12
Volume 1 Nomor 1 September – Desember 2018 37 MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA (Studi Deskriptif Implementasi Kurikulum 2013 SMA Negeri Pilot Project Sindang, Losarang dan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu) oleh Rasto, Sutaryat Trisnamansyah, E. Mulyasa, Iim Wasliman This research is aimed to discover, planning, implementation, evaluation, and recovery effort of 2013 curriculum management in developing Indonesian History lesson in pilot project of High Schools in Indramayu regency. This study used qualitative approach with descriptive method. The data collection techniques were observation, interview, and documentation study. The results of the study show that: 1) Planning, implementation, and evaluation was in accordance with the curriculum of 2013 but has not been fully implemented 2) Research findings are still many teachers who do not understand the implementation 2013 curriculum, lack of textbooks and WIFI access. 3) Improvement efforts. IHT was conducted to improve teachers’ knowledge in the implementation of 2013 curriculum. A link to e-book access for teachers and students, and increase WIFI amplifier. Key Words: Management, Curriculum, Learning ABSTRACT

MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM MENINGKATKAN …

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM MENINGKATKAN …

Volume 1 Nomor 1 September – Desember 2018 37

SPs Uninus

MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM MENINGKATKAN MUTU

PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA

(Studi Deskriptif Implementasi Kurikulum 2013 SMA Negeri Pilot Project Sindang, Losarang dan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu)

oleh Rasto, Sutaryat Trisnamansyah, E. Mulyasa, Iim Wasliman

This research is aimed to discover, planning, implementation, evaluation, and recovery effort of 2013 curriculum management in developing Indonesian History lesson in pilot project of High Schools in Indramayu regency. This study used qualitative approach with descriptive method. The data collection techniques were observation, interview, and documentation study. The results of the study show that: 1) Planning, implementation, and evaluation was in accordance with the curriculum of 2013 but has not been fully implemented 2) Research findings are still many teachers who do not understand the implementation 2013 curriculum, lack of textbooks and WIFI access. 3) Improvement efforts. IHT was conducted to improve teachers’ knowledge in the implementation of 2013 curriculum. A link to e-book access for teachers and students, and increase WIFI amplifier.

Key Words: Management, Curriculum, Learning

ABSTRACT

Page 2: MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM MENINGKATKAN …

Volume 1 Nomor 1 September – Desember 201838

SPs Uninus

PENDAHULUAN

Salah satu tujuan negara Indonesia seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Usaha untuk mencerdaskan bangsa itu telah lama dilakukan sejak negara Indonesia berdiri, melalui peningkatan pendidikan untuk rakyat. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebukan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Peningkatan pendidikan terus dilakukan pemerintah dalam upaya mencerdaskan masyarakat dan bangsa. Pemerintah memprioritaskan pembangunan pendidikan untuk meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan yang bermutu dan terjangkau. Kebijakan ini ditempuh untuk semua jenjang pendidikan baik pada jalur formal maupun non formal. Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kebijakan-kebijakan yang dibuatnya, sampai masalah bantuan pembiayaan pendidikan.

Perubahan kurikulum sering kali menimbulkan persoalan pada tahap implementasinya terutama pada tataran teknis. Sehingga sekolah sebagai penyelenggara membutuhkan energi yang besar untuk mengetahui dan memahami isi dan tujuan kurikulum baru saat ingin melaksanakannya. Tantangan dalam pelaksanaannya adalah butuh waktu sosialisasi dan perlu adaptasi terhadap perubahan kurikulum karena terbiasa dengan kurikulum terdahulu yang sudah

diterapkan.Menurut Mulyasa (2013: 60) perlunya

perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut:a. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih

terlalu padat, yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak

b. Kurikulum belum mengembangkan kopetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.

c. Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik(pengetahuan, keterampilan dan sikap).

d. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan berkarakter, peduli lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran konstruksifistik, keseimbangan soft skill and hard skill, jiwa kewirahusaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum.

Pada perjalanannya implementasi kurikulum di Indonesia sangat menarik untuk diteliti. Perubahan kurikulum terjadi seiring bergantinya pemangku jabatan mentri pendidikan. Kurikulum berganti dengan proses khas sendiri di Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya proses pergantian kurikulum KTSP ke Kurikulum 2013. Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Menurut Ahmad (2014: 98) mengatakan:

Sejak kemerdekaan 1945, Indonesia telah mengalami sebelas kali perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum, antara lain, bertujuan untuk menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, setiap kali perubahan kurikulum dilakukan, selalu saja disambut pro dan kontra. kurikulum

Page 3: MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM MENINGKATKAN …

Volume 1 Nomor 1 September – Desember 2018 39

SPs Uninus

2013 menuai banyak kritik dan protes. Kritik dan protes datang dari berbagai kalangan menyangkut isi dan kemasan kurikulum, kesiapan guru dan lain-lain

Perubahan kurikulum 2013 sebagai sebuah produk kebijakan pemerinta, menurut Rohman (Fondasia, Volume II, No-2/ Th. I, September 2002) diperlukan upaya agar implementasi kebijakan dapat dilakukan secara efektif. Diseminasi kebijakan dengan baik, diseminasi syaratnya ada empat, yakni: (1) adanya respek anggota masyarakat terhadap otoritas pemerintah untuk menjelaskan perlunya secara moral mematuhi undang-undang yang dibuat oleh pihak yang berwenang; (2) adanya kesadaran untuk menerima kebijakan. Kesadaran dan kemauan menerima dan melaksanakan kebijakan terwujud manakala kebijakan dianggap logis; (3) keyakinan bahwa kebijakan dibuat secara sah; (4) awalnya suatu kebijakan dianggap kontroversial, namun dengan berjalannya waktu maka kebijakan tersebut dianggap sebagai sesuatu yang wajar.

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menggelar dan menetapkan sejarah Indonesia sebagai sebuah mata pelajaran yang penting dalam kurikulum 2013, khususnya bagi pendidikan tingkat menengah atas (SMA-sederajat). Mata pelajaran sejarah Indonesia pada tingkat SMA merupakan sebuah mata pelajaran kelompok wajib A, yang berarti mata pelajaran tersebut wajib diambil oleh seluruh jenis sekolah menengah tingkat atas yang berada di lingkup Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dan Kementerian Agama. Selain menjadi mata pelajaran wajib, terdapat pula mata pelajaran sejarah yang termasuk dalam kelompok peminatan ilmu-ilmu sosial, bahasa dan menjadi pelajaran lintas minat.

Pendidikan sejarah merupakan media pendidikan yang paling ampuh untuk memperkenalkan kepada peserta didik

tentang bangsanya di masa lampau. Hassan (2012: 35) mengemukakan setidaknya ada dua tujuan penting dari pendidikan sejarah, pertama sebagai media yang mampu mengembangkan potensi peserta didik untuk mengenal nilai-nilai bangsa yang terus bertahan, berubah dan menjadi milik bangsa masa kini. Melalui pendidikan sejarah, peserta didik belajar mengenal bangsanya dan dirinya. Tujuan yang kedua adalah sebagai wahana pendidikan untuk mengembangkan disiplin ilmu sejarah.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada SMA Negeri Pilot Project Sindang, Losarang dan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu dalam meningkatkan mutu mata pelajaran sejarah Indonesia, berikut ini dikemukakan gambaran secara umum kondisi riilnya sebagai berikut: ditemukan guru masih mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Kesulitan guru mengadaptasi beberapa pembaharuan dalam pembelajaran sejarah berbasis Kurikulum 2013 revisi terbaru, antara lain dalam bentuk penyusunan perencanaan pembelajaran, yang dimulai dari analisis SKL-KI-Indikator hingga kepada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, penerapan model-model pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran, serta penerapan penilaian yang berbasis penilaian autentik dengan penilaian 3 ranah (sikap, ketrampilan, pengetahuan).

Menurut Mulyasa (2016: 388), peningkatan kualitas dalam pembelajaran berbasis karakter tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik, tetapi sebagai proses pemberdayaan yang memungkinkan peserta didik dapat memahami diri mereka sendiri, untuk memahami peluang yang dapat dimanfaatkan di lingkungan; sehingga pada akhirnya hidup mandiri dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat.

Dalam konteks implementasi kurikulum

Page 4: MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM MENINGKATKAN …

Volume 1 Nomor 1 September – Desember 201840

SPs Uninus

2013 terdapat aspek penting yang harus dicari landasan teologisnya, yaitu makna pendidikan. Landasan teologis disertasi ini dalam aspek makna pendidikan, dinyatakan dalam Al-Qur’an Surat Annisa, ayat 9 yang berbunyi:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar

Dalam konteks makna dalam pendidikan lainnya, menurut Ali Bin Abi Thalib, beliau mengatakan agar kita mendidik (mengajarkan) anak-anak kita tentang hal-hal yang kita ajarkan, karena anak-anak kita dilahirkan atau diciptakan bagi generasi zaman yang bukan generasi sezaman dengan kita.

Implementasi kurikulum 2013, ada empat kompetensi inti yang dikembangkan, salah satunya yaitu Kompetensi Inti -1 tentang kompetensi spiritual yang dikembangkan mata pelajaran PAI dan PKn. Hal ini sejalan dengan pandangan Mulyasa (2017:264) tentang seharusnya guru PAI di sekolah wajib yaitu merencanakan, melaksanakan, dan memantau serta menilai untuk meningkatkan pembelajaran dalam mengembangkan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi orang yang beriman dan takut akan Tuhan Yang Maha Kuasa dan berakhlakul karimah. Potensi spiritual yang meningkat meliputi pengalaman, pemahaman dan penanaman nilai-nilai agama serta dipraktekkan untuk diri mereka sendiri, keluarga dan masyarakat mereka.

Dalam konteks landasan filosofis ini, peneliti menggunakan filsafat konstruktivistik. Sebagaimana dikemukakan oleh Piaget dalam Sukmadinata (2007:25) bahwa manusia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk melakukan proses

kontruksi potensi kognitifnya melalui tiga mekanisme kognitif yang mencakup: adaptasi, adopsi dan asosiasi.

Kisworo (2016: 136-137) tentang konstruktivisme menyatakan :

Merupakan proses menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif murid melalui pengalaman. Konstruktivisme memandang pengetahuan itu berasal dari luar tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang lewat pengalaman. Pengetahuan bagi aliran konstruktivisme terbentuk oleh dua faktor, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek. Jadi, pengetahuan itu tidak bersifat statis, tetapi dinamis, tergantung sejauh mana seseorang mampu membangunnya.

Menurut pandangan ini, proses belajar harus menyenangkan bagi pembelajar dan memungkinkan pembelajar berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya (student center learning), yang merupakan prinsip dari pembelajaran keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill). Bermain merupakan media sekaligus cara terbaik pembelajar untuk belajar.

The six values system (enam sistem nilai) yang digagas dan dikembangkan oleh Sanusi (2015: 35), yaitu nilai teologis, logis, etis, estetis, fisiologis, dan teolologis adalah gagasan cerdas dan menarik untuk dikaji dalam menilai suatu obyek. Sebuah realitas yang tidak terbantahkan bahwa kita sekarang menghadapi kehidupan yang semakin kompleks, dan kompleksitas kehidupan ini memerlukan nilai sebagai sumber dalam melangkah.

Teori utama (grand theory) untuk menganalisi hasil temuan di lapangan pada aspek manajemen kurikulum, peneliti menggunakan teori Laurie Brady. Menurut Brady (1990: 36), perencanaan kurikulum haruslah mempertimbangkan tiga aspek pengetahuan, pertama, pertumbuhan, kebutuhan, keinginan dan kesiapan siswa

Page 5: MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM MENINGKATKAN …

Volume 1 Nomor 1 September – Desember 2018 41

SPs Uninus

yang kesemuannya itu merupakan aspek psikologis anak. Kedua, kondisi sosial yang pernah dialami atau memungkinkan untuk menjadi pengalaman yang merupakan aspek sosiologis anak. Ketiga, karakteristik pengetahuan dan pengajaran yang sesuai untuk anak yang merupakan aspek filosofis anak.

Pelaksanaan kurikulum pada dasarnya merupakan bentuk implementasi dari rencana kurikulum yang disusun sedemikian rupa oleh sekolah sebagai suatu kesatuan sistem pembelajaran. Menurut Brady (1990: 66), dalam melaksanakan kurikulum, maka tim pengembang kurikulum dan guru di sekolah harus memperhatikan prinsip-prinsip dasar dari tujuan kurikulum yang telah dibuat yang termaktub dalam sasaran kurikulum yang menggambarkan arah potensi anak didik yang ingin dicapai beserta metode pencapaiannya.

Evaluasi kurikulum sebagai umpan balik dari pelaksanaan kurikulum pada sebuah sekolah. Hal ini diperkuat pendapatnya Brady (1990: 152) bahwa evaluasi kurikulum sebagai suatu proses dalam menggambarkan, memperoleh, serta menyediakan informasi yang sangat berguna dalam menetapkan atau memastikan berbagai alternatif keputusan yang berkaitan dengan kinerja yang dilakukan siswa selama proses kegiatan belajar mengajar.

Definisi tradisional tentang sistem menurut Hamalik (2003: 1), menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu himpunan dari berbagai bagian atau elemen yang saling berhubungan secara terorganisasi berdasar fungsi-fungsinya, menjadi suatu kesatuan. Sedang tujuan dari pada sistem menurut Hamalik (2003: 2), menyatakan bahwa :

Tujuan suatu sistem dapat bersifat alami dan bersifat manusiawi. Tujuan yang alami tak mungkin menjadi

tujuan-tujuan yang tinggi tingkatannya, bahkan mungkin bernilai sangat rendah. Tujuan sistem yang bersifat manusiawi (man-made) senantiasa dapat berubah. Tujuan-tujuan itu dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan lingkungan yang senantiasa berubah, akibat perubahan lingkungan atau karena tujuan itu bersifat perorangan (personal)

Pendekatan sistem pembelajaran mengandung dua aspek, yakni aspek filosofis dan aspek proses. Aspek filosofis adalah pandangan hidup yang mendasari sikap perancang sistem yang terarah pada kenyataan. Aspek proses adalah suatu proses dan suatu perangkat alat konseptual. Sedangkan prinsip-prinsip yang ada dalam sistem menurut Hamalik, (2003: 11) meliputi: components, boudary, environments, interface, input, processing, output, goal, control, feedback.

Akar masalah penelitian ini adalah ketidaksiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Masalah ini dapat dilihat dari aspek kognitif (pengetahuan) guru terhadap kurikulum 2013, lalu pada aspek afektif, guru belum memiliki rasa senang untuk belajar kurikulum 2013. Pada aspek psikomotor, guru belum bersungguh-sungguh melaksanakan kurikulum 2013 sepenuhnya.

Gambar 1: Bagan input-proses-output-outcome Rumusan Masalah

Page 6: MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM MENINGKATKAN …

Volume 1 Nomor 1 September – Desember 201842

SPs Uninus

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran Kurikulum 2013 dalam meningkatkan mutu pembelajaran sejarah Indonesia kelas XII jurusan IPA SMA Negeri 1 Sindang, Losarang dan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu, serta untuk memformulasikan upaya-upaya perbaikan pembelajaran kurikulum 2013 dalam meningkatkan mutu pembelajaran sejarah Indonesia kelas XII jurusan IPA SMA Negeri 1 Sindang, Losarang dan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berusaha menuangkan data yang diperoleh dalam bentuk analisis deskriptif. Menurut Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. dalam bentuk analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2010: 8), penelitian kualitatif sering disebut penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Penelitian kualitatif ini untuk mengungkapkan suatu gambaran akan realitas dan fakta sosial yang didukung oleh data empirik untuk menguatkan kebenarannya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. dalam bentuk analisis deskriptif.

SMA Negeri Pilot Project Kabupaten Indramayu, ada tiga sekolah yang menjadi lokasi penelitian yaitu; SMA Negeri 1 Losarang (wilayah Indramayu Barat), SMA Negeri 1 Sindang (wilayah Indramayu Tengah) dan SMA Negeri 1 Kedokanbunder (wilayah Indramayu Timur). Ketiga SMA Negeri tersebut sekolah yang memiliki akreditasi sekolah kategori “A”. Sedangkan yang menjadi subyek penelitian adalah

(1) Kepala Sekolah sebagai pemegang kebijakan di sekolah, (2) Wakil kepala sekolah bidang kurikulum sebagai operator yang mengimplemtasikan kebijakan dari kurikulum 2013, (3) Guru mata pelajaran Sejarah Indonesia sebagai seorang pelaksana di lapangan implementasi kurikulum 2013, dan (4) Siswa kelas XII IPA.

Mengenai teknik pengumpulan data, Sugiyono (2013: 225), menyatakan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participan observation) dan wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi

Maka berdasarkan data dan informasi tersebut, maka teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah: 1). Observasi; 2). Wawancara; dan 3). Studi dokumentasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebagaimana yang sudah dideskripsikan pada hasil di lapangan sebelumnya bahwa untuk perencanaan kurikulum 2013, baik di SMA Negeri 1 Sindang, SMA Negeri 1 Losarang dan SMA Negeri 1 Kedokanbunder dilakukan melalui beberapa tahapan yang sama yang dapat dianalisis sebagai berikut: Perencanaan pembelajaran diawali dengan menentukan dan menganalisis SKL, KI dan KD serta menentukan IPK (Indikator Pencapaian Kompetensi), selanjutnya pembuatan pengembangan silabus dan RPP. RPP dikembangkan 3 komponen proyeksi pendidikan abad 21 antara lain: 1. Karakter (ahlak) meliputi: karakter moral dan karakter kinerja, 2. Kompetensi (keahlian) yaitu: kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. 3. Literasi, ada empat yaitu: literasi baca, literasi budaya, literasi teknologi, dan literasi keuangan.

Page 7: MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM MENINGKATKAN …

Volume 1 Nomor 1 September – Desember 2018 43

SPs Uninus

Menurut peneliti, yang dilakukan oleh tiga sekolah yang di teliti sejalan dengan pemikiran Brady. Menurut Brady (1990: 36), perencanaan kurikulum haruslah mempertimbangkan tiga aspek pengetahuan yang dapat membantu seorang guru dalam menentukan sasaran pembelajaran yang dilakukannya yang secara tidak langsung mencakup tiga hal: pertama, pertumbuhan, kebutuhan, keinginan dan kesiapan siswa yang kesemuannya itu merupakan aspek psikologis anak. Kedua, kondisi sosial yang pernah dialami atau memungkinkan untuk menjadi pengalaman yang merupakan aspek sosiologis anak. Ketiga, karakteristik pengetahuan dan pengajaran yang sesuai untuk anak yang merupakan aspek filosofis anak.

Pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 peningkatan mutu pembelajaran sejarah Indonesia di SMAN Pilot Project Kabapaten Indramayu, sesuai dengan perencanaan yang dibuat, dan sebagai ujung tombak terhadap keberhasilan pencapaian suatu tujuan. Pelaksanaannya berpedoman kepada standar operasional prosedur yang tertuang dalam peraturan kepala sekolah. Pelaksanaannya diawali dengan penetapan guru mata pelajaran sejarah Indonesia yang kompeten pada bidangnya, adanya jadwal pelajaran yang telah dibuat. Selanjutnya guru masuk kelas sesuai dengan jadwal mata pelajaran, kemudian menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan RPP dan silabus.

Menurut peneliti, yang dilakukan oleh tiga sekolah yang di teliti sesuai dengan pandangan Brady (1990: 66) bahwa dalam pelaksanaan kurikulum, sekolah harus memperhatikan “prinsip-prinsip dasar dari tujuan kurikulum yang telah dibuat yang termaktub dalam sasaran kurikulum yang menggambarkan arah potensi anak didik yang ingin dicapai beserta metode pencapaiannya.” Dalam konteks itu, ada sejumlah keterkaitan antar elemen dalam pelaksanaan kurikulum yang harus

saling terkait, baik teori yang melandasi pengembangan kurikulum itu sendiri, yang mencakup 3 hal; (1) perilaku anak, (2) belajar mengajar, (3) serta struktur pengetahuan, dengan sejumlah aspek lainnya termasuk isi kurikulumnya.

Hasil pembelajaran di SMA Negeri pilot project Sindang, Losarang dan Kedokanbunder kabupaten Indramayu bahwa adanya peningkatan prestasi hasil belajar siswa, siswa lebih mandiri dalam belajar, mandiri dalam mengelola waktu dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya serta adanya peningkatan kreativitas siswa dalam belajar. Kemandirian siswa dalam belajar membuat belajar siswa menjadi lebih aktif (student center learning) dan peningkatan kreativitas siswa dalam belajar ini mendorong siswa memiliki kemampuan keterampilan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skill).

Menurut peneliti, yang dilakukan oleh tiga sekolah yang di teliti berpandangan bahwa evaluasi kurikulum sebagai umpan balik dari pelaksanaan kurikulum pada sebuah sekolah. Hal ini diperkuat pendapatnya Brady (1990: 152) bahwa evaluasi kurikulum sebagai suatu proses dalam menggambarkan, memperoleh, serta menyediakan informasi yang sangat berguna dalam menetapkan atau memastikan berbagai alternatif keputusan yang berkaitan dengan kinerja yang dilakukan siswa selama proses kegiatan belajar mengajar.

Peneliti beranggapan bahwa hasil evaluasi juga harus sesuai dengan karakteristik kurikulum 2013, sebagaimana yang diungkapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2014: 3) yang dirancang sebagai berikut: pertama, mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. Kedua, sekolah merupakan bagian dari masyarakat

Page 8: MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM MENINGKATKAN …

Volume 1 Nomor 1 September – Desember 201844

SPs Uninus

yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah. Ketiga, manajemen implementasi Kurikulum 2013 sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. Keempat, mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. Kelima, memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Keenam, kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. Ketujuh, kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar.

Masalah Pembelajaran Kurikulum 2013 dalam meningkatkan mutu pembelajaran sejarah Indonesia pada SMA Negeri Pilot Project Kabupaten Indramayu, antara lain:1. Kurangnya buku-buku pembelajaran

baik buku pegangan siswa maupun buku pegangan siswa

2. Masih rendahnya bandwith internet yang disediakan oleh sekolah sehingga sering menyebabkan terputusnya koneksi internet,

3. Masih minimnya jumlah guru yang menguasai kompetensi mata pelajaran sejarah Indonesia yang diimplementasikan dalam pembelajaran kurikulum 2013

4. Masih adanya sebagian guru yang masih belum memiliki pemahaman yang utuh tentang belajar keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill) serta keterampilan percaya (believing skill) serta 6 sistem nilai.

Langkah-langkah perbaikan pembelajaran kurikulum 2013 dilakukan melalui: melibatkan guru dalam kegiatan MGMP, sarana pembelajaran dilengkapi melalui penganggaran di RKAS, siswa selalu dikondisikan dalam berbagai model

pembelajaran bercirikan sainstifik dan orang tua selalu diberikan informasi tentang implementasi kurikulum 2013, dalam setiap rapat komite.

Menurut peneliti, untuk dapat mengatasi masalah pembelajaran kurikulum 2013 dalam meningkatkan mutu pembelajaran sejarah Indonesia serta jawaban dari beberapa pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian, penulis menggunakan teori sistem. Berpegang pada teori sistem yang dikemukan oleh Hamalik maka peningkatan mutu pembelajaran melalui pembelajaran kurikulum 2013 yang ditunjang dengan sistem yang berjalan secara efektif dan efisien akan memberikan hasil mutu pembelajaran yang meningkat yang diharapkan oleh siswa dan sekolah. Definisi sistem menurut Hamalik (2003: 1) menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Berpedoman kepada teori sistem tersebut maka mutu pembelajaran akan meningkat jika semua komponen-komponennya saling berinteraksi, mampu beradaptasi dengan lingkungannya.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Simpulan dalam penelitian ini meliputi, perencanaan, guru mata pelajaran sejarah Indonesia menyusun sejumlah perencanaan yang dimuat dalam RPP sebagai acuan dalam pembelajaran mata pelajaran sejarah Indonesia. Pelaksanaan, menerapkan strategi pembelajaran sejarah Indonesia dengan metode belajar berpusat kepada siswa. Evaluasi, dilakukan oleh guru mata pelajaran sejarah Indonesia. Hasil, (1) High Order Thinking Skills menjadi meningkat dan believing skills siswa menjadi semakin baik dan (2). Infrastruktur jaringan internet, sebagai alat bantu dan sumber belajar. Masalah, yang dihadapi guru mata pelajaran sejarah indonesia adalah (1)

Page 9: MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM MENINGKATKAN …

Volume 1 Nomor 1 September – Desember 2018 45

SPs Uninus

kurangnya buku guru dan buku siswa, (2) masih ada guru belum paham implementasi K13 dan (3) infrastruktur wifi yang tidak stabil. Upaya-upaya perbaikan, (1) guru men-download buku elektronik, (2) Kepala Sekolah menugaskan para guru mengikuti kegiatan workshop atau diklat tentang K13, dan (3) fasilitas hot spot internet ditingkatkan di public area di sekolah.

Rekomendasi dalam penelitian ini antara lain; Perencanaan, untuk guru mata pelajaran sejarah Indonesia agar mempersiapkan rencana pembelajaran secara sistematis sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran. Pelaksanaan, untuk guru melaksanakan pembelajaran supaya siswa menjadi aktif, inovatif, berfikir kritis, kreatif, komunikatif, kolaboratif, dan menyenangkan. Evaluasi, untuk guru agar mempertahankan standar proses evaluasi yang sudah baik. Hasil evaluasi, guru agar (1) pertahankan prestasi hasil belajar siswa yang telah baik, dan (2) lakukan pemeliharaan jaringan internet. Masalah kepada guru agar, (1) men-download buku elektronik sejarah Indonesia, (2) mengadakan pelatihan e-learning bagi guru serta menambah fasiltas hot spot internet di area terbuka untuk siswa dalam renstra tahun berikutnya dan (3) sekolah agar mengusulkan penambahan bandwith internet. Upaya-upaya perbaikan, kepada kepala sekolah, dan guru agar selalu melakukan (1) menganalisis kebutuhan buku dalam pelaksanaan pembelajaran, (2) menganalisis jumlah guru yang menguasai e-learning, serta menganalisis upaya perbaikan secara berkala (continuous quality improvement) dan (3) menganalisis kebutuhan layanan bandwith internet di sekolah. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan untuk melakukan penelitian kurikulum 2013 di SMAN Pilot Project dan di Jurusan yang berbeda dengan kelas yang berbeda untuk mata pelajaran yang berbeda pula.

PRODUK PENELITIAN YANG DIHASILKAN

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pada pola pikir sebagai berikut: (1) pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetansi yang sama; (2) pembelajaran secara jejaringan (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); (3) pembelajaran interaktif (interaktif guru, peserta didik, masyarakat, lingkungan alam, sumber media); (4) pembelajaran aktif mencari dengan model pembelajaran pendekatan saintifik); (5) belajar kelompok (berbasis tim); (6) pembelajaran berbasis alat multimedia; (7) kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; (8) pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidiscipline); (9) pembelajaran kritis.

Masalah awal adalah pada aspek kognitif, guru berpikir masih belum bersungguh untuk belajar kurikulum 2013. Pada aspek afektif, guru belum memiliki rasa senang untuk belajar kurikulum 2013. Pada aspek psikomotor, guru belum bersungguh-sungguh untuk menguatkan niat dalam melaksanakan aktivitas belajar tentang Kurikulum 2013, sehingga guru kurang memiliki ketrampilan kepercayaan (believing skill) yang berakibat dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 belum maksimal. Penelitian menghasilkan sebuah produk penelitian yang bernama model hipotetik pembelajaran sejarah Indonesia yang bermutu.

Tujuan model hipotetik meliputi: 1) membantu guru dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran sejarah Indonesia, 2) membantu guru dalam mempersiapkan pembelajaran berbasis kurikulum 2013, dan 4) membantu guru dalam meningkatkan

Page 10: MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM MENINGKATKAN …

Volume 1 Nomor 1 September – Desember 201846

SPs Uninus

Daftar Pustaka:

Agama, D. (2007). Al quran dan terjemahannya. Semarang: CV Diponegoro.

Brady, Laurie. (1990). Curriculum Development. Third Edition. New York: Prentice Hall.

Hamalik, Oemar. (2003). Perencanaan

Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

............................. (2012). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI dan PT. Remaja Rosdakarya.

Hassan, S. Hamid (2012). Pendidikan

mutu hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran sejarah Indonesia

Landasan model hipotetik meliputi; 1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan, 3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses dan 4) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Syarat – Syarat pelaksanaan model hipotetik meliputi; 1) Guru sejarah Indonesia mengikuti pendidikan dan pelatihan kurikulum 2013, 2) adanya pendampingan berkesinambungan oleh instruktur K-13 baik instruktur Kabupaten, Provinsi maupun instruktur nasional, 3) adanya penguatan kurikulum 2013 dengan mengadakan kegiatan In House Training (IHT) oleh masing-masing sekolah, 4) optimalisasi kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajarah Sejarah, dan 5) daya dukung sarana dan prasarana, seperti buku pegangan guru dan siswa, proyektor dan jaringan internet yang stabil

Langkah – langkah dalam melaksanakan model hipotetik meliputi; Tahap Perencanaan meliputi; guru menganalisis SK-KD dan menyusun IPK, guru menganalisis buku pegangan guru dan

buku pegangan siswa, guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajara (RPP), dan RPP yang dibuat menggunakan pendekatan saintifik, Dalam RPP guru menggunakan model-model pembelajaran yang di sesuaikan dengan IPKnya. Tahap pelaksanaan , pada kegiatan KBM guru menerapkan ketrampilan abad XXI yaitu: Berpikir kritis/memecahkan masalah, kreativitas dan inovasi, komunikasi, dan kolaborasi. Tahap Evaluasi meliputi; Aspek sikap, penilaian dilakukan guru selama KBM berlangsung, Aspek pengetahuan, dilakukan dengan tes tertulis, terutama hasil penilaian harian, serta hasil tugas kelompok maupun individu, Aspek ketrampilan, sebagai bentuk pengayaan setelah pembelajaran, Eavluasi harus memiliki kriteria ketuntasan minimal di tetapkan oleh sekolah.

Gambar 2: Model Hipotetik Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Bermutu

Page 11: MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM MENINGKATKAN …

Volume 1 Nomor 1 September – Desember 2018 47

SPs Uninus

Sejarah Indonesia,Isu Dalam Ide Dan Pembelajaran. Bandung: Rizqi Press.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Desain Induk Kurikulum 2013. Jakarta: Balitbang Kemendikbud.

Kisworo, M. W. (2016). Revolusi Mengajar Pembelajarn Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan (PAKEM). Bandung: Asik Generation.

Mulyasa, E. (2013).Pengembangan dan Implementasi Kurikulum2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2015). Revolusi Mental dalam Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya.

Sanusi, A. (2015). Sistem Nilai Alternatif Wajah-wajah Pendidikan. Bandung: Nuansa Cendekia.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Editor. (2007). Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Jurnal dan Peraturan-PeraturanAhmad, Syarwan. (2014). Problematika

Kurikulum 2013 dan Kepemimpinan Intruksional Kepala Sekolah, Jurnal Pencerahan Volume 8, Nomor 2, 98-108.

Rohman, Arif., Akar Ideologis Problem Kebijakan Pendidikan di Indonesia, Jurnal Fondasia. Vol. II, N0.-2/Th. I,

September 2002Mulyasa, E. ( 2016). Improved Quality

Management Based Learning for Preparing the Character of Graduates in Response to Globalization Era. .IJERN Journal, International Journal of Education and Research Vol. 4 No. 11 November 2016.http://www.ijern.com/November-2016.php

Mulyasa, E., Wiwik Dyah Aryani. (2017). Developing Religious Culture In School. Jurnal IJSTR International Journal of Scientifik & Technology Research Volume 6, Issue 07, July 2017 - ISSN 2277-8616 http://www.ijstr.org/final-print/july2017/Developing-Religious-Culture-In-School-.pdf

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Page 12: MANAJEMEN KURIKULUM 2013 DALAM MENINGKATKAN …

Volume 1 Nomor 1 September – Desember 201848

SPs Uninus