama Islam itu mengharuskan umatnya

untuk tunduk dan patuh kepada perintah-perintah Allah dan menjauhkan diri dari

larangan-Nya.

2

Page 3: Masyarakat Islam

Dalam kaitan dengan hubungan sosial, Al-qur’an memberikan petunjuk

agar umatnya kasih sayang kepada seluruh makhluk dan menjadikan rahmat

dan kasih sayang ini sebagai ciri khas umat Islam dalam menjadikan peran

sosialnya dalam lingkup kehidupan masyarakat.

Islam menganjurkan kepada umatnya toleransi, karena keyakinan

merupakan persoalan yang tidak bisa dipaksakan kepada orang lain. Toleransi

dan penghargaan kepada pihak lain diluar Islam, justru menjadikan hiasan yang

dapat menarik pihak lain untuk mengenal dan mendalami ajaran Islam secara

objektif dan sungguh-sungguh yang secara tidak langsung merupakan jalan

kearah pengenalan Islam kepada pihak luar.

Sikap menyayangi, menghargai dan toleransi pernah ditampilkan secara

mengikat oleh panglima perang Shalahuddin Al Ayyubi kepada lawannya

Richard Lion Heart pada perang salib. Ketika itu Richard luka dan terbaring

ditendanya. Salahuddin berhasil masuk ketendanya dengan menyamar sebagai

tabib yang hendak mengobati sang panglima. Dengan kemampuan seorang

tabib ia mengobati lawannya dengan sungguh-sungguh sampai Richard sadar

dari pingsannya. Ketika ia sadar didapatinya orang yang menolongnya seraya

berkata: siapa nama tuan ? sang penolong menjawab:Aku Shalahuddin. Richard

tercengang dan setelah mengetahui yang menolong adalah lawannya sendiri,

kemudian ia berkata : Mengapa tuan tidak membunuhku pada saat aku pingsan

tadi ?. Dengan ringan Shalahuddin menjawab : “Allah melarangku untuk berbuat

curang seperti itu, dan aku menyesal jika tuan mati diatas tempat tidur, aku ingin

menghadapi tuan diatas pelana kuda dengan pedang terhunus ditengah

pertempuran. Richard tertegun mendengar ucapan Shalahuddin dan

memerintahkan tentaranya untuk mengawal Shalahuddin sampai perbatasan.

Demikianlah sikap dan prilaku seorang muslim sejati yang tetap

mengembangkan kasih sayang kendatipun kepada musuhnya. 14

Dalam hubungannya dengan pihak lain, umat Islam dituntut untuk

menunjukkan pribadi yang memberi keteladanan dalam seluruh perilaku

hidupnya, sehingga dapat memberi perasaan akrab dan aman bagi umat lainnya,

karena hakekat ajaran Islam adalah memberikan rahmat bagi seluruh alam,

termasuk umat agama lain.Q.S. Anbia (21) :107yang artinya:“Dan tiadalah Allah

mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat abagi semesta alam”. 15

Dalam interaksi sosial, tidak ada batasan bagi umat Islam untuk bergaul

menjalin kerukunan dan kerja sama dalam berbagai segi kehidupan. Hubungan

seorang muslim selalu dituntut untuk berbuat baik kepada tetangganya walaupun

3

Page 4: Masyarakat Islam

mereka bukan muslim. Ia dianjurkan untuk menjenguknya apabila tetangganya

sakit, membantunya apabila perlu pertolongan serta begaul dengan ramah dan

sopan, karena keramahan dan kesopanan merupakan sifat-sifat yang senantiasa

ditampilkan seorang muslim dihadapan siapapun dimuka bumi ini.Q.S. Ali Imran

(3) : 159:

Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah

lembut terhadap meraka”. 16

Dua hal yang dilarang oleh Allah untuk bertoleransi dan bekerja

sama, yaitu dalam bidang aqidah dan ibadah. Karena dua hal tersebut

menyangkut persoalan yang esensial yang tidak boleh dikompromikan. Q.S. Al-

Kafirun (109) : 4 – 6:

Artinya : “Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu

sembah (4); dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah

Tuhan yang aku sembah (5); untukmulah agamamu dan

untukkulah agamaku” (6) 17

Sikap umat Islam dalam segi aqidah dan ibadah adalah jelasdan

tegas. Jelas artinya tampak secara nyata, tidak disembunyikan atau berpura-

pura. Sedangkan tegas artinya berdiri tegak diatas keyakinan tanpa kompromi

dengan keyakinan agama lain dalam berbagai bentuk.

C. PEMBINAAN MASYARAKAT ISLAM

Masyarakat yang dicita-citakan Islam adalah masyarakat yang damai,

sejahtera adil dan saling menyayangi sesama manusia. Perwujudan masyarakat

yang ideal ini telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW waktu beliau

memimpin masyarakat madinah.

Sesuai fakta sejarah bahwa Nabi Muhammad SAW telah mengganti kota

yatrib menjadi Madinah. Setelah beliau hijrah di tempat ini suara kebenaran Al-

Qur’an dan As-Sunnah, Nabi telah memainkan peran ganda dsalam membangun

masyarakat kota itu. Sebagai pemimpin Nabi secara intensif dan kontinyu

menyampaikan dakwah Islam. Getaran dakwah Islam tersebut menyentuh dan

menggetarkan nurani masyarakat Yatrib.

Pengaruh dakwah itu lantas bergerak perlahan tetapi pasti dan akhirnya

meluas dan menyeluruh ketengah masyarakat Madinah. Sebagai kepala negara

Nabi mulai menata sistem pemerintahan masyarkat ditempat barunya itu.

Ajakan ini direspon oleh kepala-kepala suku yang tadinya berseteru untuk

1

4

Page 5: Masyarakat Islam

kemudian duduk bersama merundingkan berbagai strategi. Inti perundingan-

perundingan adalah bagaimana mendukung Nabi agar Masyarakat Madinah

mersakan kemakmuran. Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah secara

tegas menyuarakan hak-hak asasi manusia, yaitu: tidak boleh ada penindasan

oleh manusia atas manusia. Sebagaimana H.R. Bukhori Muslim Rasulullah

bersabda :

Artinya : “Tidak sempurna iman salah seorang diantara kamu sebelum

kasih sayang kepada saudaranya sebagaimana menyayangi

dirinya sendiri”. 18

Dalam waktu yang relatif singkat Nabi dan kaum muslimin telah

berhasil membangun kota Madinah dengan masyarakat yang beradab. Sebuah

telaah cendekiawan pemerhati masyarakat muslim menyebutkan beberapa

unsur yang menentukan dalam pembinaan masyarakat madani adalah sebagai

berikut:

1. Penguasa formal : yakni orang yang secara formal atau legal mendapat

kedudukan sebagai penguasa. Karena mereka secara formal

memperoleh legitimasi massa untuk kedudukan tersebut. Mereka

mempunyai garis komando untuk mengemban misi membangun dan

membimbing masyarakat Islam sesuai forsi kedudukan masing-masing.

2. Kaum intelektual : Ziaudin Sardar dalam bukunya “ Merombak Pola Pikir

Intelektual Muslim” mengatakan bahwa peradaban Muslim sangat

membutuhkan kehadiran kaum intelektual sejati. Jika tidak maka kaum

muslimin hanya akan terus berkecimpung dengan tanah tandus yang

vakum intelektual dan keadaan umat yang sudah termarginalkan.

Suatu masyarkat yang tidak memiliki kaum intelektual tidak dapat

bekerja secara efektif. Melalui kaum intelektual proses pencerahan dapat

dilakukan untuk mendidik dan membimbing masyarkat Islam menetukan

pilihan hidup yang lebih baik.19

Dengan demikian mereka akan hidup secara benar sesuai dengan

ajaran Islam baik untuk diri dan keluarga, ataupun bermasyarakat dan

bernegara. Disini kaum intelektual juga harus berperan sebagai agen

perubahan sosial. Peran itu ditujukan kepada :

Pertama: menata kehidupan sosial terutama nilai yang berlaku dalam

masyarakat agar dengan ajaran dan norma Islam.

Kedua : membimbing masyarakat melalui aktivitas intelektual mereka

untuk mendapatkan pemahaman yang benar.

5

Page 6: Masyarakat Islam

Ketiga : keteladanan perilaku yang benar sebagai tugas dakwah untuk

masyarakat.

Keempat: menjadi pembela utama dan penolong masyarakat dalam

melepaskan beban penderitaan mereka, terutama dari

ketidakadilan dan kedzaliman.

Kelima : menyediakan diri sebagai tempat konsultasi atau komunikasi

untuk menggalang keikutsertaan umat dalam menyelesaikan

proyek-proyek kemanusiaan.

Kelima peran intelektual tersebut merupakan kunci penentu bagi upaya

untuk membangun masyarakat yang Islami.

3. Kaum Aghniya yang dermawan : dalam harta kaum aghniya ada hak

sosial untuk kepentingan kemanusiaan dan keagamaan. Sejarah telah

membuktikan bahwa keteladanan para sahabat pada zamannya telah

membuahkan hasil dalam membangun masyarakat Islam.

4. Para Muballigh : mereka saling mempunyai misi amar ma’ruf nahi munkar,

juga merupakan ujung tombak dalam mempengaruhi publik untuk

mengimplementasi-kan nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat.

Pesan-pesan moral yang disampaikan mereka diharapkan dapat

mempercepat pembangunan masyarakat Islam.

5. Kaum Dhu’afa : mereka dapat berjuang dijalan Allah untuk masyarakat

Islam melalui do’a-do’a mereka yang diperhatikan Allah.

Beberapa peran dan cara-cara tersebut adalah modal dasar untuk

mewujudkan meningkatkan dan memelihara masyarakat Islam.

6

Page 7: Masyarakat Islam

DAFTAR KUTIPAN

1Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia, Al-Qur’an wa

Tarjamatu ma’aniyatu ila Lughati al-Indunisiya, ( Medinah Munawwarah:

khadim al-Haramain asy-Syarifain, Tahun 1411 H ), h. 415.

2Endang Syaefudin Anshari, Wawasan Islam, ( Bandung: Mizan,

1986), h. 72

3Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia Ibid, h. 1118

4Ibid, h. 51

5Ibid, h. 144

6Ibid, h. 93

7Ibid, h. 789

8Ibid, h. 156

9Ibid, h. 1112

10Ibid, h. 847

11Ibid, h. 143

12Ibid, h. 670

13Ibid, h. 119

14Drs. K.H. Muslim nurdin dkk., Moral dan Kognisi Islam, ( Jakarta:

Alfabeta 1993 ), h. 202

15 Departemen Haji dan Wakaf Saudi Arabia Ibid, h. 508

16Ibid, h. 103

17 Ibid, h. 1112

18Luth Thahir, Masyarakat Madani, Solusi damai dalam

perbedaan, ( Jakarta: Gema Insani Press, 2002 ), h. 77

19 Hasanah Uswatun dkk., Modul Acuan Proses Pembelajaran Mata Kuliah,

( Jakarta: 2002), h. 20

7