99
MANAJEMEN PEMBIAYAAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN (Studi di Perguruan Islam Matholi’ul Falah Kajen Margoyoso Pati) SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Ilmu Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam Disusun oleh: BIDAYATUN NI’MAH NIM : 3105159 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2009

manajmen pembiayaan dalam kualitas pendidikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kualitas pendidikan

Citation preview

  • MANAJEMEN PEMBIAYAAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

    (Studi di Perguruan Islam Matholiul Falah Kajen Margoyoso Pati)

    SKRIPSI

    Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1)

    Ilmu Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam

    Disusun oleh:

    BIDAYATUN NIMAH NIM : 3105159

    FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG 2009

  • ii

    DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fak. 7615387 Semarang

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Lamp. : 4 (empat) eksemplar Semarang, 12 Desember 2009

    Hal : Naskah Skripsi

    a.n. Sdr. Bidayatun Nimah Kepada Yth.

    Dekan Fakultas Tarbiyah

    IAIN Walisongo

    Di Semarang.

    Assalaamu alaikum Wr. Wb.

    Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan sepenuhnya, maka

    bersama ini saya kirimkan naskah skripsi saudara:

    Nama : BIDAYATUN NIMAH

    NIM : 3105159

    Jurusan : Kependidikan Islam (KI)

    Judul : Manajemen Pembiayaan dalam Meningkatkan Mutu

    Pendidikan (Studi di Madrasah Ibtidaiyah Matholiul

    Falah Kajen Margoyoso Pati)

    Demikian dengan ini saya mohon agar skripsi saudara tersebut dapat

    segera dimunaqasahkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalaamu alaikum Wr. Wb.

    Pembimbing I Pembimbing II

    Drs. H. Jasuri M.Si Musthofa, M.Ag. NIP. 19671014 199403 1 005 NIP. 19710403 199603 1 002

  • iii

    PENGESAHAN

    Tanggal Tanda Tangan

    1. Mahfud Junaedi, M.Ag ______________ ______________ Ketua Sidang

    2. Yunita Rahmawati, MA. ______________ ______________ Sekretaris Sidang

    3. Ruswan, MA. ______________ ______________

    Penguji I

    4. Fakhrur Rozi, M.Ag ______________ ______________

    Penguji II

  • iv

    MOTTO

    ... ... ) (1

    Artinya: Kamu semua adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. (HR. Imam Bukhari)

    1 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 3, (Beirut: Darul Kitabul Ilmiyah, 1992), hlm. 173-

    174

  • v

    PERSEMBAHAN

    Persembahan ini diberikan kepada:

    1. Ayahanda dan Ibunda

    2. Adik-adikku

    3. Sahabat-sahabat seperjuangan.

  • vi

    DEKLARASI

    Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis

    menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah

    ditulis oleh orang lain atau diterbitkan oleh orang lain.

    Demikian pula skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran

    orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi

    yang dijadikan sebagai bahan rujukan.

    Semarang, 12 Desember 2009

    Deklarator,

    BIDAYATUN NIMAH NIM. 3105159

  • vii

    ABSTRAK

    BIDAYATUN NIMAH (NIM: 3105159). Manajemen Pembiayaan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi di Perguruan Islam Matholiul Falah Kajen Margoyoso Pati). Skripsi. Semarang: Program Strata 1 (S.1) Jurusan Kependidikan Islam (KI) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Pelaksanaan manajemen

    pembiayaan Perguruan Islam Matholiul Falah Kajen Margoyoso Pati 2). Implikasi manajemen pembiayaan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Perguruan Islam Matholiul Falah Kajen Margoyoso Pati.

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan metode penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Observasi (Pengamatan), Dokumentasi, Interview. Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif.

    Pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan meliputi perencanaan keuangan, pelaksanaan keuangan, evaluasi keuangan. Kegiatan perencanaan keuangan yang berupa penyusunan anggaran terdiri dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah (APBM) dan pengembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah (APBM). Kegiatan pelaksanaan pembiayaan pendidikan meliputi penerimaan dana dan pengeluaran dana. Adapun kegiatan manajemen pembiayaan pendidikan yang terakhir yaitu evaluasi berupa pemeriksaan merupakan pemeriksaan terhadap penerimaan dan pertanggung jawaban keuangan kepada pengawas keuangan madrasah. Sedangkan sumber pembiayaan yang ada di Perguruan Islam Matholiul Falah berasal dari siswa yang meliputi: Uang pendaftaran, Uang kegiatan 1 tahun, Shodaqoh, Uang khoirot (SPP) setiap bulannya, bersumber dari yayasan, bersumber dari pemerintah, bersumber dari sumbangan sukarela berupa hibah, waqof tanah, sumbangan material dan sumbangan bangunan.

    Implikasi manajemen pembiayaan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Perguruan Islam Matholiul Falah Kajen Margoyoso pati dapat dilihat melalui pengalokasian dana pada RAPBM yaitu melalui pengalokasian dana untuk siswa berupa kegiatan ekstrakurikuler, pengalokasian dana untuk guru melalui peningkatan profesionalisme guru berupa gaji dan tunjangan, pengalokasian dana untuk sarana dan prasarana yaitu dengan cara penambahan fasilitas, perbaikan sarana dan pemeliharaan

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan segala nikmat,

    rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat

    segera terselesaikan. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada tauladan kita

    Nabi Muhammad SAW serta semua pengikutnya yang taat menjalankan

    ajarannya.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini mustahil terselesaikan

    tanpa pertolongan Allah yang dijelmakan melalui makhluk-Nya. Oleh karena itu,

    dengan tulus penulis menyampaikan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya

    kepada semua pihak seraya berdoa semoga Allah selalu memberikan yang terbaik

    buat mereka semua, yaitu:

    1. Prof. Dr. Ibnu Hadjar, M.Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN

    Walisongo Semarang beserta segenap stafnya.

    2. Ismail SM, M.Ag., selaku ketua Jurusan Kependidikan Islam (KI) dan

    Mustofa Rahman, M. Ag., selaku Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam (KI).

    3. Ikhrom, M.Ag., selaku dosen wali studi yang selalu membimbing dan

    mengarahkan selama kuliah.

    4. Drs. H. Jasuri, M.Si., selaku dosen pembimbing I dan Musthofa, M.Ag. selaku

    dosen pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan

    pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan

    skripsi ini di tengah kesibukannya.

    5. Para dosen pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

    Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis

    mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    6. Dr. K.H.Sahal Mahfud, selaku Direktur Madrasah Matholiul Falah dan

    Pembantu Direktur yang telah memberikan waktu guna penyusunan skripsi

    ini.

  • ix

    7. Bapak (Muhtadi) dan Ibu (Nur Janah) adik-adikku (Dek Arif dan Dek Lia),

    yang dengan tulus mendoakan dan memberikan bantuan secara moril maupun

    materiil, semoga kalian menjadi anak yang menjadi kebanggaan keluarga.

    8. Sahabat-sahabat seperjuangan di Jurusan KI 2005 Fakultas Tarbiyah yang

    memberikan motivasi kepada penulis agar menyelesaikan studi ini segera,

    Tetap semangat dan semoga cepat lulus.

    9. Tim PPL SMP Islam Hidayatullah Banyumanik Semarang, kawan-kawan

    KKN Desa Purwosari Sukorejo Kendal, SahabatQ Azka dan temanku senasib

    seperjuangan Mun2lisa dan keluarga besar Bu Pur yang selalu berbagi

    pengalaman baik suka maupun duka.

    10. Semua pihak yang tidak bisa saya sebut satu per satu yang telah membantu

    penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

    Semoga amal kebaikan dan budi mereka selalu mendapat ridho dan rahmat

    dari Allah SWT. Seiring doa dan ucapan terima kasih penulis mengharapkan

    tegur sapa, kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

    Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat membawa manfaat

    bagi penulis khususnya dan bagi pembaca yang budiman. Amin Ya Robbal

    Alamin.

    Semarang, 12 Desember 2009

    Penulis

    BIDAYATUN NIMAH NIM. 3105159

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman HALAMAN JUDUL .............. ......................................................................... i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

    HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

    HALAMAN DEKLARASI ............................................................................. vi

    HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 5

    D. Penegasan Istilah ....................................................................... 6

    E. Kajian Pustaka ............................................................................ 8

    F. Metode Penelitian ...................................................................... 10

    BAB II : MANAJEMEN PEMBIAYAAN DALAM MENINGKATKAN

    MUTU PENDIDIKAN.

    A. Manajemen Pembiayaan .......................................................... 16

    1. Pengertian Manajemen Pembiayaan ................................... 16

    2. Jenis Manajemen Pembiayaan ............................................. 22

    3. Sumber Manajemen Pembiayaan ......................................... 23

    4. Ruang Lingkup Pembiayaan .............................................. 24

    B. Mutu Pendidikan ....................................................................... 33

    1. Pengertian Mutu Pendidikan ................................................ 33

    2. Langkah-langkah Mutu Pendidikan ..................................... 35

  • xi

    C. Manajemen Pembiayaan Pendidikan dalam Meningkatkan

    Mutu Pendidikan ......................................................................... 39

    BAB III: MANAJEMEN PEMBIAYAAN DALAM MENINGKATKAN

    MUTU PENDIDIKAN DI PERGURUAN ISLAM

    MATHOLIUL FALAH KAJEN MARGOYOSO PATI.

    A. Gambaran Umum Perguruan Islam Matholiul Falah Kajen

    Margoyoso Pati .......................................................................... 44

    1. Sejarah Perguruan Islam Matholiul Falah Kajen

    Margoyoso Pati ..................................................................... 44

    2. Struktur Organisasi Madrasah ............................................... 45

    3. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah ........................................... 46

    B. Pelaksanaan Manajemen Pembiayaan Madrasah......................... 47

    1. Perencanaan Pembiayaan Madrasah ..................................... 49

    a. penyusunan anggaran belanja madrasah ............................ 50

    b. pengembangan anggaran belanja madrasah ....................... 51

    2. Pelaksanaan Pembiayaan Madrasah ...................................... 52

    a. Penerimaan Pembiayaan Madrasah .................................... 52

    b. Pengeluaran Pembiayaan Madrasah ................................... 54

    3. Evaluasi Pembiayaan dan Pertanggung jawaban

    Pembiayaan Madrasah ......................................................... 55

    C. Implikasi Manajemen Pembiayaan Dalam Meningkatkan Mutu

    Pendidikan ................................................................................... 56

    BAB IV : ANALISA MANAJEMEN PEMBIAYAAN DALAM

    MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI PERGURUAN

    ISLAM MATHOLIUL FALAH KAJEN MARGOYOSO PATI.

    A. Analisa Pelaksanaan Manajemen Pembiayaan Dalam

    Meningkatkan Mutu Pendidikan di Perguruan Islam

    Matholiul Falah Kajen Margoyoso Pati .................................... 63

    1. Analisa Perencanaan Pembiayaan Madrasah ........................ 64

    2. Analisa Pelaksanaan Pembiayaan Madrasah ........................ 66

  • xii

    3. Analisa Evaluasi dan Pertanggungjawaban Pembiayaan

    Madrasah ............................................................................... 68

    B. Analisa Implikasi Manajemen Pembiayaan Dalam

    Meningkatkan Mutu Pendidikan di Perguruan Islam

    Matholiul Falah Kajen Margoyoso Pati .................................... 70

    BAB V : PENUTUP

    A. Simpulan .................................................................................... 75

    B. Saran-saran ................................................................................ 76

    C. Penutup ...................................................................................... 77

    DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran I : Riwayat Pendidikan Penulis

    Lampiran II : Daftar Interview

    Lampiran III : Penunjukan Pembimbing Skripsi

    Lampiran IV : Mohon Izin Riset

    Lampiran V : Surat Keterangan Penelitian

    Lampiran VI : Format RAPBM Perguruan Islam Matholiul Falah

    Lampiran VII : Format Berita Acara Penerimaan Dana

    Lampiran VIII : Format Berita Acara Pengeluaran Dana

    Lampiran IX : Stuktur Organisasi

    Lampiran XI : Surat Keterangan Ko Kurikuler

    Lampiran XII : Transkip Ko Kurikuler

    Lampiran XII : Piagam KKN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

    meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi

    secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Dalam meningkatkan

    kualitas manusia Indonesia, pemerintah tidak merupakan satu sistem yang

    lepas dengan pihak swasta dan masyarakat. Hubungan yang tidak terpisahkan

    dalam peranannya untuk meningkatkan pemerataan dan mutu pendidikan.1

    Sementara itu, pendidikan nasional kita dihadapi kepada masalah

    antara lain peningkatan kualitas, pemerataaan kesempatan, keterbatasan

    anggaran yang tersedia dan belum terpenuhi sumber daya dari masyarakat

    secara profesional sesuai dengan prinsip pendidikan sebagai tanggung jawab

    bersama antara pemerintah, masyarakat dan orang tua.2

    Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang

    secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.

    Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS, yang menuntut

    kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi

    serta mempertanggung jawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada

    masyarakat dan pemerintah. Hal ini penting terutama dalam rangka MBS,

    yang memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mencari dan

    memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan keperluan masing-masing

    sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan selalu di hadapkan pada

    keterbatasan dana.3

    1 Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

    2000), hlm. 77 2 Ibid, hlm 78 3 E Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),

    hlm. 48

  • 2

    Meskipun tidak sepenuhnya masalah keuangan akan berpengaruh

    secara langsung terhadap kualitas sekolah, terutama berkaitan dengan sarana

    dan prasarana pembelajaran. Dalam kaitan ini, meskipun tuntutan reformasi

    adalah pendidikan yang murah dan berkualitas, namun pendidikan yang

    berkualitas senantiasa memerlukan dana yang cukup banyak.

    Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, yang menyerahkan masalah

    pendidikan ke daerah dan sekolah masing-masing, maka masalah keuangan

    pun menjadi kewenangan yang diberikan secara langsung dalam

    pengelolaannya kepada sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah memiliki

    tanggung jawab keuangan sekolah. Maka perlu dilakukan berbagai upaya

    untuk meningkatkan keuangan sekolah tersebut. Untuk menjadi kepala

    sekolah yang profesional dituntut kemampuan mengelola keuangan sekolah.4

    Besar kecilnya biaya pendidikan terutama pada tingkat satuan

    pendidikan berhubugan dengan berbagai indikator mutu pendidikan seperti

    angka partisipasi, angka putus sekolah, tinggal kelas dan prestasi belajar

    siswa. (Ditjen PUOD,1993, Triaswati dkk, 2005, Supriadi, 2002 ). Oleh sebab

    itu dalam konteks pembiayaan pendidikan sangat penting. Pemahaman

    dimaksud menentang dari hal-hal yang sifatnya mikro (satuan pendidikan)

    hingga yang makro (nasional) antara lain meliputi sumber-sumber

    pembiayaan pendidikan, sistem dan mekanisme pengalokasiannya, efektivitas

    dan efisiensi dalam penggunaannya dan akuntabilitas hasilnya yang diukur

    dari perubahan-perubahan kuantitatif dan kualitatif yang terjadi pada semua

    tataran, khususnya di tingkat sekolah5. Berkaitan dengan biaya pendidikan,

    menurut Ace Suryadi (2004: 181) terdapat agenda kebijakan yang perlu

    mendapat perhatian serius, yaitu:

    1. Besarnya anggaran pendidikan yang di alokasikan (revenue).

    2. Aspek keadilan dalam alokasi anggaran.

    4 E Mulayasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional Dalam Konteks Menyukseskan MBS

    dan KBK (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 193 5 Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Mengenah (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2003), hlm. 7

  • 3

    3. Aspek efisiensi dalam pendayagunaan anggaran, dan

    4. Anggaran pendidikan dan desentralisasi penggelolaan6.

    Madrasah merupakan lembaga kependidikan islam yang menjadi

    cermin sebagai umat Islam. Fungsi dan tugasnya adalah merealisasikan cita-

    cita umat islam yang menginginkan anak-anaknya dididik menjadi manusia

    yang beriman dan berilmu pengetahuan.

    Lembaga pendidikan dalam bentuk madrasah sudah ada sejak agama

    Islam berkembang di Indonesia. Madrasah sudah tumbuh dan berkembang di

    bawah dalam arti masyarakat (umum) yang didasari oleh rasa tanggung jawab

    untuk menyampaikan ajaran islam kepada generasi penerus penyempurnaan

    dan peningkatan mutu pendidikan madrasah sejalan dengan laju

    perkembangan dan aspirasi madrasah.7

    Madrasah pada umumnya swasta, berasal dari lingkungan masyarakat

    yang belum beruntung . Strategi pemberdayaan madrasah tingkat dasar juga di

    maksudkan sebagian bagian dari progam penuntasan wajar, yakni untuk

    memberikan tempat bagi anak-anak usia pendidikan dasar untuk dapat

    bersekolah. Program-program dalam upaya memberdayakan madrasah

    tersebut terutama berupa fisik, pelatihan, biaya operasional, beasiswa dan

    lain-lain.

    Dari strategi pembangunan madrasah di atas, secara fisik barang kali

    keberhasilannya lebih ditentukan kepada peran birokrat atau aparat

    pemerintah, namun keberhasilan pendidikan secara berkualitas akan lebih

    banyak tergantung pada peran guru-guru dan penyelenggara madrasah itu

    sendiri, karena bagaimanapun bagusnya sekolah, canggihnya peralatan

    penunjang pembelajaran yang tersedia, jika guru atau tenaga pengajarnya

    tidak mampu, maka resiko kegagalan pun akan sangat tinggi.8

    6 Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi-otonomi Implikasinya Terhadap

    Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 27 7 Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003),

    hlm. 159-160 8 Abdul Rohman Sheleh, Madarasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Jakarta: Raja

    Grafindo Persada, 2004), hlm. 43

  • 4

    Untuk meningkatkan kualitas madrasah agar semua proses dan

    kegiatan penyelenggaraan pendidikan untuk memenuhi harapan para

    stakeholdernya membutuhkan pengelolaan biaya yang profesional baik dalam

    penggalian sumber dana maupun pendistribusian dananya. Untuk itu

    madrasah hendaknya memenuhi standar pembiayaan minimal.

    Pembiayaan yang terdiri atas biaya investasi, biaya operasi dan biaya

    personal. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,

    pengembangan SDM dan modal kerja tetap. Adapun biaya personal

    mencakup biaya-biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik

    untuk bisa mengikuti kegiatan pembelajaran secara teratur dan berkelajutan

    biaya operasi madrasah mencakup:

    1. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat

    pada gaji

    2. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai.

    3. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa,

    telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,

    transportasi, komunikasi, pajak, asurasi dan lain-lain.9

    Manajemen keuangan sekolah atau madrasah merupakan bagian dari

    kegiatan pembiayaan pendidikan, yang secara keseluruhan menuntut

    kemampuan sekolah atau madrasah untuk merencanakan, melaksanakan dan

    mengevaluasi serta mempertanggung jawabkannya secara transparan. Dalam

    penyelenggaraan pendidikan di sekolah, manajemen keuangan merupakan

    potensi yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan.

    Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi

    pendidikan, manajemen keuangan sekolah perlu dilakukan untuk menunjang

    penyediaan sarana dan prasarana, dalam rangka mengefektifkan kegiatan

    belajar mengajar dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.10

    9 Khaeruddin dan Mahfrud Junaedi dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Konsep

    dan Implementasinya di Madrasah (Yogyakarta: Nuansa aksara, 2007), hlm. 67 10 E Mulyasa, Op. Cit., hlm. 194

  • 5

    Menurut Yudi Hartono, kebanyakan madrasah terutama swasta

    mengalami kesulitan dalam sarana dan prasarana, keterbatasan jumlah tenaga

    kependidikan dan kemampuan yang kurang memadai dalam memberikan

    imbalan kepada tenaga kependidikannya.

    Banyak tenaga pendidikan yang menjalankan tugas tidak sesuai

    dengan bidang keahlian dan pengalamannya di dunia pendidikan akibat lebih

    jauh mutu pendidikan madrasah makin tertinggal. Dalam kondisi demikian,

    kesiapan dan kelayakan madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan

    melalui manajemen berbasis madrasah tampaknya patut dipertanyakan.11

    Salah satu yang menjadi indikasi ialah masalah pembiayaan di madrasah.

    B. Rumusan Masalah

    Beberapa pokok permasalahan yang terjadi antara lain:

    1. Bagaimana pelaksanaan manajemen pembiayaan di Perguruan Islam

    Matholiul Falah Kajen Margoyoso Pati?

    2. Bagaimana implikasi manajemen pembiayaan dalam meningkatkan mutu

    pendidikan di Perguruan Islam Matholiul Falah Kajen Margoyoso Pati?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Setelah melihat rumusan masalah di atas peneliti akan

    menjelaskan tujuan yang ingin di capai adalah:

    a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen pembiayaan di

    Perguruan Islam Matholiul Falah Kajen Margoyoso Pati.

    b. Untuk mengetahui bagaimana implikasi pembiayaan dalam

    meningkatkan mutu pendidikan di Perguruan Islam Matholiul Falah

    Kajen Margoyoso Pati.

    11 Choirul Fuad Yusuf dkk, Potret Madrasah Dalam Media Massa (Jakarta: Puslitbang

    Pendidikan Agama dan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2006), hlm. 122

  • 6

    2. Manfaat Penelitian.

    Manfaat penelitian yang dilakukan peneliti diharapkan secara

    teoritis dan praktis adalah sebagai berikut:

    a. Dapat memberikan kontribusi berupa informasi tambahan mengenai

    manajemen pembiayaan dan juga untuk memperkaya khasanah ilmu

    bagi para pengelola madrasah.

    b. Sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai

    perbandingan penelitian-penelitian lebih lanjut khususnya tentang

    manajemen pembiayaan di madrasah.

    c. Untuk menambah pengalaman, wawasan serta ilmu pengetahuaan

    untuk memenuhi syarat akademik bagi peneliti untuk mencapai gelar

    sarjana.

    D. Penegasan Istilah

    1. Manajemen Pembiayaan

    Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses sosial, yang

    direncanakan untuk menjamin kerjasama, partisipasi, intervensi dan

    keterlibatan orang lain dalam mencapai sasaran tertentu atau yang telah

    ditetapkan dengan efektif.

    Manajemen sebagai suatu proses sosial meletakkan bobotnya pada

    interaksi orang-orang baik orang-orang yang berada di dalam maupun di

    luar lembaga atau yang berada di atas maupun di bawah posisi operasional

    seseorang.12 Sedangkan proses manajemen terdiri dari 4 unsur yaitu

    pertama, perencanaan meliputi penciptaan, penyusunan program dan

    penyusunan proyek. Kedua, pengorganisasian meliputi perakitan sumber

    dan pengstafan. Ketiga, pengarahan meliputi motivasi, supervise dan

    12 Iwa Sukiswa, Dasar-dasar Umum Manajemen Pendidikan (Bandung: Tarsito, 1986),

    hlm. 13

  • 7

    koordinasi. Keempat, pengawasan meliputi penganggaran, pelaporan dan

    evaluasi.13

    Dalam pengertian sehari-hari istilah pembiayaan yang berasal dari

    kata finance dikaitkan dengan usaha memperoleh atau mengumpulkan

    modal untuk membiayai aktivitas yang akan dilakukan.14

    Dalam penyelenggaraan pendidikan keuangan dan pembiayaan

    merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang

    tak terpisahkan dalam manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan

    pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi yang

    menentukan terlaksananya kegiatan proses belajar mengajar di sekolah

    bersama komponen lain.15 Sedangkan yang dimaksud dengan manajemen

    pembiayaan adalah pengelolaan semua bentuk keuangan baik pemasukan

    dan pengeluaran yang secara langsung maupun tidak langsung untuk

    menunjang penyelenggaraan pendidikan. Baik yang dikeluarkan oleh

    sekolah maupun siswa.

    2. Mutu Pendidikan

    Pengertian mutu pendidikan yang diambil dari buku berjudul

    Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah disebutkan bahwa secara

    umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang

    dan jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan

    yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian

    mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.16

    Mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara kesuksesan

    dan kegagalan. Sehingga mutu jelas sekali merupakan masalah pokok

    yang akan menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status di

    tengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang kian keras.

    13 Ibid, hlm. 15 14 Harbangan Siagian, Administrasi Pendidikan Suatu Pendekatan Sistematik (Semarang:

    Satya Wacana, 1989), hlm. 130 15 E Mulyasa, Op. Cit, hlm. 47 16http://www.lpmpkalteng.net/modules.php?name=News&file=article&sid=20.Didownlo

    ad tanggal 10 September 2009

  • 8

    Mutu pendidikan adalah pencapaian tujuan dan kompetensi lulusan

    yang telah ditetapkan oleh instansi pendidikan tinggi di dalam rencana

    strategisnya, atau kesesuaian dengan standard yang telah ditentukan.

    Secara luas pengertian mutu pendidikan dapat mencakup aspek

    sarana/prasarana, organisasi, manajemen, masukan, proses, keluaran yang

    dapat memuaskan pelanggan internal (pengajar, staf administrasi,

    pengelola lembaga pendidikan) serta pelanggan eksternal (peserta didik,

    orang tua, masyarakat pengguna serta masyarakat yang lebih luas).17

    Yang dimaksud sumber mutu dalam pendidikan misalnya: sarana

    gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil

    ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua,

    bisnis dan komunikasi lokal, sumber daya yang melimpah, aplikasi

    teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian

    terhadap pelajar dan anak didik, kurikulum yang memadai atau juga

    kombinasi faktor-faktor tersebut.18

    E. Kajian Pustaka

    Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang mengambil lokasi di MI

    Matholiul Falah Kajen Margoyoso Pati. Sedangkan obyek kajian penelitian

    ini adalah tentang manajemen pembiayaan dalam meningkatkan mutu

    pendidikan yang sedang penulis teliti. Oleh karna itu, selain berdasarkan pada

    survai dan data-data yang diperoleh, penulis juga berpijak pada kajian serta

    penelitian yang telah di lakukan sebelumnya.

    1. Skripsi Fatur Rohman, tahun 2008 yang berjudul Studi tentang

    Manajemen Pembiayaan Pendidikan Melalui Program Bantuan

    Operasional Sekolah (BOS) di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Se-Kecamatan

    17 http://iwayan.staff.gunadarma.ac.id. Di download tanggal 10 september 2009 18 Edward Sallies, Total Quality Management In Education: Manajemen Mutu

    Pendidikan (Yogyakarta: Ircisod, 2007), hlm. 30-31

  • 9

    Tahunan Kabupaten Jepara19. Skripsi ini menjelaskan bahwa

    pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan di internal madrasah

    atau yayasan menjadi sangat terbantu dengan adanya program BOS.

    2. Skripsi Muhlisin, tahun 2007 yang berjudul Studi tentang Manajemen

    Keuangan Madarasah di Madrasah Aliyah Futuhiyah 2 Mranggen Demak

    Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi ini menjelaskan tentang

    pelaksanaan manajemen keuangan madrasah di Madrasah Aliyah

    Futuhiyah 2 sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat melalui

    perencanaan keuangan madrasah, pelaksanaan keuangan madrasah,

    evaluasi keuangan madrasah.20

    3. Skripsi Siti Faikoh, tahun 2006 yang berjudul Pelaksanaan Manajemen

    Pendidikan di MI Al-Khoiriyah 2 Semarang. Skripsi ini menjelaskan

    pelaksanaan manajemen pendidikan sudah sangat baik, namun konsep

    manajemen pendidikan belum dilaksanakan secara utuh, untuk itu

    diperlukan peningkatan mutu pada madrasah yang meliputi manajemen

    kesiswaan, kurikulum, tata usaha, sarana prasarana, kepegawaian,

    keuangan dan hubungan masyarakat, serta adanya kerjasama dan

    koordinasi yang baik antara madrasah, masyarakat dan yayasan. 21

    Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang

    telah ada. Penelitian ini difokuskan pada manajemen pembiayaan dalam

    meningkatkan mutu pendidikan di Perguruan Islam Matholiul Falah Kajen

    Margoyoso Pati.

    19 Fatur Rahman (NIM: 3104360) Studi Tentang Manajemen Pembiayaan Pendidikan

    Melalui Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Se Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Semarang: IAIN Walisongo, 2008)

    20 Muhlisin (NIM: 3101109) Studi Tentang Manajemen Keuangan Madrasah di Madrasah Aliyah Futuhiyyah 2 Mranggen Demak Tahun Pelajaran 2005/2006 Skripsi Sarjana Pendidikan Islam (Semarang: IAIN Walisongo, 2007)

    21 Siti Faikoh (NIM: 3101139) Pelaksanaan Manajemen Pendidikan di MI Al Khoiriyyah 2 Semarang Skripsi Sarjana Pendidikan Islam (Semarang: IAIN Walisongo, 2006)

  • 10

    F. Metode Penelitian

    1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

    Sesuai dengan judul skripsinya maka jenis penelitian ini

    digolongkan ke dalam bentuk penelitian lapangan (field research). Field

    research adalah penelitian yang obyeknya mengenai gejala-gejala atau

    peristiwa yang terjadi pada suatu kelompok masyarakat. Adapun materi

    kajian dalam penelitian ini adalah manajemen pembiayaan dalam

    meningkatkan mutu pendidikan yang diterapkan di Perguruan Islam

    Matholiul Falah Kajen Margoyoso Pati.

    Data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah data tentang

    perencanaan pembiayaan madrasah yang berupa penyusunan anggaran

    pembiayaan madrasah dan pengembangan rencana anggaran belanja

    madrasah. Pelaksanaan pembiayaan madrasah berupa penerimaan dan

    pengeluaran, evaluasi pembiayaan madrasah, serta aspek-aspek mengenai

    peningkatan mutu pendidikan.

    Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Ciri khas

    pendekatan ini terletak pada tujuan untuk mendiskripsikan keutuhan kasus

    dengan memahami makna dan gejala. Dengan kata lain, pendekatan ini

    memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasarkan

    pada perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia.

    Oleh karena itu sasaran penelitian ini adalah pola-pola yang berlaku dan

    mencolok berdasarkan perwujudan gejala-gejala yang ada pada kehidupan

    manusia. Jadi Pendekatan ini sebagai prosedur penelitian yang

    menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

    orang-orang dan perilaku yang diamati.22

    22 Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,

    2000), cet 21, hlm. 4

  • 11

    Sedangkan penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk

    menerangkan gambaran-gambaran atas dasar kenyataan-kenyataan empirik

    sebagaimana dapat dipahami dari permasalahan yang dirumuskan.23

    2. Sumber Data dan Data Penelitian

    Menurut Lofland (sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J Moleong)

    sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

    tindakan, selebihnya adalah data-data tambahan seperti dokumen dan lain-

    lain. Berkaitan dengan hal itu maka jenis data dibagi dalam kata-kata dan

    tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.24

    Menurut Suharsimi Arikunto mengklarifikasikan sumber menjadi 3

    (tiga) yaitu:

    a. Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban

    lisan, melalui wawancara tertulis berupa angket.25 Adapun yang

    berkaitan dalam penelitian ini meliputi direktur dan pembantu direktur

    untuk mendapatkan data tentang manajemen pembiayaan dalam

    meningkatkan mutu pendidikan di Perguruan Islam Matholiul Falah,

    bendahara untuk mendapatkan data mengenai RAPBM, tata usaha

    untuk mendapatkan data tentang arsip dan dukumentasi madrasah.

    b. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan

    diam dan bergerak. Sumber data ini berasal pada tempat observasi di

    Perguruan Islam Matholiul Falah.

    c. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,

    angka, gambar, simbol-simbol lain.26 Sumber data ini berupa

    dokumen, arsip sekolah tentang manajemen pembiayaan dalam

    meningkatkan mutu pendidikan.

    23 Imam Burnadib, Pendidikan Perbandingan: Buku I Dasar-dasar (Yogyakarta: And

    Offset, 1998), hlm. 52 24 Lexy J Maleong, Op.Cit, hlm. 157 25 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT

    Rineka Cipta, 2002), cet. 12, hlm. 107 26 Ibid, hlm. 107

  • 12

    Dalam penelitian ini menggunakan sumber data seperti person dan

    paper untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

    Sedangkan data penelitian adalah sebagai berikut:

    a. Data primer

    Data primer diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur

    dan teknik pengambilan data yang didapat berupa interview, observasi,

    maupun penggunaan instrumen pengukuran yang khusus dirancang

    sesuai dengan tujuannya. Data ini meliputi manajemen pembiayaan

    dan data penunjang lainnya yang diperoleh melalui observasi,

    wawancara di Perguruan Islam Matholiul Falah Kajen Margoyoso

    Pati.

    b. Data sekunder

    Data sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung yang

    biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi.27 Dokumen

    ini dapat berupa buku-buku, majalah, artikel atau karya ilmiah yang

    dapat melengkapi data dalam penelitian ini.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    a. Observasi

    Observasi adalah metode yang digunakan melalui pengamatan

    yang meliputi kegiatan pemusatan terhadap suatu obyek yang

    menggunakan keseluruhan alat indra.28 Metode observasi ini

    digunakan pada saat mengikuti rapat guru untuk mengetahui

    bagaimana kepala madrasah memberikan pengarahan kepada para guru

    atau karyawan perihal kebijakan yang terkait dengan pembiayaan

    sekolah dan peningkatan mutu pendidikan. Observasi ini untuk

    menggali informasi bagaimana pembiayaan madrasah, sarana dan

    27 Saipuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 36 28 Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 133

  • 13

    prasarana dan kegiatan ekstrakulikuler dalam peningkatan mutu

    pendidikan. Observasi ini meliputi sarana dan prasarana.

    b. Wawancara

    Wawancara adalah metode yang dilakukan melalui dialog

    secara langsung antara pewawancara (interviewer) untuk memperoleh

    data atau informasi yang dibutuhkan.29 Metode wawancara ini dipakai

    untuk mengumpulkan data tentang kegiatan pelaksanaan manajemen

    pembiayaan madrasah, pengelolaan biaya, penugasan, pemeriksaan,

    dan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Sedangkan obyek

    yang akan diwawancarai antara lain: wawancara dengan direktur dan

    pembantu direktur, bendahara serta pihak yang terlibat dalam proses

    pembiayaan. Wawancara ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan

    manajemen pembiayaan secara umum dan untuk mengetahui

    manajemen pembiayaan dalam meningkatkan mutu pendidikan.

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk

    mencari data otentik yang bersifat dokumentasi baik data itu berupa

    catatan harian, memori atau catatan lainnya.30 Adapun yang dimaksud

    dengan dokumen ini ialah data atau dokumen yang tertulis.31

    Dokumentasi ini berupa surat keputusan, arsip sekolah, RAPBM.

    Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang perencanaan

    anggaran, penggunaan dana, laporan biaya dan data lain yang

    berhubungan dengan penelitian ini, untuk mengetahui arsip-arsip

    tentang pembiayaan dan peningkatan mutu pendidikan dan untuk

    mengetahui daftar anggaran pendapatan dan pengeluaran.

    29 Ibid, hlm. 134 30 Ibid, hlm. 135 31 Ibid., hlm. 73

  • 14

    4. Teknik Analisis Data

    Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa jenis penelitian ini

    adalah penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Oleh karena itu

    penulis menggunakan pendekatan deskriptif yaitu suatu pendekatan yang

    bertujuan untuk mengumpulkan data yang sebanyak-banyaknya,

    menganalisis data menggunakan metode deskriptif.

    Deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata,

    gambar bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan

    metode kualitatif. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan

    menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.32

    Ketika masih berada di lapangan dalam proses pendataan usaha

    penghalusan data yang diusahakan melalui:

    a. Meringkas data kontak langsung dengan orang kejadian dan situasi di

    lokasi penelitian. Dimaksudkan agar data yang sudah didapat agar

    lebih mudah untuk difahami dan mengkaji lebih lanjut permasalahan

    yang diteliti.

    b. Memberi kode pada data yang diperoleh dimaksudkan untuk

    pengklasifikasian data sesuai dengan permasalahan.

    c. Membuat catatan obyektif yang berisi catatan dari rekaman, membuat

    klasifikasi dan pengeditan jawaban. Dimaksudkan untuk

    mempermudah pendataan sesuai permasalahan yang diteliti.

    d. Menyimpan data-data.33 Dimaksudkan untuk penentuan data akhir

    sehingga semua permasalahan dapat dijawab sesuai dengan

    klasifikasi data.

    32 Lexy J Moleong, Op.Cit., hlm. 11 33 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualititif (Yogyakarta: Rakesarasin, 1998),

    hlm. 30

  • 15

    Ketika tahap pendataan selesai, kemudian membuat analisis data

    secara keseluruhan dan membuat klasifikasi data yang telah terhimpun.

    Setelah semua data dan informasi selesai dihimpun, langkah terakhir

    adalah penarikan kesimpulan.

    Penerapan analisis ini di gunakan untuk menjawab permasalahan

    mengenai pelaksanaan manajemen pembiayaan di Perguruan Islam

    Matholiul Falah Kajen Margoyoso Pati dan implikasi manajemen

    pembiayaan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Perguruan Islam

    Matholiul Falah Kajen Margoyoso Pati.

  • 16

    BAB II

    MANAJEMEN PEMBIAYAAN DALAM MENINGKATKAN MUTU

    PENDIDIKAN

    A. Manajemen Pembiayaan

    1. Pengertian Manajemen Pembiayaan

    Manajemen berasal dari bahasa latin yaitu dari kata asal kata

    manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata

    itu digabungkan menjadi kata kerja managere yang artinya menangani.

    Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja

    to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang

    melakukan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam

    bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.1

    Menurut Marry Parker Follet mengemukakan definisi manajemen

    sebagai berikut: the art of getting things done through people artinya

    manajemen sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-

    orang.2

    Sedangkan pengertian manajemen menurut Henry L. Sisk pada

    buku Principles of Management mengemukakan definisi manajemen

    sebagai berikut: Management is the coordination of all resources through

    the processes of planning, organizing, directing, and controlling in order

    to attain stated objectives.3 Manajemen berupa mengkoordinasikan semua

    sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,

    dan kontrol guna mencapai tujuan secara obyektif.

    Menurut Sergiovanni, Barlingome, Coonbs dan Thurton

    mendefinisikan manajemen sebagai process of working with and through

    1 Husaini Usman, Manajemen: teori praktik dan riset pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,

    2008), cet 2, hlm. 4 2 Ibid, hlm. 3 3 Henry L. Sisk, Principles of Management (Brighton England: South-Western Publishing

    Company, 1969), hlm. 10.

  • 17

    others to accomplish organizational goals efficiently. Yaitu proses kerja

    dengan dan melalui (memberdayakan) orang lain untuk mencapai tujuan

    organisasi secara efisien. Oleh karena itu, definisinya merupakan proses

    terdiri atas kegiatan-kegiatan dalam upaya mencapai tujuan kerjasama

    (administrasi) secara efisien pengertian tersebut sesuai dengan pendapat

    Gorton yang menegaskan bahwa manajemen merupakan metode yang

    digunakan administrator untuk melakukan tugas-tugas tertentu atau

    mencapai tujuan tertentu.4

    Manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan

    keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-

    sumber lainnya, menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk

    mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Manajemen adalah suatu

    istilah yang sulit didefinisikan dan pekerjaan manajer sulit untuk

    didefinisikan secara tepat (persis) ada sejumlah teori yang dimajukan

    bersama dengan sangat banyak deskripsi berdasarkan observasi karena

    sulitnya maka batas-batas manajemen pendidikan tidak jelas.5

    Sedangkan menurut beberapa pakar manajemen diberikan batasan

    mengenai pengertian manajemen:

    1. Menurut Robert Kresther, manajemen adalah proses kerja dengan

    melalui orang lain untuk mencapai tujuan

    2. George Terry menggemukakan bahwa kemampuan menyuruh orang

    lain bekerja guna mencapai tujuan

    3. Menurut James A.F. Stonner manajemen adalah proses perencanaan,

    penggorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber

    daya organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

    4Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi

    Menuju Desentralisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), cet 2, hlm. 39. 5 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya, 2006), hlm. 16-17.

  • 18

    4. Sondang Sangian mengemukakan bahwa manajemen adalah

    kemampuan atau ketrampilan seseorang untuk memperoleh sesuatu

    hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan orang lain.

    5. Menurut Ricard M. Hodgetts dan Steven Ultman manajemen adalah

    suatu proses untuk menyelesaikan sesuatu melalui orang lain.

    6. Menurut Donnelly manajemen adalah proses koordinasi upaya

    terhadap tujuan kelompok.

    7. Menurut J.L. Massie, manajemen adalah proses satu kelompok

    kooperatif menggerakkan tindakan untuk tujuan umum.

    Dalam definisi di atas mengandung unsur-unsur di bawah ini:

    1. Kemampuan mempengaruhi 2. Orang, bawahan 3. Melakukan pekerjaan 4. Tujuan organisasi 5. Kerja sama antara bawahan dengan pimpinan 6. Terbatasnya sumber daya.6

    Dalam pandangan agama Islam, segala sesuatu harus dilakukan

    secara rapi, benar, tertib dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan

    baik, sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan

    prinsip utama dalam ajaran Islam yang sesuai dengan unsur-unsur

    manajemen.

    Berikut ini dapat kita lihat mengenai manajemen dan kewajiban

    untuk bertanggung jawab. Firman Allah SWT.

    )38(

    Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. (QS. Al-Mudasir: 38)7

    Selain ayat di atas juga terdapat dalam hadits Nabi:

    6 Soebagio Atmodiwiryo, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadizya Jaya,

    2000), hlm. 5-6. 7 Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya,

    (Semarang: Al-Waah, 1989), hlm. 1087

  • 19

    : : ) (8

    Dari Abdillah bin Umar ra, bahwasanya: Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Kamu semua adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab atas yang dipimpinnya (Muttafaqun Alaih)

    Dalam pengertian sehari-hari istilah keuangan atau pembiayaan

    yang berasal dari kata finance dikaitkan dengan usaha memperoleh atau

    mengumpulkan modal untuk membiayai aktifitas yang akan dilakukan.

    Namun akhir-akhir ini pengertian keuangan atau permodalan itu diperluas,

    dalam arti bukan hanya sebagai usaha pengumpulan modal, melainkan

    mencakup dimensi penggunaan modal tersebut. Perluasan pengertian itu

    sebagai akibat kesadaran bahwa modal merupakan faktor produksi yang

    langka sehingga perlu dipakai sebaik mungkin.9

    Pembiayaan pendidikan sebagaimana disebutkan dalam Standar

    Nasional Pendidikan: PP RI No.19 Tahun 2005 terdiri atas 3 bagian besar

    yaitu:

    1. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,

    pengembangan sumber daya manusia dan modal kerja tetap.

    2. Biaya operasional meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan

    oleh peserta didik untuk bias mengikuti proses pembelajaran secara

    teratur dan berkelanjutan.

    3. Biaya personal yang meliputi:

    a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang

    melekat pada gaji.

    b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai

    8 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 3, (Beirut: Darul Kitabul Ilmiyah, 1992), hlm. 173-

    174 9 Harbangan Siagian, Administrasi Pendidikan, (Semarang: Satya Wacana, 1989), hlm.

    130

  • 20

    c. Biaya operasional pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa

    telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,

    transportasi, konsumsi, dan lain sebagainya.

    Sekolah seharusnya memiliki dana yang cukup untuk

    penyelenggaraan pendidikan. Sekolah menggunakan dana yang tersedia

    untuk terlaksananya proses belajar mengajar yang bermutu. Sekolah harus

    menyediakan dana pendidikan secara terus menerus sesuai dengan

    kebutuhan sekolah. Untuk itu, sekolah berkewajiban menghimpun,

    mengelola, dan mengalokasikan dana untuk mencapai tujuan sekolah.

    Dalam menghimpun dana sekolah memperhatikan semua potensi sumber

    dana yang seperti subsidi pemerintah, sumbangan masyarakat dan orang-

    tua peserta didik, hibah, dan sumbangan lainnya. Pengelolaan dana

    pendidikan di sekolah harus dilakukan secara transparan, efisien, dan

    akuntabel sesuai dengan prinsip keadilan dan pemerataan yaitu tidak

    diskriminatif terhadap anggaran biaya yang diperlukan untuk masing-

    masing kegiatan sekolah.10

    Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya

    yang secara langsung menunjang keefektifitasan dan efisiensi pengelolaan

    pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS yang

    menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan

    mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara

    transparan kepada masyarakat dan pemerintah.

    Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan

    merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang

    tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan

    dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi

    konsumtif yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses

    belajar mengajar di sekolah bersama komponen-komponen lain. Dengan

    kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik

    10 Redaksi Sinar Grafika, Standar Nasional Pendidikan: PP RI No.19 Tahun 2005, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm. 35-36

  • 21

    disadari maupun tidak disadari. Komponen keuangan dan pembiayaan ini

    perlu dikelola sebaik-baiknya agar dana-dana yang ada dapat

    dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan

    pendidikan. Hal ini penting, terutama dalam rangka MBS yang

    memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mencari dan

    memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan masing-masing

    sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan pada

    masalah keterbatasan dana.11

    Masalah keuangan/Pembiayaan merupakan masalah yang cukup

    mendasar di sekolah karena seluruh komponen pendidikan di sekolah erat

    kaitannya dengan komponen keuangan sekolah. Meskipun tidak

    sepenuhnya masalah keuangan berpengaruh secara langsung terhadap

    kualitas sekolah, terutama berkaitan dengan sarana, prasarana dan sumber

    belajar. Banyak sekolah-sekolah yang tidak dapat melakukan kegiatan

    belajar mengajar secara optimal, hanya karena masalah keuangan, baik

    untuk menggaji guru maupun untuk mengadakan sarana dan prasarana

    pembelajaran. Dalam kaitan ini, meskipun tuntutan reformasi adalah

    pendidikan yang murah dan berkualitas senantiasa memerlukan dana yang

    cukup banyak.

    Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, yang menyerahkan

    masalah pendidikan ke daerah dan sekolah masing-masing, maka masalah

    keuangan pun menjadi kewenangan diberikan secara Sejalan dengan

    kebijakan otonomi daerah, yang menyerahkan masalah pendidikan ke

    daerah dan sekolah masing-masing, maka masalah keuangan pun menjadi

    kewenangan diberikan secara langsung dalam pengelolaannya kepada

    sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah memiliki tanggung jawab penuh

    terhadap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban

    keuangan sekolah. Agar keuangan sekolah dapat menunjang kegiatan

    11 Ibid, hlm. 171-172.

  • 22

    pendidikan dan proses belajar mengajar di sekolah, maka perlu di lakukan

    berbagai upaya untuk meningkatkan keuangan sekolah tersebut.

    Manajemen keuangan sekolah merupakan bagian dari kegiatan

    pembiayaan pendidikan, yang secara keseluruhan menuntut kemampuan

    sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta

    mempertanggungjawabkannya secara efektif dan transparan. Dalam

    penyelenggaraan pendidikan di sekolah, manajemen keuangan merupakan

    bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan.12

    Jadi, manajemen pembiayaan yaitu pengelolaan semua bentuk

    keuangan baik usaha memperoleh atau mengumpulkan modal untuk

    membiayai aktifitas atau kegiatan yang secara langsung maupun tidak

    langsung untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, baik yang

    dikeluarkan oleh sekolah maupun siswa.

    2. Jenis Pembiayaan

    Kemampuan pembiayaan merupakan salah satu faktor kunci

    keberhasilan praktek-praktek penyelenggaraan sekolah, baik yang dikelola

    secara konvensional maupun berbasis MBS. Pemikiran paling optimis

    mengenai posisi biaya dikaitkan dengan mutu pendidikan menggariskan

    bahwa biaya merupakan fungsi mutu. Kata lainnya, hubungan antara

    pertambahan biaya pendidikan dengan peningkatan mutu pendidikan

    bersifat linier. Pendapat semacam ini tentu masih harus dibuktikan

    kebenarannya secara empiris. Bukan tidak mungkin dan memang hampir

    dipastikan masih banyak faktor dominan lain yang dapat mempengaruhi

    mutu kinerja sekolah, seperti kompetensi guru, lingkungan belajar, tingkat

    social ekonomi orang tua, dan lain-lain. Biaya pendidikan dapat dibedakan

    menjadi dua kategori, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung.

    Biaya langsung yaitu segala pengeluaran yang secara langsung

    menunjang penyelenggaraan pendidikan. Biaya langsung yang dimaksud

    12 E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 193-194

  • 23

    pada hal ini yaitu dimensi pengeluaran pendidikan meliputi biaya rutin dan

    biaya pembangunan.13

    Sedangkan biaya tidak langsung yaitu pengeluaran yang secara

    tidak langsung menunjang proses pendidikan, tetapi memungkinkan proses

    pendidikan tersebut terjadi, misalnya biaya untuk hidup siswa,

    transportasi, jajan dan kesehatan.

    3. Sumber Pembiayaan Madrasah Pada tingkat sekolah (satuan pendidikan), biaya pendidikan

    diperoleh dari subsidi pemerintah pusat, pemerintah daerah, iuran siswa,

    dan sumbangan masyarakat. Sejauh tercatat dalam rencana anggaran

    pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS), sebagian besar biaya

    pendidikan di tingkat sekolah berasal dari pemerintah pusat, sedangkan

    sekolah swasta berasal dari para siswa atau yayasan.14

    Dalam dimensi sumber-sumber pembiayaan sekolah dapat dibagi

    dalam 4 kategori besar, yaitu:

    a. Hasil penerimaan umum pemerintah, merupakan sumber yang

    terpenting dalam pembiayaan pendidikan. Termasuk di dalamnya

    adalah semua penerimaan pemerintah di semua tingkat pemerintahan,

    baik pajak, bantuan luar negeri maupun pinjaman pemerintah.

    Besarnya ditentukan oleh aparat pemerintah ditingkat pusat atau

    daerah yang pertimbangannya berdasarkan prioritas tertentu.

    b. Penerimaan khusus untuk pendidikan seperti bantuan atau pinjaman

    luar negeri yang diperuntukkan untuk pendidikan, seperti UNICEF,

    Unesco, pajak khusus yang hasilnya seluruhnya atau sebagian

    diberikan untuk pendidikan.

    c. Uang sekolah atau iuran lainnya yaitu pembayaran orang tua murid

    secara langsung kepada sekolah berdasarkan pertimbangan tertentu.

    13 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003). hlm.

    48 14 Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: PT Rosda

    Karya, 2003), hlm. 5-6

  • 24

    d. Sumbangan sukarela seperti sumbangan perseorangan, sumbangan

    masyarakat, dapat berupa uang tunai, barang atau jasa serta segala

    usaha sekolah untuk mengumpulkan dana yang sifatnya sukarela.

    Untuk sekolah swasta, pemerintah juga memberikan bantuan, dapat

    dalam bentuk (a) penempatan guru negeri yang dipekerjakan, (b) bantuan

    khusus untuk pembangunan gedung dan peralatan serta (c) uang rutin

    untuk kebutuhan rutin, bantuan ini mungkin berbentuk sumbangan,

    bantuan atau subsidi. Sumbangan dapat diberikan secara incidental guna

    menutup sebagian kecil kebutuhan rutin sedang bantuan dapat diberikan

    berdasarkan jumlah murid, serta subsidi diberikan untuk menutup semua

    pengeluaran rutin sekolah.15

    Jadi pendapatan madrasah selain bersumber berasal dari orang tua

    siswa juga bersumber dari pemerintah, bantuan luar negeri dan sumbangan

    sukarela.

    4. Ruang Lingkup Manajemen Pembiayaan Madrasah Manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah merupakan

    bagian dari kegiatan pembiayaan pendidikan yang secara keseluruhan

    menuntut kemampuan madrasah untuk merencanakan, melaksanakan dan

    mengevaluasi serta mempertanggungjawabkannya secara efektif dan

    transparan. Dalam penyelenggaraan pendidikan di madrasah, manajemen

    pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan

    bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan.

    Dari berbagai hasil kajian konseptual dapat dideskripsikan menjadi

    bahwa manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah mencakup

    tiga kegiatan pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan

    pertanggungjawaban.

    1. Perencanaan

    15 Harbangan Siagian, ibid, hlm. 133.

  • 25

    Pada sebuah organisasi atau lembaga apapun bentuk dan

    namanya, sebelum melangkah untuk mencapai tujuan, maka terlebih

    dahulu ada perencanaan. Perencanaan pada sebuah lembaga sangat

    esensial, karena pada kenyataannya, perencanaan memegang peranan

    yang lebih penting dibandingkan dengan fungsi-fungsi lain. Tanpa ada

    perencanaan, maka akan sulit mencapai tujuan.

    Seorang perencana pendidikan dituntut untuk memiliki

    kemampuan dan wawasan yang luas agar dapat menyusun sebuah

    rancangan yang dapat dijadikan pegangan pada pelaksanaan proses

    pendidikan selanjutnya.16

    Ada empat langkah atau tahap dasar perencanaan, yaitu:

    Pertama, tahapan menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.

    Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan. Tanpa rumusan

    tujan yang jelas, sebuah lembaga akan menggunakan sumber daya-

    sumber daya yang secara tidak efektif.

    Kedua, merumuskan keadaan saat ini, pemahaman akan kondisi

    sekarang dari tujuan yang hendak dicapai sangat penting, karena tujuan

    dan rencana menyangkut waktu yang akan datang.

    Ketiga, mengidentifikasikan segala kemudahan, kekuatan,

    kelemahan serta hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukur

    kemampuan dalam mencapai tujuan, oleh karena itu perlu dipahami

    faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dapat membantu

    mencapai tujuan, atau mungkin menimbulkan masalah.

    Keempat, mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan

    untuk mencapai tujuan tahap akhir dalam proses perencanaan meliputi

    pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan. 17

    Perencanaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah

    sedikitnya mencakup dua kegiatan yakni penyusunan anggaran dan

    16 Udin Syaefudin Saud, Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 46.

    17 T. Hani Handoko, MBA., Manajemen, (Yogyakarta, 2003), edisi 2, hlm. 167.

  • 26

    pengembangan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah

    (RAPBM). Kedua kegiatan tersebut diuraikan sebagai berikut:

    a. Penyusunan anggaran pembiayaan berbasis madrasah atau sering

    disebut Anggaran Belanja Madrasah (ABM)

    Anggaran (budget) merupakan rencana operasional yang

    dinyatakan ecara kuantitatif pada bentuk satuan uang yang

    digunakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan-kegiatan

    lembaga pada kurun waktu tertentu.18 Penyusunan anggaran

    merupakan visualisasi atau gambaran terhadap kegiatan-kegiatan

    yang akan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan yang dapat

    diketahui pula penentuan satuan biaya untuk tiap-tiap kegiatannya.

    Anggaran berfungsi sebagai alat untuk perencanaan dan

    pengendalian juga merupakan alat bantu bagi manajemen untuk

    mengarahkan lembaga pada pelaksanaan kegiatan-kegiatannya.

    Selain itu pula anggaran mempunyai manfaat atau berfungsi yang

    dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:

    a) Sebagai alat penafsir yaitu untuk memperkirakan besarnya

    pendapatan dan pengeluaran, sehingga dapat dilihat kebutuhan

    dana yang diperlukan untuk merealisasikan kegiatan

    pendidikan di lembaga.

    b) Sebagai alat kewenangan yaitu dapat memberikan kewenangan

    untuk pengeluaran dana, sehingga melalui anggaran dapat

    diketahui besarnya uang atau dana yang boleh dikeluarkan

    untuk membiayai kegiatan berdasarkan perencanaan anggran

    sebelumnya.

    c) Sebagai alat efisiensi yaitu dapat diketahuinya realisasi sebuah

    kegiatan yang kemudian dapat dibandingkan dengan

    perencanaan, sehingga dapat dianalisis ada tidaknya

    pemborosan atau bahkan adanya penghematan anggaran.

    18 Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 47.

  • 27

    Hal yang paling penting pada penyusunan Rencana

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah atau Madrasah

    (RAPBS/M) yaitu bagaimana memanfaatkan dana secara efisien

    dan efisien serta mengalokasikan dana secara tepat sesuai

    kebutuhan. Melalui RAPBS/M ini dapat diketahui satuan biaya

    pendidikan19 yang diperlukan oleh lembaga pendidikan.

    Format-format penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan

    dan Belanja Sekolah atau Madrasah (RAPBS/M) yang meliputi: (1)

    sumber pendapatan terdiri dari Uang Yang Harus

    Dipertanggungjawabkan (UYHD), Dana Pembangunan Pendidikan

    (DPP), Operasi Perawatan Fasilitas (OPF) dan lain-lain. (2)

    pengeluaran untuk kegiatan untuk kegiatan belajar mengajar,

    pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana, bahan-bahan dan

    alat pelajaran, honorarium dan kesejahteraan.

    Perencanaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah

    dapat dikembangkan secara efektif jika didukung oleh beberapa

    sumber esensial seperti:

    a) Sumber daya manusia yang kompeten dan mempunyai

    wawasan luas tentang dinamika sosial masyarakat

    b) Tersedianya informasi yang akurat dan tepat waktu untuk

    menunjang pembuatan keputusan

    c) Menggunakan manajemen dan teknologi yang tepat dalam

    perencanaan

    d) Tersedianya dana yang memadai untuk menunjang

    pelaksanaan.

    b. Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Madrasah (RAPBM)

    Proses pengembangan RAPBM pada umumnya menempuh

    langkah-langkah pendekatan dengan prosedur sebagai berikut:

    19 Satuan biaya pendidikan atau biaya satuan (unit cost) merupakan rata-rata biaya per

    siswa per satu tahun dalam satu tahun ajaran di lembaga pendidikan. Lihat Dedi Supriadi, Op. Cit., hlm. 4.

  • 28

    a) Pada tingkat kelompok kerja

    Kelompok kerja yang dibentuk madrasah yang terdiri dari para

    pembantu kepala madrasah memiliki tugas antara lain

    melakukan identifikasi kebutuhan-kebutuhan biaya yang harus

    dikeluarkan selanjutnya diklasifikasikan dan dilakukan

    perhitungan sesuai dengan kebutuhan.

    Dari hasil analisis kebutuhan biaya yang dilakukan

    seleksi alokasi yang diperkirakan sangat mendesak dan tidak

    bisa dikurangi, sedangkan yang dipandang tidak mengganggu

    kelancaran kegiatan pendidikan khususnya proses pembelajaran

    maka dapat dilakukan pengurangan biaya sesuai dengan dana

    yang tersedia.

    b) Pada tingkat kerjasama dengan komite madrasah

    Kerjasama antara komite madrasah dengan kelompok kerja yang

    telah terbentuk perlu dilakukan untuk mengadakan rapat

    pengurus dan rapat anggota dalam mengembangkan kegiatan

    yang harus dilakukan sehubungan dengan pengembangan

    RAPBM.

    c) Sosialisasi dan legalitas

    Setelah RAPBM dibicarakan dengan komite madrasah

    selanjutnya disosialisasikan kepada berbagai pihak. Pada tahap

    sosialisasi selanjutnya disosialisasikan kepada berbagai pihak.

    pada tahap sosialisasi dan legalitas ini kelompok kerja

    melakukan konsultasi dan laporan pada pihak pengawas, serta

    mengajukan usulan RAPBM kepada Kanwil Departemen

    Agama untuk mendapat pertimbangan dan pengesahan.20

    20 Departemen Agama, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, (Bandung: Direktorat

    Jendral Kelembagaan Agama Sekolah, 2003), hlm.116-119

  • 29

    2. Pelaksanaan

    Pelaksanaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah dalam

    garis besarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kegiatan yakni

    penerimaan dan pengeluaran atau penggunaan.

    a. Penerimaan

    Penerimaan keuangan sekolah dari sumber-sumber dana

    perlu dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang selaras

    dengan ketepatan yang disepakati, baik berupa konsep teoritis

    maupun peraturan pemerintah. Secara konsep banyak pendekatan

    yang dapat digunakan dalam pengelolaan penerimaan keuangan,

    namun secara peraturan termasuk dalam penyelenggaraan

    pendidikan di sekolah ada beberapa karakteristik yang identik.

    Prosedur pembukuan penerimaan keuangan sekolah di

    lingkungan Departemen Pendidikan Nasional, tampaknya

    menganut pola panduan antara pengaturan pemerintah pusat dan

    sekolah. Artinya terdapat beberapa anggaran yang telah ditetapkan

    oleh peraturan pemerintah yang intinya pihak sekolah tidak boleh

    menyimpang dari petunjuk penggunaan atau pengeluarannya, dan

    sekolah hanya sebagai pelaksana pengguna dalam tingkat makro

    kelembagaan. Dengan demikian, pola manajemen keuangan

    sekolah terbatas pengelolaan dana tingkat operasional. Salah satu

    kebijakan keuangan sekolah adalah adanya pencarian tambahan

    dana dari partisipasi masyarakat, selanjutnya cara pengelolaannya

    dipadukan sesuai dengan tatanan yang lazim yang sesuai dengan

    peraturan yang berlaku. Namun demikian, sesuai dengan semangat

    otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan dengan

    pengembangan konsep manajemen berbasis sekolah, maka sekolah

    memiliki kewenangan dan keleluasaan yang cukup lebar dalam

    kaitannya dengan manajemen keuangan untuk mencapai efektifitas

    pencapaian tujuan sekolah.

  • 30

    Pada umumnya disetiap sekolah telah ditetapkan bendahara

    sesuai dengan peran dan fungsinya. Untuk uang yang harus

    dipertanggungjawabkan (UYHD), ditunjuk bendahara oleh pihak

    berwenang dan sebagai atasan langsungnya adalah kepala sekolah.

    Uang yang dibukukan merupakan aliran masuk dan keluar setelah

    mendapat perintah dari atasan langsung.

    Sedangkan uang yang diterima dari masyarakat, ditunjuk

    bendahara lain dengan sepengetahuan dan kesepakatan pihak

    komite sekolah ditunjuk dari anggota sesuai dengan persetujuan

    musyawarah. Berkaitan dengan aliran keuangan yang berasal dari

    masyarakat, sekolah dalam hal ini pengguna harus mendapat

    persetujuan komite sekolah.

    b. Pengeluaran

    Pengeluaran sekolah berhubungan dengan pembayaran

    keuangan sekolah untuk pembelian sumber atau input dari proses

    sekolah seperti tenaga administrasi, guru, bahan-bahan,

    perlengkapan dan fasilitas. Ongkos menggambarkan seluruh

    sumber yang digunakan dalam proses sekolah, apakah

    digambarkan dalam anggaran biaya sekolah atau tidak. Ongkos

    dari sumber sekolah menyumbangkan atau tidak terlihat secara

    akurat.

    Dalam manajemen keuangan sekolah, pengeluaran

    keuangan harus dibukukan sesuai dengan pola yang telah

    ditetapkan oleh peraturan. Beberapa hal yang harus dijadikan

    patokan bendahara dalam pertanggungjawaban pembukuan,

    meliputi format buku kas harian, buku tabelaris, dan format laporan

    daya serap penggunaan anggaran serta beban pajak. Aliran

    pengeluaran keuangan harus dicatat sesuai dengan waktu serta

    peruntukannya.

    Untuk mengefektifkan pembuatan perencanaan keuangan

    sekolah, maka yang sangat bertanggung jawab sebagai pelaksana

  • 31

    adalah kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu

    mengembangkan sejumlah dimensi pembuatan administratif.

    Kemampuan untuk menerjemahkan program pendidikan ke dalam

    ekuivalen keuangan merupakan hal penting dalam penyusunan

    anggaran belanja. Kegiatan membuat anggaran belanja bukan

    pekerjaan rutin atau mekanis, melibatkan pertimbangan tentang

    maksud-maksud dasar dari pendidikan dan program. Berdasarkan

    perspektif tersebut perencanaan keuangan sekolah harus dapat

    membuka jalan bagi pengembangan dan penjelasan konsep-konsep

    tentang tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan, dan merancang

    cara-cara pencapaiannya.

    Dalam manajemen keuangan sekolah penyusunan anggaran

    belanja sekolah dilaksanakan oleh kepala sekolah dibantu para

    wakilnya yang ditetapkan oleh kebijakan sekolah, serta komite

    sekolah di bawah pengawasan pemerintah dan lembaga swadaya

    masyarakat (LSM).21

    3. Evaluasi dan Pertanggungjawaban

    a. Evaluasi

    Langkah terakhir adalah evaluasi bagaimana anggaran

    dapat melayani dengan baik untuk meningkatkan efektifitas

    sekolah. Evaluasi sering menunjukkan kemungkinan adanya

    perbedaan di dalam: tujuan, prioritas, dan kemungkinan berbagai

    sumber daya yang tersedia22 Pengawasan keuangan sekolah harus

    dilakukan melalui aliran masuk dan keluar uang yang dibutuhkan

    oleh bendahara. Hal itu dilakukan mulai dari proses keputusan

    pengeluaran pos anggaran, pembelanjaan, perhitungan dan

    penyimpanan barang oleh petugas yang ditunjuk. Secara

    administrasi pembukuan setiap pengeluaran dan pemasukan setiap

    21 E Mulyasa, op. cit., hlm. 201-204 22 Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm.

    321

  • 32

    pengeluaran dan pemasukan setiap bulan ditangani sebagai berita

    acara. Kepala sekolah sebagai atasan langsung bertanggung jawab

    penuh atas pengendalian, sedangkan pengawasan dari pihak

    berwenang, melalui pemeriksaan yang dilaksanakan oleh instansi

    vertical, seperti petugas dari Dinas Pendidikan dan BAWASDA.

    Pengawasan tersebut relatif dilihat dari tugas rutinitas atas dasar

    kewenangan pengawasan pembiayaan yang masuk dan diserap di

    sekolah.

    Prosedur pengendalian penggunaan alokasi anggaran

    sifatnya sangat normatif administratif artinya pemenuhan

    pengendalian masih terbatas pada angka kuantitatif yang

    terdokumentasi. Dengan demikian aspek-aspek realistis

    penggunaan sulit diukur secara obyektif. Persoalan tersebut sering

    terjadi disetiap sekolah. Hal tersebut disebabkan belum berjalannya

    fungsi administrasi keuangan dimana aliran uang dan barang

    teridentifikasi sesuai dengan peran dan fungsi.

    b. Pertanggungjawaban

    Pertanggungjawaban penerimaan dan penggunaan

    keuangan sekolah di laksanakan dalam bentuk laporan bulanan dan

    triwulan kepada:

    a. Kepala Dinas Pendidikan

    b. Kepala Badan Administrasi Keuangan Daerah (BAKD)

    c. Kantor Dinas pendidikan .

    Pertanggungjawaban yang dikenal dengan Uang Yang

    Harus Dipertanggungjawabkan (UYHD), dilaporkan setiap bulan

    kepada pihak yang ditetapkan sesuai dengan format dan ketepatan

    waktu. Khusus untuk keuangan komite sekolah, bentuk

    pertanggungjawaban sangat terbatas pada tingkat pengurus dan

    tidak secara langsung kepada orang tua peserta didik.23

    23 E. Mulyasa, op. cit., hlm. 205-206.

  • 33

    Jadi dalam kegiatan manajemen pembiayaan yang meliputi

    perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi dan pertanggung jawaban

    perlu dikelola secara efektif dan efisien mungkin agar proses

    pelaksanaan berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu

    perlu adanya keterpaduan antara penerimaan keuangan dan

    pengeluaran keuangan.

    B. Mutu Pendidikan 1. Pengertian Mutu Pendidikan

    Pengertian mutu pendidikan yang diambil dari buku berjudul

    Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (buku I konsep dan

    pelaksanaan) terbitan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2001

    disebutkan bahwa secara umum, mutu adalah Gambaran dan karakteristik

    menyeluruh dari barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya

    dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam

    konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output

    pendidikan.

    Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena

    dibutuhkan untuk berlangsungnya proses yang berupa sumber daya dan

    perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi

    berlangsungnya proses. Input sumber daya meliputi sumber daya manusia

    (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan dan siswa) dan sumber

    daya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dsb) Input

    perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-

    undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dsb. Input harapan-harapan

    berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh

    sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung

    dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur

    dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin

    tinggi pula mutu input tersebut.

  • 34

    Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu

    yang lain. Dalam pendidikan berskala mikro (tingkat sekolah), proses yang

    dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan

    kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan

    monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar

    memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses

    lainnya. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan

    penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang,

    peralatan, dsb.) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan

    situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi

    dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.

    Memberdayakan mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekedar

    menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh guru, akan tetapi pengetahuan

    tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati,

    diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting peserta

    didik mampu belajar cara belajar (mampu mengembangkan dirinya).

    Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja

    sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku

    sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektifitasnya,

    produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya,

    dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah

    dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya

    prestasi siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam prestasi

    akademik, berupa nilai ulangan umum, UN, karya ilmiah, lomba-lomba

    akademik; dan prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ,

    kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, ketrampilan kejujuran, dan

    kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler lainnya.24

    Mutu pendidikan dalam konteks manajemen pendidikan berbasis

    sekolah, telah menjadi isu di masyarakat. Untuk itu semua sekolah

    24 http://guruw.wordpress.com/2007/04/30/ktsp-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan-

    whats-up/ didownload hari Selasa tanggal 11 Agustus 2009

  • 35

    sebaiknya menerapkan manajemen pendidikan berbasis sekolah. Bukanlah

    suatu hal yang berlebihan jika dikatakan bahwa salah satu tujuan

    diterapkannya manajemen pendidikan berbasis sekolah adalah untuk

    peningkatan mutu manajemen persekolahan, dan dengan meningkatnya

    mutu manajemen persekolahan, berimplikasi luas kepada meningkatnya

    mutu pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

    Mutu itu dapat dilihat bagaimana sekolah melalui guru-gurunya

    dapat melaksanakan tugas sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan

    pelatih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang telah ditetapkan secara

    baku dalam konteks lokal maupun nasional.25 Mutu juga di tentukan

    bagaimana input, proses, output yang ada di madrasah tersebut.

    2. Langkah-langkah Mutu Pendidikan

    Bagi sekolah atau madrasah yang sudah beroperasi paling tidak ada

    6 (enam) langkah pokok:

    1. Evaluasi diri (Self Assessment)

    Kegiatan ini bertujuan:

    a. Mengetahui kondisi sekolah dalam segala aspeknya (seluruh

    komponen sekolah), kemajuan yang ingin dicapai, maupun

    masalah-masalah yang dihadapi ataupun kelemahan.

    b. Refleksi/mawas diri, untuk membangkitkan kesadaran atau

    keprihatinan akan penting dan perlunya pendidikan bermutu,

    sehingga timbul komitmen bersama untuk meningkatkan mutu.

    c. Merumuskan titik tolak (point of departure)

    Evaluasi diri atau perbaikan diri (self assessment) dalam buku

    lain sering disebut school review atau penilaian keadaan sekolah

    secara menyeluruh sebagai tindakan awal sebelum melakukan

    perencanaan pengembangan sekolah. Dalam kegiatan evaluasi diri,

    meskipun dilakukan secara bebas dan demokratis yang diawali dengan

    25 Amiruddin Siahaan, dkk, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Quantum

    teaching, 2006), hlm. 121

  • 36

    curah pendapat, akhirnya harus menghasilkan rumusan tentang profil

    sekolah atau pemetaan keadaan sekolah dalam segala aspeknya, dari

    komponen ketenagaan, sarana dan prasarana, pendanaan, program-

    program sekolah dan proses pembelajaran, prestasi siswa dan guru

    yang dicapai di dalam program dan proses pembelajaran serta

    ketertinggalan serta persoalan yang belum/tidak teratasi yang dialami

    madrasah.26

    2. Perumusan visi dan misi dan tujuan

    Pendidikan menurut versi ini dengan demikian harus

    mengembangkan calon-calon pemimpin dalam berbagai bidang, agar

    mampu mengelola bumi dan isinya (termasuk manusia), agar manusia

    hidup sejahtera. Sehubungan dengan visi tersebut, maka pendidikan

    akan memfokuskan pada aspek:

    a. Pengembangan berpikir kritis

    b. Pengembangan kreativitas dan seni

    c. Pengembangan ketrampilan sosial dan budi pekerti luhur (akhlak

    mulia), serta nilai-nilai spiritual berdasarkan agama

    d. Pengembangan cara hidup sehat, sikap dan kebiasaan mandiri

    e. Pengembangan kepemimpinan yang dilandasi oleh falsafah bangsa.

    Perumusan visi dan misi yang dibuat sendiri oleh sekolah/

    madrasah akan meningkatkan kesadaran, komitmen, dan motivasi

    untuk merealisasikannya, karena mereka merasa terlibat secara baik

    secara intelektual maupun emosional tentang gambaran dan cita-cita

    yang mereka inginkan.27

    3. Perencanaan

    Perencanaan yang rinci lengkap dengan perhitungan

    anggarannya dibuat untuk satu tahun dan setiap tahun, biasa disebut

    RAPBS (rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah). Rencana

    26 Umaedi, op. cit., hlm. 197 27 Ibid., hlm. 198

  • 37

    tahunan mempunyai target dan sasaran yang jelas baik secara

    kuantitatif maupun kualitatif, sebagai bagian dari tujuan jangka

    menengah 3-5 tahunan.

    Dalam menyusun rencana tahunan, perlu diperhatikan hal-hal

    sebagai berikut:

    a. Pertimbangkan prioritas.

    b. Pertimbangkan kondisi awal yang telah dirumuskan melalui

    langkah evaluasi diri untuk mempertimbangkan prioritas yang akan

    ditetapkan dan sebagai langkah awal ditetapkan dan sebagai titik

    berangkat.

    c. Perencanaan sekolah/madrasah (RAPBS) tahunan harus ada

    kaitannya dengan kemajuan mutu yang ingin dicapai pada tahun

    yang bersangkutan

    d. Penyusunan draf rencana tahunan sekolah/madrasah dibuat

    bersama staf pengajar lainnya

    e. Pertimbangkan konteks lingkungan dan aspirasi masyarakat,

    utamanya orang tua siswa

    f. Finalisasi (pembahasan akhir) harus melibatkan komite

    sekolah/madrasah untuk memperoleh dukungan.28

    4. Pelaksanaan

    Apabila kita bertitik tolak dari fungsi-fungsi manajemen yang

    umumnya kita kenal sebagai fungsi perencanaan, pengorganisasian,

    pengarahan/penggerakan atau pemimpinan dan kontrol/pengawasan

    serta evaluasi, maka langkah pertama sampai dengan ketiga dapat

    digabungkan fungsi perencanaan yang secara keseluruhan (untuk

    sekolah) sudah dibahas. Di dalam pelaksanaan tentu masih ada

    kegiatan perencanaan-perencanaan yang lebih mikro (kecil) baik yang

    berkaitan dengan penggalan waktu (bulanan, semesteran, bahkan

    28 Ibid, hlm. 205-206.

  • 38

    mingguan) atau yang berkaitan dengan kegiatan khusus, misalnya

    menghadapi lomba bidang studi, atau kegiatan lainnya.

    Di dalam proses merealisasikan kegiatan yang telah

    direncanakan setidak-tidaknya ada tiga pihak yang memiliki peran

    masing-masing yang sangat penting untuk keberhasilan program

    sekolah yang telah direncanakan ketiga pihak tersebut adalah kepala

    sekolah, guru, dan staf sekolah lainnya, serta orang tua/masyarakat

    yang direpresentasikan sebagai komite sekolah/madrasah.29

    5. Evaluasi

    Evaluasi sebagai salah satu tahapan dalam MMBS/M

    merupakan untuk mengetahui kemajuan ataupun hasil yang ingin

    dicapai oleh sekolah/madrasah didalam melaksanakan fungsinya sesuai

    rencana yang telah dibuat sendiri oleh masing-masing

    sekolah/madrasah. Evaluasi tahap ini adalah evaluasi menyeluruh,

    menyangkut pengelolaan semua bidang dalam satuan pendidikan, yaitu

    bidang teknis edukatif (pelaksanaan kurikulum/proses pembelajaran

    dengan segala aspeknya), bidang ketenagaan, bidang keuangan, bidang

    sarana prasarana, dan administrasi ketatalaksanaan sekolah. Walaupun

    demikian, bidang teknis edukatif harus menjadi sorotan utama dengan

    fokus pada pencapaian hasil (prestasi belajar siswa).

    Evaluasi prestasi siswa secara menyeluruh adalah evaluasi

    terhadap pengembangan siswa baik yang bersifat kurikuler maupun

    ekstra kurikuler, semua ranah kemampuan (kognitif, afektif,

    psikomotor), baik untuk bidang-bidang yang sifatnya akademik

    maupun non akademik.

    29 Ibid, hlm. 208-209

  • 39

    6. Pelaporan

    Kegiatan pelaporan30 sebenarnya merupakan kelanjutan

    kegiatan evaluasi dalam bentuk mengkomunikasikan hasil evaluasi

    secara resmi kepada berbagai pihak sebagai pertanggungjawaban

    mengenai apa-apa yang telah dikerjakan oleh sekolah/madrasah beserta

    hasil-hasilnya. Ada hasil evaluasi tertentu yang pemanfaatannya

    bersifat internal (untuk kalangan dalam sekolah sendiri), ada yang

    untuk kepentingan eksternal (pihak luar), bahkan masing-masing stake

    holder mungkin memerlukan laporan yang berbeda fokusnya. Di

    samping itu, sebagai dokumen tertulis resmi, yang menyangkut

    pertanggungjawaban serta reputasi lembaga pendidikan, sungguhpun

    isinya harus berdasarkan data dan informasi yang benar laporan

    memiliki tujuan tertentu sesuai dengan peran institusi yang dikirimi

    atau pembacanya.31

    Dari pembahasan di atas untuk dapat meningkatkan mutu madrasah

    harus melalui langkah-langkah dalam meningkatkan mutu pendidikan.

    Langkah-langkah mutu pendidikan ini dilaksanakan untuk dapat

    memonitoring semua kegiatan yang ada di madrasah guna perbaikan

    kualitas madrasah pada tahapan berikutnya.

    C. Manajemen Pembiayaan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan dasar

    merupakan bagian penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.

    Pendidikan dituntut agar dapat mengembangkan setiap warga yang siap

    memasuki era globalisasi yang penuh tantangan menghasilkan manusia dan

    masyarakat indonesia yang maju dan mandiri dan tanggap terhadap

    perkembangan zaman. Dalam hubungan ini berbagai program pendidikan

    30 Pelaporan diartikan sebagai pemberian atau penyampaian informasi tertulis dan resmi kepada berbagai pihak yang berkepentingan (stake holder), mengenai aktivitas manajemen satuan pendidikan dan hasil yang dicapai dalam kurun waktu tertentu berdasarkan rencana dan aturan yang telah ditetapkan sebagai bentuk pertanggung jawab atas tugas dan fungsi yang diemban oleh satuan pendidikan tersebut.

    31 Ibid, hlm. 229-231

  • 40

    yang mengacu kepada tema pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan

    terus dilakukan, meskipun sampai saat ini masih banyak permasalahan dan

    tantangan yang perlu mendapat perhatian. 32

    Keinginan masyarakat terhadap pendidikan yang bermutu merupakan

    tantangan bagi sekolah yang menyelenggarakan pendidikan yang bermutu.

    Mutu tidak akan habis-habisnya dibicarakan dan dituntut oleh masyarakat.

    Keberhasilan sekolah membentuk opini yang positif masyarakat bahwa proses

    dan hasil pembel