35
A. Pendahuluan Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu – individu yang memiliki kepribadian yang beradab akan terbentuk. Akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi – institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi individu – individu yang beradab. (Harun: 1996) Dasar kehidupan adalah pandangan hidup. T.S. Eliot menyatakan bahwa pendidikan yang amat penting itu tujuannya harus diambil dari pandangan hidup. Jika pandangan hidup (philosophy of life) anda adalah Islam maka tujuan pendidikan menurut anda haruslah diambil dari ajaran Islam, (Du Bios, 1979) Menurut Abdul Fattah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. la mengatakan bahwa tujuan ini akan mewujudkan tujuan-tujuan khusus. Dengan mengutip surat al-Takwir ayat 27, 27. Al Qur'aan itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. (Q.S. al-Takwir: 27) Jalal menyatakan bahwa tujuan itu adalah untuk semua manusia. Jadi, menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia (sekali lagi: seluruh manusia) menjadi manusia yang menghambakan diri kepada Allah. Yang dimaksud dengan menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Islam 2

Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

  • Upload
    -

  • View
    1.358

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist

Citation preview

Page 1: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

A. Pendahuluan

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan

berkualitas, individu – individu yang memiliki kepribadian yang beradab akan terbentuk.

Akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi –

institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut

masih belum memproduksi individu – individu yang beradab. (Harun: 1996)

Dasar kehidupan adalah pandangan hidup. T.S. Eliot menyatakan bahwa pendidikan

yang amat penting itu tujuannya harus diambil dari pandangan hidup. Jika pandangan hidup

(philosophy of life) anda adalah Islam maka tujuan pendidikan menurut anda haruslah

diambil dari ajaran Islam, (Du Bios, 1979)

Menurut Abdul Fattah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya

manusia sebagai hamba Allah. la mengatakan bahwa tujuan ini akan mewujudkan tujuan-

tujuan khusus. Dengan mengutip surat al-Takwir ayat 27,

27. Al Qur'aan itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. (Q.S. al-Takwir:

27)

Jalal menyatakan bahwa tujuan itu adalah untuk semua manusia. Jadi, menurut Islam,

pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia (sekali lagi: seluruh manusia) menjadi

manusia yang menghambakan diri kepada Allah. Yang dimaksud dengan menghambakan

diri ialah beribadah kepada Allah. Islam rnenghendaki agar manusia dididik supaya ia

mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah.

Tujuan hidup manusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. (Jalal, 1977)

Untuk menghasilkan individu yang beradap dan berakhlak mulia, maka perlu

memahami tentang fungsi manusia. Dan untuk mencapai tujuan pendidikan, maka dalam

proses pendidikan diperlukan konsep yang tepat. Sehingga dalam makalah ini permasalahan

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana Konsep manajemen pendidikan berbasis Al-Qur’an Hadis?

2. Bagaimana Petunjuk Al-Qur’an dan Hadis dalam aplikasinya?

3. Apa Urgensi kajian ini dalam pendidikan?

B. Konsep manajemen pendidikan berbasis Al-Qur’an Hadist

2

Page 2: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

1. Manajemen Pendidikan

Manajemen adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses

pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi

pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar

efektif dan efisien. (Nurhadi: 1990). Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen

sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan

pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.

Jadi manajemen adalah suatu perencanaan berupa proses pengelolaan sekelompok

aktifitas manusia guna meraih tujuan yang disepakati. Ramayulis (2008:362)

menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir

(pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak

terdapat dalam Al Qur‘an seperti firman Allah SWT yang Artinya : Dia mengatur

urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang

kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (Al Sajdah :05). Dari isi

kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah pengatur

alam(manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam

mengelola alam ini.

Sedangkan Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan

kepribadiannya dengan jalan membina potensi –potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir,

karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang

bertanggungjawab menetapkan cita – cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi

pendidikan. Lembaga – lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat (Ihsan

Fuad, 2005). Ghozali melukiskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan hidupnya

dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni

memberi petunjuk akhlak dan pembersihan jiwa dengan maksud di balik itu membentuk

individu – individu yang tertandai dengan sifat-sifat utama dan takwa. (Azra: 2002)

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa managemen pendidikan

adalah suatu perencanaan berupa yang proses pengelolaan atau pengaturan sekelompok

aktifitas manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi –

potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani).

2. Definisi Al – Qur’an dan Hadist

3

Page 3: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

A. Al-Qur’an

Menurut bahasa al-Qur'an berasal dari kata bahasa arab "qara'a" yang berarti

membaca. Menurut al-Lihyani qur'an merupakan "mashdar bi ma'na ism al-maf'ul",

dengan demikian al-qur'an bermakna maqru yaitu yang dibaca.

Menurut Istilah al-qur'an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW denga perantaraan malaikat Jibril, menjadi mukjizat ata

kenabiannya, tertulis dalam bahasa Arab yang sampai kepada kita dengan jalan

mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah. (Juhrodin, 2013)

Dr. Subhi ash-Shalih (Juhrodin, 2013)

�ه� �ي �ي� ص�ل ى الله ع�ل ب ل ع�ل�ى الن �ز �لمن �لمع�ج�ز ا �اب ا �ت �لك آن هو� ا �لقر� ا

د �ع�ب �لمت ر� ا و�ات �الت �ه� ب �ي �قو�ل ع�ل �لم�ن �لم�ص�اح�ف� ا و�ب ف�ى ا �ت �لم�ك م� ا ل و�س�

�ه و�ت �ال� �ت ب

"Al-Qur'an adalah sebuah kitab Allah yang mengandung mukjizat, yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang

sampai kepada kita dengan jalan mutawatir, dan membacanya menjadi ibadah".

B. Hadits

berasal dari bahasa Arab  الحديث (al hadits) jamaknya adalah -al)  األحاديث

ahaadiits). Dari segi bahasa, kata ini memiliki banyak arti, diantaranya الجديد (al-

jadiid) yang berarti baru, lawan dari kata al) القديم qadiim) yang berarti lama.

Dalam hal ini, semua yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW itu adalah

hadits (baru). Sebagai lawan/ kebalikan dari wahyu Allah (kalam Allah) yang

bersifat qadim.[1] Pendapat tersebut juga dikemukakan oleh Muhammad ‘Ajjaj al

Khathib. Beliau mengatakan hadits berarti sesuatu yang baru.[2] Kemudian arti

hadits adalah “qarib” (yang dekat), yang belum lama terjadi seperti dalam ungkapan

(baru masuk Islam) باإلسالم العهد , حديث khabar (warta) atau sesuatu yang

diperbincangkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Dari makna

inilah diambil ungkapan “hadits Rasulullah”. Hadits yang bermakna khabar ini

diambil dari kata haddatsa, yuhadditsu, tahdiits, yang bermakna riwayat atau ikhbar

(mengabarkan). (As Shiddieqy, 1999)

4

Page 4: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

Sedangkan Pengertian hadis menurut Ahli Hadis (Gemira, 2012), ialah:

�ح�و�ا و�ا وافعاله م ص النبي �ق�و�ال ها ل  

Artinya: “Segala perkataan Nabi, perbuatan, dan hal ihwalnya.” Yang

dimaksud dengan hal ihwal ialah segala yang diriwayatkan dari Nabi SAW. Yang

berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaan. 

Ada juga yang memberikan pengertian lain, yakni:

ص�ف�ة7 �و� ا ا �ر7 �ق�ر�ي أو�ت 7 ف�ع�ال أو 7 ق�وال م ص النبي إلى �ف� ض�ي م�اأ

Artinya: “Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa

perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat beliau”.

Sebagian Muhaditsin berpendapat bahwa pengertian hadis diatas merupakan

pengertian yang sempit. Menurut mereka, hadis mempunyai cakupan pengertian

yang lebih luas, tidak terbatas pada apa yang disandarkan kepada Nabi SAW. (hadis

marfu’) saja, melainkan termasuk juga yang disandarkan kepada para sahabat (hadis

mauquf), dan tabi’in (hadis maqtu’), sebagaimana disebut oleh Al- Tirmisi: Artinya:

“Bahwasanya hadis itu bukan hanya untuk sesuatu yang marfu’, yaitu sesuatu yang

disandarkan kepada Nabi SAW, melainkan bisa juga untuk sesuatu yang maukuf,

yaitu yang disandarkan kepada sahabat dan yang maqtu’ yaitu yang disandarkan

kepada tabi’in.” (Gemira, 2012)

3. Manajemen pendidikan berbasis Al-Qur’an dan Hadist

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan

berkualitas, individu – individu yang memiliki kepribadian yang beradab akan terbentuk.

Akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi

– institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi

tersebut masih belum memproduksi individu – individu yang beradab. Untuk

memproduksi individu yang beradap, alangkah baiknya perlu memahami tentang fungsi

manusia.

5

Page 5: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan dua fungsi, yaitu fungsi sebagai

makhluk Allah yang memiliki kewajiban untuk menyembah-Nya dan fungsi sebagai

khalifah di muka bumi. Kedua fungsi tersebut juga dijelaskan oleh Allah SWT dalam

firman-Nya berikut, ”..dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi (Beribadah) kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariat: 56) dan,

“…’Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’…” (Q.S Al-

Baqarah: 30).

Alloh menciptakan manusia untuk beribadah agar menghasilkan kontak antara

hati dengan Alloh. Ketika hati sudah terhubung dengan Alloh, maka segala persoalan

yang berkaitan tentang masalah kehidupan dunia akan lari kepada-Nya melalui Al

Qur’an. Saat itulah terjadi kenikmatan dan keyamanan hidup. Sehingga terkadang

kedekatannya dengan Allah SWT melalaikan akan kehidupan dunia, yang menurutnya

tidak penting dan tidak dihiraukan eksistensinya. Sehingga melalui firman-Nya Allah

SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Allah SWT mengamanahkan

bumi beserta isi kehidupannya kepada manusia, agar manusia sadar memiliki tugas

sebagai pemimpin dibumi Allah.

Menurut Muhammad Quthb bahwa secara umum tujuan akhir pendidikan Islam

adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Kalau dalam sistem pendidikan nasional,

pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang

beriman dan bertaqwa, maka dalam konteks pendidikan Islam justru harus lebih dari itu,

dalam arti, pendidikan Islam bukan sekedar diarahkan untuk mengembangkan manusia

yang beriman dan bertaqwa, tetapi justru berusaha mengembangkan manusia menjadi

imam/pemimpin bagi orang beriman dan bertaqwa “….waj’alna li al-muttaqina

imaama” (QS. Al Furqon: 74).

Untuk mengantarkan manusia menjadi imam/pemimpin bagi orang beriman dan

bertaqwa, maka harus ada konsep manajemen pendidikan yang tepat. Satu – satunya

Konsep pendidikan yang bisa memberi petunjuk manusia untuk menjadi pemimpin di

bumi Allah SWT adalah Al-Qur’an dan Hadist. Nabi Muhammad SAW bukti nyata,

Akhlak beliau adalah Al-Qur’an, dan beliau seorang pemimpin yang sempurna di

6

Page 6: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

Dunia Islam dan tak akan pernah ada duannya. Oleh karena itu beliau merupakan contoh

hidup pendidikan Islam dan bukti konkrit dari konsep pendidikan itu, baik akhlak beliau

sendidri maupun tuntunan – tuntunan beliau terhadap umat islam. (Harun: 1996)

4. Konsep manajemen pendidikan berbasis Al-Qur’an Hadist

Berdasarkan fungsi dari diciptakannya manusia oleh Allah SWT, yaitu sebagai

hamba untuk beribadah kepada Allah dan sebagai kholifah di bumi. Maka manajemen

pendidikan yang bersumber dari Al Quran dan Hadist sangat diperlukan. Ada 3 hal yang

menjadi dasar dari manajemen pendidikan berbasis Al-Qur’an dan Hadist, yaitu Iman,

Islam dan Ihsan. Tiga dasar ini harus menjadi pondasi dari seluruh proses pendidikan

atau kegiatan belajar mengajar.

Fungsi yang kedua yaitu untuk menjadi kholifah di bumi, maka manusia dituntut

untuk berfikir agar bisa memimpin segala yang ada dibumi, hal itu ditegaskan dalam

beberapa Firman Allah SWT, seperti dalam QS. Ali Imron: 190-191; “Sesungguhnya

dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat

tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah

sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan

tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau

menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa

neraka.”. Dengan kata lain, manusia yang lahir dimuka bumi harus berfikir, karena

mereka akan memimpin bumi.

Mewujudkan manusia sesuai fungsinya dalam Al-Quran dan Hadist dalam

pembahasan ini adalah paradigma islami. Dan secara pelaksanaan dibutuhkan teknik

pendidikan, yang nantinya akan dibahas pada segmen selanjutnya.

7

Page 7: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

Konsep manajemen pendidikan dalam perspektif Al-Quran dan Hadist dapat

digambarkan sebagai berikut;

- Ibadah (Iman, Islam dan Ihsan)

- Kholifah (Intelektualitas)

C. Petunjuk Al-Qur’an dan Hadis dalam aplikasinya

1. Paradigma Islami

Konsep pendidikan dalam al-Quran adalah dengan paradigma Islami, yaitu sesuai

dengan fungsi diciptakannya manusia untuk beribadah dan menjadi khalifah di bumi.

Seperti dalam firman Allah SWT dalam Quran Surat Adz-Dzariyat: 56;

56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Ibadah merupakan bentuk penghambaan dari makhluk terhadap sang Khalik yang

mekanismenya dengan cara menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala bentuk

larangan-Nya. Untuk bisa diterima, dalam beribadah terdapat beberapa syarat utama,

yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Iman, Islam, dan Ihsan dijelaskan dalam sabda Nabi SAW

berikut ini;

: ص�ل ى الله� و�ل� س ر� �د� ن ع� و�س@ جل �ح�ن ن �م�ا �ن �ي ب ق�ال� 7 �ضا �ي أ �ه ع�ن الله ض�ي� ر� عم�ر� ع�ن�

و�اد� س� �د د�ي ش� �اب� �ي الث �اض� �ي ب �د د�ي ش� جل@ ر� �ا �ن �ي ع�ل �ع� ط�ل �ذ� إ M �و�م ي ذ�ات� م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل الله

8

Konsep Manajemen Pendidikan Islam

Paradigma IslamTeknik Modern

- Tauladan

- Nasehat

- Hukuman

- Cerita

- Kebiasaan

- Menyalurkan Kekuatan

- Mengisi Kekosongan

- Peristiwa

Page 8: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

صلى �ي� ب الن �ل�ى إ ج�ل�س� ى ح�ت �ح�د@، أ ا م�ن �ع�ر�فه ي � و�ال ف�ر�، الس �ر ث� أ �ه� �ي ع�ل ى ر� ي � ال ع�ر�، الش

: �ا ي و�ق�ال� �ه� ف�خ�ذ�ي ع�ل�ى �ه� �ف ي ك و�و�ض�ع� �ه� �ي �ت �ب ك ر �ل�ى إ �ه� �ي �ت �ب ك ر �د� ن س�� ف�أ وسلم عليه الله

�م : ال �س� �إل ا وسلم عليه الله صلى الله� و�ل س ر� ف�ق�ال� ،� �م ال �س� �إل ا ع�ن� �ي ن �ر� ب خ�� أ مح�م د

�ة� كا الز �ي� ؤ�ت و�ت �ة� الص ال �م� ق�ي و�ت الله� و�ل س ر� مح�م د7ا �ن و�أ الله �ال إ �ه� �ل إ � ال �ن� أ ه�د� �ش� ت �ن� أ

م�ض�ان� ر� �صو�م� �ه :   و�ت ل �ا �ن ب ف�ع�ج� ، ص�د�ق�ت� ق�ال� 7 �ال �ي ب س� �ه� �ي �ل إ �ط�ع�ت� ت اس� �ن� إ �ت� �ي �ب ال �حج و�ت

: : �ه� ب ت و�ك �ه� �ت �ك �ئ و�م�ال �الله� ب ؤ�م�ن� ت �ن� أ ق�ال� �م�ان� �ي �إل ا ع�ن� �ي ن �ر� ب خ�� ف�أ ق�ال� ص�د�قه، و�ي ه ل

� أ �س� ي

. �ي ن �ر� ب خ�� ف�أ ق�ال� ، ص�د�ق�ت� ق�ال� ه� ر� و�ش� �ر�ه� ي خ� �ق�د�ر� �ال ب ؤ�م�ن� و�ت اآلخ�ر� � �و�م �ي و�ال �ه� ل س و�ر

: . : ق�ال� اك� �ر� ي ه �ن ف�إ اه �ر� ت ن� �ك ت �م� ل �ن� ف�إ اه �ر� ت ك� �ن �أ ك الله� د� �ع�ب ت �ن� أ ق�ال� ، ان� �ح�س� �إل ا ع�ن�

. : �ي ن �ر� ب خ�� ف�أ ق�ال� �ل� ائ الس م�ن� �م� �ع�ل �أ ب �ه�ا ع�ن ؤو�ل �م�س� ال م�ا ق�ال� اع�ة�، الس ع�ن� �ي ن �ر� ب خ�

� ف�أ

اء� الش ر�ع�اء� �ة� �ع�ال ال اة� �عر� ال �حف�اة� ال ى �ر� ت �ن� و�أ �ه�ا ت ب ر� �م�ة �أل ا �د� �ل ت �ن� أ ق�ال� �ه�ا، ات م�ار�� أ ع�ن�

: م�ن� �د�ر�ي ت� أ عم�ر� �ا ي ق�ال� م ث gا، �ي م�ل �ت �ث �ب ف�ل �ط�ل�ق� ان م ث ، �ان� �ي ن �ب ال ف�ي و�ن� �ط�او�ل �ت ي

م� : . . �ك �ن د�ي م� �مك ع�ل ي م� �تـاك أ �ل �ر�ي ب ج� ه �ن ف�إ ق�ال� �م� �ع�ل أ ه و�ل س و�ر� الله قل�ت ؟ �ل� ائ الس

مسلم] [رواه

”Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki

yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak

padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang

mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua

lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya

berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak

ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah

utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi

haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang

bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku

tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-

malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman

kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.

Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “

9

Page 9: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika

engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “

Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang

ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang

tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan

jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala

domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu

berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah

engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui

“. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud)

mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)

Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya

terdapat pokok-pokok ajaran dalam beribadah, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Hadits ini

mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang

terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul

Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah)

Untuk mewujudkan manusia menjadi khalifah di bumi, ada beberapa petunjuk dalam

Al-Quran yang bisa dijadikan dasar untuk melakukan proses menjadi kholifah di muka

bumi, yaitu sebagai berikut:

1. Manusia makhluk sempurna

Manusia memiliki kemauan bebas (free will). Oleh Allah manusia

diciptakan dengan bentuk paling sempurna, seperti dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-

baiknya.” (QS. At-Tiin: 4)

Manusia diciptakan Alloh dengan bentuk sempurna. Berbeda dengan

makhluk ciptaan lain, Alloh menciptakan manusia dengan akal, sehingga dengan

menggunakan akalnya kewajiban manusia adalah berusaha untuk menjadi hamba

Alloh SWT. Manusia tidak hanya berujud fisik maupun psikisnya saja akan tetapi

10

Page 10: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

dilengkapi dengan unsur ruh yang berasal dari diriNya. Seperti dalam Firman-

Nya:

Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup

kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan

bersujud. (QS. Al Hijr: 15)

Tiupan ruh-Nya ini menjadikan manusia mampu memanifestasikan sifat-

sifatNya di bumi. Adanya ruh ini menyebabkan manusia dapat tampil beda dan

keberadaannya menjadi sangat mungkin paling berkualitas dibanding makhluk

lain termasuk dengan malaikat. Keunggulan ini menyebabkan manusia mampu

memikul beban dan tanggung jawab (taklif) serta mendapatkan predikat

khalifatullah fil ardhi. Maksudnya adalah manusia mampu menjadi mandataris

untuk menerjemahkan, menjabarkan dan mewujudkan fungsi Allah sebagai

rabbul-a’lamin dan rabbunnas di dunia ini. (Fajar, 1999)

Kaitannya sebagai khalifah di bumi manusia dituntut dapat mengemban

amanat secara baik dan penuh tanggung jawab serta menempatkan dirinya secara

konsekuen dan proporsional dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia

dan lingkungan alam.

2. Manusia Punya Potensi

Sejalan dengan fungsinya itu maka kepada manusia dianugerahkan oleh

penciptaNya berbagai potensi yang dapat dikembangkan melalui bimbingan dan

tuntunan yang terarah dan berkesinambungan. Hal ini mengindikasikan bahwa

manusia adalah mahluk yang berpotensi untuk dididik, dapat dikembangkan

potensinya sekaligus mampu mengembangkan dirinya, (Jalaluddin, 2001).

Berkaitan potensi yang dimiliki manusia, berdasarkan pada penjelasan al-

Qur’an bahwa didalam diri manusia terdapat potensi yang baik dan yang jelek.

Potensi tersebut antara lain;

a. Potensi untuk bertumbuh dan berkembang secara fisik, dalam QS. 23: 12-14

11

Page 11: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati

(berasal) dari tanah. 13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang

disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. kemudian air mani itu Kami

jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal

daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang

belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia

makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang

paling baik. (QS. Mu’minun: 12-14)

b. Potensi untuk tumbuh dan berkembang secara mental spiritual, meliputi:

1. Kemampuan untuk berbicara (QS. Ar-Rahman: 4)

Mengajarnya pandai berbicara. (QS. Ar-Rahman: 4)

2. Menguasai ilmu pengetahuan melalui proses tertentu dengan mengajarkan manusia dengan kalam (baca tulis) dan segala apa yang tidak diketahuinya (QS. Al-‘Alaq: 4-5),

4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam [1589], 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-‘Alaq: 4-5)

[1589]Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

3. Kemampuan untuk mengenal Tuhan atas dasar perjanjian awal didalam ruh

dalam bentuk kesaksian, (QS. Al-A’raf: 172).

12

Page 12: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

172. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa

mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka

menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami

lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:

"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah

terhadap ini (keesaan Tuhan)", (QS. Al-A’raf: 172).

Selain potensi yang baik atau positif manusia juga dibekali potensi lain yang

berpeluang untuk mendorong manusia kearah tindakan, sikap, serta perilaku

negatif dan merugikan. Potensi tersebut antara lain, (Jalauddin, 2001);

a. Bentuk kecenderungan manusia untuk berlaku dholim dan mengingkari

nikmat (QS.14; Ibrahim: 34),

“ dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang

kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah

dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan

sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (QS. Ibrahim: 34)

b. Tidak berterima kasih dan mudah putus asa (QS.11; Huud: 9);

9. dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami,

kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah Dia menjadi putus asa

lagi tidak berterima kasih. (QS. Huud: 9)

c. sombong apabila telah berkecukupan (QS. 3; Ali Imron: 181) ;

13

Page 13: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

181. Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang

mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan Kami kaya". Kami akan

mencatat Perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi

tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka):

"Rasakanlah olehmu azab yang mem bakar". (QS. Ali Imron: 181)

d. Cenderung lalai terhadap tugas dan tanggung jawabnya (QS.21;: 12).

“ Maka tatkala mereka merasakan azab Kami, tiba-tiba mereka melarikan

diri dari negerinya.” (QS. Al-Anbiya’: 12)

Kecenderungan potensi negatif ini pada saatnya pasti akan membawa

kerugian dan menghambat tugas kekhalifahannya. Karenanya sebagai mahluk

alternatif manusia diharuskan selalu berupaya mengatasi segala hambatan dan

meminimalisasi sekecil mungkin potensi-potensi negatif yang ada pada dirinya

serta tidak larut dalam bawaan dorongan negatif yang pasti akan

menghancurkannya.

Sejalan dengan potensi yang dimiliki manusia maka proses dan peran

pendidikan menjadi amat krusial, terutama apabila dititik beratkan pada upaya

untuk mengembangkan potensi positifnya. Potensi positif yang dimiliki manusia

itu melalui proses pendidikan diharapkan dapat menciptakan motivasi dan daya

kreasi yang dapat menghasilkan sejumlah aktivitas berupa pemikiran (ilmu

pengetahuan), merekayasa temuan-temuan baru dalam berbagai bidang. Dengan

demikian manusia dapat menjadikan dirinya sebagai mahluk yang berbudaya dan

berperadaban. Untuk mencapai maksud tersebut proses pendidikan harus selalu

diarahkan pada usaha pengembangan potensi individu, sehingga manusia tersebut

sampai dapat memahami dan mengetahui jati diri dan tanggung jawabnya sebagai

mahluk hidup.

3. Manusia Mempunyai Akal

14

Page 14: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

Bagian terpenting dalam diri manusia adalah akal. Karena dengan akal inilah

menjadikan manusia berbeda dengan mahluk yang lain. Kreatifitas manusia tidak

akan pernah lahir apabila tidak memiliki akal. Adanya akal menyebabkan manusia

mengalami perubahan dan kemajuan didalam hidupnya. Mahluk selain manusia

cara hidupnya selalu tetap, statis, dan tidak mengalami perubahan atau kemajuan.

Sekedar contoh, cara hidupnya burung dimana seribu tahun yang lalu hingga

burung saat ini selalu mencari makan dipagi hari dan pulang setelah senja tiba,

mereka tidak pernah berfikir membuat lumbung atau bercocok tanam dengan

model pertanian modern. Hal ini disebabkan mereka tidak dilengkapi dengan akal.

Oleh karenanya ketajaman akal harus selalu diasah melalui pendidikan. Mengenai

akal M.Quraish Shihab telah menjelaskan sebagai berikut :

1. Daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu. (QS.29: 43)

43. dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan

tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (QS. Al-

Ankabut: 43)

2. Dorongan moral. (QS.6: 51)

51. dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-

orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat),

sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa'atpun

selain daripada Allah, agar mereka bertakwa. (QS. Al-An’am: 51)

3. Daya untuk mengambil pelajaran dan kesimpulan serta hikmah. (QS.67: 10)

15

Page 15: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

10. dan mereka berkata: "Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan

(peringatan itu) niscaya tidaklah Kami Termasuk penghuni-penghuni neraka

yang menyala-nyala". (QS. Mulk: 10)

Daya menggabungkan kedua diatas, sehingga ia mengandung daya

memahami, daya menganalisis, dan menyimpulkan serta dorongan moral yang

disertai dengan kematangan berfikir. (Shihab, 1996)

Dengan demikian pendidikan tidak boleh lepas dari pencerahan akal secara

komprehensif. Artinya pendidikan tidak cukup hanya dimaksudkan untuk

pencerahan otak semata akan tetapi harus diarahkan pada fungsi manusia yaitu

dengan pertumbuhan nilai-nilai spiritualitas dan religiusitas. Sehingga mampu

menjadi kholifah di muka bumi.

2. Teknik Modern

Teknik modern bertujuan untuk mewujudkan konsep Pendidikan Islam perspektif

Al-Quran dan Hadist. Dalam Al-Quran belum pernah kehabisan persediaan dalam hal

teknik-teknik pendidikan. Ada beberapa teknik modern di dalam Al-Quran, yang masih

efektif untuk diterapkan pada masa kini yaitu; Tauladan, Nasehat, Hukuman, Cerita,

Kebiasaan, Menyalurkan Kekuatan, Mengisi Kekosongan, dan Peristiwa.

A. Pendidikan Melalui Teladan

Anak-anak merupakan para peniru alamiah. Kemampuan meniru sangat kuat

melekat pada dirinya. Karenanya anak-anak cenderung meniru cara-cara (perilaku)

orang tua dan orang lain disekelilingnya; berbicara atau berjalan seperti mereka.

Maka pendidikan melalui teladan merupakan metode belajar yang paling efektif

untuk membawa kedewasaan dan kesadaran diri (Ibrahim, 2006).

Dalam menyampaikan pesan – pesan Islam Allah mengirimkan Rasulullah

sebagai teladan bagi umatnya. Diharapkan dengan keteladanan Rasul umatNya

mampu meneladani sifat dan sikap nabi. Sesuai dengan Q.S. Al-ahzab :21;

16

Page 16: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-ahzab :21)

B. Pendidikan Melalui Nasehat

Di antara metode pendidikan yang populer sejak dulu adalah dengan cara

nasehat, sebab manusia itu senang dan selalu memperhatikan jika mendengar

nasehat dari orang yang dicintainya. Oleh sebab itu, dalam kondisi yang

demikian ini, nasehat sangat mampu berpengaruh pada diri orang yang

mendengarkan nasihat. Di samping itu, nasehat tidak akan membekas manakala

perbuatan yang memberi nasehat tidak sesuai dengan apa yang telah

dinasehatkan, (Almalindy, 2011).

Oleh karena itu, dalam pendidikan nasehat saja tidaklah cukup bila tidak

disertai dengan teladan dan perantara yang memungkinkan teladan itu diikuti

dan diteladani. Metode nasehat sangat diperlukan dalam menjelaskan kepada anak

tentang segala hakekat moral yang mulia dalam agama Islam. Seperti nasehat

Luqman Al Hakim kepada anaknya, supaya jangan mepersekutukan Alloh;

13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman: 13)

C. Pendidikan Melalui Hukuman

Bila teladan dan nasehat tidak mampu, maka waktu itu harus di adakan

tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan di tempat yang benar, tindakan

tegas itu adalah hukuman. Allah SWT menerapkan hukuman ini dalam beberapa

firman-Nya dalam Al-Quran, salah satunya dalam surat Al-Maidah: 38;

17

Page 17: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

38. laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan

keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai

siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-

Maidah: 38)

Hukuman merupakan metode terburuk, tetapi dalam kondisi tertentu harus

digunakan. Hukuman adalah cara yang paling akhir. Oleh sebab itu, ada beberapa hal

yang hendaknya diperhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman, (Almalindy,

2011):

a. Hukuman adalah metode kuratif, artinya tujuan hukuman ialah untuk

memperbaiki peserta didik yang melakukan kesalahan dan memelihara peserta

didik yang lainnya, bukan untuk balas dendam.

b. Hukuman baru digunakan apabila metode lain tidak berhasil guna dalam

memperbaiki peserta didik.

c. Sebelum dijatuhi hukuman, peserta didik hendaknya lebih dahulu diberi

kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri.

d. Hukuman yang dijatuhkan pada peserta didik hendaknya dapat

dimengerti olehnya, sehingga ia sadar akan kesalahannya dan tidak

mengulanginya.

e. Hukuman psikis lebih baik dari pada hukuman fisik.

f. Hukuman hendaknya disesuaikan dengan latar belakang kondisi peserta

didik.

g. Dalam menjatuhkan hukuman, hendaknya diperhatikan prinsip logis, yaitu

hukuman disesuaikan dengan jenis kesalahan.

h. Pendidik hendaknya tidak mengeluarkan ancaman hukuman yang tidak

mungkin dilakukannya.

D. Pendidikan Melalui Cerita

Di antara sistem pendidikan yang masyhur dan terbaik adalah dengan

bentuk kisah atau cerita. Kisah itu mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh

ketulusan hati yang mendalam. Dan kisah itu juga mampu mempengaruhi

18

Page 18: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

seseorang yang membacanya atau mendengarnya, hingga dengan itu dia tergerak

hatinya untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kejelekan. Peranan kisah

dalam pembentukan akhlak itu sudah dikenal sejak dahulu, dan al-Qur’an

datang dengan kisah-kisah pendidikan yang sangat penting artinya dalam

kehidupan manusia dalam sisi akhlak dan jiwa, (Almalindy, 2011). Hal ini

karena penyampaian kisah yang indah biasanya itu sangat dalam artinya

sebagaimana al-Qur’an menyebutkan peranan kisah sebagai suatu pelajaran akhlak:

111. Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi

orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang

dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan

menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum

yang beriman. (Q. S. Yusuf : 111)

Dalam Al-Qur’an banyak kisah para nabi yang dapat dipetik pelajaran

moral yang dipaparkan melalui metode cerita. Sebagai contoh, kisah nabi Nuh, nabi

Ibrahim, nabi Yunus, nabi Musa, kisah penyembelihan nabi Ismail dan lain-lain.

E. Pendidikan Melalui Kebiasaan

Pembiasaan merupakan salah satu metode dalam mendidik dan

membimbing anak, yaitu dengan cara membiasakan anak untuk melakukan perbuatan

yang diajarkan dalam agama. Misalnya, membaca basmalah ketika akan

melakukan perbuatan yang baik dan mengucapkan hamdalah ketika selesai

melakukan suatu perbuatan yang baik supaya mendapatkan keridlaan dari Allah.

Firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 41 dan 42;

19

Page 19: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

41. Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama)

Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. 42. dan bertasbihlah kepada-Nya

diwaktu pagi dan petang. (Al Ahzab ayat 41-42)

Dengan membiasakan anak-anak untuk berbuat baik dalam kehidupan sehari-

hari, maka akan berakibat baik pula pada perilaku anak kelak jika sudah

dewasa.

F. Menyalurkan Kekuatan

Kekuatan yang dikandung oleh eksistensi manusia jika dihimpun maka akan

menghasilkan kekuatan energik dan “netral” yang bisa baik dan yang bisa buruk, bisa

untuk membangun dan bisa pula untuk menghancurkan, serta bisa pula habis percuma

tanpa tujuan dan arah. Islam menyalurkan kekuatan itu kearah yang benar buat

kebaikan (Qutb, 1993).

G. Mengisi Kekosongan

Kekosongan merusak Jiwa, seperti halnya kekuatan terpendam juga merusak.

Kerusakan utama yang timbul oleh kekosongan adalah habisnya kekuatan potensial

untuk mengisi kekosongan tersebut. Seterusnya orang itu akan terbiasa pada sikap

buruk yang dilakukannya untuk mengisi kekosongan itu (Qutb, 1993).

Dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu Nikmat sehat dan Waktu

Luang. Oleh karena itulah seorang hamba hendaklah selalu mengingat-ingat

kenikmatan Allah yang berupa kesehatan dan waktu luang, kemudian bersyukur

kepadaNya, dengan memanfaatkannya untuk ketaatan kepadaNya. Jangan sampai

menjadi orang yang rugi, sebagaimana hadits di bawah ini:

م� ل و�س� �ه� �ي ع�ل ه الل ص�ل ى kي� ب الن ق�ال� ق�ال� �هم�ا ع�ن ه الل ض�ي� ر� Mاس ع�ب �ن� اب ع�ن�

اغ �ف�ر� و�ال الص�ح ة اس� الن م�ن� �ير@ �ث ك ف�يه�م�ا ون@ م�غ�ب �ان� �ع�م�ت ن

Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi n bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan

manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. [HR Bukhari,

no. 5933].

20

Page 20: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

Maka sepantasnya hamba yang berakal bersegera beramal shalih sebelum

kedatangan perkara-perkara yang menghalanginya. Imam Al Hakim meriwayatkan

dari Abdullah bin Abbas, bahwa Nabi n bersabda menasihati seorang laki-laki :

, م�ك� ه�ر� �ل� ق�ب �ك� �اب ب ش� Mخ�م�س �ل� ق�ب ا خ�م�س7 �م� �ن �غ�ت , ا , ق�م�ك� س� �ل� ق�ب �ك� ت و�ص�ح

�ك� , , م�و�ت �ل� ق�ب �ك� �ات ي و�ح� غ�ل�ك� ش �ل� ق�ب اغ�ك� و�ف�ر� ف�ق�ر�ك� �ل� ق�ب �اك� ن و�غ�

Ambillah kesempatan lima (keadaan) sebelum lima (keadaan). (Yaiutu) mudamu

sebelum pikunmu, kesehatanmu sebelum sakitmu, cukupmu sebelum fakirmu,

longgarmu sebelum sibukmu, kehidupanmu sebelum matimu.

[HR Al Hakim di dalam Al Mustadrak; dishahihkan oleh Syaikh Al Albani di dalam

Shahih At Targhib wat Targhib 3/311, no. 3355, Penerbit Maktabul Ma’arif, Cet. I,

Th. 1421 H / 2000 M].

H. Pendidikan Melalui Peristiwa

Hidup adalah perjuangan dan pengalaman-pengalaman dengan berbagai

peristiwa, baik yang timbul karena tindakannya sendiri maupun karena sebab-sebab

diluar kemauannya. Guru yang baik tidak akan mebiarkan peristiwa-peristiwa itu

berlalu begitu saja tanpa diambil menjadi pengalaman yang berharga. Ia mesti

menggunakannya untuk membina, mengasah, dan mendidik jiwa, dan oleh karena itu

pengaruhnya tidak boleh hanya sebentar itu saja, (Qutb, 1993)..

Peribahasa mengatakan, “Pukullah besi itu sedang panas!”, karena memukul

besi pada waktu itu membuat besi itu mudah dipipihkan dan dibentuk. Tetapi bila

anda biarkan dingin, maka tidak akan mungkin ia dibentuk sekalipun anda sudah

mengeluarkan tenaga yang sebesar-besarnya. Menggunakan peristiwa dan “besi yang

masih panas” sangat penting dalam pendidikan, agar pada waktu masih cair itu

seorang guru dapat membentuk pengarahan-pengarahan dan tuntutan-tuntutan,

sehingga pengaruhnya tidak habis dan tidak hilang dalam waktu singkat, (Qutb,

1993).

21

Page 21: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

D. Urgensi dalam pendidikan

Pendidikan dalam Islam bertujuan untuk membentuk manusia yang beriman dan

berakhlak mulia. Dan fungsi diciptakannya manusia adalah untuk beribadah menjadi

hamba Allah SWT dan menjadi khalifah di bumi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam proses pendidikan diperlukan konsep

yang tepat. Yaitu dengan konsep Manajemen Pendidikan perspektif Al-Qr’an dan Hadist.

Al-Qur’an belum pernah kehabisan persediaan dalam hal teknik-teknik pendidikan.

Ketika manusia sudah memahami fungsinya sebagai hamba Allah SWT, maka dia

akan memaksimalkan potensi-potensi yang diberikanNya untuk beramal sholeh dan

untuk memimpin bumi. Manusia dibekali dengan potensi yang baik dan potensi yang

buruk. Pendidikan bertujuan membentuk potensi manusia kearah yang baik.

Sejalan dengan potensi yang dimiliki manusia maka proses dan peran pendidikan

menjadi amat krusial, terutama apabila dititik beratkan pada upaya untuk

mengembangkan potensi positifnya. Potensi positif yang dimiliki manusia itu melalui

proses pendidikan diharapkan dapat menciptakan motivasi dan daya kreasi yang dapat

menghasilkan sejumlah aktivitas berupa pemikiran (ilmu pengetahuan), merekayasa

temuan-temuan baru dalam berbagai bidang. Dengan demikian manusia dapat

menjadikan dirinya sebagai mahluk yang berbudaya dan berperadaban. Untuk mencapai

maksud tersebut proses pendidikan harus selalu diarahkan pada usaha pengembangan

potensi individu, sehingga manusia tersebut sampai dapat memahami dan mengetahui jati

diri dan tanggung jawabnya sebagai mahluk hidup.

22

Page 22: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

E. Kesimpulan

Dari pembahasan dalam makalah ini, maka kami dapat menarik kesimpulan bahwa:

1. Pendidikan mempunyai tujuan, dan untuk mencapai tujuan diperlukan managemen,

dari managemen maka tercipta konsep. Konsep manajemen pendidikan berbasis Al-

Qur’an Hadis diantaranya;

a. Paradigma Islami, memahami fungsi diciptakannya manusia, yaitu untuk

beribadah dan menjadi khalifah di bumi

b. Teknis Modern, merupakan proses menuju kearah paradigma Islami, Yaitu

dengan metode Tauladan, Nasehat, Hukuman, Cerita, Kebiasaan, Menyalurkan

Kekuatan, Mengisi Kekosongan, dan Peristiwa

2. Dalam Al-Qur’an dan Hadist ada Petunjuk untuk memperoleh konsep pendidikan,

manusia memiliki kelebihan yang diberikan Alloh SWT, namun untuk memanfaatkan

kelebihan tersebut, harus dilandasi dasar yang benar, yaitu dengan mengabdi kepada

Alloh SWT. Sehingga dengan dasar paradigm Islami, apapun yang diperbuat melalui

potensinya akan menghasilkan sesuatu yang baik dalam pendidikan.

3. Konsep Manajemen Pendidikan sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan,

maka untuk menghasilkan tujuan pendidikan, Al-Quran dan Hadist menyediakan

banyak pelajaran-pelajaran yang bisa digunakan untuk menjalankan konsep

manajemen pendidikan perspektif Al-Quran dan Hadist.

23

Page 23: Manajemen pendidikan prespektif AlQuran Hadist.doc

24