Upload
semy-simbala
View
3.723
Download
63
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kebidanan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua
di dunia sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai
wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan.
Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena
tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati,
mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat
merawat bayinya dengan baik.
Profesi ini telah mendudukkan peran dan posisi seorang bidan
menjadi terhormat di masyarakat karena tugas yang diembannya sangat
mulia dalam upaya memberikan semangat dan membesarkan hati ibu-ibu.
Sejak zaman prasejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari mesir
(Siprah dan Poah) yang berani mengambil resiko membela keselamatan bayi
laki-laki bangsa Yahudi (sebagai orang-orang yang terjajah bangsa Mesir)
yang diperintahkan oleh Fir’aun untuk dibunuh. Mereka sudah
menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam
membela orang-orang yang berada pada posisi lemah, yang pada zaman
modern, kita sebut peran advokasi.
Dalam menjalankan tugas dan prakteknya bidan bekerja
berdasarkan pada pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja,
1
kode etik profesi, dan etika pelayanan kebidanan yang pada zaman modern
ini, kita sebut peran advokasi.
Pelayanan kebidanan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan.
Selama ini pelayanan kebidanan tergantung pada sikap sosial masyarakat
dan keadaan lingkungan dimana bidan bekerja. Kemajuan sosial ekonomi
merupakan parameter yang amat penting dalam pelayanan kebidanan.
Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan
prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan,
metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.
Kebidanan di Indonesia dewasa ini mulai menunjukkan progresitas dalam
perkembangan karirnya. Hal ini ditunjang dengan pesatnya peningkatan
jenjang pendidikan yang berpengaruh pada kualitas bidan tersebut.
Bidan yang dibutuhkan oleh masyarakat ialah bidan yang
menguasai asuhan kebidanan baik secara praktis maupun teoritis.
Penguasaan teori tidak kalah penting mengingat semakin kompleksnya
permasalahan yang timbul pada asuhan kebidanan. Namun pada
kenyataannya bidan yang bekerja di masyarakat lebih memperhatikan
penguasaan praktis daripada pentingnya penguasaan teori.
Peningkatan kualitas pendidikan kebidanan merupakan usaha untuk
mencetak para bidan profesional yang benar-benar berkompeten dalam
menangani asuhan kebidanan. Bukan hanya itu, jenjang pendidikan sangat
penting untuk menentukan jenjang jabatan, dan jenjang pangkat bagi
seorang pegawai negeri pada suatu organisasi, dalam jalur karir yang telah
2
ditetapkan dalam organisasinya. Dengan kata lain, semakin tinggi jenjang
pendidikan yang ditempuh bidan maka dapat mempermudah proses
perkembangan karir bidan.
B. Tujuan Penulisan
Untuk memperoleh informasi dan menambah wawasan kami tentang
sumber etika profesi bidan dalam pelayanan kebidanan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bidan
Dalam bahasa inggris, kata Midwife (Bidan) berarti “with
woman”(bersama wanita, mid = together, wife = a woman. Dalam bahasa
Perancis, sage femme (Bidan) berarti “ wanita bijaksana”,sedangkan dalam
bahasa latin, cum-mater (Bidan) bearti ”berkaitan dengan wanita”.
Menurut churchill, bidan adalah ” a health worker who may or may
not formally trained and is a physician, that delivers babies and provides
associated maternal care” (seorang petugas kesehatan yang terlatih secara
formal ataupun tidak dan bukan seorang dokter, yang membantu pelahiran
bayi serta memberi perawatan maternal terkait).
Definisi Bidan (ICM) : bidan adalah seorang yang telah menjalani
program pendidikan bidan yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan
telah berhasil menyelesaikan studi terkait serta memenuhi persyaratan untuk
terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan. Bidan
merupakan salah satu profesi tertua didunia sejak adanya peradaban umat
manusia.
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan,
yang terakreditasi, memenuhi kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan
atau secara sah mendapat lisensi untuk praktek kebidanan. Yang diakui
sebagai seorang profesional yang bertanggungjawab, bermitra dengan
4
perempuan dalam memberikan dukungan, asuhan dan nasehat yang
diperlukan selama kehamilan, persalinan dan nifas, memfasilitasi kelahiran
atas tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir dan anak.
B. Pengertian Profesi
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya
memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang
khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang
hukum, kedokteran, keuangan, militer, dan teknik.
C. Bidan Sebagai Profesi
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus.
Sebagaii pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:
1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang
didapat melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu
3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas
meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat,
4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap
memegang teguh kode etik profesi.
5
Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan
dengan anggota profesi yang harus memberikan pelayanan profesional.
Tentunya harus diimbangi dengan kesempatan memperoleh pendidikan
lanjutan, pelatihan, dan selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan
kesehatan.
Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas
bahwa bidan tergolong jabatan profesional. Jabatan dapat ditinjau dari dua
aspek, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural
adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam suatu
organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta
dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan
negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat,
jabatan fungsional juga berorientasi kwalitatif. Dalam konteks inilah jabatan
bidan adalah jabatan fungsional profesional, dan wajarlah apabila bidan
tersebut mendapat tunjangan profesional.
Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :
1. Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat
melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara
profesional
2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan
profesinya, yaitu standar pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika
kebidanan
6
3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan
profesinya
4. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya
5. Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat
6. Bidan memiliki organisasi profesi
7. Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan
masyarakat
8. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama
penghidupan.
D. Kewajiban Bidan terhadap Profesinya
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu pada masyarakat.
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
3. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
7
E. Perilaku profesional Bidan
1. Bertindak sesuai keahliannya
2. Mempunyai moral yang tinggi
3. Bersifat jujur
4. Tidak melakukan coba-coba
5. Tidak memberikan janji yang berlebihan
6. Mengembangkan kemitraan
7. Terampil berkomunikasi
8. Mengenal batas kemampuan
9. Mengadvokasi pilihan ibu
F. Sumber Etika Profesi Bidan
1. Etika Pelayanan Kebidanan
a. Pelayanan Kebidanan yang Adil
Keadilan dalam memberikan pelayanan kebidanan adalah
aspek yang pokok dalam pelayanan bidan di Indonesia. Keadilan
dalam pelayanan ini dimulai dengan :
1) Pemenuhan kebutuhan klien yang sesuai.
2) Keadaan sumber daya kebidanan yang selalu siap untuk
melayani.
3) Adanya penelitian untuk mengembangkan/meningkatkan
pelayanan.
4) Adanya keterjangkauan ke tempat pelayanan.
8
Tingkat ketersediaan tersebut di atas adalah syarat utama
untuk terlaksananya pelayanan kebidanan yang aman. Selanjutnya
diteruskan dengan sikap bidan yang tanggap dengan klien, sesuai
dengan kebutuhan klien, dan tidak membedakan pelayanan kepada
siapapun.
b. Metode Pemberian Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan diberikan secara holistik, yaitu
memperhatikan aspek bio, psiko sosio dan kultural sesuai dengan
kebutuhan pasien. Pelayanan tersebut diberikan dengan tujuan
kehidupan dan kelangsungan pelayanan. Pasien memerlukan
pelayanan dari provider yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1) semangat untuk melayani
2) simpati
3) empati
4) tulus ikhlas
5) memberikan kepuasan
Setelah itu, bidan sebagai pemberi pelayanan harus
memperhatikan hal-hal seperti di bawah ini :
1) aman
2) nyaman
3) privacy
4) alami
9
5) tepat
Bidan adalah tenaga pelayanan profesional yang
memberikan pelayanan sesuai dengan ilmu dan kiat kebidanan.
Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien
diperlukan data masukan. Data tersebut dikumpulkan dengan
format pengumpul data yang didesain sesuai dengan kasus yang
ada. Teknik pengumpulan data memakai metode wawancara,
observasi, inspeksi, palpasi dan auskultasi serta pemeriksaan
penunjang lainnya.
Metode pelayanan kebidanan yang sistematis, tearah dan
terukur ini dinamakan manajemen kebidanan. Langkah-langkah
dari manajemen kebidanan adalah :
1) Mengumpulkan data, dilanjutkan dengan
membuat/menentukan diagnose kebidanan.
2) Membuat perencanaan tindakan dan asuhan.
3) Melaksankan tindakan kebidanan sesuai kebutuhan.
4) Evaluasi.
Semua langkah manajemen kebidanan didokumentasikan
sebagai aspek legal dan informasi dalam asuhan kebidanan.
c. Dokumentasi Pelayanan Kebidanan
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti bahan
pustaka, baik berbentuk tulisan maupun berbentuk rekaman
lainnya, seperti pita suara/cassette, video, film, gambar dan foto
10
(Suyono Trimo, 1987, hal 7). Kegunaan dokumentasi adalah
sebagai berikut:
1) Sebagai data atau fakta yang dapat dipakai untuk mendukung
ilmu dan pengetahuan.
2) Merupakan alat untuk mengambil keputusan, perencanaan,
pengontrolan terhadap suatu masalah.
3) Sebagai sarana penyimpanan berkas agar tetap aman dan
terpelihara dengan baik.
Sifat dokumentasi adalah : tertutup dan terbuka. Tertutup
artinya apabila didalamnya berisi rahasia yang tidak pantas untuk
diperlihatkan, diungkapkan dan disebarluaskan kepada masyarakat.
Bersifat terbuka artinya, dokumentasi selalu berinteraksi dengan
lingkungannya untuk menerima dan menghimpun informasi.
Petugas yang bertanggung jawab untuk dokumentasi ini
adalah mereka yang bertugas langsung di institusi pelayanan yang
bersangkutan. Bidan sebagai provider dalam pelayanan kebidanan
bertanggung jawab terhadap dokumentasi kebidanan. Aspek
pelayanan yang didokumentasikan adalah semua pelayanan mandiri
yang diberikan oleh bidan, pelayanan konsultasi dan pelayanan
kolaborasi.
Format dokumentasi kebidanan telah didesain sesuai
dengan jenis pelayanan yang diberikan oleh bidan. Semua format
dokumentasi telah terdaftar pada register/ nomor catatanmedis
11
untuk dokumentasi rumah sakit dan sudah tercatat pada register
puskesmas untuk pelayanan di Puskesmas, rumah sakit bahkan
bidan Praktek Swasta.
d. Keikutsertaan Suami dalam Pelayanan Kebidanan/Kelahiran
Dalam memberikan pelayanan kebidanan/kelahiran, bidan
dituntut untuk mengaplikasikan beberapa disiplin keilmuan, baik
ilmu sosial, psikologi, kebutuhan dasar manusia secara holistik,
komunikasi serta ilmu kebidanan itu sendiri. Interaksi pasien
dengan lingkungannya merupakan faktor pendukung terjadinya
proses kelahiran yang fisiologis.
Suami adalah orang terdekat yang menyebabkan proses
kehamilan terjadi. Kehadiran suami dalam persalinan masih
dianggap janggal. Beberapa tempat persalinan belum
memperbolehkan kehadiran suami dalam proses persalinan
isterinya. Apabila ada seorang pasien yang menginginkan suaminya
menuggu pada saat isterinya melahirkan, sebaiknya bidan
memperbolehkan dengan lebih dahulu memberikan wawasan
pengertian dan penjelasan kepada suaminya dan tidak mengganggu
jalannya persalinan.
Sebelumnya suami pasien diberi penjelasan tentang
persalinan yang meliputi: mekanisme persalinan, hal-hal yang
dialaminya oleh isterinya, dan kemungkinan-kemungkinan yang
12
akan terjadi. Semua penjelasan yang diberikan oleh bidan ditindak
lanjuti dengan penandatanganan informed consent.
Kehadiran suami untuk mendampingi istrinya saat
melahirkan sangat diharapkan, karena untuk memberikan dukungan
kepada isterinya, agar isterinya merasa aman, nyaman dan berbesar
hati, sehingga kelahiran akan berjalan lancar dan normal.
Kehadiran suami akan lebih mendekatkan hubungan keluarga, yaitu
antara istri, anak dan suami. Peristiwa kelahiran adalah peristiwa
yang sakral dan otentik yang perlu disadari dan dihayati oleh
suami, karena itu suami selalu diikutsertakan.
e. Menjaga Mutu Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan
kebidanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan
kebidanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta yang menyelenggarakannya sesuai dengan kode etik dan
standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Kode etik serta standar pelayanan profesi, pada dasarnya
merupakan kesepakatan antara warga profesi sendiri, dan
karenanya bersifat wajib untuk dipakai sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan setiap kegiatan profesi.
Dimensi kepuasan pasien dapat dibedakan atas dua
macam:
13
1) Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta
standar pelayanan profesi kebidanan. Kepuasan yang dimaksud
pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien
mengenai :
a) Hubungan bidan dengan pasien : Hubungan antara bidan
dengan pasien yang baik karena kepekaan, kepedulian dan
perhatian bidan terhadap pasien yang memungkinkan
bidan dapat memberikan penjelasan terhadap semua
informasi tindakan yang diperlukan pasien. Pasien
mengerti, menerima dan menyetujuinya.
b) Kenyamanan pelayanan : menyelenggarakan suatu
pelayanan yang nyaman adalah salah satu dari kewajiban
etik.
c) Kebebasan melakukan pilihan : Suatu pelayanan
kebidanan yang bermutu apabila kebebasan memilih ini
dapat diberikan oleh bidan.
d) Pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowledge
and technical skill) : Makin tinggi pengetahuan dan
tingkat kemampuan teknis bidan akan lebih meningkatkan
mutu pelayanan kebidanan.
e) Efektifitas pelayanan : Makin efektif pelayanan yang
diberikan oleh bidan, makin tinggi mutu pelayanannya.
14
2) Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan
pelayanan kebidanan. Suatu pelayanan dikatakan bermutu bila
penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan dapat
memuaskan pasien. Ukuran pelayanan kebidanan yang
bermutu adalah :
a) Ketersediaan pelayanan kebidanan (available)
b) Kewajaran pelayanan kebidanan (appropiate)
c) Kesinambungan pelayanan kebidanan (continue)
d) Penerimaan jasa pelayanan kebidanan (acceptable)
e) Ketercapaian pelayanan kebidanan (accesible)
f) Keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable)
g) Efisiensi pelayanan kebidanan (afficient)
h) Mutu pelayanan kebidanan (quality)
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan
kode etik dan standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan
yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan
tersebut, tujuan akhirnya adalah kepuasan pasien yang dilayani
oleh bidan.
f. Implementasi Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan disuatu institusi pelayanan
kesehatan, misalya rumah sakit atau puskesmas memiliki norma
atau budaya pelayanan yang unik. Setiap institusi pelayanan
15
memiliki norma sendiri dalam memberikan pelayanan. Yang perlu
diperhatikan oleh bidan adalah bahwa di suatu institusi pelayanan
terdapat beberapa praktisi dan profesi pelayanan kesehatan.
Walaupun ada beberapa pelayanan kesehatan, subyek pelayanan
hanya satu, yaitu manusia atau individu. Oleh karena itu, semua
atau tiap profesi harus jelas batas wewenangnya. Batas wewenang
tersebut telah disetujui oleh antar profesi dan merupakan daftar
wewenang yang sudah tertulis. Apabila tiap profesi tersebut
melanggar batas wewenangnya, maka terjadilah konflik antar para
praktisi pemberi pelayanan tersebut.
Untuk mengantisipasinya terjadilah konflik peran, PP IBI
telah membuat standar praktek kebidanan dan standar operating
prosedur untuk pelayanan kepada ibu, bayi dan Keluarga
Berencana. Standar ini merupakan alat/senjata dalam memberikan
pelayanan kebidanan. Sedangkan kapling/area dalam memberikan
pelayanan kebidanan telah tertuang pada permenkes 572/tahun
1996 tentang wewenang dan Registrasi Praktek Bidan. Dalam
implementsi pelayanan kebidanan yang harus disadari oleh bidan
adalah jenis pelayanan yang diberikan, apakah itu pelayanan
mandiri, pelayanan konsultasi atau pelayanan kolaborasi.
16
2. Kode Etik
Setiap profesi mutlak mengenal atau mempunyai kode etik.
Dengan demikian dokter, perawat, bidan, guru dan sebagainya yang
merupakan bidang pekerjaan profesi mempunyai kode etik.
a. Pengertian kode Etik
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang
harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersngkutan
didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di
masyarakat.
Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi
anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan
profesinya dan larangan-larangan yaitu ketentuan-ketentuan
tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan
tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada
umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
b. Kode Etik Profesi
Sejak zaman sebelum Masehi dunia kedokteran sudah
mengenal kode etik yang dipergunakan untuk melaksanakan
praktek kedokteran zaman itu. Kode etik merupakan suatu
kesepakatan yang diterima dan dianut bersama (kelompok
tradisional) sebagai tuntunan dalam melakukan praktek. Kode etik
ini disusun oleh profesi berdasarkan keyakinan dan kesadaran
17
profesional serta tanggung jawab yang berakar pada kekuatan
moral dan kemampuan manusia.
Kode etik profesi merupakan suatu pernyataaan
komprehensif dari profesi yang memberikan tuntunan bagi
anggotanya untuk melaksanakn praktek dalam bidang profesinya
baik yang berhubungan dengan klien/psien, keluarga, masyarakat,
teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri. Namun dikatakan bahwa
kode etik pada zaman dimana nilai-nilai peradaban semakin
kompleks, kode etik tidak dapat lagi dipakai sebagai pegangan
satu-satunya dalam menyelesikan masalah etik. Untuk itu
dibutuhkan juga suatu pengetahuan yang berhubungan dengan
hukum. Benar atau salah pada penerapan kode etik, ketentuan/nilai
moral yang berlaku terpulang kepada profesi.
c. Tujuan Kode Etik
Pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode
etik suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan
kepentingan organisasi. Secara umum tujuan menciptakan kode
etik adalah sebagai berikut:
1) Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau
masyarakat mencegah orang luar memandang rendah atau
remeh suatu profesi. Oleh karena itu setiap kode etik suatu
profesi akan melarng berbagai bentuk tindak tanduk atau
18
kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama
baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebut
kode kehormatan.
2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan materiil
dan spiritual atau mental. Dalam hal kesejahteraan materiil
anggota profesi kode etik umumnya menetapkan larangan-
larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang
merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan
peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pembahasan
tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota
profesi dalam interaksinya dengan sesama anggota profesi.
3) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Dalm hal ini kode etik juga beriasi tujuan pengabdian profesi
tertentu, sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggungjawab pengabdian profesinya.
Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan
yang diperlukan oleh para anggota profesi dalam
menjalankan tugasnya.
4) Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran
agar profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu
profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode
19
etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan
menigkatkan mutu organisasi profesi. Dari uraian di atas,
jelas bahwa tujuan suatu profesi, menjaga dan memelihara
kesejahtereaan para anggota, meningkatkan pengabdian
anggota, dan meningkatkan mutu profesi serta meningkatkan
mutu organisasi profesi.
d. Dimensi Kode Etik
1) Anggota profesi dan klien / pasien.
2) Anggota profesi dan sistem kesehatan.
3) Anggota profesi dan profesi kesehatan
4) Sesama anggota profesi
Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan
komprehensif profesi yang memberikan tuntunan bagi bidan untuk
melaksanakan praktek kebidanan baik yang berhubungan dengan
kesejahteraan, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan
dirinya.
e. Prinsip Kode Etik
1) Menghargai otonomi
2) Melakukan tindakan yang benar
3) Mencegah tindakan yang dapat merugikan
4) Memberlakukan manusia secara adil
5) Menjelaskan dengan benar
6) Menepati janji yang telah disepakati
20
7) Menjaga kerahasiaan
f. Penerapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para
anggotanya. Penetapan kode etik IBI harus dilakukan dalam
kongres IBI. Kode etik suatu organisasi akan mempunyai pengaruh
yang kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi, jika
semua orang yang menjalankan profesi yang sama tergabung dalam
suatu organisasi profesi. Apabila setiap orang yang menjalankan
suatu profesi secara otomatis tergabung dalam suatu organisasi atau
ikatan profesi maka barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut
dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap anggota
profesi yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik dapat
dikenakan sanksi.
3. Kode Etik Kebidanan
a. Definisi Kode Etik
Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari
nilai – nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan
merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang
memberikan tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan
pengabdian profesi
b. Kode Etik Bidan
Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun
1986 dan disahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia
21
X tahun 1988, sedang petunjuk pelaksanaanya disahkan dalam
Rapat Kerja Nasional ( Rekernas ) IBI tahun 1991, kemudian
disempurnakan dan disahkan pada Kongres Nasional IBI ke XII
tahun 1998. Sebagai pedoman sdalam berperilaku, Kode Etik Bidan
indonesia mengandung beberapa kekuatan yang yang semuanya
tertuang dalam mukadimah dan tujuan dan bab. Secara umum kode
etik tersebut berisi 7 bab. Ketujuh bab dapat dibedakan atas tujuh
bagian yaitu :
1) Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat ( 6 butir )
2) Kewajiban bidan terhadap tugasnya ( 3 butir )
3) Kewajiban Bidan terhadap sejawab dan tenaga kesehatan
lainnya ( 2 butir )
4) Kewajiban bidan terhadap profesinya ( 3 butir )
5) Kewajiban bidan terhadap diri sendiri ( 2 butir )
6) Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air ( 2
butir )
7) Penutup ( 1 butir )
Beberapa kewajiban bidan yang diatur dalam pengabdian
profesinya adalah :
1) Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
a) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati
dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam
melaksanakan tugas pengabdiannya.
22
b) Setiap bidan dalam menjalankan tugas proofesinya
menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan
yang yang utuh dan memelihara citra bidan
c) setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
berpedoman pada peran tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
d) setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak klien, dan
menghormati nilai – nilai yang berlaku dimasyarakat
e) setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan
masyarakat dengan indentitas yang sama sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
f) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi
dalam hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan
mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatannya secara optimal
2) Kewajiban Terhadap Tugasnya
a) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna
terhadap klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan
kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
23
b) Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan
mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan
mengadakan konsultasi dan atau rujukan
c) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan
yang dapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali
bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan
kepentingan klien
3) Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan
lainnya
a) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman
sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi
b) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling
menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga
kesehatan lainnya.
4) Kewajiban bidan terhadap profesinya
a) setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung
tinggi citra profesinya dengan menampilkan kepribadian
yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat
b) Setiap harus senantiasa mengembangkan diri dan
mmeningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
24
c) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan
penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat
meniingkatkan mutu dan citra profesinya
5) Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
a) Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dalam
melaksanakan tugas profesinya dengan baik
b) Setiap bidan harus berusaha secara terus – menerus
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
6) Kewajiban bidan terhadap pemerintah nusa, bangsa dan tanah
air
a) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa
melaksanakan ketentuan – ketentuan pemerintah dalam
bidang kesehatan, khususnya dalam palayanan KIA / KB
dan kesehatan keluarga dan masyarakat
b) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan
menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintahan
untuk meningkatakan mutu jangkauan pelayanan
kesehatan terutama pelayanan KIA / KB dan kesehatan
keluarga
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai
dengan persyaratan yang berlaku, dicatat ( register ), diberi izin secara
sah untuk menjaklankan praktek.
2. Keadilan dalam memberikan pelayanan kebidanan adalah aspek yang
pokok dalam pelayanan bidan di Indonesia.
3. Pelayanan kebidanan diberikan secara holistik, yaitu memperhatikan
aspek bio, psiko sosio dan kultural sesuai dengan kebutuhan pasien.
Pelayanan tersebut diberikan dengan tujuan kehidupan dan
kelangsungan pelayanan.
4. Sifat dokumentasi adalah : tertutup dan terbuka.
5. Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersngkutan didalam
melaksanakan tugas profesinya dan dlam hidupnya di masyarakat.
6. Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi
yang memberikan tuntunan bagi bidan untuk melaksanakan praktek
kebidanan baik yang berhubungan dengan kesejahteraan, keluarga,
masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya.
26
7. Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab. Ketujuh bab dapat
dibedakan atas tujuh bagian yaitu :
8. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat ( 6 butir )
9. Kewajiban bidan terhadap tugasnya ( 3 butir )
10. Kewajiban Bidan terhadap sejawab dan tenaga kesehatan lainnya ( 2
butir )
11. Kewajiban bidan terhadap profesinya ( 3 butir )
12. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri ( 2 butir )
13. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air ( 2 butir )
Penutup ( 1 butir )
B. Saran
Kita sebagai Mahasiswi Kebidanan dan calon Bidan harus
mempelajari serta menanamkan sedini mungkin Etika dan Kode Etik Profesi
Kebidanan serta Standar Operasional Prosedur sebagai tolak ukur dan
rambu-rambu dalam melaksanakan praktek pelayanan Kebidanan agar
nantinya diharapkan tidak terjadi hal-hal yang dapat membahayakan diri
kita sendiri maupun klien dan agar dapat kita pertanggung jawabkan jika
dikemudian hari diperlukan.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/search?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US
%3Aofficial&channel=s&hl=id&source=hp&q=HAK+DAN+KEWAJIBAN+BID
AN+DALAM+MEMBERIKAN+PELAYANAN+MASYARAKAT&meta=&btn
G=Telusuri+dengan+Google
28