23
MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S.Psi, MM Membaca fungsi dan peran masjid secara ideal sebagai pusat kegiatan dakwah seperti telah dituntunkan Al-Qur'an dan ditauladankan Rasulullah SAW (1); Keprihatinan bahwa potensi masjid baik dalam segi kuantitas (jumlah dan kedekatan secara fisik dengan masyarakat) maupun kualitas (terdapatnya tokoh kharismatik, terdapat personil yang perduli kepada agama dan umatnya, tempat berkumpul berbagai elemen masyarakat) belum teraktualkan secara optimal sebagai pusat pengembangan dakwah (2), tuHsan ini mengkaji tema mengembalikan fungsi masjid sebagai basis manajemen dakwah. Aktualisasinya melalui tiga level perbaikan dan pengembangan manajemen masjid dalam level mikro (penataan manajemen tiap masjid), level messo (bagaimana mendesain kegiatan masjid yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitarnya), dan level makro (bagaimana membuat networking atau kerjasama antar masjid). Pendahuluan Jumlah masjid di Indonesia, menurut data Dewan Majid Indonesia, saat ini tidak kurang dari 700 ribu (tidak terrnasuk surau, tajug, mushola dll), jumIah ini merupakan jumlah masjid terbesar di dunia.*) Masjid dengan jumlah tersebut tersebar diseluruh nusamara, dengan rentang wilayah jamaah masjid yang cukup beragam, mulai skala nasional, namun tak jarang pula tiap RT memiliki satu masjid. Masjid merupakan lembaga atau organisasi pertama dan utama dalam Islam, dan tidak satupun lembaga maupun organisasi didunia ini yang bisa menandingi kehadiran masjid dalam masyarakat Indonesia, begitu 1). Wawancara dengan Dr H Ahmad Sucarmadi, kecua Dewan Masjid Indonesia fDMI) periode 2001-2006, dalam Republika, Sabtu, 20 April 2002. Jurnal MD Vol I No. 1 Juli-Desember 2008 53

MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

  • Upload
    vothuan

  • View
    257

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID

Ruspita Rani Pertiwi, S.Psi, MM

Membaca fungsi dan peran masjid secara ideal sebagai pusatkegiatan dakwah seperti telah dituntunkan Al-Qur'an dan ditauladankanRasulullah SAW (1); Keprihatinan bahwa potensi masjid baik dalamsegi kuantitas (jumlah dan kedekatan secara fisik dengan masyarakat)maupun kualitas (terdapatnya tokoh kharismatik, terdapat personilyang perduli kepada agama dan umatnya, tempat berkumpul berbagaielemen masyarakat) belum teraktualkan secara optimal sebagai pusatpengembangan dakwah (2), tuHsan ini mengkaji tema mengembalikanfungsi masjid sebagai basis manajemen dakwah. Aktualisasinya melaluitiga level perbaikan dan pengembangan manajemen masjid dalamlevel mikro (penataan manajemen tiap masjid), level messo (bagaimanamendesain kegiatan masjid yang sesuai dengan kebutuhan masyarakatsekitarnya), dan level makro (bagaimana membuat networking ataukerjasama antar masjid).

Pendahuluan

Jumlah masjid di Indonesia, menurut data Dewan MajidIndonesia, saat ini tidak kurang dari 700 ribu (tidak terrnasuk surau,tajug, mushola dll), jumIah ini merupakan jumlah masjid terbesar didunia.*) Masjid dengan jumlah tersebut tersebar diseluruh nusamara,dengan rentang wilayah jamaah masjid yang cukup beragam, mulaiskala nasional, namun tak jarang pula tiap RT memiliki satu masjid.Masjid merupakan lembaga atau organisasi pertama dan utama dalamIslam, dan tidak satupun lembaga maupun organisasi didunia ini yangbisa menandingi kehadiran masjid dalam masyarakat Indonesia, begitu

1). Wawancara dengan Dr H Ahmad Sucarmadi, kecua Dewan Masjid Indonesia fDMI)periode 2001-2006, dalam Republika, Sabtu, 20 April 2002.

Jurnal MD Vol I No. 1 Juli-Desember 2008 53

Page 2: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

mudah ditemukan keberadaannya.Berkaitan dengan keberadaan masjid di Indonesia muncul tigafenomena:1. Di banyak daerah di Indonesia, masjid memiliki ikatan yang kuat dan

solid dengan warga masyarakat, masjid juga sebagai pusat kegiatanpendidikan, pengajaran dan kegiatan sosial. Seperti di Minangkabau,masjid menduduki tempat penting dalam struktur sosial dankeagamaan masyarakat. Fungsinya sebagai tempat penginapan anak-anak bujang tidak berubah, lalu fungsi tersebut diperluas menjaditempat pengajaran dan pendidikan, menjadi tempat mengaji, belajaragama dan tempat membahas masalah yang ada di masyarakat.Demikian juga didaerah-daerah lain yang kental kehidupanberagamanya, juga di pesantren-pesantren, masjid merupakan pusatkegiatan keagamaan sekaligus kegiatan kemasyarakatan.

2. Darijumlah masjid yang besar tersebut, baru sebagian kecil yang telahdimanfaatkan secara maksimaI untuk kemakmuran masyarakat dilingkungannya. Sebagian lagi dibangun hanya sebagai pelengkap, sepijamaah, sepi kegiatan. Kekurangberdayaan masjid dalam membinaumat, tampak di beberapa daerah. Di kota-kota, misalnya, memangbanyak masjid yang secara fisik sangat indah dengan lokasi yangstrategis, tapi jamaahnya tak leblh dari satu baris (shaf). Beberapamasjid malah hanya berfungsi untuk shalat Jumat. Tidak ada kaitanantara masjid dengan kegiatan sosial-kemasyarakatan disekitarnya.

3. DaIam satu dasawarsa terakhir muncul fenomena yang cukupmenggembirakan yaitu "kembali ke masjid". Dimulai denganbermunculan penelitian, kajian, seminar, dan artikel yangmemetakanfungsi masjid dalam membina umat sekitarnya. Kegiatan tersebutmenemukan fakta ilmiah di lapangan bahwajumlah masjid memangterus meningkat namun fungsi masjid belum optimaL^ Hasil

2). Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Pokja PKUB dan Ikacan CendekiawanMuslim Indonesia Jawa Timur, yang mencoba menibentang tentang "Profil Masjid di Jawa Timur1997". Persoalanyangdikaji, mulaidari sejarah pendirian, kondisifisik, hingga akcivitas sosial ekononiimasjid (Gatra 7/IV, 3 Januari 1998).

54 Jurnal MD Vol I No. 1 Juli-Desember 2008

Page 3: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

tersebut kemudian diikuti dengan munculnya kesadaran untukmeningkatkan fungsi masjid dengan berbagai cara, salah satunyaadaIah upaya perbaikan "manajemen masjid" yang dilakukan baikdalam bentuk sumbangan pemikiran konsep-konsep melalui artikel,buku, internet maupun upaya untuk memasyarakatkan melaluipelatihan-pelatihan, upaya penerapan manajemen masjid, hinggapemberian penghargaan untuk masjid yang berprestasi sebagai upayamemberikan percontohan dan memotivasi ke arah perbaikan.^

Disisi lain kondisi umat Islam mengalami berbagai perubahanyang muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, sepertiperilaku dalam menda^patkan hiburan (entertainmenf}, kepariwisataandan seni dalam arti luas, yang semakin mem^buka peluang munculnyakerawanan-kerawanan moral dan etika. Kerawanan moral dan etikitu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karenadisokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir sepertisiaran televisi, keping-keping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya.Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kuaIitas dankuantitas, seperti maraknya perjudian, minuman keras, dan tindakankriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang atau malam,yang kesemuanya diawali dengan penjualan dan pendangkalan budayamoral dan rasa malu.^

Meski ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalamberbagai bidang juga mempunyai andil yang positifdalam perubahanumat. Banyak yang memanfaatkannya demi kebaikan, demi semangatmembela agama. Kita lihat nilai-nilai Islam menjadi semakin tersiardengan bermunculan website tentang Islam, beredarnya email berantingtentang informasi keagamaan dan cerita hikmah, CD, serta formatdakwah lainnya.

3). Panitia Dewan Masjid Indonesia (DMI) sektor Jawa Barat menetapkan 36 masjidsebagai nominator penerima "DMI Award" yang baru pertama kali digelar bekerja sama dengan"Harian Pikiran Rakyat" bagi masjid-masjidyangdinilai berhasil memakmurkan dan memberdayakanmasyarakat sekitar di semua bidang kehidupan (Pikiran Rakyat, Kamis, 2I Oktober 2004)

4). RB. Khatib Pahlawan Kayo, Problematika Dakwah Masa Kini, www.musIimsource.com

JurnalMD Vol lNo. 1 Juli-Desember2008 55

Page 4: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

Agar tatanan Islam dalam kehidupan tetap berjalan dalamkondisi umat Islam yang terus berubah, sosialisasi nilai-nilai Islam ataubiasa disebut dakwah tidak bisa lagi dijalankan secara sambil lalu, namunharus digarap secara lebih serius dengan memperhatikan berbagaiaspek kondisi masyarakat; dengan menggunakan berbagai metode, dandengan menggunakan berbagai rnedia. Untukitulah kajian manajemendakwah diperlukan.^

Berkaitan dengan dakwah, masjid mempunyai kedudukansentral. Dari tempat suci inilah, dakwah keislaman yang meliputi aspekduniawi-ukhrawi, material-spiritual, dimulai. Sedangkan dilihat secarateoritis-konseptual, masjid merupakan pusat kebudayaan Islam.^Dilihat dari segi sejarah, masjid merupakan lembaga yang pertama danutama yang didirikan oleh Rasulullah SAW dalam menegakkan agama.Sedangkan dilihat dari segi fungsi, masjid merupakan pusat peribadatanmaupun kemasyarakatan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, tulisan ini mengkajitema pengembangan manajemen dakwah berbasis masjid. Hal yangmendasari gagasan ini adalah (1) Membaca bahwa fungsi dan peranmasjid secara ideal sebagai pusat kegiatan dakwah telah ditumunkandalam Al-Qur'an dan telah pula ditauladankan pada masa RasulullahSAW, (2) Keprihatinan karena potensi masjid baik dalam segi kuantitas(jumlah dan kedekatan secara fisik dengan masyarakat) maupun kualitas(terdapatnya tokoh kharismatik, terdapat personil yang perduli kepadaagama dan umatnya, tempat berkumpul berbagai elemen masyarakat)belum teraktualkan secara optimal sebagai pusat pengembangandakwah; kedua hal tersebut kemudian dicoba diterapkan sesuai kondisiperkembangan manajemen dakwah di Indonesia.

5)- Ruspita Rani Perciwi, "Manajemen Dakwah: Proses Pengelolaan Aktivitas DakwahBerkelanjutan Dari Visi Dakwah melalui Aksi menuju Transformasi Madu", Jurnal Dakwah Vol.VIINo.2, Juli-Desember 2006.

6). Moh. E. Ayub, dkk. Manajemen Masjid. I996. Gema Insani Press.

56 Jurnal MD Vol l No. I Jutt-Desember 2008

Page 5: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

Manajemen Dakwah

Dakwah dalam pengertian masyarakat umum merupakankegiatan untuk mengkomunikasikan 'kebenaran" agama atau kebenaranilahiah yang diyakini kepada pihak lain. Namun secara hakikat, dakwahdiartikan sebagai keseluruhan dari proses komunikasi, transformasiajaran, dan nilai-nilai Islam serta proses internalisasi, pengamakn,dan pentradisian ajaran dan nilai-nilai Islam, perubahan keyakinan,sikap dan perilaku pada manusia dalam relasinya dengan Allah SWT7'Sedangkan dalam tataran praktis dakwah bisa diartikan sebagai setiapusaha baik dengan aktivitas Iisan, tulisan, maupun tindakan yang bersifatmenyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman danmentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat sertaakhlak Islamiah.^

Sebagai sebuah kegiatan, dakwah tentu memiliki visi yanghendak dicapai, yang memberikan arah bagi '.ceseluruhan prosesdakwah. Visi dakwah bertumpu pada pokok ajaran Islam yaitu Tauhid,menjadikan Allah sebagai titik tolak sekaligus tujuan hidup manusia,yang wujudnya secara vertikal keatas menyembah kepada Allah danhorizontal menjalankan sebuah risalah yaitu menata kehidupan sesuaidengan dikehendaki Allah SWT. Visi secara vertikal merupakan sesuatuyang takenforgranted> sesuatu yang harus diterima sebagai konsekuensikeimanan terhadap Islam sehingga bersifat statis. Sedangkan visi secarahorisontal lebih bersifat dinamis karena harus disampaikan kepada umatmanusia yang dalam hidup dan sejarah kemanusiaannya akan senantiasaberproses dan berubah, harapannya adalah proses perkembangan umatmanusia tidak melenceng arah menjadi mencari dunia semata dalam

7). Sukriyamo, FiIsafat Dakwah dalam Metodologi Ilmu Dakwah (Yogyakarta: LESFI,2002), hlm.2.

8). HMS Nasarudin Latief, Teori dan Praktik Dakwah Islamiah (Jakarta: PT.Firma Dara)

JurnalMD Vol. tNo. 1 Juli-Desember 2008 57

Page 6: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

perjalanannya mencari Tuhan.^Aktivitas dakwah dikatakan berjalan efektif bilamana yang

menjadi tujuan benar-benar tercapai, dan dalam pencapaiannyadikeluarkan pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Strategi yangdidukung dengan metode yang bagus dan pelaksanaan programyang akurat, akan menjadikan aktivitas dakwah menjadi matang danberorientasi jelas dimana tita-cita dan tujuan telah direncanakan.Karena tujuan dan cita-citayangjelas dan realistis pasti akan mendorongdakwah mengikuti arah yang telah direncanakan.

Mengingat pengertian dan lapangan dakwah sangat luas,dakwah Islam memerlukan ilmu bantu lain sebagai alat analisis dan alatpraktik seperti psikologi, sosiologi, antropologi, sejarah perkembangankontemporer, filsafat> dan manajemen. Dengan cara demikian, upayauntuk memahami dimensi perubahan pada masyarakat dapat dilakukansecara baik, dan darinya bisa ditemukan terapi dakwah Islam yang palingstrategis untuk diterapkan kepada masyarakat.

Dakwah dalarn tataran praktis memerlukan seperangkatpendukung dalam mencapai kesuksesan berupa pengaturan ataumanajerial yang baik. Hal tersebut dikarenakan dalam sebuah aktivitasdakwah akan timbul masalah atau problem yang sangat kompleks, yangdalam menangani serta mengantisipasinya diperlukan sebuah strategiyang sistematis. Dalam konteks ini, ilmu manajemen diperlukan untukmengatur dan mengantarkan dakwah tepat sasaran dan mencapai tujuanyang diharapkan. Kegiatan lembaga dakwah yang dilaksanakan menurutprinsip-prinsip manajemen akan menjamin tercapainya tujuan yangtelah ditetapkan oleh lembaga yang bersangkutan dan menumbuhkancitra (image) profesionalisme dikalangan masyarakat. Berangkat darialasan tersebutlah lahir kajian manajemen dakwah.

Manajemen dakwah adalah proses pengelolaan aktivitas

9). Ruspita Rani Pertiwi, "Manajemen Dakwah: Proses Pengelolaan Akcivitas DakwahBerkelanjutan Dari Visi Dakwah me!alui Aksi menuju Transformasi Madu", Jurnal Dakwah Vbl.VlINo.2, Juli-Desember 2006.

58 JurnalMD Vol INo. 1 Juli-Desember2008

Page 7: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

dakwah berkelanjutan dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemenpada pelaksanaan dakwah agar tujuan dakwah (yaitu tansformasikearah keadaan yang lebih baik) tercapai secara efektif dan efisien,namun tanpa kehilangan esensi dakwah, berupa visi dakwah berjangkapanjang (yaitu mempercemukan fitrah manusia dengan Allah melaluiIslam).*^ Adapun fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan meliputiperencanaan strategis (Takhthith)> pengorganisasian (Tanzhim)>pengarahan dan orientasi (Tawjih), serta pengendalian dan evaluasidakwah

Masjid

a. Pengertian Masjid

Dilihat dari segi harafiah Masjid berarti "tempat sembahyang",yaitu berasal dari bahasa Arab yang berarti "sujudan", fiil madinya sajada(ia sudah sujud). Fiilsajada diberi awalan ma, sehingga terjadilah isimmakan. Isim makan ini menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadimasjidu, masjid.^

Tetapi kalau berbicara rentang gedung yang diistilahkan denganmasjid dalam addin Islam pengertian "tempat sembahyang" saja tidaklahseluruhnya benar. Karena Allah relah menjadikan seluruh jagad inimasjid, tempat sujud, tempat sembahyang sesuai dengan Hadits NabiMuhammad SAW "Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud(masjid)"(HR.Muslim);sertahaditslainyangberbunyi"Telahdijadikanbagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan keadaannya bersih" (HR.Muslim) '3) ; serta hadits yang berbunyi "Seluruh jagad telah dijadikan

10). Ruspira Rani Pertiwi, "Manajemen Dakwah: Proses Pengelolaan Aktivitas DakwahBerkelanjutan Dari Visi Dakwah melalui Aksi menuju Transformasi Madu", Jurnal Dakwah Vol.VHNo.2, Juli-Desember 2006.

11). M. Munir & Wahyu llahi. Manajemen Dakwah. Qakarta: Rahmat Semesta , 2006).12). Sidt Gazalba, Masjid: Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Uakarta: Pustaka Al-Husna,

1994)13). Moh. E. Ayub, dkk, Manajemen Masjid, 1996. Gema lnsani Press.

Jurnal MD Vol l No. 1 Jutt-Desember 2008 59

Page 8: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

bagiku masjid" (HR. Bukhari) sehingga sujud ataupun sholat cidaklahterikat tempat. Artinya seluruh bumi adalah tempat sujud kepadaTuhan,tempat untuk meluhurkan dan menghamba kepada Allah. Sujud dalampengertian lahir bersifat gerak jasmani, sujud dalam pengertian batinberarti pengabdian. Dengan hadits tersebut Nabi menyatakan bahwadalam menunaikan kewajiban menyembahTuhan, Muslim tidak terikatoleh ruang.

Peristiwa pendirian masjid yang pertama memberikan kepadakita makna apa yang sesungguhnya dikandung oleh masjid. Masjidadalah perangkat masyarakat yang pertama didirikan oleh Rasul SAWbegitu beliau sampai di Madinah setelah menempuh perjalanan hijrah.Bangunannya sangat sederhana, jauh dari cukup apalagi nampakmewah. Di tempat tersebut, rasul menerima banyak ayat Al-Qur'anyang kemudian dicatat, dihafal, difahami, dan diamalkan di bawahbimbingan beliau. Di tempat itu pula Rasullullah SAW bertemudengan para sahabat merundingkan langkah-langkah pembinaan,mulai dari masalah pribadi, keluarga, sampai kemasyarakatan, mulaidari soal agama sampai ke soal kesejahteraan hidup bermasyarakat. Darisana dimulai gerakan pendidikan dan penerangan, disana digelar danditegakkan peradilan, bahkan disana pula dibicarakan perjanjian dengantetangga non-muslim. Itulah fungsi masjid sebagaimana dicontohkanRasullullah SAW,^' yang memang sejalan dengan namanya yaitu tempatsujud atau berbakti kepada Allah yaitu pusat kegiatan jamaah muslimdalam menata dan menatap masa depan hidupnya baik yang berjangkapendek (dunia) maupun yang berjangka panjang (akhirat).

b. Masjid di IndonesiaSeluruh masjid di Indonesia dikelola dibawah naungan Dewan

Masj id Indonesia (DMI) yaitu organisasi tingkat nasional yang bertujuanmewujudkan fungsi masjid sebagai pusat ibadah, pengembangan

l4). M. Zaini Dahlan dalam Supardi & Teuku Amiruddin, Manajcmen Masjid danPembangunan Masyarakat: Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid, {Yogyakarca: UlI Press, 2001).

6Q Jurnal MD Vol I No. 1 Juli-Desember 2008

Page 9: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

masyarakat dan persatuan ummat. Organisasi ini didirikan pada tahun1972 dengan maksud untuk meningkatkan keimanan, ketaqwaan,akhlaq mulia dan kecerdasan umat serta tercapainya masyarakat adilmakmur yang diridhai Allah SWT, dalam wilayah Negara RepublikIndonesia. DMI mempunyai kepengurusan di setiap provinsi dankabupaten di Indonesia. Pimpinan pusat DMI dipilih secara demokratissetiap lima tahun melalui muktamar nasionaI. Kantor pusat DMI beradadi Kompleks Masjid IstiqlaI, Jakarta.^

Dewan Masjid Indonesia mengelompokkan masjid di Indonesiaberdasarkan tempat dan wilayah cakupan masjidnya menjadi 13kelompok masjid*^ yaitu masjid pariwisatayang biasa terdapat di tempatwisata atau bahkan menjadi tujuan wisata; masjid pendidikan yangterletak di sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga pendidikan terdiridari masjid SLTP, SLTA, masjid perguruan tinggi, dan masjid pesantren;masjid perdagangan yang terdapat di pusat perdagangan terdiri darimasjid pasar tradisional dan masjid supermarket; masjid wilayah yangterdiri dari masjid jami kelurahan atau desa, masjid besar kecamatan,dan masjid agung kabupaten atau kota; masjid kantor BUMN; masjidyang dibangun perorangan; dan masjid kompleks perumahan.

Kondisi masjid secara umum di perkotaan di Indonesiadapat dilihat dari hasil penelitian lapangan yang digelar KelompokKerja Pembinaan Kehidupan Umat Beragama (Pokja PKUB) danIkatan Cendekiawan Muslim Indonesia Jawa Timur, yang mencobamembentang tentang "Profil Masjid diJawaTimur 1997'V^ PenelitianPokja PKUB Jawa Timur ini memang merupakan langkah awal untukmengetahui sejauh mana fungsi masjid dalam membina umat sekitarnyayang di lakukan Kota Madya Surabaya dan Malang, namun hasilnyacukup bisa digeneralisasikan pada kondisi masjid di wilayah perkotaandi Indonesia. Metode yang digunakan adalah wawancara terhadap para

15). http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Masjid_Indonesia16). 36 Masjid Ditctapkan Nominator DMl "Award"; dalam Harian Pikiran Rakyat, Kamis,

21 Oktober200417). Menggugat Masjid, Gatra 7/IV, 3 Januari 1998.

Jurnal MD Vol. I No. 1 Juli-Desember 2008 61

Page 10: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

pengurus ta'mir dari 875 masjid di Kota Madya Surabaya dan 294masjid di Kota Madya Malang. Persoalan yang dikaji, mulai dari sejarahpendirian, kondisi fisik, hingga aktivitas sosial ekonomi masjid.Adapun dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat 3 hal:1. Secara kuantitatif, jumlah masjid memang terus meningkat. Di

Kota Madya Surabaya, misalnya, terdapat 849 masjid dan 1.692musala. Itu melampaui jumlah yang diterbitkan Kantor Biro PusatStatistik Surabaya pada 1993, yakni sebanyak 740 masjid dan 1.581musala. Sejarah pendiriannya menunjukkan, 69% tempat ibadahitu dibangun pada masa Orde Baru. Terutama pada kurun waktu1980-1997, pertumbuhan masjid di Surabaya naik 45% dan diMalang naik hingga 55%. Sedangkan pada masa prakemerdekaan,pertumbuhan cuma mencapai 11% dan masa Orde Lama hanya18%. Artinya, kehidupan beragama kini begitu marak.

2. Namun di sisi lain terlihat bahwa fungsi masjid memang belumoptimal. Indikatornya -untuk kegiatan salat saja- masih terdapat20% masjid yang hanya memiliki jamaah maghrib kurang dari 20orang. Apalagi shalat subuh, 39% masjid memiliki jamaah kurangdari 10 orang. Masjid-masjid itu dipenuhi jamaah saat ibadah salatJumat saja.

3. Belum tercipta manajemen masjid yang optimal Dalam pengelolaandana, misalnya, kebanyakan pengurus masjid tak mengembangkandiri pada usaha yang lebih produktIf untuk pemberdayaan umatsekitarnya. Contohnya dalam hal penyimpanan keuangan sepertipada tabel 1 dibawah ini. Yang menggunakan bank hanya sekitar9-24%; sisanya penyimpanan dilakukan secara personal pengurus,di brankas/lemari masjid, bahkan ada yang menyatakan tidak pasti.

Tempat Penyimpanan

BankPengurusTidak pastiBrankas MasjidLemari Masjid

Surabaya9%65%21%4%1%

' Malang24%36%34%4%

1,3%

Tabel 1. Penyimpan keuangan masjid

62 Jurnal MD Vol I No. 1 Juli-Desember 2008

Page 11: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

Padahal, masjid tersebut memiliki kemampuan menghimpun danacukup besar. Sebanyak 22% masjid di Surabaya dan 45,2% di Malangbisa menghimpun dana Rp 500.000 per bulan. Ada pula yang bisamencapai Rp 1 juta, bahkan lebih. Tapi pengelolaannya sering belummenggembirakan. Memang ada beberapa masjid yang memiliki "anak"organisasi, seperti taman pendidikan Al-Quran dan majelis caklim. Adapula yang mengelola Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah serta BaitulMal wat-Tamwil, Tapi jumlahnya hanya 5%.

Penelitian di atas memang baru berupa peta awal dari potensiumat dalam masjid. Banyak kondisi masjid lain yang belum terpetakan,misalnya kondisi masjid di pesantren dan beberapa wilayah yang kentalkeberagamaannya dimana masjid memiliki ikatan yang kuat dan soliddengan warga masyarakat sehingga masjid menjadi pusat kegiatanmasyarakat. Hal ini juga disadari oleh pemerintah, salah satunya dengandiluncurkannya program "Gerakan Pengentasan Kemiskinan BerbasisMasjid'V^ Dasar kegiatan ini adalah bahwa jumlah masjid begitubesar di Indonesia namun belum dimanfaatkan secara maksimal untukkemakmuran masyarakat di lingkungan sekitarnya.

Walau tidak ada data yang bersumber dari penelitian, namunikatan yang solid antara masjid dan masyarakat dipercaya bisa dikonversimenjadi kegiatan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Selainitu di dalam masjid terdapat tokoh karismatik yang dipercaya olehjamaah sehingga berpotensi menjadi motivator paling berpengaruh dimasyarakat untuk membuat masyarakat lebih sejahtera. Karena itu,melalui masjid, diharapkan masyarakat dapat terlibat secara langsungdalam perumusan permasalahan, pengidentifikasi potensi-potensi lokal,hingga penentuan langkah-langkah penyelesaian yang sesuai denganmasyarakat dan advokasi pelaksanaanya.

Yang belum terpetakan juga mengenai keberadaan beberapamasjid di wilayah perkotaan yang telah mengalami transformasi yaitu

18). Masjid Basis Pengentasan Kemiskinan, DialogJumat, Republika 5 Januari 2007.

Jurnal MD VoL I No. 1 Juli-Desember 2008 63

Page 12: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

berhasil memakmurkan dan memberdayakan masyarakat sekitar disemua bidang kehidupan sesuai dengan perkembangan kehidupanmasyarakat yang dinamis. Untuk wilayah Yogyakarta, masjid Syuhadadan masjid Jogokaryan adalah contohnya. Masjid Syuhada senantiasaramai dengan jamaah baik pada jam-jam sholat maupun denganberbagai aktivitas yang beragam seperti kuiiah dan kursus-kursus baikmateri keagamaan maupun umum, pengajian, kegiatan pendidikanmulai dari Play Group hingga SMP, bazar, pameran, kegiatanwalimahan, maupun dengan adanya asrama mahasiswa dan perguruantinggi yang berbasis masjid Syuhada.^ Demikian juga dengan masjidJogokaryan yang sudah dikelola dengan manajemen yang meniadai,mulai dari pengelolaan dana, pengelolaan pengurus atau takmir masjid,pengelolaan kegiatan, pengelolaan pendidikan. Intinya keduanya telahniampu menangkap kebutuhan masyarakat, mengidentifikasi potensi-potensi yang dimiliki masyarakat, hingga menyajikan langkah-langkahpenyelesaian yang sesuai dengan kondisi masyarakat berupa tawarankegiatan dan advokasi pelaksanaanya.

Masjid sebagai basis Manajemen Dakwah

Dalam masyarakat kita dukungan jamaah dalam banyakpembangunan fisik masjid rata-rata positif. Dimana masjiddidirikan, disana terlihat keikutsertaan jamaah dalam berbagai usahapenghimpunan dana.^> Semestinya setelah masjid berdiri, masjidlahyang membangun umat. Jadi terdapat hubungan timbaI balik yangsaling memaknai antara keduanya. Pada mulanya, "umat membangunmasjid" selanjutnya "masjid membangun umat". Namun hasil penelitiandiaras menunjukkan bahwa sebagian besar masjid belum membangunumat. Untuk itu mari kita lihat kembali fungsi azasi masjid seperti di

19). www.syuhada.org20). Sekarang ini gairah orang untuk membangun masjid tampak luar biasa. Saking

bersemangarnya, sampai-sampal orang tega curun ke jalan untuk mengumpulkan dana pembangunanrnasjid.

64 JurnalMD VoLINo. lJuli-Desember2008

Page 13: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

jaman Rasulullah SAW.Rasulullah SAW memberikan kepada masjid fungsi pusat

peribadatan dan pusat kebudayaan. Disini berarti masjid merupakanpernyataan hukum perimbangan.^ Ia adalah pusat ibadah dan pusatkebudayaan. Agama bersifat tetap bertujuan akhirat maka masjid itukudus. Tetapi kebudayaan bersifat dinamis, bertujuan dunia, karena itumasjid juga profan. Keduanya harus seimbang. Apabila masjid hanyadifungsikan sebagai tempat ibadah maka sifat kudus meningkat dansifat profan menurun karena masjid hanya mengurus soal akherat saja.Sedangkan soal dunia tidak dibahas di masj id, sehingga hal-hal mengenaikehidupan tidak dibahas. Maka disini putuslah hubungan antaraibadah dengan budaya, antara akhirat dengan tamaddun. Maka ibadahtidak lagi mengendalikan kebudayaan. Kebudayaan mencari jalannyasendiri, berpedoman kepada hal-hal diluar Islam. Disini masjid tidaklagi tempat dimana dibentuk, dituntun, dikendalikan, dikembalikanjiwa dan cita dari kehidupan sosial, ekonomi, politik, ilmu, kesenian,dan filsafat. Esensi kritis masyarakat muslim ialah tidak bertautnyakebudayaan dengan ibadah sebagai akibat dipisahkannya kebudayaandari lembaga Islam yang pertama dan utama yaitu masjid.

Menjadi kewajiban masyarakat dan generasi muslim yang akandatang untuk mewujudkan kembali cita-cita menjadikan masjid sebagaipusat peradaban masyarakat muslim. Pusat ibadah mahdhah yang diikutidengan kegiatan kemasyarakatan dan keumatan sehingga keberadaanmasjid menjadi representasi masyarakat muslim secara keseluruhan.Dari masjid dipancarkan sosok kehidupan masyarakat muslim, bukansaja ketika berada di kawasan masjid melainkan ketika masyarakatmuslim menjalani kehidupan sehari-hari. Semua akan memancarkansemangat hidup yang berlandaskan kehidupan di masjidnya. Seluruhsisi kehidupan masyarakat muslim hendaknya bersumber dari masjidsebagaimana kehidupan masyarakat muslim yang disemangati dari

21). Sidi Gazalba, Masjid: Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: PusrakaAl-Husna,1994)

Jurnal MD Vol t No. / Juli*Desember 2008 65

Page 14: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

ajaran Islam, masjid menjadi bagian tak terpisahkan dari keseluruhandinamika kehidupan ketika bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Masjid yang demikian akan menjadi barometer realisasi tujuanIslam dalam masyarakat, karena mampu menggambarkan keadaanmasyarakatnya. Bagaimana kehidupan suatu masyarakat dapat cUlihatdari bagaimana kondisi masjid baik fisik maupun ruhnya. Agar tatananIslam diikuti masyarakat maka sosialisasi nilai-nilai Islam atau biasadisebut dakwah seharusnya berpusat di masjid, karena melalui masjidlahseharusnya umat Islam pertama kali akan berukhuwah dengan umatIslam yang lain ketika niat awalnya bersujud menghadap Allah secarabersama.

Dengan demikian semua lembaga maupun organisasi Islamlain seharusnyalah menginduk pada masjid. Dari sinilah masjid bisaberperan sebagai basis manajemen dakwah. Sementara yang berlakudimasyarakat dewasa ini adalah berdiri organisasi-organisasi Islam yangkemudian didalamnya akan dibangun masjid sebagai tempat ibadah,sehingga masjid akan menginduk pada organisasi yang mendirikannya.Organisasi mengurus kemaslahatan umat, masjid sebagai tempat ibadahdan pengajian saja. Disini masjid bukan lagi sebagai lembaga utamatetapi hanya sarana pendukung (bahkan di beberapa tempat sebagaisarana pelengkap) dalam dakwah.

Titik tekan desain manajemen dakwah adalah perlunyapersentuhan langsung dengan realitas dan persoalan, serta kebutuhanmasyarakat dalam arti yang seIuas-luasnya. Masjid sebagai sebuahlembaga yang paling dekat secara fisik dan (seharusnya) secara hati denganmasyarakat memungkinkan persentuhan dan keterlibatan masyarakatsecara langsung dalam perumusan realitas dan persoalan yang dihadapimasyarakat, pengidentifikasi potensi-potensi lokaI, hingga penentuanlangkah-langkah penyelesaian yang sesuai dengan masyarakat danadvokasi pelaksanaanya. Dengan kelebihan yang demikian, maka sangatmungkin masjid menjadi titik sentral manajemen dakwah.

Secara praksis, dengan kelebihan tersebut, masjid dapatdiberdayakan secara proporsional bagi pembangunan umat Islam.

66 Jurnal MD Vol. I No. 1 Juli-Desember 2008

Page 15: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

Memakmurkan masjid memiliki arti yang sangat luas. Salah satunyaadalah menyelenggarakan kegiatan yang bernilai ibadah. Di antarakegiatan yang tergolong memakmurkan masjid adalah PengelolaanMasjid, Majelis Taklim, Taman Pendidikan Alquran, Remaja Masjid,Perpustakaan, Koperasi, Poliklinik, Unit Pelayanan Zakat (UPZ),Konsultasi, Asy Syifa, Bantuan Hukum, Bursa Tenaga Kerja, Sekolah,Bank Syariah, BMT, BPRS, Kantor Pos, Penyelenggaraan Haji danUmroh, Rumah Sakit, Toko Buku, Pusat Informasi, Wartel, dansebagainya. Intinya masjid merupakan pusat aktivitas ekonomi, sosial,dan pendidikan.

Selanjutnya tingkat kemakmuran masjid sangat dipengaruhioleh kepengurusan masjid yang ada. Masjid seringkali menjadi simbolkebesaran Islam, namun jauh dari kegiatan memakmurkannya. Upayapemakmuran masjid juga dapat dilakukan melalui suatu aliansi antaramasjid dengan Baznas/Bazda dan Babinrohis Pusat/Daerah. AdanyaUU No 38 tahun 1999, pemerintah telah memfasilitasi berdirinyaBadan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Badan Amil Zakat Daerah(BAZDA) sertaLAZ(LembagaAmilZakat).Untukmewujudkansistempenyelenggaraan zakat maka Baznas maupun Bazda dapat membentukUnit Pengumpul Zakat (UPZ) yang berada di masjid maupun unit-unitusaha. Kerja sama antara masjid dengan Badan Amil Zakat dan BadanPembina Rohani Islam (BABINROHIS) yang ada di Departemen,Lembaga Pemerintah Non Departemen, BUMN dan swasta secaraberjamaah, diharapkan dapat mengangkat harkat umat melalui programpengentasan kemiskinan dan peningkatan pemberdayaan ekonomi.

Kerja sama ketiga pilar tersebut akan menjadi suatu kekuatanyang dahsyat dalam pemberdayaan umat.^ Dalam hal ini masjidakan bertindak selaku pengumpul dan penyalur zakat dan infaq.Pengurus masjid dituntut mengetahui kondisi jamaahnya, siapa sajayang digolongkan mampu (muzakki) dan siapa yang harus dibantu(mustahiq). Dengan demikian akan sangat dimungkinkan terlaksananya

22). Republika, Menata Kembali Manajemen Masjid Indonesia , Jumat, 31 Oktober 2003

Jurnal MD Vol. l No. 1 Juli-Desember 2008 67

Page 16: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

distribusi zakat secara transparan dan menyeluruh, seluruh masjid ataujamaah mempunyai kesempatan sama, para pengemis tidak akan lagiberkeliaran di berbagai tempat karena sudah diurus oleh masjid. Disamping itu, tidak akan terjadi duplikasi bantuan karena setiap orang

hanya terkait dengan satu masjid dan jamaah yang tidak memerlukanbantuan harian akan diberikan bantuan yang bersifat produktif, misalnyapinjaman modal usaha. Untuk itulah perlunya dilakukan reposisi danpenataan kembali masjid.

Yang menjadi pertanyaan adalah siapkah masjid kita kembalimenjadi sentral manajemen dakwah? Jikalau belum, langkah-langkahapa yang harus dilakukan agar masjid siap berperan membangunmasyarakat, dan tidak hanya berperan sebagai pusat ibadah akheratsemata? Pada bagian berikut ini akan dipaparkan mengenai tawaranpenerapan ilmu manajemen dalam pengelolaan masjid sebagai upayaoptimalisasi fungsi dan peran masjid sebagai basis manajemen dakwah,yaitu manajemen masjid.

Manajemen Masjid

Bagaimana kondisi manajemen masjid kita? Secara umumjawabannya adalah manajemen masjid kita masih lemah dan kurangprofesional.^' Baru satu dua masjid yang dikelola dengan baik dandimanfaatkan secara optimal sesuai prinsip-prinsip manajemen modern.Dalam memelihara dan memakmurkan masjid, kebanyakan dilakukanasal jalan dan secara sambilan sehingga kurang optimal. Manajemennyajuga masih kurang tertata dan laporan keuangannya rata-rata tidaktransparan.

Idealnya masjid dikelola secara baik dan profesional, sesuaidengan prinsip-prinsip manajemen modern. Ada tiga level dalammengelola masjid yaitu level mikro merupakan penataan manajemen

23). Lihat kembali penelitian yang dilakukan Pokja PKUB dan Ikatan Cendekiawan MuslimIndonesia Jawa Timur diatas.

68 Jurnal MD Vol l No. 1 Juti-Desember 2008

Page 17: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

tiap masjid, level messo yaitu bagaimana mendesain kegiatan masjid yangsesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitarnya, dan level makro yaitubagaimana membuat networking atau kerjasama antar masjid mulaidari tingkat terendah yaitu bersilamrahminya antar masjid RT dalamsatu RW, hingga tingkat propinsi, negara, bahkan jika memungkvnkantingkat internasional.

Merujuk Keputusan Muktamar IV DMI maka konsepmanajemen masjid ̂ (dalam levei mikro) meliputi perumusan visi,misi, perencanaan, dan langkah-langkah strategisnya, adapun uraiannyaadalah sebagai berikut:1. Visi masjid adalah untuk meningkatkan keimanan, ketaqwaan,

akhlak rnulia, dan kecerdasan umat, serta tercapainya masyarakatadil makmur yang diridlai Allah SWT.

2. Sedangkan misinya adalah mewujudkan fungsi masjid sebagai pusatibadah, pengembangan masyarakat dan persatuan umat.

3. Sesuai dengan misi DMI, ada tiga fungsi masjid. Pertama, masjiddapat difungsikan sebagai pusat ibadah, baik ibadah mahdhah>maupunibadahsosiaLIbadahmahdhahaudalahibadahyanglangsungkepada Allah SWT, seperti saWt, mengafi, tahlil, dan tadarus. Tentu,secara tidak langsung,iibadah-ifoadah tersebut jugaadahubungannyadengan masyarakat. Sedangkam sebagai pusat ibadah sosial, masjiddapat difungsikan un>tuk mengelola z^kat, wakaf, membangunukhuwah lslamiyah, rmenjaga feebersihaun dan kesehatan bersama,melaksanakan kurban, dan Enembantaa peningkatan ekonotniunamat. Kedua, memaniEaatkantaaasjid sefe^ai pusat pengembanganmasyarakat, melalui betbagai sarana dan prasarana yang dimiliklmasjid, seperti khutbah., pengajian, km$us ketrampilan yangdibutuhkan anggota jamaah, dan menyelenggarakan pendidikanformal sesual kebutuhan masyarakat. Dan, ketiga, memfungsikanmasjid sebagal pusat pembinaan persatuan ummat.

24). Lihat ketnbali wawancara dengan Dr H Ahmad Sutarmadi, ketua Dewan MasjidIndonesia (DMI) periode 2001-2006, dalam Republika, Sabtu, 20 April 2002

JurnalMD VoL lNo. l Juli-Desember2008

Page 18: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

4. Ada tujuh langkah strategis (action) dalam menjalankan misi masjid,pertama, mengembangkan pola idamh (manajemen), imarah(pengelolaan program), dan ri'ayah (pengelolaan fisik). Kedua,mengembangkan pemahaman, penghayatan dan pengamalanajaran Islam. Ketiga, mengembangkan dakwah, pendidikan danperpustakaan. Keempat, mengembangkan program kesejahteraandan kesehatan masyarakat. KeIima, mengembangkan ekonomijamaah, dan pemberdayaan perempuan, remaja, pemuda, sertakepanduan. Keenam, mengembangkan masjid-masjid percontohan.Dan, ketujuh, pembinaan pengurus Dewan Masjid Indonesia sertapengkaderan pengurus bagi generasi muda.

Keempat hal tersebut baru bersifat konsep, sedang kondisitiap masjid tidak sama. Ada yang besar, ada yang kecil, ada yang siapdana dan sarana, banyak pula yang tidak punya apa-apa. Tentu, tidaksemuanya siap dan mampu menjalankan visi, misi dan langkah strategisyang dirumuskan DMI tersebut.

Konsep DMI memang baru merupakan contoh konseppengelolaan masjid yang ideal untuk rujukan. Tiap masjid dapatmerumuskan visi, misi dan langkah strategisnya sendiri sesuai dengankondisinya. Yang penting dalam hal ini adalah menyusun rencanakegiatan masjid secara matang dan mengelola pelaksanaan kegiatanitu secara profesionai, termasuk transparansi keuangannya. Selain itu,yang terpenting adalah bagaimana menjadikan masjid sebagai unitterdepan pembinaan umat. Umat Islam, terutama para pemimpinnya,sejak tingkat lingkungan masjid sampai tingkat nasional, sudah saatnyaberpikir lebih tertib, terarah dan teratur.Selain penerapan manajemen masjid seperti rumusan DMI diatas adabeberapa hal yang patut untuk diperhatikan dalam pengelolaan masjidyaitu:1. Profesionalisme SDM Pengurus Masjid (Takmir Masjid)

Dengan penerapan manajemen masjid seperti diatas, tugas pengurusmasjid menjadi sangat berat. Jika pengurus masjid masih berupapekerjaansambiIan,hanyamemberikansisawaktu,tenagadanpikiran

70 Jurnal MD Vol. I No. 1 Juli-Desember 2008

Page 19: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

yang sangat sedikit maka masjid akan sulit untuk berkembang, danhasilnya juga tidak maksimal. Idealnya pengurus masjid bersifatfulltimer. Mereka, termasuk imam tetap masjid (mufii) harus digajioleh masjid, agar kesejahteraan lahir-batin mereka terpenuhi. Kalaubelum mun^dnfulltime, minimal pengurus sanggup memberikansetengah waktu dan tenaganya untuk masjid, jangan hanya sisa-

Masjid-masjid di luar negeri, seperti di Amerika Serikat, sudahdikelola secara demikian. Di Indonesia, ada tapi baru sedikit,misalnya, masjid Sunan Ampel Surabaya, masjid Pondok Indah,masjid Istiqlal, dan juga Masjid Besar Denpasar. Masjid-masjiditu sudah dikelola cukup profesional dan mampu menggajipengurusnya. Gaji mufti (imam tetap) Masjid Agung Pondok Indahsudah setingkat gaji eselon satu, yakni Rp 7 juta per bulan.Walaupun masalah penggajian ini masih bersifat pro-kontra karenaada sebagian yang beranggapan akan merusak sifat kudus masjiddan meningkatkan sifat profan masjid sehingga perimbangankeduanya menjadi terganggu. Namun intinya pengurus harusmampu mengelola masjid secara profesional dan memahamikonsep kepemimpinan yang punya visi dan misi, sehingga mampumenyusun dan melaksanakan langkah-langkah strategis gunameningkatkan kesejahteraan anggota jamaahnya.Pendataan Profil JamaahBerkaitan dengan fungsi masjid yang bersifat multi-vaset, yaitumasjid sebagai pusat ibadah sosial dan pengembangan masyarakatmaka pendataan profil jamaah perlu dilakukan agar pengelolaannyaberjalan secara maksimal. Registrasi jamaah masjid sangatdiperlukan sebagai dasar untuk membina jamaahnya. Ini pentinguntuk mengetahui kebutuhan (needs) dan potensi jamah yangsesungguhnya, termasuk kondisi sosial-ekonomi, politik, dan budaya

25). Agus Rasidi, Manajemen Masjid dan Masjid Online, i6 Novcmber 2006, www.ar-royyan.com

Jurnal MD Vol / No. 1 Juli-Desember 2008 71

Page 20: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

mereka.^ Data "pasar" (baca jamaah) bisa dijadikan sebagai dasarpenyusunan "produk layanan" (baca kegiatan masjid) yang sesuaisehingga pelanggan (baca jamaah) akan terpuaskan. Konsumen yangterpuaskan akan menjadi pelanggan tetap penyedia jasa (masjid)dan fenomena ini bisa disebut sebagai memakmurkan masjid.Contoh pelaksanaan registrasi jamaah sebenarnya sudah dilakukanpada zaman Rasulullah SAW, ^) walaupun dengan cara sangatsederhana mengandung makna sangat mendalam dan mendasar.Hal ini dapat terlihat dari Hadis Nabi sebagai berikut: "Ketika Nabiakan shalat maka terlebih dahulu melihat ke arah jamaah, ketikameneliti shaf-nya dan beliau mengetahui ada seorang jamaah yangbiasanya hadir tidak ada dalam barisan shafitu, maka Nabi bertanya:Kemana si fulan? Salah seorang jamaah nienyampaikan bahwayang bersangkutan sakit. Kemudian setelah menunaikan shalat,Rasulullah mendatangi rumah si fulan untuk takziyah." Hadis inimenunjukkan bahwa Nabi sangat perhatian terhadap jamaahnya.Karena itu, pengurus atau imam masjid seIayaknya mengikutinya.Bahkan setelah shalatJum'at, dari atas mimbar Nabi selalu menanyaijamaahnya: "Siapa yang hari ini ada kesulitan atau kekurangan?Kemudian Nabi bertanya lagi apakah ada yang telah diberi rezekiAllah dan mempunyai kelebihan sehingga dapat membantu merekayang kesulitan dan kekurangan itu? Dengan cara ini, problematikaumat dapat langsung diselesaikan. Alangkah baiknya bila contohNabi tersebut dapat kita praktikkan.Mengenali setiap jamaah bukanlah hal yang mudah, terlebih bagimasjid besar. Perlu dibuat suatu sistem yang memudahkan pekerjaanitu dan sekaligus membangun silaturahmi di antara mereka.Registrasi juga dimaksudkan untuk menumbuhkan keterkahanjamaah dengan masjid. Salah satu alternatifsolusi yang ditawarkan

26). M. Zaini Dahlan dalam Supardi &: Teuku Amiruddin, Manajemcn Masjid danPembangunan Masyarakat: Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid, (Yogyakarta: UII Prcss, 2001)

27). Republika, Menaca KembaIi Manajemen Masjid Indonesia , Jumat, 31 Oktober 2003

72 Jurnal MD Vol I No. l Juii-Desember 2008

Page 21: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

DMI adalah setiap jamaah diberikan nomor keanggotaan denganKartuJamaah Masjid (KJM). Memiliki K]M tertentu bukan berartiia hanya boleh shalat di masjid tersebut, melainkan agar jamaahlebih peduli dengan persoalan yang terjadi di masjidnya.

3. Sinergi dan komunikasi integratif antar masjidKehadiran masjid di satu tempat perlu dibuat klasifikasinya sehinggaakan terjalin ukhuwah antara masjid di daerah yang memilikiketerbatasan dengan masjid yang berada di perkotaan yang biasanyamemiliki dana berlebih. Klasifikasi dapat dilakukan di antaranyaberdasarkan luas masjid, daya tampungjamaah, ketersediaan fasilitaspendukung, dan usaha pemakmuran yang dimiliki masing-masingkategori masjid. Bahkan seperti halnya di Malaysia, diadakanakreditasi masjid dimana status masjid juga menunjukkan senioritasranking Imam Masjidnya, karena status mereka adalah pegawaikerajaan. ̂

Dalam rangka penataan, pengorganisasian, dan pembinaanterhadap masjid, maka setiap masjid harus mencatatkan keberadaannyakepada yang berwenang, yaitu Dewan Masjid Indonesia yang beradadi Masjid Istiqlal atau dewan masjid daerah yang berdomisili di masjidprovinsi. Setelah dicatat, masjid akan mendapatkan Nomor PokokMasjid (NPM) yang mencantumkan identifikasi strata, tipe, danlokasi masjid; yang dikeluarkan secara terpusat oleh Dewan MasjidIndonesia.

Konsep ini sebenarnya mengambil salah satu "pelajaran" yangsederhana dari shaft sholat yang wajib dirapatkan di dalam masjid, yangseharusnya mampu dilebarkan derivasinya kepada makna kerapatanshaft sosial-ekonomi-politik umat, termasuk didalamnya shaft antarmasjid, sehingga akan tercipta "sharing antar masjid baik dalam bidangmanajemen masjid dan manajemen dakwah serta dalam hal dana.

28). Republika, Menata Kembali Manajemen Masjid Indonesia , Jumat, 31 Oktober 2003

JurnalMD Vol INo. lJuli-Desember2008 73

Page 22: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

Penutup

Dalam Alquran surat At Taubah [9]:18 telah dituturkanbagaimana kewajiban seorang muslim terhadap masjid. Pelaksanaankewajiban tersebut kemudian mendapat penjelasan melalui suri tauladanyang dituntunkan RasuIullah yang menjadikan masjid sebagai lembagaatau organisasi pertama dan utama dalam menyampaikan dakwahIslam. Menyadari hal tersebut, umat Islam Indonesia sudah selayaknyamengembalikan fungsi masjid sebagai pusat dan titik tolak atau basismanajemen dakwah. Melihat besarnya potensi masjid di Indonesia baiksecara kuantitas maupun kuaIitas, maka hal tersebut sangat mungkindilakukan. Namun dalam aktualisasinya tentu saja membutuhkanperbaikan dan pengembangan manajemen masjid dalam level mikro,messo, dan makro.

74 Jurnal MD Vol. I No. 1 Juti-Desember 2008

Page 23: MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS MASJID Ruspita Rani Pertiwi, S

Daftar Pustaka

Ahmadun YH, Manajemen Masjid, dalam Republika, Sabtu, 20April 2002.

Agus Rasidi, Manajemen Masjid dan Masjid Online, 16November 2006, www.ar-royyan,com

http://id.wikipedia.org/wiki/Dewan_Masjid_IndonesiaMoh. E. Ayub, dkk. Manajemen Masjid. 1996. Gema Insani

Press.M. Munir &C Wahyu Ilahi. Manajemen Dakwah. (Jakarta:

Rahmat Semesta , 2006).Menggugat Masjid, Gatra 7/IV, 3 Januari 1998.Masjid Basis Pengentasan Kemiskinan, Dialog Jumat, Republika

5 Januari 2007Menata Kembali Manajemen Masjid Indonesia, Republika, 31

Oktober 200336 Masjid Ditetapkan Nominator DMI "Award"; dakim Harian

Pikiran Rakyat, Kamis, 21 Oktober 2004Nasarudin Latief, Teori dan Praktik Dakwah Islamiah (Jakarta:

PT.Firma Dara).Ruspita R. Pertiwi, "Manajemen Dakwah: Proses PengeloUian

Aktivitas Dakwah Berkelanjutan Dari Visi Dakwah melaluiAksi menujuTransformasi Madu", Jurnal Dakwah Vol.VII No.2, Juli-Desemb 2006.

RB. Khatib Pahlawan Kayo, Problematika Dakwah Masa Kini,www.muslimsource.com

Sidi Gazalba, Masjid: Pusat Ibadat dan Kebudayaan IsLim,(Jakarta: PustakaAl-Husna, 1994)

Sukriyanto, Filsafat Dakwah daLtm Metodologi Ilmu Dakwah(Yogyakarta: LESFI, 2002)

Supardi & Teuku Arniruddin, Manajemen Masjid danPembangunan Masyarakaf. Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid,(Yogyakarta:UIIPress,2001).www.syuhada.org

Jurnal MD Vol. I No. 1 Juli-Desember 2008 75