Upload
-
View
1.358
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist
Citation preview
A. Pendahuluan
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan
berkualitas, individu – individu yang memiliki kepribadian yang beradab akan terbentuk.
Akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi –
institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut
masih belum memproduksi individu – individu yang beradab. (Harun: 1996)
Dasar kehidupan adalah pandangan hidup. T.S. Eliot menyatakan bahwa pendidikan
yang amat penting itu tujuannya harus diambil dari pandangan hidup. Jika pandangan hidup
(philosophy of life) anda adalah Islam maka tujuan pendidikan menurut anda haruslah
diambil dari ajaran Islam, (Du Bios, 1979)
Menurut Abdul Fattah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya
manusia sebagai hamba Allah. la mengatakan bahwa tujuan ini akan mewujudkan tujuan-
tujuan khusus. Dengan mengutip surat al-Takwir ayat 27,
27. Al Qur'aan itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. (Q.S. al-Takwir:
27)
Jalal menyatakan bahwa tujuan itu adalah untuk semua manusia. Jadi, menurut Islam,
pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia (sekali lagi: seluruh manusia) menjadi
manusia yang menghambakan diri kepada Allah. Yang dimaksud dengan menghambakan
diri ialah beribadah kepada Allah. Islam rnenghendaki agar manusia dididik supaya ia
mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah.
Tujuan hidup manusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. (Jalal, 1977)
Untuk menghasilkan individu yang beradap dan berakhlak mulia, maka perlu
memahami tentang fungsi manusia. Dan untuk mencapai tujuan pendidikan, maka dalam
proses pendidikan diperlukan konsep yang tepat. Sehingga dalam makalah ini permasalahan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Konsep manajemen pendidikan berbasis Al-Qur’an Hadis?
2. Bagaimana Petunjuk Al-Qur’an dan Hadis dalam aplikasinya?
3. Apa Urgensi kajian ini dalam pendidikan?
B. Konsep manajemen pendidikan berbasis Al-Qur’an Hadist
2
1. Manajemen Pendidikan
Manajemen adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses
pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi
pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
efektif dan efisien. (Nurhadi: 1990). Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.
Jadi manajemen adalah suatu perencanaan berupa proses pengelolaan sekelompok
aktifitas manusia guna meraih tujuan yang disepakati. Ramayulis (2008:362)
menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir
(pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak
terdapat dalam Al Qur‘an seperti firman Allah SWT yang Artinya : Dia mengatur
urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang
kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (Al Sajdah :05). Dari isi
kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah pengatur
alam(manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam
mengelola alam ini.
Sedangkan Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi –potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir,
karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang
bertanggungjawab menetapkan cita – cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi
pendidikan. Lembaga – lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat (Ihsan
Fuad, 2005). Ghozali melukiskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan hidupnya
dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni
memberi petunjuk akhlak dan pembersihan jiwa dengan maksud di balik itu membentuk
individu – individu yang tertandai dengan sifat-sifat utama dan takwa. (Azra: 2002)
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa managemen pendidikan
adalah suatu perencanaan berupa yang proses pengelolaan atau pengaturan sekelompok
aktifitas manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi –
potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani).
2. Definisi Al – Qur’an dan Hadist
3
A. Al-Qur’an
Menurut bahasa al-Qur'an berasal dari kata bahasa arab "qara'a" yang berarti
membaca. Menurut al-Lihyani qur'an merupakan "mashdar bi ma'na ism al-maf'ul",
dengan demikian al-qur'an bermakna maqru yaitu yang dibaca.
Menurut Istilah al-qur'an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW denga perantaraan malaikat Jibril, menjadi mukjizat ata
kenabiannya, tertulis dalam bahasa Arab yang sampai kepada kita dengan jalan
mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah. (Juhrodin, 2013)
Dr. Subhi ash-Shalih (Juhrodin, 2013)
�ه� �ي �ي� ص�ل ى الله ع�ل ب ل ع�ل�ى الن �ز �لمن �لمع�ج�ز ا �اب ا �ت �لك آن هو� ا �لقر� ا
د �ع�ب �لمت ر� ا و�ات �الت �ه� ب �ي �قو�ل ع�ل �لم�ن �لم�ص�اح�ف� ا و�ب ف�ى ا �ت �لم�ك م� ا ل و�س�
�ه و�ت �ال� �ت ب
"Al-Qur'an adalah sebuah kitab Allah yang mengandung mukjizat, yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang
sampai kepada kita dengan jalan mutawatir, dan membacanya menjadi ibadah".
B. Hadits
berasal dari bahasa Arab الحديث (al hadits) jamaknya adalah -al) األحاديث
ahaadiits). Dari segi bahasa, kata ini memiliki banyak arti, diantaranya الجديد (al-
jadiid) yang berarti baru, lawan dari kata al) القديم qadiim) yang berarti lama.
Dalam hal ini, semua yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW itu adalah
hadits (baru). Sebagai lawan/ kebalikan dari wahyu Allah (kalam Allah) yang
bersifat qadim.[1] Pendapat tersebut juga dikemukakan oleh Muhammad ‘Ajjaj al
Khathib. Beliau mengatakan hadits berarti sesuatu yang baru.[2] Kemudian arti
hadits adalah “qarib” (yang dekat), yang belum lama terjadi seperti dalam ungkapan
(baru masuk Islam) باإلسالم العهد , حديث khabar (warta) atau sesuatu yang
diperbincangkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Dari makna
inilah diambil ungkapan “hadits Rasulullah”. Hadits yang bermakna khabar ini
diambil dari kata haddatsa, yuhadditsu, tahdiits, yang bermakna riwayat atau ikhbar
(mengabarkan). (As Shiddieqy, 1999)
4
Sedangkan Pengertian hadis menurut Ahli Hadis (Gemira, 2012), ialah:
�ح�و�ا و�ا وافعاله م ص النبي �ق�و�ال ها ل
Artinya: “Segala perkataan Nabi, perbuatan, dan hal ihwalnya.” Yang
dimaksud dengan hal ihwal ialah segala yang diriwayatkan dari Nabi SAW. Yang
berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaan.
Ada juga yang memberikan pengertian lain, yakni:
ص�ف�ة7 �و� ا ا �ر7 �ق�ر�ي أو�ت 7 ف�ع�ال أو 7 ق�وال م ص النبي إلى �ف� ض�ي م�اأ
Artinya: “Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat beliau”.
Sebagian Muhaditsin berpendapat bahwa pengertian hadis diatas merupakan
pengertian yang sempit. Menurut mereka, hadis mempunyai cakupan pengertian
yang lebih luas, tidak terbatas pada apa yang disandarkan kepada Nabi SAW. (hadis
marfu’) saja, melainkan termasuk juga yang disandarkan kepada para sahabat (hadis
mauquf), dan tabi’in (hadis maqtu’), sebagaimana disebut oleh Al- Tirmisi: Artinya:
“Bahwasanya hadis itu bukan hanya untuk sesuatu yang marfu’, yaitu sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW, melainkan bisa juga untuk sesuatu yang maukuf,
yaitu yang disandarkan kepada sahabat dan yang maqtu’ yaitu yang disandarkan
kepada tabi’in.” (Gemira, 2012)
3. Manajemen pendidikan berbasis Al-Qur’an dan Hadist
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan
berkualitas, individu – individu yang memiliki kepribadian yang beradab akan terbentuk.
Akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi
– institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi
tersebut masih belum memproduksi individu – individu yang beradab. Untuk
memproduksi individu yang beradap, alangkah baiknya perlu memahami tentang fungsi
manusia.
5
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan dua fungsi, yaitu fungsi sebagai
makhluk Allah yang memiliki kewajiban untuk menyembah-Nya dan fungsi sebagai
khalifah di muka bumi. Kedua fungsi tersebut juga dijelaskan oleh Allah SWT dalam
firman-Nya berikut, ”..dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi (Beribadah) kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariat: 56) dan,
“…’Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’…” (Q.S Al-
Baqarah: 30).
Alloh menciptakan manusia untuk beribadah agar menghasilkan kontak antara
hati dengan Alloh. Ketika hati sudah terhubung dengan Alloh, maka segala persoalan
yang berkaitan tentang masalah kehidupan dunia akan lari kepada-Nya melalui Al
Qur’an. Saat itulah terjadi kenikmatan dan keyamanan hidup. Sehingga terkadang
kedekatannya dengan Allah SWT melalaikan akan kehidupan dunia, yang menurutnya
tidak penting dan tidak dihiraukan eksistensinya. Sehingga melalui firman-Nya Allah
SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Allah SWT mengamanahkan
bumi beserta isi kehidupannya kepada manusia, agar manusia sadar memiliki tugas
sebagai pemimpin dibumi Allah.
Menurut Muhammad Quthb bahwa secara umum tujuan akhir pendidikan Islam
adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Kalau dalam sistem pendidikan nasional,
pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa, maka dalam konteks pendidikan Islam justru harus lebih dari itu,
dalam arti, pendidikan Islam bukan sekedar diarahkan untuk mengembangkan manusia
yang beriman dan bertaqwa, tetapi justru berusaha mengembangkan manusia menjadi
imam/pemimpin bagi orang beriman dan bertaqwa “….waj’alna li al-muttaqina
imaama” (QS. Al Furqon: 74).
Untuk mengantarkan manusia menjadi imam/pemimpin bagi orang beriman dan
bertaqwa, maka harus ada konsep manajemen pendidikan yang tepat. Satu – satunya
Konsep pendidikan yang bisa memberi petunjuk manusia untuk menjadi pemimpin di
bumi Allah SWT adalah Al-Qur’an dan Hadist. Nabi Muhammad SAW bukti nyata,
Akhlak beliau adalah Al-Qur’an, dan beliau seorang pemimpin yang sempurna di
6
Dunia Islam dan tak akan pernah ada duannya. Oleh karena itu beliau merupakan contoh
hidup pendidikan Islam dan bukti konkrit dari konsep pendidikan itu, baik akhlak beliau
sendidri maupun tuntunan – tuntunan beliau terhadap umat islam. (Harun: 1996)
4. Konsep manajemen pendidikan berbasis Al-Qur’an Hadist
Berdasarkan fungsi dari diciptakannya manusia oleh Allah SWT, yaitu sebagai
hamba untuk beribadah kepada Allah dan sebagai kholifah di bumi. Maka manajemen
pendidikan yang bersumber dari Al Quran dan Hadist sangat diperlukan. Ada 3 hal yang
menjadi dasar dari manajemen pendidikan berbasis Al-Qur’an dan Hadist, yaitu Iman,
Islam dan Ihsan. Tiga dasar ini harus menjadi pondasi dari seluruh proses pendidikan
atau kegiatan belajar mengajar.
Fungsi yang kedua yaitu untuk menjadi kholifah di bumi, maka manusia dituntut
untuk berfikir agar bisa memimpin segala yang ada dibumi, hal itu ditegaskan dalam
beberapa Firman Allah SWT, seperti dalam QS. Ali Imron: 190-191; “Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.”. Dengan kata lain, manusia yang lahir dimuka bumi harus berfikir, karena
mereka akan memimpin bumi.
Mewujudkan manusia sesuai fungsinya dalam Al-Quran dan Hadist dalam
pembahasan ini adalah paradigma islami. Dan secara pelaksanaan dibutuhkan teknik
pendidikan, yang nantinya akan dibahas pada segmen selanjutnya.
7
Konsep manajemen pendidikan dalam perspektif Al-Quran dan Hadist dapat
digambarkan sebagai berikut;
- Ibadah (Iman, Islam dan Ihsan)
- Kholifah (Intelektualitas)
C. Petunjuk Al-Qur’an dan Hadis dalam aplikasinya
1. Paradigma Islami
Konsep pendidikan dalam al-Quran adalah dengan paradigma Islami, yaitu sesuai
dengan fungsi diciptakannya manusia untuk beribadah dan menjadi khalifah di bumi.
Seperti dalam firman Allah SWT dalam Quran Surat Adz-Dzariyat: 56;
56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Ibadah merupakan bentuk penghambaan dari makhluk terhadap sang Khalik yang
mekanismenya dengan cara menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala bentuk
larangan-Nya. Untuk bisa diterima, dalam beribadah terdapat beberapa syarat utama,
yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Iman, Islam, dan Ihsan dijelaskan dalam sabda Nabi SAW
berikut ini;
: ص�ل ى الله� و�ل� س ر� �د� ن ع� و�س@ جل �ح�ن ن �م�ا �ن �ي ب ق�ال� 7 �ضا �ي أ �ه ع�ن الله ض�ي� ر� عم�ر� ع�ن�
و�اد� س� �د د�ي ش� �اب� �ي الث �اض� �ي ب �د د�ي ش� جل@ ر� �ا �ن �ي ع�ل �ع� ط�ل �ذ� إ M �و�م ي ذ�ات� م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل الله
8
Konsep Manajemen Pendidikan Islam
Paradigma IslamTeknik Modern
- Tauladan
- Nasehat
- Hukuman
- Cerita
- Kebiasaan
- Menyalurkan Kekuatan
- Mengisi Kekosongan
- Peristiwa
صلى �ي� ب الن �ل�ى إ ج�ل�س� ى ح�ت �ح�د@، أ ا م�ن �ع�ر�فه ي � و�ال ف�ر�، الس �ر ث� أ �ه� �ي ع�ل ى ر� ي � ال ع�ر�، الش
: �ا ي و�ق�ال� �ه� ف�خ�ذ�ي ع�ل�ى �ه� �ف ي ك و�و�ض�ع� �ه� �ي �ت �ب ك ر �ل�ى إ �ه� �ي �ت �ب ك ر �د� ن س�� ف�أ وسلم عليه الله
�م : ال �س� �إل ا وسلم عليه الله صلى الله� و�ل س ر� ف�ق�ال� ،� �م ال �س� �إل ا ع�ن� �ي ن �ر� ب خ�� أ مح�م د
�ة� كا الز �ي� ؤ�ت و�ت �ة� الص ال �م� ق�ي و�ت الله� و�ل س ر� مح�م د7ا �ن و�أ الله �ال إ �ه� �ل إ � ال �ن� أ ه�د� �ش� ت �ن� أ
م�ض�ان� ر� �صو�م� �ه : و�ت ل �ا �ن ب ف�ع�ج� ، ص�د�ق�ت� ق�ال� 7 �ال �ي ب س� �ه� �ي �ل إ �ط�ع�ت� ت اس� �ن� إ �ت� �ي �ب ال �حج و�ت
: : �ه� ب ت و�ك �ه� �ت �ك �ئ و�م�ال �الله� ب ؤ�م�ن� ت �ن� أ ق�ال� �م�ان� �ي �إل ا ع�ن� �ي ن �ر� ب خ�� ف�أ ق�ال� ص�د�قه، و�ي ه ل
� أ �س� ي
. �ي ن �ر� ب خ�� ف�أ ق�ال� ، ص�د�ق�ت� ق�ال� ه� ر� و�ش� �ر�ه� ي خ� �ق�د�ر� �ال ب ؤ�م�ن� و�ت اآلخ�ر� � �و�م �ي و�ال �ه� ل س و�ر
: . : ق�ال� اك� �ر� ي ه �ن ف�إ اه �ر� ت ن� �ك ت �م� ل �ن� ف�إ اه �ر� ت ك� �ن �أ ك الله� د� �ع�ب ت �ن� أ ق�ال� ، ان� �ح�س� �إل ا ع�ن�
. : �ي ن �ر� ب خ�� ف�أ ق�ال� �ل� ائ الس م�ن� �م� �ع�ل �أ ب �ه�ا ع�ن ؤو�ل �م�س� ال م�ا ق�ال� اع�ة�، الس ع�ن� �ي ن �ر� ب خ�
� ف�أ
اء� الش ر�ع�اء� �ة� �ع�ال ال اة� �عر� ال �حف�اة� ال ى �ر� ت �ن� و�أ �ه�ا ت ب ر� �م�ة �أل ا �د� �ل ت �ن� أ ق�ال� �ه�ا، ات م�ار�� أ ع�ن�
: م�ن� �د�ر�ي ت� أ عم�ر� �ا ي ق�ال� م ث gا، �ي م�ل �ت �ث �ب ف�ل �ط�ل�ق� ان م ث ، �ان� �ي ن �ب ال ف�ي و�ن� �ط�او�ل �ت ي
م� : . . �ك �ن د�ي م� �مك ع�ل ي م� �تـاك أ �ل �ر�ي ب ج� ه �ن ف�إ ق�ال� �م� �ع�ل أ ه و�ل س و�ر� الله قل�ت ؟ �ل� ائ الس
مسلم] [رواه
”Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki
yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak
padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang
mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua
lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya
berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak
ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi
haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang
bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku
tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman
kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.
Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “
9
Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika
engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “
Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang
ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang
tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan
jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala
domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu
berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah
engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui
“. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud)
mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)
Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya
terdapat pokok-pokok ajaran dalam beribadah, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Hadits ini
mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang
terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul
Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah)
Untuk mewujudkan manusia menjadi khalifah di bumi, ada beberapa petunjuk dalam
Al-Quran yang bisa dijadikan dasar untuk melakukan proses menjadi kholifah di muka
bumi, yaitu sebagai berikut:
1. Manusia makhluk sempurna
Manusia memiliki kemauan bebas (free will). Oleh Allah manusia
diciptakan dengan bentuk paling sempurna, seperti dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya.” (QS. At-Tiin: 4)
Manusia diciptakan Alloh dengan bentuk sempurna. Berbeda dengan
makhluk ciptaan lain, Alloh menciptakan manusia dengan akal, sehingga dengan
menggunakan akalnya kewajiban manusia adalah berusaha untuk menjadi hamba
Alloh SWT. Manusia tidak hanya berujud fisik maupun psikisnya saja akan tetapi
10
dilengkapi dengan unsur ruh yang berasal dari diriNya. Seperti dalam Firman-
Nya:
Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup
kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud. (QS. Al Hijr: 15)
Tiupan ruh-Nya ini menjadikan manusia mampu memanifestasikan sifat-
sifatNya di bumi. Adanya ruh ini menyebabkan manusia dapat tampil beda dan
keberadaannya menjadi sangat mungkin paling berkualitas dibanding makhluk
lain termasuk dengan malaikat. Keunggulan ini menyebabkan manusia mampu
memikul beban dan tanggung jawab (taklif) serta mendapatkan predikat
khalifatullah fil ardhi. Maksudnya adalah manusia mampu menjadi mandataris
untuk menerjemahkan, menjabarkan dan mewujudkan fungsi Allah sebagai
rabbul-a’lamin dan rabbunnas di dunia ini. (Fajar, 1999)
Kaitannya sebagai khalifah di bumi manusia dituntut dapat mengemban
amanat secara baik dan penuh tanggung jawab serta menempatkan dirinya secara
konsekuen dan proporsional dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia
dan lingkungan alam.
2. Manusia Punya Potensi
Sejalan dengan fungsinya itu maka kepada manusia dianugerahkan oleh
penciptaNya berbagai potensi yang dapat dikembangkan melalui bimbingan dan
tuntunan yang terarah dan berkesinambungan. Hal ini mengindikasikan bahwa
manusia adalah mahluk yang berpotensi untuk dididik, dapat dikembangkan
potensinya sekaligus mampu mengembangkan dirinya, (Jalaluddin, 2001).
Berkaitan potensi yang dimiliki manusia, berdasarkan pada penjelasan al-
Qur’an bahwa didalam diri manusia terdapat potensi yang baik dan yang jelek.
Potensi tersebut antara lain;
a. Potensi untuk bertumbuh dan berkembang secara fisik, dalam QS. 23: 12-14
11
12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. 13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang
paling baik. (QS. Mu’minun: 12-14)
b. Potensi untuk tumbuh dan berkembang secara mental spiritual, meliputi:
1. Kemampuan untuk berbicara (QS. Ar-Rahman: 4)
Mengajarnya pandai berbicara. (QS. Ar-Rahman: 4)
2. Menguasai ilmu pengetahuan melalui proses tertentu dengan mengajarkan manusia dengan kalam (baca tulis) dan segala apa yang tidak diketahuinya (QS. Al-‘Alaq: 4-5),
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam [1589], 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-‘Alaq: 4-5)
[1589]Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
3. Kemampuan untuk mengenal Tuhan atas dasar perjanjian awal didalam ruh
dalam bentuk kesaksian, (QS. Al-A’raf: 172).
12
172. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)", (QS. Al-A’raf: 172).
Selain potensi yang baik atau positif manusia juga dibekali potensi lain yang
berpeluang untuk mendorong manusia kearah tindakan, sikap, serta perilaku
negatif dan merugikan. Potensi tersebut antara lain, (Jalauddin, 2001);
a. Bentuk kecenderungan manusia untuk berlaku dholim dan mengingkari
nikmat (QS.14; Ibrahim: 34),
“ dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang
kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah
dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan
sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (QS. Ibrahim: 34)
b. Tidak berterima kasih dan mudah putus asa (QS.11; Huud: 9);
9. dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami,
kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah Dia menjadi putus asa
lagi tidak berterima kasih. (QS. Huud: 9)
c. sombong apabila telah berkecukupan (QS. 3; Ali Imron: 181) ;
13
181. Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang
mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan Kami kaya". Kami akan
mencatat Perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi
tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka):
"Rasakanlah olehmu azab yang mem bakar". (QS. Ali Imron: 181)
d. Cenderung lalai terhadap tugas dan tanggung jawabnya (QS.21;: 12).
“ Maka tatkala mereka merasakan azab Kami, tiba-tiba mereka melarikan
diri dari negerinya.” (QS. Al-Anbiya’: 12)
Kecenderungan potensi negatif ini pada saatnya pasti akan membawa
kerugian dan menghambat tugas kekhalifahannya. Karenanya sebagai mahluk
alternatif manusia diharuskan selalu berupaya mengatasi segala hambatan dan
meminimalisasi sekecil mungkin potensi-potensi negatif yang ada pada dirinya
serta tidak larut dalam bawaan dorongan negatif yang pasti akan
menghancurkannya.
Sejalan dengan potensi yang dimiliki manusia maka proses dan peran
pendidikan menjadi amat krusial, terutama apabila dititik beratkan pada upaya
untuk mengembangkan potensi positifnya. Potensi positif yang dimiliki manusia
itu melalui proses pendidikan diharapkan dapat menciptakan motivasi dan daya
kreasi yang dapat menghasilkan sejumlah aktivitas berupa pemikiran (ilmu
pengetahuan), merekayasa temuan-temuan baru dalam berbagai bidang. Dengan
demikian manusia dapat menjadikan dirinya sebagai mahluk yang berbudaya dan
berperadaban. Untuk mencapai maksud tersebut proses pendidikan harus selalu
diarahkan pada usaha pengembangan potensi individu, sehingga manusia tersebut
sampai dapat memahami dan mengetahui jati diri dan tanggung jawabnya sebagai
mahluk hidup.
3. Manusia Mempunyai Akal
14
Bagian terpenting dalam diri manusia adalah akal. Karena dengan akal inilah
menjadikan manusia berbeda dengan mahluk yang lain. Kreatifitas manusia tidak
akan pernah lahir apabila tidak memiliki akal. Adanya akal menyebabkan manusia
mengalami perubahan dan kemajuan didalam hidupnya. Mahluk selain manusia
cara hidupnya selalu tetap, statis, dan tidak mengalami perubahan atau kemajuan.
Sekedar contoh, cara hidupnya burung dimana seribu tahun yang lalu hingga
burung saat ini selalu mencari makan dipagi hari dan pulang setelah senja tiba,
mereka tidak pernah berfikir membuat lumbung atau bercocok tanam dengan
model pertanian modern. Hal ini disebabkan mereka tidak dilengkapi dengan akal.
Oleh karenanya ketajaman akal harus selalu diasah melalui pendidikan. Mengenai
akal M.Quraish Shihab telah menjelaskan sebagai berikut :
1. Daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu. (QS.29: 43)
43. dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan
tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (QS. Al-
Ankabut: 43)
2. Dorongan moral. (QS.6: 51)
51. dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-
orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat),
sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa'atpun
selain daripada Allah, agar mereka bertakwa. (QS. Al-An’am: 51)
3. Daya untuk mengambil pelajaran dan kesimpulan serta hikmah. (QS.67: 10)
15
10. dan mereka berkata: "Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan
(peringatan itu) niscaya tidaklah Kami Termasuk penghuni-penghuni neraka
yang menyala-nyala". (QS. Mulk: 10)
Daya menggabungkan kedua diatas, sehingga ia mengandung daya
memahami, daya menganalisis, dan menyimpulkan serta dorongan moral yang
disertai dengan kematangan berfikir. (Shihab, 1996)
Dengan demikian pendidikan tidak boleh lepas dari pencerahan akal secara
komprehensif. Artinya pendidikan tidak cukup hanya dimaksudkan untuk
pencerahan otak semata akan tetapi harus diarahkan pada fungsi manusia yaitu
dengan pertumbuhan nilai-nilai spiritualitas dan religiusitas. Sehingga mampu
menjadi kholifah di muka bumi.
2. Teknik Modern
Teknik modern bertujuan untuk mewujudkan konsep Pendidikan Islam perspektif
Al-Quran dan Hadist. Dalam Al-Quran belum pernah kehabisan persediaan dalam hal
teknik-teknik pendidikan. Ada beberapa teknik modern di dalam Al-Quran, yang masih
efektif untuk diterapkan pada masa kini yaitu; Tauladan, Nasehat, Hukuman, Cerita,
Kebiasaan, Menyalurkan Kekuatan, Mengisi Kekosongan, dan Peristiwa.
A. Pendidikan Melalui Teladan
Anak-anak merupakan para peniru alamiah. Kemampuan meniru sangat kuat
melekat pada dirinya. Karenanya anak-anak cenderung meniru cara-cara (perilaku)
orang tua dan orang lain disekelilingnya; berbicara atau berjalan seperti mereka.
Maka pendidikan melalui teladan merupakan metode belajar yang paling efektif
untuk membawa kedewasaan dan kesadaran diri (Ibrahim, 2006).
Dalam menyampaikan pesan – pesan Islam Allah mengirimkan Rasulullah
sebagai teladan bagi umatnya. Diharapkan dengan keteladanan Rasul umatNya
mampu meneladani sifat dan sikap nabi. Sesuai dengan Q.S. Al-ahzab :21;
16
21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-ahzab :21)
B. Pendidikan Melalui Nasehat
Di antara metode pendidikan yang populer sejak dulu adalah dengan cara
nasehat, sebab manusia itu senang dan selalu memperhatikan jika mendengar
nasehat dari orang yang dicintainya. Oleh sebab itu, dalam kondisi yang
demikian ini, nasehat sangat mampu berpengaruh pada diri orang yang
mendengarkan nasihat. Di samping itu, nasehat tidak akan membekas manakala
perbuatan yang memberi nasehat tidak sesuai dengan apa yang telah
dinasehatkan, (Almalindy, 2011).
Oleh karena itu, dalam pendidikan nasehat saja tidaklah cukup bila tidak
disertai dengan teladan dan perantara yang memungkinkan teladan itu diikuti
dan diteladani. Metode nasehat sangat diperlukan dalam menjelaskan kepada anak
tentang segala hakekat moral yang mulia dalam agama Islam. Seperti nasehat
Luqman Al Hakim kepada anaknya, supaya jangan mepersekutukan Alloh;
13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman: 13)
C. Pendidikan Melalui Hukuman
Bila teladan dan nasehat tidak mampu, maka waktu itu harus di adakan
tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan di tempat yang benar, tindakan
tegas itu adalah hukuman. Allah SWT menerapkan hukuman ini dalam beberapa
firman-Nya dalam Al-Quran, salah satunya dalam surat Al-Maidah: 38;
17
38. laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-
Maidah: 38)
Hukuman merupakan metode terburuk, tetapi dalam kondisi tertentu harus
digunakan. Hukuman adalah cara yang paling akhir. Oleh sebab itu, ada beberapa hal
yang hendaknya diperhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman, (Almalindy,
2011):
a. Hukuman adalah metode kuratif, artinya tujuan hukuman ialah untuk
memperbaiki peserta didik yang melakukan kesalahan dan memelihara peserta
didik yang lainnya, bukan untuk balas dendam.
b. Hukuman baru digunakan apabila metode lain tidak berhasil guna dalam
memperbaiki peserta didik.
c. Sebelum dijatuhi hukuman, peserta didik hendaknya lebih dahulu diberi
kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri.
d. Hukuman yang dijatuhkan pada peserta didik hendaknya dapat
dimengerti olehnya, sehingga ia sadar akan kesalahannya dan tidak
mengulanginya.
e. Hukuman psikis lebih baik dari pada hukuman fisik.
f. Hukuman hendaknya disesuaikan dengan latar belakang kondisi peserta
didik.
g. Dalam menjatuhkan hukuman, hendaknya diperhatikan prinsip logis, yaitu
hukuman disesuaikan dengan jenis kesalahan.
h. Pendidik hendaknya tidak mengeluarkan ancaman hukuman yang tidak
mungkin dilakukannya.
D. Pendidikan Melalui Cerita
Di antara sistem pendidikan yang masyhur dan terbaik adalah dengan
bentuk kisah atau cerita. Kisah itu mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh
ketulusan hati yang mendalam. Dan kisah itu juga mampu mempengaruhi
18
seseorang yang membacanya atau mendengarnya, hingga dengan itu dia tergerak
hatinya untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kejelekan. Peranan kisah
dalam pembentukan akhlak itu sudah dikenal sejak dahulu, dan al-Qur’an
datang dengan kisah-kisah pendidikan yang sangat penting artinya dalam
kehidupan manusia dalam sisi akhlak dan jiwa, (Almalindy, 2011). Hal ini
karena penyampaian kisah yang indah biasanya itu sangat dalam artinya
sebagaimana al-Qur’an menyebutkan peranan kisah sebagai suatu pelajaran akhlak:
111. Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman. (Q. S. Yusuf : 111)
Dalam Al-Qur’an banyak kisah para nabi yang dapat dipetik pelajaran
moral yang dipaparkan melalui metode cerita. Sebagai contoh, kisah nabi Nuh, nabi
Ibrahim, nabi Yunus, nabi Musa, kisah penyembelihan nabi Ismail dan lain-lain.
E. Pendidikan Melalui Kebiasaan
Pembiasaan merupakan salah satu metode dalam mendidik dan
membimbing anak, yaitu dengan cara membiasakan anak untuk melakukan perbuatan
yang diajarkan dalam agama. Misalnya, membaca basmalah ketika akan
melakukan perbuatan yang baik dan mengucapkan hamdalah ketika selesai
melakukan suatu perbuatan yang baik supaya mendapatkan keridlaan dari Allah.
Firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 41 dan 42;
19
41. Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. 42. dan bertasbihlah kepada-Nya
diwaktu pagi dan petang. (Al Ahzab ayat 41-42)
Dengan membiasakan anak-anak untuk berbuat baik dalam kehidupan sehari-
hari, maka akan berakibat baik pula pada perilaku anak kelak jika sudah
dewasa.
F. Menyalurkan Kekuatan
Kekuatan yang dikandung oleh eksistensi manusia jika dihimpun maka akan
menghasilkan kekuatan energik dan “netral” yang bisa baik dan yang bisa buruk, bisa
untuk membangun dan bisa pula untuk menghancurkan, serta bisa pula habis percuma
tanpa tujuan dan arah. Islam menyalurkan kekuatan itu kearah yang benar buat
kebaikan (Qutb, 1993).
G. Mengisi Kekosongan
Kekosongan merusak Jiwa, seperti halnya kekuatan terpendam juga merusak.
Kerusakan utama yang timbul oleh kekosongan adalah habisnya kekuatan potensial
untuk mengisi kekosongan tersebut. Seterusnya orang itu akan terbiasa pada sikap
buruk yang dilakukannya untuk mengisi kekosongan itu (Qutb, 1993).
Dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu Nikmat sehat dan Waktu
Luang. Oleh karena itulah seorang hamba hendaklah selalu mengingat-ingat
kenikmatan Allah yang berupa kesehatan dan waktu luang, kemudian bersyukur
kepadaNya, dengan memanfaatkannya untuk ketaatan kepadaNya. Jangan sampai
menjadi orang yang rugi, sebagaimana hadits di bawah ini:
م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل ه الل ص�ل ى kي� ب الن ق�ال� ق�ال� �هم�ا ع�ن ه الل ض�ي� ر� Mاس ع�ب �ن� اب ع�ن�
اغ �ف�ر� و�ال الص�ح ة اس� الن م�ن� �ير@ �ث ك ف�يه�م�ا ون@ م�غ�ب �ان� �ع�م�ت ن
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi n bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan
manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. [HR Bukhari,
no. 5933].
20
Maka sepantasnya hamba yang berakal bersegera beramal shalih sebelum
kedatangan perkara-perkara yang menghalanginya. Imam Al Hakim meriwayatkan
dari Abdullah bin Abbas, bahwa Nabi n bersabda menasihati seorang laki-laki :
, م�ك� ه�ر� �ل� ق�ب �ك� �اب ب ش� Mخ�م�س �ل� ق�ب ا خ�م�س7 �م� �ن �غ�ت , ا , ق�م�ك� س� �ل� ق�ب �ك� ت و�ص�ح
�ك� , , م�و�ت �ل� ق�ب �ك� �ات ي و�ح� غ�ل�ك� ش �ل� ق�ب اغ�ك� و�ف�ر� ف�ق�ر�ك� �ل� ق�ب �اك� ن و�غ�
Ambillah kesempatan lima (keadaan) sebelum lima (keadaan). (Yaiutu) mudamu
sebelum pikunmu, kesehatanmu sebelum sakitmu, cukupmu sebelum fakirmu,
longgarmu sebelum sibukmu, kehidupanmu sebelum matimu.
[HR Al Hakim di dalam Al Mustadrak; dishahihkan oleh Syaikh Al Albani di dalam
Shahih At Targhib wat Targhib 3/311, no. 3355, Penerbit Maktabul Ma’arif, Cet. I,
Th. 1421 H / 2000 M].
H. Pendidikan Melalui Peristiwa
Hidup adalah perjuangan dan pengalaman-pengalaman dengan berbagai
peristiwa, baik yang timbul karena tindakannya sendiri maupun karena sebab-sebab
diluar kemauannya. Guru yang baik tidak akan mebiarkan peristiwa-peristiwa itu
berlalu begitu saja tanpa diambil menjadi pengalaman yang berharga. Ia mesti
menggunakannya untuk membina, mengasah, dan mendidik jiwa, dan oleh karena itu
pengaruhnya tidak boleh hanya sebentar itu saja, (Qutb, 1993)..
Peribahasa mengatakan, “Pukullah besi itu sedang panas!”, karena memukul
besi pada waktu itu membuat besi itu mudah dipipihkan dan dibentuk. Tetapi bila
anda biarkan dingin, maka tidak akan mungkin ia dibentuk sekalipun anda sudah
mengeluarkan tenaga yang sebesar-besarnya. Menggunakan peristiwa dan “besi yang
masih panas” sangat penting dalam pendidikan, agar pada waktu masih cair itu
seorang guru dapat membentuk pengarahan-pengarahan dan tuntutan-tuntutan,
sehingga pengaruhnya tidak habis dan tidak hilang dalam waktu singkat, (Qutb,
1993).
21
D. Urgensi dalam pendidikan
Pendidikan dalam Islam bertujuan untuk membentuk manusia yang beriman dan
berakhlak mulia. Dan fungsi diciptakannya manusia adalah untuk beribadah menjadi
hamba Allah SWT dan menjadi khalifah di bumi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam proses pendidikan diperlukan konsep
yang tepat. Yaitu dengan konsep Manajemen Pendidikan perspektif Al-Qr’an dan Hadist.
Al-Qur’an belum pernah kehabisan persediaan dalam hal teknik-teknik pendidikan.
Ketika manusia sudah memahami fungsinya sebagai hamba Allah SWT, maka dia
akan memaksimalkan potensi-potensi yang diberikanNya untuk beramal sholeh dan
untuk memimpin bumi. Manusia dibekali dengan potensi yang baik dan potensi yang
buruk. Pendidikan bertujuan membentuk potensi manusia kearah yang baik.
Sejalan dengan potensi yang dimiliki manusia maka proses dan peran pendidikan
menjadi amat krusial, terutama apabila dititik beratkan pada upaya untuk
mengembangkan potensi positifnya. Potensi positif yang dimiliki manusia itu melalui
proses pendidikan diharapkan dapat menciptakan motivasi dan daya kreasi yang dapat
menghasilkan sejumlah aktivitas berupa pemikiran (ilmu pengetahuan), merekayasa
temuan-temuan baru dalam berbagai bidang. Dengan demikian manusia dapat
menjadikan dirinya sebagai mahluk yang berbudaya dan berperadaban. Untuk mencapai
maksud tersebut proses pendidikan harus selalu diarahkan pada usaha pengembangan
potensi individu, sehingga manusia tersebut sampai dapat memahami dan mengetahui jati
diri dan tanggung jawabnya sebagai mahluk hidup.
22
E. Kesimpulan
Dari pembahasan dalam makalah ini, maka kami dapat menarik kesimpulan bahwa:
1. Pendidikan mempunyai tujuan, dan untuk mencapai tujuan diperlukan managemen,
dari managemen maka tercipta konsep. Konsep manajemen pendidikan berbasis Al-
Qur’an Hadis diantaranya;
a. Paradigma Islami, memahami fungsi diciptakannya manusia, yaitu untuk
beribadah dan menjadi khalifah di bumi
b. Teknis Modern, merupakan proses menuju kearah paradigma Islami, Yaitu
dengan metode Tauladan, Nasehat, Hukuman, Cerita, Kebiasaan, Menyalurkan
Kekuatan, Mengisi Kekosongan, dan Peristiwa
2. Dalam Al-Qur’an dan Hadist ada Petunjuk untuk memperoleh konsep pendidikan,
manusia memiliki kelebihan yang diberikan Alloh SWT, namun untuk memanfaatkan
kelebihan tersebut, harus dilandasi dasar yang benar, yaitu dengan mengabdi kepada
Alloh SWT. Sehingga dengan dasar paradigm Islami, apapun yang diperbuat melalui
potensinya akan menghasilkan sesuatu yang baik dalam pendidikan.
3. Konsep Manajemen Pendidikan sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan,
maka untuk menghasilkan tujuan pendidikan, Al-Quran dan Hadist menyediakan
banyak pelajaran-pelajaran yang bisa digunakan untuk menjalankan konsep
manajemen pendidikan perspektif Al-Quran dan Hadist.
23
24