Upload
sitiai
View
202
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Waduk atau bendungan merupakan danau buatan yang diciptakan oleh
manusia untuk menampung sebanyak-banyaknya air hujan yang turun ke
bumi. Air yang ditampung tersebut akan dimanfaatkan kembali dan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam menjalankan aktvitasnya.
Air yang ditampung di waduk atau bendungan akan dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Kegunaan yang paling utama dari penampungan air di
waduk atau bendungan adalah untuk menghasilkan energi listrik yang akan
digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Pembangkit
Listrik Tenaga Air atau PLTA). Namun pada perkembangannya, waduk atau
bendungan tidak hanya digunakan untuk menghasilkan listrik saja, tapi
merambah juga pada sektor pariwisata, perikanan, dan lainnya.
Di DAS Citarum, terdapat tiga bendungan besar dimana ketiganya
memiliki kegunaan untuk menghasilkan listrik bagi kebutuhan listrik di pulau
Jawa dan Bali. Ketiga bendungan tersebut yaitu Bendungan Saguling,
Bendungan Jatiluhur dan Bendungan Cirata.
1.2 Rumusan Masalah
Melihat dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang timbul
yakni :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan PLTA?
1.2.2 Bagaimana skema pemasukan air pada PLTA?
1.2.3 Bagaimana sejarah Bendungan Saguling?
1.2.4 Apa saja data Bendungan Saguling?
1.2.5 Bagimana struktur Bendungan Saguling?
1.2.6 Kerusakan apa saja yang terjadi pada Bendungan Saguling?
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
2
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
1.3 Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah yang ada, maka tujuan dar penulisan
ini yaitu untuk mengatahui :
1.3.1 Yang dimaksud dengan PLTA
1.3.2 Skema pemasukan air pada PLTA
1.3.3 Sejarah Bendungan Saguling
1.3.4 Data Bendungan Saguling
1.3.5 Struktur Bendungan Saguling
1.3.6 Kerusakan yang terjadi pada Bendungan Saguling
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
3
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) merupakan salah satu pembangkit
listrik yang menggunakan energi terbarukan berupa air. Salah satu
keunggulan dari pembangkit ini adalah responnya yang cepat sehingga sangat
sesuai untuk kondisi beban puncak maupun saat terjadi gangguan di jaringan.
Selain kapasitas daya keluarannya yang paling besar diantara energi
terbarukan lainnya, pembangkit listrik tenaga air ini juga telah ada sejak
dahulu kala. Berikut ini merupakan penjelasan singkat mengenai pembangkit
listrik tenaga air serta keberadaan potensi energi air yang masih belum
digunakan.
Tenaga air telah berkontribusi banyak bagi pembangunan kesejahteraan
manusia sejak beberapa puluh abad yang lalu. Beberapa catatan sejarah
mengatakan bahwa penggunaan kincir air untuk pertanian, pompa dan fungsi
lainnya telah ada sejak 300 SM di Yunani, meskipun peralatan-peralatan
tersebut kemungkinan telah digunakan jauh sebelum masa itu. Pada masa-
masa antara jaman tersebut hingga revolusi industri, aliran air dan angin
merupakan sumber energi mekanik yang dapat digunakan selain energi yang
dibangkitkan dari tenaga hewan. Perkembangan penggunaan energi dari air
yang mengalir kemudian berkembang secara berkelanjutan sebagaimana
dicontohkan pada desain tenaga air yang menakjubkan pada tahun 1600-an
untuk istana Versailles dibagian luar Paris, Prancis. Sistem tersebut memiliki
kapasitas yang sepadan dengan 56 kW energi listrik.
Sistem tenaga air mengubah energi dari air yang mengalir menjadi energi
mekanik dan kemudian biasanya menjadi energi listrik. Air mengalir melalui
kanal (penstock) melewati kincir air atau turbin dimana air akan menabrak
sudu-sudu yang menyebabkan kincir air ataupun turbin berputar. Ketika
digunakan untuk membangkitkan energi listrik, perputaran turbin
menyebabkan perputaran poros rotor pada generator. Energi yang
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
4
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
dibangkitkan dapat digunakan secara langsung, disimpan dalam baterai
ataupun digunakan untuk memperbaiki kualitas listrik pada jaringan.
2.2 Pusat Listrik Tenaga Air
Air yang mengalir mempunyai energi yang dapat digunakan untuk
memutar roda turbin, karena itu pusat-pusat tenaga air dibangun disungai-
sungai dan dipegunungan-pegunungan. Pusat tenaga air tersebut dapat
dibedakan dalam 2 (dua) golongan, yaitu pusat tenaga air tekanan tinggi dan
pusat tenaga air tekanan rendah. Pada pusat tenaga air tekanan tinggi dapat
diketahui bahwa dengan didirikannya bendungan di daerah yang tinggi akan
terdapatlah sebuah reservoir air cukup besar. Dengan menggunakan pipa air
tersebut dialirkan ke rumah pusat tenaga yang dibangun dibagian bawah
bendungan, dan didalam rumah tersebut telah dipasang dua buah nosel turbin,
lewat nosel itulah air akan menyemprot keluar dan memutar roda turbin,
kemudian baru air tersebut dibuang ke sungai.
Bagian-bagian utama dari sebuah Pusat Listrik Tenaga Air
(PLTA) terdiri dari :
a. Bendungan/dam (water reservoir)
b. Pipa pesat (pipe line)
c. Turbin air (water turbine)
2.3 Skema Pemasukan Air pada PLTA
Air sungai merupakan salah satu potensi yang cukup besar untuk dapat
membangkitkan tenaga listrik. Dibawah ini akan dijelaskan skema pemasukan
air yang akan digunakan pada PLTA, yakni :
1. Aliran sungai dengan jumlah debit air yang cukup besar ditampung
dalam waduk.
2. Air tersebut dialirkan melalui saringan Power Intake.
3. Air yang masuk akan ditunjang dengan bangunan bendungan.
4. Air kemudian masuk ke Pipa Pesat (Penstock) untuk merubah energi
potensial menjadi energi kinetik.
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
5
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
5. Pada ujung pipa pesat dipasang Katup Utama (Main Inlet Valve)
untuk mengalirkan air ke turbin. Katup utama akan ditutup otomatis
apabila terjadi gangguan atau di stop atau dilakukan
perbaikan/pemeliharaan turbin.
6. Air yang telah mempunyai tekanan dan kecepatan tinggi (energi
kinetik) dirubah menjadi energi mekanik dengan dialirkan melalui
sirip-sirip pengarah (sudu tetap) akan mendorong sudu jalan/runner
yang terpasang pada turbin.
7. Energi putar yang diterima oleh turbin selanjutnya digunakan untuk
menggerakkan generator yang kemudian menghasilkan tenaga listrik.
8. Air yang keluar dari turbin melalui Tail Race.
9. Dari tail race, selanjutnya air kembali ke sungai.
10. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh generator, tegangannya masih
rendah (13,8 kV). Oleh karena itu, tegangan tersebut terlebih dahulu
dinaikkan dengan Trafo Utama menjadi 154 kV untuk efisiensi
penyaluran energi dari pembangkit ke pusat beban.
11. Tegangan tinggi tersebut kemudian diatur/dibagi di Switch Yard 150
kV Gardu Induk.
12. Dari gardu induk selanjutnya disalurkan/interkoneksi ke sistem tenaga
listrik melalui kawat saluran Tegangan Tinggi 150 kV.
13. Disamping itu pada waduk dengan sungai yang menjadi sumber
energi utamanya apabila terjadi banjir maka kelebihan air tersebut
akan dibuang melalui pintu pelimpas otomatis (spillway).
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
6
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
Gambar 1. Prinsip kerja PLTA
2.4 Sejarah Bendungan
Bendungan sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu.
Awalnya jenis bendungan hanyalah earth fill dam yang dipadatkan sesuai
kemampuan saat itu. Bendungan yang dikenal dengan nama “Sadd-el Kafara”
telah dibangun di sebelah selatan Kairo (mesir) antara tahun 2950 dan 2750
SM. Bendungan Sadd-el Kafara, dibangun dengan tinggi 12 m terdiri dari dua
dinding yang dibuat dari puing-puing dengan ketebalan di dasar antara14-36
meter dengan tengahnya diisi dengan berbagai material. Diduga bendungan
ini hancur akibat terjadinya overtopping.
Earth dam yang lain juga diperkirakan telah dibangun di Ceylon sekitar
tahun 500 SM, yang menggunakan material timbunan 13 juta meter kubik.
Kemudian sekitar tahun 1200, banyak bendungan urugan di Ceylon dengan
tinggi 12-27 meter. Sekitar tahun 1500 bendungan urugan juga dibangun di
India (The Madduk Masur Dam) dengan tinggi 30 meter tetapi tidak lama
runtuh karena tidak tersedianya spill way. Pada tahun 1789 Estrecho de
Rientes Dam dibangun di Spanyol, dengan tinggi 46 meter, tetapi langsung
hancur pada waktu diisi air. Hal ini merupakan kemunduran dari bendungan
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
7
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
tipe urugan. Kemajuan yang besar untuk menjamin kekedapan bendungan
urugan terhadap air dilakukan oleh Telford (1820) dengan menggunakan
lempung puddle sebagai inti bendungan.
Jenis bendungan berkembang sesuai dengan kemajuan pengetahuan yang
dicapai oleh manusia yaitu bendungan beton antara lain, adalah arch dam
yaitu bendungan yang berbentuk lengkungan untuk mendapatkan kekuatan
yang lebih besar. Arch dam yang barangkali merupakan bangunan yang
pertama kali dibangun oleh Roman pada abad pertama terletak kira-kira di
sebelah utara Italia dan sebelah selatan Prancis. Kemudian disusul dengan
arch dam ponte alto dibangun dari tahun 1611 sampai 1613 dengan
ketinggian 5 meter.
Pada tahun 1752 berkembang kemampuan membangun dam dengan
tinggi 17 m pada tahun 1824, 5 buah dam bertambah dengan tinggi mencapai
25 meter. Kemudian berikutnya tahun 1847, 50 bendungan buah bendungan
bertambah dengan tinggi mencapai 33 m. Sampai dengan tahun 1887,
bendungan yang ada tetap pada tinggi tidak lebih dari 36 m.
Dalam tahun 1997 diperkirakan ada 40.000 buah bendungan besar, dan
800.000 buah bendungan kecil diseluruh dunia. Indonesia juga memiliki
banyak bendungan yang tersebar di pulai Sumatra, Jawa, Sulawesi, NTB,
NTT.
Pembangunan bendungan besar pasti akan berlanjut sesuai dengan
tuntutan kebutuhan manusia dimanapun. Hal tersebut sesuai dengan ramalan
bahwa masalah besar yang akan dihadapi manusia di masa mendatang adalah
tersedianya air tawar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh
karena itu pengembangan pembangunan bendungan besar, termasuk
pengembangan kemampuan dalam merencanakan (mendesain) dan
melaksanakan tetap diperlukan.
Dalam menghadapai perencanaan dan pelaksanaan bendungan besar ada
tiga masalah dasar, yaitu :
1. Kekuatan dan keamanan struktur bendungan, dimana peran spillway
sangat penting khususnya pada bendungan tipe urugan (embankment
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
8
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
dam), bahkan terkadang menentukan desain spillways lebih sulit
dibandingkan dengan mendesain bendungan itu sendiri.
2. Kecukupan/kemampuan fondasi.
3. Efek-efek dari berat air dan tinggi tekan.
2.5 Sejarah Bendungan Saguling
Waduk Saguling adalah waduk buatan yang terletak di Kabupaten
Bandung Barat pada ketinggian 643 m di atas permukaan laut. Waduk ini
merupakan salah satu dari tiga waduk yang membendung aliran Sungai
Citarum yang merupakan sungai terbesar di Jawa Barat. Dua waduk lainnya
adalah Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata. Awalnya bendungan ini hanya
direncanakan sebagai penghasil energi listrik. Namun, fungsi bendungan
semakin berkembang seperti untuk perikanan, agri-akuakultur, pariwisata,
bahkan untuk kebutuhan domestik seperti MCK.
Gambar 2. Waduk Saguling
Pada tahap pertama pembangkit tenaga listrik yang dipasang berkapasitas
700 MW, tetapi bila di kemudian hari ada peningkatan kebutuhan listrik
pembangkit dapat ditingkatkan hingga mencapai 1.400 MW. Selanjutnya,
dengan mempertimbangkan permasalahan lingkungan di daerah itu, Saguling
ditata-ulang sebagai bendungan multiguna.
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
9
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
Pembangunan Waduk Saguling tak bisa dipisahkan dari adanya gagasan
besar seorang insinyur berkebangsaan Belanda, Prof. Ir. W.J. van
Blommestein. Ia memiliki ide besar, ingin mengintegrasikan seluruh saluran
pengairan di Jawa Barat mulai dari Ciujung, Banten (di ujung barat), hingga
Sungai Rambut di perbatasan Jawa Barat dengan Pekalongan, Jawa Tengah.
Kala itu, Blommestein melakukan pengumpulan data di Citarum sejak dekade
1920-an. Pada 1948, muncul makalah Blommestein dengan gagasan awal
adanya pembangunan Bendungan Jatiluhur yang dianggap paling mendesak
untuk irigasi dan penyedia air baku. Blommestein lalu merencanakan waduk
tambahan seiring pertumbuhan penduduk. Salah satunya adalah Waduk
Saguling, yang semula direncanakan diberi nama Tarum.
Saguling mulai dibangun pada Agustus 1981, dan menghabiskan dana
sebesar 662.968.000 dollar AS. Biaya tersebut termasuk biaya pembebasan
lahan yang menenggelamkan 49 desa, yang didominasi lahan pertanian.
Sebanyak 12.489 kepala keluarga terpaksa pindah dari desanya, dan sebagian
ada yang ditransmigrasikan. Pembangunan Saguling menghabiskan waktu
yang cukup lama hingga dapat dioperasikan pada 1985, dan baru diresmikan
pada 1986 oleh mantan Presiden RI, Soeharto. Waduk ini kemudian dikelola
PT Perusahaan Listrik Negara, untuk memasok listrik kawasan Jawa-Madura-
Bali.
Daerah di sekitar Waduk Saguling berupa perbukitan, dengan banyak
sumber air yang berkontribusi pada waduk. Hal tersebut membuat bentuk
Waduk Saguling sangat tidak beraturan dengan banyak teluk. Daerah waduk
ini asalnya adalah berupa daerah pertanian. Daerah perikanan dari waduk
berhadapan dengan tekanan kuat dari populasi penduduk. Hal tersebut terjadi
karena 50% dari populasi terdiri dari petani dengan tingkat pertumbuhan
tinggi. Peningkatan populasi petani tersebut mengakibatkan berkurangnya
lahan yang dapat diolah sehingga memaksa mereka mengembangkan lahan
pertanian mereka dengan melakukan pembabatan hutan. Sebagai
konsekuensinya, muncul masalah banjir dan longsor di musim hujan.
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
10
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
2.6 Data Bendungan Saguling
Gambar 3. Lokasi Bendungan Saguling
Data informasi infrastruktur dari Bendungan Saguling yaitu Bendungan
Saguling merupakan danau buatan yang terletak di Kabupaten Bandung Barat
Provinsi Jawa Barat, tepatnya di Batu Jajar, yang terletak pada ketinggian
643 m di atas permukaan laut. Angka kritis atau minimum dari Bendungan
Saguling ini yaitu 623 m di atas permukaan laut.
Berikut merupakan tabel spesifikasi DAS yang ada di Sungai Citarum,
yakni :
Tabel 1. Spesifikasi DAS di Sungai Citarum
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
11
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
Bendungan ini termasuk sektor Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan
bendungan ini dibangun mulai tahun 1980 dan selesai tahun 1986. Tipe
bendungan ini yaitu urugan batu dengan inti tanah. Tinggi diatas galian
sungai yaitu 97,5 m dan tinggi diatas galian yaitu 99 m. Tinggi puncak dari
bendungan ini yaitu 10 m, panjang puncaknya 301,4 m dengan lebar 10 m.
Dengan volume tubuh bendungan yakni 279.000.000 m3 maka Waduk
Saguling ini apat menampung 875 juta m3 air sehingga listrik yang dihasilkan
yakni sebesar 2156.000 MWH/tahun. Waduk ini juga memiliki empat mesin
turbin yang digunakan dalam menghasilkan tenaga listrik. Masing – masing
turbin ini berkapasitas 175,18 MW yang dapat menghasilkan listrik sebesar
700-720 kilowatts per jam.
Menurut General Manager PT Indonesia Power (IP) Unit Bisnis
Pembangkit (UBP) PLTA Saguling Eri Prabowo, pada Januari 2012 pasokan
air untuk Waduk Saguling berkurang sehingga mesin yang digunakan untuk
menghasilkan listrik hanya dua mesin saja. Pada Januari 2012 ini debit air
Saguling hanya sebesar 50-60 kubik/detik. Padahal pada Februari 2010 debit
air Saguling mencapai 650 kubik/detik sehingga ke empat mesin turbin di
PLTA Saguling yang satu mesinnya memiliki daya terpasang 175 MW, pada
saat itu semua berproduksi.
Input debit pada DAS Saguling dapat disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2. Debit Input rata-rata bulanan DAS Saguling (m3/det)
Tabel 3. Debit Input rata-rata bulanan DAS Saguling (hm3/det)
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
12
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
Berikut merupaka grafik pola rencana operasi Waduk Saguling tahun 2013 :
Gambar 5. Grafik pola rencana operasi Waduk Saguling
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
Gambar 4. Kapasitas Tampungan Waduk Saguling
13
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
2.7 Struktur Bendungan Saguling
Struktur bangunan Waduk Saguling terbuat dari urukan batu dengan inti
kedap air. Hal ini dilakukan untuk efisiensi dana dengan memanfaatkan
potensi batu dari Gunung Karang yang ada di sekitar Saguling. Waduk
Saguling pun dibuat dengan ketinggian muka air maksimum 643 meter
sehingga bisa menampung 875 juta meter kubik air. Saguling dipasangi
empat turbin pembangkit listrik masing-masing berkapasitas 175,18 MW
yang akan menghasilkan 700-720 kilowatts per jam.
Saguling yang berada di posisi teratas secara otomatis menjadi penerima
awal gelontoran air dari Citarum Hulu, termasuk segala sedimentasi yang
dibawa. Masalah sedimentasi ini menjadi masalah krusial Saguling beberapa
tahun terakhir ini.
Saguling yang terletak di daerah perbukitan, menjadi tempat bermuara
banyak sumber air yang ada di daerah tersebut. Belum lagi limbah-limbah
industri, maupun rumah tangga, ikut berkontribusi pada kualitas air yang
tidak memenuhi baku mutu. Saguling yang diperkirakan memiliki masa hidup
59 tahun, akan terus berkurang usianya, jika keadaan seperti ini tak cepat
diatasi.
2.8 Spesifikasi Turbin dan Generator yang Digunakan
Bendungan Saguling termasuk pusat listrik tenaga air (PLTA) dengan
skala energi listrik yang dihasilkan oleh generator dalam skala menengah,
dimana air sebagai sumber energi utamanya diambil dari aliran beberapa
sungai yang ada dan ditampung didalam bendungan/dam serta ditambah
dengan curah hujan yang relative cukup tinggi dan dalam rentang periode
yang cukup lama, maka air sebagai sumber energi utama PLTA tersebut dapat
dimanfaatkan secara optimal.
Waduk ini memiliki empat mesin turbin yang digunakan dalam
menghasilkan tenaga listrik. Masing – masing turbin ini berkapasitas 175,18
MW yang dapat menghasilkan listrik sebesar 700-720 kilowatts per jam.
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
14
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
2.9 Masalah Bendungan dan Waduk
Hasil penelitian Machbub, dkk (2003) menjelaskan bahwa beberapa
danau mengalami permasalahan antara lain terjadinya sedimentasi yang
mengakibatkan berkurangnya kedalaman, berkurangnya volume,
berkurangnya luas genangan; timbulnya masalah eutrofikasi, yaitu tingginya
kadar nitrogen dan fosfor akibat limbah domestik maupun pertanian dan sisa
pakan ikan; terjadinya pencemaran limbah cair dan limbah padat pada
perairan waduk, dan meningkatnya laju erosi dari sungai tinggi, sehingga
mengurangi masa layan waduk .
Hasil penelitian kualitas air dari waduk tercemar yang mengalami proses
eutrofikasi adalah 3 waduk tercemar berat yaitu: Saguling, Cirata, Jatiluhur
dengan total beban 80 ton BOD per hari dan sampah 1000 m3/ hari. Dibawah
ini merupakan contoh penurunan kualitas air akibat pencemaran dari DAS
Citarum bagian hulu adalah pada Waduk Saguling yakni :
Tabel 4. Kondisi Kualitas Air di S. Citarum Bagian Hulu sebagai Input
Waduk Saguling di Musim Kering, 2001
Tabel tersebut menunjukkan bahwa Waduk Saguling mendapat input
beban pencemar zat organik sebesar 71,1 Ton BOD/hari dan 161,16 Ton
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
15
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
COD/hari. Sedangkan beban limbah senyawa nutrien yang mencemari waduk
tersebut adalah masing-masing 5,74 Ton Nitrogen/hari dan 0,5 Ton
Fosfor/hari. Kondisi tersebut menyebabkan Waduk Saguling mengalami
pencemaran yang amat sangat berat, sekaligus penyuburan yang berlebihan.
Selain itu karena fungsi Bendungan Saguling yang multiguna, membuat
Waduk Saguling kondisinya lebih mengkhawatirkan ketimbang Waduk Cirata
dan Waduk Jatiluhur yang sudah dibangun lebih dahulu. Hal tersebut terjadi
karena sebagai pintu pertama Sungai Citarum, di Saguling inilah semua
kotoran "disaring" untuk pertama kali sebelum kemudian disaring kembali
oleh Waduk Cirata dan terakhir oleh Waduk Jatiluhur.
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
16
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Waduk atau bendungan merupakan suatu bangunan konstruksi yang
digunakan oleh manusia untuk menampung sebanyak-banyaknya air hujan
yang turun ke muka bumi. Air yang ditampung tersebut akan digunakan
untuk menunjang kebutuhan kehidupan manusia.
Terdapat tiga waduk besar di DAS Citarum, yakni Waduk Saguling,
Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata. Ketiga waduk besar ini memiliki
kesamaan fungsi yaitu untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia,
terutama untuk Pulau Jawa dan Bali.
Selain untuk memenuhi kebutuhan listrik (PLTA), fungsi dari waduk ini
menjadi semakin berkembang. Terbukti dengan merambahnya fungsi bagi
sktor pariwisata dan perikanan. Namun jika perawatan terhadap waduk atau
bendungan ini tidak terlaksana dengan baik, maka umur dari bendungan ini
pun akan semakin cepat berkurang dan dampak dari kerusakannya akan
semakin besar dan akan sangat terasa bagi kita semua, yakni tidak
terpenuhinya kebutuhan listrik bagi masyarakat di Pulau Jawa dan Bali.
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1
17
2013 Makalah UTS Bangunan Tenaga Air
DAFTAR PUSTAKA
Website
Website; Wikipedia mengenai Waduk Saguling, http://id.wikipedia.org
Website; Kementrian PU, http://pustaka.pu.go.id
Website; Pikiran Rakyat, http://m.pikiran-rakyat.com
Website; Jurnal Elektronik, www.ejurnal.bppt.go.id
Website; Fakultas Teknik Sipil dan Lingungan ITB, www.ftsl.itb.ac.id
Siti Ai Nurhayati 1005315 | Teknik Sipil S-1