68
MANAJEMEN LAKTASI Gerakan nasional peningkatan penggunaan air susu ibu (ASI) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Upaya yang penting ini, keberhasilannya perlu didukung dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakat. Para ibu, sebagai pelopor peningkatan kualitas sumber daya Indonesia, patut menyadari dan meningkatkan pengetahuannya untuk menunjang gerakan ini. Pada dasarnya, segera setelah melahirkan, secara naluri setiap ibu mampu menjalankan tugas untuk menyusui bayinya. Namun, untuk mempraktekkan bagaimana menyusui yang baik dan benar, setiap ibu perlu mempelajarinya. Bukan saja ibu-ibu yang baru pertama kali hamil dan melahirkan, tetapi juga ibu-ibu yang baru melahirkan anak yang kedua dan seterusnya. Mengapa ? Karena setiap bayi lahir merupakan individu tersendiri, yang mempunyai variasi dan spesifikasi sendiri. Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan bayi yang

MANAJEMEN LAKTASI

  • Upload
    mynkara

  • View
    8.675

  • Download
    7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

thanks

Citation preview

Page 1: MANAJEMEN LAKTASI

MANAJEMEN LAKTASI

Gerakan nasional peningkatan penggunaan air susu ibu (ASI)

merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat

kesehatan ibu dan anak. Upaya yang penting ini, keberhasilannya perlu

didukung dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakat. Para ibu,

sebagai pelopor peningkatan kualitas sumber daya Indonesia, patut

menyadari dan meningkatkan pengetahuannya untuk menunjang gerakan

ini.

Pada dasarnya, segera setelah melahirkan, secara naluri setiap ibu

mampu menjalankan tugas untuk menyusui bayinya. Namun, untuk

mempraktekkan bagaimana menyusui yang baik dan benar, setiap ibu

perlu mempelajarinya. Bukan saja ibu-ibu yang baru pertama kali hamil

dan melahirkan, tetapi juga ibu-ibu yang baru melahirkan anak yang kedua

dan seterusnya. Mengapa ? Karena setiap bayi lahir merupakan individu

tersendiri, yang mempunyai variasi dan spesifikasi sendiri. Dengan

demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan bayi yang baru lahir ini,

agar dapat berhasil dalam menyusui. Untuk itu diperlukan motivasi yang

tinggi sejak dini dan dukungan serta bimbingan yang optimal dari

keluarga, lingkungan dan tenaga kesehatan yang merawat ibu selama

hamil, bersalin dan masa nifas.

Dengan mengikuti dan mempelajari segala pengetahuan mengenai

laktasi, diharapkan setiap ibu hamil, bersalin dan menyusui dapat

memberikan ASI secara optimal, sehingga bayi dapat tumbuh kembang

normal sebagai calon sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

Page 2: MANAJEMEN LAKTASI

1. Perawatan Payudara

Demi keberhasilan menyusui, payudara memerlukan perawatan

sejak dini secara teratur. Perawatan selama kehamilan bertujuan agar

selama masa menyusui kelak produksi ASI cukup, tidak terjadi

kelainan pada payudara dan agar bentuk payudara tetap baik setelah

menyusui. Pada umumnya, wanita dalam kehamilan 6 - 8 minggu akan

mengalami pembesaran payudara. Payudara akan terasa lebih padat,

kencang, sakit dan tampak jelas di permukaan kulit adanya gambaran

pembuluh darah yang bertambah serta melebar. Kelenjar Montgomery

pada daerah areola tampak lebih nyata dan menonjol.

Guna menunjang perkembangan payudara dalam kehamilan ini, sejak

usia kehamilan 2 bulan, sebaiknya wanita hamil mulai mengganti

pakaian dalam (BH / bra) nya dengan ukuran yang lebih sesuai, dan

dapat menopang perkembangan payudaranya. Biasanya diperlukan BH

ukuran 2 nomor lebih besar dari ukuran yang biasa dipakai.

Di samping pemakaian BH yang sesuai, untuk menunjang produksi

ASI dan membantu mempertahankan bentuk payudara setelah selesai

masa menyusui, perlu dilakukan latihan gerakan otot-otot badan yang

berfungsi menopang payudara. Misalnya gerakan untuk memperkuat

otot pektoralis : kedua lengan disilangkan di depan dada, saling

memegang siku lengan lainnya, kemudian lakukan tarikan sehingga

terasa tegangan otot-otot di dasar payudara (Stoppard’s).

Kebersihan / hygiene payudara juga harus diperhatikan, khususnya

daerah papila dan areola. Pada saat mandi, sebaiknya papila dan areola

tidak disabuni, untuk menghindari keadaan kering dan kaku akibat

Page 3: MANAJEMEN LAKTASI

hilangnya lendir pelumas yang dihasilkan kelenjar Montgomery.

Areola dan papila yang kering akan memudahkan terjadinya lecet dan

infeksi.

Selama kehamilan, papila harus disiapkan agar menjadi lentur,

kuat dan tidak ada sumbatan. Persiapan dilakukan setiap hari sebanyak

2 kali sehari setelah usia kehamilan 7 bulan. Caranya dengan kompres

masing-masing putting susu selama 2-3 menit dengan kapas yang

dibasahi minyak, kemudian tarik dan putar putting ke arah luar 20 kali,

ke arah dalam 20 kali. Pijat daerah areola untuk membuka saluran

susu. Bila keluar cairan, oleskan ke papila dan sekitarnya. Kemudian

payudara dibersihkan dengan handuk yang lembut.

Putting susu yang terbenam atau datar perlu dikoreksi agar dapat

menonjol keluar sehingga siap untuk disusukan kepada bayi. Masalah

ini dapat diatasi dengan bantuan pompa putting ("nipple puller") pada

minggu terakhir kehamilan.

2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan menyusui

Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ibu hamil sehat dan mampu

menyusui bayinya adalah :

a. Nutrisi / gizi ibu hamil.

Dari diet sehari-hari, zat gizi yang masuk ke dalam tubuh

serta cadangan yang ada pada wanita hamil dan menyusui akan

digunakan untuk aktifitas dan metabolisme ibu, untuk memproses

pembentukan ASI dan nilai kalori serta zat gizi ASI itu sendiri.

Berdasarkan angka kecukupan gizi, kebutuhan tambahan kalori

Page 4: MANAJEMEN LAKTASI

wanita hamil kurang lebih 285 kkal per hari. Penambahan tersebut

disesuaikan dengan kebutuhan wanita yang tidak hamil /

menyusui, yaitu wanita dengan aktifitas ringan 1900 kkal / hari,

kerja sedang 2100 kkal / hari, dan kerja berat 2400 kkal / hari.

Adapun kecukupan yang seimbang kira-kira 40 kkal / kgBB,

dengan komposisi protein 20 -25%, lemak 10-25% dan karbohidrat

50-60%. Jumlah cairan yang perlu diminum oleh wanita hamil

tidak banyak berbeda dari wanita tidak hhamil, sekitar 2 liter per

hari.

b. Istirahat

Wanita hamil sebaiknya tidur minimal 8 jam sehari. Kegiatan

dan gerakannya sehari-hari harus memperhatikan perubahan fisik

dan mental yang terjadi pada dirinya. Di antara waktu kegiatannya

tersebut diperlukan waktu untuk istirahat (santai) guna

melemaskan otot-otot. Bagi wanita yang bekerja, hendaknya dapat

diatur agar cuti hamil dan bersalinnya diambil sebanyak mungkin

setelah ia bersalin sehingga ia dapat menyusui bayinya selama

mungkin sebelum bekerja.

c. Tidak merokok, minum alkohol, kopi, soda

Termasuk menjauhi asap rokok dari orang lain. Minuman

kopi dan minuman soda dapat mengurangi kemampuan usus untuk

menyerap kalsium dan zat besi.

d. Obat-obatan

Page 5: MANAJEMEN LAKTASI

Pemakaian obat-obatan selama hamil hanya atas petunjuk

bidan atau dokter, terutama menjelang persalinan perlu

diperhatikan, agar tidak berpengaruh terhadap laktasi.

e. Keluhan lain

Adanya keluhan lain, misalnya sakit gigi / mulut, infeksi

lainnya, perlu diperhatikan, karena dapat menjalar ke bagian tubuh

lainnya dan mengganggu kehamilan.

f. Kebersihan diri dan pakaian yang nyaman

Perlu mendapat perhatian untuk menjaga kesehatan. Pilihlah

pakaian yang longgar, ringan, mudah dipakai dan menyerap

keringat.

g. Mengenal petugas kesehatan yang menolong

Sebaiknya selama 3 bulan terakhir kehamilan, seorang ibu

telah menentukan seorang dokter yang akan mengawasi persalinan

dan pertolongan anaknya kelak. Kerjasama antara tenaga penolong

persalinan dan dokter anak juga harus dibina.

3. Praktek menyusui

Proses laktasi terdiri dari 2 tahap. Pertama adalah dimulainya

pembentukan air susu pada masa kehamilan, dan kedua adalah

periode menyusui sesudah bayi lahir, yaitu saat air susu dibentuk

dan dikeluarkan. Masa ini kita sebut sebagai masa menyusui yang

Page 6: MANAJEMEN LAKTASI

lamanya sangat tergantung pada motivasi dan "kemampuan"

seorang ibu untuk menerapkan manajemen laktasi.

Setiap bayi, sejak dilahirkan seyogyanya mendapat ASI saja

(termasuk kolostrum) dalam 4-6 bulan pertama kehidupannya.

Diawali dengan kontak dini segera setelah dilahirkan, isapan bayi

pada putting susu ibu untuk pertama kalinya ini akan merangsang

keluarnya hormon-hormon yang menunjang keberhasilannya

menyusui. Kemudian, bayi dalam kondisi baik seyogyanya dirawat

bersama dalam satu ruangan dengan bayinya (rawat gabung).

Pelaksanaan ini penting untuk menjamin terpenuhinya segala

kebutuhan bayi, baik fisik maupun psikik setiap saat dari ibunya.

Selama ASI belum keluar pada 2-3 hari setelah ibu melahirkan,

bayi yang sehat TIDAK perlu diberi makanan / cairan lain. Ia

hanya perlu mengisap kolostrum yang keluar dari putting ibunya

saja. Setelah mencapai usia 4-6 bulan, secara bertahap dapat

diberikan makanan pendamping ASI. ASI dapat terus diberikan

sampai anak berusaia 2 tahun.

Dalam masa menyusui terjadi beberapa refleks yang penting

pengaruhnya terhadap kelancaran laktasi, yaitu refleks yang terjadi

pada ibu dan pada bayi. Refleks yang terjadi pada ibu di antaranya:

a. Refleks prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf sensoris yang terdapat

pada putting susu terangsang. Rangsangan ini akan dikirim ke otak

(hipotalamus) yang akan memacu keluarnya hormon prolaktin

Page 7: MANAJEMEN LAKTASI

yang kemudian akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk

memproduksi ASI. Jadi makin sering bayi mengisap, makin

banyak prolaktin yang dilepas dan makin banyak ASI yang

diproduksi. Oleh karena itu, menyusukan dengan sering adalah

cara terbaik untuk mendapatkan ASI dalam jumlah banyak.

b. Refleks aliran / refleks oksitosin ("let down reflex")

Rangsangan yang ditimbulkan oleh isapan bayi waktu

menyusu diantar pula ke bagian lain dari otak yang akan

melepaskan hormon oksitosin. Oksitosinn akan memacu sel-sel

otot yang mengelilingi jaringan kelenjar dan salurannya untuk

berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar hingga mencapai

sinus laktiferus di balik areola, untuk kemudian menuju putting

susu. Dengan demikian terjadi "areolar engorgement"

(pembengkakan). Kadang-kadang tekanan karena kontraksi otot itu

begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur dan

dapat membuat bayi tersedak.

Keluarnya air susu karena kontraksi otot tersebut disebut "let

down reflex". Melalui refleks inilah terjadi pula kontraksi rahim

yang membantu lepasnya plasenta (ari-ari) dan mengurangi

perdarahan. Oleh karena itu setelah bayi dilahirkan, kalau keadaan

memungkinkan sebaiknya bayi segera disusukan ibunya (kontak

dini). Terjadinya refleks aliran dipengaruhi oleh jiwa ibu. Rasa

kuatir atau kesusahan akan menghambat refleks tersebut.

Sebaliknya, tidak jarang, refleks ini terjadi pula bila sang ibu

Page 8: MANAJEMEN LAKTASI

mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang

teringat pada bayinya saat berada jauh dari bayinya itu.

Refleks yang terjadi pada bayi di antaranya :

a. "Rooting reflex"

Bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh ke

arah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan

membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.

Keadaan ini dikenal dengan sebutan "rooting reflex".

b. "Sucking reflex" (refleks menghisap)

Refleks ini terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-

langit dalam mulut bayi. Jika putting susu ibu menyentuh langit-

langit belakang mulut bayi, terjadi refleks menghisap dan terjadi

tekanan terhadap daerah areola oleh gusi, lidah bayi serta langit-

Page 9: MANAJEMEN LAKTASI

langit, sehingga isi sinus laktiferus diperas keluar ke dalam rongga

mulut bayi.

c. Refleks menelan

Bila ada cairan di dalam rongga mulut, terjadi refleks

menelan. Dengan memperhatikan adanya refleks-refleks tersebut,

langkah-langkah menyusui yang baik dan benar adalah meliputi

hal-hal berikut :

- persiapan mental dan fisik ibu setiap akan

menyusui. Ibu harus dalam keadaan tenang. Bila

perlu minum segelas air sebelum menyusui. Hindari

menyusui pada keadaan lapar dan haus.

- sediakan tempat dengan peralatan yang diperlukan,

seperti kursi dengan sandaran punggung dan

sandaran tangan, bantal untuk menopang tangan

yang menggendong bayi.

- sebelum menggendong bayi untuk menyusui,

tangan harus dicuci bersih. Sebelum menyusui,

tekan daerah areola di antara telunjuk dan ibu jari

sehingga keluar 2-3 tetes ASI, kemudian oleskan ke

seluruh putting dan areola. Cara menyusui yang

terbaik adalah bila ibu melepaskan BH dari kedua

payudaranya.

Page 10: MANAJEMEN LAKTASI

- susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya ("on

demand"), jangan dijadwalkan. Biasanya kebutuhan

terpenuhi dengan menyusui tiap 2-3 jam sekali.

Setiap kali menyusui, lakukanlah pada kedua

payudara kiri dan kanan secara bergantian, masing-

masing sekitar 10 menit. Mulailah selalu dengan

payudara sisi terakhir yang disusui sebelumnya.

Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.

- setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi seperti

awal menyusui tadi. Biarkan kering oleh udara

sebelum kembali memakai BH. Langkah ini

berguna untuk mencegah lecet.

- membuat bayi bersendawa setelah menyusui harus

selalu dilakukan, untuk mengeluarkan udara dari

lambung supaya bayi tidak kembung dan muntah.

Bila terjadi keadaan lecet pada putting dan atau

sekitarnya, sebaiknya ibu tetap menyusui dengan

mendahului pada putting yang tidak lecet. Sebelum

diisap, putting yang lecet dapat diolesi es untuk

mengurangi rasa sakit. Yang lebih penting dalam

kejadian ini adalah mencari penyebab lecet tersebut

yang tentunya harus dihindari.

Keadaan engorgement (payudara bengkak) sering

terjadi pada payudara yang elastisitasnya kurang.

Untuk mengatasinya, kompres payudara dengan

Page 11: MANAJEMEN LAKTASI

handuk hangat kira-kira 4-5 menit, kemudian

dilakukan masase dari tepi ke arah putting hingga

ASI keluar. Setelah itu baru bayi disusukan. Jangan

berhenti menyusui dalam keadaan ini.

4. Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan selama

menyusui :

a. Nutrisi

Meskipun umumnya keadaan gizi pada ibu hanya

akan mempengaruhi kuantitas dan bukan kualitas ASI-nya,

ibu menyusui selayaknya tidak membatasi konsumsi

makanannya. Penurunan berat badan sesudah melahirkan

sebaiknya tidak melebihi 0.5 kg/minggu. Pada 6 bulan

pertama masa menyusui, yaitu saat bayi hanya

mendapatkan ASI saja ("exclusive breastfeeding period"),

ibu membutuhkan tambahan kalori sebanyak 700 kkal/hari,

pada 6 bulan selanjutnya kira-kira 500 kkal/hari dan pada

tahun kedua 400 kkal/hari. Jumlah cairan yang dibutuhkan

ibu menyusui tentu lebih banyak dari biasanya. Oleh karena

itu ibu menyusui dianjurkan minum 8-12 gelas per hari.

b. Istirahat

Bila laktasi tidak berlangsung baik, biasanya

penyebab utamanya adalah kelelahan pada ibu. Oleh karena

Page 12: MANAJEMEN LAKTASI

itu, istirahat dan tidur yang cukup merupakan kebutuhan

yang harus dipenuhi.

c. Obat-obatan

Pemakaian obat-obatan dalam masa menyusui perlu

mendapat perhatian, apakah mempunyai efek positif atau

negatif terhadap laktasi. Sebagai contoh, beberapa obat

yang dapat mengurangi produksi ASI yaitu pil KB yang

mengandung hormon estrogen. Kebanyakan obat juga

dikeluarkan melalui ASI, tetapi yang dikonsumsi bayi

hanya 0.001 - 0.5% daripada dosis obat yang dapat

diberikan kepada bayi.

d. Posisi ibu-bayi yang benar saat menyusui

Dapat dicapai bila bayi tampak menyusui dengan

tenang, bayi menempel betul pada ibu, mulut dan dagu bayi

menempel betul pada payudara, mulut bayi membuka lebar,

sebagian besar areola tertutup mulut bayi, bayi mengisap

ASI pelan-pelan dengan kuat, putting susu ibu tidak terasa

sakit dan putting terhadap lengan bayi berada pada satu

garis lurus.

e. Penilaian kecukupan ASI pada bayi

Bayi usia 0-4 bulan atau 6 bulan dapat dinilai cukup

pemberian ASI nya bila tercapai keadaan sebagai berikut :

Page 13: MANAJEMEN LAKTASI

- berat badan lahir telah pulih kembali setelah bayi

berusia 2 minggu,

- kenaikan berat badan dan tinggi badan sesuai dengan

kurva pertumbuhan normal,

- bayi banyak ngompol, sampai 6 kali atau lebih dalam

sehari,

- tiap menyusui, bayi menyusu dengan kuat ("rakus")

tetapi kemudian melemah dan bayi tertidur,

- payudara ibu terasa lunak setelah disusukan

dibandingkan sebelum disusukan.

f. Di luar waktu menyusui

Jangan membiasakan bayi menggunakan dot atau

kempeng. Berikan ASI dengan sendok bila ibu tidak dapat

menyusui bayinya.

g. Ibu bekerja

Selama cuti hendaknya ibu menyusui bayinya terus.

Jangan juga membiasakan bayi menyusu dengan botol bila

masa cuti telah habis dan ibu harus kembali bekerja.

h. Pemberian makanan pendamping ASI

Page 14: MANAJEMEN LAKTASI

Makanan pendamping ASI hendaknya diberikan

mulai usia bayi 4-6 bulan. Bila ibu bekerja, sebaiknya

makanan pendamping ASI diberikan pada jam kerja,

sehingga ASI dapat tetap diberikan bila ibu berada di

rumah.

i. Penyapihan

Menghentikan pemberian ASI harus dilakukan secara

bertahap dengan jalan meningkatkan frekuensi pemberian

makanan anak dan menurunkan frekuensi pemberian ASI

secara bertahap dalam kurun waktu 2-3 bulan.

j. Klinik laktasi

Pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak harus

memiliki pelayanan yang dapat meyakinkan setiap ibu

dalam masa menyusui bahwa ia selalu dapat berkonsultasi

untuk setiap masalah laktasi yang dialaminya. Untuk itu

perlu diadakan klinik laktasi atau tenaga terlatih untuk

membantunya pada sarana pelayanan kesehatan yang

terdekat.

k. Kelompok pendukung ASI

Page 15: MANAJEMEN LAKTASI

Perlu dibina adanya kelompok pendukung ASI di

lingkungan masyarakat, yang dapat merupakan sarana

untuk mendukung ibu-ibu di lingkungan tersebut agar

berhasil menyusui bayinya, dibantu oleh tenaga kesehatan

yang ada di lingkungan tersebut. Melalu kelompok ini, ibu-

ibu menyusui dapat mengadakan diskusi dan mendapat

bantuan bila mengalami masalah dalam menyusui bayinya.

5. Masalah-Masalah Dalam

Menyusui

Masalah yang timbul selama menyusui dapat dimulai

sejak sebelum persalinan (periode antenatal), masa

pascapersalinan dini (masa nifas / laktasi), dan masa

pascapersalinan lanjut. Masalah menyusui dapat timbul pula

karena keadaan-keadaan khusus. Dalam tulisan ini akan

diuraikan masalah menyusui yang dibagi menurut kelompok

tersebut.

a. Masalah menyusui pada

masa antenatal

Putting susu datar atau terbenam. Untuk mengetahui

apakah putting susu datar, cubitlah areola di sisi putting

susu dengan ibu jari dan jari telunjuk. Putting susu yang

normal akan menonjol, namun putting susu yang datar

tidak menonjol. Tidak selalu ibu dengan putting susu

datar mengalami kesulitan besar waktu menyusui.

Page 16: MANAJEMEN LAKTASI

Dengan pengalaman, banyak ibu yang tetap bisa

memberikan ASI kepada bayinya. Bila dijumpai putting

susu datar, dilakukan :

- usahakan putting menonjol keluar dengan cara

menarik dengan tangan (gerakan Hoffman), atau

dengan menggunakan pompa putting susu.

- jika tetap tidak bisa, usahakan agar tetap disusui

dengan sedikit penekanan pada bagian areola

dengan jari sehingga membentuk "dot" ketika

memasukkan putting susu ke dalam mulut bayi. Bila

terlalu penuh, ASI dapat diperas dahulu dan

diberikan dengan sendok atau cangkir. Dengan

demikian, diharapkan putting susu akan sedikit

demi sedikit keluar dan lentur. Bila terjadi putting

susu terbenam, putting akan tampak masuk ke

dalam areola sebagian atau seluruhnya. Keadaan ini

dapat disebabkan karena ada sesuatu yang menarik

putting susu ke arah dalam, misalnya tumor atau

penyempitan saluran susu. Kelainan ini seharusnya

sudah diketahui sejak dini, paling tidak pada saat

kehamilan, sehingga dapat diusahakan

perbaikannya.

Bila dijumpai putting susu terbenam, diusahakan

dengan cara :

Page 17: MANAJEMEN LAKTASI

- lakukan gerakan Hoffman, yaitu dengan meletakkan

kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah areola,

kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah

yang berlawanan (walaupun hasilnya kadang-

kadang kurang memuaskan).

- dapat menggunakan pompa putting susu atau jarum

suntik 10 ml yang telah dimodifikasi, setiap hari,

untuk mencoba menghisap supaya putting susu

menonjol keluar. Namun harus dihindari rasa bosan

atau lelah sewaktu mencoba mengeluarkan putting,

karena rasa bosan dan marah justru akan

menyebabkan produksi ASI berkurang. Karena itu

harus dipertimbangkan benar, berapa lama ibu

mencoba dengan cara seperti ini.

Putting susu tidak lentur. Putting susu yang tidak

lentur akan menyulitkan bayi untuk menyusu.

Meskipun demikian, putting susu yang tidak lentur pada

awal kehamilan seringkali akan menjadi lentur (normal)

pada saat menjelang atau saat persalinan, sehingga

tidakmemerlukan tindakan khusus. Namun sebaiknya

tetap dilakukan latihan seperti cara mengatasi putting

susu yang terbenam.

b. Masalah menyusui pada masa pascapersalinan dini

Page 18: MANAJEMEN LAKTASI

Putting susu lecet. Putting susu lecet dapat disebabkan

trauma pada putting susu, selain itu dapat juga terjadi

retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada

putting susu bisa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.

Bila dijumpai lecet atau jenis trauma lain pada putting

susu, dikerjakan :

- kalau rasa nyeri dan luka lecet tidak terlalu berat,

ibu bisa terus menyusui bayi.

- putting susu diolesi ASI dan biarkan mengering

dengan sendirinya, jangan menggunakan BH yang

terlalu ketat.

- apabila terdapat rasa nyeri hebat, atau luka makin

berat, putting susu yang sakit diistirahatkan sampai

memungkinkan untuk kembali menyusui bayi pada

putting susu yang sakit tersebut. Biasanya masa

istirahat ini tidak lama, sekitar 24 jam.

- selama putting susu yang bersangkutan

diistirahatkan, ASI dikeluarkan oleh ibu dengan

tangan. Sebaiknya jangan menggunakan pompa,

karena menambah rasa nyeri dan membuat luka

bertambah parah. Untuk menghindari terjadinya

putting susu nyeri atau lecet, perhatikan beberapa

hal di bawah ini :

Page 19: MANAJEMEN LAKTASI

- setiap kali hendak menyusui dan sesudah menyusui,

putting susu diolesi dengan ASI.

- jangan membersihkan putting susu dengan sabun,

alkohol, krim, dan obat-obatan yang dapat

merangsang kulit / putting susu.

- lepaskan hisapan bayi dengan cara yang benar, yaitu

dengan menekan dagu bayi atau memasukkan jari

kelingking ibu yang bersih ke dalam mulut bayi.

Payudara bengkak

Kadang-kadang payudara terasa membengkak atau

penuh. Hal ini terjadi karena edema ringan oleh

hambatan vena atau saluran limfe akibat ASI yang

menumpuk di dalam payudara. Kejadian seperti ini

jarang terjadi kalau pemberian ASI sesuai dengan

kemauan bayi. Faktor-faktor lain yang menyebabkan

payudara bengkak adalah : bayi tidak menyusu dengan

kuat, posisi bayi pada payudara salah sehingga proses

menyusui tidak benar, serta terdapat putting susu yang

datar atau terbenam. Jika terdapat hal-hal seperti ini,

dapat dilakukan :

- bayi disusui, sehingga mengurangi rasa

membengkak.

Page 20: MANAJEMEN LAKTASI

- setiap kali menyusui payudara harus sampai

kosong.

- gunakan BH yang dapat menopang dengan nyaman.

- kompres dingin dapat mengurangi rasa tidak enak.

- rasa nyeri dapat juga dikurangi dengan obat

analgesik.

- ASI dapat diperas sedikit dengan tangan, frekuensi

pengeluaran harus lebih sering.

- beritahu ibu bahwa dalam waktu 1-2 hari keluhan

akan reda.

Saluran susu tersumbat

Saluran susu tersumbat (obstructed duct) adalah

keadaan di mana terjadi sumbatan pada satu atau lebih

saluran susu / duktus laktiferus yang dapat disebabkan

oleh beberapa hal, misalnya tekanan jari pada payudara

waktu menyusui, pemakaian BH yang terlalu ketat, dan

komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang

menyebabkan terjadinya sumbatan. Pada ibu yang

kurus, sumbatan ini tampak sebagai benjolan yang

teraba lunak. Sumbatan saluran susu dapat dicegah

dengan cara melakukan :

- perawatan payudara pasca persalinan secara teratur.

Page 21: MANAJEMEN LAKTASI

- memakai BH yang menopang dan tidak terlalu

ketat.

- mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila

setelah menyusui payudara masih terasa penuh.

Bila ibu merasa nyeri, dapat dikompres dengan air

hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum

menyusui supaya bayi lebih mudah mengisap

putting susu, dan kompres dingin setelah menyusui

untuk mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan.

Sumbatan saluran susu dapat berlanjut menjadi

mastitis, karena itu perlu dirawat dengan baik.

Mastitis dan abses payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara.

Bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri

dan panas. Temperatur badan ibu meninggi, kadang

disertai menggigil. Kejadian ini biasanya terjadi 1-3

minggu setelah melahirkan, akibat lanjutan dari

sumbatan saluran susu. Bila mastitis berlanjut, dapat

terjadi abses payudara. Ibu tampak sakit lebih parah,

payudara lebih merah dan mengkilap, benjolan tidak

lagi sekeras pada mastitis, tetapi mengandung cairan

(pus).

Cara mengatasi mastitis :

- dokter memberikan pengobatan antibiotika dan

simptomatik terhadap nyeri

- kompres hangat

Page 22: MANAJEMEN LAKTASI

- ibu cukup istirahat dan banyak minum

- sebelum terbentuk abses, menyusui harus terus

diteruskan, dimulai dari bagian yang sakit. Jika

sudah terjadi abses, payudara yang sakit tidak boleh

disusukan, mungkin perlu juga tindakan bedah. Tapi

payudara yang sehat harus tetap digunakan

menyusui, dengan perawatan dan kebersihan yang

sebaik mungkin.

Tindakan yang harus segera dilakukan pada abses

payudara adalah :

- merujuk ibu ke dokter bedah untuk dilakukan insisi

dan drainase pus

- pemberian antibiotik dosis tinggi serta simptomatik

analgesik/antipiretik

- ibu harus cukup beristirahat

- bayi dihentikan menyusu pada payudara yang sakit,

sementara pada payudara yang sehat diteruskan.

c. Masalah menyusui pada masa pascapersalinan lanjut

Sindrom ASI kurang. Sindrom ASI kurang adalah

keadaan di mana ibu merasa bahwa ASI-nya kurang,

dengan berbagai alasan yang menurut ibu merupakan

tanda tersebut, misalnya :

- payudara kecil, padahal ukuran payudara tidak

menggambarkan kemampuan ibu untuk

memproduksi ASI. Ukuran payudara berhubungan

dengan beberapa faktor, misalnya faktor hormonal

Page 23: MANAJEMEN LAKTASI

(estrogen dan progesteron), keadaan gizi, dan faktor

keturunan. Hormon estrogen akan menyebabkan

pertumbuhan saluran susu dan penimbunan lemak,

sedangkan hormon progesteron memacu

pertumbuhan kelenjar susu. Masukan makanan yang

berlebihan terutama energi akan ditimbun sebagai

lemak, sehingga payudara akan bertambah besar,

sebaliknya penurunan masukan energi, misalnya

karena penyakit, akan menyebabkan berkurangnya

timbunan lemak termasuk di payudara, sehingga

ukuran payudara berkurang. Seberapapun ukuran

payudara seorang wanita, tetap dianggap normal,

kecuali jika ada kelainan tertentu misalnya tumor.

Ukuran payudara ideal sangat dipengaruhi faktor

lingkungan atau penilaian masyarakat setempat.

- ASI yang tampak berubah kekentalannya, misalnya

lebih encer, disangka telah berkurang, padahal

kekentalan ASI bisa saja berubah-ubah.

- Payudara tampak mengecil, lembek atau tidak

penuh / merembes lagi, padahal ini suatu tanda

bahwa produksi ASI telah sesuai dengan keperluan

bayi.

- Bayi sering menangis disangka kekurangan ASI,

padahal bayi menangis bisa karena berbagai

penyebab.

Page 24: MANAJEMEN LAKTASI

- Bayi lebih sering minta diteteki, kecuali karena ASI

memang lebih mudah dicerna, juga bayi memang

memerlukan ASI yang cukup untuk tumbuh

kembang, dan yang penting : masalah menyusui

bukan hanya memberi makan bayi, tetapi karena

bayi juga memerlukan belaian, kehangatan dan kasih

sayang.

- Bayi minta disusui pada malam hari, hal ini memang

penting, karena bayi memerlukan dekapan dan ASI

pada malam hari, selain itu menyusui pada malam

hari akan memperbanyak produksi ASI dan

mengurangi kemungkinan sumbatan payudara.

- Bayi lebih cepat selesai menyusu dibanding

sebelumnya, hal ini karena bayi telah lebih terbiasa

menyusu. Jika ada keluhan-keluhan semacam ini,

cobalah mengadakan evaluasi dan pendekatan

psikologis seperti tersebut di atas, serta coba

dievaluasi juga hal-hal berikut :

1) ibu jangan merokok, karena merokok

mengurangi produksi ASI,

2) kalau ibu menggunakan pil KB, cobalah

berkonsultasi dengan dokter,

3) jangan menggunakan alat bantu putting susu,

karena akan membingungkan dan melelahkan

bayi, serta mengurangi produksi ASI,

Page 25: MANAJEMEN LAKTASI

4) teruskan menyusui dengan sabar dan sesering

mungkin, karena akan memperbanyak produksi

ASI,

5) cobalah menyusui dengan payudara pertama

selama kurang lebih 10 menit, kemudian

payudara kedua selama kurang lebih 20 menit,

karena saat awal bayi lebh kuat menyusu,

6) menyusui dimulai dari payudara yang terakhir

disusukan secara berganti-ganti,

7) jangan memberikan susu buatan, karena akan

membingungkan bayi,

8) ibu harus banyak beristirahat,

9) ibu harus lebih banyak minum,

10) perhatikan kecukupan gizi makanan,

11) ibu harus tenang, santai, jangan tegang / stress,

karena ketegangan dan kecemasan akan

mengurangi produksi ASI,

12) ibu harus menyusui dalam suasana yang

nyaman.

Bingung putting. Bingung putting

("nipple confusion") adalah suatu keadaan yang terjadi

karena bayi mendapat susu formula dalam botol

berganti-ganti dengan menyusu ibu. Peristiwa ini terjadi

karena proses menyusu pada putting ibu berbeda

dengan menyusu pada botol. Menyusu pada putting

memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan

Page 26: MANAJEMEN LAKTASI

lidah, sebaliknya menyusu pada botol akan membuat

bayi pasif menerima susu karena dot sudah berlubang di

ujungnya.

Tanda-tanda bayi bingung putting adalah :

- bayi mengisap putting seperti mengisap dot, lemah,

terputus-putus, sebentar

- atau dapat juga bayi menolak menyusu

Karena itu, untuk menghindari bayi bingung

putting, perlu dilakukan :

- jangan menggunakan susu formula tanpa indikasi

yang sangat kuat.

- kalau terpaksa harus memberikan susu formula,

berikan dengan sendok atau pipet, jangan sekali-kali

menggunakan botol atau kempengan.

Bayi sering menangis. Menangis adalah cara bayi

berkomunikasi dengan dunia di sekitarnya. Karena itu

bila bayi sering menangis, perlu dicari sebabnya, yaitu

dengan :

- perhatikan, mengapa bayi menangis, apakah karena

laktasi belum berjalan dengan baik, atau karena

sebab lain, seperti ngompol, sakit, merasa jemu,

ingin digendong atau disayang ibu

- keadaan-keadaan itu merupakan hal yang biasa, ibu

tidak perlu cemas, karena kecemasan ibu dapat

mengganggu proses laktasi karena produksi ASI

berkurang.

Page 27: MANAJEMEN LAKTASI

- cobalah mengatasi dengan memeriksa pakaian bayi,

mungkin perlu diganti karena basah, coba

mengganti posisi bayi menjadi tengkurap, atau bayi

digendong dan dibelai.

- mungkin bayi belum puas menyusu karena posisi

bayi tidak benar waktu menyusu, akibatnya ASI

tidak keluar dengan baik.

- Bayi menangis mempunyai maksud menarik orang

lain (terutama ibunya) karena sesuatu hal : lapar,

ingin digendong dan sebagainya. Oleh sebab itu

jangan membiarkan bayi menangis terlalu lama.

Bayi akan menjadi lelah, menyusu tidak sempurna,

dan jika ibu cemas atau kesal, produksi ASI juga

akan terganggu. Jika bayi menangis, ibu harus

segera memeriksa keadaan bayi. Secara psikologis

ini penting, karena bayi akan mempunyai kesan

bahwa ibunya memperhatikannya.

Bayi tidak cukup kenaikan berat badannya

ASI adalah makanan pokok bayi sampai usia 4-6

bulan. Karena itu bayi usia 4-6 bulan yang hanya

mendapat ASI saja perlu dipantau berat badannya

paling tidak sebulan sekali. Bila ASI cukup, berat

badan anak akan bertambah (anak tumbuh) dengan

baik. Untuk memantau kecukupan ASI dengan

memantau berat badan, dapat digunakan Kartu

Menuju Sehat untuk anak. Untuk mencegah berat

Page 28: MANAJEMEN LAKTASI

badan yang tidak cukup naik, ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan, yaitu :

- perhatikan apakah bayi termasuk bayi yang

menyusu lama, atau cepat.

- ibu jangan segera menghentikan memberi ASI

hanya karena merasa bayi sudah cukup lama

menyusu, karena sebenarnya mungkin bayi

masih mau terus menyusu.

- setelah bayi menyusu dan kemudian berhenti

atau tidur, cobalah menyusukan kembali dengan

menidurkan bayi telentang, gosok pelan

perutnya atau gerakkan kaki atau tangannya,

seringkali bayi akan bangun kembali dan

menyusu lagi.

- perhatikan teknik menyusui ibu, apakah sudah

benar, bila masih salah harus diperbaiki.

Bila berat badan anak tidak naik, konsultasikan

ke dokter / dokter spesialis anak untuk

mendapatkan saran selanjutnya.

Ibu bekerja

Sekarang banyak ibu yang bekerja, sehingga

kemudian menghentikan menyusui dengan alasan

pekerjaan. Sebenarnya ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan untuk ibu yang bekerja, sebagai

berikut :

- sebelum berangkat kerja, susuilah bayi.

Page 29: MANAJEMEN LAKTASI

- ASI yang berlebihan dapat diperas atau

dipompa, kemudian disimpan di lemari

pendingin untuk diberikan pada bayi saat ibu

bekerja.

- selama ibu bekerja, ASI dapat diperas atau

dipompa dan disimpan di lemari pendingin di

tempat kerja, atau diantar pulang.

- beberapa kantor atau instansi ada yang

menyediakan tempat penitipan bayi dan anak.

Ibu dapat memanfaatkannya untuk kelestarian

menyusui.

- setelah ibu di rumah, perbanyak menyusui,

termasuk pada malam hari.

- kalau anak sudah mendapatkan makanan

pendamping ASI, saat ibu tidak ada di rumah

dapat dimanfaatkan untuk memberikan makanan

pendamping, sehingga kemungkinan

menggunakan susu formula lebih kecil.

- perawat bayi dapat membawa bayi ke tempat

ibu bekerja bila memungkinkan

- hendaknya ibu banyak beristirahat, minum

cukup, makan gizi cukup, untuk menambah

produksi ASI.. Petugas rumah sakit yang

menitipkan anaknya di tempat penitipan tidak

perlu kuatir menyusui bayinya, dengan alasan

Page 30: MANAJEMEN LAKTASI

takut menularkan penyakit pada anaknya. Hal

ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

- tidak semua penyakit ditularkan melalui kontak

langsung

- ibu yang sakit pun tetap dianjurkan untuk

menyusui bayinya, apalagi ibu yang masih sehat

dan bekerja sebagai petugas kesehatan.

- seharusnya ibu yang bekerja di bidang

kesehatan mengerti tentang kebersihan diri

setelah merawat pasien, untuk pencegahan

infeksi / penularan.

d. Masalah menyusui pada keadaan khusus

Ibu melahirkan dengan sectio cesarea

Pada beberapa keadaaan persalinan diperlukan

tindakan sectio cesarea. Persalinan dengan cara ini

dapat menimbulkan masalah menyusui, baik terhadap

ibu maupun bayi. Ibu pasca sectio cesarea dengan

anestesia umum tidak mungkin segera dapat menyusui

bayinya, karena ibu belum sadar akibat pembiusan. Bila

keadaan ibu mulai membaik / sadar, penyusuan dini

dapat segera dimulai dengan bantuan tenaga perawat.

Bayi pun mengalami akibat yang serupa dengan ibu

apabilatindakan tersebut menggunakan pembiusan

umum, karena pembiusan yang diterima ibu dapat

sampai ke bayi melalui plasenta, sehingga bayi yang

masih lemah akibat pembiusan juga akan mendapat

Page 31: MANAJEMEN LAKTASI

tambahan narkose yang terkandung dalam ASI,

sementara ibu masih belum sadar. Jika ibu dan anak

sudah sadar dan keadaan umumnya baik, dapat

dilakukan perawatan gabung. Posisi menyusui yang

dianjurkan adalah sebagai berikut :

- ibu dapat dalam posisi berbaring miring dengan

bahu dan kepala yang ditopang bantal, sementara

bayi disusukan dengan kakinya ke arah ibu.

- apabila ibu dapat duduk, bayi dapat ditidurkan di

bantal di atas pangkuan ibu dengan posisi kaki bayi

mengarah ke belakang ibu di bawah lengan ibu.

- dengan posisi memegang bola ("football position")

yaitu ibu telentang, bayi berada di ketiak ibu dengan

kaki ke arah atas dan tangan ibu memegang kepala

bayi.

Ibu sakit

Pada umumnya ibu sakit bukanlah alasan untuk

menghentikan menyusui, karena bayi telah dihadapkan

pada penyakit ibu sebelum gejala timbul dan dirasakan

oleh ibu. Kecuali itu ASI justru akan melindungi bayi

dari penyakit. Ibu memerlukan bantuan orang lain untuk

mengurus bayi dan keperluan rumah tangga, karena ibu

juga memerlukan istirahat yang lebih banyak.

Sebaiknya ibu mengatakan pada dokter yang mengobati

penyakitnya, bahwa ibu sedang menyusui, karena banyak

Page 32: MANAJEMEN LAKTASI

obat yang bisa terkandung dalam ASI dan dapat

mempengaruhi bayi.

Ibu menderita penyakit Hepatitis (HBsAg+) atau

AIDS (HIV+)

Ibu yang menderita hepatitis atau AIDS tidak

diperkenankan menyusui bayinya, karena dapat

menularkan virus kepada bayinya melalui ASI.

AIDS pada anak muncul bersama-sama seperti AIDS

pada orang dewasa. Pada orang dewasa, penularan HIV

umumnya melalui 3 cara, yaitu hubungan seksual dengan

penderita, penularan parenteral seperti transfusi darah,

jarum suntik yang dipakai bersama penderita, serta

perinatal dari ibu yang menderita kepada bayinya.

Pada anak, AIDS mempunyai hubungan spesifik dengan

faktor-faktor risiko tertentu misalnya ibu yang kecanduan

obat dan sering menggunakan suntikan, anak yang

mendapat transfusi dari donor penderita, dan sebagainya.

Apakah menyusui merupakan faktor risiko penularan

AIDS pada anak masih merupakan hal kontroversial.

Dugaan peranan menyusui sebagai faktor risiko

penularan AIDS pada bayi dan anak dimulai dari adanya

laporan dari berbagai negara tentang ibu yang mendapat

transfusi yang mengandung HIV pascapersalinan.

Ternyata kemudian ditemukan bayi ibu tersebut terinfeksi

juga oleh HIV. Bahkan ada laporan juga bahwa HIV

dapat diisolasi dari ASI. Meskipun demikian ada yang

Page 33: MANAJEMEN LAKTASI

tidak sependapat terhadap pandangan ASI sebagai media

penularan HIV. Masalahnya adalah pada laporan tersebut

belum dapat dibuktikan bahwa ASI adalah memang satu-

satunya kemungkinan penularan pada bayi atau anak

tersebut. Juga ada laporan yang menyebutkan bahwa

meskipun seorang ibu positif HIV, anaknya tidak.

Pendapat ini didukung data epidemiologi, yaitu bahwa

angka penularan perinatal yang dikumpulkan dari seluruh

dunia sebesar 25-50%. Masalahnya adalah apakah ibu

dengan HIV positif akan tetap diperbolehkan menyusui

bayinya. Adanya dugaan bahwa kemungkinan virus

AIDS dapat ditularkan melalui ASI menyebabkan

Centers for Disease Control (Amerika Serikat) melarang

ibu yang terinfeksi HIV untuk menyusui bayinya,

sebaliknya World Health Organization (WHO)

memperbolehkan. Pandangan berbeda kedua lembaga ini

disebabkan latar belakang yang berbeda. Di kebanyakan

bagian dunia, ASI mempunyai peranan yang sangat

penting karena mengandung zat gizi yang baik,

mengandung zat antiinfeksi / kekebalan, serta ekonomis.

Hal ini menjadi dasar kebijakan WHO. Sebaliknya di

negara maju, biaya dan keberadaan susu formula

memberikan alternatif untuk dapat lebih

mempertimbangkan masalah keselamatan dan

pencegahan penularan. Meskipun demikian, ada juga

pandangan yang memperbolehkan ibu tetap menyusui

Page 34: MANAJEMEN LAKTASI

bayinya, yaitu bila penularan sudah terjadi saat persalinan

atau bahkan in-utero, justru menyusui itu akan

melindungi bayi dari infeksi lain yang menyertai AIDS.

Pendapat lain yang meninjau dari segi praktis, bahwa jika

larangan menyusui hanya ditujukan pada ibu yang benar-

benar positif terinfeksi, maka tidak akan banyak

mempengaruhi angka menyusui, tetapi sulit dapat

dipastikan pada semua golongan ibu bahwa seorang ibu

benar-benar terinfeksi, akibatnya larangan menyusui juga

akan ditujukan kepada ibu-ibu yang termasuk kelompok

risiko padahal belum tentu terinfeksi, sehingga menjadi

berlebihan. Kontroversi ini menjadi dasar sikap untuk

sementara melarang ibu yang terinfeksi HIV menyusui

bayinya, sampai diperoleh pandangan yang sepaham

tentang hal ini. Untuk penyakit hepatitis B, dasar

pertimbangan yang dipakai serupa dengan pada penyakit

AIDS. HBsAg ditemukan juga dalam ASI, tetapi belum

pernah dilaporkan adanya penularan melalui ASI.

Kolostrum dari ibu yang terinfeksi juga tidak

mengandung virus hepatitis B. Penelitian yang dikerjakan

pada pengidap virus hepatitis B, ternyata kadar HBsAg

darah pada anak-anaknya tidak berbeda bermakna

dibandingkan pada anak-anak dari ibu yang tidak

mengandung HBsAg. Kecuali itu, dalam ASI terdapat zat

protektif terutama limfosit yang menghasilkan IgA dan

interferon yang dapat membunuh virus hepatitis B.

Page 35: MANAJEMEN LAKTASI

Bayi kembar

Ibu bayi kembar harus diyakinkan bahwa ia akan

sanggup menyusui bayi-bayinya. Mula-mula ibu dapat

menyusui seorang demi seorang, tetapi sebenarnya ibu

dapat menyusui sekaligus berdua. Salah satu posisi yang

mudah untuk menyusui ialah dengan posisi memegang

bola ("football position"). Jika ibu menyusui bersama-

sama, bayi haruslah menyusu pada payudara secara

berganti-ganti, jangan hanya menetap pada satu payudara

saja. Alasannya ialah, kecuali memberikan variasi kepada

bayi, juga kemampuan menyusu masing-masing bayi

mungkin berbeda, sehingga harus dicapai perangsangan

putting yang optimal. Meskipun football position

merupakan cara yang baik, ibu sebaiknya mencoba posisi

lain secara berganti-ganti. Susuilah bayi secara lebih

sering, selama waktu yang diinginkan masing-masing

bayi, umumnya 15-30 menit setiap kali menyusui.

Kalau salah seorang bayi harus dirawat di rumah sakit,

susukanlah bayi yang di rumah pada satu payudara,

kemudian ASI diperas dari payudara lainnya untuk bayi

yang dirawat itu. Ibu sebaiknya mempunyai pembantu,

agar tidak lelah.

Bayi prematur dan bayi berat lahir rendah

Page 36: MANAJEMEN LAKTASI

Bayi berat lahir rendah dan prematur mempunyai

masalah menyusui karena refleks mengisapnya masih

lemah, karena itu susuilah bayi lebih sering, meski waktu

menyusunya tidak lama. Mula-mula sentuhlah langit-

langit bayi dengan jari ibu yang bersih untuk merangsang

mengisap. Jika bayi dirawat di rumah sakit, seringlah ibu

mengunjungi, melihat, mengusap bayi dengan kasih

sayang, jika mungkin susukan juga secara langsung, atau

ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa kemudian

diberikan menggunakan sendok atau cangkir.

Bayi sumbing

Pendapat yang mengatakan bahwa bayi sumbing tidak

dapat menyusu tidaklah benar. Bilamana bayi mengalami

sumbing pada palatum molle, bayi dapat menyusu tanpa

kesulitan dengan posisi khusus. Demikian pula bila bayi

menderita sumbing pada bibir. Keadaan yang sulit adalah

bila sumbing terjadi pada bibir, langit-langit keras dan

lunak (palatum durum dan palatum molle) sehingga bayi

sulit menyusu dengan baik. Ibu harus tetap mencoba

menyusui bayinya, karena bayi masih mungkin bisa

menyusu dengan kelainan seperti ini. Keuntungan khusus

untuk keadaan ini ialah, bahwa menyusu melatih

kekuatan otot rahang dan lidah, sehingga membantu

perkembangan bicara. Kecuali itu menyusu mengurangi

kemungkinan terjadinya otitis media, yang umumnya

mudah terjadi pada bayi dengan palatoskisis.

Page 37: MANAJEMEN LAKTASI

Posisi menyusui yang dianjurkan pada bayi sumbing

adalah :

- posisi bayi duduk

- pegang putting susu dan areola selagi menyusui,

untuk membantu bayi mendapat ASI yang cukup.

- ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah

pada bibir bayi

- bila bayi menderita sumbing pada bibir dan langit-

langit (labiopalatoskisis), ASI dikeluarkan dengan

manual / pompa, kemudian diberikan dengan sendok /

pipet, atau botol dengan dot yang panjang sehingga

ASI dapat masuk dengan sempurna.

Dengan cara ini bayi akan belajar mengisap dan

menelah ASI, menyesuaikan dengan irama

pernapasannya.

Bayi sakit

Bayi yang sakit mungkin tidak diperbolehkan

mendapatkan makanan per oral dengan indikasi khusus,

tetapi pada umumnya bayi masih diperbolehkan

mendapatkan ASI. Dengan demikian, ASI harus tetap

diberikan. Bahkan pada penyakit tertentu seperti diare,

pemberian ASI justru penting.

Bayi yang mendapat ASI jarang menderita mencret. Bayi

normal buang air besar 6 kali sehari, lembek, hal itu

bukanlah mencret. Tidak ada alasan sama sekali untuk

menghentikan ASI karena telah terbukti bahwa ASI tidak

Page 38: MANAJEMEN LAKTASI

merugikan bagi bayi yang mencret, justru memberikan

banyak keuntungan. Bayi yang mencret memerlukan

cairan rehidrasi yang cukup, dan mungkin memerlukan

tatalaksana khusus sesuai dengan keadaan anak. Telah

dibuktikan, bahwa ASI dapat diterima dengan baik oleh

anak yang muntah dan mencret. ASI mempunyai manfaat

untuk anak dengan diare, karena :

- ASI dapat digunakan untuk mengganti cairan yang

hilang.

- ASI mengandung zat-zat gizi yang berguna

memenuhi kecukupan zat gizi selama diare yang

dengan sendirinya diperlukan untuk penyembuhan

dan pertumbuhan.

- ASI mengandung zat kekebalan terhadap kuman

penyebab diare.

- ASI mengandung zat yang bermanfaat untuk

pertumbuhan sel selaput lendir usus yang biasanya

rusak akibat diare. Anak menderita diare yang

mendapat ASI, lamanya diare lebih pendek serta lebih

ringan dibanding anak yang tidak mendapat ASI.

Kecuali diare, bayi seringkali menderita muntah.

Muntah pada bayi dapat disebabkan berbagai hal.

Tatalaksana khusus tergantung pada latar belakang

penyebabnya. Menyusui bukanlah kontraindikasi

untuk anak muntah, dan anak dengan muntah dapat

menerima ASI dengan baik. Susuilah bayi dalam

Page 39: MANAJEMEN LAKTASI

posisi duduk, sedikit-sedikit tetapi lebih sering. Buat

bayi bersendawa seperti biasanya, tetapi jangan

menggoyang-goyang badan bayi, karena dapat

merangsang muntah kembali. Kalau ibu ingin

menidurkan bayi, tidurkan dalam posisi tengkurap

atau miring, karena posisi telentang memungkinkan

bayi tersedak akibat muntah yang terjadi.

Bayi kuning / ikterik

Ikterus adalah manifestasi hiperbilirubinemia yang

bisa dilihat, yaitu pada kulit dan sklera. Pada orang

dewasa ikterus terjadi bila kadar bilirubin serum

mencapai 2 mg/dl atau lebih, sementara pada bayi baru

lahir ikterus jarang timbul sebelum kadar bilirubin serum

mencapai 7 mg/dl. Bilirubin berasal dari katabolisme

protein heme, yang berasal dari hemoglobin, mioglobin,

sitokrom, katalase dan triptofan pirolase. Sebagian besar

berasal dari hemoglobin dalam eritrosit. Bayi baru lahir

menghasilkan bilirubin kira-kira 8.5 mg/kgBB/hari, kira-

kira 2 kali lipat produksi orang dewasa yang sekitar 3.6

mg/kgBB/hari. Perbedaan ini disebabkan jumlah eritrosit

neonatus relatif per kgBB lebih banyak, umur eritrosit

lebih pendek (2/3 umur eritrosit orang dewasa) dan

produksi dari non-eritrosit juga lebih banyak.

Untuk membedakan ikterus neonatus fisiologis atau

bukan, ada patokan dari Maisels (1981), yaitu bila ada

Page 40: MANAJEMEN LAKTASI

salah satu faktor berikut berarti bukan suatu ikterus

fisiologis :

- ikterus muncul pada 24 jam pertama.

- konsentrasi bilirubin serum total meningkat lebih dari

5 mg/dl per hari.

- konsentrasi bilirubin serum total lebih dari 12.9 mg/dl

pada bayi cukup bulan dan di atas 15 mg/dl pada bayi

prematur.

- konsentrasi bilirubin indirek serum di atas 1.5 - 2

mg/dl.

- ikterus berlangsung lebih dari 1 minggu pada bayi

cukup bulan dan 2 minggu pada bayi prematur.

Publikasi terakhir di negara Barat menunjukkan

kecenderungan peningkatan frekuensi

hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan yang

mendapat ASI dibandingkan bayi yang mendapat

susu buatan. Kadar bilirubin serum apda hari 3-4 di

atas 12 mg/dl dilaporkan antara 11% sampai 26%.

Pada kelompok bayi yang mendapat ASI dengan

hiperbilirubinemia ini, kadar bilirubin direk, kadar

Hb, jumlah retikulosit, hemogram, keseluruhannya

dalam batas normal. Juga tidak ditemukan kelainan

fisik maupun aktifitas bayi ataupun inkompatibilitas

golongan darah.

Beberapa faktor penyebab dinyatakan berhubungan

dengan hiperbilirubinemia pada bayi mendapat ASI yaitu:

Page 41: MANAJEMEN LAKTASI

- aktifitas senyawa pregnane-3-a, 20-b-diol yang

ditemukan dalam ASI.

- kadar lipoprotein lipase yang tinggi pada ASI bayi

hiperbilirubinemia, diduga sebagai penghambat

aktifitas konjugasi bilirubin.

- enzim glukoronil transferase diduga menghambat

fungsi kandungan asam lemak rantai panjang non-

ester dalam ASI

- keadaan kekurangan cairan maupun kalori pada bayi

mendapat ASI pada hari-hari pertama setelah lahir

diduga sebagai faktor penyebab hiperbilirubinemia.

- kandungan enzim b-glukoronidase dalam ASI, diduga

memegang peranan dalam terjadinya

hiperbilirubinemia. Enzim ini mengubah bilirubin

indirek dalam intestinum menjadi bilirubin direk

untuk diabsorpsi kembali.

Faktor-faktor dugaan penyebab ini ternyata belum

dapat dibuktikan. Dapat disimpulkan bahwa laporan

kecenderungan kenaikan frekuensi hiperbilirubinemia

pada bayi mendapat ASI dengan frekuensi yang

bervariasi dan faktor penyebab belum dapat diketahui

dengan pasti. Dalam masalah penanganan

hiperbilirubinemia pada bayi yang cukup bulan yang

mendapat ASI dengan kadar bilirubin total tinggi

sedangkan klinis keadaan umum bayi normal, tidak

diperlukan tindakan yang dapat mengganggu kelestarian

Page 42: MANAJEMEN LAKTASI

menyusui. Protokol dapat lebih mendorong ibu untuk

menyusui lebih sering tanpa memikirkan suplementasi

atau penghentian laktasi. Penghentian pemberian ASI

karena ketakutan kern-icterus tidak beralasan, karena

akan memberi kesan bahwa ASI menyebabkan

hiperbilirubinemia dan akan mempengaruhi keyakinan

ibu dalam menyusui. Ada tiga hal yang sering

dipermasalahkan oleh petugas kesehatan atau ibu pada

pemberian ASI bayi cukup bulan, yaitu penurunan berat

badan, ikterus dan kenaikan suhu badan yang diduga

karena dehidrasi. Berdasarkan penelitian tidak terdapat

hubungan antara penurunan berat badan, ikterus dan

kenaikan suhu badan bayi. Ketiga keadaan ini bukan

merupakan suatu masalah pada bayi cukup bulan yang

mendapat ASI.

6. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap

ibu dapat mempraktekkan cara menyusui yang baik dan benar bila

dibantu mempersiapkan diri sejak dini. Selama masa menyusui,

keberhasilan menyusui sangat tergantung oleh keadaan fisik dan

mental sang ibu yang ditunjang oleh keadaan nutrisi, istirahat yang

cukup serta beberapa faktor lainnya, termasuk dukungan dari

suami, keluarga dan lingkungannya.