38
REFERAT MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Program Kepaniteraan Klinik Bagian Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga Diajukan Kepada: Dr. Achmad Kardinto, Sp.Rad Disusun oleh: Isniyanti Chasanah 20050310154 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 1

MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

REFERAT

MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Program Kepaniteraan Klinik

Bagian Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga

Diajukan Kepada:

Dr. Achmad Kardinto, Sp.Rad

Disusun oleh:

Isniyanti Chasanah

20050310154

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2010

1

Page 2: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Dipresentasikan Presentasi Kasus dengan Judul

MAMAOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

Pada Tanggal :

November 2010

Disusun Oleh :

Isniyanti Chasanah (20050310154)

Menyetujui

Dokter Pembimbing

Dr. Achmad Kardinto, Sp.Rad

2

Page 3: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

PRAKATA

Assalamualaikum, Wr.Wb

Dengan mengucapkan segala puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas berkat

rahmat dan karuniaNya, penulisan referat ini untuk memenuhi syarat mengikuti program

kepanitraan pendidikan profesi dokter di Bagian Ilmu Kedokteran Radiologi telah selesai di

susun. Dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. H. Acmad Kardinto, Sp.Rad selaku dosen pembingbing Ilmu Kedokteran Radiologi

BPRSUP Salatiga

2. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun referat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan ini tidak lepas dari kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Wabillahit taufik wal hidayah, Wass. Wr. Wb

Salatiga, November 2010

Penulis

3

Page 4: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

DAFTAR ISI

HALAMAN ................................................................................................................ 1

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. 2

PRAKATA ............................................................................................................... 3

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 4

LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................................ 5

TUJUAN PENULISAN ....................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 7

GAMBARAN MAMOGRAFI PAYUDARA .................................................... 17

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27

4

Page 5: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sekitar dua abad yang lalu, penyakit infeksi menduduki urutan pertama sebagai

penyakit yang menyebabkan kematian. Sejak pertengahan abad 19, seiring dengan kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta peningkatan kualitas hidup manusia maka pola penyakit

juga berubah. Penyakit pembuluh darah dan kanker mulai menggeser kedudukan penyakit

infeksi. Di Amerika Serikat, 20 % dari kematian disebabkan oleh karena kanker. Setengah dari

kematian akibat kanker ini disebabkan oleh tiga macam yang tersering yaitu paru, payudara dan

kolorektal. Meskipun statistik dan prevalensi penyakit kanker di Indonesia tahun 2000

mendatang akan seperti pola penyakit di negara-negara maju. Karena itu mulai saat ini perlu

dipersiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi tahun 2000 yang akan datang (Ampi

Retnowati, 1990).

Cara terbaik untuk menghadapi masalah kanker adalah dengan pencegahan atau

setidaknya dengan deteksi dini. Sayangnya pasien kanker sering datang ke dokter dengan kondisi

yang sudah parah (stadium lanjut), karena pada stadium dini belum dirasakan gejala yang

mengkhawatirkan. Untuk kasus demikian keberhasilan penyembuhan tergantung pada

keberhasilan penanganan selanjutnya (Ampi Retnowati, 1990).

Salah satu cara untuk menjalankan program penemuan dini penyakit kanker secara

terpadu, adalah dengan menimbulkan motivasi sudah berhasil maka diagnosis dini dapat

dilakukan oleh tenaga medis (Anon, 1992).

Tujuan akhir penemuan dini penyakit kanker adalah untuk memperbaiki angka

kematian hidup serta angka penyembuhan sehingga harapan hidup penderita kanker yang

ditemukan pada stadium dini menjadi lebih baik (Tjindarbumi, 1985).

Adapun masalah dalam tinjauan pustaka ini adalah bagaimana mendeteksi secara dini

kanker payudara dengan memeriksa payudara sendiri, periksa payudara secara klinis serta

penunjang dengan alat-alat deteksi lainnya. Kanker hingga saat ini merupakan salah satu

penyakit yang ditakuti, karena banyak orang yang mengidap kanker berakhir dengan kematian.

5

Page 6: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa penderita-penderita yang datang ke dokter atau rumah

sakit sering kali dalam keadaan terlambat, sehingga penyakit sudah stadium lanjut. Oleh karena

itu dokter atau rumah sakit tidak dapat berbuat banyak terhadap penderita-penderita kanker.

Sampai saat ini umumnya hanya penderita kanker pada stadium dini yang dapat disembuhkan

(Maria L, Sartono, 1990).

Ada wanita yang tidak berani menyentuh atau meraba-raba bagian tertentu dari

tubuhnya. Maka akan kesukaran untuk tiap bulannya memeriksa payudaranya sendiri untuk

menemukan kelainan-kelainan. Ada juga wanita-wanita yang tidak mau melakukan ini oleh

karena takut menemukan sesuatu. Selain pemeriksaan sendiri itu penting dilakukan secara

teratur, ini juga membuktikan bahwa ada tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri (Sri

Moersadik, 1981).

B. TUJUAN PENULISAN

Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui tindakan diagnosis atau deteksi secara

dini pada kejadian kanker payudara. Dengan mendiagnosis atau deteksi dini kanker payudara,

maka pengelolaan akan lebih mudah dan akan menentukan keberhasilan penanganan selanjutnya.

6

Page 7: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KANKER PAYUDARA

Kanker payudara menduduki tempat nomor dua dari insiden semua tipe kanker di

Indonesia, baik menurut Penyelidikan Bagian Patologi Universitas Indonesia maupun

registrasi yang terbaru dari “Proyek Penelitian Registrasi Kanker di RSCM Juli 1975-Maret

1978 (Hanifa Wiknjosastro, 1994).

Neoplasma ini 90 % berasal dari epitel ductus lactiferus dan sisanya 10% dari epitel

duktus terminal. Pertumbuhan tumor dimulai pada duktus kemudian meluas pada jaringan

stroma yang sering disertai pembentukan jaringan ikat padat, klasifikasi dan reaksi radang.

Kemudian tumor mengadakan invasi membentuk konfigurasi jari ke arah fasia dan membuat

perlengketan, sedang ke arah kulit menimbulkan kongestif pembuluh getah bening yang

membuat gambaran kulit mirip dengan kulit jeruk (Peau d’orange) yang lambat laun dapat

ulserasi pada kulit (Bani, 1995).

B. ANATOMI PAYUDARA

Glandula mammae terletak pada fasia pektoris yang meliputi dinding anterior dada.

Pada anak-anak dan pria glandula mammae rudimenter. Pada wanita setelah pubertas

glandula mammae membesar dan dianggap berbentuk sferis. Pada wanita dewasa muda

galandula mammae terletak di atas costa II sampai VI dan rawan costanya dan terbentang

dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaris media. Pinggir lateral atasnya meluas

samapi sekitar bawah m.pectoralis major dan masuk ke axilla. Pada bagian lateral atas yang

keluar ke arah aksila membentuk penonjolan yang disebut penonjolan Spencer atau ekor

payudara (Snells R.S., Anatomi Klinik, Bagian I, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, 1997).

Setiap payudara terdiri dari 12 sampai 20 lobulus yang masing-masing mempunyai

saluran ke papila mammae, yang disebut duktus laktiferus. Di antara lobulus tersebut ada

jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi rangka untuk payudara.

Lobulus merupakan unit sekresi mammae. Tiap lobulus terdiri atas sejumlah asinus, atau

7

Page 8: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

kelenjar yang berada di dalam jaringan ikat longgar dan berhubungan dengan duktus

intralobularis. Tiap asinus tersusun atas dua tipe sel yaitu epitel dan mioepitel. Sel epitel

merupakan sel sekresi. Meskipun sintesis air susu ibu hanya berlangsung selama masa akhir

kehamilan dan post-partum, sel tersebut mensekresi terus menerus berbagai jenis glikogen

protein yang dimasukkan ke dalam lumen kelenjar. Sel epitel dikelilingi oleh sel mioepitel

yang mengandung protein kontraktil yang mempunyai fungsi mekanik.

Duktus intralobularis berhubungan dengan duktus ekstralobularis. Duktus

ekstralobularis dalam satu daerah yang sama saling berhubungan membentuk duktus

subsegmental, yang saling berhubungan membentuk duktus segmental. Ini akan bermuara ke

duktus laktiferus dan sinus laktiferus yang berhubungan dengan permukaan papila mammae

melalui orifisium yang terpisah. Terdapat 15-20 duktus laktiferus, masing-masing

mengalirkan satu segmen mammae. Duktus dilapisi oleh sel epitel yang dikelilingi oleh sel

mioepitel. Stroma jaringan ikatnya lebih padat dibandingkan dengan lobulusnya dan duktus

dikelilingi oleh jaringan elastik yang membentu fungsi drainase duktus (Underwood J.C.E.,

Patologi : Umum dan Sistemik, Edisi II, Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,

2000).

Penyediaan darah ke payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari

a.mamaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari a.aksilaris, dan beberapa

a.interkostalis.

8

Page 9: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

Persarafan kulit payudara bersifat segmental dan berasal dari segmen dermatom T2

sampai T6. Segmen dermatom area ini bisa didenervasi total atau sebagian setelah elevasi

flap kulit untuk mastektomi radikal atau modifikasi. Dengan pemotongan flap kulit dalam

aksila, maka suatu cabang utama bisa dikenali dan dikorbankan. Persarafan kulit payudara

diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri

diurus oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan

penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus

brakius medius yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada

diseksi aksila saraf ini sukar disingkirkan sehingga sering terjadi mati rasa di daerah tersebut.

Aliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar

parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula aliran yang ke

kelenjar interpektoralis. Di aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar 10-90) buah kelenjar getah

bening yang berada disepanjang arteri dan vena brakialis. Saluran limfe dari seluruh

payudara menyalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila

bagian dalam, yang lewat sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar

servikal bagian kaudal dalam di supraklavikuler. Jalur limfe lainnya berasal dari daerah

sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mamaria interna,

juga menuju ke aksila kontralateral, ke m.rektus abdominis lewat ligamentum falsiparum

hepatis ke hati, ke pleura, dan ke payudara kontralateral (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong,

Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta, 1997).

C. FAKTOR RISIKO

Beberapa faktor risiko yang memegang peranan penting di dalam proses kejadian

kanker payudara (Gani, 1995) :

1. Orang tua (ibu) pernah menderita karsinoma payudara terutama pada usia relatif muda.

2. Anggota keluarga, kakak atau adik menderita karsinoma payudara.

3. Sebelumnya pernah menderita karsinoma pada salah satu payudara.

4. Penderita tumor jinak payudara.

5. Kehamilan pertama terjadi sesudah umur 35 tahun.

9

Page 10: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

Pada laki-laki juga terdapat kelainan pertumbuhan misalnya Ginekomasti. Faktor

kelainan pada kelainan ini adalah (R. Sjamsuhidayat, 1997) :

1. Pada pria usia lebih dari 65 tahun, terutama orang gemuk.

2. Penyakit hari, seperti kanker atau sirosis hati.

3. Karsinoma testis.

4. Tumor anak ginjal.

5. Pada hipertiroidisme.

6. Pada orang yang menderita kanker paru.

7. Pada pubertas.

8. Pada pemakai obat-obatan misalnya :

- Estrogen.

- Testoteron.

- Antihipertensi.

- Digitalis.

- Simetidin.

- Diazepam.

- Amfetamin.

- Kemoterapeutik kanker.

D. GAMBARAN KLINIS

Kanker payudara biasanya mempunyai gambaran klinis sebagai berikut (Johan

Kurniada, 1997) :

1. Terdapat benjolan keras yang lebih melekat atau terfiksir.

2. Tarikan pada kulit di atas tumor.

3. Ulserasi atau koreng.

4. Peau’d orange.

5. Discharge dari puting susu.

6. Asimetri payudara.

7. Retraksi puting susu.

8. Elovasi dari puting susu.

9. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak.

10

Page 11: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

10. Satelit tumor di kulit.

11. Eksim pada puting susu.

12. Edema

Tanda atau Gejala Interpretasi

a. Nyeri

- Berubah dengan daur menstruasi Penyebab fisiologi seperti pada tegangan

pramenstruasi atau penyakit fibrokistik

- Tidak tergantung daur menstruasi Tumor jinak, tumor ganas atau infeksi.

b. Benjolan di payudara

- Keras Permukaan licin dan fibroudenoma atau

kista

Permukaan keras, berbenjol atau

melekat pada kanker atau inflamasi non-

infektif

- Kenyal Kelainan fibrokistik

- Lunak Lipoma

c. Perubahan kulit

- Bercawak Sangat mencurigakan karsinoma

- Benjolan kelihatan Kista, karsinoma, fibroadenoma besar

- Kulit jeruk Di atas benjolan : kanker (tanda khas)

- Kemerahan Infeksi jika panas

- Tukak Kanker lama (terutama pada orang tua)

d. Kelainan puting atau aerola

- Retraksi Fibrosis karena kanker

- Infeksi baru Retraksi baru karena kanker (bidang

fibrosis karena pelebaran duktus)

- Eksema Unilateral : penyakit paget (tanda khas

kanker)

e. Keadaan cairan

- Seperti susu Kehamilan atau laktasi

- Jernih Normal

- Hijau Perimenopause

Pelebaran duktus

11

Page 12: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

Kelainan fibrolitik

f. Hemoragik Karsinoma

Papiloma Intraduktus

Tabel 1. Gejala dan tanda penyakit payudara

E. PENEMUAN DINI

Penemuan dini merupakan upaya penting dalam penanggulangan karsinoma

payudara. Sebagian besar tumor payudara ditemukan oleh penderita sendiri. Hal ini dapat

diartikan bahwa ukuran tumor lebih besar bahkan sudah sampai tingkat inoperable. Di

berbagai rumah sakit di Indonesia, kira-kira 65-80 % karsinoma payudara stadium

inoperable (Gani, 1995).

Untuk menemukan penyakit lebih awal dikembangkan berbagai metoda sebagai

berikut :

1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI/SARARI)

Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setiap bulan secara teratur. Bagi wanita

masa reproduksi, pemeriksaan dilakukan 5-7 hari setelah haid berhenti dengan pola

pemeriksaan tertentu. Apabila teraba nodul atau benjolan segera dikonsultasikan pada

dokter keluarga untuk pemeriksaan sendiri secara teratur kesempatan menemukan tumor

dalam ukuran kecil lebih luas. Menurut penelitian para ahli, pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI/SARARI) sangat bernilai dalam penemuan dini karsinoma payudara

(Gani, 1995).

Pentingnya memeriksa sendiri payudara tiap bulan terbukti dari kenyataan

bahwa kanker payudara ditemukan sendiri secara kebetulan atau waktu memeriksa diri

sendiri. Wanita-wanita yang sudah berpengalaman dalam memeriksa diri sendiri dapat

meraba benjolan-benjolan kecil dengan garis tengah yang kurang dari satu sentimeter.

Dengan demikian bila benjolan ini ternyata ganas dapat diobati dalam stadium dini. Dan

kemungkinan sembuh juga lebih besar.

Walaupun kanker payudara jarang terjadi pada usia dua puluhan, tetapi lebih

bijaksana jika seorang wanita mulai umur itu membiasakan untuk memeriksa payudara

sendiri satu bulan sekali, keuntungan memeriksa diri sendiri di usia muda ialah bahwa ia

12

Page 13: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

dapat belajar meraba payudaranya dan bentuknya. Tiap kelainan yang timbul dapat

segera diketahui.

Hari-hari yang paling baik memeriksa payudaranya ialah hari-hari pertama

sesudah haid karena payudaranya mengendor, jika ada benjolan-benjolan dengan mudah

dapat diraba. Jika wanita sudah menopause, sebaiknya menentukan satu hari tertentu

untuk pemeriksaan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya usia juga berarti

meningkatnya kemungkinannya mendapat kanker payudara. Penting sekali untuk

meneruskan pemeriksaan payudara sendiri ini sampai usia lanjut (Sri Moersodik, 1981).

Pemeriksaan payudara dibagi dalam dua tahap, yaitu :

- Memperlihatkan.

- Meraba.

Memperlihatkan Payudara Sendiri

Untuk melihat dengan jelas sendiri di depan cermin, dengan lengan

menggantung ke bawah, yang perlu diperhatikan adalah :

- Perbedaan di kedua payudara.

- Benjolan-benjolan, kerutan-kerutan, lekukan-lekukan atau lipatan kecil dari kulit.

- Perubahan dari puting susu dan apakah keluar cairan (kadang-kadang menjadi

basah).

- Perbedaan dengan pemeriksaan yang lalu.

Dengan tangan ke atas perhatikan cermin :

- Perubahan payudara.

- Perubahan di puting susu.

- Benjolan-benolan, kerutan-kerutan, lekukan-lekukan atau lipatan-lipatan kecil di

kulit yang menghilang atau timbul oleh karena lengan ditarik ke atas.

Meraba Payudara

Dilakukan sambil berbaring, periksa satu payudara dahulu, baru yang lainnya.

Jika mulai dari payudara yang kanan, di bawah pundak kanan diletakkan bantal kecil

atau handuk yang dilipat. Tangan kanan berada di bawah kepala. Pemeriksaan

dilakukan dengan tangan kiri.

13

Page 14: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

Untuk memeriksa payudara bagian dalam cara meraba dilakukan dengan jari-jari

yang lurus dan rapat. Mulai dengan bagian atas payudara yang dekat dengan tulang dada

dengan gerakan berputar menjurus ke puting susu, lalu ke bawah sedikit dengan gerakan

berputar ke jurusan puting susu dan seterusnya sampai ke bagian bawah payudara.

Sekarang daerah sekitar puting susu diraba dengan teliti apakah ada :

- Benjolan-benjolam atau bagian-bagian yang terasa kaku.

- Terasa seperti ada tali ke jurusan puting susu.

- Kelainan dibandingkan dengan pemeriksaan terakhir.

Membedaki atau menyabun payudara memperlicin kulit hingga memudahkan perabaan.

Untuk memeriksa bagian luar, lengan kanan diluruskan di samping tubuh.

Dengan jari tangan kiri yang lurus dan rapat membuat gerakan-gerakan berputar dari

puting susu sampai tepi bawah payudara. Mulai lagi dari puting susu sampai ke tepi

bawah payudara yang lebih tinggi dan seterusnya. Terakhir diperiksa lekukan ketiak

kanan, lengan kanan diangkat sedikit ke atas dan dengan ujung jari-jari tangan kiri

diraba apakah ada benjolan-benjolan atau bagian-bagian yang tebal.

Sesudah memeriksa payudara kanan dan ketiak kanan dengan cara yang sama

payudara dan ketiak kiri diperiksa dengan tangan kanan dan dimulai pada bagian dalam

dari payudara kiri lalu bagian luar. Perhatikan juga perbedaan-perbedaan kedua

payudara (Sri Moersodik, 1981; Johan Kurniada, 1997).

2. Pemeriksaan Payudara Secara Klinis (SARANIS)

Dokter umum merupakan ujung tombak penanggulangan kesehatan masyarakat,

mempunyai kesempatan luas menemukan tumor payudara lebih awal. Kesempatan ini

mungkin terwujud, apabila pada wanita berusia lebih dari 40 tahun atau golongan resiko

tinggi, walaupun dia datang karena penyakit lain, dilakukan pemeriksaan fisik payudara

secara klinis (SARANIS) oleh dokter, bidan atau paramedis wanita yang terlatih dan

trampil. Keikutsertaan bidan atau paramedis merupakan cara yang baik untuk

menerobos kendala “budaya malu” diperiksa dokter pria yang sering terjadi di klinik

atau puskesmas. Dokter spesialis kandungan sering menemukan tumor payudara lebih

awal (Gani, 1995).

14

Page 15: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

Cara pemeriksaan payudara SARANIS sebaiknya dilakukan sistemis dan

berurutan mulai dari inspeksi sampai dengan palpasi sebagai berikut :

1. Pasien duduk melintang di atas tempat duduk periksa, pakaian dibuka setinggi pusat

dan tangan tergantung santai. Dengan cermat diamati semetrisasi dan perubahan

bentuk kedua payudara.

2. Kedua tangan diangkat ke atas kepala, sambil mengamati semetrasi dan perubahan

gerakan payudara. Adanya tarik pada kulit merupakan pertanda kemungkinan

karsinoma. Untuk melihat lebih jelas tarikan pada kulit, massa tumor ditekan

diantara dua jari sambil memperhatikan kemungkinan karsinoma. Untuk lebih jelas

tarikan pada kulit, massa tumor ditekan diantara dua jari sambil memperhatikan

kemungkinan dimpling sign sebagai pertanda adanya tarikan pada kulit yang

menutupi tumor.

3. Palpasi kelenjar getah bening dilakukan dengan lengan pasien diletakkan santai di

atas tangan pemeriksa.

4. Palpasi leher terutama daerah supraklavikuler dilakukan dengan leher dalam

keadaan fleksi untuk mengetahui kemungkinan pembesaran getah bening.

5. Pada posisi supine, kedua payudara dipalpasi sistematis mulai dari pinggir sampai

pada puting susu, palpasi lebih intensif dari area kuadran lateral atas karena di area

ini lebih sering ditemukan karsinoma. Nodul lebih jelas teraba di atas kulit

disapukan sabun sambil dipalpasi.

Palpasi dilakukan dengan telapak jari yang dirapatkan. Palpasi payudara diantara

dua jari tangan lurus dihindari, karena dengan cara ini kelenjar payudara normalpun

teraba seperti massa tumor.

Kadang-kadang saling menekan puting payudara diantara dua jari keluar cairan

jernih atau campur darah. Pada keadaan demikian dianjurkan untuk membuat

sedian sitologi imprin basah ataupun laring (air dry smear) (Gani, 1995).

Pemeriksaan klinis payudara pada usia 20-39 tahun dilakukan tiap 3 tahun sekali

sedangkan pada usia 40 tahun atau lebih dilakukan tiap tahun setiap benjolan pada

payudara harus dipikirkan adanya kanker, sampai dibuktikan bahwa benjolan itu

bukan kanker (Teguh Aryandono, 1997).

15

Page 16: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

3. Pemeriksaan Mamografi

Mammografi adalah foto rontgen payudara dengan mempergunakan peralatan

khusus. Cara ini sederhana dan dapat dipercaya untuk menemukan kelainan-kelainan di

payudara (Sri Moersodik, 1981) tidak sakit dan memerlukan kontras (Gani, 1995).

Mammografi mampu mendeteksi karsinoma payudara ukuran kecil, lebih kecil dari 0,5

cm bahkan pada tumor yang tidak teraba (unpalpable tumor). Cara ini dapat

dipergunakan untuk scrining massal terutama golongan resiko tinggi. Tujuan utama

pemeriksaan mammografi adalah untuk mengenali secara dini keganasan payudara.

Indikasi Pemeriksaan Mammografi

a. Kecurigaan klinis kanker payudara.

- Baik dengna rasanyeri atau tanpa rasa nyeri.

- Dirasakan oleh pasien, sedankgn dokter pemeriksa belum dapat merabanya.

b. Adanya benjolan payudara.

c. Dalam follow up setelah mastektomi, deteksi primer kedua dalam payudara yang

lain.

d. Setelah “Breast Conserving Treatment” deteksi kekambuhan atau primer kedua.

e. Adenokarsinoma-metastasis dari primer yang tidak diketahui.

f. Adanya rasa tidak enak pada payudara.

g. Pada pasien-pasien dengan riwayat resiko tinggi untuk mendertia keganasan

payudara.

h. Pembesaran kelenjar axila yang meragukan.

i. Penyakit Paget dari puting susu.

j. Pada penderita denan Cancerphonia.

k. Program skrening.

16

Page 17: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

GAMBARAN MAMOGRAFI PAYUDARA

1.)Normal mammograms in a 40-year-old woman show dense breast parenchyma.

2). Screening mammogram depicts malignant ductal-type microcalcifications.

3). Image shows a malignant-type lesion: an invasive ductal carcinoma. This stellate (spiculated) lesion has ductal-type microcalcifications

17

Page 18: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

4).Image shows a benign lesion: a fibroadenoma with well-defined edges and a halo sign.

5).Benign microcalcifications: cystic hyperplasia

6). Breast cancer, mammography. Bilateral mammogram shows diffuse inflammatory carcinoma of the left breast.

18

Page 19: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

7). Traumatic fat necrosis. Mammogram shows traumatic fat necrosis following removal of a lesion. The stellate lesion has a halo center.

4. Peranan Ultrasonografi (USG) pada Tumor Payudara

Pemeriksaan tumor payudara dengan USG mulai dikembangkan oleh Wild dan

Roid pada tahun 1952 dan saat ini pemeriksaan dengan USG sudah semakin populer

dan berkembang pesat.

Keuntungan pemeriksaan dengan USG, adalah :

a. Tidak menggunakan sinar pengion, jadi tidak ada bahaya radiasi.

b. Pemeriksaannya bersifat non-invasif, relatif mudah dikerjakan dengan cepat dan

cepat dipakai berulang-ulang dengan biaya relatif murah.

Ultrasonografi biasanya untuk membedakan tumor solid dengan kista dan untuk

menentukan metastasis pada hati (Gani, 1995). USG dapat bermanfaat dalam

mendiagnosa kista, bukan untuk tumor-tumor padat (Teguh Aryando, 1997). USG

berperan terutama untuk payudara yang padat, yang biasanya ditemukan pada wanita

muda, jenis payudara ini kadang-kadang sulit dimulai dengan mammografi.

USG juga dapat bermanfaat dalam membedakan jenis tumor solid atau kistik,

yang gambarannya pada mammografi hampir sama. Walaupun demikian, mikro-

kalsifikasi tidak dapat ditemukan dengan USG. Pembesaran kelenjar axila juga dapat

ditemukan dengan pemeriksaan USG. Keuntungannya terutama untuk deteksi

19

Page 20: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

pembesaran kelenjar axila yang sulit diraba secara klinik. (Daniel Makes, Gregg M.

Goy Lord et al, 1989).

Ultrasonogram shows a benign lesion; in this case, the lesion is a fibroadenoma.

5. Computerized Tomography (CT)

Akhir-akhir ini pemeriksaan tumor payudara dengan CT telah berkembang tetapi

biaya pemeriksaan yang cukup tinggi, bahaya radiasi dan penggunaan kontras

merupakan limitasi pemeriksaan CT.

Untuk tumor ganas payudara biasanya gambaran CT sebelum dan sesudah

penyuntikkan zat kontras akan berbeda. CT juga unggul untuk melihat penyebaran

tumor ganas ke jaringan retromaria dan melihat destruksi dinding thoraks. Di samping

itu juga bermanfaat untuk penetapan jenis penyinaran dalam rencana radioterapi pasca

bedah.

F. DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

Dengan mengamati sifat dan perilaku suatu penyakit yang berhubungan antara

pengaruh jejas dan reaksi tubuh melalui pengamatan penyakit dari segala seginya, maka

diagnosa dapat ditegakkan, dengan tetap mengingat definisi penyakit yang merupakan

proses dinamik, sehingga pemeriksaan sesaat hanyalah merupakan suatu fragmen

20

Page 21: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

monomental dari proses yang berlaku, yang pada saat berikutnya dapat mengalami

perubahan-perubahan lagi (Andoko Prawiro Atmojo, 1987).

I. Pemeriksaan Klinik

Pada pemeriksaan klinik dilakukan langsung pada penderita dengan

pertumbuhan neoplasmanya, menurut cara-cara yang lazim dilakukan juga terhadap

penyakit lain pada umumnya :

a. Anamnesis

Anamnesis merupakan wawancara lansung atau melalui perantara

sepengetahuan orang terdekat lain, tentang penyakit dan penderitanya (Andoko

Prawiro Atmodjo, 1987). Adanya benjolan pada payudara merupakan keluhan

utama dari penderita. Pada mulanya tidak merasa sakit, akan tetapi pada

pertumbuhan selanjutnya akan timbul keluhan sakit. Pertumbuhan cepat tumor

merupakan kemungkinan tumor ganas. Batuk atau sesak nafas dapat terjadi pada

keadaan dimana tumor metastasis pada paru. Tumor ganas pada payudara disertai

dengan rasa sakit di pinggang perlu dipikirkan kemungkinan metastasis pada tulang

vertebra. Pada kasus yang meragukan anamnesis lebih banyak diarahkan pada

indikasi golongan resiko (Gani, 1995).

Nyeri adalah fisiologis kalau timbul sebelum atau sesudah haid dan

dirasakan pada kedua payudara. Tumor-tumor jinak seperti kista retensi atau tumor

jinak lain, hampir tidak menimbulkan nyeri. Bahkan kanker payudara dalam tahap

permulaanpun tidak menimbulkan rasa nyeri. Nyeri baru terasa kalau infiltrasi ke

sekitar sudah mulai (Hanifa Wiknjosastro, 1994).

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan dengan cara gentle dan tidak

boleh kasar dan keras. Tidak jarang yang keras menimbulkan petechlenecehymoses

dibawah kulit.orang sakit dengan lesi ganas tidak boleh berulang-ulang diperiksa

oleh dokter atau mahasiswa karena kemungkinan penyebaran (Hanifa Wiknjosastro,

1994) inspeksi.

Harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah itu dengan

tangan ke atas, dengan posisi pasien duduk. Pada inspeksi dapat dilihat dilatasi

21

Page 22: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas

dibawah kulit (Hanifa Wiknjosastro, 1994).

Dapat dilihat :

- Puting susu tertarik ke dalam.

- Eksem pada puting susu.

- Edema.

- Peau d’orange.

- Ulserasi, satelit tumor di kulit.

- Nodul pada axilla (Zwaveling, 1985).

Palpasi

Palpasi harus meliputi seluruh payudara, dari parasternal kearah garis aksila

ke belakang, dari subklavikular ke arah paling distal (Hanifa Wiknjosastro, 1994).

Palpasi dilakukan dengan memakai 3-4 telapak jari. Palpasi lembut dimulai

dari bagian perifer sampai daerah areola dan puting susu.

II. Pemeriksaan Sitologi Kanker Payudara

Dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa kanker payudara melalui tiga cara :

- Pemeriksan sekret dari puting susu.

- Pemeriksaan sedian tekan (Sitologi Imprint).

- Aspirasi jarum halus (Fine needle aspiration).

III. Biopsi

Biopsi insisi ataupun eksisi merupakan metoda klasik yang sering dipergunakan

untuk diagnosis berbagai tumor payudara. Biopsi dilakukan dengan anestesi lokal

ataupun umum tergantung pada kondisi pasien. apabila pemeriksaan histopatologi

positif karsinoma, maka pada pasien kembali ke kamar bedah untuk tindakan bedah

terapetik.

Terapi

Sebelum merencanakan terapi karsinoma mammae, diagnosis klinis dan

histopatologik serta tingkat penyebarannya harus dipastikan dahulu. Atas dasar

22

Page 23: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

diagnosis tersebut, termasuk tingkat penyebaran penyakit, disusunlah rencana terapi

dengan mempertimbangkan manfaat dan mudarat setiap tindakan yang akan diambil.

1. Bedah Kuratif

Mastektomi radikal

- Mastectomi radikal menurut Halsted : jaringan payudara dengan kulit dan

putingya + kedua m. pektoralis + semua limfonodi aksilla (saat ini operasi

tersebut hampir tidak pernah dilakukan lagi).

- Mastektomi radikal modifikasi : jaringan payudara + kulit dan puting + semua

limfonodi axilla.

- Ablasio mamae : jaringna payudara dengan jaringan kulit dan puting.

Breast Conservasing Treatment : segmental mastectomy (exsisional biopsi

dengan tepi yang lebar) + diseksi Inn aksilla + radioterapi untuk jaringan

payudara. Dibeberapa senter, terapi radiasi hanya terdiri radiasi eksterna,

disenter lain dikombinasikan dengan brachyterapi. BCT hanya mungkin pada

kanker payudara yang kecil tanpa metastase jauh.

2. Hormonal atau kemoterapi

- Terapi Hormonal paliatif dapat diberikan sebelum kemoterapi, karena efek

terapinya lebih lama dan efek sampingnya kurang, tetapi tidak semua karsinoma

mamae peka terhadap hormonal.

Terapi hormonal paliatif dapat dilakukan pada penderita yang pra menopause

dengan cara ovarektomi bilateral atau dengan aminoglutetimid.

- Terapi hormon diberikan sebagai ajuvan kepada pasien pascamenopause yang

uji reseptor estrogennya positif dan pada pemeriksaan histopatologik ditemukan

kelenjar axilla yang berisi metastasis.

- Terapi radiasi : lokoregional atau untuk mengendalikan metastase jauh (seperti

metastase tulang yang nyeri).

Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila

tumor sudah tak mampu-angkat. Tumor disebut tak mampu angkat bila

mencapai tingkat T4 misalnya ada perlengketan pada dinding thoraks dan kulit.

23

Page 24: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

Biasanya seluruh payudara dan kelenjar aksila dan supra klavikula diradiasi.

Tetapi penyulitnya adalah pembengkakan lengan karena limfodem akibat

rusaknya kelenjar ketiak supra klavikula.

3. Pembedahan paliative

Bedah paliatif pada kanker payudara hampir tidak pernah dilakukan. Kadang residif

lokoregional yang soliter dieksisi, tetapi biasanya pada awalnya saja tampak soliter,

padalah sebenarnya sudah menyebar, sehingga pengangkatan tumor residif tersebut

tidak berguna.

4. Kombinasi dari penanganan di atas

Kemoterapi paliatif dapat diberikan pada pasienyang telah menderita metastasis

secara sistemik. Obat yang dipakai secara kombinasi, antara lain (CMF

(Cyclofosfamide, Methotrexate, Fluorouracil atau Vinkristin dan Adriamisin (VA),

atau 5 Flyorouracil, Adriamisin (Adriablastin), dan Sikklofosfamid (FAC)).

Pada kanker payudara stadium lanjut, sifat pengobatannya adalah paliatif, yaitu

terutama untuk mengurangi penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup.

Pada penderita yang sudah di operasi (mastektomi) akan timbul reaksi psikologik

yang cukup tinggi dan juga setelah operasi mereka akan mengalami kesulitan dalam

kehidupan sehari-harinya, misalnya menyisir rambut, menyapu atau juga membawa beban

yang ringan/berat (menggendong anak). Bila mereka tidak kita berikan perhatian ini sangat

berat dirasakan oleh penderita.

Disini peran serta keluarga dalam mendampingi dengan memberikan perhatian dalam

fisioterapi dan psikologis penderita.

Fisioterapi diberikan sesuai dengan akibat dari cacat mastektominya, misalnya

karena akibat dari mastektomi penderita akan mengalami kesulitan dalam menggunakan

kedua tangannya, kita berikan kepercayaan pada mereka untuk beraktivitas. Kemudian kita

ikutkan dalam suatu organisasi wanita yang pernah mengalami operasi angkat payudara,

dimana disana mereka akan bertukar pengalaman dan beraktivitas, berkreasi, berkarya

dengan menghasilkan suatu karya yang dapat dinikmati orang lain.

Ini akan memberikan rasa percaya diri mereka dalam melanjutkan kehidupannya.

24

Page 25: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Dengan melihat perjalanan neoplasia payudara seiring dengan stadium yang dilalui maka

penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa deteksi dini kanker payudara dpat dikembangkan

metode pemeriksaan payudara sendiri, pemeriksaan payudara secara klinis, pemeriksaan

mamografi, pemeriksaan USG dan Computerized tomografi. Sedangkan diagnosis kanker

payudara dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinik, pemeriksaan sitologi dan biopsi.

SARAN

Mengingat penyakit merupakan proses dinamik yang selalu mengalami perubahan-

perubahan maka tindakan penemuan dini merupakan upaya penting dalam penanggulangan

karsinoma payudara dengan jalan meningkatkan motivasi tanggung jawab untuk menyadarkan

pentingnya penyakit kanker.

25

Page 26: MAMOGRAFI PADA KANKER PAYUDARA

DAFTAR PUSTAKA

Ampi Retnowardani, 1990. Pemandu Tumor dan Peranannya dalam Diagnosis dan Penanganan Tumor Ganas, Medika, Juni; (6) 16 : 478-479.

Andoko Prawior Atmojo, 1987. Patologi Neoplasia dan Neoplasma, Fak. Kedokteran UNAIR, Surabaya, 84-88.

Anon, 1992. Pentingnya Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker, Medika, Maret; (13) : 11-12.

Daniel Makes, 1986. Peranan Radiodiagnostik Konvensional dan “Imaging” pada Tumor Payudara dan Karsinomaserviks, 141-149, Tumor Ganas pada Wanita, Fak. Kedokteran, UI, Jakarta.

Gani, W.T., 1995. Diagnosis dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di Indonesia, EGC, Jakarta, 25-50.

Hanifa Wiknjosastro, 1994. Ilmu Kandungan, 472-795. Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawiroharjo, Jakart.

Marina L. Sartono, 1990. Mungkinkan Kanker Menjadi Penyakit Turunan, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Medika, Maret; (3) 16 : 245.

Sjamsuhidayat dan Wim de Joing, R. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Revisi ed. EGC, Jakarta, 534-555.

Sri Moersodik, 1981. 100 Pertanyaan Mengenai Kanker Wanita Sejahtera, Jakarta, 51-60.

Teguh Aryando, 1997. Prinsip Oncologi dan Kanker Payudara. Hand out Bedah Tumor, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.

Tjindarbumi, R., Muh. Djakaria & Gunawan, 1985. Breast Cancer, Problem And Management in Indonesia, 107-109, Asian Cancer Conference of the APFOCC, Jakarta.

Zwaveling, A., 1985. Tumor Payudara, PN Balai Pustaka, Jakarta, 385-400.

Dongola Nagwa, MD, FRCR. 2009. Mammography in Breast Cancer, Clinical Director, Associate Professor, Department of Radiology, Soba University Hospital

26