13
MAKALAH TUGAS AKHIR PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRACT The Environmental Education need to be application from the beginning to the Child so that they can used it in their daily activity and so they can respect the nature. Disabled child has a same right with a normal child to get an information about Environmental Education. Bogor Botanical Garden care about this Environmental Education. Bogor Botanical Garden have not tourism package for disabled child, but they can adapted it for the disabled child. Bogor Botanical Garden need to make some environmental Education tourism package for the disabled child because they have a same right to get the information about Environmental Education. The education of environmental that will be used for the disabled child is outbound game. Key Word: Education, Environment, disabled child, outbound I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesadaran manusia dalam memanfaatkan alam secara lestari diperlukan untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang telah terjadi. Pendidikan lingkungan merupakan salah satu cara meningkatkan kesadaran manusia agar dapat menghargai dan turut melestarikan alam. Pendidikan lingkungan perlu ditanamkan sejak dini pada anak agar perilaku ramah lingkungan dapat membudaya pada diri anak hingga dewasa, hal serupa berlaku untuk anak tuna daksa. Anak tuna daksa sebagai bagian dari masyarakat memiliki hak yang sama untuk memperoleh informasi mengenai lingkungan seperti yang terdapat dalam kegiatan pendidikan lingkungan. Judul Makalah : Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan untuk Anak Tuna Daksa dengan Media Permainan Outbound di Kebun Raya Bogor Pemrasaran/ NIM : Nina Elvina/ J3B305066 Pembimbing : Helianthi Dewi, M.Si Disetujui, Dosen Pembimbing, Helianthi Dewi, M.Si

Makalah Seminar 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Seminar 1

Citation preview

Page 1: Makalah Seminar 1

MAKALAH TUGAS AKHIR PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

ABSTRACT

The Environmental Education need to be application from the beginning to the Child so that they can used it in their daily activity and so they can respect the nature. Disabled child has a same right with a normal child to get an information about Environmental Education. Bogor Botanical Garden care about this Environmental Education. Bogor Botanical Garden have not tourism package for disabled child, but they can adapted it for the disabled child. Bogor Botanical Garden need to make some environmental Education tourism package for the disabled child because they have a same right to get the information about Environmental Education. The education of environmental that will be used for the disabled child is outbound game. Key Word: Education, Environment, disabled child, outbound

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kesadaran manusia dalam memanfaatkan alam secara lestari diperlukan untuk mengatasi kerusakan

lingkungan yang telah terjadi. Pendidikan lingkungan merupakan salah satu cara meningkatkan kesadaran manusia agar dapat menghargai dan turut melestarikan alam. Pendidikan lingkungan perlu ditanamkan sejak dini pada anak agar perilaku ramah lingkungan dapat membudaya pada diri anak hingga dewasa, hal serupa berlaku untuk anak tuna daksa. Anak tuna daksa sebagai bagian dari masyarakat memiliki hak yang sama untuk memperoleh informasi mengenai lingkungan seperti yang terdapat dalam kegiatan pendidikan lingkungan.

Judul Makalah : Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan untuk Anak Tuna Daksa dengan Media Permainan Outbound di Kebun Raya Bogor Pemrasaran/ NIM : Nina Elvina/ J3B305066 Pembimbing : Helianthi Dewi, M.Si

Disetujui,

Dosen Pembimbing,

Helianthi Dewi, M.Si

Page 2: Makalah Seminar 1

2

Kebun Raya Bogor (KRB) sebagai Pusat Konservasi Tumbuhan di Kota Bogor memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan yang diaplikasikan dalam bentuk penyediaan paket wisata untuk pelajar. Hingga kini KRB tidak menyediakan paket wisata pendidikan lingkungan yang khusus untuk anak tuna daksa. Perlu dibuat suatu program pendidikan lingkungan yang khusus untuk anak tuna daksa dengan mempertimbangkan keterbatasan anak tuna daksa. Pemilihan lokasi KRB sebagai tempat penelitian adalah berdasarkan kualitas pengelolaan wisata pendidikan lingkungan yang baik kepada pelajar, oleh karena itu KRB juga diharapkan dapat memberikan pendidikan lingkungan yang baik bagi anak tuna daksa Media yang dipilih untuk menyampaikan informasi pendidikan lingkungan adalah permainan outbound. Melalui kegiatan permainan outbound para peserta diharapkan dapat secara langsung mengenal lingkungan hidup dan mengamati proses-proses ekologis yang berlangsung di lingkungan. B. Tujuan 1. Mengetahui karakteristik anak tuna daksa sebagai bahan pertimbangan Perencanaan Program Wisata

Pendidikan Lingkungan untuk Anak Tuna Daksa di Kebun Raya Bogor 2. Mengidentifikasi jenis permainan outbound yang sesuai dengan karakteristik anak tuna daksa 3. Merencanakan program wisata pendidikan lingkungan untuk anak tuna daksa dengan media permainan

outbound sesuai dengan sumberdaya wisata yang terdapat di Kebun Raya Bogor C. Manfaat Penelitian Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan Dengan Media Permainan Outbound untuk Anak Tuna Daksa diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola mengenai alternatif program wisata pendidikan lingkungan untuk anak tuna daksa. Penulis juga berharap penelitian ini memberikan manfaat bagi anak tuna daksa untuk memperoleh pendidikan lingkungan yang layak dan sesuai dengan kondisi anak tuna daksa.

II. KONDISI UMUM

Kebun Raya Bogor awalnya merupakan kebun istana yang dibentuk oleh Sir Thomas Stamford Raffles dengan konsep taman bergaya Inggris. Awal abad ke-19 Prof. Casper Georg Carl Reinwardt, seorang ahli botani asal Jerman, menulis surat kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia yaitu G.A.G.P. Baron van der Capellen. Surat tersebut berisi permohonan Reinwardt atas sebidang tanah di kebun istana untuk penelitian manfaat berbagai tumbuhan serta koleksi tanaman yang bernilai ekonomi baik berasal dari Indonesia maupun dari mancanegara. Pada tanggal 18 Mei 1817 dilakukan pemasangan patok pertama yang sekaligus menandai berdirinya KRB dengan nama awal Hortus Botanicus Bogoriensis atau ’s land Plantentuin. Kebun Raya Bogor terletak di Kecamatan Bogor Tengah, Kotamadya Bogor dengan luas keseluruhan 87 ha dan secara geografis terletak pada 106º45 BT dan 6º36 LS. Kondisi kelembaban kota Bogor adalah 70% dengan curah hujan antara 3 500 – 4 000 mm/ tahun. Kebun Raya Bogor memiliki ± 3 432 spesies tumbuhan dan ± 432 spesies anggrek. Bentuk sarana yang tersedia antara lain pusat informasi, papan interpretasi, perpustakaan, mesjid, jalan setapak, toilet dan sebagainya. Prasarana yang terdapat di Kebun Raya Bogor antara lain telepon, listrik dan air.

III. METODE PENELITIAN TUGAS AKHIR

A. Waktu dan Tempat

Penelitian Tugas Akhir dilakukan di Kebun Raya Bogor. Data penunjang penelitian diperoleh dari SLB-C Dharma Wanita dan SLBN Cibinong. Penelitian dilakukan selama kurun waktu efektif 1 bulan dimulai pada tanggal 14 April 2008 dan berakhir pada tanggal 14 Mei 2008.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam Tugas Akhir yaitu kamera, komputer, kuesioner, denah Kebun Raya Bogor serta laporan tahunan Kebun Raya Bogor.

C. Jenis dan Metode Pengambilan Data

Data yang diperlukan dalam pelaksanaan Tugas Akhir adalah karakteristik anak tuna daksa, materi pendidikan lingkungan, sumberdaya wisata KRB, jalur wisata pendidikan lingkungan dan jenis permainan outbound sebagai media wisata pendidikan lingkungan. Metode yang digunakan untuk pengambilan data adalah studi pustaka, observasi dan kuesioner. Berikut tahapan dalam penelitian Tugas Akhir:

Page 3: Makalah Seminar 1

3

Gambar 1. Tahapan Penelitian D. Analisis Data

Data kegiatan Tugas Akhir diperoleh menggunakan kuesioner dengan skala likert. Data hasil kuesioner dihitung dengan tabel tabulasi menggunakan persentase. Data dan informasi yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara deskriptif.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Derajat Kecacatan Anak Tuna Daksa Kegiatan penelitian Tugas Akhir melibatkan 5 anak tuna daksa dengan rentang usia 6-12 tahun.

Setiap responden memiliki karakteristik berbeda dan termasuk dalam golongan Celebral Palsy dengan tingkat derajat kecacatan ringan sampai sedang (Tabel 1). Tabel 1. Derajat Kecacatan Anak Tuna Daksa

No Nama anak

Tingkat Kecacatan

Kategori Topografi

Kategori Fisiologi

Keterangan

1. Avril Ringan Triplegia Spastik Bagian anggota tubuh yang mengalami gangguan adalah tangan kanan, kaki kiri dan kaki kanan. Akibat gangguan pada kaki kiri, kaki kanan hanya dapat digerakkan secara terbatas. Tidak memerlukan kursi roda

2. Salma Ringan Monoplegia Spastik Bagian anggota tubuh yang mengalami gangguan adalah kaki kiri. Kaki kanan dan kedua tangan dapat digerakkan dengan mudah

Supply Demand

Karakteristik anak tuna daksa: 1. Aspek kognitif 2. Aspek fisik 3. Aspek afeksi 4. Aspek sosial

Identifikasi jenis permainan outbound sebagai media penyampaian informasi pendidikan

lingkungan

Perencanaan Program Wisata Pendidikan Lingkungan Untuk Anak Tuna Daksa Dengan

Media Permainan Outbound Di Kebun Raya Bogor

Kuesioner dengan skala likert

Permainan outbound sebagai media penyampaian informasi pendidikan lingkungan

Sumberdaya wisata pendidikan lingkungan

Identifikasi sumberdaya wisata pendidikan lingkungan untuk anak tuna daksa

Identifikasi sarana/ media penyampaian informasi pendidikan lingkungan untuk

anak tuna daksa

Analisis

Sumberdaya Wisata

Amenitas

Page 4: Makalah Seminar 1

4

Tabel 1. Lanjutan

No Nama anak

Tingkat Kecacatan

Kategori Topografi

Kategori Fisiologi

Keterangan

3. Dimas Ringan Hemiplegia Spastik Bagian anggota tubuh yang mengalami gangguan adalah tangan kanan dan kaki kanan. Tangan kiri dan kaki kiri dapat digerakkan dengan mudah.

4. Rahma Ringan Triplegia Spastik Bagian anggota tubuh yang mengalami gangguan adalah tangan kiri,kaki dan kaki kanan sulit digerakkan. Tangan kanan dapat digerakkan dengan mudah

5. Aldi Sedang Paraplegia Spastik Bagian anggota tubuh yang mengalami gangguan adalah kaki kanan dan kaki kiri. Kedua tangan dapat digerakkan dengan mudah. Menggunakan bantuan kursi roda

B. Karakteristik anak tuna daksa B.1.Kemampuan fisik Anak tuna daksa memiliki perbedaan pada sebagian atau seluruh anggota gerak dengan anak normal. Perbedaan bentuk fisik menyebabkan keterbatasan kemampuan fisik anak tuna daksa. Berdasarkan hasil kuesioner 45% anak memiliki kemampuan fisik yang baik. Kemampuan anak untuk menggerakkan tangan pada umumnya baik, oleh karena itu kelima anak memiliki kemampuan yang baik dalam memegang benda dengan tangan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, umumnya anak dapat berjalan dengan cukup baik. Upaya yang perlu dilakukan dalam meminimalisasi dampak keterbatasan fisik anak yaitu dengan melakukan fisioterapi baik melalui pemijatan maupun dengan melatih koordinasi gerak tubuh. Sebanyak 60% anak tuna daksa dapat berbicara dengan jelas dan mampu mengucapkan artikulasi secara benar dan lancar. Kemampuan anak untuk mendengar umumnya baik, 80% anak dapat mendengar dengan jelas. Kemampuan berbicara dan mendengar dengan jelas memudahkan anak dalam melakukan komunikasi. Tingkat kesehatan anak umumnya sangat baik, 60% anak memiliki tingkat kesehatan yang sangat baik dan tidak memiliki penyakit bawaan yang berat. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, anak dapat menggerakkan anggota tubuh secara terbatas, anak dapat berkomunikasi dan memiliki tingkat kesehatan yang umumnya sangat baik. Dengan demikian anak dikategorikan mampu mengikuti suatu kegiatan seperti kegiatan pendidikan lingkungan dengan keterbatasan yang dimiliki. B.2.Kebutuhan Afektif Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan pada lima orang tua anak, 60% orang tua memberikan kasih sayang dengan intensitas sering pada anak. Orang tua juga tidak membeda-bedakan kedudukan anak tuna daksa dengan anak normal lainnya sehingga meningkatkan tingkat percaya diri anak dalam bersosialisasi. Disamping memberikan kasih sayang yang cukup, orang tua selalu mengajarkan anak untuk disiplin, 60% orang tua menerapkan disiplin dengan baik dan 40% lainnya menerapkan disiplin dengan sangat baik pada anak. Dari segi kegiatan pendidikan lingkungan, aspek afektif akan mempengaruhi anak tuna daksa untuk meningkatkan motivasi anak melakukan kegiatan pendidikan lingkungan. Dukungan orang tua diperlukan anak untuk memahami setiap materi yang diberikan dalam kegiatan pendidikan lingkungan. B.3.Aspek Kognitif

Berdasarkan hasil kuesioner, 60% anak memiliki kemampuan menerima pelajaran yang cukup baik sehingga anak memiliki prestasi belajar di sekolah yang cukup baik.

Tingkat kreatifitas anak akan mendukung anak dalam menyikapi sikap dan perilaku di dalam memahami esensi pendidikan lingkungan. Tingkat kreatifitas anak berbeda antara di rumah dan di sekolah. Menurut pengamatan orang tua, 60% anak umumnya memiliki kreatifitas yang baik di rumah, sedangkan menurut pengamatan guru di sekolah 60% anak memiliki kreatifitas yang cukup baik di lingkungan sekolah. Perbedaan tingkat kreatifitas anak di rumah dan di sekolah adalah karena keterbatasan waktu bagi guru untuk memantau sikap dan prilaku anak dan lingkungan sekolah yang bersifat formal sehingga membatasi kreatifitas anak. B.4.Aspek Sosial

Pada umumnya anak tuna daksa memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik, hal ini didukung dengan kemampuan berkomunikasi yang baik. Pengetahuan yang minim pada masyarakat menyebabkan keberadaan anak tuna daksa di kalangan masyarakat menjadi golongan yang kurang diterima. Hasil kuesioner menunjukkan 60% anak tuna daksa lebih sering bermain dengan sesama penyandang cacat

Page 5: Makalah Seminar 1

5

dibandingkan dengan anak normal. Sebanyak 60% anak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik di lingkungan sosialnya.

Tingkat kepercayaan diri anak berada pada kategori sangat baik, kepercayaan diri yang tinggi pada anak disebabkan kebutuhan afeksi anak terpenuhi oleh orang tua. Dengan tingkat kepercayaan diri anak yang umumnya baik, 60% anak tuna daksa mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Tingkat kemandirian anak 80% berada pada kategori cukup baik, keterbatasan yang dimiliki terkadang membuat anak memerlukan bantuan untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Berdasarkan hasil pengamatan dan kuesioner dapat diketahui bahwa umumnya kemampuan bersosialisasi anak cukup baik dan mampu mengikuti kegiatan pendidikan lingkungan. B.5. Aspek Pendidikan Lingkungan

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan pada lima anak tuna daksa, 80% sangat suka membuang sampah pada tempatnya, 80% sangat tidak suka menganggu tanaman dan 60% selalu menghemat penggunaan air. Perilaku anak untuk memelihara lingkungan merupakan pola perilaku yang ditanamkan oleh orang tua dan guru sehingga anak terbiasa berperilaku ramah lingkungan. Kebiasaan tersebut perlu terus dikembangkan melalui kegiatan pendidikan lingkungan agar anak dapat memperoleh informasi lebih banyak mengenai lingkungan.

Kebiasaan anak untuk memelihara lingkungan tidak dilakukan dengan terpaksa, karena dalam diri anak telah tertanam kecintaan terhadap lingkungan, hal ini ditunjukkan oleh 80% anak yang sangat suka keindahan alam dan lingkungan yang bersih. Minat anak terhadap kegiatan pendidikan lingkungan sangat tinggi, 60% anak sangat suka untuk mengikuti kegiatan pendidikan lingkungan, oleh karena itu perlu diadakan suatu kegiatan pendidikan lingkungan yang menarik dan sesuai dengan tingkat pemahaman anak. C. Program wisata pendidikan lingkungan untuk anak tuna daksa C.1.Konsep program wisata pendidikan lingkungan Program wisata pendidikan lingkungan untuk anak tuna daksa bertujuan memberikan informasi dan pengetahuan mengenai kondisi fisik lingkungan hidup, fenomena alam, manfaat alam bagi manusia dan dampak perilaku manusia terhadap kelestarian lingkungan. Sasaran program wisata pendidikan lingkungan yaitu anak tuna daksa usia 6-12 tahun yang dikategorikan mampu mengikuti kegiatan. Program yang disusun telah disesuaikan dengan karakteristik anak tuna daksa yang meliputi kemampuan fisik, kebutuhan afektif, aspek kognitif, aspek sosial dan aspek pendidikan lingkungan. Bentuk kegiatan program pendidikan lingkungan adalah permainan outbound yang bersifat low impact. C.2.Materi wisata pendidikan lingkungan Materi yang akan diberikan pada anak tuna daksa adalah mengenai lingkungan, baik dari definisi lingkungan, komponen-komponen lingkungan, fenomena alam yang terjadi, manfaat lingkungan serta dampak perilaku manusia terhadap kelestarian lingkungan. Materi yang diberikan disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak. C.3.Lokasi wisata pendidikan lingkungan untuk anak tuna daksa Jalur I yang terdapat di Kebun Raya Bogor merupakan jalur yang dipilih untuk penyelenggaraan kegiatan pendidikan lingkungan. Kegiatan permainan outbound akan dilakukan di area yang terdapat di depan guest house. Area yang digunakan cukup luas sehingga dapat digunakan untuk melakukan permainan outbound. C.4.Sumberdaya wisata pendidikan lingkungan

Sumberdaya wisata utama di Kebun Raya Bogor adalah koleksi tanaman. Beberapa koleksi tanaman yang menjadi sumberdaya wisata pendidikan lingkungan antara lain Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum), Teratai Raksasa (Victoria amazonica), Pohon sosis (Kigelia africana), Meranti (Shorea sumatrana), Rotan, Mengkudu (Morinda citrifolia) dan Bambu. Sarana yang digunakan dalam kegiatan pendidikan lingkungan antara lain:

Tabel 2. Sarana Wisata Pendidikan Lingkungan

No Sarana Fungsi

1. Area guest house Tempat pelaksanaan kegiatan outbound 2. Interpreteur Memberi informasi dan materi dalam kegiatan 3. Toilet Sarana bagi peserta 4. Tempat Sampah Menjaga kebersihan

Page 6: Makalah Seminar 1

6

C.5.Jenis permainan outbound sebagai media wisata pendidikan lingkungan a. Siapa makan siapa??

1) Kategori peserta: anak tuna daksa golongan ringan hingga sedang, semua kategori topografi dan tipe spastik

2) Alat/ bahan: - 3) Cara bermain:

a) Peserta diminta duduk dan membentuk lingkaran b) Fasilitator meminta peserta memperkenalkan nama masing-masing peserta pada peserta lain

disebelahnya secara berurutan hingga peserta terakhir kembali ke peserta pertama c) Setelah saling mengenal, permainan dimulai dengan instruksi dari fasilitator untuk menyebutkan

proses rantai makanan yang dimulai dari produsen yaitu tumbuhan. Sebagai contoh, jika fasilitator menyebutkan ”daun dimakan...” maka anak yang ditunjuk harus menjawab dengan menyebutkan satu jenis hewan yang dapat memakan daun seperti ”ulat”

d) Dalam setiap putaran permainan peserta tidak boleh menyebutkan dua kali nama hewan yang sama. Satu putaran dimulai dari nama produsen dan berakhir pada nama konsumen tingkat akhir

e) Peserta yang tidak dapat menjawab pertanyaan akan dihukum sesuai keinginan peserta lain 4) Makna permainan:

Permainan ini memperkenalkan anak pada siklus rantai makanan hingga jaring-jaring makanan. Fasilitator juga menjelaskan bahwa jika salah satu spesies dari rantai makanan hilang atau punah maka rantai makanan akan terputus, oleh karena itu peserta diajak untuk melestarikan tanaman dan hewan yang terdapat di alam.

b. Apa ini?Apa itu? 1) Kategori peserta: anak tuna daksa golongan ringan hingga sedang, semua kategori topografi dan

tipe spastik 2) Alat/ bahan: Gambar tanaman dan hewan yang terdapat di Indonesia 3) Cara bermain:

a) Peserta diminta duduk membentuk lingkaran di lapangan b) Fasilitator menunjuk peserta untuk menyebutkan nama tanaman/ hewan yang terdapat pada

gambar c) Permainan berulang sampai pada gambar terakhir

4) Makna permainan: Gambar tanaman/ hewan sebaiknya yang terdapat dalam kawasan Kebun Raya Bogor,

sehingga peserta dapat melihat langsung tanaman/ hewan di habitat aslinya. Pada akhir permainan fasilitator memberitahu peserta bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, keanekaragaman hayati perlu dilestarikan agar tidak punah dan dapat dinikmati generasi selanjutnya.

c. Awas Bencana Alam!! 1) Kategori peserta: anak tuna daksa golongan ringan,tipe spastik dan semua kategori topografi kecuali

paraplegia dan quadriplegia 2) Alat/bahan: ember, bangku pijakan 3) Cara bermain:

d) Peserta akan diberikan petunjuk berbagai macam gerakkan yang disesuaikan dengan nama bencana alam. Ketika fasilitator menyebutkan gempa, anak harus berlari ketempat terbuka, tidak ada gedung dan pohon sambil meletakkan tangan di atas kepala. Jika fasilitator menyebutkan banjir anak harus naik ke atas bangku pijakan yang diletakkan jauh dari anak. Jika fasilitator menyebutkan Kebakaran anak-anak harus pura-pura menyiram tubuhnya dengan ember sambil berteriak ”padamkan api”, dan ketika fasilitator menyebutkan Tsunami, anak-anak harus memeluk pohon yang besar. Untuk memanggil kembali ke tempat semula, fasilitator akan menyebutkan alam lestari dan anak dapat beristirahat dan bergerak bebas.

e) Perintah bencana dapat disebutkan sekaligus, dengan jeda waktu masing-masing ± dua menit. f) Permainan berakhir jika anak terlihat lelah. g) Pada akhir permainan fasilitator akan menjelaskan penyebab terjadinya bencana alam dan

tindakan yang harus dilakukan untuk menghadapi situasi bencana alam. 4) Makna Permainan:

Anak-anak akan mengerti dan merasakan bahwa bencana alam akan menimbulkan kesulitan pada manusia, oleh karena itu anak diajak untuk memelihara lingkungan sejak dini, agar terhindar dari bencana alam. Anak-anak juga diajarkan untuk mengetahui penyebab bencana alam dan mampu melakukan tindakan untuk menghadapi situasi bencana alam.

Page 7: Makalah Seminar 1

7

d. Berburu sampah!! 1) Kategori peserta: anak tuna daksa golongan ringan, tipe spastik dan semua kategori topografi

kecuali paraplegia dan quadriplegia 2) Alat/ bahan: Kartu petunjuk, Trash bag, Kail sampah, Bendera petunjuk 3) Cara bermain:

f) Anak-anak dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota maksimal 5 orang g) Anak-anak diberikan kartu petunjuk yang berisikan petunjuk awal untuk anak menuju pohon

pertama. Contoh petunjuk yang diberikan yaitu” Kamu harus bergerak 10 langkah kedepan kemudian carilah pohon yang diberi bendera warna merah. Setelah sampai pada pohon itu, cari petunjuk selanjutnya dibawah tumpukan sampah”.

h) Anak diberikan trash bag dan kail sampah yang akan digunakan untuk mengumpulkan sampah. Fasilitator memberi penjelasan pada anak perbedaan sampah organik dan anorganik. Masing-masing jenis sampah dimasukkan ke dalam trash bag yang berbeda.

i) Setiap kelompok memiliki rute tersendiri, anak harus mencari pohon yang berisi petunjuk ke pohon berikutnya. Dalam perjalanan anak harus mengumpulkan sampah dan membaginya berdasarkan jenis.

j) Kelompok yang lebih dulu sampai di pohon terakhir dan berhasil mngumpulkan sampah akan menjadi pemenang dan mendapatkan hadiah

4) Makna Permainan: Permainan ”Berburu sampah” mengajarkan anak untuk peduli terhadap kebersihan lingkungan

dan dapat mengetahui perbedaan sampah organik dan anorganik. Anak-anak diajarkan bahwa membuang sampah pada tempatnya bukan hanya menjadi kewajiban, tetapi juga memiliki dampak yang besar terhadap kelestarian lingkungan. Dengan memelihara kebersihan anak akan mendapatkan hadiah dari alam berupa udara yang segar, air yang jernih dan bencana alam seperti banjir akan berkurang.

e. Karyaku!! 1) Kategori peserta: anak tuna daksa golongan ringan sampai sedang, tipe spastik dan semua

kategori topografi 2) Alat/ bahan: Biji kenari, biji saga, akar-akaran, lem, gunting 3) Cara bermain:

a) Peserta dibagikan masing-masing satu biji kenari b) Peserta diminta menghias biji kenari dengan alat dan bahan yang disediakan c) Fasilitator akan melubangi biji kenari hasil karya peserta untuk dijadikan gantungan kunci

4) Makna permainan: Permainan ini akan melatih kreatifitas peserta sekaligus mengajarkan peserta bahwa hasil alam

seperti tanaman dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Kemampuan fisik anak tuna daksa umumnya berada pada kategori baik. Kebutuhan afektif anak tuna daksa dapat terpenuhi, hal ini dapat ditunjukkan dengan kategori baik dalam pemenuhan kebutuhan afektif anak oleh orang tua. Aspek kognitif anak berada pada kategori cukup baik yang menunjukkan anak memiliki tingkat intelektual yang cukup. Aspek sosial anak tuna daksa umumnya berada pada kategori cukup baik. Aspek pendidikan lingkungan anak berada pada kategori sangat suka. Dengan keterbatasan yang dimiliki, anak tuna daksa dikategorikan mampu mengikuti kegiatan pendidikan lingkungan dengan baik Berdasarkan karakteristik anak tuna daksa, jenis permainan outbound yang dapat diterapkan adalah jenis permainan yang bersifat low impact karena memiliki resiko yang kecil namun tetap memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan dari pendidikan lingkungan. Bentuk kegiatan program wisata pendidikan lingkungan meliputi kegiatan yang bersifat formal dan informal. Jenis permainan yang digunakan dalam program pendidikan lingkungan antara lain siapa makan siapa, apa ini apa itu, awas bencana alam, berburu sampah dan karyaku. B. Saran 1. Perlu diadakan upaya peningkatan program pendidikan lingkungan yang dilakukan secara rutin pada usia

anak-anak baik pada lembaga formal seperti sekolah maupun pada lembaga informal sehingga minat dan motivasi anak tuna daksa yang tinggi terhadap kegiatan pendidikan lingkungan tidak menurun.

2. Perlu dilakukan hubungan kerjasama yang baik antara pihak sekolah luar biasa dengan pihak Kebun Raya Bogor, sehingga program pendidikan lingkungan ini dapat berjalan secara rutin, efektif dan efisien

Page 8: Makalah Seminar 1

8

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam pelaksanaan Tugas Akhir penulis mendapatkan banyak bantuan dari staff Kebun Raya Bogor oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dan informasi yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada SLB-C Dharma Wanita dan SLBN Cibinong atas bantuan yang diberikan

DAFTAR PUSTAKA

Admin (Yayasan Ekosistem Lestari). 2008. Apa Itu Pendidikan Lingkungan. http:// www.yahoo.com [5 Mei 2008].

Direktorat Pendidikan Luar Biasa. 2008. Informasi Mengenai Pendidikan Untuk Anak Tuna Daksa. http:// www.ditplb.or.id [28 januari 2008].

Subarna, Ace. 2006. Sekilas Kebun Raya Bogor. Pusat Konservasi Tumbuhan – Kebun Raya Bogor. LIPI. Bogor.

Page 9: Makalah Seminar 1

9

Lampiran 1. Rekapitulasi Kuesioner Keterangan: SB : Sangat Baik TB : Tidak Baik B : Baik STB : Sangat Tidak Baik CB : Cukup Baik SS : Sangat Suka TS : Tidak Suka S : Suka STS : Sangat Tidak Suka CS : Cukup Suka 1. Kuisioner bagi Anak Tuna Daksa

A. Aspek Fisik No. Pertanyaan SB B CB KB STB 1. Kemampuan menggerakkan tangan kanan - 1 3 1 - 2. Kemampuan menggerakkan tangan kiri - 3 1 - 1 3. Kemampuan menggerakkan kaki kiri - 1 - 3 1 4. Kemampuan menggerakkan kaki kanan - 1 - 3 1 5. Kemampuan memegang benda dengan tangan - 5 - - - 6. Kemampuan berbicara dengan jelas dan tegas - 3 1 1 - 7. Kemampuan mendengar dengan jelas - 4 - 1 - 8. Tingkat kesehatan 3 - 1 - 1

Jumlah 3 18 6 6 7 B. Aspek Sosial

C. Pendidikan Lingkungan No. Pertanyaan SS S CS TS STS 1 Membuang sampah pada tempatnya 4 - 1 - - 2 Mengganggu tanaman secara sengaja - - - 1 4 3 Menghemat penggunaan air 3 1 1 - - 4 Menyenangi lingkungan yang bersih 4 - 1 - - 5 Menyukai keindahan alam 4 - 1 - - 6 Memberitahu teman untuk menjaga kebersihan

lingkungan 2 1 2 - -

7 Berminat untuk mengikuti kegiatan pendidikan lingkungan

3 1 1 - -

Jumlah 20 3 7 1 4

2. Kuisioner Bagi Orang Tua Anak Tuna Daksa A. Aspek Kognitif No. Pertanyaan SB B CB KB STB 1. Intensitas anak mengulang pelajaran dari sekolah - 2 3 - - 2. Intensitas anak mengerjakan pekerjaan rumahnya

seorang diri - 1 4 - -

3. Kemampuan anak mengerjakan pekerjaan rumahnya

- 1 3 1 -

4. Kemampuan anak melakukan kegiatan yang kreatif - 3 2 - -

No Pertanyaan SB B CB KB STB 1. Selalu bermain bersama teman-teman di sekolah

ketika istirahat 4 - 1 - -

2. Selalu ikut serta bermain bersama teman-teman di lingkungan sekitar rumah

1 - 3 1 -

3. Senang bermain kelompok 2 - 2 1 - 4. Senang bermain sendiri - - - 4 1 5. Senang bermain di dalam ruangan - 2 1 1 1 6. Senang bermain di alam terbuka/ luar ruangan 2 1 2 - -

Jumlah 9 3 9 7 2

Page 10: Makalah Seminar 1

10

Lanjutan Aspek Kognitif

No. Pertanyaan SB B CB KB STB 5. Kemampuan anak bertanya kepada orang tua

mengenai hal-hal yang serius 1 2 2 - -

6. Kemampuan anak bersikap kritis di dalam menanggapi permasalahan yang terjadi di lingkungan

1 1 3 - -

Jumlah 2 20 21 2 0

B. Aspek Afektif

No Pertanyaan SB B CB KB STB 1. Orang tua memberikan perhatian dan kasih sayang

yang cukup kepada anak 3 - 2 - -

2. Orang tua suka membeda-bedakan anak tuna daksa dengan anak yang normal

- - - - 5

3. Orang tua memberikan dukungan terhadap anak ketika anak tidak diterima oleh masyarakat

2 3 - - -

4. Orang tua selalu menerapkan disiplin pada anaknya

2 3 - - -

5. Orang tua selalu memberikan pujian ketika anak melakukan perbuatan baik

2 2 1 - -

6. Orang tua selalu memberikan teguran ketika anak melakukan perbuatan buruk

1 4 - - -

Jumlah 10 12 3 0 5 C. Aspek Fisik

No. Pertanyaan SB B CB KB STB 1. Kemampuan anak menggerakan tubuh - 2 3 - -

2. Kemampuan anak berbicara dengan jelas - 2 2 1 - 3. Kemampuan anak untuk melihat 4 - 1 - - 4. Tingkat kesehatan anak 1 1 3 - -

Jumlah 5 5 9 1 0

D.Aspek Sosial No. Pertanyaan SB B CB KB STB

1. Kemampuan anak bersosialisasi dengan orang tua 1 3 1 - -

2. Kemampuan anak bersosialisasi dengan teman 1 1 3 - -

3. Kemampuan anak di dalam berkomunikasi dengan orang tua

- 3 2 - -

4. Kemampuan anak di dalam berkomunikasi dengan teman-temannya

- 3 1 1 -

5. Kemampuan anak di dalam menangkap pembicaraan dari lawan bicaranya

- 4 1 - -

6. Keterlibatan anak dalam permainan kelompok 1 1 3 - -

7. Tingkat kepercayaan diri anak 1 1 3 - -

8. Kemampuan anak mengendalikan sikap - 3 2 - -

9. Kemampuan anak beradaptasi dengan lingkungan - 2 3 - -

10. Kemampuan anak mengendalikan perasaan - 2 3 - -

11. Kemampuan anak bermain di luar ruangan - 2 3 - -

Jumlah 4 15 21 0 0

Page 11: Makalah Seminar 1

11

3. Kuisioner untuk Guru

A. Aspek Kognitif No. Pertanyaan SB B CB KB STB 1. Kemampuan menerima pelajaran di sekolah - 2 3 - - 2. Prestasi belajar anak - 1 3 1 - 3. Keaktifan anak di dalam kelas - 3 2 - - 4. Kemampuan anak membaca - - 3 2 - 5. Tingkat kreativitas anak di sekolah - - 3 2 -

Jumlah 0 8 15 6 0

B. AspekSosial No. Pertanyaan SB B CB KB STB 1. Kemampuan bersosialisasi di sekolah - 3 1 1 - 2. Kemampuan anak mengendalikan emosi di

sekolah - 2 3 - -

3. Kemampuan berkomunikasi di sekolah - 3 1 1 - 3. Tingkat kemandirian anak di sekolah - - 4 1 - 4. Keterlibatan anak dalam permainan di luar

ruangan - 2 2 1 -

5. Keterlibatan anak dalam menjaga kebersihan lingkungan di sekolah

- 2 3 - -

Jumlah 0 9 13 3 0 Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

Kategori Triplegia Kategori Hemiplegia

Kegiatan Ekstrakulikuler di SLB Area Guest House

Page 12: Makalah Seminar 1

12

Lampiran 3. Denah Jalur 1. Kebun Raya Bogor

Lampiran 4. Simulasi Permainan Outbound

Permainan Siapa Makan Siapa

Permaian Awas Bencana Alam Permainan Berburu Sampah

Lokasi Outbound

Page 13: Makalah Seminar 1

13