Upload
veneranda-istya-hadi
View
284
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Venerandaa
Citation preview
Rasa Lemas dan Jantung yang Berdegup Sangat Cepat
Priscilla Natalie K
102012356
B 11
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6
Jakarta Barat
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sistem kardiovaskuler merupakan salah satu sistem utama yang ada pada
organisme. Sistem kardiovaskuler berfungsi untuk mempertahankan kualitas dan
kuantitas cairan yang ada di dalam tubuh agar tetap homeostatis. Organ-organ
penyusun sistem kardiovaskuler terdiri atas jantung sebagai alat pompa
utama, pembuluh darah, serta darah. Sistem kardiovaskuler yang sehat ditandai
dengan proses sirkulasi yang normal, apabila sirkulasi terhambat akibat
keabnormalan dari organ-organ penyusun sistem kardiovaskuler ini maka
akan dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan bisa mematikan. Pada saat
ini, gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan penyebab kematian paling
tinggi. Pada awalnya gangguan pada sistem kardiovaskuler sering tidak
terdeteksi dan gangguan tersebut baru bisa terdeteksi pada saat penyakit
sudah dalam keadaan akut. Untuk mengetahui dan mendeteksi tanda-tanda
lebih dini bila terdapat kelainan pada sistem kardiovaskuler sebelum
menimbulkan penyakit yang dapat b e r a k i b a t f a t a l , a d a b a i k n y a
m e n g e t a h u i b a g a i m a n a k e r j a d a r i s i s t e m kardiovaskuler
tersebut, sehingga dengan mengetahuinya diharapkan mampu u n t u k
m e n c e g a h b e r b a g a i p e n y a k i t y a n g b e r h u b u n g a n d e n g a n
s i s t e m kardiovaskuler ini bila terjadi keabnormalan.
B. Tujuan
1. Mengetahui struktur makro maupun mikro dari system kardiovaskuler
khususnya jantung
2. Mengetahui bagaimana mekanisme kerja jantung
3. Mengetahui bagaimana siklus jantung
4. Mengetahui bagaimana proses pembentukan gelombang EKG
C. Manfaat
Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang system kardiovaskuler
sehingga mampu mencegah berbagai penyakit yang berhubungan dengan system
kardiovaskuler ini bila terjadi keabnormalan,
II. Pembahasan
Skenario 2 :
Seorang perempuan berusia 55 tahun dibawa ke UGD karena tiba-tiba ia merasa
lemas dan jantungnya berdegup sangat cepat. Pada pemeriksaan fisik didapat TD:
80/60 mmHg, denyut nadi: 150x/menit, pernapasan: 32x/menit, suhu: 35,50C. Setelah
melakukan pemeriksaan fisik (termasuk EKG), dokter melakukan tindakan massage
pada sinus caroticus. Tidak beberapa lama setelah massage tersebut, pasien pulih
kembali.
A. Rumusan Masalah
Seorang perempuan berusia 55 tahun tiba-tiba merasa lemas dan jantungnya
berdegup sangat cepat.
B. Analisis Masalah
Jantung merupakan organ yang sangat vital bagi tubuh manusia. Kerusakan
jantung sedikit saja dapat menyebabkan akibat yang sangat fatal bagi kehidupan
manusia. Jantung merupakan organ pada tubuh manusia yang tidak pernah
beristirahat, jika jantung beristirahat sedikit saja, maka akan bisa menyebabkan
kematian. Jantung adalah bagian lambung yang langsung menempel pada dan
mengelilingi ostium cardiacum antara esofagus dan bagian lambung yang
menempel langsung pada dan mengelilingi ostium. Fungsi jantung adalah sebagai
pompa yang melakukan tekanan terhadap darah untuk menimbulkan gradien
tekanan yang diperlukan agar darah dapat mengalir ke jaringan. Darah, seperti
cairan lain, mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah sesuai penurunan gradien tekanan.
MAKROSKOPIS JANTUNG
Jantung merupakan organ muscularis berongga, dimana rongganya berbentuk
kerucut (conus) dengan ukuran sebesar kepalan tangan pemiliknya. Jantung
bersandar pada diaphragma di antara bagian inferior kedua paru, dan dibungkus
oleh membran khusus yang disebut pericardium. Jantung terletak di dalam
mediastinum media pars inferior, di sebelah ventral ditutupi oleh sternum dan
cartilago costalis III-VI.
Apex kerucut terletak di inferior, anterior, dan ke sinistra. Jampir 2/3 bagian
jantung terletak di sebelah sinistra bidang media.
Jantung pada manusia dewasa umumnya memiliki ukuran panjang 12 cm, lebar 8-
9 cm, dengan diameter anteroposterior 6 cm. Berat jantung laki-laki sekitar 280-
350 gram sedangkan berat jantung perempuan 230-280 gram.
Batas atas jantung terdapat pembuluh darah besar (aorta, truncus pulmonalis, dll),
bagian bawah terdapat diafragma, batas belakang terdapat aorta descendens,
oesophagus, dan columna vertebralis; sedangkan di setiap sisi jantung adalah
paru.
Dinding jantung terdiri dari 3 lapis, yaitu:
Pericardium (lapis terluar dinding jantung)
Myocardium (lapis tengah dinding jantung)
Endocardium (lapis terdalam dinding jantung)
Myocardium membentuk bagian terbesar dinding jantung. Myocardium tersusun
dari serat – serat otot jantung, yang bersifat lurik dan saling berhubungan satu
sama lain oleh cabang – cabang muscular. Serat mulai berkontraksi pada embrio
sebelum saraf mencapainya, dan terus berkontraksi secara ritmis bahkan bila tidak
memperoleh inervasi.
Endocardium melapisi bagian dalam rongga jantung dan menutupi katup pada
kedua sisinya. Terdiri dari selapis sel endotel, di bawahnya terdapat lapisan
jaringan ikat, licin dan mengkilat.
Pericardium adalah kantong fibrosa yang menutupi seluruh jantung. Pericardium
merupakan kantong berlapis dua, kedua lapisan saling bersentuhan dan saling
meluncur satu sama lain dengan bantuan cairan yang mereka sekresikan dan
melembabkan permukaannya. Jumlah cairan yang ada normal sekitar 20 ml. Pada
dasar jantung (tempat pembuluh darah besar, limfatik, dan saraf memasuki
jantung) kedua lapisan terus berlanjut. Terdapat lapisan lemak di antara
myocardium dan lapisan pericardium di atasnya.1
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu:
1. Atrium dextrum
Atrium dextrum ini agak besar dan dindingnya mempunyai tebal kurang lebih
2 mm. Volumenya kurang lebih 57 cc. Terdiri dari 2 bagian, yaitu:
a. Atrium propia
Atrium propia adalah ruang atrium dextrum yang sebenarnya, berada di
antara dua vena cava dan ostium atrioventrikularis, dimana dindingnya
menjadi satu dengan dinding v. cava dan permukaan inferiornya halus.
b. Auricula dextra
Auricula dextra adalah penonjolan runcing kecil dari atrium, terletak pada
bagian depan pangkal aorta dan arteria pulmonalis. Pada sisi kiri atrium
lubang atrioventrikular kanan membuka ke dalam ventrikel kanan.
Auricula berbentuk seperti daun telinga, merupakan kantung antara v.
cava superior dan ventrikulus dexter. Batas antara auricula dan atrium dari
luar ditandai oleh sulcus terminalis yang berhubungan dengan bagian rigi
di sebelah dalamnya yang disebut crista terminalis. Permukaan dalamnya
terdiri superior susunan otot seperti mata sisir disebut mm. pectinati.
Atrium kanan berada pada bagian kanan jantung dan terletak sebagian
besar di belakang sternum. Darah memasuki atrium kanan melalui :
Vena cava superior pada ujung atasnya
Vena cava inferior pada ujung bawahnya
Sinus coronarius (vena kecil yang mengalirkan darah dari jantung
sendiri)
2. Atrium sinistrum.
Atrium sinistrum ukurannya sedikit lebih kecil dibanding atrium dextrum,
mempunyai dinding yang lebih tebal kurang lebih 3 mm. Atrium sinistrum
membentuk basis dan facies dorso superior jantung.
Atrium sinistrum terdiri dari 2 bagian, yaitu:
a. Atrium propium
b. Auricula
Atrium kiri terletak pada bagian berlakang jantung. Dua vena pulmonalis
memasuki atrium kiri pada tiap sisi, membawa darah dari paru. Atrium
membuka ke bawah ke dalam ventrikel kiri melalui lubang atrioventrikular.
Auricula sinistra adalah penonjolan runcing kecil dari atrium, terletak pada
sisi kiri pangkal aorta.
3. Ventrikulus dextrum
Ventrikulus dexter menempati sebagian besar dari facies ventralis
(sternocostalis). Tebal dinding ventrikulus dexter adalah 1/3 tebal dinding
ventrikulus sinister. Dinding ini tebal di bagian basis dan semakin tipis ke
arah apex. Volume ventrikulus dexter = sinister = 85 ml.
Ventrikel kanan adalah ruang berdinding tebal yang membentuk sebagian
besar sisi depan jantung. Valva atrioventricular dextra (tricuspidalis)
mengelilingi lubang atrioventrikular kanan, pada sisi ventrikel. Katup ini,
seperti katup jantung lain, terbentuk dari selapis tipis jaringan fibrosa yang
ditutupi pada setiap sisinya oleh endocardium. Katup trikuspidalis terdiri dari
tiga daun katup. Basis setiap daun katup melekat pada tepi lubang. Tepi bebas
setiap daun katup melekat pada chordae tendineae (tali jaringan ikat tipis)
pada penonjolan kecil jaringan otot yang keluar dari myocardium dan
menonjol ke dalam ventrikel. Lubang pulmonalis ke dalam arteria pulmonalis
berada pada ujung atas ventrikel dan dikelilingi oleh valva pulmonalis, terdiri
dari tiga daun katup semilunaris.
4. Ventrikulus sinistrum
Ventrikel kiri adalah ruang berdinding tebal pada bagian kiri dan belakang
jantung. Dindingnya sekitar tiga kali lebih tebal daripada ventrikel kanan.
Valva atrioventrikular sinistra (mitralis) mengelilingi lubang atrioventrikular
kiri pada bagian samping ventrikel, katup ini memiliki dua daun katup
mendapat nama yang sama dengan topi (mitre uskup), tepinya melekat pada
chordae tendineae, yang melekat pada penonjolan kerucut myocardium
dinding ventrikel. Lubang aorta membuka dari ujung atas ventrikel ke dalam
aorta dan dikelilingi oleh ketiga daun katup aorta, sama dengan katup
pulmonalis.
Ventrikulus sinistrum ikut membentuk sebagian kecil facies sternocostalis dan
separuh facies diaphragmatica. Puncaknya membentuk apex cordis.
Ventrikulus sinistrum ini lebih panjang, labih conus, dan dindingnya tiga kali
lebih tebal daripada yang dextra. Pada potongan melintang mempunyai rongga
yang berbentuk circulair.1
Gambar 2. Jantung (adedq.wordpress.com)
MIKROSKOPIS JANTUNG
Sistem vascular darah terdiri atas lingkaran pembuluh yang aliran darahnya
dipertahankan oleh jantung yang memompa terus-menerus. System arteri
membentuk jalinan yang menuju kapiler yang merupakan tempat utama
pertukaran gas dan metabolit antara jaringan dan darah. System vena
mengembalikan darah dari kapiler ke jantung. Sebaliknya, system vascular limfe
semata-mata adalah system drainase pasif untuk mengembalikan cairan
ekstravaskuler yang berlebihan, yaitu limfe, kedalam sistem vascular darah.
System vascular limfe tidak mempunyai mekanisme pompa intrinsic.
Keseluruhan system sirkulasi memiliki struktur dasar umum:
- Satu lapis terdiri atas selapis sel epitel sangat gepeng yang disebut endotel,
ditunjang oleh membrane basal jaringan kolagen halu; mereka membentuk
tunika intima.
- Satu lapis muscular intermeiat, tunika media.
- Satu lapis jaringan penyokong luar disebut tunika adventisia.
Jaringan dinding pembuluh besar tidak dapat disokong oleh difusi nutrient dari
lumennya dan karenanya dipasok oleh arteri kecil yang disebut vaso vasorum
yang berasal dari pembuluh utama itu sendiri atau dari arteri berdekatan. Vasa
vasorum membentuk jalinan kapiler di dalam tunika adventisia yang dapat meluas
sampai ke dalam tunika media.2
Arteri Besar :
Tunika intima terdiri dari atas selapis sel endotel gepeng ditunjang oleh selapis
jaringan kolagen dengan banyak elastin berupa serat dan lembaran tidak utuh.
Jaringan penyokong subendotel menganung sebaran fibroblast dan sel lain dengan
cirri struktur ultra mirip sel otot polos, dikenal sebagai sel miointimal.
Tunika media sangat tebal dan sangat elastis. Dengan perbesaran kuat, tampak
terdiri atas lembaran-lembaran elastin tidak utuh yang kosentris dipisahkan oleh
jaringan kolagen dan relative sedikit serat otot polos. Tunika adventisia
berkolagen mengandung vaso vasorum kecil, yang juga menembus sampai
belahan luar tunika media.2
Arteri sedang :
Arteri sedang mempunyai struktur dasar yang sama dengan arteri elastis, namun
jaringan elastisnya hanya berupa lembaran elastis bertingkap, lamina elastika
interna, memisahkan tunika intima dari tunika media, dan lamina elastika eksterna
yang kurang berbatas tegas pada perbatasan tunika adventisia dan media. Tunika
media terdiri atas selapis tebal otot polos yang tersusun melingkar, terpulas
kuning dalam mikrograf. Tunika adventisia lebar terutama terdiri atas kolagen
dengan banyak elastin, terpulas hitam dalam mikrograf.2
Arteriol besar :
Arteriol dapat didefinisikan sebagai pembuluh system arteri dengan diameter
lumen kurang dari 0,3 mm, meskipun membedakan arteri muscular kecil dengan
arteriol besar agak dipaksakan. Tunika intima sangat tipis dan terdiri atas lapisan
endotel, sedikit jaringan penyokong kolagen dan lamina elastika interna tipis.
Tunika media hampir seluruhnya terdiri atas sel otot polos dalam 6 lapis
kosentris. Tunika adventisia mungkin setebal tunika media dan menyatu dengan
jaringan kolagen sekitar. Tidak ada lamina elastika eksterna.2
Arteriol kecil :
Tunika media masing-masing terdiri atas 2 lapis sel otot polos. Yang tampak dari
tunika intima adalah inti dari sel endotel gepeng. Adventisia secara berangsur
menyatu dengan jaringan penyokong sekitar. Jaringan penyokong berekatan
dengan sejumlah akson simpatis pengandung vesikel dan sebuah sel penyokong
schwann. Lapis aventisia berangsur menyatu dengan jaringan kolagen longgar di
sekitarnya.2
Kapiler :
Selapis sel endotel gepeng melapisi lumen kapiler. Lapis sitoplasma tipis itu sulit
dilihat dengan mikroskop cahaya. Inti sel endotel gepeng menonjol ke dalam
lumen kapiler; pada sediaan potongan memanjang inti ini tampak memanjang
sedangkan melintang tampak berbentuk lebih bulat. Tidak terdapat lapis muscular
dan adventisia. Sel-sel gepeng yang disebut perisit memeluk sel endotel kapiler
dan dapat berfungsi kontraktil.2
Kapiler jenis utuh :
4 sel endotel tampak melingkari lumen kapiler, membrane plasmanya saling
merapat dan diikat oleh sebaran taut kedap fasia okludens. Lembaran sitoplama
kecil disebut lipatan marginal melintasi taut antar sel pada permukaan lumen.
Endotel kapiler ditunjang oleh membrane basal tipis dan serabut kolagen
berdekatan. Sebuah perisit ini ditunjang oleh membrane basalnya seniri. Ala
jaringan penyokong berdekatan tampak sebuah fibroblas dan serabut kolagen
berdiameter lebih besar yang terpotong melintang dan memanjang.2
Kapiler berfenestra :
Mereka ini, sebaliknya, tidak banyak terdapatnya dan hanya memiliki tunika
intima dari sel-sel endotel, dan dikelilingi lamina basal lengkap. Fenestra itu
ditutupi suatu membran atau diafragma yang lebih tipis dari membran unit:
dikatakan mereka merupakan daerah yang memungkinkan pertukaran. Tetapi,
pada glomerulus ginjal, fenestra itu tidak ditutupi membran. Kapilar berfenstra
terdapat pada kebanyakan kelenjar endokrin, vili intestinales, pleksus koroideus
ventrikel otak, dan glomus carotikum.3
Sinusoid :
Sinusoid adalah kapiler berdiameter lebar yang ditemukan dalam hati, limpa,
limfonous, sumsum tulang belakang dan beberapa kelenjar endokrin. Umumnya
sinusoid memiliki garis bentuk tidak teratur, yang sesuai dengan susunan sel dari
jaringan tempatnya berbeda.3
Venula :
Mereka menyertai arteriol dan variasi diameter lumen antara 10 sampai 50µm.
Dindingnya hanya terdiri atas tunika intima. Lapisan endotelnya utuh, seperti
lamina basalnya. Sel-sel jaringan ikat belum berdiferensiasi, yaitu perisit, terletak
di dalam lamina basal: mereka sangat bercabang-cabang dan cabangnya
meninggalkan lamina basal dan berhubungan dengan sel-sel endotel. Tidak ada
tunika media dan adventisia pada venula.3
Vena dengan katup :
Katup terdiri dari tonjolan tunika intuma dinding vena berbentuk setengah
lingkaran; tonjolan ini terdiri atas jaringan fibro-elastis yang kedua belahnya
dilapisi endotel. Setiap katip biasanya terdiri atas 2 lembaran, dengan tepian
bebasnya mengarahke arah aliran darah. Katup hanya terdapat pada vena
berdiameter lebih dari 2 mm, terutama yang terdapat di tungkai.
Vena :
Tunika intima terdiri atas lapisan endotel plus; dalam vena yang tidak dipenuhi
darah, endotel ini meungkin melipat-lipat. Tunika media itu tipis bila
dibandingkan dengan arteri dan terdiri atas 2 atau lebih lapis serat otot polos yang
tersusun melingkar. Tunika adventisia adalah lapis paling tebal dari dinding
pembuluh dan terdiri atas serat kolagen tebal tersusun memanjang yang menyatu
dengan jaringan kolagen.2
Vena besar :
Mereka juga memiliki ketiga tunika, tetapi tunika adventisianya adalah yang
paling berkembang di antara macam-macam pembuluh darah. Mereka dilapisi
endotel utuh. Tunika medianya mungkin tidak ada atau jumlahnya tidak banyak:
susunannya sama seperti vena biasa. Tunika adventisianya tebal dan terdiri atas
otot polos longitudinal, seratpserat kolagen dan elastin.3
Dinding ventrikel :
Tunika intima jantung disebut endokardium, dan sukar diamati pada pembesaran
ini. Tunika media jantung disebut miokardium fan paling tebal pada dinding
ventrikel. Miokardium terdiri atas otot jantung, yang strukturnya cock dengan
kebutuhan fungsional jantung.
Tunika adventisia jantung, epikardium dikelilingi ruang potensial, rongga
perikardium, yang dibungkus oleh kantong fibrosa, yaitu perikardium.
Perikardium parietal melekat secara longgar pada struktur mediastinal sekitarnya.
Lapis parietal dan viseral dari perikardium saling bergeser dengan bebas sehingga
gerak jantung secara relatif tidak terganggu.
Serat purkinje :
Sel-sel penghantar lebih besar dari sel miokard, dan kadangkala berinti 2.
Sitoplasma pucat yang luas mengandung relatif sedikit miofibril, yang tersusun
secara tidak teratur tepat di bawah membran plasma sel. Sitoplasma kaya glikogen
dan mitokondria namun berbeda dengan sel otot jantung lain. Sel-sel purkinje
dihubungkan oleh desmosom dan taut rekah, bukan oleh diskus interkalaris
seperti pada miokard biasa.2
Katup jantung :
Derivat endokardium ini terdapatnya di pangkal aorta dan arteria pulmonalis atau
di antara atria dan ventrikel. Katup terdiri atas jaringan ikat jarang sebagai
pusatnya yang diapit di antara jaringan ikat padat permukaan atas dan bawah
katup. Permukaan katup dilapisi endotel. Katup ini sebagian besar avaskular.
Katup atrioventrikularis memiliki korda tendinea sebagai tambahan, yang melekat
pada belahan ventrikel. Bangunan ini terdiri atas berkas-berkas kolagen dengan
fibroblas di antaranya.3
MEKANISME KERJA JANTUNG
Aktivitas Listrik Jantung
Sistem sirkulasi terdiri dari tiga komponen dasar:
1. Jantung berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah
untuk meimbulkan gradien tekanan yang diperlukan agar darah dapat
mengalir ke jaringan. Darah, seperti cairan lain, mengalir dari daerah
bertekanan lebih tinggi ke daerah bertekanan lebih rendah sesuai penurunan
gradien tekanan.
2. Pembuluh darah berfungsi sebagai saluran untuk mengarahkan dan
mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan kemudian
mengembalikannya ke jantung.
3. Darah berfungsi sebagai medium transportasi tempat bahan-bahan yang akan
disalurkan dilarutkan atau diendapkan.
Nodus sinoatrium adalah pemacu jantung normal. Kontraksi sel otot jantung
untuk mendorong darah dicetuskan oleh potensial aksi yang menyebar melalui
membran sel-sel otot. Jantung berkontraksi atau berdenyut secara berirama akibat
potensial aksi yang ditimbulkannya sendiri, suatu sifat yang dikenal sebegai
otoritmisitas.
Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung:
1. 90% sel otot jantung adalah sel kontraktil, yang melakukan kerja mekanis,
yaitu memompa. Sel-sel pekerja ini dalam keadaan normal tidak
menghasilkan sendiri potensial aksi.
2. Sebaliknya, sebagian kecil sel sisanya, sel otoritmik, tidak berkontraksi tetapi
mengkhususkan diri mencetuskan dan mengahntarkan potensial aksi yang
bertanggung jawab untuk kontraksi sel-sel pekerja.
Berbeda dengan sel saraf dan sel otot rangka, yang membrannya tetap berada
pada potensial istirahat yang konstan, kecuali apabila sel dirangsang, sel-sel
otoritmik jantung tidak memiliki potensial istirahat. Sel-sel tersebut
memperlihatkan aktivitas pemacu, yaitu membran mereka secara perlahan
mengalami depolarisasi, atau bergeser, antara potensial-potensial aksi sampai
ambang tercapai, pada saat membran mengalami potensial aksi.
Melalui siklus pergeseran dan pembentukan potensial aksi yang berulang-ulang
tersebut, sel-sel otoritmis ini secara siklis mencetuskan potensial aksi, yang
kemudian menyebar ke seluruh jantung untuk mencetuskan denyut secara
berirama tanpa perangsangan saraf apapun. Penyebab pergeseran potensial
membran ke ambang masih belum diketahui. Secara umum diperkirakan bahwa
hal tersebut terjadi karena penurunan siklis fluks pasif K+ ke luar yang
berlangsung bersamaan dengan kebocoran lamban Na+ ke dalam. Di sel-sel
otoritmik jantung, antara potensial-potensial aksi permeabilitas K+ tidak menetap
seperti di sel saraf dan sel otot rangka. Permeabilitas membran terhadap K+
menurun antara potensial-potensial aksi, karena saluran K+ diinaktifkan, yang
mengurangi aliran ke luar ion kalium positif mengikuti penurunan gradien
konsentrasi mereka.
Karena influks pasif Na+ dalam jumlah kecil tidak berubah, begian dalam secara
bertahap menjadi kurang negatif; yaitu, membran secara bertahap mengalami
depolarisasi dan bergeser ke arah ambang. Setelah ambang dicapai, terjadi fase
naik dari potensial aksi sebagai respons terhadap pengaktifan saluran Ca2+ dan
influks Ca2+ kemudian; fase ini berbeda dari otot rangka, dengan influks Na+ yang
mengubah potensial aksi ke arah positif. Fase turun disebabkan, seperti biasanya,
oleh efluks K+ yang terjadi karena peningkatan permeabilitas K+ akibat
pengaktifan saluran K+. Setelah potensial aksi usai, inaktivasi saluran-saluran K+
ini mengawali depolarisasi berikutnya.
Sel-sel jantung yang mampu mengalami otoritmisitas ditemukan di lokasi-lokasi
berikut ini:
1. Nodus sinoatrium (SA) : daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat
lubang vena cava superior.
2. Nodus atrioventrikel (AV) : sebuah berkas kecil sel-sel otot jantung khusus di
dasar atrium kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium dan ventrikel.
3. Berkas His : suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari nodus AV dan masuk
ke septum antarventrikel, tempat berkas tersebut bercabang membentuk
berkas kanan dan kiri yang berjalan ke bawah melalui septum, melingkari
ujung bilik ventrikel, dan kembali ke atrium di sepanjang dinding luar.
4. Serat Purkinje : serat-serat terminal halus yang berjalan dari berkas His dan
menyabar ke seluruh miokardium ventrikel seperti ranting-ranting pohon.
Penyebaran eksitasi jantung dikoordinasi untuk memastikan agar pemompaan
efisien. Setelah dimulai di nodus SA, potensial aksi menyebar ke seluruh jantung.
Agar jantung berfungsi secara efisien penyebaran eksitasi harus memenuhi tiga
kriteria:
1. Eksitasi dan kontraksi atrium harus selesai sebelum kontraksi ventrikel
dimulai.
2. Eksitasi serat-serat otot jantung harus dikoordinasi untuk memastikan bahwa
setiap bilik jantung berkontraksi sebagai suatu kesatuan untuk menghasilkan
daya pompa yang efisien. Apabila serat-serat otot di bilik jantung tereksitasi
dan berkontraksi secara acak, tidak secara simultan dan terkoordinasi, darah
tidak dapat terpompa.
3. Pasangan atrium dan pasangan ventrikel harus secara fungsional
terkoordinasi, sehingga kedua anggota pasangan tersebut berkontraksi secara
simultan. Hal ini memungkinkan darah terpompa ke sirkulasi paru dan
sistemik.
Eksitasi Atrium
Suatu potensial aksi yang berasal dari nodus SA pertama kali menyebar ke kedua
atrium terutama dari sel ke sel melalui gap junction. Selain itu beberapa jalur
penghantar khusus yang batasnya tidak jelas mempercepat penghantaran impuls
melalui atrium:
Jalur antaratrium berjalan dari nodus SA di dalam atrium kanan ke atrium kiri.
Karena adanya jalur ini, gelombang eksitasi dapat menyebar melintasi gap
junction di seluruh atrium kiri pada saat yang sama dengan penyebaran
eksitasi di atrium kanan. Hal ini memeastikan bahwa kedua atrium mengalami
depolarisasi untuk berkontraksi sedikit banyak secara simultan.
Jalur antarnodus berjalan dari nodus SA ke nodus AV. Nodus AV adalah satu-
satunya titik kontak listrik antara atrium dan ventrikel; dengan kata lain,
karena atrium dan ventrikel secara struktural dihubungkan oleh jaringan ikat
yang tidak menghantarkan listrik. Satu-satunya cara agar potensial aksi dapat
menyebar ke ventrikel adalah dengan melewati nodus AV. Jalur penghantar
antarnodus mengarahkan penyebaran potensial aksi yang berasal dari nodus
SA ke nodus AV untuk memastikan kontraksi sekuensial ventrikel setelah
kontraksi atrium.
Transmisi antara Atrium dan Ventrikel
Potensial aksi dihantarkan relatif lebih lambat melalui nodus AV. Kelambatan ini
menguntungkan karena menyediakan waktu agar terjadi pengisian ventrikel
sempurna. Impuls tertunda sekitar 0.1 det, yang memungkinkan atrium
mengalami depolarisasi sempurna dan berkontraksi, mengosongkan isi mereka ke
dalam ventrikel, sebelum depolarisasi dan kontraksi ventrikel terjadi.
Eksitasi Ventrikel
Sistem penghantar ventrikel lebih terorganisasi dan lebih penting daripada jalur
penghantar antaratrium dan antarnodus. Karena massa ventrikel jauh lebih besar
daripada massa atrium, harus terdapat sistem penghantar yang cepat untuk segera
menyebarkan eksitasi di ventrikel.
Potensial Aksi pada Sel Kontraktil Otot Jantung
Potensial aksi di sel otot jantung kontraktil memperlihatkan fase datar yang khas.
Potensial aksi di sel otot jantung kontraktil, walaupun dimulai oleh sel-sel pemacu
di nodus, cukup bervariasi dalam mekanisme ionik dan bentuknya dibandingkan
dengan potensial nodus SA. Tidak seperti sel-sel otoritmik, membran sel
kontraktil pada dasarnya tetap berada dalam keadaan istirahat sebesar -90mV
sampai terksitasi oleh aktivitas listrik yang merambat dari pemacu. Setelah
membran sel kontraktil miokardium ventrikel terkesitasi, timbul potensial aksi
melalui hubungan rumit antara perubahan permeabilitas dan perubahan potensial
membran.
1. Selama fase naik potensial aksi, potensial membran dengan cepat berbalik ke
nilai positif sebesar +30 mV akibat peningkatan mendadak permeabilitas
membran terhadap Na+ ynag diikuti oleh influks masif Na+. Sejauh ini,
prosesnya sama dengan proses di neuron dan sel otot rangka. Permeabilitas
Na+ kemudian dengan cepat berkurang ke nilai istirahat-nya yang rendah,
tetapi khas untuk sel otot jantung, membran potesial dipertahankan di tingkat
positif ini selama beberapa ratus milidetik dan menghasilkan fase datar
potensial aksi. Sebaliknya, potensial aksi di neuron dan sel otot rangka
berlangsung kurang dari satu milidetik.
2. Perubahan voltase mendadak yang terjadi selama fase naik potensial aksi
menimbulkan dua perubahan permeabilitas bergantung voltase yang
bertanggung jawab mempertahankan fase datar tersebut: pengaktifan saluran
C2+ “lambat” dan penurunan mencolok permeabilitas K+. Pembukaan saluran
Ca2+ menyebabkan difusi lambat Ca2+ masuk ke dalam sel karena konsentrasi
Ca2+ di CES lebih besar. Influks Ca2+ yang bermuatan positif ini memperlama
kepositivan di bagian dalam sel dan merupakan penyabab utama fase datar.
Efek ini diperkuat oleh penurunan permeabilitas K+ yang terjadi bersamaan.
Penurunan aliran ke luar K+ yang bermuatan positif mencegah repolarisasi
cepat membran dan dengan demikian ikut berperan memperlama fase datar.
3. Fase turun potensial aksi yang berlangsung cepat terjadi akibat inaktiasi
saluran Ca2+ dan pengaktifan saluran K+. Penurunan permeabilias Ca2+
menyebabkan Ca2+ tidak lagi masuk ke dalam sel, sedangakan pengingkatan
mendadak permeabilitas K+ yang terjadi bersamaan menyebabkan difusi cepat
K+ yang positif ke luar sel. Dengan demikian, repolarisasi cepat yang terjadi
pada akhir fase datar terutama disebabkan oleh efluks K+, yang kembali
membuat bagian dalam sel lebih negatif daripada bagian luar dan memulihkan
potensial membran ke tingkat istirahat.4
Enzim Jantung
Enzim kardiovaskular dibagi kepada dua yaitu enzim fungsional dan non
fungsional :
Enzim fungsional :
Dibuat didalam hati umumnya
Terdapat dalam sirkulasi darah
Substratnya juga dalam sirkulasi
Kontinu/ intermiten
Kadarnya > dalam jaringan
Contoh : Lipoprotein, pseudocholinesterase, proenzim pembekuan darah dan
pemecahan pembekuan darah
Enzim non-fungsional :
Tak berfungsi dalam darah
Substrat tidak ada dalam darah
Kadarnya < dibanding di jaringan
Kehadiran di plasma dengan kadar > dp N merupakan indikasi : kenaikan
kecepatan kerusakan jaringan.
Indikator ini dapat membantu D/ & P/ suatu penyakit
Contoh : transaminase (SGOT), SGPT (glutamic pyruvate transaminase),
LDH (lactic dihydrogenase)
SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim
yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi
hepatoseluler.
Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot
rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST
pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat
sebaliknya.
Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :
Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati
(toksisitas obat atau kimia).
Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif,
sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard
(SGOT>SGPT).
Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec,
sirosis biliaris.
SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase) merupakan enzim
yang dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang
dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pankreas.
Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler,
kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark
jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya 24-
48 jam setelah terjadinya infark. SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6
hari jika tidak terjadi infark tambahan.
Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar enzim jantung lainnya,
seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat dehydrogenase). Pada penyakit hati,
kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan akan tetap demikian dalam waktu
yang lama.
Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/AST :
Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut,
infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa.
Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi saluran empedu,
aritmia jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau primer),
distrophia muscularis.
Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis, sirosis, infark paru,
delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA).5,6
Cardiac Output
Merupakan volume darah yang dipompa oleh setiap ventrikel per menitnya. CO
dari setiap ventrikel secara normal sama, walaupun terdapat sedikit variasi.
Penentu utama CO adalah detak jantung dan stroke volume (= Volume darah yang
dikeluarkan masing-masing ventrikel). Jika dalam keadaan istirahat, detak jantung
= 70 x/menit dan SV = 70 ml/detik, maka: Cardiac Output= Detak jantung x SV.
Dalam keadaan istirahat, curah jantung (cardiac output) dapat mencapai 5 L per
menit. Saat berolahraga, curah jantung yang dihasilkan dapat mencapai sekitar 20-
25 L per menit. Selisih antara curah jantung saat istirahat dengan curah jantung
maksimal disebut cardiac reserve.
Faktor yang mempengaruhi CO : Heart Rate (detak Jantung). Dalam keadaan
normal nodus SA merupakan pacemaker jantung dan mengatur HR. Karena nodus
SA ini dipersarafi oleh saraf otonom (simpatis dan parasimpatis) maka secara
tidak langsung HR juga dipengaruhi oleh saraf otonom.
Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik
Factor intrinsic. Diatur oleh mekanisme hukum Franks Starling pada jantung.
“Semakin banyak aliran vena yang masuk ke dalam jantung semakin besar pula
volume diastole akhir dan jantung menjadi semakin tertarik dan melebar. Karena
keadaan otot jantung yang semakin panjang sebelum kontraksi ini, maka semakin
kuat pula kontraksinya.”
Faktor ekstrinsic. Saraf simpatis menjalar di dalam traktus saraf spinalis toraks ke
nodus SA dan melepaskan neurotransmitter norepinefrine. NE berikatan dengan
reseptor spesifik yang disebut reseptor adrenergic B1 yang terdapat di sel nodus
SA. Setelah berikatan, terjadi pengaktifan system perantara kedua yang
menyebabkan peningkatan kecepatan pelepasan muatan nodus dan peningkatan
denyut jantung. Kecepatan denyut jantung akan menurun apabila pengaktifan
saraf simpatis dan pelepasan NE berkurang. Peningkatan atau penurunan ini
disebut efek kronotropik positif atau negative.
Saraf simpatis juga mempersarafi sel di seluruh miokardium, menyebabkan
peningkatan gaya dari setiap kontraksi pada setiap panjang serabut otot tertentu.
Hal ini menyebabkan peningkatan pada volume sekuncup dan disebut efek
inotropik positif atau negative.
Hormon yang mengatur curah jantung terutama di medulla adrenal, merupakan
perluasan system saraf simpatis. Pada perangsangan simpatis, medulla
melepaskan NE dan epinephrine ke dalam sirkulasi. Hormone ini mencapai
jantung dan menimbulkan respon kronotropik dan inotropik positif.7
SIKLUS JANTUNG
Sikus jantung terdiri dari satu periode relaksasi yang di sebut diastolik, yaitu
periode pengisian jantung dengan darah, kemudian diikuti oleh satu periode
kontraksi yang di sebut sistolik.
Siklus jantung sendiri dapat di bedakan menjadi 7 fase yaitu:
Relaksasi isovolumetrik ventrikel (volume tetap karena semua katup tertutup)
Pengisian cepat ventrikel
Pengisian lambat ventrikel
Sistol atrium (menambah pengisian ventrikel)
Kontraksi isovolumetrik ventrikel
Ejeksi cepat
Ejeksi lambat
Awal diastol ventrikel merupakan masa dimana baika atrium dan ventrikel masih
dalam keadaan relaksasi. Darah dari vena besar mengalir ke atrium yang
mengakibatkan volume atrium naik yang mengakibatkan tekanan atrium juga ikut
naik, tekanan atrium yang lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan ventrikel
akan mengakibatkan katup atrioventrikularis terbuka. Pada pembukaan awal
katup ini darah akan mengalir deras dari atrium ke arah ventrikel yang disebut
pengisian cepat ventrikel yang di ikuti pengisian lambat ventrikel.
Pengisian lambat dan pengisian cepat ventrikel meliputi hampir 70% dari volume
ventrikel. Kemudian di lanjutkan dengan kontraksi atrium sehingga menambah
pengisian ventrikel. Volume ventrikel yang terisi selama masa diastolik disebut
sebagai EDV (end diastolik volume).
Kemudian ventrikel berkontraksi dengan keadaan katup yang masih tertutup
sehingga volume tidak berubah atau isovolumetrik karena semua katup masih
dalam keadaan tertutup. Bila tekanan ventrikel lebih tinggi daripada tekanan aorta
maka katup semilunar aorta terbuka dan darah di pompakan dengan cepat ke aorta
fase ejeksi cepat dan di ikuti fase ejeksi lambat.8
PEMBENTUKAN GELOMBANG EKG
Arus listrik yang dihasilkan oleh otot jantung selama depolarisasi dan repolarisasi
menyebar ke jaringan di sekitar jantung dan dihantarkan melalui cairan – cairan
tubuh. Sebagian kecil aktivitas listrik ini mencapai permukaan tubuh dan dapat
dideteksi menggunakan elektroda pencatat. Rekaman yang di hasilkan adalah
EKG (elektrokardiogram) yang diciptakan oleh ilmuan bernama William
Einthoven. Terdapat 3 pertimbangan yang diwakili oleh EKG yaitu:
1. EKG adalah suatu rekaman mengenai sebagian aktifitas listrik di cairan –
cairan tubuh yang diinduksi oleh impuls jantung yang mencapai permukaan
tubuh. Bukan rekaman langsung aktivitas listrik jantung yang sebenarnya.
2. EKG adalah rekaman kompleks yang menggambarkan penyebaran
keseluruhan aktivitas di jantung selama repolarisasi dan depolarisasi. EKG
bukan merupakan catatan mengenai sebuah potensial aksi di sebuah sel pada
suatu saat. Pada setiap saat, rekaman mewakili jumlah aktivitas listrik di
semua sel otot jantung, yang sebagian mungkin sedang mengalami potensial
aksi, sementara yang lain mungkin belum di aktifkan.
3. Rekaman mencerminkan perbandingan voltase yang terdeteksi oleh elektroda
di dua titik yang berbeda di tubuh.
Pola pasti aktivitas listrik yang direkam dari permukaan tubuh bergantung pada
orientasi elektroda pencatat. Elektroda secara bebas dapat dipandang sebagai mata
yang melihat aktivitas listrik dan memindahkannya ke rekaman yang dapat
dilihat, catatan EKG. Apakah yang di tekam tersebut adalah defleksi keatas atau
defleksi ke bawah ditentukan oleh orientasi elektroda berkenaan dengan aliran
arus di jantung. Untuk menghasilkan perbandingan standar, rekaman EKG rutin
terdiri dari 12 sistem elektroda konvensional atau lead. Sewaktu sebuah mesin
elektrokardiogram dihubungkan dengan elektroda pencatat di dua titik pada
tubuh, susunan spesifik dari tiap – tiap pasangan koneksi itu disebut lead. Ke 12
lead tersebut masing – masing merekam aktivitas listrik di jantung dari lokasi
yang berbeda, 6 susunan listrik dari ekstremitas dan 6 lead dada di berbagai
tempat di sekitar jantung. Ke 12 lead tersebut digunakan secara rutin di semua
rekaman EKG sebagai dasar untuk perbandingan dan untuk mengenali adanya
deviasi dari normal.
Berbagai komponen pada rekaman EKG dapat dikorelasikan dengan berbagai
kejadian spesifik di jantung. Interpretasi mengenai konfigurasi gelombang yang
direkam dari setiap lead bergantung pada pengetahuan menyeluruh mengenai
rangkaian penyebaran eksitasi di jantung serta posisi jantung relative terhadap
penempatan elektroda. EKG normal memperlihatkan 3 bentuk gelombang
tersendiri, yaitu gelombang P yang mewakili depolarisasi atrium, gelombang QRS
mewakili depolarisasi ventrikel dan gelombang T yang mewakili repolarisasi
ventrikel.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan mengenai perekaman EKG :
1. Pembentukan potensial aksi di nodus SA tidak menimbulkan aktivitas listrik
yang mampu mencapai permukaan tubuh, sehingga depolarisasi nodus SA
tidak menimbulkan gelombang. Dengan demikian, gelombang yang pertama
tercatat, gelombang P terjadi ketika impuls menyebar ke seluruh atrium.
2. Pada EKG normal, tidak terdapat gelombang terpisah untuk repolarisasi
atrium. Aktivitas listrik yang berkaitan dengan repolarisasi atrium secara
normal berlangsung bersamaan dengan depolarisasi ventrikel dan tertutupi
oleh kompleks QRS.
3. Gelombang P jauh lebih kecil daripada komplek QRS karena atrium memiliki
massa otot yang jauh lebih kecil daripada ventrikel, sehingga menghasilkan
lebih sedikit aktivitas listrik.
EKG dapat digunakan untuk mendiagnosis kecepatan denyut jantung yang
abnormal, aritmia, dan kerusakan otot jantung. Karena aktivitas listrik memicu
aktivitas mekanis, kelainan pola listrik biasanya disertai oleh kelainan aktivitas
kontraktil jantung. Evaluasi terhadap pola EKG dapat memberikan informasi yang
berguna mengenai status jantung, termasuk kecepatan denyut, irama dan
kesehatan otot – ototnya.9
III. Hipotesis
IV. Sasaran Pembelajaran
1. Mengetahui struktur makro maupun mikro dari system kardiovaskuler
khususnya jantung
2. Mengetahui bagaimana mekanisme kerja jantung
3. Mengetahui bagaimana siklus jantung
4. Mengetahui bagaimana proses pembentukan gelombang EKG
V. Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. Wati WW, Kindangen K. Buku ajar anatomi fakultas kedokteran. Jakarta: Universitas
Kristen Krida Wacana; 2010.p.14-30.
2. Burkitt HG, Young B, Heath JW. Buku ajar dan atlas wheather histology fungsional.
Jakarta: EGC; 1995.p.140-51.
3. Craigmyle MBL. Atlas berwarna histology. Jakarta: EGC; 1990.p.45-52.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta: EGC; 2001.p.256-93.
5. Ronny, Setiawan, Fattimah S. Fisiologi Kardiovaskuler: Berbasis masalah keperawatan.
Jakarta: EGC; 2009.p.4-7.
6. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskopik
histology. Jakarta: Universitas Trisakti; 2009.p.73-83.
7. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. 3rd ed. Jakarta: EGC; 2009.p.449-52.
8. Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM, Simpson IA. Kardiologi. 4th ed. Jakarta: Erlangga;
2003.
9. Dharma S. Sistematika interpretasi EKG. Jakarta: EGC; 2009.