25
Masalah Budaya di Bidang Teknik Geodesi I. Pengantar Kasus. Dalam sistem Isian Pelaksanaan Anggaran yang ada saat ini, sebenarnya terbuka peluang untuk menghargai inovasi secara lebih fair, terbuka dan transparan. Faktanya, ketika suatu pekerjaan penggambaran peta dihargai sebesar x rupiah, maka seharusnya sama saja, baik itu dikerjakan selama 30 hari ataupun 1 hari, karena menggunakan inovasi. Budaya yang ada kadang membatasi sehingga inovasi tidak tumbuh, lantaran honorarium dihitung dari jam kerja efektif, yang tercermin dari logbook peneliti. Hal itu membuat kadang-kadang ada peneliti yang sengaja menyembunyikan inovasi yang ditemukannya, agar tidak ditiru oleh orang lain. – Yang akan berpengaruh pada keunggulan kompetitifnya. Di sisi lain, masih adanya budaya ‘Inlanderyang lebih mengagungkan ‘Best Practice’, ataupun teknologi dari luar negeri. – atau setidaknya konsultan asing. Padahal bisa jadi yang dari luar negeri itu tidak cocok untuk diterapkan dengan kondisi real/ nyata yang dihadapi saat ini, atau yang ditemukan para peneliti kita sebenarnya justru 1

Masalah Budaya Di Bidang Teknik Geodesi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Masalah Budaya Di Bidang Teknik Geodesi

Masalah Budaya di Bidang Teknik Geodesi

I. Pengantar Kasus.

Dalam sistem Isian Pelaksanaan Anggaran yang ada saat ini,

sebenarnya terbuka peluang untuk menghargai inovasi secara lebih fair,

terbuka dan transparan.

Faktanya, ketika suatu pekerjaan penggambaran peta dihargai sebesar

x rupiah, maka seharusnya sama saja, baik itu dikerjakan selama 30 hari

ataupun 1 hari, karena menggunakan inovasi.

Budaya yang ada kadang membatasi sehingga inovasi tidak tumbuh,

lantaran honorarium dihitung dari jam kerja efektif, yang tercermin dari

logbook peneliti.

Hal itu membuat kadang-kadang ada peneliti yang sengaja

menyembunyikan inovasi yang ditemukannya, agar tidak ditiru oleh orang

lain. – Yang akan berpengaruh pada keunggulan kompetitifnya.

Di sisi lain, masih adanya budaya ‘Inlander’ yang lebih

mengagungkan ‘Best Practice’, ataupun teknologi dari luar negeri. – atau

setidaknya konsultan asing. Padahal bisa jadi yang dari luar negeri itu tidak

cocok untuk diterapkan dengan kondisi real/ nyata yang dihadapi saat ini,

atau yang ditemukan para peneliti kita sebenarnya justru lebih baik, bahkan

bisa diekspor. Pengalaman, pernah suatu rekomendasi inovasi hasil

penelitian kita baru diterapkan setelah disampaikan melalui konsultan asing.

Sumber :

http://ermapper.blogspot.com/2008/11/inovasi-bidang-keilmuan-

geodesi.html

http://www.google.co.id/masalah_budaya_bidang_geodesi.htm

1

Page 2: Masalah Budaya Di Bidang Teknik Geodesi

II. Rumusan Kasus

Budaya ‘inlander’ yang mengagungkan ‘Best Practice’, teknologi dari

luar negeri, dan konsultan asing masih mendominasi penemuan dan

penerapan hasil kerja peneliti Indonesia.

III. Penjelasan Rumusan Kasus.

Dalam hal ini akan dijelaskan mengenai pengertian dari rumusan

kasus yang diambil dan maksud dari pengambilan rumusan kasus tersebut.

1. Pengertian Rumusan Kasus.

Dalam judul tersebut disebutkan kosakata yang terdengar asing

ataupun masih belum dimengerti, sehingga dilakukan pencarian lebih

lanjut mengenai makna dari kata-kata tersebut. Adapun arti dari kata-

kata tersebut adalah:

Budaya : 1. Pikiran, akal budi; 2. Adat istiadat; 3. Sesuatu

mengenai kebudayaan yang sudah berkembang; 4.

Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar

diubah.

Inlander : Pribumi, jiwa pribumi.

Mengagungkan : Menomorsatukan, mengedepankan, meninggikan.

Best Practice : Hasil kerja yang terbaik yang dikerjakan oleh

seseorang.

Teknologi : 1. Metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis,

ilmu pengetahuan terapan; 2. Keseluruhan sarana

untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan

bagi kelangsungan dan kenyaman hidup manusia.

Luar negeri : Suatu daerah di luar wilayah teritorial dan

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Konsultan asing : Ahli yang tugasnya memberi petunjuk,

pertimbangan, atau nasihat di suatu kegiatan

(penelitian, dagang, dsb); penasihat.

Mendominasi : Menguasai, merajai, membatasi.

2

Page 3: Masalah Budaya Di Bidang Teknik Geodesi

Penemuan : Suatu hasil karya yang ditemukan oleh seseorang

Penerapan : Bentuk aktivitas berupa pengaplikasikan hasil

karya dalam kehidupan

Hasil kerja : 1. Hasil pekerjaan; 2. Hasil perbuatan, buatan,

ciptaan (terutama hasil karangan).

Peneliti : Orang yang tugasnya meneliti/ memeriksa

(menyelidiki, dsb) dengan cermat.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari uraian kasus

ini adalah :

“Suatu pikiran/ kebudayaan yang bersifat pribumi yang lebih

menomorsatukan hasil kerja yang terbaik, ilmu pengetahuan terapan

dari luar negari, maupun penasihat asing masih menguasai hasil

penemuan dan penelitian hasil pekerjaan peneliti dari negara

Indonesia.”

2. Maksud Pengambilan Judul

Terlihat bahwa saat ini banyak terjadi ketimpangan-

ketimpangan yang lebih mengagungkan sesuatu yang berasal dari luar

negeri, apalagi dari wilayah barat. Ketimpangan ini terjadi di hampir

seluruh sektor kehidupan, baik itu agama, moral, sosial, dan budaya.

Parahnya, hal ini pun merambah di bidang teknologi, seperti

penggunaan mesin-mesin, alat elektronika dan penemuan-penemuan.

Salah satu contoh yang mendasar ialah terjadinya

pendominasian budaya yang lebih mengagungkan ‘luar negeri’

terhadap hasil penemuan dan penerapan hasil kerja peneliti Indonesia,

khususnya di bidang Geodesi. Banyak sekali alat-alat penelitian

berasal dari luar negeri, penghambaan terhadap sesuatu hal yang

perfect (padahal belum tentu cocok untuk diterapkan di Indonesia) dan

juga ketergantungan terhadap ahli-ahli atau konsultan yang berasal

dari luar negeri. Bagaimana hal ini bisa terjadi, bukankah sebagai

warga Indonesia, seharusnya mereka lebih mempercayai hasil produk

dari dalam negeri ketimbang dari luar negeri yang notabene masih

3

Page 4: Masalah Budaya Di Bidang Teknik Geodesi

belum jelas apakah pas/ serasi untuk digunakan di dalam negeri.

Bahkan penerapan suatu hal (inovasi teknologi) baru bisa diterapkan

di dalam negeri setelah disampaikan dan disetujui oleh konsultan

asing. Padahal inovasi tersebut bisa diterapkan walaupun tanpa

disampaikan ataupun disetujui oleh konsultan asing.

Kemungkinan yang terjadi adalah rakyat Indonesia (dalam artian

yang membutuhkan produk/ jasa teknologi tersebut) masih belum

bisa mempercayai, mengandalkan, maupun mengedepankan inovasi

teknologi yang belum diakui secara internasional, ataupun keadaan

sosial negara Indonesia yang tidak mendukung sikap mandiri tumbuh

di setiap warga negara Indonesia sehingga berimbas pada penentuan

kiblat perkembangan teknologi pada negara barat.

Oleh karena itu, penulis ingin memberikan solusi-solusi, baik itu

bersifat individu maupun sosial agar tidak terbentuknya mentalitas

inlander yang selalu berusaha untuk mencari posisi aman dari situasi

yang sulit. Dan juga menumbuhkan jiwa semangat dan percaya

terhadap hasil inovasi teknologi yang dipelopori oleh peneliti

Indonesia, khususnya di bidang pemetaan muka bumi.

IV. Uraian Kasus

Dalam uraian kasus ini akan dijelaskan mengenai komponen-

komponen penyusun dari rumusan kasus yang diambil, yang terdiri dari

What, Where, When, Who, Why, dan How.

1. What.

“Budaya ‘Inlander’ tentang teknologi luar negeri masih

memdominasi penemuan dan penerapan hasil kerja.”

Maksud dari pernyataan diatas adalah adanya hal yang

menyimpang terhadap penemuan dan penerapan hasil kerja.

Penyimpangan ini bisa diketahui dari perubahan konsentrasi dari

penentuan teknologi mana yang akan dijadikan kiblat untuk penentuan

4

Page 5: Masalah Budaya Di Bidang Teknik Geodesi

teknologi yang lain. Dalam artian yang sama, kiblat yang dimaksud

adalah negara barat (maju), berkembangnya budaya inlander, tanggapan

masyarakat terhadap hasil kerja.

2. Where

“Instansi BAKOSURTANAL”

Kasus ini terjadi di salah satu badan yang menjadi pedoman

penentuan dari penggunaan peta, baik itu peta umum maupun peta

khusus yang terletak di koordinat 6o29’27,79513’’ LS dan

106o50’56,07379’’ BT di jalan Raya Jakarta-Bogor km.46 Cibinong

16911, Indonesia. Dalam kasus ini, where yang dimaksudkan adalah

tempat yang digunakan untuk proses penggambaran peta, baik itu peta

cetak, maupun peta digital.

3. When

“ Tahun 2008”

When disini mengacu pada kejadian atau kasus yang terjadi di

tahun 2008. Kurun waktu disini merupakan kurun waktu yang

berhubungan dengan pengerjaan peta dan terjadinya budaya inlander

terhadap inovasi teknologi tersebut yang terjadi di tahun 2008, bukan

berhubungan dengan hal yang lain, misalnya berhubungan dengan

pengerjaan fotografi, pengukuran teristris dan sebagainya.

4. Who

“Subjek : Warga Indonesia.

Objek : peneliti Indonesia yang bekerja di BAKOSURTANAL

(spesialisasi pengerjaan peta).”

Dalam hal ini terdapat dua komponen yang mendasari Who, yakni

subjek dan objek. Subjek disini merupakan warga Indonesia (kecuali

peneliti yang bersangkutan) yang berhubungan dengan pengerjaan peta

tersebut, baik itu pemesanan peta, pengunaan peta maupun pengeditan

peta yang dihasilkan peneliti (konsumen).

Sedangkan objek disini adalah peneliti Indonesia yang bekerja di

BAKOSURTANAL, yang terpusat pada proses pengerjaan peta, baik itu

5

Page 6: Masalah Budaya Di Bidang Teknik Geodesi

peta cetak maupun peta digital. Di sisi lain, juga peneliti yang

berhubungan dengan proses mengembangan inovasi-inovasi teknologi.

5. Why

“Hasil produk luar negeri lebih terpercaya, terjadinya miss

kepercayaan terhadap hasil produk dalam negeri, kurang percaya diri

terhadap hasil kerja sendiri, ingin hasil inovasinya diakui secara

internasional, sehingga tidak di-negative comment oleh masyarakat,

adanya kesinisan pihak tertentu terhadap hasil pemetaan peneliti

Indonesia.”

Alasan-alasan ini merupakan alasan dasar terjadinya kasus yang

diamati. Alasan ini juga masih merupakan alasan dugaan dari penulis,

karena belum terbukti secara nyata di lapangan. Tapi, terlihat bahwa

alasan tersebut merupakan alasan-alasan negatif yang merujuk langsung

pada proses pengerjaan peta dan perkembangan dari inovasi teknologi.

Sehingga terbentuklah suatu penyelesaian dari kasus tersebut.

6. How

“Bagaimana proses terjadinya budaya inlander yang lebih

mengedepankan Best Practice, teknologi dari luar negeri maupun

konsultan asing, sehingga bisa membuat inovasi teknologi kurang

berkembang bebas”

Hal ini berhubungan dengan proses terjadinya suatu budaya, yakni

budaya ‘Inlander’ yang menyimpang dan tidak bersifat nasionalis. Baik

itu mulai dari penyebab, proses berkembangnya (faktor-faktor) maupun

proses solusi dari kasus tersebut.

Dalam hal ini juga menjelaskan tentang pengaruh budaya tersebut

terhadap proses berkembangnya inovasi tekologi di bidang pemetaan.

Sehingga terjadi hubungan antara dua hal tersebut yang dapat digunakan

sebagai referensi atau rujukan dalam pengambilan solusi.

6

Page 7: Masalah Budaya Di Bidang Teknik Geodesi

V. Identifikasi Faktor dan Indikator

Dalam hal ini, dijelaskan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan

kasus ini terjadi. Faktor-faktor ini merupakan hasil dugaan yang telah

terspesifikasi karena telah diketahui sumber-sumber data yang masih

bersifat sederhana dan mendasar. Dari beberapa faktor yang telah diketahui

di bagian Why, maka terjadi penyusutan menjadi empat faktor, yakni:

1. hasil produk luar negeri lebih terpercaya,

2. terjadinya miss kepercayaan terhadap hasil produk dalam negeri,

3. kurang percaya dirinya peneliti terhadap hasil kerja sendiri,

4. ingin hasil inovasinya diakui secara internasional, sehingga tidak di-

negative comment oleh masyarakat.

Dari masing-masing faktor tersebut menngakibatkan terjadinya

indikator yang terlihat dilapangan. Indikator, dalam hal ini merupakan

gejala-gejala yang terlihat di lapangan. Adapun indikator yang terjadi di

lapangan ialah :

1. Masyarakat lebih mempercayai hasil produk luar negeri dibandingkan

dengan hasil buatan dalam negeri,

2. minimnya kepercayaan yang dikeluarkan warga Indonesia terhadap

hasil produk dalam negeri,

3. perasaan ragu, tidak percaya terhadap kualitas hasil kerja sendiri,

4. molornya penerapan suatu inovasi kerja karena harus melalui urutan-

urutan pengakuan internasional melalui konsultain asing,

5. timbulnya perasaan takut dan tidak percaya diri di kalangan peneliti

Indonesia, terutama di bidang pemetaan.

Dari indikator ini, bisa digunakan sebagai referensi untuk

pengambilan solusi sementara. Solusi ini masih bersifat sementara karena

indikator ini masih berupa dugaan dari peneliti. Tapi data ini sudah

mendasari solusi yang akan dihasilkan.

7

Page 8: Masalah Budaya Di Bidang Teknik Geodesi

VI. Analisis Faktor dan Indikator

Dalam hal ini, akan dijelaskan mengenai teori tentang budaya,

hubungan manusia dan budaya, korelasi antara teori dan kasus yang terjadi

dan hubungan kasus yang diambil dengan bidang Geodesi. Kemudian,

dijelaskan pula mengenai data pendukung dari mengambilan faktor,

indikator dan informasi lain yang berguna sebagi penentuan solusi kasus.

1. Teori

a. Budaya

Budaya atau kebudayaan adalah seluuruh hasil usaha manusia

dengan budh-nya yakni segenap sumber jiwanya, yakni cipta, rasa

dan karsa. Cipta merupakan kerinduan manusia untuk mengetahui

rahasia segala hal yang ada dalam pengalamannya, yang meliputi

pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu

pengetahuan. Rasa merupakan kerinduan manusia akan keindahan,

sehingga menimbulkan dorongan baginya untuk menikmati

keindahan. Manusia merindukan keindahan dan menolak

keburukan/ kejelekan. Buah perkembangan rasa ini terjelma dalam

bentuk berbagai norma keindahan yang kemudian menghasilkan

berbagai macam kesenian. Sedangkan karsa merupakan kerinduan

manusia untuk menginsyafkan tentang hal-hal “Sangkan Paran”.

Darimana manusia sebelum lahir (=sangkan), dan kemana manusia

sesudah mati (=paran). Hasilnya berupa norma-norma keagamaan/

kepercayaan karena kesimpulan manusia pun bermacam-macam.

b. Sifat Budaya

Kendati kebudayaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat itu

tidak sama, seperti di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam

suku bangsa yang berbeda, tapi setiap kebudayaan mempunyai sifat

yang sama. Sifat tersebut bukan diartikan secara spesifik,

melainkan bersifat universal. Dimana sifat-sifat budaya itu akan

memiliki ciri-ciri yang sama bagi semua kebudayaan manusia tanpa

8

Page 9: Masalah Budaya Di Bidang Teknik Geodesi

membedakan faktor ras, lingkungan alam, atau pendidikan. Yaitu

sifat hakiki yang berlaku umum bagi semua budaya dimanapun.

Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut antara lain :

1) Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia

2) Budaya telah ada terlebih dahulu dan tidak akan mati dengan

habisnya usia generasi yanng bersangkutan

3) Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkannya dalam

tingkah lakunya

4) Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-

kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima atau ditolak,

tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang

diijinkan.

c. Sistem Budaya

Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang

bersifat abstrak dan terdiri dari pikiran-pikiran, gagasan, konsep,

serta keyakinan dengan demikian sistem kebudayaan merupakan

bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia lebih lazim

disebut sebagai adat istiadat. Dalam adat istiadat terdapat juga

sistem norma dan disitulah salah satu fungsi sistem budaya adalah

menata serta menetapkan tindakan-tindakan dan tingkah laku

manusia.

Dalam sistem budaya ini terbentuk unsur-unsur yang saling

berkaitan satu dengan yang lainnya. Sehingga tercipta tata kelakuan

manusia yang terwujud dalam unsur kebudayaan sebagai satu

kesatuan.

Unsur pokok kebudayaan (menurut Broniskus Malinowski)

1) Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para

anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam

sekelilingnya

2) Organisasi ekonomi

3) Alat-alat dan lembaga pendidikan

9

Page 10: Masalah Budaya Di Bidang Teknik Geodesi

4) Organisasi kekuatan

Melulle D. Herkovits menyebut unsur pokok kebudayaan

sebagi berikut :

1) Alat-alat teknologi

2) Sistem ekonomi

3) Keluarga

4) Kekuatan politik

Sistem kebudayaan suatu daerah akan menghasilkan jenis-

jenis kebudayaan yang berbeda jenis. Kebudayaan ini dapat

dikelompokkan menjadi :

1) Kebudayaan material

Kebudayaan material antara lain hasil cipta, rasa dan karsa

yang berwujud benda, barang, alat pengolahan alam, seperti

gedung, pabrik, jalan, rumah dan sebagainya.

2) Kebudayaan non material

Kebudayaan non material merupakan hasil cipta, rasa, dan

karsa yang berwujud kebiasan, adat istiadat, ilmu pengetahuan

dan sebagainya. Kebudayaann non material antara lain:

volkways (norma kelaziman), mores (norma kesusilaan), norma

hukum, dan fashion (mode)

Kebudayaan dapat dilihat dari dimensi wujudnya, adalah :

1) Sistem budaya

Sistem budaya kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,

peraturan dan sebagainya.

2) Sistem moral

merupakan kompleks dari aktivitas serta berpola dari manusia

dalam organisasi dan masyarakat.

3) Sistem kebendaan

Wujud kebudayaan fisik/ alat-alat yang diciptakan manusia

untuk memudahkan hidupnya.

2. Hubungan teori dan kasus

10

Page 11: Masalah Budaya Di Bidang Teknik Geodesi

Setelah dijelaskan secara singkat mengenai teori daripada budaya,

maka dalam sesi ini akan dijelaskan mengenai hubungan antara teori

dengan kasus yang diambil.

Dalam kasus ini, terlihat bahwa adanya suatu budaya yanng

membuat terhambatnya proses inovasi dalam hal pemetaan. Budaya ini

lantas dijadikan sebagai budaya inlander yang lebih mengagungkan

sesuatu dari luar negeri. Dalam hal ini, akan direlasikan antara inlander

dengan watak-watak budaya pada umumnya, sehingga hal ini bisa

dijadikan pedoman dalam penentuan solusi yang akan diambil.

3. Hubungan kasus dan bidang Geodesi

Kasus ini merupakan kasus mengenai budaya penghambat

terbentuknya inovasi dan budaya inlander yang merujuk pada

pendominasian sesuatu yang berasal dari luar negeri. Inovasi ini

diartikan sebagai inovasi yang berhubungan dengan proses

penggambaran peta, baik itu peta cetak maupun peta digital. Sedangkan

sesuatu disini diartikan sebagai hasil kerja berupa peta bentuk

mukabumi/ topografi bumi, baik itu berupa peta cetak (dibukukan

maupun tidak) dan peta digital (off line maupun on line). Sebagai

rujukan akhir, pemetaan ini, baik inovasi maupun hasil kerjanya

merupakan bagian dari ilmu Geodesi yang berhubungan dengan

kartografi/ pemetaan.

4. Data pendukung

Data-data ini didapatkan dengan melakukan survei yang

dilakukan secara acak terhadap seratus orang di daerah UNDIP

Tembalang, yang kebanyakan merupakan mmahasiswa. Dari data

tersebut bisa diberikan poin-poin sebagai berikut:

a. Lebih dari 50% koresponden lebih memilih produk dari luar negeri

daripada produk dalam negeri. Hal ini didasarkan pada kualitas

produk yang dihasilkan, kebanggan yang didapat, akibat dari

lingkungan dan sebab-sebab yang lain.

11

Page 12: Masalah Budaya Di Bidang Teknik Geodesi

b. 42% koresponden kurang mempercayai kualitas produk yang

dihasilkan oleh peneliti dari dalam negeri. Hal ini lebih

didominankan karena adanya kekurangseriusan dalam pemrosesan

produk dan kurangnya networking yang dibuat.

c. 86% koresponden lebih mementingkan adanya pengakuan

internasional terhadap inovasi-inovasi yang dihasilkan oleh peneliti

Indonesia, khususnya di bidang pemetaan. Hal ini disebabkan

adanya suatu isu bahwa sesuatu yang sudah diakui secara

internasional memiliki nilai partisipasi yang lebih, dan masyarakat

akan mennghormati inovasi-inovasi yang telah diakui.

d. Lebih dari 30% koresponden menganggap bahwa peneliti

Indonesia masih memiliki ketakutan dalam menerapkan inovasi

yang mereka dapatkan.

5. Penentuan faktor dan indikator akhir.

Dari gabungan data-data diatas bisa diambil faktor-faktor dan

indikator-indikator yanng nyata mengenai kasus yang terjadi. Faktor-

faktor yang mendasari kasus ini adalah :

a. Hasil produk luar negeri lebih terpercaya kualitasnya daripada

hasil produk dari dalam negeri,

Didapatkan suatu paradigma baru mengenai hubunngan

antara produk dalam negeri dan luar negeri. Paradigma ini

mengatakan bahwa produk dari luar negeri, khususnya

berhubungan dengan pemetaan memiliki kualitas yang lebih baik

daripada produk pemetaan dari dalam negeri. Sungguh ironis.

b. Terjadinya miss kepercayaan warga Indonesia terhadap hasil

produk dalam negeri,

Miss kepercayaan ini terjadi karena adanya fenomena dalam

poin a. Miss kepercayaan mengakibatkan kurangnya minat warga

Indonesia menggunakan produk pemetaan yang berasal dari

dalam negeri dan lebih memilih yang dari luar negeri.

12

Page 13: Masalah Budaya Di Bidang Teknik Geodesi

c. Kurang percaya diri peneliti Indonesia terhadap hasil kerjanya

sendiri,

Fenomena ini dikarenakan produk pemetaan peneliti

Indonesia mendapat tanggapan yang kurang dari warga Indonesia,

sehingga timbul rasa kurang percaya diri di kalangan peneliti

Indonesia.

d. Ingin hasil inovasi peneliti diakui secara internasional, sehingga

tidak di-negative comment oleh masyarakat.

Walau jalan ini menghabiskan banyak waktu, tapi banyak

peneliti Indonesia lebih memilih jalan ini. Di samping takut

ditanggapi masyarakat secara negatif, mereka juga beranggapan

bahwa proses pengakuan secara internasional ini menimbulkan

rasa aman dan damai di hati para peneliti Indonesia. Padahal

belum tentu begitu.

Sedangkan indikator yang dihasilkan dari faktor-faktor diatas adalah :

1. Masyarakat lebih mempercayai hasil produk luar negeri

dibandingkan dengan hasil buatan dalam negeri,

Tidak dapat dipungkiri apabila masyarakat lebih

mempercayai hasil produk dari luar negeri. Hal ini karena adanya

paradigma baru yang telah dijelaskan di poin a, bagian faktor

akhir.

2. Minimnya kepercayaan yang dikeluarkan warga Indonesia

terhadap hasil produk luar negeri,

Minimnya kepercayaan ini dikarenakan adanya miss

kepercayaan masyarakat terhadap hasil peta peneliti Indonesia.

3. Perasaan ragu, tidak percaya terhadap kualitas hasil kerja sendiri,

Perasaan ini terjadi karena kurangnya partisipasi dari

masyarakat ataupun sebab-sebab lain yang telah diuraikan di

bagian faktor akhir.

4. Molornya penerapan suatu inovasi kerja karena harus melalui

urutan-urutan pengakuan internasional melalui konsultain asing,

13

Page 14: Masalah Budaya Di Bidang Teknik Geodesi

Hal ini menyebabkan ketidakaktualan suatu inovasi yang

dihasilkan oleh peneliti Indonesia. Karena inovasi itu telah

diketahui dulu oleh konsultan-konsultan asing yang meneliti

inovasi tersebut.

5. Timbulnya perasaan takut dan tidak percaya diri di kalangan

peneliti Indonesia, terutama di bidang pemetaan.

Hal ini merujuk pada reaksi akhir peneliti terhadap hasil

kerjanya, karena harus melalui jalan yang ribet dan juga

minimnya partisipasi positif dari masyarakat.

6. Tumbuhnya budaya Inlander yang lebih mengagungkan sesuatu

dari ‘luar negeri’

Indikator akhir dan utama dari kasus ini, yakni semakin

tumbuhnya budaya Inlander yang lebih mengagungkan hasil peta

dari luar negeri dan mengesampingkan hasil peta buatan peneliti

Indonesia.

VII. Solusi

Dari data-data diatas, bisa diambil beberapa solusi yang bisa

menyelesaikan kasus dan problem diatas. Solusi-solusi tersebut adalah :

1. Penanaman ulang rasa cinta produk dalam negeri kepada warga

negara Indonesia.

Penanaman ulang ini bisa dilakukan banyak cara, seperti

melakukan seminar umum yang berhubungan dengan rasa cinta

produk dalam negeri, penyuluhan umum di berbagai daerah, minimal

di tingkat kecamatan, dan siraman rohani sambil menanamkan rasa

canta produk dalam negeri.

2. Meluruskan rasa percaya masyarakat Indonesia terhadap hasil

pemetaan peneliti Indonesia

Pelurusan rasa percaya ini berhubungan dengan penanaman rasa

percaya positif terhadap hasil peta peneliti Indonesia. Hal ini bisa juga

dilakukan seperti solusi nomor satu.

14

Page 15: Masalah Budaya Di Bidang Teknik Geodesi

3. Peningkatan rasa percaya diri di dalam kalangan peneliti Indonesia

Rasa percaya diri memang merupakan elemen penting dalam

menghasilkan hasil kerja besar. Percaya diri ini bisa membangkitkan

kreatifitas positif peneliti Indonesia.

4. Pembasmian budaya Inlander yang bersifat negatif

Pembasmian budaya ini merupakan elemen paling penting dalam

menciptakan situasi yang positif dan mendukung akan hasil produk

dari peneliti Indonesia, khususnya bidang pemetaan. Sehingga

diharapkan terciptanya rasa percaya terhadap produk peta peneliti

Indonesia dan terciptanya kembali rasa percaya diri di kalangan

peneliti Indonesia.

VIII. Kesimpulan

Dari penjelasan-penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa :

1. Budaya Inlander yang lebih mengagungkan sesuatu dari luar negeri

harus diminimalisir, khususnya di bidang pemetaan.

2. Rasa percaya diri dan kepercayaan harus dipupuk ulang untuk

memaksimalkan jalannya inovasi kerja pemetaan.

3. Menghilangkan ketergantungan terhadap pengakuan suatu inovasi

oleh konsultan asing dan mencoba bersikap mandiri dan percaya diri.

IX. Referensi

Google Book, http://books.google.co.id/books?18=x5FO_VsvQfwC&pg

Inovasi Bidang Keilmuan Geodesi, http://ermapper.blogspot. com/2008

/11/ inovasi-bidang-keilmuan-geodesi.html

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http://kbbi.depdiknas.go.id

Masalah Budaya Bidang Geodesi, http://www.google.co.id /masalah_

budaya _bidang_geodesi.htm

Suprihadi Sastrosupono, Muhammad, 1984, ilmu Sosial Budaya, Universitas

Kristen Satya Wacana: Salatiga

15