30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang. Adanya tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan oleh masyarakat umum, termasuk di dalamnya keperawatan, merupakan salah satu faktor yang harus dicermati dan diperhatikan oleh tenaga perawat, sehingga perawat mampu berkiprah secara nyata dan diterima dalam memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan sesuai ilmu dan kiat serta kewenangan yang dimiliki. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan. Ruangan sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat 1

Manajemen Makp Tim

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Manajemen Makp Tim

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan

supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen

keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan

keperawatan secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan

sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga

diharapkan keduanya saling menopang.

Adanya tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan oleh masyarakat umum,

termasuk di dalamnya keperawatan, merupakan salah satu faktor yang harus dicermati dan

diperhatikan oleh tenaga perawat, sehingga perawat mampu berkiprah secara nyata dan

diterima dalam memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan sesuai ilmu dan kiat serta

kewenangan yang dimiliki. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi

perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan

harapan adanya faktor kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pembagian

pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan

keperawatan.

Ruangan sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan tempat yang

memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara optimal. Namun

perlu disadari, tanpa adanya tata kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat,

serta peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan

menjadi teori semata. Untuk itu, penulis tertarik untuk membahas Salah satu Model Asuhan

Keparawatan yaitu, Model Praktik Keperawatan Profesional Fungsional.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep dasar Model Praktik Keperawatan Profesional

Bagaimana konsep Model Praktik Keperawatan professional

Apa pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional metode fungsional

Apa kelebihan dan kekurangan Model Praktik Keperawatan Profesional metode

fungsional

1

Page 2: Manajemen Makp Tim

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan untuk memudahkan pembahasan dan mencegah

terjadinya kesimpangsiuran. Dalam penulisan makalah ini, fokus kajian hanya membahas

tentang konsep tentang MPKP, pengertian MPKP metode fungsional dan kelebihan &

kekurangan MPKP fungsional

1.4 Tujuan

Tujuan Umum

Mengetahui Model Praktik Keperawatan (MPKP) fungsional

Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan model praktik

keperawatan profesional dengan metode fungsional

Mahasiswa mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan model praktik

keperawatan profesional dengan metode kasus.

1.5 Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

fungsional, penulis menggunakan metode Tinjauan Pustaka yaitu menggunakan beberapa

referensi buku yang berkaitan dengan pokok bahasan dan searching internet.

1.6 Manfaat

Makalah ini memberikan penjelasan mengenai dimaksudkan agar memberikan

informasi kepada pembaca tentang Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

fungsional

2

Page 3: Manajemen Makp Tim

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Praktik Keperawatan Profesional

1. Pengertian

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral

dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ,ditujukan kepada individu, keluarga, dan

masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

(KDIK;1992)

Layanan keperawatan merupakan bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik

dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta berkurangnya kemauan menuju pada

kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.

Praktik Keperawatan adalah kombinasi ilmu kesehatan dan seni tentang asuhan (care) dan

merupakan perpaduan secara humanistis pengetahuan ilmiah, falsafah keperawatan, praktik

klinik, komunikasi dan ilmu sosial (WHO-Expert Commite on Nursing;1982)

Praktik keperawatan profesional adalah tindakan keperawatan profesional menggunakan

pengetahuan teoritis yang mantap dan kukuh dari berbagai disiplin ilmu, terutama ilmu

keperawatan selain berbagai ilmu dasar,ilmu sosial sebagai landasan untuk melakukan asuhan

keperawatan (KDIK;1992).

2. Model Profesionalisme Keperawatan (Miller, 1994)

a) Pendidikan keperawatan ditumbuhkan pada universitas/ institusi pendidikan tinggi

b) Pendidikan berdasarkan kompetensi, pendidikan berkelanjutan

c) Penggunaan hasil riset untuk pengembangan pelayanan keperawatan

d) Memiliki fungsi otonom dan mengatur dirinya

e) Berpartisipasi pada organisasi profesi

f) Publikasi dan komunikasi

g) Kepatuhan pada Kode etik keperawatan

h) Pengembangan Teori keperawatan: pengembangan, penggunaan dan evaluasi dari

teori yang ditemukan

3

Page 4: Manajemen Makp Tim

3. Prinsip-prinsip moral dalam praktek keperawatan

a. Menghargai otonomi klien

• Kemampuan untuk menentukan sendiri/mengatur diri sendiri è menghargai

manusia è mempunyai harga diri dan martabat

• Tidak menghargai otonomi bila:

1) Melakukan sesuatu bagi pasien tanpa mereka beritahu sebelumnya

2) Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi yang relevan

3) Memberitahukan pasien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan

4) Tidak memberikan informasi yang lengkap

b. Beneficence

1) Melakukan yang baik

2) Tidak merugikan orang lain

3) Mencegah bahaya bagi pasien

4) Membatasi otonomi ↔ tidak turun dari tempat tidur

c. Justice (Keadilan)

1) Berlaku adil, setiap individu mendapat tindakan yang sama

2) Tindakan yang sama tidak selalu identik

3) Pra bedah: kesempatan yang sama mendapat persiapan keperawatan

d. Veracity

1) Mengatakan yang sebenarnya, tidak membohongi klien

2) Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya

3) Pasien yang mengalami penyakit kanker ingin diberitahu . (Veatch & Baird,

1991)

e. Avoiding Killing

1) Menghargai kehidupan manusia, tidak membunuh

2) Bagaimana kalau pasien menderita terus

3) Sumber etik: agama/kepercayaan

f. Fidelity

1) Perawat setia pada komitmennya

4

Page 5: Manajemen Makp Tim

2) Menepati janji, menyimpan rahasia

3) Caring terhadap pasien/keluarga :

- Hubungan saling percaya

- Penghargaan terhadap pasien

- Peningkatan kemampuan pasien

- Pasien bebas melakukan ibadah

- Pasien sejahtera .(Dikutip dari Materi Ratna S, 2004)

4. Karakteristik

Beberapa karakteristik utama praktik profesional (Shortrigde;1990) :

a. Praktik keperawatan berorientasi pada melayani. Artinya perawat memiliki

komitmen untuk membantu klien dan memberikan asuhan keperawatan

berdasarkan keahlian yang tinggi serta menempatkan layanan diatas kepentingan

pribadi. Layanan diberikan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan hidup

manusia.

b. Berdasarkan ilmu keperawatan yang kokoh. Layanan keperawatan diberikan

berdasarkan landasan ilmu yang kukuh dan bukan layanan yang menekankan pada

prosedur tindakan. Tenaga keperawatan bertanggungjawab untuk terus belajar dan

mengembangkan ilmu keperawatan melalui kegiatan riset.

c. Praktek keperawatan mempunyai kode etik. Layanan keperawatan adalah layanan

profesional harus dilandasi oleh etika keperawatan sebagai jaminan bahwa

masyarakat mendapat layanan yang bertanggung jawab dan etis.

d. Praktek keperawatan mempunyai otonomi. Keperawatan harus mampu mengatur

dan mengendalikan praktik keperawatan termasuk menetapkan rencana asuhan

keperawatan.

5. Nilai-nilai profesional dalam praktek keperawatan

a. Komitmen yang tinggi untuk melayani (sense of caring)

b. Penghargaan atas harkat dan martabat klien sebagai manusia

c. Komitmen pada pendidikan belajar secara berkelanjutan

d. Otonomi : berfungsi secara independen

5

Page 6: Manajemen Makp Tim

Nilai-nilai profesional digariskan dalam kode etik keperawatan

• Hubungan perawat - klien

• Hubungan perawat dan praktek

• Hubungan perawat dan masyarakat

• Hubungan perawat dan teman sejawat

• Hubungan perawat dan profesi .(Dikutip dari Materi Ratna S, 2004)

B. Konsep Model Praktik Keperawatan Profesional

1. Pengertian

Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik keperawatan

yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori keperawatan.Era

globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai

suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya

mengembangkan model praktik keperawatan profesional (MPKP).

Model Praktik Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses

dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan

keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart

& Woods, 1996).

Sistem MPKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan keempat unsur :

standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MPKP. Definisi

tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas

produksi atau jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut

sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan

kesehatan atau keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien tidak akan dapat terwujud

(Nursalam, 2002).

2. Karateristik MPKP

Penetapan jumlah tenaga keperawatan

Penetapan jenis tenaga keperawatan

Penetapan standar rencana asuhan keperawatan

Penggunaan metode modifikasi keperawatan primer

6

Page 7: Manajemen Makp Tim

3. Tujuan Model Keperawatan

Menjaga konsistensi asuhan keperawatan

Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan

keperawatan oleh tim keperawatan.

Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.

Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.

Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi

setiap anggota tim keperawatan.

Ada lima komponen MPKP :

1. Nilai professional

2. Pendekatan manajemen

3. Metode pemberian asuhan keperawatan

4. Hubungan professional

5. System penghargaan dan kompensasi

4. Dasar pertimbangan pemilihan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).

Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model

pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit

adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan

berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam

penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998;

143) yaitu:

Sesuai dengan visi dan misi institusi

Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.

Efisien dan efektif penggunaan biaya.

Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.

Kepuasan kinerja perawat.

5. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dalam Perubahan MPKP

1. Kualitas pelayanan keperawatan

7

Page 8: Manajemen Makp Tim

Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan, kita selalu

berbicara mengenai kualitas. Kualitas diperlukan untuk :

a. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien atau konsumen

b. Menghasilkan keuntungan (pendapatan institusi)

c. Mempertahankan eksistensi institusi

d. Meningkatkan kepuasan kerja

e. Meningkatkan kepercayaan konsumen atau pelanggan

f. Menjalankan kegiatan sesuai aturan atau standar

2. Standar praktik keperawatan

Standar praktik keperawatan di Indonesia disusun oleh Depkes RI (1995) yang

terdiri dari beberapa standar.

Menurut JCHO: Joint Commmission on Accreditationof Health care

Organisation (1999:1 ; 4: 249-54) terdapat 8 standar tentang asuhan keperawatan

yang meliputi (Novuluri, 1999; 1; 4: 249-54):

a. Menghargai hak-hak pasien

b. Penerimaan pasien sewaktu pasien MRS

c. Observasi keadaan pasien

d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

e. Asuhan pada tindakan non-operative dan administrative

f. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasive

g. Pendidikan pada pasien dan keluarga

h. Pemberian asuhan secara terus-menerus dan berkesinambungan

Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan

keperawatan dalam pemenuhan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar

manusia (14 KDM dari Henderson) :

a. Oksigen

b. Cairan dan elektrolit

c. Eliminasi

d. Keamanan

e. Kebersihan dan kenyamanan fisik

f. Istirahat dan tidur

g. Gerak dan jasmani\

h. Spiritual

8

Page 9: Manajemen Makp Tim

i. Emosional

j. Komunikasi

k. Mencegah dan mengatasi risiko psikologis

l. Pengobatan dan membantu proses penyembuhan

m. Penyuluhan

n. Rehabilitasi

3. Model praktik

a. Praktik Keperawatan Rumah Sakit

Perawat professional (ners) mempunyai wewenang dan tanggung

jawab melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan

kemampuannya. Untuk itu perlu dikembangkan pengertian praktek

keperawatan rumah sakit dan dan lingkup cakupannya sebagai bentuk

keperawatn professional serta proses dan prosedur registrasi dan legislasi

keperawatan.

b. Praktik Keperawatan Rumah

Bentuk praktik keperawatan di rumah diletakkan pada pelaksanaan

pelayanan atau asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah

sakit. Dilakukan oleh perawat professional rumah sakit, atau melalui pengikut

sertaan perawat professional yang melakukan praktik keperawatan

berkelompok.

c. Praktik Keperawatan Berkelompok

Dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan

praktik keperawatan rumah sakit dan rumah, beberapa perawat professional

membuka praktik keperawatan selama 24 jam kepada masyarakat yang

memerlukan asuhan keperawatan untuk mengatasi berbagai bentuk masalah

keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat. Bentuk praktik keperawatan ini

dipandang perlu di masa depan, karena adanya pendapat rawat rumah sakit

perlu dipersingkat mengingat biaya perawatan di rumah sakit diperkirakan

akan terus meningkat.

d. Praktik Keperawatan Individual

Dengan pola dan pendekatan yang sama seperti yang diuraikan untuk

keperawatan ruamah sakit. Perawat profesional senior dan berpengalaman

secara sendiri/perorangan membuka praktik keperawatan dalam jam praktik

9

Page 10: Manajemen Makp Tim

tertentu untuk member asuhan keperawatan khususnya konsultasi dalam

keperawatan bagi masyarakat yang memerlukan. Banyak praktik keperawatan

ini sangat diperlukan oleh kelompok atau golongan masyarakat yang tinggal

jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya yang

dikembangkan pemerintah.

4. Managerial grid

Fokus metode manajemen ini menekankan pada perilaku manajer yang

menekankan pada produksi dan manusia. Anggota kelompok adanya komitmen

yang tinggi dalam mencapai tujuan organisasi; kompetisi antar anggota kelompok

dapat dikurangi; dan komunikasi dan adanya kebersamaan dapat ditingkatkan,

sehingga akan dapat dicapai tujuan organisasi yang optimal yang optimal Blake &

Mouton, 1964 Dikutip Oleh Grant, A.B. & Massey, V.H. (1999).

6. Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional

Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Dari

beberapa metode yang ada, maka institusi pelayanan perlu mempertimbangkan

kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan. Sehingga perlu diantisipasi “ jangan

merubah suatu system justru merubah permasahannya” (Kurt Lewin, 1951 dikutip oleh

Marquis & Huston, 1998). Dasar pertimbangan penerapan metode system pemberian

asuhan keperawatan adalah:

a. Sesuai Visi dan Misi Institusi

Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus

didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.

b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan

Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan

asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan

sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.

c. Efisien dan efektif penggunaan biaya

Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan

efektifitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun baiknya suatu

model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapatkan hasil

yang sempurna.

d. Terpenuhinya kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat

10

Page 11: Manajemen Makp Tim

Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau

pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model

yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang terhadap

kepuasan pelanggan.

e. Kepuasan kinerja perawat

Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditenyukan oleh motivasi

dan motivasi perawat. Oleh karena itu model yang dipilih harus dapat

meningkatkan kepuasan perawat bukan justru menambah beban kerja dan

frustasi dalam pelaksanaannya.

f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan

lainnya.

Komunikasi secara professional sesuai lingkup tanggung jawab

merupakan dasar pertimbangan menentukan model. Model asuhan

keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal

yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

7. Langkah-Langkah Implementasi MPKP

Tahap persiapan :

1. Pembentukan team

Terdiri dari coordinator departemen, kepala ruang rawat, perawat ruangan,

ketua MPKP

2. Rancangan penilaian mutu

Kelompok kerja yang membuat rencana asuhan keperawatan yang meliputi

kepuasan klien.

3. Presentasi MPKP

Untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua yang terlibat pada saat

presentasi.

4. Penetapan tempat implementasi

Dalam menentukan tempat implementasi perlu memperhatikan : mayoritas

tenaga perawat apakah ada staf baru.

5. Identifikasi jumlah klien

Kelompok klien terdiri dari 3 kriteria, yaitu : minimal, parsial, dan total)

6. Penetapan tenaga keperawatan

7. Penetapan jenis tenaga

11

Page 12: Manajemen Makp Tim

a. kepala ruang rawat

b. clinical care manager

c. perawat primer

d. perawat asociate

8. Pengembangan standar asuhan keperawatan

Bertujuan untuk mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga

waktunya habis untuk melakukan tindakan keperawatan

9. Penetapan format dokumentasi keperawatan

10. Identifikasi fasilitas

a. Badge atau kartu nama tim

b. Papan nama

c. Papan MPKP

Tahap pelaksanaan :

1. Pelatihan MPKP

2. Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan konferensi

3. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA

4. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar Renpra

5. Member bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak dengan klien

6. Member bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim

7. Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan PA

8. Memberi bimbingan tentang dokumentasi keperawatan

Tahap evaluasi :

1. Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien / keluarga untuk setiap klien

pulang

2. Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian

3. Penilaian infeksi nasokominal di ruang rawat

4. Penilaian rata-rata lama hari rawat

8. Jenis Model Praktik Keperawatan Profesional ( MPKP)

12

Page 13: Manajemen Makp Tim

Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode

pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus

dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:

a. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Fungsional

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan

keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu

karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat

hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di

bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat

melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada

(Nursalam, 2002).

Model pelayanan keperawatan dilaksanakan berdasarkan tugas yang

ditentukan oleh kepala unit keperawatan (head nurse). Model ini cocok untuk

keadaan darurat, tetapi kurang untuk meningkatkan mutu askep (gillies, 1989;

tomey, 1992 ).

Model Fungsional dikembangkan setelah perang dunia kedua, dimana

jumlah pendidikan keperawatan meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah

sakit dari berbagai jenis program pendidikan keperawatan. Agar pemanfaatan

yang bervariasi tenaga keperawatan tersebut dapat dimaksimalisari, maka

memunculkan ide untuk mengembangkan model fungsional dalam pelayanan

asuhan keperawatan.

Pada model fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada

penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Setiap perawat diberikan satu atau

beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu

ruangan. Seorang perawat mungkin bertanggung jaawb dalam pemberian obat,

mengganti balutan, monitor infus dan sebagainya. Prioritas utama yang

dikerjakan adalah pemenuhan kebutuhan fisik sesuai dengan kebutuhan pasien

dan kurang menekankan kepada pemenuhan kebutuhan pasien secara holistik,

sehingga dalam penerapannya kualitas asuhan keperawatan sering terabaikan,

karena pemberian asuhan yang terfragmentasi. Komunikasi antara perawat sangat

terbatas, sehingga tidak ada satu perawat yang mengetahui tentang satu klien

secara komprehensif, kecuali mungkin Kepala Ruangan. Hal ini sering

menyebabkan klien kurang puas dengan pelayanan asuhan keperawatan yang

13

Page 14: Manajemen Makp Tim

diberikan, karena seringkali klien tidak mendapat jawaban yang tepat tentang hal-

hal yang ditanyakan, dan kurang merasakan adanya hubungan saling percaya

dengan perawat.

Kepala Ruangan bertanggung jawab untuk mengarahkan dan

mensupervisi. Komunikasi antar staf sangat terbatas dalam membahas masalah

pasien. Perawat terkadang tidak mempunyai waktu untuk berdiskusi dengan

pasien atau mengobservasi reaksi obat yang diberikan maupun mengevaluasi hasil

tindakan keperawatan yang diberikan.

Pada model ini Kepala Ruangan menentukan apa yang menjadi tugas

setiap perawat dalam suatu ruangan dan perawat akan melaporkan tugas-tugas

yang dikerjakan kepada Kepala Ruangan. Dan Kepala Ruangan lah yang

bertanggung jawab dalam membuat laporan pasien.

Dalam model fungsional ini koordinasi antar perawat sangat kurang

sehingga seringkali pasien harus mengulang berbagai pertanyaan atau permintaan

kepada semua petugas yang datang kepadanya, dan Kepala Ruanganlah yang

memikirkan setiap kebutuhan pasien secara komprehensif. Informasi yang

disampaikan bersifat verbal, yang seringkali terlupakan karena tidak

didokumentasikan dan tidak diketahui oleh staf lain yang memberikan asuhan

keperawatan.

Dengan menggungkan model ini Kepala Ruangan kurang mempunyai

waktu untuk membantu stafnya untuk mempelajari cara yang terbaik dalam

memenuhi kebutuhan pasien atau dalam mengevaluasi kondisi pasien dan hasil

asuhan keperawatan, kecuali terjadi perubahan yang sangat mencolok. Dan

orientasi model ini hanya pada penyelesaian tugas, bukan kualitas, sehingga

pendekatan secara holistik sukar dicapai.

Model fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas bila

jumlah staf sedikit, namun pasien selalu tidak mendapat kepuasan dari asuhan

keperawatan yang diberikan.

14

Page 15: Manajemen Makp Tim

Model MAKP Fungsional :

Peran/Tugas

a. Kepala Ruangan :

Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat

penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.

b. Perawat staf :

- Melakukan askep langsung pada pasien

- Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga

keperawatan

c. Perawat Pelaksana :

Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam

masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu

tindakan sederhana (ADL).

d. Pembantu Perawat :

Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi,

menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.

e. Tenaga Administrasi ruangan :

15

Perawat :pengobatan

Perawat :Merawat luka

Perawat

pengobatanKepala ruangan

Kepala ruangan

Perawat :pengobatan

Page 16: Manajemen Makp Tim

Menjawab telepon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan

pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat

duplikat rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan

yang diperlukan atas instruksi kepala ruangan.

1) Keuntungan:

Perawat trampil untuk tugas tertentu

Efisien, memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta

didik yang praktek untuk keterampilan tertentu, pembagian tugas yang

jelas.

Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.

Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan

perawat pasien diserahkan kepada perawat yunior dan atau belum

berpengalaman.

2) Kerugian:

Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses

keperawatan.

Sulit membangun hubungan perawat–pasien, karena tidak adanya saling

percaya

Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat

Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan

keterampilan kerja

9. Kelebihan Dan Kekurangan Dari Model Praktik Keperawatan Profesional

1. Kelebihan model praktek keperawatan professional :

Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan

Memberikan kepuasan pada anggota tim

bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan

ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses belajar

ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan Nursing

2. Kekurangan model praktek keperawatan professional :

Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk konferensi tim

membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk.

beban kerja tinggi

16

Page 17: Manajemen Makp Tim

pendelegasian tugas terbatas

kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung

jawab klien tugas

BAB III

PEMBAHASAN

A. Kasus

1. Sebuah RS memiliki ruang perawatan bedah kelas III, dengan kapasitas 30 TT.

Jumlah pasien rata-rata perhari sekitar 75% atau 27 orang. Jumlah tenaga yang

ada :

Perawat dengan dasar pendidikan D III : 4 orang

Perawat dengan dasar pendidikan SPK : 8 orang

Pembantu perawat : 4 orang

Jumlah : 16 orang

B. Analisa Kasus

1. Metode Fungsional

a. Menentukan kepala ruang

Salah satu perawat D III sebagai kepala ruang

1) Jenjang pendidikan perawat D III lebih tinggi dibandingkan pendidikan

SPK. Perawat yang menjadi kepala ruang harus memenuhi beberapa

kriteria, yang diantaranya adalah :

Memiliki pengalaman kerja yang lebih lama

Keterampilan klinik yang baik

Disiplin

Mengetahui tentang manajemen keperawatan

Bertanggung jawab, dll.

b. Jumlah tenaga perawat yang aktif melakukan asuhan keperawatan berjumlah

11 orang (3 perawat D III dan 8 perawat SPK)

1) Kepala ruang tidak secara langsung memberikan asuhan keperawatan

kepada pasien, tetapi bertugas mengarahkan perawat lain dan mengatur

jadwal kegiatan.

17

Page 18: Manajemen Makp Tim

2) Pembantu perawat juga tidak secara langsung memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien, tetapi hanya membantu perawat di ruangan.

c. Pembagian shif

1) Pagi

11 X 47% = 5,17 = 5

Rincian : 2 perawat D III, 3 perawat SPK

Pembantu perawat : 2 orang

2) Sore

11 X 35% = 3,85 = 4

Rincian : 1 perawat D III, 3 perawat SPK

Pembantu perawat : 2 orang

3) Malam

11 X 18% = 1,98 = 2

Rincian : 2 perawat SPK

d. Pembagian jumlah tenaga perawat berdasarkan pembagian kegiatan di ruangan

sesuai dengan wewenang masing-masing.

Pembagian tugas :

1) Perawat D III

Melakukan tindakan invasive (misalnya : memasang infus, memasang

kateter, NGT, mengambil spesimen darah)

Melakukan perawatan luka

Menyusun rencana asuhan keperawatan

Pemberian obat tertentu, misalnya obat yang diberikan lewat IV

2) Perawat SPK

Mengukur TTV

Memberi obat

Memandikan pasien

Membantu perawatan luka

Melakukan perawatan infus

3) Pembantu perawat

18

Page 19: Manajemen Makp Tim

Mengganti linen

Membersihkan ruangan

Mengantar jemput pasien

Mengantar spesimen untuk pemeriksaan lab

Mengantar makanan

Mengambil obat

e. Bagan sistem asuhan keperawatan manajemen model fungsional

19

Pasien/klien

Perawat SPKPerawat D III Pembantu perawat

Pasien

Page 20: Manajemen Makp Tim

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari praktik keperawatan

yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi, konsep dan teori keperawatan.

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan

sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih

terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan

1–2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini

berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas

(tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).

Keuntungan MPKP Metode Fungsional

Perawat trampil untuk tugas tertentu

Efisien, memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta

didik yang praktek untuk keterampilan tertentu, pembagian tugas yang

jelas.

Kerugian MPKP Metode Fungsional

Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses

keperawatan.

Sulit membangun hubungan perawat–pasien, karena tidak adanya saling

percaya

Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat

3.2 Saran

1. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari

berbagai referensi tentang teori model asuhan keperawatan profesional dalam

penerapannya di manajemen keperawatan.

2. Bagi perawat diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan,

khususnya dengan cara meningkatkan pengetahuan tentang model asuhan

keperawatan professional yang nantinya dapat dipraktikkan di klinik.

20

Page 21: Manajemen Makp Tim

DAFTAR PUSTAKA

Cobell, C. (1992). The Efficacy of Primary Nursing as a Fundation for Patient Advocacy

Nursing Practic ; 5 (3) : 2 – 5.

Douglas, LM. (1984). The Effective Nurse Leader and Manager, Second Edition St Luis ; The

C. V Mosby comp.

Gillies, D. (1989). Nursing Management Company a System Approach, Philadelphia: WB

Saunders comp.

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi Dan Prakitk Keperawatan Professional . Jakarta : EGC

Kedokteran

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan

Profesional, ed.2. Jakarta: Salemba Medika.

Rusdi, I. 2008. Model Pemberian Asuhan Keperawatan (nursing care delivery models),

diakses 23 juni 2012,

Somantri, I. Konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional, FIK-UNPAD, diakses pada 23

juni 2012

21