3
1 Mari Kita Segera Bersedekah 1 Sedekah merupakan amalan sunah yang sangat umum dilakukan di kalangan umat Islam dan sudah selayaknya senantiasa diamalkan oleh setiap muslim, karena Rasulullah s.a.w. pun senantiasa mengamalkannya. Bahkan, dalam sebuah hadis dinyatakan, “… Beliau (Rasulullah s.a.w.) adalah orang yang lebih lembut daripada angin yang bertiup, tidaklah beliau diminta sesuatu kecuali memberinya...(Hadits Riwayat Ahmad bin Hanbal dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, Musnad Ahmad ibn Hanbal, juz I, halaman 230, hadits nomor 20142). Artinya, Rasulullah s.a.w. adalah seorang Ahli Sedekah. Dan, jika kita perhatikan, ternyata di dalam al-Qur’an, Allah SWT berulang kali memberikan penekanan khusus terkait amal yang bisa memberikan kebahagiaan pada sesama ini. Sebagaimanan firman-Nya, واُ قِ نفَ أَ و نِ م اَ مَ زَ ر مُ اكَ نْ ق نّ ِ مِ لْ بَ ق نَ أَ ِ تْ أَ يُ مُ كَ دَ حَ أُ تْ وَ مْ الَ ولُ قَ يَ فّ ِ بَ رَ لْ وَ لِ نَ تْ رَ َ أ ىَ لِ إ لَ جَ أ يبِ رَ قَ قَ دَ َ أَ ف نُ كَ أَ وَ نّ ِ مَ يِِ اَ ال“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata, Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)-ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS al-Munâfiqûn/63: 10). Ibnu Katsir, di dalam kitab tafsirnya “Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, menjelaskan maksud ayat tersebut. Menurutnya, seorang muslim hendaknya tidak berlebih-lebihan dalam menilai hartanya (sehingga menjadi kikir), yang akan menjadikan dirinya menyesal di kemudian hari di hadapan Allah SWT. (Abû al- FidâImâduddîn Ismâîl ibn Umar ibn Katsîr al-Qurasyiy al- Bushrawiy ad-Dimasyqiy, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, juz VIII, halaman 133) 1 Disampaikan dalam acara Pengajian Malam Rabu, 7 Oktober 2014, PRM Giripeni, Wates, Kulon Progo.

Mari kita segera bersedekah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mari kita segera bersedekah

1

Mari Kita Segera Bersedekah1

Sedekah merupakan amalan sunah yang sangat umum dilakukan di kalangan umat Islam dan sudah selayaknya senantiasa diamalkan oleh setiap

muslim, karena Rasulullah s.a.w. pun senantiasa mengamalkannya. Bahkan, dalam sebuah hadis dinyatakan,

“… Beliau (Rasulullah s.a.w.) adalah orang yang lebih lembut daripada angin yang

bertiup, tidaklah beliau diminta sesuatu kecuali memberinya...” (Hadits Riwayat

Ahmad bin Hanbal dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, Musnad Ahmad ibn Hanbal, juz

I, halaman 230, hadits nomor 20142). Artinya, Rasulullah s.a.w. adalah

seorang Ahli Sedekah.

Dan, jika kita perhatikan, ternyata di dalam al-Qur’an, Allah SWT

berulang kali memberikan penekanan khusus terkait amal yang bisa

memberikan kebahagiaan pada sesama ini. Sebagaimanan firman-Nya,

نفقوان قناكمرز ما من وأ ن قبل م

ت أ

حدكم يأ

فيقول الموت أ

خرتن لول رب جل إلى أ

صدق قريب أ

كن فأ

ن وأ الصالي م

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum

datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata, Ya Rabbku,

mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)-ku sampai waktu yang dekat, yang

menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS

al-Munâfiqûn/63: 10).

Ibnu Katsir, di dalam kitab tafsirnya “Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm”,

menjelaskan maksud ayat tersebut. Menurutnya, seorang muslim hendaknya

tidak berlebih-lebihan dalam menilai hartanya (sehingga menjadi kikir), yang

akan menjadikan dirinya menyesal di kemudian hari di hadapan Allah SWT.

(Abû al- Fidâ’ ‘Imâduddîn ‘Ismâ’îl ibn ‘Umar ibn Katsîr al-Qurasyiy al-

Bushrawiy ad-Dimasyqiy, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, juz VIII, halaman 133)

1Disampaikan dalam acara Pengajian Malam Rabu, 7 Oktober 2014, PRM

Giripeni, Wates, Kulon Progo.

Page 2: Mari kita segera bersedekah

2

Sementara itu, pada ayat lain, Allah SWT memberikan perintah

khusus kepada orang yang beriman,

يها ياين أ نفقوا آمنوا ال

ن رزقناكم مما أ ن قبل م

ت أ

بيع ل يوم يأ

الظالمون هم والكفرون شفاعة ول خلة ول فيه

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki

yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at2. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang

yang zalim.” (QS al-Baqarah/2: 254).

Dengan demikian dapat dipahami, meskipun sedekah merupakan

amalan sunah, pada hakikatnya sedekah merupakan perisai bagi umat Islam untuk menolak segala macam keburukan di dunia dan akhirat.

Dari sini dapat ditemukan alasan yang dapat dipahami mengapa

pada saat tertentu, misalnya pada bulan Ramadhan, Rasulullah s.a.w. lebih bersikap dermawan.

Bahkan, sedekah dinyatakan oleh Rasulullha s.a.w. sangat efektif

untuk menyelamatkan masa depan kita yang sesungguhnya, yakni kelak pada hari akhir kala berjumpa dengan Allah SWT. Sehingga, sangat pantas jika suatu ketika ada seorang laki-laki menemui Rasulullah s.a.w., kemudian

bertanya tentang ‘sedekah terbaik’ (yang paling besar pahalanya).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia mengatakan,

2Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau

mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. Syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah

syafa'at bagi orang-orang kafir.

Page 3: Mari kita segera bersedekah

3

“Datang seorang laki-laki dan berkata kepada Nabi, Wahai Rasulullah, sedekah

apakah yang paling utama (terbaik)?” Nabi s.a.w. pun bersabda, “Engkau bersedekah

dan engkau dalam keadaan sehat dan sangat menginginkan, engkau takut kefakiran dan menginginkan kekayaan, dan janganlah engkau lalai. Hingga apabila (napas) telah sampai di kerongkongan, engkau berkata: Untuk fulan sekian dan untuk Fulan

(Si Anu) sekian, dan telah menjadi milik Fulan (Si Anu)!” (Hadits Riwayat al-

Bukhari dari Abu Hurairah, Shahîh al-Bukhâriy, juz II, halaman 137, hadits

nomor 1419). Artinya, sedekah yang paling utama itu ialah ketika kita dalam kondisi sangat berhajat terhadap harta, lantas kita merelakannya untuk orang lain demi membantu sesama atau tegaknya agama Allah.

Siapa pun di antara umat Islam yang bersedia untuk melakukan hal

tersebut (bersedekah), maka insyâallâh baginya (balasan) surga yang luasnya

seluas langit dan bumi, sebagaimana firman-Nya,

ن مغفرة إلى وسارعوا رض السماوات عرضها وجنة ربكم م وال

عدت ي ﴾٣١١﴿ للمتقي أ اء ف ينفقون ن ال اء الرس والرض

ب والل انلاس عن والعافي الغيظ والكظمي المحسني ي﴿٣١١﴾

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun

sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan)

orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Āli’Imrân/3:

133-134).

Dengan demikian, seorang muslim tidak semestinya berkeluh kesah

meskipun dalam kesempitan. Sedekah tidak selalu harus diamalkan ketika kita dalam keadaan lapang (memiliki sesuatu yang banyak untuk kita

sedekahkan). Sebab, sedekah dalam kesempitan (ketika kita tidak memiliki sesuatu yang cukup pantas untuk kita sedekahkan), ternyata justeru dinilai oleh Allah sebagai “sebaik-baik sedekah”.

Oleh karena itu, mari kita segera bersedekah tanpa harus menunggu

saat diri kita menjadi orang yang memiliki berbagai kelebihan ‘sesuatu’ yang bisa kita sedekahkan. Sekecil apa pun sedekah yang kita berikan kepada siapa

pun insyâallâh akan dinilai sebagai sebuah kebaikan oleh Allah SWT, dan

mendapatkan pahala dari-Nya.