Upload
trandan
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MANAJEMEN POLA RETRIBUSI DAN DISTRIBUSI DANA SOSIAL MASYARAKAT
PADA MASJID DAN MUSHALLA SEBAGAI
PENGEMBANGAN DARI FUNGSI LEMBAGA KEAGAMAAN
( Studi Kasus Manajemen Dana Sosial Masyarakat,
Masjid dan Mushalla di Kelurahan Cireundeu )
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
Bayu Eka Pratikto
NIM: 105046101586
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
Lembar Pernyataan:
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 23 Juni 2011
Bayu Eka Pratikto
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dengan kasih sayang dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa shalawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah
mengajarkan risalah kebenaran di muka bumi ini.
Di balik kekurangan dan keterbatasannya, penulis merasa sangat bahagia atas
terselesaikannya skripsi ini. Cukup banyak hambatan dan kesulitan dalam
menyelesaikan skripsi ini yang penulis temui namun alhamdulillah berkat izin dan
pertolongan-Nya serta bantuan dari berbagai pihak, penulis mampu mengatasinya.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Mu'min Ro'up S.Ag,MA. selaku Ketua
dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Nuryamin Aini,MA, pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu di sela-sela kesibukan untuk memberi masukan dalam penyusunan skripsi
ini.
vii
4. Seluruh dosen program studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum, terima
kasih atas ilmu yang telah disampaikan.
5. Segenap pengurus DKM Masjid dan Mushallah di kelurahan Cireundeu yang
bersedia memberikan informasi yang detail mengenai data penelitian yang
Penulis butuhkan terkait dengan manajemen pengelolaan dana sosial Masyarakat
khususnya zakat, infaq dan shadaqoh.
6. Orang tua penulis, Bapak Purwanto Slamet dan Ibu Atikah. Terima kasih tiada
terhingga atas dukungan moril dan materil serta doa yang selalu dipanjatkan
sehingga ananda diberi kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada seluruh kerabat Penulis. Nenek, Mbah serta Om dan Tante yang luar
biasa memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis untuk bias segera
merampungkan tugas akhir ini.
8. Saudariku Rina Dwi Kartika terima kasih atas dukungan dan doa sehingga mas
bayu bias menyelesaikan kuliah hingga akhir, semoga Rina semakin giat dalam
menuntut ilmu dan meraih prestasi yang lebih gemilang
9. Seluruh kepengurusan di Majlis Ta’lim Baitul Ula dan TPA- Pendidikan Islam
Baitul Ula, Terima kasih atas segala fasilitas dan ilmu yang diberikan. Bang
Dedi, Bang Dita, Ka Acis, Ali, Agung dll semoga kebersamaan ini mengarahkan
kita menuju insan yang senantiasa ringan dalam memberikan manfaat kepada
orang lain.
viii
10. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Syariah Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Seluruh teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2005, khususnya kelas B,
Naidy Sultony, Mochammad Imam Baihaqi, Khoirul Anwar HD, Sadar Rukmana,
Abdul Fatah, Firdaus Simatupang, dll. Juga Zainal Arifin, Ida Farida, Erik
Lesmana, Amjani dan Faiz Terima kasih atas persahabatan yang terjalin dan
dorongan semangat yang diberikan. Semoga silaturahim kita takkan terputus
selama-lamanya.
12. Seluruh pihak yang telah banyak berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun rasa
terima kasih dari penulis.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan Bapak, Ibu, dan Saudara/i semua
dengan pahala yang berlipat ganda.
Jazaa Kumullah biahsanil jaza
Jakarta, 21 Juli 2011
(Bayu Eka Pratikto)
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 8
E. Tinjauan Studi Terdahulu 9
F. Metode Penelitian 12
G. Sistematika Penulisan 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian dan Fungsi Manajemen 18
B. Masjid sebagai Basis Pengembangan Potensi Ummat 20
C. Dana Sosial Masyarakat 22
BAB III PROFIL KELURAHAN CIREUNDEU
A. Data Wilayah 36
B. Keadaan Demografi 37
C. Potensi Wilayah 40
D. Jumlah Masjid dan Musholla 44
x
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Proses Penelitian 48
B. Manajemen Pengelolaan Dana ZIS Masjid dan Musholla 55
(Se-kelurahan Cireundeu)
1. Perencanaan (Planning) 56
2. Pengorganisasian (Organizing) 62
3. Pelaksanaan (Actuating) 65
4. Pengawasan (Controlling) 74
C. Rekapitulasi Dana ZIS Masjid dan Musholla 78
(Se- kelurahan Cireundeu )
D. Analisa SWOT Manajemen Pengelolaan Dana Sosial 84
Masyarakat pada Masjid dan Mushalla di kelurahan
Cireundeu
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 89
B. Saran 91
DAFTAR PUSTAKA 93
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia kian hari memang kian
meningkat.1 Namun, apakah peningkatan angka pertumbuhan ekonomi yang
dilihat dari kaca mata makro tersebut memiliki dampak yang linear terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan? Pertanyaan
ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat untuk siapapun yang saat ini
sedang duduk di dalam pemerintahan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi termasuk di dalamnya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
Islam mengenal beberapa cara atau usaha untuk mengelola sumber-
sumber kas negara yang dihimpun melalui mekanisme penghimpunan dana
pilantropi ummat seperti zakat, infak, shodaqoh, dan sebagainya. Zakat dalam
ekonomi memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai alat ibadah yang memberikan
kemanfaatan individu bagi orang yang membayar zakat dan kemanfaatan kolektif
bagi orang-orang di lingkungan yang menjalankan sistem zakat. Zakat bagi orang
yang membayarnya dapat memiliki fungsi untuk membersihkan hatinya dari sifat
1 Iin,”Pertumbuhan Ekonomi 2009 6,2 %” diakses pada tanggal 16
November 2009 dari http://www.kapanlagi.com/h/0000245000.html
2
kekikiran dan rasa kecintaan terhadap harta yang berlebihan. Zakat juga bersifat
menyucikan. Maksudnya bahwa zakat akan menyuburkan sifat-sifat kebaikan
dalam hati manusia. Zakat akan mengingatkan orang yang memiliki kecukupan
harta bahwa ada hak orang lain yang terdapat di dalam hartanya. Salah satu
karakteristik daripada zakat adalah bahwa ia merupakan suatu hal yang positif
sebagai suatu sarana pembentukan ekonomi yang berdasarkan asas kekeluargaan
dan bersendikan pada kesetiaan persaudaraan.2
Sejak kemunculan Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) No. 38
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, pendirian lembaga-lembaga
pengumpulan dan pendistribusian zakat pun kian merembak. Hal ini memberikan
peluang bagi keberlangsungan pengelolaan zakat di Indonesia untuk bisa berjalan
dengan lebih optimal. Pola penghimpunan dana zakat yang rapih pun mulai
dikembangkan oleh masing-masing lembaga zakat. Sebut saja periode Muharam
1430 H, (akumulasi dari Ramadhan 1429 –Muharam 1430 H) salah satu lembaga
zakat profesional Dompet Dhuafa Republika berhasil mengumpulkan zakat
sebesar Rp 23.808.683.850.3 Jumlah ini masih dapat dioptimalkan dalam
kuantitas yang lebih lagi, melihat potensi zakat yang ada di Indonesia. Namun
2 Abdullah Zakiy Al Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam ( Bandung:Pustaka
Setia,2002), h.127
3 “Laporan Keuangan Dompet Dhuafa” diakses pada tanggal 27
November 2009 dari http://www.dompetdhuafa.org/dd.php?x=laporankeu
3
disayangkan, keberadaan fakta seperti itu belum cukup untuk mengentaskan
masalah besar ekonomi yaitu penanggulangan kemiskinan.
Pola pendistribusian zakat yang maksimal akan menghasilkan upaya
pengentasan kemiskinan yang maksimal pula. Pendistribusian zakat diharapkan
untuk diarahkan kepada penciptaan iklim kemandirian bagi seseorang, agar bisa
mempertahankan kehidupannya dengan usaha membentuk perekonomian yang
baik. Upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan cara memutus akar
dan mata rantai permasalahan kemiskinan itu sendiri, di antaranya adalah dengan
penguatan berbagai aspek di sektor Usaha Menengah, Kecil dan Mikro
(UMKM). Dalam konteks ini, arti penting UMKM tidak terbantahkan lagi.
Tetapi hingga kini UMKM masih berada dalam kondisi yang belum berubah
meskipun berbagai program telah dijalankan. Perhatian dalam bidang ini masih
belum dianggap sebagai prioritas sehingga sering dalam pelaksanaannya tidak
memenuhi kebutuhan pengembangannya dalam jangka panjang.4
Dewasa ini muncul fenomena yang cukup menggembirakan, dimana
sebagian masyarakat menyadari bahwa mereka diwarisi tugas untuk memikirkan
masalah kesejahteraan masyarakat. Mereka bersosialisasi dalam suatu wadah
untuk berfikir tentang bagaimana usaha untuk menyejahterakan masyarakat, dan
membangun kesadaran bahwa ekonomi yang baik adalah ekonomi yang dapat
mensejahterakan rakyat banyak tidak hanya berkutat pada masalah keuntungan
4 Euis Amalia,Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam ,Penguatan Peran LKM
dan UKM di Indonesia(Jakarta :Raja Grafindo,2009)h.357
4
individualis. Salah satu wadah yang digunakan oleh sebagian masyarakat untuk
mengolah potensi yang mereka miliki guna memikirkan masalah tersebut adalah
masjid. Pengelolaan masjid dewasa ini, yang ditandai dengan era globalisasi,
pasti menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan yang sangat kompleks.
Penetrasi gelombang budaya asing yang bersifat destruktif medorong para
pengelola masjid untuk mempersiapkan manajemen yang lebih baik dan
berkualitas. Salah satunya adalah bagaimana menjadikan masjid bukan hanya
sebagai tempat untuk ibadah ritual, tetapi juga memposisikan masjid sebagai
tempat yang memiliki multi fungsi yaitu fungsi keagamaan, fungsi sosial dan
fungsi ekonomi. Sebagai suatu aktivitas yang sangat terpuji, pengelolaan masjid
harus dilaksanakan secara profesional dan menuju pada sistem manajemen
modern, sehingga dapat mengantisipasi perkembangan yang terus berubah dalam
kehidupan masyarakat yang maju dan berkualitas. Tidak sedikit masjid yang
memberikan perhatian lebih dalam menyikapi permasalahan ekonomi khususnya
yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Beberapa macam
lembaga ekonomi seperti Baitul Maal, Lembaga Zakat pun didirikan untuk
mengakomodasi kepentingan ummat tersebut.
Namun masih disayangkan, pengelolaan manajemen kebanyakan masjid
yang ada di sekitar kita masih belum memperhatikan masalah-masalah yang
sebenarnya berhak untuk diberi porsi perhatian yang lebih, khususnya terkait
dengan bagaimana meningkatkan kesejahteraan ummat. Misalnya, Amil masjid
atau mushalla yang ada di suatu kawasan baru mulai unjuk gigi pada saat
5
kedatangan Bulan Suci Ramadhan. Amil Zakat dibentuk dengan segala
kesederhanaan di dalam melaksanakan aktifitas kerjanya. Aktivitas seperti
penghimpunan dana sosial masyarakat berupa zakat, infaq dan shadaqoh dirasa
masih kurang optimal, belum lagi hal itu dikaitkan dengan efektivitas penyaluran
dana tersebut kepada masyarakat. Hal ini bisa dijadikan bahan evaluasi bagi para
pemerhati kesejahteraan ummat di kalangan ummat Islam umumnya dan bagi
para pengelola dana ummat pada khususnya.
Pada suatu kawasan dalam ruang lingkup yang sederhana seperti suatu
kelurahan, ditemukan banyak Masjid atau Mushalla. Dalam hal ini, kita bisa
melihat dan memberikan suatu penilaian tentang sejauh mana keberadaan masjid
atau mushalla yang ada dalam memberikan kontribusi yang lebih signifikan
terkait dengan masalah yang sebelumnya telah dibicarakan yaitu tentang
bagaimana peranan masjid dalam memikirkan kesejahteraan ummat, khususnya
terkait dengan keberadaan lembaga-lembaga yang mengelola dana ummat seperti
amil zakat yang terdapat pada masjid dan mushalla yang ada.
Atas dasar beberapa pemikiran di atas, penulis mencoba untuk menyusun
sebuah tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul
“Manajemen Pola Retribusi dan Distribusi Dana Sosial Masyarakat pada
Masjid dan Mushalla sebagai Pengembangan dari
Fungsi Lembaga Keagamaan”
( Studi Kasus Manajemen Dana Sosial Masyarakat,
Masjid dan Mushalla di Kelurahan Cireundeu )
6
B. Identifikasi Masalah
Zakat merupakan ibadah yang bersifat individu. Artinya, zakat adalah
kewajiban dari seorang individu untuk mengeluarkan sebagian dari harta yang
dimiliki untuk tujuan membersihkan kualitas dari harta yang telah diperolehnya.
Fenomena seseorang membayarkan zakatnya merupakan sesuatu yang perlu
diperhatikan, karena hal ini terkait dengan beberapa pertimbangan di antaranya
bagaimana dana zakat yang tersalurkan dapat digunakan secara maksimal.
Dengan kata lain, pengelolaan zakat tersebut tepat sasaran, tepat guna dan tepat
waktu. Masjid dan mushalla merupakan salah satu wadah yang dapat dijadikan
sebagai tempat pemberdayaan ummat. Salah satunya dengan mengoptimalkan
peran dana zakat yang terhimpun pada masjid atau mushalla. Oleh karenanya,
para pengelola atau amil masjid dan mushalla yang ada harus memiliki
manajemen pola penghimpunan serta pendistribusian dana pilantropi yang
maksimal. Sehingga masyarakat tidak ragu dalam menyalurkan sebagian
kelebihan harta yang mereka miliki (dalam bentuk dana sosial) untuk disalurkan
kepada masjid dan mushalla dimana mereka tinggal, karena lingkungan yang
terdekat menjadi tanggung jawab pertama setelah pribadi dan keluarga. Seiring
dengan perkembangan teknologi dan zaman, maka sudah seyogyanya
manajemen pengelolaan masjid khususnya terkait dengan pengelolaan dana
sosial masyarakat bisa lebih maksimal, lebih profesional dan terpercaya serta
amanah.
7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dengan pertimbangan bahwa pembahasan sangat luas, penulis
mengarahkan fokus bahasan hanya pada amil masjid dan mushalla di Kelurahan
Cireundeu dalam memanfaatkan dana sosial masyarakat (charity fund). Adapun
dana sosial masyarakat yang penulis maksud adalah zakat, infaq dan shadaqoh.
Dari pembatasan di atas, penulis mencoba menguraikan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana manajemen pengelolaan dana ummat (dana sosial
masyarakat) oleh masjid atau mushalla sebagai pengembangan dari fungsi
lembaga keagamaan?
2. Bagaimana pola manajemen retribusi dan distribusi dana sosial
masyarakat pada amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu?
3. Seberapa besar dana sosial masyarakat (dana ummat) terkumpul dan
terdistribusikan yang dikelola amil masjid dan mushalla di sekitar
kawasan Kelurahan Cireundeu?
8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :.
1. Mengetahui manajemen pengelolaan dana ummat (dana sosial
masyarakat) oleh masjid dan mushalla sebagai pengembangan dari fungsi
lembaga keagamaan.
2. Menganalisis pola manajemen retribusi dan distribusi dana sosial
masyarakat pada amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu.
3. Menganalisis jumlah dana sosial masyarakat (dana ummat) terkumpul dan
terdistribusikan yang dikelola amil masjid dan mushalla di sekitar
kawasan Kelurahan Cireundeu.
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Manfaat akademis, skripsi ini diharapkan dapat berguna bagi kalangan
pelajar, mahasiswa dan akademisi lainnya. Seperti pemahaman dan
pengetahuan tentang manajemen pengelolaan dana sosial masyarakat di
masjid dan musholla sebagai pengembangan dari fungsi lembaga
keagamaan.
2. Manfaat bagi praktisi. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pelaku
ekonomi Islam khususnya bagi pengelola zakat (pengurus amil zakat)
agar dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya dalam
9
mengelola zakat sesuai dengan hakikat dan fungsi yang sebenar-
benarnya.
3. Manfaat bagi masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada masyarakat umumnya, bagi semua pihak
yang memiliki kemauan untuk dapat memberikan kontribusi yang lebih
maksimal demi penciptaan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
dengan mengoptimalkan penghimpunan zakat dan pengelolaannya yang
maksimal, sehingga zakat dapat dijadikan sebagai alat untuk pengentasan
kemiskinan yang signifikan.
E. Tinjauan Studi Terdahulu
1. Judul “Efektifitas Penyaluran Zakat dalam meningkatkan
Pendapatan Mustahik pada LAZNAS Bangun Sejahtera
Mitra (BSM Ummat)”
Penulis Faradillah ( Skripsi S1 Jurusan Muamalat Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006)
Jenis penelitian Sifat penelitian kualitatif
Hasil penelitian
Efektivitas penyaluran zakat adalah pola penyaluran zakat
dalam bentuk pemberdayaan (produktif) yang disertai target
terjadinya kemandirian ekonomi bagi mustahik dan
mengupayakan adanya peningkatan pendapatan bagi
mustahik.
2. Judul Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif (Kajian
Terhadap Pasal 16Ayat 2 UU no. 38 Tahun 1999
Tentang Pengelolaan Zakat
Penulis Ulin Ulfa (Skripsi S1, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2005)
Jenis penelitian Penelitian deskriptif analisis
Hasil penelitian
Pendayagunaan zakat secara produktif dalam perspektif
hukum Islam adalah dapat dibenarkan, sepanjang
memperhatikan kebutuhan pokok bagi masing-masing
mustahiq dalam bentuk konsumtif yang bersifat mendesak
untuk segera diatasi. Selain itu pendayagunaan dan
10
pengelolaan zakat untuk usaha produktif dibolehkan oleh
hukum Islam selama harta zakat tersebut cukup banyak.
3.Judul Mengukur Kualitas Manajemen Zakat
Penulis Efri S. Bahri (Artikel, Republika, 23 Februari 2004 )
Kesimpulan Jurnal
Kualitas manajemen suatu organisasi pengelola zakat
(Widodo, 2003) harus dapat diukur. Untuk itu, ada tiga kata
kunci yang dapat dijadikan sebagai alat ukurnya. Pertama,
amanah. Sifat amanah merupakan syarat mutlak yang harus
dimiliki oleh setiap amil zakat. Tanpa adanya sifat ini,
hancurlah semua sitem yang dibangun. Kedua, sikap
profesional. Sifat amanah belumlah cukup. Harus diimbangi
dengan profesionalitas pengelolaannya. Ketiga, transparan.
Dengan transparannya pengelolaan zakat, maka kita
menciptakan suatu sistem kontrol yang baik, karena tidak
hanya melibatkan pihak intern organisasi saja, tetapi juga
akan melibatkan pihak eksternal. Dan dengan transparansi
inilah rasa curiga dan ketidakpercayaan masyarakat akan
dapat diminimalisasi.
Banyak penelitian yang membahas permasalahan terkait dengan
pengembangan fungsi zakat dalam mengentaskan masalah ekonomi yaitu
kemiskinan. Beberapa rangkuman kesimpulan penelitian yang penulis coba
lampirkan diatas merupakan studi terdahulu yang Penulis angkat membahas
tentang pendayagunaan zakat untuk usaha produktif.
Penulis tertarik membahas masalah zakat ini karena pengelolaan zakat
yang maksimal harusnya bisa dijadikan sebagai salah satu cara untuk
mengentaskan masalah kemiskinan. Pengelolaan yang didasari oleh prisnsip
manajemen yang baik akan memaksimalkan kinerja dari amil zakat dalam
mengelola setiap dana sosial yang berhasil terhimpun. Penelitian yang Penulis
coba akan lakukan ini memiliki sedikit perbedaan dengan penelitian yang telah
ditampilkan sebelumnya. Tulisan dalam bentuk skripsi pada studi terdahulu
11
yang Penulis tampilkan sebelumnya merupakan tulisan yang membahas tentang
pengelolaan zakat dalam ruang atau lembaga yang bersifat profesional yaitu
Lembaga Amil Zakat Nasional sedangkan bagian yang menjadi objek penelitian
Penulis dalam kesempatan kali ini adalah masjid dan mushalla yang melakukan
kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqoh.
Sedangkan kesamaan dari beberapa studi terdahulu dengan tulisan yang akan
coba dibuat adalah sama-sama mengamati dan menganalisis pola manajemen
khususnya yang terkait dengan kegiatan penghimpunan dan penditsribusian dana
masyarakat yang terkumpul. Selain mengutarakan konsepsi tentang
pemberdayaan zakat, Penulis juga coba melihat sejauh mana peranan dari
pengelola zakat khususnya amil zakat yang ada di Masjid atau Mushalla yang
terdapat di kawasan Kelurahan Cireundeu. Menganalisa sekaligus menjadi bahan
evaluasi terhadap pola penghimpunan dana Ummat dalam hal ini berupa dana
zakat, infaq dan shadaqoh serta distribusi atau penyaluran dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkan.
12
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis.5 Model penelitian ini bertujuan
untuk memberikan gambaran dan informasi yang akurat dari sumber yang terkait
guna memberikan hasil yang maksimal didalam menciptakan hipotesis atau
pemahaman orang tentang berbagai macam variabel sosial.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Pendekatan kualitatif artinya pembahasan dititik-beratkan pada deskripsi data
berupa kata-kata. Penelitian ini merupakan penelitian laporan yaitu penelitian
terhadap data primer melalui wawancara dan sekunder yang didapatkan melalui
berbagai sumber tidak langsung. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan
untuk menganalisis besaran potensi dana ummat yang dapat dikelola oleh amil
masjid dan mushalla dengan melihat data berupa angka atau rekapitulasi
penerimaan dana ummat yang berhasil terhimpun.
a. Jenis data
1) Data Primer adalah hasil wawancara langsung yang dilakukan kepada
pihak pengelola dana sosial masyarakat tentang manajemen
5 S. Nasution, Metode Research.(Jakarta :Bumi Aksara.2002),h:24
13
pengelolaan dana sosial pada masjid dan mushalla yang ada di
Kelurahan Cireundeu.
2) Data Sekunder; data atau laporan yang telah dipubliksaikan oleh amil
masjid atau lembaga sejenis yang masih memiliki korelasi dengan
masalah yang dibahas.
b. Teknik Pengumpulan data
1) Wawancara : Proses wawancara dengan berpedoman pada daftar
pertanyaan/pernyataan yang berisi komponen serta bahasan yang
bersifat kualitatif untuk mengukur kualitas manajemen atau
pengelolaan dana sosial masyarakat oleh kepengurusan amil masjid
dan mushalla di Kelurahan Cireundeu. Adapun pihak yang berhasil
penulis wawancara terkait dengan penelitian ini adalah pengurus amil
masjid dan mushalla yang melakukan kinerja terhadap kegiatan
pengelolaan dana pilantropi atau dana sosial masyarakat. Adapun
alasan mengapa penulis memilih mereka sebagai pihak yang
diinterview adalah karena mereka merupakan pihak yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman mengelola dana pilantropi atau dana
sosial masyarakat dalam beberapa kurun waktu terakhir. Proses
wawancara dilandasi oleh daftar cek (checklist) pernyataan oleh
14
penulis yang berisi butir-butir tentang pengelolaan manajemen dana
sosial masyarakat.
2) Studi Dokumentasi : dokumen atau laporan dalam bentuk rekapitulasi
penerimaan dana sosial masyarakat yang dikelola oleh amil masjid
pada masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu.
c. Metode Analisis Data
1) Metode kualitatif, analisis berupa pembahasan lebih lanjut terkait
dengan permasalahan yang diangkat.
2) Metode kuantitatif, analisis berupa pengolahan data-data berupa
nominal jumlah dana sosial yang terhimpun dalam beberapa periode.
Teknik Penulisan
Penulisan yang digunakan dalam skripsi ini menggunakan buku
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2007“.
15
G. Sistematika Penulisan
Agar penjabaran (deskripsi) penelitian ini sistematis, maka penulis
menyusun skripsi ini dalam bagian beberapa bab dan sub bab yaitu:
Bab I Bab Pendahuluan yang meliputi latar belakang, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan studi terdahulu,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II menyajikan kajian kepustakaan terkait dengan pembahasan yang
bersifat teoritis dari obyek penelitian. Bab ini terbagi menjadi beberapa sub bab
yang meliputi pembahasan mengenai manajemen, fungsi masjid dan pembahasan
tentang dana sosial masyarakat. Pembahasan mengenai manajemen terbagi ke
dalam sub pembahasan yaitu pengertian dan fungsi manajemen. Pembahasan
mengenai fungsi masjid serta pembahasan dana sosial, dibagi ke dalam beberapa
sub pembahasan yaitu pengertian, hikmah dan tujuan zakat, pola penghimpunan
dana zakat, dan pola distribusi dana zakat .
Bab III menyajikan data konteks lokasi penelitian berupa deskripsi data
berkenaan dengan objek wilayah yang menjadi ruang lingkup penelitian. Pada
bab ini digambarkan secara umum tentang kondisi Kelurahan Cireundeu dari
beberapa aspek yaitu letak dan kondisi geografis, demografi Kelurahan
Cireundeu, dan aktivitas perekonomian. Selain itu dalam bab ini pula tersaji
daftar masjid dan mushalla yang menjadi objek penelitian.
Bab IV. Analisis terhadap hasil penelitian yang diperoleh dengan cara
mendeskripsikan data penelitian guna menjawab masalah penelitian. Dalam bab
16
ini pembahasan dibagi ke dalam beberapa sub bab yaitu analisis pola manajemen
retribusi dan distribusi dana sosial masyarakat pada amil masjid dan mushalla di
Kelurahan Cireundeu dan jumlah dana zakat(dana ummat) terkumpul dan
terdistribusikan yang dikelola amil masjid dan mushalla di kawasan Kelurahan
Cireundeu,.
Bab V. Penutup. Dalam bab ini penulis menarik beberapa kesimpulan
terkait dengan hasil penelitian yang diperoleh dari uraian pembahasan
sebelumnya dan serta dalam bab ini pula penulis memberikan saran terkait
dengan penelitian yang telah dilakukan.
17
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Zakat merupakan salah satu bagian dari potensi dana ummat yang dapat
dikembangkan. Zakat memiliki dimensi yang sangat luas bagi manusia. Zakat
tidak saja memiliki dimensi ketuhanan (habluminallah) tetapi zakat memiliki
dimensi kemanusiaan (habluminannaas) yang sangat kuat. Zakat membuktikan
bahwa hubungan kemanusiaan, yaitu: saling tolong-menolong antar sesama
manusia, dibangun di atas nilai- nilai fondasi ketuhanan. Zakat menjadi bukti
bahwa Islam bukan sebatas agama yang melupakan kehidupan dunia semata,
melainkan kehidupan dunia dan akhirat sama-sama menjadi tujuannya. Bagi
Islam, zakat adalah media pembangun umat manusia.
Zakat dalam konteks masyarakat tradisional konservatif diberikan dari
seorang individu kepada individu lain yang mereka telah percayakan. Distribusi
zakat dilakukan dengan pendekatan personal antara individu dengan seseorang
yang di nilai memang pantas menerima zakat yang telah dikeluarkan. Penilaian
tersebut pun beragam, seseorang dapat saja membayarkan Zakatnya pada
seseorang yang menurutnya telah berjasa dalam mengembangkan agama pada
wilayah tertentu (dibaca: pemuka agama) atau distribusi zakat dilakukan
langsung kepada seseorang yang memang masuk dalam kategori seorang
mustahik. Seiring dengan perkembangan zaman maka dalam hal penghimpunan
atau pendistribusian daripada dana zakat itu sendiri diperlukan pengelolaan yang
18
lebih mengacu kepada nilai efektivitas sehingga diperlukan manajemen dalam
hal pengelolaan dana zakat yang lebih mengutamakan maslahat ummat sehingga
aplikasi zakat bisa membawa dampak positif yang lebih optimal.
A. Pengertian dan Fungsi Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Dalam mengartikan dan mendefinisikan manajemen ada berbagai macam.
Ada yang mengartikannya dengan ketatalaksanaan, manajemen, manajemen
kepengurusan dan sebagainya. Termasuk dalam melakukan pengelolaan dana
sosial pun diperlukan manjemen yang baik agar dapat mencapai hasil
pengorganisasian yang maksmial. Istilah manajemen diartikan sebagai “proses
untuk mencapai tujuan organisasi dengan bekerja bersama dan melalui orang-
orang dan sumber daya organisasi lainnya”.
Proses manajemen mencakup empat fungsi dasar, yaitu :
a. Perencanaan. Perencanaan (Planning) berkaitan dengan pemilihan tugas-
tugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi,
menggariskan mengenai bagaimana tugas-tugas tersebut harus dilakukan
dan memberikan indikasi mengenai kapan hal-hal tersebut dilaksanakan.
Kegiatan perencanaan difokuskan pada pencapaian tujuan. Perencanaan
menyangkut keberhasilan organisasi dalam waktu dekat (jangka pendek)
dan agak jauh dimasa depan (jangka panjang).
19
b. Pengorganisasian. Pengorganisasian (organizing) adalah penyerahan
tugas-tugas sebagaimana ditetapkan dalam perencanaan kepada berbagai
individu atau kelompok didalam organisasi. Jadi, organisasi menciptakan
sebuah mekanisme untuk mengubah rencana menjadi tindakan. Orang-
orang didalam organisasi diberikan penugasan yang dapat menyumbang
pada tercapainya tujuan. Tugas-tugas tersebut diatur sehingga hasil kerja
individu menyumbang pada keberhasilan bagian-bagian, yang kemudian
menyumbang pada keberhasilan divisi-divisi dan pada akhirnya
menyumbang pada keberhasilan yang menyeluruh dari organisasi.
c. Pengarahan. Pengarahan (Directing) dan disebut pula dengan istilah
penggerakkan (actuating) berkaitan dengan orang-orang yang ada dalam
organisasi. Pengarahan adalah proses yang menuntun kegiatan-kegiatan
dari para anggota organisasi kearah tujuan yang selayaknya, yaitu arah
yang membantu organisasi bergerak menuju pencapaian tujuan.
d. Pengendalian. Pengendalian (controlling) adalah fungsi manajemen
dalam menghimpun informasi untuk mengukur kinerja dari organisasi,
membandingkan kinerja yang terjadi dengan standar kinerja yang telah
ditetapkan dan menentukan apakah organisasi harus dimodofikasi guna
memenuhi standar yang telah ditetapkan.1
1 Sawaldjo Puspopranoto, Manajemen Bisnis.(Jakarta:PPM , 2006) h.99-100
20
B. Masjid sebagai Basis Pengembangan Potensi Ummat
Masjid merupakan wadah yang paling strategis dalam membina dan
menggerakkan potensi Ummat Islam untuk mewujudkan sumber daya manusia
yang tangguh dan berkualitas. Sebagai pusat pembinaan ummat, eksistensi
Masjid kini dihadapkan pada berbagai perubahan dan tantangan yang terus
bergulir di lingkungan masyarakat. Peran sentral masjid semakin dituntut agar
mampu menampung dan mengikuti segala perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, diperlukan pemikiran dan
perhatian dari dan oleh Ummat Islam sendiri.
1. Peran Masjid dalam Pemberdayaan Ummat
Masjid sebagai komponen fasilitas sosial merupakan bangunan tempat
berkumpul untuk sebagian besar ummat islam untuk melakukan ibadah sebagai
sebuah kebutuhan spiritual yang diperlukan oleh ummat manusia. Masjid sebagai
salah satu tempat pemenuhan kebutuhan spiritual sebenarnya bukan hanya
berfungsi sebagai tempat sholat saja, tetapi juga sebagai pusat kegiatan social
kemasyarakatan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam
menjalankan risalahnya. Masjid pada masa Nabi digunakan untuk :
a. Tempat ibadah (Shalat dan Zikr)
b. Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah social, ekonomi dan
budaya)
c. Tempat pendidikan
21
d. Tempat santunan social
e. Tempat latihan keterampilan militer dan persiapan alat-alatnya
f. Tempat pengobatan para korban perang
g. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa
h. Aula dan tempat menerima tamu
i. Tempat menawan tahanan dan pusat penerangan atau pembelaan agama2
Ada sembilan fungsi yang dapat diperankan oleh masjid dalam rangka
pemberdayaan ummat, diantaranya :
a. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadah dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT
b. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri‟tikaf membersihkan diri,
menggembleng batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara
keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian
c. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna
memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat
d. Masjid adalah tempat berkonsultasi mengajukan kesulitan-kesulitan,
meminta bantuan dan pertolongan
e. Masjid adalah tempat membina keutuhan jamaah dan gotong royong
untuk meningkatkan kesejahteraan bersama
2 M. Quraish Shihab.Wawasan Al Qur’an, Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan
Ummat(Bandung :Mizan,1996)h.462
22
f. Masjid dengan Majlis Ta‟limnya merupakan wahana untuk
meningkatkan kecerdasan ilmu dan pengetahuan
g. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader
pemimpin ummat
h. Masjid adalah tempat menghimpun dana, menyimpan dan
membagikannya
i. Masjid adalah tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial3
C. Dana Sosial Masyarakat
Kemiskinan merupakan masalah klasik yang sudah ada dalam catatan
manusia sejak zaman dahulu. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
menghapuskan masalah kemiskinan ini. Kemiskinan yang melanda ummat islam
adalah suatu ironi mengingat agama islam merupakan satu-satunya agama
samawi yang dengan tegas mewajibkan ummatnya untuk mengeluarkan sejumlah
harta sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap kondisi lingkungan termasuk
didalamnya dana sosial seperti zakat, infaq, shadaqoh dan lainnya. Salah satu
tujuan berzakat adalah untuk menghapuskan kemiskinan. Al Quran sudah sejak
awal menawarkan solusi untuk mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan
distribusi pendapatan dengan cara memasukkan kegiatan zakat sebagai salah satu
pilar penting dalam islam yang tercantum didalam arkan al Islam. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya peranan zakat didalam kehidupan seorang
muslim.
3 Moh. E. Ayub.Menejemen Masjid(Jakarta:Gema Insani Press,1997)h.7
23
1. Pengertian Zakat
Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan
yang dimiliki orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya.4
Zakat merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah kepada setiap
muslim yang memiliki harta yang telah mencapai nisab dengan syarat tertentu. 5
Allah telah mewajibkan zakat dalam Al Qur‟an dengan firmannya :
“ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka.” (Attaubah : 103 )
“Hai Orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untuk kamu.”(Al Baqarah : 267)
: سوعت رسىل اهلل صّلى اهلل علٍو وسّلن ٌقىل : عي ابً عبذ الزحوي عبذ اهلل ابي عوز ابي الخّطاب رضً اهلل عنهوا قا ل
شها دة اى ال إلو ااّلاهلل واى هحوذ ا رسىل اهلل و إقام الصال ة و إٌتا ء الزكاة وحج البٍت وصىم : بنً اإلسال م على خوس
(رواه التزهذي وهسلن )الزهضاى
4 Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Zakat Pasal 1
5 Abu Bakar Jabir AlJaza‟iry.Terj.Minhajul Muslim.(Madinah:Maktabul „Ulum
walHikam : 1419 H)h. 426
24
“ Islam dibangun atas lima perkara : Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah (Syahadatain) ,mendirikan
Shalat, menunaikan Zakat, melaksanakan Haji ke Baitullah dan menjalankan
puasa Ramadhan.”6
2. Hikmah dan Tujuan Zakat
Tujuan dan Hikmah Zakat lainnya seperti yang dikemukakan oleh Didin
Hafiduddin adalah pertama merupakan perwujudan ketundukkan, ketaatan dan
rasa syukur atas karunia Allah SWT. Kedua zakat merupakan hak mustahik yang
berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka kepada arah
kehidupan yang lebih baik dan sejahtera agar dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya dan dapat beribadah kepadanya. Ketiga merupakan pilar amal bersama
(jama’i) antara yang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang
seluruh waktunya untuk berjihad dijalan Allah juga sebagai salah satu bentuk
konkret dari jaminan sosial. Keempat sebagai sumber dana bagi pembangunan,
sarana maupun prasarana yang harus dimiliki oleh Ummat Islam, sekaligus
sebagai sarana pengembangan kualitas SDM. Kelima untuk memasyarakatkan
etika bisnis yang benar sebab zakat bukanlah membersihkan harta yang kotor,
tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain atas harta yang diusahakan
dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah. Keenam Salah satu
instrumen bagi pembangunan kesejahteraan ummat, pertumbuhan dan
pemerataan pendapatan. Ketujuh mendorong ummat untuk bekerja dan berusaha
6 Muhyiddin Yahya bin Syarif Nawawi.Hadits Arba’in Nawawiyah.Penerjemah
Abdullah Haidhir(T.tp.,Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah,2010)h.14
25
sehingga memiliki harta untuk dapat memenuhi kehidupan diri dan keluarga serta
dapat berzakat atau berinfaq.7
3. Zakat dan Optimalisasi Pengelolaan melalui Lembaga
Zakat merupakan sebuah ibadah yang memiliki nuansa horizontal dan
vertical. Horizontal dilihat dari segi zakat sebagai salah satu intrumen dalam
meningkatkan kesejahteraan ummat dan efek sosial lainnya. Dengan berzakat
seseorang dapat memperoleh ketenangan diri, karena pada dasarnya harta yang
diperoleh seseorang merupakan sebuah amanah dan titipan yang didalamnya
terdapat hak orang lain yang membutuhkan. Melalui ibadah ini, seseorang pun
telah memposisikan dirinya sebagai makhluk sosial yang memiliki kepekaan dan
kepedulian terhadap masalah yang muncul disekitar lingkungannya. Karena
peduli dan berbagi pun merupakan salah satu wujud ketaqwaan, maka seseorng
yang telah membayarkan atau menunaikan kewajiban berzakatnya maka berarti
Ia telah mentaati salah satu perintah Allah dalam hal ini adalah menunaikan
zakat. Hubungan seperti ini yang disebut sebagai nuansa vertical. Wujud
ketaqwaan seseorang juga dapat dilihat dari seberapa ringannya mereka dalam
mendermakan sebagian hartanya kepada pihak lain yang membutuhkan.
Dana zakat yang terhimpun dan dikelola dengan baik akan menghasilkan
manfaat yang luar biasa. Mengentaskan masalah kemiskinan pun menjadi target
jangka panjang yang ingin dicapai, walaupun sama-sama kita ketahui bahwa
7 Didin Hafiduddin.Zakat dalam Perekonomian Modern.( Jakarta: Gema Insani
Press,2002) h.28
26
musuh besar ekonomi ini (baca:kemiskinan) nampaknya tidak akan pernah
terselesaikan namun dapat diminimalisir. Karena hakikat tujuan dari
pengelolaan dana zakat dan dana sosial lain yang terhimpun adalah
mendistribusikan dengan cara yang seadil-adilnya. Keadilan distribusi menjadi
target yang paling relevan untuk dijalankan bagi setiap pengelola dana sosial
masyarakat yang ada. Termasuk didalamnya adalah bagaimana meningkatkan
kesadaran bagi setiap mustahik untuk mengubah mindset (pola fikir) bahwa
dengan adanya pendistribusian dana sosial yang terhimpun kepada mereka
harusnya bisa lebih diaktualisasikan untuk peningkatan kualitas pengembangan
potensi diri termasuk dalam hal kemandirian ekonomi.
Untuk memaksimalkan pendayagunaan zakat, diperlukan mekanisme
pengelolaan yang baik dan terarah sehingga bisa menjadi suatu system yang
dengannya keberadaan zakat bisa benar-benar menjadi instrument
penanggulangan kemiskinan. Manajemen atau tata kelola yang baik pada suatu
lembaga pengelola zakat menjadi tolak ukur pencapaian maksimal dari
pendayagunaan zakat yang ada. Dengan manajemen yang terpola dengan baik
akan menghasilkan output yang maksimal. Zakat harus dikelola oleh Amil
(lembaga) yang professional, amanah, bertanggung jawab, memiliki pengetahuan
yang memadai tentang zakat , dan memiliki waktu yang cukup untuk
mengelolanya ( misal untuk melakukan sosialisasi, pendataan muzaki dan
mustahik, dan penyaluran yang tepat sasaran serta pelaporan yang transparan).
27
Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat (amil zakat), apalagi
yang memiliki kekuatan hukum formal akan memiliki beberapa keuntungan
antara lain : 8
Pertama, lebih sesuai dengan tuntunan syariah dan sirah nabawiyah
maupun sirah para sahabat dan tabi'in. Kedua, untuk menjamin kepastian dan
disiplin membayar zakat. Ketiga, untuk menjaga perasaan rendah diri para
mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para
muzakki. Keempat, untuk mencapai efisiensi dan efektivitas serta sasaran yang
tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada satu
tempat. Kelima, untuk memperlihatkan syiar dalam semangat penyelenggaraan
pemerintah yang islami. Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki
kepada mustahik, merskipun secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi
disamping akan terabaikannya hal-hal tersebut diatas, juga hikmah dan fungsi
zakat, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan ummat, akan sulit
diwujudkan. Karena itu pula, pada zaman Rasulullah, para sahabat dan tabi'in,
zakat selalu dikelola oleh petugas khusus yang mengatur pengambilan maupun
pendistribusiannya. Dengan demikian, zakat disamping amal yang bersifat
karitatif (kedermawanan yang harus dilandasi dengan keikhlasan), juga suatu
kewajiban yang bersifat imperatif.
8 Didin Hafidhuddin,Dunia Perzakatan di Indonesia,dalam FOZ, ed., South East
Asia Zakat Movement (Jakarta:FOZ,2008)h.79
28
Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan UU RI No.38 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Zakat dan keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581
tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU RI No.38 tahun 1999 dan Keputusan
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291
tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.
Tujuan Pengelolaan Zakat dalam Bab II Pasal 5 Undang-undang tersebut
adalah :
a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat
sesuai dengan tuntunan agama.
b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.
Dalam Bab III UU RI. No. 38 Tahun 1999 dikemukakan bahwa
organisasi pengelola zakat terdiri dari dua jenis, yaitu Badan Amil Zakat (pasal
6) dan Lembaga Amil Zakat (pasal 7). Selanjutnya pada bab tentang sanksi (Bab
VIII) dikemukakan pula bahwa setiap pengelola zakat yang karena kelalainnya
tidak mencatat atau mencatat dengan tidak benar tentang zakat, infaq, sedekah,
hibah, wasiat, waris, dan kafarat sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8,
pasal 12, dan pasal 11 undang-undang tersebut, diancam dengan hukuman
kurungan selama-lamanya tiga bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp
29
30.000.000. Sanksi ini tentu dimaksudkan agar BAZ dan LAZ yang ada di
Negara ini menjadi pengelola zakat yang kuat, amanah, dan dipercaya oleh
masyarakat sehingga pada akhirnya masyarakat secara sadar dan sengaja akan
menyerahkan zakatnya kepada lembaga pengelola zakat.
4. Pola Penghimpunan atau Retribusi Dana Zakat
Pada dasarnya, dukungan pokok dalam mengoptimalkan penyaluran dan
pendayagunaan zakat adalah besarnya jumlah mustahik di Indonesia. Namun
kondisi saat ini justru sebaliknya. Jumlah mustahik yang sangat besar itu, tidak
didukung oleh pola-pola dan mekanisme pengumpulan zakat yang optimal untuk
menjadi sumber bagi program pemberdayaannya.
Indonesia adalah negara besar jika dilihat dari sektor kependudukan,
dengan jumlah masyarakat muslim yang mayoritas ternyata belum dapat
mengoptimalkan potensi dana zakat dari mayoritas penduduknya. Beberapa yang
menyebabkan hal ini di antaranya, pertama ketersediaan infrastruktur dalam
upaya pengumpulan dana zakat, kedua paradigma para muzakki tentang zakat
yang merupakan kewajiban pribadi pun perlu diluruskan kembali.9
Dalam pengelolaan zakat, Allah memerintahkan, ada muzakki sebagai
orang yang membayar zakat, dan ada amil sebagai pengumpul dan penyalur serta
ada mustahik sebagai pihak yang menerima zakat. Dalam surat AtTaubah:103
diterangkan komponen-komponen tersebut :
9 Aris Muftie,Optimalisasi Pengumpulan Zakat.(Jakarta : FOZ ,2006) h.85
30
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka,
sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
Berangkat dari perintah yang termaktub pada ayat tersebut, yang diawali
dengan “kata perintah” : Ambillah , seharusnya mekanisme pengumpulan dan
penyaluran zakat sebagai berikut :
Muzakki Amil/Petugas Mustahik
(QS 9:103)
Zakat Ada Petugas/Amil
Bersifat imperatif /fakultatif disamping karitatif
5. Pola Distribusi Dana Zakat
Ada beberapa landasan hukum dari distribusi zakat baik dari dalil nash
atau hukum positif. Beberapa diantaranya adalah :
“ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
31
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana”(QS At Taubah : 60) 10
“ Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke
barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah,
hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi,serta memberikan
harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-
orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk
memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan sholat dan menunaikan
zakat, orang-orang yang menepati janji apabiloa berjanji, dan orang yang sabar
dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”( QS
Al Baqarah : 177)
Zakat pada hakikatnya adalah distribusi kekayaan di kalangan Ummat
Islam untuk mempersempit jurang pemisah antara orang kaya dengan orang
miskin dan menghindari pemupukkan kekayaan ditangan seseorang.
10 yang berhak menerima zakat ialah: 1. orang fakir: orang yang amat sengsara
hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2. orang miskin:
orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang
yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang ada
harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5.
memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang
kafir. 6. orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan
tidak sanggup membayarnya. adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam
dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah
(sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada
yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti
mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan
maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
32
Penyaluran dana zakat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu :
a. Pola Tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat yang diberikan
langsung kepada mustahik. Dengan pola ini penyaluran dana kepada
mustahik tidak disertai dengan target adanya kemandirian kondisi sosial
maupun kemandirian ekonomi (pemberdayaan).
b. Pola Kontemporer (Produktif)
Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang
dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktivitas suatu usaha atau
bisnis. Pola penyaluran secara produktif adalah penyaluran dana zakat
disertai target mengubah keadaan mustahik (lebih dikhususkan kepada
golongan faqir dan miskin) dari kategori mustahik menjadi kategori
muzakki. Pola ini pernah dikembangkan oleh Nabi, yaitu beliau pernah
memberikan zakat kepada seorang faqir sebanyak dua dírham untuk
makan dan satu dírham untuk pembelian kapak sebagai alat untuk
bekerja, supaya hidupnya tidak bergantung pada orang lain.
Ada beberapa pendapat Fuqoha terkait dengan pola distribusi zakat,
sebagai berikut 11
:
11 Husnul Khatimah,”Pengaruh Zakat Produktif terhadap Peningkatan
Kesejahteraan Ekonomi Para mustahik”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islami (Oktober-
Desember,2005), h.51
33
1) Pendapat minimalis (distribusi minimal atau konsumtif), yaitu zakat
diberikan kepada faqir miskin sesuai dengan jatah yang dapat
memenuhi kebutuhan pangan untuk sehari semalam.
2) Pendapat standar menengah (distribusi menengah) yaitu zakat yang
diberikan kepada faqir miskin dengan jatah yang menjadikan mereka
tergolong kaya atau berkecukupan yaitu sebanyak nishab zakat.
Dana zakat yang terkumpul yang dikelola oleh sebagian besar BAZ dan
LAZ biasanya sudah terwujud dalam bentuk program pendayagunaan semisal :
1. Pemberian beasiswa dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi (bagi
kalangan yang termasuk kategori mustahik).
2. Pemanfaatan dana zakat untuk usaha-usaha yang sifatnya produktif,
disamping yang bersifat konsumtif.
3. Mendirikan Rumah Sakit gratis untuk kaum dhuafa.
4. Mendirikan Lembaga pendidikan unggul bagi kaum dhuafa (gratis)
5. Mendirikan Balai Pelatihan Keterampilan.
6. Melalui dana bergulir dengan bekerja sama dengan BMT
memberikan pembiayaan bagi usaha kaum dhuafa.
34
7. dan kegiatan lainnya bagi kepentingan mustahik disertai pengawasan
dan pendampingan dari amil zakat.
8. BAZ dan LAZ pun terlibat aktif dalam penanggulangan berbagai
musibah yang terjadi ditanah air, baik pada tahap emergency maupun
pada tahapan pembangunan kembali.
9. Dalam mendayagunakan dana zakat, BAZ dan LAZ melaporkan
secara terbuka kepada publik melalui berbagai media masa dan juga
mempergunakan jasa auditor, baik internal atau eksternal.
35
BAB III
PROFIL KELURAHAN CIREUNDEU
Dalam penelitian kali ini, penulis memilih Kelurahan Cireundeu sebagai
wilayah atau tempat penelitian dengan beberapa pertimbangan diantaranya
adalah berkenaan dengan faktor lokasi. Permasalahan yang berkenaan dengan
manajemen pengelolaan dana sosial yang dilakukan oleh sejumlah amil masjid
dan mushalla belum cukup tergali. Oleh karenanya, sebagai putera daerah
penulis berkeinginan untukmencermati dan menganalisis tentang bagaimana
pelaksanaan pengelolaan dana sosial masyarakat oleh amil masjid dan musholla
di Kelurahan Cireundeu. Selain itu, Kelurahan Cireundeu sebagai salah satu
kelurahan yang berada di Kecamatan Ciputat Timur merupakan Kelurahan yang
bisa penulis kategorikan sebagai salah satu Kelurahan yang memiliki dinamika
perkembangan yang cukup cepat. Hal ini dibuktikan dengan tumbuhnya sarana
dan prasarana masyarakat yang menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam
pembahasan kali ini ada beberapa hal yang akan diangkat khususnya terkait
dengan profil Kelurahan Cireundeu, yaitu seputar data wilayah, keadaan
demografi dan potensi wilayah serta jumlah masjid dan mushalla.
36
A. DATA WILAYAH
ProfilKelurahan Cireundeu 2008
Orbitasi
Orbitasi Jarak (Km)
Ke Ibukota Kecamatan 5 Km
Ke Ibukota Kabupaten (Kota) 15 Km
Ke Ibukota Provinsi 130 Km
Ke Ibukota Negara 25 Km
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Di lihat dari posisinya, keberadaan Kelurahan Cireundeu merupakan satu
kelurahan yang berdekatan langsung dengan perbatasan dengan wilayah DKI
Jakarta. Ini berarti akses untuk menciptakan kemajuan di berbagai macam bidang
adalah sangat memungkinkan karena secara geografis Kelurahan Cireundeu
terletak berdekatan dengan pusat kegiatan dalam hal ini Ibukota Negara.
Luas Wilayah : 320 Ha/Km2
Batas Wilayah:
Utara : Kel. Lebak Bulus (DKI Jakarta)
Selatan : Kel. Pisangan
Barat : Kel. Pisangan, Kel Rempoa
Timur : Kel. Lebak Bulus (DKI Jakarta)
37
Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) %
Lahan Darat/kering 23 Ha 11,01%
Lahan Perkebunan 11 Ha 5,26%
Permukiman 175 Ha 83,73%
Jumlah 209 Ha 100%
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Dari keterangan di atas bisa diambil informasi bahwa sebagian besar
lahan yang terdapat di Kelurahan Cireundeu dipergunakan untuk wilayah
Permukiman Penduduk. Adapun sebagian kecil lainnya masih difungsikan untuk
perkebunan. Sisanya berupa lahan darat atau kering.
B. KEADAAN DEMOGRAFI
Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
No. Nama Kelurahan Penduduk
Jumlah Laki-laki Perempuan
Cireundeu 11.936 11.492 23.428
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
No. Kelompok Umur Jumlah %
1. 0-09Tahun 1188 5,55%
2. 10-19 Tahun 2440 11,40%
3. 20-29Tahun 3616 16,89%
4. 30-39 Tahun 4532 21,17%
5. 40 -49 Tahun 5098 23,81%
6. 50-60 Tahun 3122 14,58%
7. 60 Tahun keatas 1412 6,60%
Jumlah 21.408 100%
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
38
Jumlah Penduduk berdasarkan Agama yang dipeluk
No. Agama Jumlah %
1. Islam 19434 82,55%
2. Kristen 2361 10,03%
3. Katholik 1562 6,64%
4. Hindu 116 0,49%
5. Buddha 69 0,29%
Jumlah 23.542 100%
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Mayoritas penduduk yang berada di Kelurahan Cireundeu adalah
penganut Agama Islam Sebagian kecil lainnya menganut agama Kristen dan
Katholik serta sisanya ada sedikit jumlah penduduk yang menganut agama hindu
dan buddha
Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Pekerjaan
No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa)
1. Belum/tidak bekerja 1620
2. IRT 4680
3. Pelajar/Mahasiswa 3200
4. Pensiunan 375
5. PNS 1705
6. TNI 98
7. POLRI 87
8. Pedagang 2501
9. Petani 80
10. Karyawan BUMN/BUMD/Swasta 4787
11. Buruh 1200
12. Guru 247
13. Dosen 87
14. Dokter 14
15. Perawat 28
16. Bidan 6
17. Lainnya 2713
18. Jumlah 23.428
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
39
Dari keterangan di atas dapat ditarik ksempulan bahwa penduduk di
kelurahan Cireundeu merupakan penduduk yang cukup beragam dilihat dari jenis
pekerjaan. Sebagian besar penduduk di Kelurahan Cireundeu berprofesi sebagai
Karyawan BUMN/BUMD ataupun karyawan Swasta, disusul dengan jumlah Ibu
Rumah Tangga (IRT) pada urutan berikutnya. Pelajar dan mahasiswa menjadi
urutan jenis objek kegiatan yang paling banyak setelah Karyawan dan Ibu
Rumah Tangga. Kelompok Pedagang juga menjadi komunitas yang cukup
banyak terdapat di Kelurahan Cireundeu. Disusul oleh jenis pekerjaan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) pada urutan berikutnya. Sisanya berbagai macam jenis
pekerjaan lain seperti Guru, TNI, POLRI, Dosen dll. Keberagaman klasifikasi
Kependudukan dilihat dari jenis pekerjaan ini mengindikasikan bahwa sebagian
besar Penduduk yang ada dikawasan Kelurahan Cireundeu dapat dikategorikan
sebagai masyarakat yang cukup maju dan berkembang.
Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) %
1. Tidak/Belum Sekolah 1165 7,47 %
2. Belum Tamat SD/Sederajat 150 0,96%
3. Tamat SD/Sederajat 2331 14,95%
4. SLTP/Sederajat 3496 22,42%
5. SLTA/Sederajat 3993 25,61%
6. Diploma III/Akademik 3492 22,40%
7. Diploma IV/Strata I 266 1,71%
8. Strata II 466 2,99%
9. Strata III 233 1,49%
Jumlah 15.592 100%
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
40
Dari keterangan di atas dapat ditarik informasi bahwa, mayoritas
masyarakat yang berada di Kelurahan Cireundeu telah menempuh jenjang
pendidikan hingga SLTA/Sederajat disusul jenjang pendidikan SLTP/Sederajat
dan Diploma III/Akademik pada urutan berikutnya. Jumlah penduduk yang
hanya menamatkan jenjang pendidikan hingga tamat Sekolah Dasar/sederajat
berada diurutan ke empat setelah urutan yang telah disebut. Sisanya ada yang
menempuh jenjang pendidikan hingga strata I, Strata II dan Strata III. Jumlah
tingkat Strata II lebih banyak dibandingkan dengan jumlah Strata I. Data terlihat
agak rancu, oleh karenanya Penulis konfirmasi langsung ke Staff Kelurahan
Cireundeu. Memang jawaban yang diterima bahwa pada data tersebut terdapat
kesalahan ketik, namun Kami tetap menuliskan sesuai dengan data asli yang
diberikan dengan alasan keabsahan data awal tidak bisa tergantikan oleh
konfirmasi pihak yang belum tentu menguasai atau mengetahui darimana sumber
data diperoleh.
C. POTENSI WILAYAH
Daftar RW, RT dan Jumlah KK
No. Nama Kelurahan/Desa Jumlah RW Jumlah RT Jumlah KK
Cireundeu 12 52 5738
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
41
Sarana/Prasarana Kesehatan
No. Sarana/Prasarana Jumlah
1. Rumah Sakit 1
2. Klinik Umum/Gigi/Bersalin 5
3. Rumah Bersalin 3
4. Dokter Praktek 6
5. Bidan Praktek 7
6. Posyandu 10
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Dari keterangan diatas dapat diambil bahwa Potensi Wilayah Kelurahan
Cireundeu dilihat dari segi sarana dan prasarana kesehatan cukup baik, dan
didukung dengan keberadaan sebuah Rumah Sakit, dan beberapa sarana
kesehatan lainnya seperti Klinik umum/Gigi/Bersalin serta beberapa posyandu.
Kondisi ini memudahkan bagi masyarakat sekitar khususnya yang berada di
Wilayah Kelurahan Cireundeu dalam hal penanganan masalah kesehatan.
Sarana Pendidikan
No. Jenis Sarana Jumlah
1. Kelompok Bermain 2
2. Taman Kanak-kanak 5
3. Sekolah Dasar/Sederajat 9
4. SMP/Sederajat 2
5. SMA/Sederajat 1
6. Perguruan Tinggi 2
7. Pondok Pesantren 1
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Dari keterangan di atas dapat diambil informasi bahwa sarana pendidikan
di Wilayah Kelurahan Cireundeu cukup baik. Hal ini bisa disimpulkan dengan
dilandasi keberadaan beberapa sarana dan prasarana dalam hal ini berbentuk
42
Lembaga Pendidikan formal seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Atas serta beberapa institusi pendidikan untuk jenjang lebih
tinggi seperti Universitas (Perguruan Tinggi) ataupun Pondok Pesantren. Pondok
Pesantren yang ada di Wilayah Kelurahan Cireundeu merupakan salah satu
pondok ataupun ma'had yang cukup memiliki nama dikalangan kaum santri atau
kaum terpelajar, Daar As-sunnah (red : Darussunnah) suatu ma'had di bawah
pimpinan ulama besar yaitu K.H. Ali Mustofa Ya'kub (salah satu Ahli Hadits di
Indonesia) yang bergerak khusus didalam bidang keilmuan Hadist. Namun
sayangnya Putera Daerah dalam hal ini adalah remaja/I dikalangan setempat (red
:pribumi) sangat jarang yang berminat untuk bisa melanjutkan pendidikan
mereka di Ma'had tersebut.
Sarana Perdagangan
No. Jenis Sarana Jumlah
1. Pertokoan / Ruko 3
2. Pasar Swalayan / Toserba 5
3. Restoran / Rumah Makan 3
4. Warung 97
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Dari keterangan di atas, dapat diambil informasi bahwa sarana
perdagangan di wilayah Kelurahan Cireundeu cukup baik. Hal ini didukung
dengan beberapa sarana yang tadi telah disebutkan diatas. Pasar Swalayan
sebagai sarana yang di manfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk membeli
kebutuhan-kebutuhan harian ditambah lagi dengan sarana perdagangan yang
43
bersifat mikro seperti warung yang jumlahnya cukup banyak di wilayah
kelurahan Cireundeu. Fakta ini merupakan indikasi bahwa kegiatan
perekonomian dalam hal ini terkait dengan sarana perdagangan cukup baik dan
berkembang.
Sarana Perbankan dan Koperasi
No. Jenis Sarana Jumlah
1. Bank Umum / Komersil 5
2. Bank Perkreditan Rakyat 2
3. Koperasi non KUD 1
4. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) 1
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Dari keterangan di atas, dapat diambil informasi bahwa sarana Perbankan
dan Koperasi di Wilayah Kelurahan Cireundeu cukup memadai. Hal ini bisa
dilihat dari beberapa Bank Umum / komersil yang terdapat pada wilayah
tersebut. Keberadaan Bank-bank yang ada memberikan kemudahan bagi
masyarakat untuk dapat melakukan transaksi-transaksi keuangan baik saving
(menyimpan/menabung) ataupun kegiatan lain berupa permohonan pembiayaan
serta untuk transaksi yang dilakukan sebagai sarana lalu lintas pembayaran.
Begitu pula keberadaan Koperasi, yang memiliki fungsi yang hampir sama
dengan Bank hanya saja biasanya keberadaan Koperasi meliputi bidang-bidang
yang lebih bersifat mikro. Tentu saja hal ini merupakan suatu nilai positif bagi
keberadaan wilayah Kelurahan Cireundeu karena memiliki sarana Perbankan dan
Koperasi yang cukup baik, karena dengan itu dinamisasi ekonomi dapat berjalan
dan berkembang dengan nilai yang cukup signifikan.
44
D. JUMLAH MASJID DAN MUSHALLA
Data Masjid
No. Nama Masjid Alamat Ketua
1. At-Taubah Cireundeu Rt 01/01 H. Mursidi
2. Al- Ikhlas Cireundeu Rt 04/01 Drs. Hanafi
3. At- Taqwa Poncol Rt 04/02 Fahruzi,SE
4. Al- Mukhlisin Poncol Rt 02/02 Drs. Sumardi
5. Al- Hidayah Poncol Rt 01/02 Syarif Ma'mum,SAg
6. Al- Barkah Gunung Selatan Rt 04/03 Drs. Abd.Aziz Syam
7. Baitul Ula Pisangan Timur Rt 04/04 H. Abd Rachim
8. Al- Ikhlas Kp. Baru Rt 05/09 Endang Supandi,SE
9. Al- Irfan Komplek UI Rt /07 Moh Arifin
10. Ruhama Pisangan Barat Rt 05/09 Drs. H. Mudjitaba
11. Al- Mugiroh Pisangan Barat Rt 03/09 Drs. H.M. Satibi
12. Al-Mujahidin Pisangan Barat Rt 01/09 Drs. Murbantoro
13. Darussa'adah Cireundeu Ilir Rt 02/10 Drs. Rahmat
14. Nurul Huda Kp. Gintung Rt 02/08 Ust Dahlan
15. Al- Istiqomah Kp. Gunung Utara Rt 02/11 Drs. Alek Iskandar
16. Jabalul Rahmah Kp. Gunung Utara Rt 04/11 M. Noor
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Data Mushalla
No. Nama Mushalla Alamat Ketua
1. As-syifa Cireundeu Rt 01/01 H. Mudassir
2. Al- Muttaqin Cireundeu Rt 02/01 Ustadz Kasmani AR
3. Al- Huda Poncol Rt 04/02 H. Hatta Abidin
4. Al-Inayah Poncol Rt 02/02 H. Dana
5. Al- Muhajirin Gunung Selatan Rt 01/03 Sumardi
6. Nurul Yaqin Pisangan Timur Rt 01/04 H.Endang Supriatna,SE
7. Al- Ittihad Pisangan Barat Rt 01/05 M. Noor
8. Nurus Sajidin Pisangan Barat Rt 03/05 Mustofa Y.
9. Al- Fallah Pisangan Barat Rt 04/05 Judi Asidi
10. Al- Muqarrabin Kp. Baru Rt 03/06 H. Matalih
11. Nurul Iman Gintung Rt 01/08 H. Muslim
12. Al- Kabadiyah Pisangan Barat Rt 03/09 Drs. Syamsuddin Dasan
13. Al- Misbah Gunung Utara Rt 03/11 Abd Syukur
Profil Kelurahan Cireundeu 2008
45
Jumlah masjid yang ada di wilayah Kelurahan Cireundeu sebanyak 16
buah. Ini jumlah yang lumayan banyak mengingat luas wilayah Kelurahan
Cireundeu tidak terluas dibanding dengan daerah kelurahan lainnya di Tangerang
Selatan. Masjid-masjid yang ada saat ini merupakan masjid yang memiliki
bangunan yang cukup terbilang modern. Kualitas bangunan beragam. Beberapa
masjid merupakan masjid yang memiliki usia bangunan yang cukup tua seperti
halnya masjid Baitul Ula yang merupakan Masjid yang pertama kali dibangun di
wilayah setempat (Kelurahan Cireundeu dan sekitarnya). Namun tidak berarti
bahwa bangunan masjid terlihat tua karena sudah mengalami beberapa kali
renovasi. Di samping itu beberapa masjid masih bisa digolongkan sebagai masjid
dengan usia bangunan yang terbilang muda seperti masjid Jabalul Rahmah
(masjid yang berada di kawasan sekitar daerah bencana situ gintung yang berdiri
kokoh di saat bangunan lain rusak parah) dan Masjid Al Ikhlas (Kampung Baru)
sebagai masjid yang didirikan dalam kurun 3 tahun terakhir. Hal ini memberikan
indikasi bahwa keberadaan Masjid yang ada di Kelurahan Cireundeu memiliki
manajemen yang beragam, mulai dari manajemen pengelolaan masjid secara
umum sampai dengan pengelolaan dana masyarakat khususnya lagi mengenai
pola penghimpunan dana zakat dan pola distribusinya. Termasuk pula dengan
keberadaan mushalla yang ada, pun memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda
dengan keberadaan masjid. Setiap kali tiap ramadhan menjelang hampir seluruh
masjid dan mushalla membentuk panitia dana sosial (Amil) . Dari sini penulis
ingin melihat lebih jauh bagaimana pengurus DKM (Dewan Kesejateraan
46
Masjid/Mushalla) mengelola kegiatan-kegiatan yang ada di masjid/ mushalla
yang bersangkutan terkait dengan pola manajemen kegiatan secara umum dan
khususnya tentang pengelolaan dana ummat berupa zakat seputar pola
penghimpunan dan pendistribusiannya.
47
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Analisis hasil penelitian merupakan salah satu bagian terpenting dalam
proses penelitian. Data yang didapatkan saat pelaksanaan penelitian akan
dianalisis dan di bahas pada bab ini. Termasuk dalam kesempatan kali ini, akan
dikemukakan pembahasan terhadap temuan penelitian tentang pengelolaan zakat.
Pengelolaan zakat merupakan bagian terpenting dalam memaksimalkan manfaat
keberadaan zakat itu sendiri. Termasuk dalam hal ini adalah pengelolaan atau
manajemen dana ummat, yang dikelola oleh masjid atau mushola. Seperti apa
yang telah diungkap pada bab sebelumnya, masjid harusnya bisa menduduki
fungsi yang lebih optimal, tidak hanya diperuntukkan sebagai tempat ibadah saja,
namun fungsi-fungsi lain seperti fungsi lembaga sosial, lembaga ekonomi dan
pemberdayaan ummat, fungsi pendidikan dan politik (bukan politik praktis),
harusnya bisa juga kita jumpai pada lembaga ibadah seperti masjid atau mushola.
Dalam bab ini, akan dijabarkan temuan penelitian di lapangan (dalam hal
ini, adalah masjid atau mushalla di Kelurahan Cireundeu) terkait dengan
manajemen atau pengelolaan zakat, infak dan shodaqoh sebagai dana sosial
masyarakat berikut dengan potensinya di Kelurahan Cireundeu.
48
A. Gambaran umum Proses penelitian
Objek penelitian ini adalah manajemen pengelolaan dana ummat (dana
sosial) pada seluruh masjid dan mushalla yang berada di wilayah Kelurahan
Cireundeu dengan fokus pada manajemen pengelolaan zakat, infak dan sedekah.
Jumlah masjid yang berada di wilayah Kelurahan Cireundeu sebanyak 16 buah.
Berikut tabel masjid yang berada di wilayah Kelurahan Cireundeu :
Tabel 4.1 : Masjid di Kelurahan Cireundeu menurut Alamat dan Pengurus
No. Nama Masjid Alamat Ketua Takmir
1. At-Taubah Cireundeu Rt 01/01 H. Mursidi
2. Al- Ikhlas Cireundeu Rt 04/01 Drs. Hanafi
3. At- Taqwa Poncol Rt 04/02 Fahruzi,SE
4. Al- Mukhlisin Poncol Rt 02/02 Drs. Sumardi
5. Al- Hidayah Poncol Rt 01/02 Syarif Ma'mum,S.Ag
6. Al- Barkah Gunung Selatan Rt 04/03 Drs. Abd.Aziz Syam
7. Baitul Ula Pisangan Timur Rt 04/04 H. Abd Rachim
8. Al- Ikhlas Kp. Baru Rt 05/09 Endang Supandi,SE
9. Al- Irfan Komplek UI Rt /07 Uts. Moh Arifin
10. Ruhama Pisangan Barat Rt 05/09 Drs. H. Mujitaba
11. Al- Mugiroh Pisangan Barat Rt 03/09 Drs. H.M. Satibi
12. Al-Mujahidin Pisangan Barat Rt 01/09 Drs. Murbantoro
13. Darussa'adah Cireundeu Ilir Rt 02/10 Drs. Rahmat
14. Nurul Huda Kp. Gintung Rt 02/08 Ust. Dahlan
15. Al- Istiqomah Kp. Gunung Utara Rt 02/11 Drs. Alek Iskandar
16. Jabalul Rahmah Kp. Gunung Utara Rt 04/11 M. Noor
Sumber : Data Lapangan
49
Dalam kesempatan penelitian ini, penulis mengunjungi seluruh masjid
yang tercantum pada tabel di atas. Data pada tabel di atas diperoleh dari
Kelurahan Cireundeu. Dari sekian jumlah masjid yang penulis datangi, sebagian
besar kepengurusan Dewan Kemakmuran masjid (DKM) memberikan respon
yang cukup baik dan positif, sehingga proses pengumpulan data yang dibutuhkan
terkait dengan pengelolaan atau manajemen zakat pada masjid-mushola terkait
dapat berjalan dengan cukup lancar. Proses pengumpulan data baik yang
diperoleh melalui pengisian checklist instrumen pengumpulan data atau
konfirmasi melalui proses wawancara membutuhkan waktu kurang lebih 1,5
bulan.
Adapun perlu penulis sampaikan, bahwa tidak semua masjid bersedia
memberikan data yang diminta khususnya data yang terkait dengan pengelolaan
atau manajemen zakat. Beberapa masjid yang tidak bersedia memberikan
datanya antara lain adalah masjid At Taqwa (Poncol Rt 04/02) dan masjid Nurul
Huda (Kp Gintung Rt 02/08). Untuk masjid At Taqwa, penulis konfirmasi via
telepon namun belum ada respon atau tanggapan yang cukup terbuka untuk
proses penelitian yang dilakukan. Penulis pun berusaha untuk mendatangi
langsung ke masjid At Taqwa untuk proses konfirmasi tentang instrumen
pengumpulan data yang diajukan. Namun, sampai laporan ini ditulis, data masih
tetap tidak diberikan, dan pengurus tidak mejembatani penulis dalam hal ini
50
sebagai pihak yang ingin mengumpulkan data terkait dengan bagaimana proses
pengelolaan atau manajemen dana ummat yang berlaku di masjid tersebut.
Ada beberapa alasan yang diungkapkan oleh salah satu pengurus yang
ditemui, untuk keberatan memberikan data dimaksud adalah pengurus yang
bersangkutan (bendahara atau kepanitian amil zakat) belum bisa dihubungi dan
tidak kunjung muncul di masjid. Alasan lainnya adalah data yang terkait dengan
pengelolaan zakat khususnya jumlah dana ZIS yang terkumpul untuk beberapa
periode terakhir ini raib atau hilang pasca terjadi bencana jebol tanggul Situ
Gintung. Pada peristiwa itu, dokumen serta file yang berhubungan dengan
kepengurusan masjid termasuk data manajemen zakat dan jumlah dana ZIS yang
terkumpul pun hilang terbawa arus air. Data alternative yang ada disimpan oleh
pengurus, dari informasi yang diperoleh Pengurus tersebut menempatkan data
penting tentang pengelolaan ZIS khususnya serta data-data lainnya di salah satu
gedung fakultas UMJ (Universitas Muhammadiyah Jakarta) karena beliau
bekerja di tempat tersebut. Penulis secara pribadi tidak begitu mengerti apakah
alasan yang diajukan adalah alasan klise atau benar-benar realitas. Peneliti coba
konfirmasi beberapa kali, namun hasilnya seperti tidak ada lampu hijau untuk
bisa menjembatani proses penelitian yang sedang dilakukan.
Sementara itu, masjid Nurul Huda yang berada di bawah naungan Ustadz
Dahlan, juga termasuk salah satu masjid yang tidak berkontribusi data dalam
proses penelitian ini. Pada saat awal penulis mengunjungi masjid Nurul Huda,
51
penulis tidak direspons dengan cukup baik. Pengurus DKM yang penulis datangi,
nampaknya enggan untuk terbuka kepada penulis dalam memberikan data yang
penulis butuhkan.. Bahkan pengurus DKM menanyakan hal-hal yang sama sekali
tidak ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan, seperti keluhan beliau
terhadap UIN secara kelembagaan. Beliau berkata bahwa UIN tidak
berkontribusi langsung terhadap pengembangan dan pembangunan masjid Nurul
Huda. Lebih ekstrim lagi, keluhan beliau terhadap mahasiswa-mahasiswi UIN
yang sudah tidak seperti dulu lagi (red: akhlak dan sopan santunnya).1
Penulis sempat terkejut dengan apa yang beliau sampaikan pada saat itu.
Beliau juga berpendapat bahwa apa yang diminta khususnya dalam penelitian ini
terkait dengan laporan keuangan yang dimiliki kepanitiaan ZIS dan segala
sesuatu yang terkait dengan keuangan merupakan hal yang sensitive. Karena sifat
data tersebut, beliau sangat keberatan untuk menyanggupi permintaan penulis.
Sebelum berakhir perbincangan pada malam itu, beliau bertanya tentang asal
penulis. Setelah beliau mengetahui keberadaan penulis yang memang menjadi
putera paerah (Cireundeu, Pisangan Timur), akhirnya dengan nada perlahan
beliau menyanggupi untuk membantu penulis dalam proses penelitian. Sepekan
berlalu, konfirmasi yang penulis lakukan dengan mendatangi kediaman beliau
langsung ternyata tidak kunjung mendapat hasil yang diharapkan. Beliau tetap
tidak merespons checklist yang diberikan. Beberapa hari setelahnya, penulis
1 Wawancara dengan salah satu pengurus masjid Nurul Huda, Gintung : Ust. Dahlan
52
menawarkan proses wawancara langsung kepada beliau. Beliau pun membalas
via sms yang intinya seluruh pihak terkait dalam kepanitian ZIS masjid Nurul
Huda tidak dapat membantu proses penelitian.
Ada satu masjid lagi yang pada saat dikunjungi, ternyata masjid tersebut
telah memiliki UPZ (unit pengelola zakat). Namun sayang, setelah dikonfirmasi
beberapa kali terkait dengan pengumpulan data khususnya mengenai jumlah
dana ZIS yang terkumpul, pihak DKM tidak dapat memenuhi permintaan
Penulis. Salah satu pengurus DKM yang ditemui menyatakan bahwa sebenarnya
masjid Jabalul Rahmah telah memiliki UPZ (unit pengelolaan zakat) namun saat
ini kepengurusan internal UPZ sedang mengalami krisis, kendala internal.
Sehingga segala data khususnya yang terkait nominal jumlah dana ZIS yang
terkumpul sepenuhnya dikuasai oleh pengurus UPZ dan karenanya, pihak DKM
tidak mengetahuinya dengan detail. Dalam kesempatan penelitian yang
dilakukan, pengurus DKM hanya dapat membantu untuk mengisi daftar checklist
yang telah dibuat dan konfirmasi wawancara untuk pengumpulan data kualitatif
terkait dengan gambaran pengelolaan manajemen dana ZIS yang ada pada masjid
Jabalul Rahmah.
Untuk mushola, dari 13 mushola yang tercantum pada data daftar masjid
dan mushola yang ada di wilayah Kelurahan Cireundeu, sebagian mushola tidak
melakukan kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana sosial zakat, infak
dan shodaqoh. Berikut tabel mushola yang ada di Kelurahan Cireundeu.
53
Tabel IV.2 : Mushola di Kelurahan Cireundeu menurut Alamat dan Pengurus
No. Nama Mushola Alamat Ketua
1. As-syifa Cireundeu Rt 01/01 H. Mudassir
2. Al- Muttaqin Cireundeu Rt 02/01 Ustadz Kasmani AR
3. Al- Huda Poncol Rt 04/02 H. Hatta Abidin
4. Al-Inayah Poncol Rt 02/02 H. Dana
5. Al- Muhajirin Gunung Selatan Rt 01/03 Sumardi
6. Nurul Yaqin Pisangan Timur Rt 01/04 H. Endang Supriatna,SE
7. Al- Ittihad Pisangan Barat Rt 01/05 M. Noor
8. Nurus Sajidin Pisangan Barat Rt 03/05 Mustofa Y.
9. Al- Fallah Pisangan Barat Rt 04/05 Judi Asidi
10. Al- Muqarrabin Kp. Baru Rt 03/06 H. Matalih
11. Nurul Iman Gintung Rt 01/08 H. Muslim
12. Al- Kabadiyah Pisangan Barat Rt 03/09 Drs. Syamsuddin Dasan
13. Al- Misbah Gunung Utara Rt 03/11 Abd Syukur
Sumber : Data Lapangan
Beberapa mushola target penelitian tidak melakukan pengelolaan dana
zakat, infak dan shodaqah. Mushola-mushola tersebut adalah mushola Al
Misbah, Al Kabadiyah, Al Muqarrabin, dan Al Muttaqin. Mushola Al Misbah
dan mushola Al Muqarrabin memiliki alasan yang sama, yakni letak kedua
mushola yang berdekatan dengan salah satu masjid yang terdapat di sekitar
mushola di mana pengelola dana zakat infak dan sedekah tersebut dipusatkan di
masjid. Mushola Al Muqarrabin letaknya berdekatan dengan masjid Al Barkah di
Kampung Baru sedang mushola Al Misbah letaknya berdekatan dengan masjid
Al Istiqomah di Kampung Gunung Utara. Menurut pengurus mushola yang
54
dikunjungi, kedua mushola ini tidak menyelenggarakan kegiatan penghimpunan
dana ZIS, karena masyarakat sekitar mushola biasanya menyalurkan zakat
melalui masjid.
Mushola Al Kabadiyah yang terletak di Pisangan Barat sebenarnya
menerima dana zakat dari masyarakat namun pengelolaannya masih dalam
jumlah yang sangat sedikit, terbatas, dan sangat sederhana. Jika ada warga yang
datang ke mushola untuk membayarkan zakatnya, pengurus akan menerima dan
langsung memberikan zakat tersebut kepada mustahik yang ada di sekitar
mushola. Jumlah dana ZIS yang terkumpul pun tidak sampai nominal Rp
500.000. Pengelolaan semacam ini tanpa adanya pencatatan dan rekapitulasi di
akhir. Begitu informasi yang didapatkan dari salah satu pengurus mushola Al
Kabadiyah.
Sedang untuk mushola Al Muttaqin, di bawah naungan pengurus Ustadz
Kasmani, tidak melakukan kegiatan penghimpunan dana Zakat, Infaq dan
Shodaqoh karena di sekitar lingkungan mushola untuk kegiatan semacam ini
langsung dikelola sepenuhnya oleh aparat lingkungan setempat. Di mushalla Al
Muttaqin memang tidak menyelenggrakan langsung pengelolaan dana ummat
seperti penghimpunan dan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqoh, hanya
saja pada saat menjelang proses pendistribusian, pihak aparat dalam hal ini
sebagai pihak yang menghimpun dan mendistribusikan dana zakat, infaq dan
shsdaqoh berkumpul untuk duduk bersama pengurus mushola guna
55
menginformasikan berapa jumlah dana ZIS yang terhimpun, dan kepada siapa
dana akan dialokasikan dan didistribusikan. Kemudian dalam kesempatan yang
sama, pengurus mushola melakukan suatu tradisi yaitu menyebutkan daftar nama
para muzakki kemudian mendoakannya. Intinya, dalam kegiatan penghimpunan
dan pendistribusian dana ZIS, mushola Al Muttaqin tidak menyelenggarakan
kegiatan tersebut secara khusus dan langsung, namun lebih mempercayakan
pengelolaannya pada aparat lingkungan setempat dalam proses dan
penghimpunan dana ZIS tersebut. 2
B. Manajemen Pengelolaan Dana ZIS Masjid dan Mushola (Se-Kelurahan
Cireundeu)
Dari data yang diperoleh dari instrumen pengumpulan data berupa
checklist dan konfirmasi melalui wawancara langsung, ada banyak informasi
yang diperoleh khususnya yang terkait dengan tata kelola dana ummat berkenaan
dengan kondisi atau proses dan cara penghimpunan serta pendistribusian dana
yang berhasil dihimpun. Penulis mencoba membagi pembahasan dalam beberapa
sub bab lainnya seperti Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan
Pengawasan. Kesemua sub bab pembahasan tadi dalam Ilmu Manajemen dikenal
dengan istilah POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling). Dengan
kata lain, apa yang dipaparkan dalam kesempatan laporan penelitian ini ingin
2 Wawancara langsung dengan salah satu pengurus mushalla Al Muttaqin:Ust Kasmani
56
melihat bagaimana keberadaan fungsi masjid dan mushola yang berpotensi besar
menjadi sentral kegiatan dari dinamisasi proses hidup dan kehidupan Ummat
dapat dimaksimalkan.
1. Perencanaan (Planning)
Dalam kesempatan penelitian ini, penulis mencoba lihat dari berbagai
macam aspek seperti fenomena keberadaan amil atau panitia pengelola dana
ummat dari segi latar belakang terbentuknya, tujuan, konsistensi lembaga dan
yang lainnya. Di lihat dari segi latar belakang, penbentukan amil atau panitia
zakat yang ada pada masjid atau mushola di wilayah Kelurahan Cireundeu dilatar
belakangi oleh faktor kebiasaan atau tradisi. Hampir seluruh (95,65%) masjid
dan musholla yang penulis kunjungi melakukan kegiatan pengelolaan dana ZIS
disebabkan oleh faktor kebiasaan (habit) khususnya di bulan Ramadhan.
Hanya masjid Jabalul Rahmah yang ketika penulis konfirmasi memberikan
informasi bahwa keberadaan amil zakat yang ada di sana dilatar belakangi bukan
oleh sekedar faktor kebiasaan bulan Ramadhan saja namun lebih karena
penyelenggaraan kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana zakat, infaq
dan shodaqoh pada masjid ini sudah berbentuk amil yang lebih profesional dan
bertanggung jawab. Hal ini bisa dilihat dari sejarah pembentukan semacam unit
yang bisa disejajarkan dengan kepengurusan DKM yaitu Unit Pengelolaan Zakat.
Unit Pengelolaan Zakat, di masjid ini, adalah sebuah unit yang berfungsi untuk
57
melakukan kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana sosial, berupa dana
zakat, infaq dan shadaqoh.
Hal lain yang juga ikut melatar belakangi kegiatan penghimpunan dan
pendistribusian dana ZIS adalah lebih terkait faktor fasilitator yang
mengakomodir kepentingan ummat dalam menghimpun dan menyalurkan
dana ZIS. Hampir semua (91,30%) masjid dan mushola yang diteliti
mengindikasikan bahwa selain faktor kebiasaan, keberadaan amil atau panitia
ZIS merupakan salah satu media untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat
khususnya mereka yang ingin menyalurkan zakatnya. Pada awalnya sebagian
masyarakat membayarkan dana zakat langsung kepada mustahik yang memang
dianggap layak menerima dana zakat, pembayaran dana zana zakat lebih bersifat
hubungan langsung anatara personal, namun seiring dengan perkembangan
budaya dan cara, kini masyarakat mencari hal yang lebih praktis dan tidak
memberatkan menurut dirinya. Sebagian masyarakat baru bisa membayar
zakatnya pada akhir Ramadhan maka dalam hal ini fungsi amil sebagai sebuah
lembaga mediasi antara muzakki dan mustahik sangat diperlukan untuk
mengakomodasi kepentingan semacam itu.
Adapun tujuan kegiatan penghimpunan atau pendistribusian dana ummat
yang dilakukan oleh hampir seluruh (95,65%) amil masjid dan mushalla di
kelurahan Cireundeu adalah mengakomodasi kepentingan ummat dalam hal
membayar zakat, infaq dan shodaqoh serta mendistribusikannya khususnya
58
pada bulan Ramadhan kepada para mustahik. Berkaitan pula dengan faktor
yang melatarbelakangi kegiatan pengelolaan dana ZIS, (21,74%) amil masjid
dan mushola melakukan kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana ZIS
pada bulan Ramadhan dengan salah satu landasan yaitu mengisi kekosongan
kegiatan masjid atau mushola pada saat bulan Ramadhan. Hal ini
menunjukkan fakta bahwa terdapat sebagian kecil masjid dan musholla
melakukan kegiatan pengelolaan dana sosial masyarakat dengan manajemen
yang kurang baik.
Pembahasan lain dalam model perencanaan yang terkait dengan kegiatan
penghimpunan dan pendistribusian dana ZIS adalah mengenai konsistensi
kelembagaan atau amil tersebut. Di sini penulis ingin melihat tentang bagaimana
amil yang terbentuk memposisikan kinerja dan tugasnya yang kemudian akan
mengindikasikan keberlangsungan tugas dan konsistensi lembaga. Berkenaan
dengan aspek ini, hampir seluruh (86,96%) masjid dan mushola yang diteliti
memiliki model perencanaan sebagai lembaga atau satuan kerja (unit) yang
bersifat momental (berlaku pada saat Ramadhan saja). Namun, ada beberapa
masjid yang melakukan kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana sosial
masyarakat tidak hanya dilakukan pada bulan ramadhan atau dengan kata lain
kepengurusan panitia zakat tidak hanya berlaku saat bulan ramadhan, namun
kepengurusan ini berlanjut hingga bulan lainnya. Masjid yang melakukan model
seperti ini adalah masjid Jabalul Rahmah, masjid Al Barkah, masjid Al
59
Mujahidin, masjid Al Mughirah, masjid Baitul Ula, masjid Daarus Sa’adah, dan
masjid Al Istiqomah. Sedang mushola yang melakukan model serupa adalah
mushola As Syifa dan mushola Nurus Sajidin.
Banyak ditemui keberadaan masjid dan mushola, namun ironinya belum
banyak dijumpai masjid atau mushola yang telah melakukan fungsi dan
tujuannya secara optimal. Dengan kata lain bahwa keberadaan masjid atau
mushola hanya masih difungsikan sebagai tempat ritual atau ibadah, bahkan
aplikasi nilai-nilai ritual atau ibadah belum terlalu maksimal. Artinya,
optimalisasi jamaah untuk menumbuhkan kesadaran memakmurkan masjid atau
mushola, terutama sebagai institusi pemberdayaan umat, dirasa masih kurang.
Hal ini semestinya menjadi perhatian banyak pihak, khususnya bagi setiap insan
yang peduli akan kondisi perkembangan ummat. Di Kelurahan Cireundeu,
masjid yang memang memiliki kapasitas sebagai amil yang mendekati
profesional adalah masjid Jabalul Rahmah karena masjid ini telah memiliki Unit
Pengelolaan Zakat. Ketika penulis secara khusus mengunjungi masjid ini
memang terlihat bahwa di sekitar area masjid ini pun benar-benar telah berdiri
sebuah bangunan sederhana yang memang khusus diperuntukkan untuk kegiatan
yang berkaitan erat dengan penghimpunan dan pendistribusian dana ZIS.
Berkaitan dengan proses konsolidasi atau rapat persiapan sebelum
pelaksanaan sebagai salah satu bentuk perencanaan, diperoleh informasi bahwa
hampir seluruh (91,30%) amil ZIS masjid dan mushola melakukan rapat atau
60
konsolidasi sebelum pelakasanaan kegiatan penghimpunan atau pendistrbusian
dana ZIS. Namun peneliti menjumpai ada satu masjid di daerah Poncol yaitu
masjid Al Hidayah yang memperlihatkan satu fakta menarik. Ketika penulis
mendatangi salah seorang pengurus masjid yang kini berubah nama menjadi
masjid Menara Al Hidayah, yaitu bapak Sofyan, beliau menjelaskan tentang
kondisi masjid khususnya terkait dengan pengelolaan dana ZIS yang ada pada
masjid tersebut. Menjadi menarik karena kepengurusan DKM atau panitia
pengelola dana ummat tidak melakukan rapat konsolidasi sebelum melakukan
kegiatan pengelolaan dana masyarakat. Beberapa hal yang menyebabkan
kondisi tersebut adalah pengurus masjid yang memiliki idealisme bahwa
biasanya orang-orang yang terlibat dalam kepengurusan hanya sebatas eksis
dalam format kepengurusan panitia namun tidak berwujud dalam aplikasi
kinerja.3 Oleh karenanya, penulis berkesimpulan bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan masjid Menara Al Hidayah tidak melakukan rapat koordinasi atau
konsolidasi awal menjelang pelaksanaan pengelolaan dana ZIS adalah karena
ketidak percayaan pengurus terhadap kondisi umum yang ada pada masayarakat
sekitar (menurut beliau).
Aspek lain yang masih terkait dengan perencanaan adalah apakah Amil
ZIS atau kepanitiaan serupa yang dibentuk melakukan pendataan terbaru
tentang muzakki atau mustahik. Untuk data muzakki terbaru, diperoleh
3 Wawancara langsung dengan pengurus masjid Menara Al Hidayah,Poncol: bapak Sofyan
61
informasi bahwa 60,87% masjid dan mushola melakukan pendataan baru tentang
muzakki (pemberi zakat). Namun setelah penulis konfirmasi, bahwa model
pendataan yang dilakukan adalah pada saat muzakki datang ke masjid atau
mushola kemudian membayarkan Zakatnya setelah itu petugas atau Amil Zakat
mencatat nama dan jenis dana yang dikeluarkannya. Model semacam rekapitulasi
penerimaan dan pihak yang membayar zakatnya bukan proses pendataan yang
dilakukan sebelum kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana ZIS. Untuk
pendataan mustahik pun demikian, hanya saja untuk pendataan mustahik
dilakukan pada saat berlangsungnya proses atau kegiatan penghimpunan dana
zakat. Sambil berjalan, sebagian pengurus melakukan pendataan mustahik yang
diperoleh melalui aparat lingkungan sekitar atau menyortir data lama yang sudah
ada.
Berbagai macam pengalaman yang berkaitan dengan tata kelola dana ZIS
yang telah dilakukan oleh beberapa Lembaga Amil Zakat profesional bisa
dijadikan bahan masukkan atau pelajaran yang kemudian dapat diaplikasikan
dalam bentuk pengelolaan dana ZIS pada masjid atau mushola. Hal ini bisa
diwujudkan melalui beragam cara seperti melakukan Pelatihan Tata kelola Zakat
bekerja sama dengan Lembaga Amil Zakat Profesional. Berkaitan dengan hal
ini, diperoleh informasi bahwa masjid dan mushola di Kelurahan Cireundeu
yang melakukan kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana ZIS tidak atau
belum pernah melakukan kegiatan semacam itu (pelatihan tentang tata kelola
62
dana ummat). Melalui usaha seperti ini, mestinya pengelola bisa memaksimalkan
kinerja terkait dengan standarisasi pencatatan dana ZIS yang dihimpun, kriteria
dan kategori mustahik (orang yang berhak menerima dana ZIS termasuk dalam
hal ini insentif untuk amil), sistem keuangan serta pelaporan kepada publik dan
jamah secara umum atau internal kepanitiaan. Kesemua hal tadi merupakan
perangkat yang akan meningkatkan kinerja dan profesionalitas dari amil atau
kepanitiaan pengelolaan dana ZIS yang ada pada masjid dan mushola. Karena
walaupun sifat dari pengelolaan kegiatan ini adalah ibadah namun tetap
memerlukan proses pertanggung jawaban dan selalu dituntut untuk bisa
melakukan segala hal yang terkait dengan pengelolaan secara optimal.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan
penting dalam mengintegrasikan beberapa tujuan dari penyelenggaraan suatu
kegiatan atau kinerja organisasi. Di sini, analisis pengorganisasian diwujudkan
melalui beberapa pembahasan yaitu mengenai tenaga kerja (pelaksana tugas),
waktu pelaksanaan, dan model pembagian tugas.
Mengenai salah satu unsur pengorganisasian yaitu model tenaga kerja
(pelaksana tugas) diperoleh informasi bahwa 82,61% komposisi dari amil atau
pengelola dana ummat didominasi oleh kepengurusan DKM setempat serta
remaja di lingkungan sekitar masjid dan mushola terkait. Keberadaan pengurus
63
DKM dari masjid atau mushola menjadi kepengurusan amil (panitia ZIS) secara
otomatis, atau dengan kata lain setelah diadakan rapat koordinasi internal
pengurus DKM maka dipilih penanggung jawab untuk kegiatan pengelolaan ZIS
pada periode tertentu, yang kemudian penanggung jawab tersebut akan
menyusun kepanitiaan secara utuh untuk melakukan kegiatan pengelolaan ZIS.
Biasanya yang menjadi penanggung jawab dari kegiatan pengelolaan ZIS pada
masjid dan mushola adalah salah satu pengurus DKM yang memang telah
memiliki pengalaman dalam kegiatan pengelolaan dana ZIS pada periode
sebelumnya. Sehingga sedikit banyak telah mengetahui tentang pola serta alur
kerja kepengurusan atau panitia ZIS. Sedang keberadaan remaja dalam hal ini
yang berdekatan dengan lingkungan masjid atau mushola menjadi kepengurusan
amil (panitia ZIS) lebih berfungsi sebagai tenaga pelaksana di lapangan atau
langsung bersinggungan dengan hal-hal teknis seperti tenaga untuk menjaga
stand (penghimpunan dana ZIS) serta membantu kepengurusan inti dalam proses
pendistribusian dana ZIS yang terhimpun kepada para mustahik yang telah
tercantum datanya pada Panitia ZIS.
Model pengorganisasian lain terkait dengan tenaga kerja atau pelaksana
tugas yaitu 65,22% komposisi tenaga amil terdiri dari kepengurusan DKM
bekerja sama dengan segenap jama’ah rutin dan aparat lingkungan sekitar
masjid atau mushola. Bekerja sama tersebut dalam wujud kerja sama dengan
aparat lingkungan khususnya yang berkaitan dengan data mengenai warga sekitar
64
yang memenuhi kriteria sebagai mustahik. Kepengurusan amil atau panitia ZIS
umumnya hanya meminta data mustahik dari aparat lingkungan terkait karena
data demografi. Namun ada juga masjid atau mushola (masjid Al Irfan, masjid
Baitul Ula, masjid Al Mujahidin, masjid Al Barkah, masjid Jabalul Rahmah,
masjid Darus Sa’adah, masjid Ruhama, masjid Al Istiqomah, mushalla Nurus
Sajidin, mushalla As Syifa, mushalla Al Muhajirin, mushalla Al Falah, mushalla
Nurul Iman, mushalla Al Huda) yang memang berinisiatif melakukan pencatatan
tentang daftar mustahik dari lingkungan sekitar untuk kemudian dikompromikan
dengan data yang diperoleh dari aparat lingkungan.
Dari hasil pengumpulan data yang diperoleh, tidak ditemukan adanya
model yang terkait dengan kepanitiaan ZIS menggunakan jasa tenaga amil zakat
profesional. Hal ini juga memberikan gambaran bahwa pelaksanaan atau
pengelolaan dana ZIS masih bersifat sederhana, baik dilihat dari segi struktur
pelaksana tugas maupun proses kerja yang dilakukan. Namun mestinya, bukan
berarti karena sifat pengelolaannya yang masih sederhana kemudian pelaksanaan
kegiatan tersebut tidak dilakukan secara maksimal dan lebih terarah. Karena
pelaksanaan kegiatan pengelolaan dana ZIS oleh amil atau panitia ZIS
merupakan suatu rangkaian dari proses ibadah pula yang mengintegrasikan unsur
ketuhanan dan sosial masyarakat. Sehingga diperlukan proses tanggung jawab
dan tuntutan untuk melakukan yang terbaik demi terciptanya output atau hasil
yang maksimal.
65
Berkenaan dengan distribusi atau pembagian tugas, diperoleh informasi
bahwa 91,3% amil atau panitia pengelola dana ummat masjid dan mushola yang
mengelola dana ZIS melakukan proses kerja atau distribusi tugas yang jelas.
Maksudnya adalah walaupun pengelolaan dana ZIS yang ada di masjid atau
mushola masih bersifat sederhana, namun deskripsi tugas (job description) sudah
jelas. Pada setiap pengelola dana masyarakat di Masjid dan Musholla terdapat
pelaksana tugas yang menghimpun dana ZIS melalui pembukaan stand Zakat,
petugas yang melakukan pendistribusian dana ZIS kepada mustahik, petugas
yang melakukan pencatatan serta pihak yang bertanggung jawab penuh terhadap
pelaksanaan kegiatan pengelolaan dana ZIS. Semua pelaksana tugas bisa dinilai
jelas siapa pelaku dan model kerjanya. Namun seperti yang telah diungkap
sebelumnya, pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan ZIS tetap saja masih dalam
cakupan sederhana, belum adanya aturan yang tetap dan mengikat mengenai
teknis pelaksanaan pengelolaan dana ZIS tersebut.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan merupakan salah satu unsur yang juga memiliki peranan
penting dalam mengintegrasikan beberapa tujuan penyelenggaraan suatu
kegiatan atau kinerja organisasi. Kegiatan inti dalam mengorganisasi suatu
kegitan yang di dalamnya berisi teknis atau aplikasi yang diterapkan dari ide atau
wacana yang diungkapkan Dalam kesempatan penelitian kali ini, pelaksanaan
diwujudkan melalui beberapa pembahasan diantaranya mengenai kegiatan
66
penghimpunan dana ZIS (retribusi), Kegiatan penyaluran dana ZIS (distribusi)
dan pengelolaan terkait.
a. Retribusi / Penghimpunan Dana Zakat
Diperoleh informasi bahwa 82,61% masjid dan mushalla yang diteliti
memiliki data Muzakki pada periode sebelumnya. Data yang dibuat melalui
proses pencatatan manual bukan merupakan hasil pendataan ulang atau update
data muzakki oleh amil pada tahun berjalan. Dalam hal sosialisasi atau informasi
mengenai keberadaan Amil ZIS yang ada di masjid atau mushalla, sebagian besar
masjid atau mushalla menggunakan pola sosialisasi yang sederhana. Sejumlah
82,61% masjid dan mushalla memasang spanduk yang berisikan
pemberitahuan kepada masyarakat bahwa pada masjid atau mushola tersebut
menerima dan mendistribusikan dana sosial masyarakat berupa dana zakat, infaq
dan shodaqoh. Salah satu masjid yang diteliti (masjid Al Istiqomah) memiliki
cara yang bisa dibilang sedikit lebih maju. Artinya kepengurusan Amil setempat
membuat semacam proposal zakat untuk kemudian disebarkan kepada segenap
donatur atau pihak-pihak yang dianggap akan memberikan donasinya berupa
zakat mal atau dari alokasi lainnya seperti infaq dan shodaqoh.
Hal lainnya terkait dengan proses model penghimpunan dana zakat, infaq
dan shadaqoh adalah yang berkenaan dengan cara menghimpun dana masyarakat
yang bersumber dari ZIS. Alternatif cara yang dilakoni oleh 95,65% panitia amil
67
ZIS adalah dengan membuka stand penerimaan dana ZIS pada masjid atau
mushola yang bersangkutan. Adapun waktu pembukaan stand penerimaan dana
ZIS sekitar pertengahan bulan ramadhan dengan aktifitas yang makin intens
menjelang hari Iedul Fitri. Cara lain yang digunakan adalah dengan cara
langsung mendatangi rumah warga dan mengambil langsung sesuai dengan apa
yang telah dituntunkan oleh Rasulullah SAW dan apa yang telah Allah gariskan
dalam Al Qur’an dalam Surat At taubah ayat 103 bahwa konteks pengumpulan
dana zakat merupakan suatu kewajiban yang mesti dijalankan oleh amil atau
panitia pengelola dana ummat dengan cara mendatangi langsung warga,
mengambil langsung harta penduduk yang telah terkena kewajiban zakat dan
mengumpulkannya untuk kemudian akan dikelola oleh Amil untuk tujuan
mensejahterakan masyarakat dan perbaikan ekonomi ummat. Data yang
diperoleh menunjukkan bahwa hampir seluruh masjid dan mushalla hanya
menggunakan metode membuka stand di masjid atau mushola sebagai satu-
satunya sarana untuk menghimpun dan mengumpulkan dana Zakat, Infaq dan
Shodaqoh.
Dalam menjalankan amanah atau tugas sebagai amil, diperlukan kerja
sama dari berbagai macam pihak. Termasuk dalam hal ini adalah kerja sama
dengan kepengurusan aparat lingkungan setempat dalam hal penghimpunan dana
zakat. Keberadaan amil pada masjid dan mushalla yang berada di lingkungan
Kelurahan Cireundeu sebagian besar melakukan kerja sama dengan segenap
68
aparat lingkungan seperti ketua RW dan RT setempat beserta staff atau jajaran
kepengurusannya. Kerja sama yang terjalin bisa terwujud dalam koordinasi dari
pihak amil mengenai jumlah dana zakat yang berhasil terhimpun dalam periode
berjalan atau bahkan pihak amil pada masjid atau mushola tersebut memang
bekerja sama dengan aparat dalam menghimpun dana zakat dari masyarakat
setempat. Data menunjukkan bahwa hampir seluruh masjid dan mushola yang
berada di Kelurahan Cireundeu melakukan proses kerja sama dengan aparat
lingkungan setempat khususnya dalam koordinasi terkait dengan jumlah dana
zakat yang berhasil terhimpun.
Adapun jenis dana yang diterima oleh amil di masjid atau mushalla
kelurahan Cireundeu yaitu zakat fitrah, zakat mal, infaq, shadaqoh dan fidyah.
Namun dalam pelaksanaannya kriteria untuk dana infaq dan shadaqoh masih
tercampur. Hampir seluruh amil masjid dan mushalla yang diteliti tidak
menjelaskan secara detail tentang perbedaan dana infaq dan shodaqoh khususnya
terkait dengan fungsi dan penggunaannya.
Pada umumnya, amil melakukan kegiatan penghimpunan dan
pendistribusian dana ZIS tidak disertai dengan pelatihan awal tentang
manajemen pengelolaan dana ZIS, oleh karenanya pelaksanaan kegiatan ini
hanya bertolak dari pengalaman pengelolaan pada tahun-tahun sebelumnya, jadi
belum ada standar pencatatan tentang jumlah dana ZIS yang terhimpun sehingga
69
antara satu masjid dengan masjid lainnya menggunakan draft atau model
pencatatan yang berbeda pula.
b. Distribusi / Pembagian Dana Zakat
Model atau bentuk manajemen lain terkait dengan pengelolaan dana zakat
khususnya dalam hal pelaksanaan (actuating) tata kelola tersebut adalah
mengenai hal distribusi dana sosial masyarakat yang telah terhimpun. Amil
memiliki data mustahik yang mendapatkan zakat pada periode sebelumnya
sebagai acuan untuk proses distribusi atau pembagian dana ummat pada periode
ZIS untuk tahun berjalan.
Kemudian selain data mustahik pada periode sebelumnya, ternyata
sejumlah 43,48 % amil yang penulis datangi khususnya amil yang berada di
masjid menerima proposal permohonan bantuan dana zakat yang diterima dari
pihak luar seperti yayasan pendidikan, ibnu sabil atau pihak lainnya ditujukan
langsung kepada amil atau para pihak yang mengelola dana ummat. Menurut
informasi yang penulis peroleh bahwa biasanya dana yang dikeluarkan untuk
alokasi semacam ini adalah dana yang bersumber dari dana zakat mal, infaq dan
shadaqoh.
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh (100%) amil masjid
dan mushola pada lingkungan Kelurahan Cireundeu memiliki prioritas yang
sama dalam mendistribusikan dana zakat yang berhasil dihimpun. Golongan
70
fakir miskin memang menjadi prioritas utama bagi para amil dalam
membagikan dana zakat khususnya yang diperoleh dari hasil dana zakat
fitrah. Konteks distribusi dana zakat khususnya pada bulan Ramadhan
dimaksudkan agar tidak ada lagi orang yang merasa kekurangan pada saat ‘idul
fitri. Hal tersebut merupakan target minimal yang ingin dicapai terkait dengan
pengelolaan dana zakat fitrah. Ini target minimal yang bisa dimaklumi, namun
seharusnya keberadaan zakat dan fungsinya bisa dijadikan salah satu instrumen
untuk meningkatkan kesejahteraan dalam bentuk jangka panjang. Optimalisasi
zakat dengan memaksimalkan potensinya menjadi salah satu wacana yang harus
diperhatikan keberlangsungannya.
Hal lain yang masih terkait dengan model pendistribusian dana zakat,
infaq dan shadaqoh adalah terkait dengan waktu pendistribusian dana ZIS. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa seluruh amil masjid dan mushalla di Kelurahan
Cireundeu memiliki acuan waktu yang sama khususnya dalam medistribusikan
dana ummat. Waktu yang dipilih oleh amil adalah beberapa hari menjelang ‘Idul
Fitri tiba. Hal serupa yang masih terkait dengan pendistribusian dana ZIS adalah
mengenai jumlah atau nominal dana ummat yang tersalurkan sebelum ‘Idul fitri
tiba, apakah dana zakat fitrah habis dibagikan sebelum khutbah ‘idul fitri atau
pengurus atau amil masih menyisakan sejumlah dana zakat fitrah yang berhasil
terhimpun. Penulis memperoleh informasi bahwa 100 % amil masjid dan
mushola mendistribusikan habis dana Zakat Fitrah yang terhimpun kepada
71
beberapa golongan yang memang berhak menerima dana Zakat sebelum
khutbah iedul fitri dikumandangkan.
Mengenai objek atau pihak yang menerima dana zakat, penulis ingin
melihat apakah golongan atau pihak yang menerima dana Zakat dari masjid atau
mushola terkait adalah orang-orang yang berada di sekitar lingkungan masjid dan
mushola atau didistribusikan juga lintas wilayah setelah mustahik yang berada di
sekitar masjid menerima zakat secara keseluruhan. Informasi yang penulis
peroleh bahwa 65,22 % amil masjid dan mushola juga mendistribusikan dana
zakat fitrah yang terkumpul kepada mustahik yang berada di luar kawasan
masjid atau mushola terkait setelah mereka mendistribusikan dana zakat yang
terkumpul kepada mustahik yang berada di sekitar lingkungan masjid atau
mushola yang bersangkutan.
Berkenaan dengan pihak yang membantu dalam proses pendistribusian
dana ummat, penulis memperoleh informasi bahwa 73,91% dalam hal proses
pendistribusian atau pembagian dana ummat dibantu oleh segenap remaja
masjid atau mushola setempat. Biasanya pada masjid atau mushola terdapat
kalangan remaja yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, termasuk dalam
hal sosial kemasyarakatan. Ibadah zakat merupakan ibadah yang selain memiliki
aspek ibadah ilahiyah juga tetap memiliki implikasi sosial. Model lainnya yang
dilakukan oleh sejumlah 47,83% amil pada masjid atau mushola di Kelurahan
72
Cireundeu dalam mendistribusikan dana zakat adalah dibantu dan bekerja
sama dengan aparat lingkungan setempat.
Ada hal menarik yang penulis temukan dalam proses penelitian yang
dilakukan dalam kesempatan ini yaitu terkait dengan salah satu model
pendistribusian dana zakat yang terkumpul. Amil pada masjid dan mushalla
menyetorkan sebagian dana Zakat Fitrah yang berhasil terhimpun kepada aparat
lingkungan setempat untuk kemudian akan disetorkan kepada Kelurahan atau
kantor pemerintahan setempat. Penulis memperoleh informasi bahwa 26,09%
amil pada masjid dan mushola di Kelurahan Cireundeu memberikan setoran
zakat kepada pemerintah setempat dengan alasan pemerintah merupakan unsur
yang membangun sebuah negara dan mesti ditaati keberadaan titah dan
perintahnya termasuk dalam hal ini adalah menyetorkan sejumlah dana zakat
yang berhasil terhimpun di masjid atau mushola kepada aparat pemerintahan
setempat sesuai dengan amanah dari kantor pemerintahan setempat yang
memiliki jenjang yang lebih tinggi.4 Sedang sisanya sejumlah 73,91 % amil
pada masjid dan mushola di Kelurahan Cireundeu lainnya tidak memberikan
sejumlah dana zakat yang terhimpun untuk disetorkan kepada pemerintah
setempat dengan alasan ketidakjelasan alur distribusi dari jumlah dana zakat
yang disetorkan, siapa yang akan menerima dana zakat tersebut, dan apakah dana
4 Wawancara langsung dengan salah satu pengurus amil yang memberikan setoran zakat,amil masjid
Al Istiqomah :bapak Alex
73
zakat yang diserahkan itu betul-betul habis terdistribusikan sebelum khatib naik
mimbar pada saat pelaksanaan sholat ‘Idul Fitri atau masih ada dana zakat fitrah
yang tidak terdistribusikan karena sebagian besar dari mereka berkeyakinan
bahwa jika dana zakat fitrah tidak habis terdistribusikan sebelum khatib naik
mimbar pada saat pelaksanaan sholat ‘Idul Fitri maka dana tersebut tidak
terhitung sebagai ibadah zakat namun berubah status menjadi dana shadaqoh.
Faktor-faktor di atas memberikan kita banyak pelajaran, seperti harus ada
evaluasi untuk memberikan penilaian yang lebih objektif mengenai sejumlah
dana zakat fitrah yang disetorkan. Keberadaan dan alokasi atas sumber dana yang
terhimpun dari masjid dan mushalla kepada aparat pemerintahan setempat,
apakah hal ini masih dibenarkan secara syariat atau ada solusi lain yang lebih
tepat. Misalnya dana yang disetorkan kepada pemerintah setempat bukan dana
yang berasal dari dana zakat fitrah tapi dari dana sosial lain seperti zakat Mal,
infaq atau shadaqoh. Kemudian agar terciptanya sinergi yang menghasilkan
output yang maksimal, pemerintah setempat pun harus menjelaskan tentang alur
distribusi dan alokasi dari dana ummat yang berhasil mereka himpun agar
tercipta kepercayaan dari sub pengelola dana ummat dalam hal ini adalah amil
pada masjid dan mushalla sehingga kedepan tidak ada lagi pertanyaan berkenaan
dengan fungsi dana yang mesti disetorkan kepada aparat lingkungan setempat.
Berkenaan dengan jumlah dana sisa dari dana sosial masyarakat yang
berhasil terhimpun oleh amil pada masjid atau mushalla di Kelurahan Cireundeu,
74
sejumlah 60,87% amil masjid dan mushalla langsung mengalokasikan sisa
dana ZIS yang masih ada ke dalam Kas Masjid atau Musholla.
Setelah dialokasikan untuk kas masjid atau mushalla yang besangkutan,
dana tersebut dialokasikan untuk beberapa kepentingan seperti untuk membiayai
operasional masjid atau mushola, dan untuk keperluan renovasi beberapa bagian
dari masjid atau mushola. Penulis juga menemukan 17,39% amil masjid dan
mushalla di Kelurahan Cireundeu yang mengelola dana sisa zakat mal untuk
kepentingan usaha produktif, seperti amil pada masjid Baitul Ula (Pisangan
Timur) yang mengelola dana zakat mal untuk kepentingan usaha produktif bagi
para jama’ah sekitar. Namun pelaksanaan pengelolaan yang demikian setelah
peneliti konfirmasi kepada pengurus zakat terkait, ternyata baru dilakukan untuk
periode terakhir pelaksanaan pengelolaan ibadah zakat yaitu periode 2010-2011.
Sedang untuk tahun-tahun sebelumnya, sisa dana zakat mal, infaq dan shadaqoh
langsung dialokasikan ke dalam kas masjid.5
4. Pengawasan (Controlling)
Sebagai pengemban amanah yang melakukan kegiatan pengelolaan dana
sosial masyarakat, amil pada masjid dan mushola diharuskan bertanggung jawab
atas kinerja mereka selama melakukan kegiatan pengelolaan tersebut. Hal ini
5 Wawancara langsung dengan pengurus amil masjid Baitul Ula, Pisangan Timur :bapak Firmansyah
Muntaqo
75
dimaksudkan agar kegiatan yang berlangsung tetap memiliki nilai pertanggung
jawaban dan tidak bekerja sesuai dengan ego dari masing-masing pengurus demi
kepentingan pribadi tetapi lebih mencari jalan untuk senantiasa mencari
perbaikkan dan bahan evaluasi untuk mencapai output dan hasil yang maksimal.
Selain hal tadi, membangun kepercayaan juga merupakan target antara yang
ingin dicapai dari proses pengawasan kali ini. Laporan yang transparan terkait
dengan pelaksanaan kegiatan pengelolaan dana sosial masyarakat khususnya
zakat, infaq dan shadaqoh akan menciptakan kepercayaan kepada lembaga
pengelola zakat dalam hal ini adalah segenap pengurus amil pada masjid atau
mushalla.
Penulis memperoleh informasi bahwa 73,91% pengurus amil pada
masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu melakukan rapat konsolidasi
dengan pengurus DKM terkait dengan kegiatan pengelolaan dana ZIS periode
berjalan sebagai bentuk tanggung jawab internal antar pengurus. Lebih lanjut lagi
73,91% amil masjid dan mushalla membuat rekapitulasi penerimaan dana
sosial masyarakat berupa zakat, infaq dan shadaqoh yang berhasil terhimpun
untuk diketahui oleh seluruh kepengurusan amil. Informasi lain yang penulis
peroleh adalah pada umumnya kepengurusan amil hanya membuat rekapitulasi
pemasukkan dana zakat, infaq dan shadaqoh. Sedang untuk rekapitulasi
pengeluaran atau distribusi dana sosial masyarakat berupa dana Zakat, Infaq
dan Shodaqoh tetap dibuat namun tidak sistematis seperti halnya laporan
76
rekapitulasi penerimaan. Hal ini mesti menjadi salah satu bahan renungan dan
evaluasi khususnya bagi para pengelola atau amil karena hal ini terkait dengan
transparansi pengelola dan memiliki dampak yang cukup signifikan dalam
penilaian pihak luar terhadap kinerja dari pengelola dana.
Hal lain yang masih terkait dengan pola tanggung jawab dan pengawasan
terhadap kinerja pengelola dana sosial masyarakat oleh amil adalah model
tanggung jawab eksternal pihak amil selaku pengelola dana sosial masyarakat
kepada jama’ah atau pihak yang menyalurkan dana zakatnya pada amil masjid
dan mushalla terkait. Informasi yang didapatkan terkait dengan hal ini adalah
seluruh amil khususnya yang berada di masjid memberikan laporan
rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran dana ZIS dan diinformasikan
kepada jama’ah pada saat menjelang sholat ‘Ied dimulai.
Model tanggung jawab lain seperti pembuatan Laporan Pertanggung
Jawaban (LPJ) atas kegiatan pengelolaan dana sosial masyarakat yang dikelola
oleh Amil atau Panitia Zakat untuk kemudian diberikan kepada setiap muzakki
yang membayarkan zakat Malnya melalui Amil atau Panitia Zakat pada masjid
dan mushola tertentu. Biasanya perolehan dana zakat Mal lebih besar
dibandingkan dana Zakat fitrah yang diperoleh. Namun data lapangan
menunjukkan bahwa penyelenggara pengelolaan dana sosial masyarakat dalam
hal ini yaitu Amil tidak atau belum membuat bundel Laporan Pertanggung
Jawaban Zakat yang berisikan seluruh laporan mengenai pengelolaan dana
77
masyarakat tersebut mulai dari berapa dana zakat, infaq dan shadaqoh yang
terhimpun, jumlah dana ZIS yang terdistribusikan serta segala pihak yang
menjadi mustahik atau yang menerima dana zakat dan yang tidak kalah
pentingnya juga terkait dengan sisa dana zakat mal akan digunakan untuk
keberlangsungan kegiatan apa dan menggunakan metode seperti apa. Seperti
lazimnya sebuah organisasi yang melakukan serangkaian kegiatan, pasca
kegiatan organisasi tersebut dituntut untuk melaporkan analisis kegiatan berikut
dengan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab kepada
segenap donatur yang telah memberikan donasinya untuk sukses dan lancarnya
kegiatan tersebut.
Penulis juga memperoleh informasi bahwa pengawasan dari kegiatan
pengelolaan dana sosial masyarakat yang dilakukan oleh amil masih bersifat
sederhana, maksudnya belum adanya standarisasi tentang kepada siapa amil
bertanggung jawab dan dengan format seperti apa amil melaporkan seluruh
analisis kegiatan yang dilakukan menjadi semacam pekerjaan yang terlihat
kurang sempurna. Model pengawasan dan tanggung Jawab yang dilakukan baru
sebatas mengadakan rapat evaluasi internal pasca pelaksanaan kegiatan
pengelolaan dana sosial masyarakat oleh pengurus DKM masjid atau mushalla
setempat dengan segenap kepengurusan amil.
78
C. Rekapitulasi Dana ZIS Masjid dan Mushola (Se-Kelurahan Cireundeu)
Selain ingin mengetahui tentang bagaimana manajemen pengelolaan dana
masyarakat oleh amil, penulis juga ingin melihat berapa dana sosial masyarakat
yang berhasil dihimpun oleh amil pada beberapa periode tertentu. Penulis
mengharapkan agar setiap amil masjid dan mushola yang penulis kunjungi dapat
memberikan data terkait dengan jumlah rekapitulasi penerimaan dana yang
berhasil terhimpun dalam beberapa kurun waktu terakhir. Selain itu penulis juga
meminta alokasi atau sumber distribusi dana yang tersalurkan kepada mustahik
untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dan ketepatan sasaran dalam hal
mendistribusikan dana sosial masyarakat tersebut. Namun sayang, ada beberapa
kendala yang penulis hadapi di lapangan seperti amil hanya memberikan
rekapitulasi penerimaan dana ZIS saja, dan itu pun terbatas hanya dalam
beberapa periode tertentu, khususnya periode terakhir pengelolaan dana ZIS
yaitu tahun 2010-2011 atau 1431 H. Kemudian amil juga ternyata tidak membuat
rekapitulasi pengeluaran atau distribusi dalam bentuk yang baku sehingga
penulis tidak berhasil dalam mengumpulkan jumlah dana yang disalurkan
menurut jenis dana, alokasi kelompok penerima dan tahun pelaksanaan.
Oleh karenanya dalam penyajian laporan penelitian ini, penulid hanya
menyertakan tabel rekapitulasi penerimaan dana zakat fitrah, zakat mal, fidyah,
shadaqoh dan infaq.
79
i. Rekapitulasi Penghimpunan dana Zakat Mal
Tabel Rekapitulasi Penghimpunan dana Zakat Mal
No. Nama Masjid/Mushola Tahun
2007336 2008 2009 2010
2 Masjid Baitul Ula 6.065.000 10.180.000 15.030.000 19.948.000
2 Masjid Al Irfan 11.320.000 19.290.000 27.325.000
3 Masjid Darus Sa'adah 3.000.000 1.960.000
4 Masjid Al Istiqomah 15.735.000 20.550.000
5 Masjid Menara Al Hidayah 2.800.000
6 Masjid Al Mughirah 4.381.000 10.625.000 6.920.000 10.710.000
7 Masjid Al Mujahidin 3.490.000 2.358.500 4.250.000
8 Masjid Al Barkah 12.765.000 12.585.000 15.321.000
9 Masjid Al Mukhlisin 1.500.000 2.200.000 1.800.000 3.700.000
10 Masjid Al Ikhlas 4.750.000 1.900.000
11 Masjid At Taubah 3.200.000 1.000.000 3.135.000
12 Masjid Al Ikhlas 2.000.000
13 Masjid Ruhama 7.645.000 8.356.000
14 Mushola Al Inayah 100.000 -
15 Mushola Al Ittihad 582.000 635.000 775.000 525.000
16 Mushola Al Muhajirin 600.000 965.000 468.000 -
17 Mushola Nurul Iman 700.000 1.000.000 - -
18 Mushola Nurul Yaqin 2.000.000
19 Mushola Al Fallah 886.000 2.020.000 4.050.000 4.350.000
20 Jumlah 14.714.000 58.400.000 95.506.500 128.830.000
(Masjid Jabalul Rahmah :tidak ada data, Musholla Al Huda, Musholla Assyifa, Musholla Nurussajidin :Tidak ada data )
Dari Tabel Rekapitulasi penerimaan zakat mal di atas, dapat disimpulkan
bahwa 82,61 % amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu menghimpun
dana Zakat Mal. Khususnya masjid Jami’ yang memiliki kapasitas jama’ah
yang lumayan besar. Sedang untuk mushalla, sebagian kecil amil yang berada di
80
mushallla menerima dana zakat mal, namun perolehan jumlah dana yang
dihimpun tidak begitu besar. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan muzakki yang
sering mendistribusikan dana zakat malnya kepada amil masjid yang dirasa
memiliki kapasitas dan kemampuan manajemen yang lebih baik. Masjid Baitul
Ula merupakan masjid yang memberikan data lengkap dari kurun 4 tahun
terakhir. Pencatatannya kurang begitu rapih namun data rekapitulasi penerimaan
dalam beberapa tahun sebelumnya masih tersimpan. masjid Al Irfan, merupakan
masjid yang berada di Komplek UI memiliki pemasukkan dana zakat Mal yang
paling besar di antara masjid-masjid yang ada di Kelurahan Cireundeu.
Penghimpunan dana zakat mal dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan. Untuk periode 2009 - 2010 penghimpunan dana zakat maal
mengalami peningkatan sejumlah 34,89 %. Jumlah dana zakat maal tahun 2010
meningkat sejumlah 34,89 % dari jumlah zakat maal yang berhasil terhimpun
pada tahun 2009.
81
ii. Rekapitulasi Penghimpunan Dana Zakat Fitrah
No. Nama Masjid/Mushola
Tahun
2007 2008 2009 2010
1 Masjid Baitul Ula 7.156.000 10.640.000 9.627.000 15.751.000
2 Masjid Al Irfan 7.345.500 8.270.000 7.768.000
3 Masjid Darus Sa'adah 17.750.000 21.860.000
4 Masjid Al Istiqomah 21.530.000 23.250.000
5 Masjid Menara Al Hidayah 6.900.000
6 Masjid Al Mughirah 5.523.000 9.397.000 11.245.000 9.930.000
7 Masjid Al Mujahidin 14.882.650 14.510.650 18.160.250
8 Masjid Al Barkah 11.716.000 14.388.000 18.664.000
9 Masjid Al Mukhlisin 2.400.000 2.800.000 3.300.000 3.800.000
10 Masjid Al Ikhlas 7.800.000 9.657.250
11 Masjid At Taubah 5.767.500 7.670.000 11.370.500
12 Masjid Al Ikhlas 6.730.000
13 Masjid Ruhama 4.234.500 5.250.000
14 Mushola Al Huda 2.850.000 3.150.000 3.501.000 4.139.000
15 Mushola Al Inayah 4.500.000 5.644.000
16 Mushola Al Ittihad 168.000 292.500 315.000 1.323.000
17 Mushola Assyifa 2.800.000 2.800.000 3.100.000 4.000.000
18 Mushola Al Muhajirin 4.679.000 5.323.000 5.692.000 5.753.000
19 Mushola Nurul Iman 2.400.000 2.800.000 2.700.000 2.550.000
20 Mushola Nurul Yaqin 3.000.000
21 Mushola Al Fallah 4.958.000 5.956.000 6.410.000 5.914.000
22 Mushola Nurus Sajidin 6.000.000 6.800.000
Jumlah 32.934.000 82.870.150 152.543.150 198.214.000
(Masjid Jabalul Rahmah : tidak ada data)
Dari tabel diatas diperoleh informasi bahwa 95,65 % amil masjid dan
mushola memberikan data untuk rekapitulasi penghimpunan dana zakat fitrah.
82
Sebagian besar dari Mereka memberikan data rekapitulasi penerimaan dana zakat
dalam kurun waktu sekitar dua atau tiga tahun sebelumnya. Untuk dana zakat
fitrah yang dihimpun oleh amil yang berada di masjid memiliki kisaran nominal
rata-rata Rp 12.237.769,00. Hanya beberapa masjid yang menghimpun dalam
nominal di bawah daripada jumlah tersebut
iii. Rekapitulasi Penghimpunan Dana Fidyah
No. Nama Masjid/Mushola
Tahun
2007 2008 2009 2010
1 Masjid Baitul Ula 600.000
2 Masjid Al Irfan 450.000 1.575.000 90.000
3 Masjid Darus Sa'adah - 360.000
4 Masjid Al Istiqomah 1.500.000 250.000
5 Masjid Menara Al Hidayah 600.000
6 Masjid Al Mujahidin 876.000 465.500 200.000
7 Masjid Al Barkah - - 450.000
8 Masjid Al Ikhlas - 836.000
9 Masjid Al Ikhlas 300.000
10 Masjid Ruhama 635.000 550.000
11 Mushola Al Inayah 50.000 -
12 Mushola Al Muhajirin 130.000 26.000 851.000 -
13 Mushola Nurul Iman 250.000 500.000 250.000 300.000
14 Mushola Nurul Yaqin 300.000
980.000 1.852.000 5.326.500 4.236.000
(Masjid Jabalul Rahmah, Masjid Al Mughirah, Masjid Al Mukhlisin, Masjid At Taubah, : tidak ada data, Musholla Al
Huda, Musholla Al Ittihad, Musholla As Syifa, Musholla Al Falah, Musholla Nurussajidin : tidak ada data )
Dari tabel diatas diperoleh informasi bahwa, fidyah tidak terhimpun
dalam jumlah yang besar karena sifatnya yang tidak diwajibkan kepada semua
orang. Maksudnya fidyah dibayarkan sebagai semacam denda atau pengganti
bagi orang-orang yang tidak berpuasa karena disebabkan hal-hal tertentu.
83
iv. Rekapitulasi Penghimpunan dana Infaq dan Shadaqoh (Rp)
No. Nama Masjid/Mushola Tahun
2007 2008 2009 2010
1 Masjid Baitul Ula 1.410.000 830.000 485.000 1.096.000
2 Masjid Al Irfan
4.102.000 2.844.500 1.000.000
3 Masjid Darus Sa'adah
300.000 1.200.000
4 Masjid Al Mughirah 6.797.000 4.655.000 3.160.000 1.630.000
5 Masjid Al Mujahidin
3.069.500 1.455.700 5.348.750
6 Masjid Al Barkah
2.001.000 3.351.000 4.032.000
7 Masjid Al Ikhlas
1.000.000 6.433.750
8 Masjid At Taubah
1.618.400 1.125.000 1.134.500
9 Masjid Al Ikhlas
750.000
10 Masjid Ruhama
680.000 640.000
11 Mushola Al Inayah
200.000 540.000
12 Mushola Al Ittihad 973.000 1.758.000 1.517.000 2.052.000
13 Mushola Al Muhajirin 1.467.500 1.553.000 1.654.500 1.778.000
14 Mushola Nurul Iman - - 3.600.000 -
15 Mushola Nurul Yaqin
700.000
16 Mushola Al Fallah 424.000 42.000 100.000 272.000
17 Mushola Nurus Sajidin
300.000 540.000
Jumlah 11.071.500 19.628.900 21.772.700 29.147.000
(Masjid Al Istiqomah, Masjid Menara Al Hidayah, Masjid Jabalul Rahmah, Masjid Al Mukhlisin: tidak ada
data, Musholla As syifa: tidak ada data )
Tabel diatas memberikan informasi, bahwa hampir seluruh amil
menghimpun dana infaq dan Shadaqoh. Namun seperti yang telah diungkap
sebelumnya, bahwa terminologi infaq dan shadaqoh masih memiliki kesamaan
makna bagi sebagian besar orang. Sehingga dana yang terhimpun oleh sebagian
84
besar Amil merupakan dana sisa atau kembalian dari dana Zakat fitrah sehingga
tidak atau belum mendapatkan hasil yang maksimal. Dari tabel di atas juga dapat
diperoleh informasi bahwa ada masjid yang tidak Penulis cantumkan ke dalam
tabel, karena data yang diberikan kepada Peneliti bukan merupakan dana zakat
dan infaq yang terhimpun oleh Amil atau Panitia Zakat masjid dan mushola
setempat melainkan dana Infaq dan Shodaqoh yang merupakan sumber keuangan
masjid untuk biaya operasional selama Ramadhan.
D. Analisa SWOT Manjemen Pengelolaan Dana Sosial Masyarakat pada
Masjid dan Mushalla di Kelurahan Cireundeu
Perencanaan
(Planning)
1. Strength (Kekuatan) : Kesadaran DKM untuk
berkonsolidasi dan saling bersinergi untuk
melakukan kegiatan pengelolaan dana filantropi
(dana sosial masyarakat)
2. Weakness (Kelemahan) : Perencanaan untuk
pengelolaan dana sosial masyarakat hanya sebatas
diperuntukkan untuk bulan ramadhan saja
3. Opportunity (Peluang) : Terdapat Lembaga Amil
Zakat professional yang lokasinya dekat dengan
wilayah kelurahan Cireundeu sehingga
85
memungkinkan untuk melakukan pelatihan
perencanaan yang lebih baik dalam manajemen
pengelolaan dana sosial masyarakat
4. Threat (Ancaman) : Kurangnya kesadaran
masyarakat dalam memberikan perhatian yang lebih
terhadap Masjid dan Mushalla dalam melakukan
kegiatan pengelolaan dana sosial masyarakat serta
konsistensi lembaga pengelola dana sosial
masyarakat tidak atau belum diarahkan menuju arah
yang lebih professional , sehingga kualitas
manajemen perencanaan pun tidak terlalu maksimal
Pengorganisasian
(Organizing)
1. Strength (Kekuatan) : Komposisi kepengurusan
amil atau pengelola dana sosial masyarakat terdiri
dari pengurus DKM, remaja dan melibatkan
sebagian jama’ah rutin
2. Weakness (Kelemahan) : Amil atau pengelola dana
sosial masyarakat di Masjid dan Mushalla belum
datau tidak professional
3. Opportunity (Peluang) : Terdapat Lembaga Amil
86
Zakat professional seperti Dompet Dhuafa serta
peluang lainnya adalah kelurahan Cireundeu yang
berdekatan dengan beberapa kampus atau
Universitas yang didalamnya pasti terdapat banyak
pakar atau ahli ekonomi Islam yang diharapkan
dapat memberikan kontribusi untuk memaksimalkan
organisasi dalam melakukan kegiatan pengelolaan
dana sosial masyarakat
4. Threat (Ancaman) : Minimnya pelatihan terkait
dengan pengelolaan dana sosial masyarakat
menyebabkan kualitas manajemen organisasi dan
SDM yang kurang maksimal
1. Strength (Kekuatan) : Lahirnya Undang-undang
No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat
2. Weakness(Kelemahan) : Kegiatan penghimpunan
dana sosial masyarakat hanya sebatas dilakukan
pada saat bulan Ramadhan saja, itupun tidak atau
belum menggunakan sistem jemput bola. Dilihat
dari segi yang lain adalah bahwa distribusi dana
sosial masyarakat masih sebatas mengakomodir
87
Pelaksanaan
(Actuating)
kepentingan konsumtif saja. Sedangkan program
lain yang bersifat kemandirian ekonomi ummat
nampaknya belum terpenuhi
3. Opportunity (Peluang) : Kelurahan Cireundeu
yang memiliki komposisi penduduk yang heterogen
memungkinkan sekali dicapai angka penghimpunan
dana zakat yang maksimal, karena potensi zakat di
kelurahan Cireundeu jika dilihat dari jenis pekerjaan
sebagian besar warga yang tinggal adalah cukup
besar
4. Threat (Ancaman) : Kurang transparansinya alur
penghimpunan dan pendistribusian dana sosial
masyarakat akan menyebabkan menurunnya
kepercayaan masyarakat untuk mendermakan
sebagian hartanya kepada Masjid dan Mushalla
1. Strength (Kekuatan) : Lahirnya Undang-undang
No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat
2. Weakness (Kelemahan) : Belum adanya
standarisasi tentang model pencatatan dan aturan
88
Pengawasan
(Controlling)
tentang kepada siapa pengelolaa melaporkan dan
mempertanggung jawabkan kegiatan dan kinerja
pengelolaan dana sosial masyarakat
3. Opportunity (Peluang) : Pengelola atau amil dana
sosial masyarakat dapat belajar tentang sistem
pelaporan dan proses pertanggung jawaban dari
segenap Lembaga Amil Zakat professional yang
tredapat di sekitar kelurahan Cireundeu serta
berkonsultasi kepada segenap pakar dan ahli
ekonomi Islam yang terdapat pada beberapa
Kampus atau Universitas yang berada di sekitar
kelurahan Cireundeu mengenai bagaimana
semestinya kinerja suatu kegiatan pengelolaan dana
zakat dilaporkan
4. Threat (Ancaman) : Kepedulian yang kurang
terhadap kegiatan pengelolaan dana sosial
masyarakat, sehingga dikhawatirkan terjadi tindakan
curang atau menelantarkan tujuan dan kepentingan
bersama demi kepentingan pribadi
89
Bab V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan-pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik
beberapa kesimpulan terkait dengan Manajemen Pola Retribusi dan Distribusi
Dana Sosial Masyarakat pada Masjid dan Musholla di Kelurahan Cireundeu
diantaranya adalah
1. Masjid dan Musholla pada dasarnya memiliki beberapa fungsi utama yaitu
fungsi tempat ibadah ritual dan fungsi ibadah sosial termasuk didalamnya
pengembangan kesejahteraan Ekonomi Ummat. Namun apa yang Kami
temukan di lapangan pada saat proses penelitian adalah Masjid atau Musholla di
Kelurahan Cireundeu belumlah difungsikan secara maksimal. Dengan kata lain,
keberadaan Masjid dan Musholla di Kelurahan Cireundeu hanya sebatas
difungsikan untuk ibadah ritual harian. Adapun kegiatan lain yang Kami dapati
pada sebagian besar Masjid yang Kami datangi adalah kegiatan Ta’lim atau
Pendidikan keagamaan untuk anak-anak. Sedangkan kegiatan yang sifatnya
berbasis ekonomi untuk menghasilkan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi
Ummat belum ditemukan dalam bentuk yang cukup signifikan. Adapun kegiatan
pengelolaan dana Zakat yang dilakukan oleh Amil atau Panitia Zakat memiliki
keterbatasan waktu dan target jangka pendek. Keterbatasan waktu yang Kami
90
maksud adalah hampir keseluruhan Amil atau Panitia Zakat yang ada pada
Masjid dan Musholla di Kelurahan Cireundeu melakukan aktifitas pengelolaan
dana sosial masyarakat dalam bentuk Zakat, Infaq dan Shodaqoh terbatas hanya
dalam bulan ramadhan saja. Tidak atau belum menjadi rutinitas harian yang juga
dilakukan diluar bulan Ramadhan. Sedangkan target jangka pendek yang Kami
maksud adalah manfaat daripada pengelolaan dana ZIS dirasa belum memenuhi
hajat mustahik dalam bentuk jangka panjang seperti peningkatan taraf ekonomi
ummat dan pembentukan kesejahteraan ekonomi dalam waktu permanen.
2. Amil atau Panitia Zakat pada Masjid dan Musholla di Kelurahan Cireundeu
menggunakan pola kerja yang bisa digolongkan sederhana baik dalam model
penghimpunan (retribusi) ataupun model pembagian (distribusi). Untuk model
penghimpunan dana sosial masyarakat berupa Zakat, Infaq dan Shodaqoh,
hampir keseluruhan Amil Masjid dan Musholla di Kelurahan Cireundeu
melakukan kegiatan tersebut dengan model pembukaan stand, tidak menjemput
dana kepada Masyarakat padahal pola yang dicontohkan Rasulullah bahwasanya
Zakat itu haruslah diambil, sehingga hasil yang diperoleh pun bisa maksimal.
Untuk model distribusi atau pembagian dana sosial masyarakat yang berhasil
dihimpun pada dasarnya bisa dikatakan sesuai dengan apa yang dituntunkan
yaitu golongan fakir dan miskin menjadi prioritas utama sebagai objek yang
menjadi mustahik. Namun tetap saja pola seperti ini masih dikategorikan
sederhana, karena belum mengakomodir kebutuhan kemaslahatan musthaik
91
dalam waktu jangka panjang. Kemudian instrument dalam pelaksanaan
pengelolaan distribusi dana sosial masyarakat ini pun tergolong sederhana
misalnya belum ada bentuk standar pencatatan dana yang berhasil terhimpun
kemudian model tanggung jawab atas pengelolaan dana yang belum ada standar
minimalnya pula.
3. Jumlah dana sosial masyarakat dalam bentuk Zakat, Infaq dan Shodaqoh
yang berhasil dihimpun Amil atau Panitia Zakat pada Masjid dan Musholla di
Kelurahan Cireundeu dalam kisaran satu periode (Tahun 2010M / 1431 H)
menurut data yang berhasil Kami peroleh adalah Rp 128.830.000 (Zakat Maal),
Rp 198.214.000 (Zakat Fitrah), Rp 4.236.000 (Fidyah) dan Rp 29.147.000
(Infaq dan Shodaqoh) . Jumlah tersebut adalah jumlah penghimpunan dana
sosial masyarakat oleh Amil atau Panitia Zakat Masjid dan Musholla di
Kelurahan Cireundeu yang berhasil Kami catat diluar jumlah dana yang
terhimpun oleh Masjid Jabalul Rahmah karena alasan yang telah dikemukakan
pada pembahasan sebelumnya. Sehingga Akumulasi dana yang berhasil
terhimpun dalam periode satu tahun adalah sekitar Rp 360.427.000 .
B. Saran
Kami sadar apa yang dilakukan dalam kesempatan kali ini merupakan
salah satu bentuk kepedulian Kami akan keberlangsungan kegiatan pengelolaan
dana sosial masyarakat oleh Amil atau Panitia Zakat khususnya yang berada di
92
Masjid atau Musholla. Dengan harapan apa yang Kami dapatkan dalam
penelitian ini dapat memberikan bahan evaluasi yang kemudian akan
menghasilkan beberapa saran yang bersifat konstruktif terkait dengan
keberlangsungan pengelolaan dana sosial masyarakat ini.
Beberapa saran yang coba Kami usulkan diantaranya adalah
1. Perlu diadakan pembenahan Amil atau Panitia Zakat secara struktural,
sehingga proses tanggung jawab atas kinerja pengelolaan dana sosial masyarakat
yang telah dilakukan jelas. Hal itu terkait pula dengan wewenang dan tugas
Amil dalam mengelola dana sosial masyarakat seperti Zakat, Infaq dan
Shodaqoh.
2. Diadakan Pelatihan manajemen atau tata kelola dana zakat oleh Lembaga
Zakat professional kepada segenap kepengurusan Amil atau Panitia Zakat yang
ada di Masjid dan Musholla. Kemudian dari Pelatihan tersebut akan dijelaskan
tentang bagaimana cara mengelola dana sosial masyarakat termasuk didalamnya
bagaimana melakukan penghimpunan dan pendistribusian dana secara
berkesinambungan. Akhirnya diharapkan proses dan kinerja Amil bisa berjalan
secara optimal dan menghasilkan output yang maksimal pula sehingga
kesejahteraan Ekonomi Ummat bukanlah menjadi target yang mustahil untuk
dicapai namun benar-benar menjadi target pencapaian yang dapat terealisasi.
93
DAFTAR PUSTAKA
Nasrida, Desi. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Zakat ( Studi Kasus
Masyarakat Pasia Minangkabau Perantauan ). Skripsi Jurusan Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Ulfa, Ulin. “Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif (Kajian Terhadap Pasal
16Ayat 2 UU no. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat” Skripsi S1,
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,2005
Amalia, Euis.Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam,Penguatan Peran LKM dan
UKM di Indonesia.Jakarta:Raja Grafindo,2009
Hafidhuddin, Didin.Islam Aplikatif.Jakarta:Gema Insani Press,2003
Lathif, AH Azharuddin, Fiqh Muamalat.Ciputat:UIN Jakarta Press,2005
Nasution, Mustafa Edwin. dkk.Pengenalan Eksklusif:Ekonomi Islam.Jakarta:Kencana
Prenada Group,2007
Qardhawi, Yusuf.Dr.Terj.Hafiduddin,Didin,KH,Utomo,BudiSetiawan,Tamhid,Aunur
Rafiq Shaleh.. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam. Jakarta :
Rabbani Press, 2004, cetakan keempat.
Ali, Muhammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf . Jakarta : UI Press,
1988.
Abdad, M.Zaidi. Lembaga Perekonomian Ummat di Dunia Islam.Bandung
:Perecetakan Angkasa, 2003.
FOZ, South East Asia Zakat Movement.Jakarta:FOZ, 2008
94
Mas’udi, Masdar F.dkk Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS.Jakarta: Piramedia ,2004
Farid Wajidy, Mursyid.Wakaf dan Kesejahteraan Ummat ( Filantropi Islam yang
Hampir Terlupakan).Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2007
Al Kaaf, Abdullah Zakiy. Ekonomi dalam Perspektif Islam.Bandung:Pustaka
Setia,2002
http://www.republika.co.id
http://www.kapanlagi.com
http://www.dompetdhuafa.org
http://www.gatra.com
LAMPIRAN Tabel Rekapitulasi Daftar Isian (I)
Perencanaan
1 2 3 4 5 6 7 (1) = Masjid dan Musholla melakukan kegiatan pengelolaan
1 Al Mughirah 1 1 1 0 1 1 0 dana ZIS sebagai suatu kebiasaan (habit) pada saat ramadhan
2 al Mujahidin 1 1 1 0 0 1 1
3 Al Barkah 1 1 1 0 1 1 1
4 Al Ikhlas 1 1 1 0 1 1 0 (2) = Masjid dan Musholla melakukan kegiatan
5 Jabalul Rahmah 0 1 1 0 0 1 1 pengelolaan dana ZIS dilatarbelakangi oleh faktor
6 Al Mukhlisin 1 1 1 0 1 1 0 fasilitator yang mengakomodir kepentingan
7 Darus sa'adah 1 1 1 0 1 1 1 ummat dalam menghimpun dan menyalurkan dana zakat
8 Al Istiqomah 1 1 1 0 1 1 1
9 Ruhama 1 1 1 0 1 1 1
10 Baitul Ula 1 1 1 0 0 1 1
11 Al Ikhlas ci 1 1 1 1 1 1 0 (3) = Mengakomodaasi kepentingan ummat dalam
12 Al Irfan 1 1 1 0 1 1 1 menghimpun dan menyalurkan dana zakat
13 At taubah 1 1 1 1 1 1 0
14 Menara hidayah 1 1 1 0 1 0 0
15 Al Falah 1 0 1 0 1 1 1 (4) = Mengisi kekosongan kegiatan masjid
16 Assyifa 1 1 1 0 1 0 1
17 Nurussajidin 1 1 1 0 1 1 1
18 Nurul Yaqin 1 1 1 0 1 1 0 (5) = Kegiatan pengelolaan dana ZIS bersifat
19 Nurul Iman 1 1 1 0 1 1 1 momental atau berlaku pada saat ramadhan saja
20 Al Muhajirin 1 1 1 1 1 1 1
21 Al Ittihad 1 1 1 0 1 1 0 (6) = Panitia / Amil ZIS pada Masjid dan Musholla
22 Al Inayah 1 0 0 1 1 1 0 melakukan rapat / konsolidasi sebelum ramadhan
23 Al Huda 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah (Ya) 22 21 22 5 20 21 14 (7) = Melakukan pendataan terbaru tentang
Jumlah (Tidak) 1 2 1 18 3 2 9
Persentase(Ya) 95.65 91.3 95.7 21.74 87 91.3 60.9
Persentase(Tidak) 4.35 8.7 4.35 78.26 13 8.7 39.1
No. Nama Masjid/MushollaKeterangan Rincian =
selama ramadhan
dan musholla jelang akhir ramadhan
muzakki atau mustahik
Tabel Rekapitulasi Daftar Isian (II)
Keterangan Rincian =
8 9 10 11 (8) = Komposisi kepengurusan Amil zakat terdiri dari
1 Al Mughirah 1 1 0 1 pengurus DKM dan Remaja
2 al Mujahidin 1 1 0 1
3 Al Barkah 1 1 0 1
4 Al Ikhlas 1 0 0 1
5 Jabalul Rahmah 1 1 0 1 (9) = Komposisi kepengurusan Amil melibatkan jama'ah
6 Al Mukhlisin 1 1 0 1 dan Aparat Lingkungan
7 Darus sa'adah 1 1 0 1
8 Al Istiqomah 1 1 0 1
9 Ruhama 1 1 0 1 (10)=Amil Masjid di dominasi oleh Amil profesional
10 Baitul Ula 1 1 0 1
11 Al Ikhlas ci 1 1 0 1
12 Al Irfan 0 0 0 1 (11)=Adanya kejelasan dalam pendistribusian tugas dari
13 At taubah 0 0 0 1 masing-masing petugas zakat / Amil
14 Menara hidayah 0 0 0 0
15 Al Falah 0 1 0 0
16 Assyifa 1 1 0 1
17 Nurussajidin 1 1 0 1
18 Nurul Yaqin 1 0 0 1
19 Nurul Iman 1 0 0 1
20 Al Muhajirin 1 1 0 1
21 Al Ittihad 1 0 0 1
22 Al Inayah 1 0 0 1
23 Al Huda 1 1 0 1
Jumlah (Ya) 19 15 0 21
Jumlah (Tidak) 4 8 23 2
Persentase (Ya) 82.61 65.2 0 91.3
Persentase (Tidak) 17.39 34.8 100 8.7
No. Nama Masjid/MushollaPengorganisasian
Tabel Rekapitulasi Daftar Isian (III.1)
Keterangan Rincian=
12 13 14 15 16 17 (12)=Pengurus (Amil) memiliki data muzakki
1 Al Mughirah 1 1 1 1 1 1 pada periode sebelumnya
2 al Mujahidin 1 1 1 0 1 1
3 Al Barkah 1 1 1 1 1 1 (13)=Amil Zakat memasang spanduk tentang keberadaan
4 Al Ikhlas 1 1 1 0 1 1 Amil ZIS di Masjid dan Musholla setempat
5 Jabalul Rahmah 1 1 1 1 1 1
6 Al Mukhlisin 1 1 1 0 1 1
7 Darus sa'adah 1 1 1 1 1 1 (14)=Penghimpunan dana ZIS masyarakat dilakukan dengan
8 Al Istiqomah 1 1 1 1 1 1 cara membuka stand penerimaan ZIS di Masjid dan Musholla
9 Ruhama 1 1 1 1 1 1
10 Baitul Ula 1 1 1 1 1 1
11 Al Ikhlas ci 1 1 1 0 1 1 (15)=Pengurus / Amil ZIS menerima proposal
12 Al Irfan 1 1 1 1 1 1 permohonan bantuan dana ZIS
13 At taubah 1 1 1 1 1 1
14 Menara hidayah 0 0 1 0 1 1
15 Al Falah 1 1 1 0 1 1 (16)=Sasaran distribusi dana ZIS (fitrah) diprioritaskan
16 Assyifa 0 0 1 0 1 1 untuk mustahik golongan fakir miskin
17 Nurussajidin 1 1 1 0 1 1
18 Nurul Yaqin 0 1 1 0 1 1
19 Nurul Iman 1 0 1 0 1 1 (17)=Dana Zakat fitrah habis dibagikan sebelum
20 Al Muhajirin 1 1 1 1 1 1 khutbah iedul fitri dilaksanakan
21 Al Ittihad 0 1 1 0 1 1
22 Al Inayah 1 1 1 0 1 1
23 Al Huda 1 0 0 0 1 1
Jumlah(Ya) 19 19 22 10 23 23
Jumlah (Tidak) 4 4 1 13 0 0
Persentase (Ya) 82.61 82.6 95.7 43.48 100 100
Persentase (Tidak) 17.39 17.4 4.35 56.52 0 0
No. Nama Masjid/MushollaPelaksanaan
Tabel Rekapitulasi Daftar Isian (III.2)
Pelaksanaan Keterangan Rincian =
18 19 20 21 22 23 (18)=Dana Zakat fitrah yang masih ada disalurkan
1 Al Mughirah 1 0 0 0 1 1 untuk mustahik diluar wilayah masjid/musholla
2 al Mujahidin 1 1 1 0 0 0 setelah mustahik yang ada dilingkungan sekitar
3 Al Barkah 1 1 1 0 0 0 masjid /musholla sudah menerima
4 Al Ikhlas 0 1 0 0 0 1
5 Jabalul Rahmah 1 1 1 0 0 1
6 Al Mukhlisin 1 1 1 0 1 0 (19)=Pengurus Amil ZIS bekerja sama dengan
7 Darus sa'adah 1 1 1 1 1 0 Remaja Masjid/Musholla selama proses
8 Al Istiqomah 0 1 1 1 1 0 pendistribusian dana ZIS
9 Ruhama 0 1 0 1 1 0
10 Baitul Ula 1 1 1 0 0 1
11 Al Ikhlas ci 0 1 0 0 1 0 (20)=Pengurus Amil ZIS bekerja sama dengan aparat
12 Al Irfan 1 0 0 0 1 0 selama proses pendistribusian dana ZIS
13 At taubah 1 0 0 0 1 0
14 Menara hidayah 0 0 0 0 0 0
15 Al Falah 1 0 1 1 1 0 (21)=Pengurus Amil ZIS menyetorkan sejumlah
16 Assyifa 1 1 0 1 0 0 dana zakat fitrah kepada lingkungan atau
17 Nurussajidin 1 1 0 0 1 0 aparat lingkungan setempat untuk diserahkan
18 Nurul Yaqin 0 1 0 0 0 0 kepada BAZIS pemerintah terkait
19 Nurul Iman 0 1 1 0 1 0
20 Al Muhajirin 1 1 1 0 1 0
21 Al Ittihad 1 1 0 1 1 0 (22)=Sisa dana Infaq dan shodaqoh serta zakat maal
22 Al Inayah 0 1 1 0 1 0 dialokasikan kedalam kas masjid atau musholla
23 Al Huda 1 0 0 0 0 0
Jumlah (Ya) 15 17 11 6 14 4
Jumlah (Tidak) 8 6 12 17 9 19 (23)=Dana zakat maal dikelola oleh DKM (Amil ZIS)
Persentase(Ya) 65.22 73.9 47.8 26.09 60.9 17.4 untuk kegiatan yang bernuansa produktif (usaha)
Persentase(Tidak) 34.78 26.1 52.2 73.91 39.1 82.6
No. Nama Masjid/Musholla
Tabel Rekapitulasi Daftar Isian (IV)
Pengawasan Keterangan Rincian =
24 25 26 (24)=Pengurus Amil ZIS melakukan rapat konsolidasi dengan pengurus DKM
1 Al Mughirah 1 1 1 terkait dengan pelaksanaan pengelolaan ZIS periode ini
2 al Mujahidin 1 1 1
3 Al Barkah 1 1 1
4 Al Ikhlas 0 0 1 (25)=Pengurus Amil ZIS membuat rekapitulasi penerimaan ZIS untuk
5 Jabalul Rahmah 1 1 1 diketahui oleh semua kepengurusan Amil ZIS
6 Al Mukhlisin 1 1 1
7 Darus sa'adah 1 1 1
8 Al Istiqomah 1 1 1 (26)=Laporan rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran dana ZIS diinformasikan
9 Ruhama 1 1 1 pada jama'ah saat menjelang Shalat 'ied dimulai
10 Baitul Ula 1 1 1
11 Al Ikhlas ci 1 1 1
12 Al Irfan 1 1 1
13 At taubah 1 1 1
14 Menara hidayah 0 0 0
15 Al Falah 0 0 0
16 Assyifa 1 1 0
17 Nurussajidin 1 1 0
18 Nurul Yaqin 0 0 0
19 Nurul Iman 0 0 0
20 Al Muhajirin 1 1 0
21 Al Ittihad 1 1 0
22 Al Inayah 1 1 0
23 Al Huda 0 0 0
Jumlah (Ya) 17 17 13
Jumlah (Tidak) 6 6 10
Persentase (Ya) 73.91 73.9 56.5
Persentase (Tidak) 26.09 26.1 43.5
No. Nama Masjid/Musholla
Tabel Pihak yang diinterview
1 Al Mughirah
2 al Mujahidin
3 Al Barkah
4 Al Ikhlas
5 Jabalul Rahmah
6 Al Mukhlisin
7 Darus sa'adah
8 Al Istiqomah
9 Ruhama
10 Baitul Ula
11 Al Ikhlas ci
12 Al Irfan
13 At taubah
14 Menara hidayah
15 Al Falah
16 Assyifa
17 Nurussajidin
18 Nurul Yaqin
19 Nurul Iman
20 Al Muhajirin
21 Al Ittihad
22 Al Inayah
23 Al Huda
No. Nama Masjid/Musholla Pengurus yang di wawancara
Johar
Muhammad Nur
Abdul Aziz Syam
Muhyi Khoiruddin
M. Miftahur Razi
Basirun
H. Ahmad
Bahrul Ulum
Alek Iskandar
Yusron SY
Firmansyah Muntaqo
Hanafi
Ahmad Iqbal S
H.M. Thabrani
Andri
Saiful Anwar
Abdulla Husein
H.M. Hatta
H. Mursidin
Sofyan
Alifuddin
Syaifuddin HM
Hamdani
(14)=Penghimpunan dana ZIS masyarakat dilakukan dengan
cara membuka stand penerimaan ZIS di Masjid dan Musholla
Daftar Checklist Instrumen Pengumpulan Data ( Studi Kasus Manajemen Dana Sosial Masyarakat, Masjid dan Mushola di Kelurahan Cireundeu )
Masjid/ Musholla :....................................
Wilayah :....................................
Pengisi Daftar Checklist :....................................
Jabatan DKM/sejenisnya :....................................
Untuk keperluan penelitian ini, Kami yang bertanda tangan dibawah ini akan memberikan informasi dan data sesuai sesuai dengan
keadaan dan kondisi yang berlaku, tanpa mengurangi ataupun merekayasa agar dicapai hasil peneltian yang bersifat obyektif.
(.................................)
Sub Variabel
(Dimensi) Indikator/Kisi Format Redaksi Hasil
a. Perencanaan
a.1. Latar Belakang
Pernyataan
Pernyataan
a.1.1.Faktor Habit (kebiasaan) pada saat Ramadhan
a.1.2. Faktor Fasilitator yang mengakomodir kepentingan Ummat dalam
menghimpun dan menyalurkan dana zakat
(..........)
(..........)
a.2. Tujuan
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
a.2.1. Mengakomodasi kepentingan Ummat dalam menghimpun dan
menyalurkan dana Zakat selama Ramadhan
a.2.2. Menjadi amil yang mengelola dana Zakat selama periode kepengurusan
berlaku
a.2.3.Mengisi kekosongan kegiatan di Masjid/mushola jelang akhir Ramadhan
(..........)
(..........)
(..........)
a.3. Konsistensi lembaga
(Panitia)
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
a.3.1. Bersifat momental (berlaku pada saat Ramadhan saja)
a.3.2. Berlaku periodik (masa kepengurusan)
a.3.3. Lembaga Amil Zakat Profesional
(..........)
(..........)
(..........)
a.4. Persiapan pra aktivitas
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
a.4.1. Konsolidasi / Rapat Persiapan sebelum Ramadhan
a.4.2. Pemilihan Petugas Zakat secara random (acak)
a.4.3. Melakukan Pendataan Terbaru muzakki ataupun mustahik
a.4.4.Melakukan pelatihan Tata Kelola zakat bekerja sama dengan Lembaga
Zakat Profesional
(..........)
(..........)
(..........)
(..........)
b. Pengorganisasian
b.1. Tenaga Kerja
(Pelaksana Tugas)
Pernyataan
Pertanyaan
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
b.1.1.Kepengurusan DKM (Orang Tua) saja
b.1.2. Kepengurusan DKM melibatkan segenap Jama’ah rutin
b.1.3. Kepengurusan DKM bekerja sama dengan remaja
b.1.4. kepengurusan DKM bekerja sama dengan aparat lingkungan
b.1.5.Memakai jasa tenaga Amil zakat profesional
b.1.6. Tenaga Amil dipilih oleh Pengurusan Yayasan/DKM setempat
(..........)
(..........)
..........)
(..........)
(..........)
(..........)
b.2. Waktu Pelaksanaan
Pernyataan
Pernyataan
b.2.1. Pada saat Ramadhan saja
b.2.2. Sesuai dengan masa kepengurusan (terbentuk amil semi permanen)/
Periodik (tahunan) kinerja pasca Ramadhan
(..........)
(..........)
b.3. Pembagian Tugas
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
b.3.1.Adanya kejelasan dalam pendistribusian tugas dari masing-masing petugas
Zakat
b.3.2.Acak (Serabutan), pembagian tugas yang tidak terkoordinir
b.3.3.Profesional, distribusi tugas sangat rapih karena di huni oleh SDM yang
berpengalaman dan mumpuni
(..........)
(..........)
(..........)
c. Pelaksanaan
c.1. Retribusi
Pernyataan
Pertanyaan
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
c.1.1.Pengurus (Amil) memiliki data Muzakki periode sebelumnya
c.1.2. Pengurus (Amil) menyebarkan Leaflet(edaran) tentang keberadaan Amil
Zakat Masjid kepada Masyarakat sekitar
c.1.3. Pengurus (Amil) memasang Spanduk tentang keberadaan Amil ZIS di
Masjid/Mushola terkait
c.1.4.Penghimpunan dana ZIS masyarakat, dilakukan dengan cara di ambil
langsung ke rumah warga
c.1.5. Penghimpunan dana ZIS masyarakat, dilakukan dengan cara membuka
Stand Penerimaan ZIS di Masjid/Mushola
c.1.6.Pengurus Amil ZIS juga menerima Fidyah
c.1.7.Pengurus Amil ZIS bekerja sama dengan aparat lingkungan dalam hal
penghimpunan dana ZIS lingkungan
c.1.8.Terdapat Kotak amal khusus untuk Santunan Anak Yatim
(..........)
(..........)
(..........)
(..........)
(..........)
(..........)
(..........)
(..........)
c.2. Distribusi
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
Pertanyaan
Pernyataan
Pernyataan
c.2.1.Pengurus Amil ZIS memiliki data Mustahik periode sebelumnya
c.2.2. Pengurus Amil ZIS menerima Proposal Permohonan bantuan dana ZIS
c.2.3. Sasaran distribusi dana ZIS (Fitrah) di prioritaskan untuk mustahik (Gol
Fakir dan Miskin)
c.2.4.Pembagian dana ZIS di lakukan di Pertengahan bulan Ramadhan
c.2.5. Pembagian dana ZIS di lakukan beberapa hari menjelang idul fitri tiba
c.2.6.Untuk Dana Zakat Fitrah habis dibagikan sebelum Khutbah Iedul Fitri
dikumandangkan
c.2.7. Fidyah langsung didistribusikan untuk mustahik pada saat Pengurus Amil
menerima dari pihak yang menyerahkannya
(..........)
(..........)
(..........)
(..........)
(..........)
(..........)
(..........)
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
c.2.8.Jika mustahik yang ada di lingkungan sekitar masjid/Mushola sudah
menerima dana Zakat secara keseluruhan, apakah dana zakat yang masih
ada disalurkan untuk mustahik di luar wilayah masjid/Mushola terkait.
c.2.9.Pengurus Amil ZIS bekerja sama dengan aparat selama proses
pendistribusian dana ZIS
c.2.10. Pengurus Amil ZIS bekerja sama dengan Remaja Masjid selama proses
pendistribusian dana ZIS
c.2.11.Pengurus Amil ZIS menyetorkan sebagian dana Zakat Fitrah kepada
lingkungan atau aparat lingkungan setempat untuk diserahkan kepada
BAZIS pemerintah terkait.
(..........)
(..........)
(..........)
(..........)
c.3. Pengelolaan Terkait
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
c.3.1.Dana ZIS habis terdistribusikan selama bulan Ramadhan
c.3.2. Sisa Infak, Shadaqoh dan Zakat Maal dialokasikan ke dalam Kas Masjid
atau Mushola
c.3.3.Dana Zakat Maal yang tersedia di pergunakan untuk program
pembangunan fisik Masjid atau Mushola
c.3.4. Dana Zakat Maal yang tersedia dipergunakan untuk kegiatan
sosial,seperti Santunan Yatim dll
c.3.5. Dana Zakat Maal di kelola oleh DKM (Amil ZIS) untuk kegiatan yang
bernuansa produktif (usaha)
c.3.6.Jumlah Sisa Dana Zakat Maal tergolong besar, sehingga dijadikan modal
untuk membuat Koperasi Syariah (BMT)
(..........)
(..........)
(..........)
(..........)
(..........)
(..........)
d. Pengawasan
d.1. Tanggungjawab
internal
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
d.1.1.Pengurus Amil ZIS melakukan rapat konsolidasi dengan pengurus DKM
terkait dengan pelaksanaan ZIS periode ini
d.1.2. Pengurus Amil ZIS membuat Rekapitulasi Penerimaan ZIS untuk
diketahui oleh semua Kepengurusan Amil ZIS
d.1.3.Pengurus Amil ZIS membuat rekapitulasi pengeluaran atau distribusi dana
ZIS untuk diketahui oleh semua kepengurusan Amil ZIS
(..........)
(..........)
(..........)
d.2. Tanggungjawab
eksternal
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
d.2.1.Laporan Rekapitulasi Penerimaan dan Pengeluaran Dana ZIS
diinformasikan pada Jamaah saat menjelang Shalat Ied dimulai
d.2.2. Laporan Rekapitulasi Penerimaan dan Pengeluaran Dana ZIS
dicantumkan/ditempel di Papan Informasi Masjid/ Mushola
d.2.3.Pengurus Amil ZIS membuat semacam LPJ (Laporan Pertang-
gungjawaban) untuk diserahkan kepada Muzakki (yang menyerahkan)
dana zakat Maal
d.2.4. Pengurus Amil ZIS juga membuat semacam LPJ (Laporan Pertanggung
Jawaban) untuk diserahkan kepada Aparat lingkungan (kepala
lingkungan/RW)
(..........)
(..........)
(..........)
(..........)
UNTUK DATA STATISTIK
NO ASPEK DANA JUMLAH DANA TERKUMPUL MENURUT TAHUN
2007 2008 2009 2010
1 Zakat Mal Rp. Rp. Rp. Rp.
2 Zakat Fitrah Rp. Rp. Rp. Rp.
3 Fidyah Rp. Rp. Rp. Rp.
4 Infak Rp. Rp. Rp. Rp.
5 Sedekah Rp. Rp. Rp. Rp.
d.3. Model Pengawasan
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
d.3.1. Kepengurusan Yayasan atau DKM melakukan rapat evaluasi Pasca
Pelaksanaan kegiatan ZIS periode terkait
d.3.2.Kepengurusan Amil ZIS (permanen) melakukan evaluasi berkala terkait
dengan kegiatan selama proses penghimpunan dan penditribusian Dana
ZIS
d.3.3.Tidak perlu diadakannya proses evaluasi, karena pengelolaan ZIS masih
sangat sederhana
(..........)
(..........)
(..........)
UNTUK DATA STATISTIK
No ASPEK
JUMLAH DANA YANG DISALURKAN MENURUT JENIS DANA,
ALOKASI KELOMPOK PENERIMA. DAN TAHUN
2007 2008 2009 2010
1 Zakat Mal Rp. Rp. Rp. Rp.
a. Fakir-miskin/yatim Rp. Rp. Rp. Rp.
b. Amil Rp. Rp. Rp. Rp.
c. Mesjid/Mushola Rp. Rp. Rp. Rp.
2 Zakat Fitrah Rp. Rp. Rp. Rp.
a. Fakir-miskin/yatim Rp. Rp. Rp. Rp.
b. Amil Rp. Rp. Rp. Rp.
c. Mesjid/Mushola Rp. Rp. Rp. Rp.
3 Infak Rp. Rp. Rp. Rp.
a. Fakir-miskin/yatim Rp. Rp. Rp. Rp.
b. Amil Rp. Rp. Rp. Rp.
c. Mesjid/Mushola Rp. Rp. Rp. Rp.
4 Sedekah Rp. Rp. Rp. Rp.
a. Fakir-miskin/yatim Rp. Rp. Rp. Rp.
b. Amil Rp. Rp. Rp. Rp.
c. Mesjid/Mushola Rp. Rp. Rp. Rp.
UNTUK DATA STATISTIK
No ASPEK
JUMLAH DANA YANG DISALURKAN MENURUT JENIS DANA,
ALOKASI BIDANG. DAN TAHUN
2007 2008 2009 2010
1 Zakat Mal Rp. Rp. Rp. Rp.
a. Bidang Konsumtif Rp. Rp. Rp. Rp.
b. Bidang Produktif Rp. Rp. Rp. Rp.
c. Panitia/Amil Rp. Rp. Rp. Rp.
d. Mesjid/Mushola Rp. Rp. Rp. Rp.
2 Zakat Fitrah Rp. Rp. Rp. Rp.
a. Bidang Konsumtif Rp. Rp. Rp. Rp.
b. Bidang Produktif Rp. Rp. Rp. Rp.
c. Panitia/Amil Rp. Rp. Rp. Rp.
d. Mesjid/Mushola Rp. Rp. Rp. Rp.
3 Infak/Sedekah Rp. Rp. Rp. Rp.
a. Bidang Konsumtif Rp. Rp. Rp. Rp.
b. Bidang Produktif Rp. Rp. Rp. Rp.
c. Panitia/Amil Rp. Rp. Rp. Rp.
d. Mesjid/Mushola Rp. Rp. Rp. Rp.