24
1 2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waduk atau bendungan merupakan danau buatan yang diciptakan oleh manusia untuk menampung sebanyak- banyaknya air hujan yang turun ke bumi. Air yang ditampung tersebut akan dimanfaatkan kembali dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam menjalankan aktvitasnya. Air yang ditampung di waduk atau bendungan akan dimanfaatkan semaksimal mungkin. Kegunaan yang paling utama dari penampungan air di waduk atau bendungan adalah untuk menghasilkan energi listrik yang akan digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Pembangkit Listrik Tenaga Air atau PLTA). Namun pada perkembangannya, waduk atau bendungan tidak hanya digunakan untuk menghasilkan listrik saja, tapi merambah juga pada sektor pariwisata, perikanan, dan lainnya. Di DAS Citarum, terdapat tiga bendungan besar dimana ketiganya memiliki kegunaan untuk menghasilkan listrik bagi kebutuhan listrik di pulau Jawa dan Bali. Ketiga bendungan tersebut yaitu Bendungan Saguling, Bendungan Jatiluhur dan Bendungan Cirata. Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

Makalah Uts Bta

  • Upload
    sitiai

  • View
    202

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

1

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Waduk atau bendungan merupakan danau buatan yang diciptakan oleh

manusia untuk menampung sebanyak-banyaknya air hujan yang turun ke

bumi. Air yang ditampung tersebut akan dimanfaatkan kembali dan digunakan

untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam menjalankan aktvitasnya.

Air yang ditampung di waduk atau bendungan akan dimanfaatkan

semaksimal mungkin. Kegunaan yang paling utama dari penampungan air di

waduk atau bendungan adalah untuk menghasilkan energi listrik yang akan

digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Pembangkit

Listrik Tenaga Air atau PLTA). Namun pada perkembangannya, waduk atau

bendungan tidak hanya digunakan untuk menghasilkan listrik saja, tapi

merambah juga pada sektor pariwisata, perikanan, dan lainnya.

Di DAS Citarum, terdapat tiga bendungan besar dimana ketiganya

memiliki kegunaan untuk menghasilkan listrik bagi kebutuhan listrik di pulau

Jawa dan Bali. Ketiga bendungan tersebut yaitu Bendungan Saguling,

Bendungan Jatiluhur dan Bendungan Cirata.

1.2 Rumusan Masalah

Melihat dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang timbul

yakni :

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan PLTA?

1.2.2 Bagaimana skema pemasukan air pada PLTA?

1.2.3 Bagaimana sejarah Bendungan Saguling?

1.2.4 Apa saja data Bendungan Saguling?

1.2.5 Bagimana struktur Bendungan Saguling?

1.2.6 Kerusakan apa saja yang terjadi pada Bendungan Saguling?

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

2

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

1.3 Tujuan

Berdasarkan pada rumusan masalah yang ada, maka tujuan dar penulisan

ini yaitu untuk mengatahui :

1.3.1 Yang dimaksud dengan PLTA

1.3.2 Skema pemasukan air pada PLTA

1.3.3 Sejarah Bendungan Saguling

1.3.4 Data Bendungan Saguling

1.3.5 Struktur Bendungan Saguling

1.3.6 Kerusakan yang terjadi pada Bendungan Saguling

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

3

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) merupakan salah satu pembangkit

listrik yang menggunakan energi terbarukan berupa air. Salah satu

keunggulan dari pembangkit ini adalah responnya yang cepat sehingga sangat

sesuai untuk kondisi beban puncak maupun saat terjadi gangguan di jaringan.

Selain kapasitas daya keluarannya yang paling besar diantara energi

terbarukan lainnya, pembangkit listrik tenaga air ini juga telah ada sejak

dahulu kala. Berikut ini merupakan penjelasan singkat mengenai pembangkit

listrik tenaga air serta keberadaan potensi energi air yang masih belum

digunakan.

Tenaga air telah berkontribusi banyak bagi pembangunan kesejahteraan

manusia sejak beberapa puluh abad yang lalu. Beberapa catatan sejarah

mengatakan bahwa penggunaan kincir air untuk pertanian, pompa dan fungsi

lainnya telah ada sejak 300 SM di Yunani, meskipun peralatan-peralatan

tersebut kemungkinan telah digunakan jauh sebelum masa itu. Pada masa-

masa antara jaman tersebut hingga revolusi industri, aliran air dan angin

merupakan sumber energi mekanik yang dapat digunakan selain energi yang

dibangkitkan dari tenaga hewan. Perkembangan penggunaan energi dari air

yang mengalir kemudian berkembang secara berkelanjutan sebagaimana

dicontohkan pada desain tenaga air yang menakjubkan pada tahun 1600-an

untuk istana Versailles dibagian luar Paris, Prancis. Sistem tersebut memiliki

kapasitas yang sepadan dengan 56 kW energi listrik.

Sistem tenaga air mengubah energi dari air yang mengalir menjadi energi

mekanik dan kemudian biasanya menjadi energi listrik. Air mengalir melalui

kanal (penstock) melewati kincir air atau turbin dimana air akan menabrak

sudu-sudu yang menyebabkan kincir air ataupun turbin berputar. Ketika

digunakan untuk membangkitkan energi listrik, perputaran turbin

menyebabkan perputaran poros rotor pada generator. Energi yang

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

4

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

dibangkitkan dapat digunakan secara langsung, disimpan dalam baterai

ataupun digunakan untuk memperbaiki kualitas listrik pada jaringan.

2.2 Pusat Listrik Tenaga Air

Air yang mengalir mempunyai energi yang dapat digunakan untuk

memutar roda turbin, karena itu pusat-pusat tenaga air dibangun disungai-

sungai dan dipegunungan-pegunungan. Pusat tenaga air tersebut dapat

dibedakan dalam 2 (dua) golongan, yaitu pusat tenaga air tekanan tinggi dan

pusat tenaga air tekanan rendah. Pada pusat tenaga air tekanan tinggi dapat

diketahui bahwa dengan didirikannya bendungan di daerah yang tinggi akan

terdapatlah sebuah reservoir air cukup besar. Dengan menggunakan pipa air

tersebut dialirkan ke rumah pusat tenaga yang dibangun dibagian bawah

bendungan, dan didalam rumah tersebut telah dipasang dua buah nosel turbin,

lewat nosel itulah air akan menyemprot keluar dan memutar roda turbin,

kemudian baru air tersebut dibuang ke sungai.

Bagian-bagian utama dari sebuah Pusat Listrik Tenaga Air

(PLTA) terdiri dari :

a. Bendungan/dam (water reservoir)

b. Pipa pesat (pipe line)

c. Turbin air (water turbine)

2.3 Skema Pemasukan Air pada PLTA

Air sungai merupakan salah satu potensi yang cukup besar untuk dapat

membangkitkan tenaga listrik. Dibawah ini akan dijelaskan skema pemasukan

air yang akan digunakan pada PLTA, yakni :

1. Aliran sungai dengan jumlah debit air yang cukup besar ditampung

dalam waduk.

2. Air tersebut dialirkan melalui saringan Power Intake.

3. Air yang masuk akan ditunjang dengan bangunan bendungan.

4. Air kemudian masuk ke Pipa Pesat (Penstock) untuk merubah energi

potensial menjadi energi kinetik.

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

5

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

5. Pada ujung pipa pesat dipasang Katup Utama (Main Inlet Valve)

untuk mengalirkan air ke turbin. Katup utama akan ditutup otomatis

apabila terjadi gangguan atau di stop atau dilakukan

perbaikan/pemeliharaan turbin.

6. Air yang telah mempunyai tekanan dan kecepatan tinggi (energi

kinetik) dirubah menjadi energi mekanik dengan dialirkan melalui

sirip-sirip pengarah (sudu tetap) akan mendorong sudu jalan/runner

yang terpasang pada turbin.

7. Energi putar yang diterima oleh turbin selanjutnya digunakan untuk

menggerakkan generator yang kemudian menghasilkan tenaga listrik.

8. Air yang keluar dari turbin melalui Tail Race.

9. Dari tail race, selanjutnya air kembali ke sungai.

10. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh generator, tegangannya masih

rendah (13,8 kV). Oleh karena itu, tegangan tersebut terlebih dahulu

dinaikkan dengan Trafo Utama menjadi 154 kV untuk efisiensi

penyaluran energi dari pembangkit ke pusat beban.

11. Tegangan tinggi tersebut kemudian diatur/dibagi di Switch Yard 150

kV Gardu Induk.

12. Dari gardu induk selanjutnya disalurkan/interkoneksi ke sistem tenaga

listrik melalui kawat saluran Tegangan Tinggi 150 kV.

13. Disamping itu pada waduk dengan sungai yang menjadi sumber

energi utamanya apabila terjadi banjir maka kelebihan air tersebut

akan dibuang melalui pintu pelimpas otomatis (spillway).

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

6

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

Gambar 1. Prinsip kerja PLTA

2.4 Sejarah Bendungan

Bendungan sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu.

Awalnya jenis bendungan hanyalah earth fill dam yang dipadatkan sesuai

kemampuan saat itu. Bendungan yang dikenal dengan nama “Sadd-el Kafara”

telah dibangun di sebelah selatan Kairo (mesir) antara tahun 2950 dan 2750

SM. Bendungan Sadd-el Kafara, dibangun dengan tinggi 12 m terdiri dari dua

dinding yang dibuat dari puing-puing dengan ketebalan di dasar antara14-36

meter dengan tengahnya diisi dengan berbagai material. Diduga bendungan

ini hancur akibat terjadinya overtopping.

Earth dam yang lain juga diperkirakan telah dibangun di Ceylon sekitar

tahun 500 SM, yang menggunakan material timbunan 13 juta meter kubik.

Kemudian sekitar tahun 1200, banyak bendungan urugan di Ceylon dengan

tinggi 12-27 meter. Sekitar tahun 1500 bendungan urugan juga dibangun di

India (The Madduk Masur Dam) dengan tinggi 30 meter tetapi tidak lama

runtuh karena tidak tersedianya spill way. Pada tahun 1789 Estrecho de

Rientes Dam dibangun di Spanyol, dengan tinggi 46 meter, tetapi langsung

hancur pada waktu diisi air. Hal ini merupakan kemunduran dari bendungan

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

7

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

tipe urugan. Kemajuan yang besar untuk menjamin kekedapan bendungan

urugan terhadap air dilakukan oleh Telford (1820) dengan menggunakan

lempung puddle sebagai inti bendungan.

Jenis bendungan berkembang sesuai dengan kemajuan pengetahuan yang

dicapai oleh manusia yaitu bendungan beton antara lain, adalah arch dam

yaitu bendungan yang berbentuk lengkungan untuk mendapatkan kekuatan

yang lebih besar. Arch dam yang barangkali merupakan bangunan yang

pertama kali dibangun oleh Roman pada abad pertama terletak kira-kira di

sebelah utara Italia dan sebelah selatan Prancis. Kemudian disusul dengan

arch dam ponte alto dibangun dari tahun 1611 sampai 1613 dengan

ketinggian 5 meter.

Pada tahun 1752 berkembang kemampuan membangun dam dengan

tinggi 17 m pada tahun 1824, 5 buah dam bertambah dengan tinggi mencapai

25 meter. Kemudian berikutnya tahun 1847, 50 bendungan buah bendungan

bertambah dengan tinggi mencapai 33 m. Sampai dengan tahun 1887,

bendungan yang ada tetap pada tinggi tidak lebih dari 36 m.

Dalam tahun 1997 diperkirakan ada 40.000 buah bendungan besar, dan

800.000 buah bendungan kecil diseluruh dunia. Indonesia juga memiliki

banyak bendungan yang tersebar di pulai Sumatra, Jawa, Sulawesi, NTB,

NTT.

Pembangunan bendungan besar pasti akan berlanjut sesuai dengan

tuntutan kebutuhan manusia dimanapun. Hal tersebut sesuai dengan ramalan

bahwa masalah besar yang akan dihadapi manusia di masa mendatang adalah

tersedianya air tawar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh

karena itu pengembangan pembangunan bendungan besar, termasuk

pengembangan kemampuan dalam merencanakan (mendesain) dan

melaksanakan tetap diperlukan.

Dalam menghadapai perencanaan dan pelaksanaan bendungan besar ada

tiga masalah dasar, yaitu :

1. Kekuatan dan keamanan struktur bendungan, dimana peran spillway

sangat penting khususnya pada bendungan tipe urugan (embankment

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

8

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

dam), bahkan terkadang menentukan desain spillways lebih sulit

dibandingkan dengan mendesain bendungan itu sendiri.

2. Kecukupan/kemampuan fondasi.

3. Efek-efek dari berat air dan tinggi tekan.

2.5 Sejarah Bendungan Saguling

Waduk Saguling adalah waduk buatan yang terletak di Kabupaten

Bandung Barat pada ketinggian 643 m di atas permukaan laut. Waduk ini

merupakan salah satu dari tiga waduk yang membendung aliran Sungai

Citarum yang merupakan sungai terbesar di Jawa Barat. Dua waduk lainnya

adalah Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata. Awalnya bendungan ini hanya

direncanakan sebagai penghasil energi listrik. Namun, fungsi bendungan

semakin berkembang seperti untuk perikanan, agri-akuakultur, pariwisata,

bahkan untuk kebutuhan domestik seperti MCK.

Gambar 2. Waduk Saguling

Pada tahap pertama pembangkit tenaga listrik yang dipasang berkapasitas

700 MW, tetapi bila di kemudian hari ada peningkatan kebutuhan listrik

pembangkit dapat ditingkatkan hingga mencapai 1.400 MW. Selanjutnya,

dengan mempertimbangkan permasalahan lingkungan di daerah itu, Saguling

ditata-ulang sebagai bendungan multiguna.

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

9

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

Pembangunan Waduk Saguling tak bisa dipisahkan dari adanya gagasan

besar seorang insinyur berkebangsaan Belanda, Prof. Ir. W.J. van

Blommestein. Ia memiliki ide besar, ingin mengintegrasikan seluruh saluran

pengairan di Jawa Barat mulai dari Ciujung, Banten (di ujung barat), hingga

Sungai Rambut di perbatasan Jawa Barat dengan Pekalongan, Jawa Tengah.

Kala itu, Blommestein melakukan pengumpulan data di Citarum sejak dekade

1920-an. Pada 1948, muncul makalah Blommestein dengan gagasan awal

adanya pembangunan Bendungan Jatiluhur yang dianggap paling mendesak

untuk irigasi dan penyedia air baku. Blommestein lalu merencanakan waduk

tambahan seiring pertumbuhan penduduk. Salah satunya adalah Waduk

Saguling, yang semula direncanakan diberi nama Tarum.

Saguling mulai dibangun pada Agustus 1981, dan menghabiskan dana

sebesar 662.968.000 dollar AS. Biaya tersebut termasuk biaya pembebasan

lahan yang menenggelamkan 49 desa, yang didominasi lahan pertanian.

Sebanyak 12.489 kepala keluarga terpaksa pindah dari desanya, dan sebagian

ada yang ditransmigrasikan. Pembangunan Saguling menghabiskan waktu

yang cukup lama hingga dapat dioperasikan pada 1985, dan baru diresmikan

pada 1986 oleh mantan Presiden RI, Soeharto. Waduk ini kemudian dikelola

PT Perusahaan Listrik Negara, untuk memasok listrik kawasan Jawa-Madura-

Bali.

Daerah di sekitar Waduk Saguling berupa perbukitan, dengan banyak

sumber air yang berkontribusi pada waduk. Hal tersebut membuat bentuk

Waduk Saguling sangat tidak beraturan dengan banyak teluk. Daerah waduk

ini asalnya adalah berupa daerah pertanian. Daerah perikanan dari waduk

berhadapan dengan tekanan kuat dari populasi penduduk. Hal tersebut terjadi

karena 50% dari populasi terdiri dari petani dengan tingkat pertumbuhan

tinggi. Peningkatan populasi petani tersebut mengakibatkan berkurangnya

lahan yang dapat diolah sehingga memaksa mereka mengembangkan lahan

pertanian mereka dengan melakukan pembabatan hutan. Sebagai

konsekuensinya, muncul masalah banjir dan longsor di musim hujan.

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

10

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

2.6 Data Bendungan Saguling

Gambar 3. Lokasi Bendungan Saguling

Data informasi infrastruktur dari Bendungan Saguling yaitu Bendungan

Saguling merupakan danau buatan yang terletak di Kabupaten Bandung Barat

Provinsi Jawa Barat, tepatnya di Batu Jajar, yang terletak pada ketinggian

643 m di atas permukaan laut. Angka kritis atau minimum dari Bendungan

Saguling ini yaitu 623 m di atas permukaan laut.

Berikut merupakan tabel spesifikasi DAS yang ada di Sungai Citarum,

yakni :

Tabel 1. Spesifikasi DAS di Sungai Citarum

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

11

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

Bendungan ini termasuk sektor Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan

bendungan ini dibangun mulai tahun 1980 dan selesai tahun 1986. Tipe

bendungan ini yaitu urugan batu dengan inti tanah. Tinggi diatas galian

sungai yaitu 97,5 m dan tinggi diatas galian yaitu 99 m. Tinggi puncak dari

bendungan ini yaitu 10 m, panjang puncaknya 301,4 m dengan lebar 10 m.

Dengan volume tubuh bendungan yakni 279.000.000 m3 maka Waduk

Saguling ini apat menampung 875 juta m3 air sehingga listrik yang dihasilkan

yakni sebesar 2156.000 MWH/tahun. Waduk ini juga memiliki empat mesin

turbin yang digunakan dalam menghasilkan tenaga listrik. Masing – masing

turbin ini berkapasitas 175,18 MW yang dapat menghasilkan listrik sebesar

700-720 kilowatts per jam.

Menurut General Manager PT Indonesia Power (IP) Unit Bisnis

Pembangkit (UBP) PLTA Saguling Eri Prabowo, pada Januari 2012 pasokan

air untuk Waduk Saguling berkurang sehingga mesin yang digunakan untuk

menghasilkan listrik hanya dua mesin saja. Pada Januari 2012 ini debit air

Saguling hanya sebesar 50-60 kubik/detik. Padahal pada Februari 2010 debit

air Saguling mencapai 650 kubik/detik sehingga ke empat mesin turbin di

PLTA Saguling yang satu mesinnya memiliki daya terpasang 175 MW, pada

saat itu semua berproduksi.

Input debit pada DAS Saguling dapat disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2. Debit Input rata-rata bulanan DAS Saguling (m3/det)

Tabel 3. Debit Input rata-rata bulanan DAS Saguling (hm3/det)

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

12

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

Berikut merupaka grafik pola rencana operasi Waduk Saguling tahun 2013 :

Gambar 5. Grafik pola rencana operasi Waduk Saguling

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

Gambar 4. Kapasitas Tampungan Waduk Saguling

13

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

2.7 Struktur Bendungan Saguling

Struktur bangunan Waduk Saguling terbuat dari urukan batu dengan inti

kedap air. Hal ini dilakukan untuk efisiensi dana dengan memanfaatkan

potensi batu dari Gunung Karang yang ada di sekitar Saguling. Waduk

Saguling pun dibuat dengan ketinggian muka air maksimum 643 meter

sehingga bisa menampung 875 juta meter kubik air. Saguling dipasangi

empat turbin pembangkit listrik masing-masing berkapasitas 175,18 MW

yang akan menghasilkan 700-720 kilowatts per jam.

Saguling yang berada di posisi teratas secara otomatis menjadi penerima

awal gelontoran air dari Citarum Hulu, termasuk segala sedimentasi yang

dibawa. Masalah sedimentasi ini menjadi masalah krusial Saguling beberapa

tahun terakhir ini.

Saguling yang terletak di daerah perbukitan, menjadi tempat bermuara

banyak sumber air yang ada di daerah tersebut. Belum lagi limbah-limbah

industri, maupun rumah tangga, ikut berkontribusi pada kualitas air yang

tidak memenuhi baku mutu. Saguling yang diperkirakan memiliki masa hidup

59 tahun, akan terus berkurang usianya, jika keadaan seperti ini tak cepat

diatasi.

2.8 Spesifikasi Turbin dan Generator yang Digunakan

Bendungan Saguling termasuk pusat listrik tenaga air (PLTA) dengan

skala energi listrik yang dihasilkan oleh generator dalam skala menengah,

dimana air sebagai sumber energi utamanya diambil dari aliran beberapa

sungai yang ada dan ditampung didalam bendungan/dam serta ditambah

dengan curah hujan yang relative cukup tinggi dan dalam rentang periode

yang cukup lama, maka air sebagai sumber energi utama PLTA tersebut dapat

dimanfaatkan secara optimal.

Waduk ini memiliki empat mesin turbin yang digunakan dalam

menghasilkan tenaga listrik. Masing – masing turbin ini berkapasitas 175,18

MW yang dapat menghasilkan listrik sebesar 700-720 kilowatts per jam.

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

14

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

2.9 Masalah Bendungan dan Waduk

Hasil penelitian Machbub, dkk (2003) menjelaskan bahwa beberapa

danau mengalami permasalahan antara lain terjadinya sedimentasi yang

mengakibatkan berkurangnya kedalaman, berkurangnya volume,

berkurangnya luas genangan; timbulnya masalah eutrofikasi, yaitu tingginya

kadar nitrogen dan fosfor akibat limbah domestik maupun pertanian dan sisa

pakan ikan; terjadinya pencemaran limbah cair dan limbah padat pada

perairan waduk, dan meningkatnya laju erosi dari sungai tinggi, sehingga

mengurangi masa layan waduk .

Hasil penelitian kualitas air dari waduk tercemar yang mengalami proses

eutrofikasi adalah 3 waduk tercemar berat yaitu: Saguling, Cirata, Jatiluhur

dengan total beban 80 ton BOD per hari dan sampah 1000 m3/ hari. Dibawah

ini merupakan contoh penurunan kualitas air akibat pencemaran dari DAS

Citarum bagian hulu adalah pada Waduk Saguling yakni :

Tabel 4. Kondisi Kualitas Air di S. Citarum Bagian Hulu sebagai Input

Waduk Saguling di Musim Kering, 2001

Tabel tersebut menunjukkan bahwa Waduk Saguling mendapat input

beban pencemar zat organik sebesar 71,1 Ton BOD/hari dan 161,16 Ton

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

15

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

COD/hari. Sedangkan beban limbah senyawa nutrien yang mencemari waduk

tersebut adalah masing-masing 5,74 Ton Nitrogen/hari dan 0,5 Ton

Fosfor/hari. Kondisi tersebut menyebabkan Waduk Saguling mengalami

pencemaran yang amat sangat berat, sekaligus penyuburan yang berlebihan.

Selain itu karena fungsi Bendungan Saguling yang multiguna, membuat

Waduk Saguling kondisinya lebih mengkhawatirkan ketimbang Waduk Cirata

dan Waduk Jatiluhur yang sudah dibangun lebih dahulu. Hal tersebut terjadi

karena sebagai pintu pertama Sungai Citarum, di Saguling inilah semua

kotoran "disaring" untuk pertama kali sebelum kemudian disaring kembali

oleh Waduk Cirata dan terakhir oleh Waduk Jatiluhur.

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

16

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Waduk atau bendungan merupakan suatu bangunan konstruksi yang

digunakan oleh manusia untuk menampung sebanyak-banyaknya air hujan

yang turun ke muka bumi. Air yang ditampung tersebut akan digunakan

untuk menunjang kebutuhan kehidupan manusia.

Terdapat tiga waduk besar di DAS Citarum, yakni Waduk Saguling,

Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata. Ketiga waduk besar ini memiliki

kesamaan fungsi yaitu untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia,

terutama untuk Pulau Jawa dan Bali.

Selain untuk memenuhi kebutuhan listrik (PLTA), fungsi dari waduk ini

menjadi semakin berkembang. Terbukti dengan merambahnya fungsi bagi

sktor pariwisata dan perikanan. Namun jika perawatan terhadap waduk atau

bendungan ini tidak terlaksana dengan baik, maka umur dari bendungan ini

pun akan semakin cepat berkurang dan dampak dari kerusakannya akan

semakin besar dan akan sangat terasa bagi kita semua, yakni tidak

terpenuhinya kebutuhan listrik bagi masyarakat di Pulau Jawa dan Bali.

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1

17

2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air

DAFTAR PUSTAKA

Website

Website; Wikipedia mengenai Waduk Saguling, http://id.wikipedia.org

Website; Kementrian PU, http://pustaka.pu.go.id

Website; Pikiran Rakyat, http://m.pikiran-rakyat.com

Website; Jurnal Elektronik, www.ejurnal.bppt.go.id

Website; Fakultas Teknik Sipil dan Lingungan ITB, www.ftsl.itb.ac.id

Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1