21
1 TUGAS MAKALAH KONSELING AGAMA “PERILAKU BERAGAMA MENURUT BEHAVIORISTIK” Di Susun Oleh : 1. Midha Azmilatul Ulfa (1114500090) 2. Febi Yanuanto (1114500120) Kelas : BK IVC YAYASAN PENDIDIKAN PANCASAKTI TEGAL UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING Jalan Halmahera KM. 1 (0283) 357122 2016

Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 1/21

1

TUGAS MAKALAH KONSELING AGAMA

“PERILAKU BERAGAMA MENURUT BEHAVIORISTIK”

Di Susun Oleh :

1.  Midha Azmilatul Ulfa (1114500090)

2. 

Febi Yanuanto (1114500120)

Kelas : BK IVC

YAYASAN PENDIDIKAN PANCASAKTI TEGAL

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGALFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Jalan Halmahera KM. 1 (0283) 357122

2016

Page 2: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 2/21

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapatmenyelesaikan makalah yang berjudul “Perilaku Beragama Menurut

Behavioristik”. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi syarat nilai

mata kuliah Konseling Agama. Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan

dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik menyangkut isi

maupun penulisan. Hanya dengan kearifan dan bantuan dari berbagai pihak untuk

memberikan kritik dan saran maka kekurangan-kekurangan tersebut dapat

diperkecil. Namun dalam penulisan makalah ini ada sepercik harapan semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, serta diridhai oleh Allah SWT

amin.

Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Tegal, 28 Maret 2016

Penulis

Page 3: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 3/21

3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR  ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

1.3 

Tujuan Penulisan ........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN 

2.1 

Pengertian Behavioristik ............................................................................... 3

2.2 

Pengertian Perilaku Beragama ...................................................................... 4

2.3 Pandangan Islam terhadap Aliran Behaviorisme (lingkungan) .................... 5

2.4 Pokok-Pokok Teori Pengkondisian ............................................................... 9

2.5 

Pendapat Rolston Tentang Behaviorisme .................................................... 11

BAB IV PENUTUP 

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 16

3.2  Saran ............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17

Page 4: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 4/21

4

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................... ii

Daftar Isi.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang .......................................................................................... 1

2. 

Rumusan Masalah ..................................................................................... 13.

 

Tujuan Masalah ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

1.  Pengertian Post Power Syndrome ............................................................. 3

2. 

Orang Yang Rentan Terkena Post Power Syndrome ................................ 9 

3.  Terjadinya Post Power Syndrome ............................................................. 11 

4.  Waktu Terjadinya Post Power Syndrome ................................................. 16 

5. 

Cara Mengatasi dan Mencegah Post Power Syndrome............................. 24 

BAB III KESIMPULAN

1.  Kesimpulan ............................................................................................... 42

2. 

Saran .......................................................................................................... 42

Daftar Pustaka ........................................................................................... 43

Lampiran ................................................................................................... 45

Page 5: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 5/21

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aliran yang paling keras menantang psikoanalisa atas prilaku manusia dan

menekankan pada metode yang lebih objektif adalah madzhab yang biasa disebut

Behaviorisme (perilaku). Mereka yang bekerja dibawah label Behavioris tidak

memiliki metode yang sama, namun mereka memiliki pandangan yang sama

tentang hakikat manusia dan tujuan psikologi. Semua yang tergabung dalam aliran

Behaviorisme sependirian dengan kecurigaan mereka terhadap kesadaran

(consciousness) sebagai pegangan pengertian yang berguna dan melepaskan acuan

 budi, psike, atau jiwa. Manusia didorong untuk berbuat oleh kekuatan-kekuatan

yang ada didalam lingkungannya, dan menggapainya sebagai makhluk fisiologi.

Dibawah naungan Behaviorisme terdapat banyak ahli Psikologi yang

menekankan bahwa Psikologi sebagai ilmu sosial perlu memurnikan metodenyadengan belajar langsung dari ilmu-ilmu sejenisnya dan juga pengamatan,

 peramalan, serta pengendalian perilaku manusia, sehingga dengan demikian

menjadi lebih empiris dan eksperimental dalam analisisnya terhadap perilaku

manusia. Para ahli psikologi ini diantaranya yaitu: J.B. Watson, B.F. Skinner,

Pavlov, William Sargant. Untuk lebih memahami Beragama Dalam Perspektif

Behaviourisme kelompok kami akan mempresentasikannya.

1.2. Rumusan Masalah

1.  Apa itu behavioristik?

2.  Apa itu perilaku beragama?

3. 

Bagaimana aliran behaviorisme dalam pandangan islam?

4.  Apa saja pokok-pokok teori pengkondisian?

5.  Bagaimana pendapat rolston tentang behaviorisme?

Page 6: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 6/21

6

1.3. Tujuan Penulisan

1.  Untuk mengetahui pengertian behavioristik.

2. 

Untuk mengetahui pengertian perilaku beragama.

3. 

Untuk mengetahui aliran behavioristik dalam pandangan islam.

4.  Untuk mengetahui pokok-pokok teori pengkondisian.

5. 

Untuk mengetahui pendapat rolston tentang behaviorisme.

Page 7: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 7/21

7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Behavioristik

Psikologi Behavioristik  adalah aliran psikologi yang menekankan teorinya

 pada perubahan tingkah laku manusia. Psikologi behavioristik   menolak struktur

kejiwaan manusia yang relative dan menetap. Manusia dilahirkan bukan

ditentukan menurut hukum deterministik (jabar), yang diprogram seperti mesin

atau robot, tetapi dilahirkan dalam kondisi kosong atau netral.

John B. Watson adalah seorang ahli psikologi Amerika yang pada awal

abad ke-20 mulai memperkenalkan gerakan Behaviourisme, sejak itu

Behaviuorisme telah dikenal dengan analisis perilakunya dengan mengembangkan

teknik-teknik guna mengamati perilaku dalam lingkungan yang dikendalikan

untuk mengukur tanggapan, dan untuk meramal pola perilaku selanjutnya.

Dengan menggunakan prosedur, misalnya seperti percobaan atau eksperimenyang dikendalikan, analisis faktor, studi korelasi, analisis isi, dan pengukuran

tepat mengenai tanggapan neurologis dengan menggunakan satu atau lebih teknik-

teknik yang dipakai untuk pengamatan, cara itu adalah produk madzhab ini.

Behaviorisme amat mendalam dan berakar dalam psikologi Amerika, sehingga

madzhab ini paling berpengaruh luas.

Tidak mengherankan jika Behaviorisme tidak memberi perhatian banyak

kepada agama, hal ini dikarenakan pengandaian mereka bahwa perilaku

keagamaan adalah sama halnya dengan segala perilaku lain, yang merupakan

akibat dari proses tanggapan fisiologis manusia. Meskipun demikian madzhab

Behaviorisme penting bagi pengembangan psikologi agama yang komprehensif,

alasan pertama karena, perilaku keagamaan kadang-kadang ditafsirkan dari sudut

 pandangnya.

kedua,  karena Behaviorisme memiliki pengandaian tentnag manusia yang berat

 bernada teologis. Melalui cipta (reason) orang dapat menilai membandingkan dan

Page 8: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 8/21

8

memutuskan suatu tindakan terhadap stimulus tertentu. Perasaan intelek ini dalam

agama merupakan suatu kenyataan yang dapat dilihat, terlebih dalam agama

modern, peranan dan fungsi reason ini sangat menentukan.

Kaum Behavioris terdahulu seperti Watson, percaya bahwa perilaku

manusia ditentukan oleh pengaruh lingkungan. Teori Behavioral bersifat

deterministik, reduksionistik, atomistik, matrealistik, dan mekanistik; dalam artian

 bahwa perilaku manusia dapat dijelaskan atau direduksi menjadi hubungan

stimulus-respons dan bahwa yang dianggap nyata hanyalah perilaku yang dapat

diamati.

Menurut Skinner, keyakinan manusia terhadap suatu agama dan upacara

ritual untuk mengagungkan Tuhan merupakan tingkah laku tahayul dari burung

dara yang kelaparan yang terus menerus mengulangi gerakan khusus berdasarkan

sistem penguatan (reinforcement). Uraian ini menunjukkan bahwa paham Skinner

anti terhadap agama. Kedua, dinamika struktur kepribadian manusia disamakan

dengan dinamika hewan. Padahal tingkah laku hewan itu sangat jauh berbeda

dengan tingkah laku manusia, baik dilihat dari sisi asumsi maupun makna tingkah

laku yang diperbuat. Ketiga, teori strukturnya diasumsikan dari konsep manusia

yang netral, tidak memiliki potensi bawaan apapun. Keempat, manusia

diibaratkan robot yang selalu diprogram secara deterministik. Teori inilah yang

mendapat kritikan dari Psiko-humanistik bahwa “teori Psiko-behavioristik

memandang manusia sebagai suatu mesin, yaitu sistem kompleks yang bertingkah

laku menurut cara yang sesuai dengan hukum.

2.2. Pengertian Perilaku Beragama

Perilaku (behavior) adalah segala tindakan yang dilakukan oleh

organisme. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsang atau

lingkungan. Menurut Hasan Langgulung dalam bukunya beberapa pemikiran

tentang pendidikan Islam mengatakan bahwa tingkah laku adalah segala aktivitas

seseorang yang dapat diamati.

Beragama berasal dari dasar kata agama dan berasal dari bahasa

Sansekerta, yaitu dari akar kata a yang berarti tidak, dan gama berarti kacau atau

kocar-kacir. Dengan demikian agama dapat berarti tidak kacau atau tidak kocar-

Page 9: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 9/21

9

kacir. Pengertian serupa ini tampak sejalan dengan akal, karena dilihat dari segi

 peranan yang dimainkannya, agama dapat memberikan pedoman hidup bagi

manusia agar memperoleh ketentraman, keterarutan, kedamaian dan jauh dari

kekacauan dalam hidupnya.

Menurut Ahmad Tafsir, beragama adalah masalah sikap. Di dalam Islam,

sikap beragama itu intinya adalah iman. Jadi yang dimaksud beragama pada

intinya adalah beriman. Jiwa beragama atau perilaku beragama merujuk kepada

aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang

merefleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat

hablumminallah maupun hablumminannas.

Dengan demikian perilaku beragama adalah segala aktivitas yang

dilakukan oleh seseorang yang berkaitan dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian

dengan kepercayaan itu. Dengan kata lain, tingkah laku atas norma-norma, nilai

atau ajaran dan doktrin-doktrin agama yang dianutnya. Dalam ajaran Islam ,

 perilaku agama merupakan perilaku yang didasarkan atas nilai-nilai agama Islam,

 baik yang bersifat vertikal maupun yang bersifat horizontal.

Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan

manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan

 perilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang

didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan

aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak

dan terjadi dalam hati seseorang.

2.3.Pandangan Islam terhadap Aliran Behaviorisme (lingkungan)Behaviorisme ini memandang bahwa terbentuknya perilaku manusia atas

dasar konsep stimulus respons yang berarti perilaku manusia sangat terkondisi

oleh lingkungan. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia yang

 buruk, sebaliknya lingkungan yang baik menghasilkan manusia yang baik. Selain

itu aliran behaviourisme memandang bahwa perilaku manusia terbentuk karena

adanya pengaruh dari reinforcement. Dalam hal ini tidak diperbincangkan adanya

makna perilaku baik dan buruk, kecuali hasil dari reinforcement sebagai penguat

Page 10: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 10/21

10

 positif atau negatif. Konsep benar dan salah tidak diperhitungkan dalam kajian

tentang perilaku manusia.

Perilaku manusia mengikuti hukum sebab-akibat, di mana sebab-sebab itu

sendiri dapat dikontrol dan diciptakan. Para ahli aliran behaviouristik berhasil

menemukan kaidah-kaidah belajar yang melandasi perubahan perilaku. Hal ini

dapat dijadikan acuan dalam kegiatan pendidikan, psikoterapi, dan lain-lain.

Kaidah dan hukum belajar ini dapat dianggap sebagai keunggulan dari aliran

 behavioristik dalam menelaah konsep manusia dikaitkan dengan salah satu

fenomena sunnatulah, yaitu bahwa manusia manusia dapat mengubah nasib

dirinya. Petun juk Tuhan bagi mereka yang ingin mengubah nasib dirinya

tentunya dapat menggunakan metode dan teknik belajar dengan memanfaatkan

temuan-temuan aliran behavioristik .

Harus diakui bahwa lingkungan sedikit - banyak dapat mempengaruhi

 perilaku manusia, hal tersebut sebagaimana sabda Rasulallah saw :

“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanya lah yang

menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana permisalan hewan

 yang dilahirkan oleh hewan, apakah kalian melihat pada anaknya ada yang

terpotong telinganya?”(H.R Bukhari).

Berdasarkan pemahaman hadits tersebut di atas, ada hal yang dinafikan

oleh aliran behaviorisme, yakni fitrah (potensi) yang ada pada tiap individu.

Kenyataanya, manusia lahir dengan potensi ciri khasnya sendiri yang berbeda

antara yang satu dengan yang lain, dan inilah yang dilupakan oleh kaum

 behavioris. Hasan Langgulung  mengartikan fitrah tersebut sebagai potensi-potensi

yang dimiliki manusia. Potensi-potensi tersebut merupakan suatu keterpaduan

yang tersimpul dalam Asma’ul Husna. Batasan tersebut memberikn arti, misalnyasifat Allah Al-Ilmu “maha mengetahui” maka manusia pun memiliki potensi

untuk bersifat mengetahui dan begitu juga semuanya. Akan tetapi kemampuan

manusia tentu saja berbeda dengan Allah. Hal ini disebabkan karena berbeda

hakikat diantara keduanya. Allah memilki sifat kemaha sempurnaan sedangkan

manusia memiliki sifat keterbatasan. Keterbatasan itulah yang menyebabkan

manusia membutuhkan pertolongan dan bantuan untuk memenuhi segala

kebutuhan. Keadaan ini menyadarkan manusia tentang ke-Esaan Allah, sehingga

Page 11: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 11/21

11

inilah letak fitrah beragama manusia sebagai manifestasi memenuhi kebutuhan

rohaniahnya.

Kritik yang dapat disampaikan adalah adanya kecenderungannya untuk

mereduksi nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini terlihat cara kaum behavioris

memperlakukan seorang anak. Mereka beranggapan bahwa seorang anak

 berperilaku (memberikan respon) sesuai dengan stimulus yang diberikan. Ini

 bararti dianggap sebagai sebuah mesin sehingga teorinya bersifat mekanistis.

Menurut Ibn Taimiyah sebagaimana disitir Juhaja S. Praja pada diri manusia juga

memiliki setidaknya tiga potensi fitrah yaitu:

  Daya intelektual (quwwat al-al-‘aql ) yaitu potensi dasar yang

memungkinkan manusia dapat membedakan nilai intelektualnya, manusia

dapat mengetahui dan meng-Esakan Tuhannya.

  Daya ofensif (quwwat al-syahwat ) yaitu potensi yang dimiliki manusia

yang mampu menginduksi objek-objek yang menyenangkan dan

 bermamfaat bagi kehidupannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah

secara serasi dan seimbang.

  Daya defensif (quwwat al-ghaddab) yaitu potensi dasar yang dapat

menghindarkan manusia dari perbuatan yang dapat membahayakan

dirinya.

Behaviourisme  memusatkan perhatiannya pada wilayah objektivitas.

Behaviourisme memandang Psikoanalisa sebagai teori yang sangat spekulatif dan

tidak ilmiah. Penjelajahan terhadap wilayah unconsciousness (ketidaksadaran)

dengan menggunakan metode hipnotis, intropeksi, retropeksi, dan analisis mimpi

merupakan metode yang menggambarkan spekulatif-subjektif. Behaviourisme yakin dan percaya bahwa seluruh tingkah laku manusia dapat dipahami

(understanding), dirumuskan (formulasi), dan diprediksi (prediction), berdasarkan

 pandangan objektif. Maka rumusan tingkah laku bagi behaviourisme merupakan

hubungan stimulus-respon.

Sebagai contoh, karena sangat terpesona oleh teori refleks terkondisi dari

kaum behaviourisme, maka Faiz Al-Hajj, dalam disertasinya mencoba mencari-

cari beberapa pemikiran Al-Ghazali yang sesuai dengan teori refleks terkondisi

Page 12: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 12/21

12

itu. Mengacu pada pandangan Al Ghazali tentang al-Qur’an mengenai manusia,

Hanna Djumhana Bastaman menandai wawasan islam mengenai manusia sebagai

 berikut:

1. 

Al-Qur’an memberi penghargaan yang cukup tinggi terhadap martabat

umat manusia dengan julukan kehormatan yang diberikan kepada manusia

sebagai “khalifah di bumi”.

2.  Fitrah manusia adalah suci dan beriman.Al-Qur’an menyatakan adanya

ruh pada manusia di samping raga dan jiwanya. Ruh ini sudah ada

sebelum manusia dilahirkan, selama ia masih hidup, dan setelah

 berpulang.

Kedua hal ini yang membedakan antara wawasan Islami dengan wawasan

filsafat dan teori psikologi yang ada. Landasan ini menunjukkan bahwa kajian

Islami hendaknya meliputi dimensi ruhani (spiritual-imani) selain dimensi ragawi

(fisik-biologis), dimensi kejiwaan (psikologi edukasi) dan dimensi lingkungan

(sosio-kultural). Demikian pula dengan akal (al-aql), hati (al-qalb), dan an-nafs

yang keseluruhannya menjadi bagian tak terpisahkan dalam pengkajian perilaku

manusia dalam psikologi Islami.

Pelopor aliran behaviorisme ini adalah  John Broadus Watson. Melalui

studi eksperimental, Watson menjelaskan konsep kepribadian dengan mempelajari

tingkah laku manusia yang mengacu pada konsep stimulus – respons.

Aliran behaviorisme ini menolak pandangan dari aliran pendahulunya,

yaitu aliran psikoanalisa yang memandang bahwa manusia sangat dipengaruhi

oleh insting tak sadar dan dorongan-dorongan nafsu rendah. Aliran behaviorisme

ini lebih memandang aspek stimulasi lingkungan yang dapat membentuk perilaku

manusia dengan sesuka hati lingkungan eksternal itu. Aliaran behaviorisme ini

mengganti konsep kesadaran dan ketidaksadaran ala psikoanalisa dengan istilah

 stimulus, response, dan habit . Stimulus selanjutnya dimaknakan sebagai sesuatu

yang dapat dimanipulasi atau direkayasa lingkungan sebagai upaya membentuk

 perilaku manusia melalui respons yang muncul sebagaimana yang diharapkan

lingkungan, sedangkan habit   adalah hasil pembentukan perilaku tersebut

(Koesma, 2000: 56).

Page 13: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 13/21

13

Ivan Pavlov (1849-1936), ahli psikologi Rusia, meletakkan suatu tahapan

 penting bagi psikologi behavioris lewat kajiannya tentang reaksi refleks. Pavlov

menuliskan bahwa ia dapat mengkondisikan anjing-anjing keluar air liur dengan

membunyikan sebuah bel, jika anjing tadi sebelumnya telah dilatih untuk

menghubungkan suara bel dengan tersediany makanan. Bapak behaviorisme

modrn, John B. Watson (1878-1958), senada dengan pavlov, menegaskan bahwa

tingkah laku manusia adalah dari refleks-refleks yang terkondisika.

2.4.Pokok-Pokok Teori Pengkondisian

1)  Pengkondisian Klasik dan Pertobatan 

William Sargant, seorang praktisi inggris menunjukkan bahwa

 penggunaan teori pengkondisian di bidang agama ada peluangnya. Dalam buku

“The battle for the maid”,  Sargant menyajikan teori yang menarik, meskipun

sempit, tentang pertobatan (conversion) berdasarkan teori Pavlov. Sargant

menggunakan dua konsep Pavlov yaitu: rangsangan transmarginal dan

 penghambatan transmarginal dari exsperimennya itu ditarik kesimpulan bahwa,

Pavlov menemukan lontaran rangsangan yang berlebih dapat membahayakan

sistem neorologis binatang, dengan menciptakan pola tanggapan yang aneh.

Rangsangan yang klewat batas juga menghasilkan penghambatan yang melebihi

 batas (transmarginal stimulation). Pavlov mau menyebut keterangsangan yang

melebihi ambang kemampuan binatang untuk membari tanggapan yang

dikondisikan. Rangsangan yang diperpanjang melebihi kebutuhan itu

memperlemah atau merusak pola tanggapan yang sudah biasa terjadi, gejala ini

oleh Pavlov disebut penghambatan transmarginal(Transmarginal Inhibition).

Sargant mengandaikan bahwa manusia memberi reasksi atau tanggapan menurut pola yang disebut pavlov di atas. Dan berdasarkan pendapat itu Sargant

menafsirkan pertobatan keagamaan. Rangsangan transmarginal yang dibuat

melebihi batas dan prilaku yang diakibatkan, pada akhirnya dapat berakibat dalam

“Kegiatan otak yang dapat menambah secara berarti kemampuan orang untuk

menerima saran sehingga orang itu menjadi mudah dipengaruhi oleh

lingkungannya”.

Page 14: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 14/21

14

Sargant melihat bahwa rasa takut yang ditimbulkan seperti, karena

membayangkan api neraka, yang diciptakan lewat khotbah-khotbah yanng berapi-

api merupakan keadaan kebangkitan emosi yang hebat yang diciptakan secara

artifisial, buatan. Orang-orang yang bertobat adalah dibebaskan dari masa

kedosaan di masa lampau dan terbuka untuk peyakinan tentang hidup baru yang

harus mereka jalani, keadaan mereka yang mudah menerima saran membuat

mereka juga mudah menerima tanpa kritis tatanan ajaran dan praktik keagamaan

 baru.

Sesungguhnya emosi memegang peranan penting dalam setiap tindakan agama,

tidak ada satu sikap atau tindakan agama seseorang dapat dipahami, tanpa

mengindahkan emosinya. Oleh karena itu dalam memahami perkembangan jiwa

agama pada seseorang, perlu diperhatikan seluruh fungsi-fungsi jiwanya

keseluruhan.

2)  Pengkodisian Operan (Operant Conditioning) 

B.F. Skinner membuat perubahan besar atas teori Pavlov tentang

Pengkondisian Klasik. Pengkondisian Operan, sama halnya dengan pengkondisian

klasik yang dibangun atas pendapat bahwa ganjaran (reward )menjadi penyebab

agar perbuatan diulang atau diperkuat. berbeda dengan Pengkondisian Klasik

 bahwa lingkungan yang menanggapi makhluk, dalam Pengkondisian Operan

makhluk menanggapi lingkungan. Tanggapan itu merupakan cara untuk

mengubah lingkungan, guna mendapatkan kepuasan.

Skinner berpendapat bahwa manusia berbuat sesuatu dalam lingkungannya untuk

mendatangkan akibat-akibat, entah untuk mendatangkan pemenuhan kebutuhan

atau untuk menghindari datangnya hukuman atau pengalaman yang tidak enak.

Contohnya orang yang haus akan berusaha mendapatkan minuman, orang yangterkena jarum disepatunya akan berusaha mengeluarkannya dari sepatunya agar

tidak tertusuk kakinya.

Mutu pemuas tindakan untuk memenuhi kebutuhan menambah kemungkinan

 bahwa pada kesempatan lain tindakan yang sama diulang, dan sebaliknya,

tindakan yang mendatangkan akibat yang tidak enak, pada kesempatan lain

cenderung dihindari. Menurut skinner segala perbuatan dan tindakan manusia

dapat dimengerti dalam kerangka pemikiran itu, begitu pula manusia dalam

Page 15: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 15/21

15

 beragama. Ia juga berpendapat bahwa agama masih diperlukan oleh orang-orang

awam, terutama sebagai cara untuk mendorong mereka menangguhkan pemuasan

kebutuhan masa kini.

3) 

Tindakan Memperkuat

Pendekatan Skinner terhadap agama harus dibahas dengan hati-hati,

seperti Sargant, Skinner tidak menyajikan dalam tulisan-tulisannya uraian

sistematis tentang Agama. Meskipun demikian pendirian Skinner yang

Behavioristis itu merupakan kerangka dari berbagai pendapat yang tidak di

kembangkan, tetapi jelas berkaitan dengan hakikat prilaku keagamaan. Yang

 paling menonjol adalah pengamatannya tentang pemikiran, pengetahuan, dan

 pembicaraan keagamaan yang dia sempitkan dalam istilah-istilah Behavioristis.

Semua itu merupakan cara bagaimana cara manusia, seperti makhluk-makhluk

lain dengan Pengkondisian Operan belajar hidup di Dunia yang dikuasai oleh

hukum ganjaran (reward ) dan hukuman.

Perasaan dan keadaan jiwa tidak lain hanyalah cara yang dianggap sesuai

untuk mengatakan prilaku yang diakibatkan oleh hukum Pengkondisian Operan.

Dalam pandangan Skinner kegiatan keagamaan diulangi karena menjadi faktor

 penguat sebagai prilaku yang meredakan ketegangan. Kelembagaan agama itu

merupakan ”isme” sosial yang lahir dari faktor penguat, lembaga sosial atau

kemasyarakatan menjaga dan mempertahankan prilaku dan kebiasaan masyarakat,

anak dilahirkan kedalam masyarakat itu seperti dia dilahirkan kedalam lingkungan

fisiknya.

Lembaga Keagamaan merupakan bentuk khusus dari tatanan sosial dimana

“baik” dan “buruk” menjadi “suci” dan “berdosa”. Jadi lembaga keagamaan

 bertahan hidup karena fungsinya sebagai faktor penguat. Dalam pandanganBehavioristis manusia sekarang dapat mengendalikan nasibnya sendiri karena

manusia tahu apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.

2.5. Pendapat Rolston Tentang Behaviorisme

Mengenai logika behaviorisme, Rolston mengatakan apabila kita mencoba

untuk mengikuti logika berpikir behavioris, maka model behavioris memiliki sisi

kebenaran tertentu. Katakana saja, kalangan behavioris memuji rasionalitas.

Page 16: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 16/21

16

Mereka bangga akan status ilmiah dari keyakinan mereka dan seringkali

menganggap “perilaku keagamaan” sebagai tindakan kasar. Namun keistimewaan

apa yang menjadi dasar kekhususan keyakinan mereka karena disini semua

keyakinan teolog dan ilmuwan harus dipampang agar bisa dikritisi teori-teorinya.

Dengan demikian Rolston mengatakan bahwa diantara sekian perilaku manusia

yang paling kompleks adalah pembelajaran dalam bidang ilmu dan agama, tetapi

menurutnya setelah mengusir fiksi kuno mengenai kehidupan mental, kalangan

 behavioris justru kehilangan otoritas dalam menilai teori-teori mereka sendiri,

mereka justru dikritik tidak cukup berbicara bila bersaing dengan kritik ilmu

ataupun kritik agama. 

Sedangkan mengenai behavioral dan agama, Rolston mengatakan bahwa

anugrah yang diterima manusia setelah rasionalitas, moralitas dan nilai adalah

kemampuan untuk mencintai. Kebajikan ini seringkali diidentikkan oleh teolog

sebagai tanda suci hadirnya Tuhan dalam diri manusia. Namun jika cinta yang

kita miliki satu sama lain direduksi menjadi output yang merespon stimulus

kausalitas, maka manusia nyaris sulit disebut manusia dan tak lagi tersisi kesucian

dalam dirinya. Tetapi menurut Rolston yang ingin dikemukakan adalah apa yang

oleh kalangan teolog disebut sebagai “cinta tulus” untuk bebas dipilih dan

dianugerahkan pada pihak lain? Menurutnya cinta semacam itu muncul dan

manusia mungkin saja merespon atas dasar panggilan perasaan saling

membutuhkan satu sama lian, suatu stimulus dan manusia lalu mencintai sebagai

wujud responnya. Manusia tidak menjalankan sumber daya sendiri namun dengan

mengambil doa suci. Maka untuk menghadirkan “cinta tulus” ini akan menjadi

kisah fiksi belaka. Tak ada doa kecil, tak ada bangsawan, yang ada hanyalah

kausalitas ilmiah. Rolston mengatakan menurut definisi Karl Barth yang nantinya

akan diuji, Tuhan adalah “Yang Maha Suci” yang bebas mencintai dan manusia

adalah anak-anak Tuhan yang membayangkan Tuhan karena mereka mencintai

dan bebas. Namun menurut Rolston ada gengsi bahwa behaviorisme berfikir dan

cinta harus dianggap tidak koheren dan karenanya perlu disingkirkan dari

manusia.

Suatu pandangan mekanis dan pasif tentang perbuatan manusia telah

mensekulerkan hidup, mengabaikan atau menyangkal dimensi yang

Page 17: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 17/21

17

“disakralkan”. Pada sisi kausalitas, agama tampak seperti suatu penguat sejarah.

Fungsi ini telah dijalankan oleh bentuk-bentuk kelembagaan dimana agama

merupakan suatu pembentuk perilaku. Hal ini seperti suatu efek, bahwa agama

 bagi seseorang merupakan respon terhadaop suatu stimulus “sociorelijius”. oleh

karena itu kepercayaan agama seperti keyakinan bahwa hidup itu sacral, adanya

ampunan dosa, yakin bahwa dunia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (tidak

 bisa dipercaya secara rasional) karena kepercayaan-kepercayaan tersebut

merupakan peroduk penguatan-penguatan yang membentuk sebab-sebab yang

diperlukan oleh kepercayaan tersebut. Maka menurut Rolston, selama agama

klasik dianggap sebagai pembentuk prilaku dan penentu perbuatan normative,

maka agama-agama tersebut dinilai kaum behavioris telah berfungsi, tidak

sekedar menjadi ajaran naïf yang tak efektif, tak ilmiah terutama karena

 penekanannya pada penggunaan penjelasan mental dan tahayul, dank arena agama

dianggap sebagai dampak ide-ide ilusi dari agensi manusia dan tanggung jawab.

Maka Rolston menyatakan bahwa Skinner mengklaim “Tuhan merupakan pola

arketip dengan suatu fiksi yang penjelas”.

Menurut Rolston agama-agama klasik tidak memuat kode-kode moral

tertentu yang mempertahankan nilai-nilai kelompok dan dalam beberapa hal kode-

kode moral tersebut dipelihara keberadaannya. Agama klasik juga memuat “ taboo

” dan “dogma” yang seskali terhubung dengan kode-kode tersebut atau

memberikan sangsi pada saat hilangnya penguatan yang lebih rasional. Rolston

mengatakan perilaku agama semacam itu bisa dieliminir dengan perilaku yang

lebih ilmiah. Tegasnya respon etika positif tidak tersambung dengan dukungan

keagamaan dan dapat dicapai oleh perbuatan manusia yang direkayasa secara

ilmiah, kehidupan yang lebih baik diupayakan dengan perilaku yang lebih baik

melalui ilmu behavioral. Disini ilmu behavioral cukup meloristic, melalui ilmu ini

kita dapat lebih cepat lagi mewujudkan masyarakat yang lebih humanis. Ilmu

 behavioral menjadi penyelamat pengganti dan mengajukan utopia-utopianya serta

model-model kehidupan yang lebih baik dalam ajaran Tuhan. Menurut Skinner

kita memiliki teknologi fisik, biologi dan behavioral yang diperlukan untuk

menyelamatkan hidup kita.

Page 18: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 18/21

18

Mengenai Psikologi Kognitif, manusia sebagai prosesor kognitif. Rolston,

menyatakan bahwa penyerdehanaan behaviorisme radikal belakangan ini telah

membelokkan psikologi pada kognisi. Menurutnya, bisa jadi hal ini masih terlalu

dini untuk menyebutkan tren ini sebagai suatu paradigma psikologi, apalagi

membahas dampaknya terhadap aqidah agama. Model psikologi perlu

digambarkan sebagai perangkat cibernetik, artinya psikologi dapat mengabaikan

kesadaran. Namun kita tetap bisa menerapakan model-model tersebut secara

empiris dan bisa memperlihatkan hasil kita berdasar rata-rata statistic dan

eksperimen yang berulang.

 Namun Rolston tidak dapat mengabaikan proses kognisi, menurutnya teori

manapun harus melibatkan “peta kognisi” dalam manusia, sementara tak ada

tuntutan untuk memasukkan kesadaran. Rolston berkata, ini seperti layaknya

computer untuk menjelaskan berbagai program untuk mengolah dan menata tanpa

 perlu mengasumsi adanya kesadaran dalam computer tersebut, tetapi tatap saja

ada perbedaan vital antara organisme hidup yang memiliki masalah psikologis

dengan computer yang diciptakan manusia sebagai modelnya. Komputer adalah

 bikinin manusia, ia tetap saja mesin yang dirancang oleh kecerdasan manusia.

Sebaliknya organisme merupakan produk evolusi alam.

Dalam kognisi manusia, kita bisa bercerita mengungkapkan kembali dan

menggunakan pengetahuan. Manusai merupakan prosesor informasi yang sangat

umum. Michael G. Wessells menyebutkan bahwa sebagian besar teori kognitif

 bersifat mekanis dan dalam rangka memperkuat asumsi bahwa kognisi manusia

adalah suatu spesies pemroses informasi. Namun manusia adalah prosesor

kognitif yang berkesadaran dan dalam banyak hal, dimensi sadarnya nampaknya

lebih menonjol dari pada daya kognisi yang terdapat pada mesin computer ciptaan

manusia. Jika demikian, kognisi tidak bisa lagi disebut behaviorisme karena

 behaviorisme menuntut kita agar menghapuskan hal-hal yang telah kita terima

kembali.

Sejumlah pakar akan mengatakan bahwa sekalipun mengakui adanya

kesadaran, kita bisa tetap mengakui psikologi ilmiah. Melalui suatu pengalaman

campuran dan refleksi atas pengalaman, psikologi kognitif bisa menjelaskan

 proses-proses tersebut sebagaia memori jangka panjang dan memori jangka

Page 19: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 19/21

19

 pendek, pengakuan pola, perhatian pola, perhatian selektif, pemecahan masalah,

 pembentukan konsep dan pemakaian bahasa.

 Namun apakah kita telah memiliki suatu model yang cukup competen

dengan seluruh isi manusiawi? Inilah keterbatasan dari model cybernetic. Bahkan

dalam model biologis sekalipun, prosesor kognitif tidak mengalami rasa sakit.

Maka menurut Rolston, di sini kita menginginkan agar lebih peduli dengan

 psikologi yang memiliki dimensi pengalaman, yang menjadi bentuk paling

menonjol dalam kehidupan alami. Maka, lebih lanjut menurut Rolston, dalam

model manusiawi, prosesor kognisi tidak merasakan rasa malu atau bangga, tidak

memiliki marah harga diri, rasa takut ataupun harapan, tidak tertarik dengan

 jabatan, mengalami perasaan gagal, mengalami krisis identitas atau menipu diri

sendiri demi mencegah kecaman diri, tidak bisa menyelesaikan perbedaan

 pendapat dalam menghadapi praktek sosial yang tak bermoral, tak dapat

menghargai arti ketidak patuhan sipil yang diharapkan untuk direformasi , tidak

menangis atau membaca doa pada saat menyantap makanan.

Kata Rolston, prosesor kognitif tidak memiliki emosi atau perasaan, suatu

kategori yang oleh para psikolog lain dianggap sangat penting. Katakan saja, R.B

Zajonc, seorang psikolog, menyesalkan, “psikologi kognisi kontemporer” ternyata

mengabaikan afeksi. Istilah afeksi adalah tingkah laku, emosi, perasaan dan

sentiment tidak pernah muncul dalam indeks istilah karya-karya besar pakar

kognitifis. Prosesor kognitif tidak dapat dijalankan pada masalah cinta,

“keimanan” atau kebebasan, dorongan rasa bersalah, pencarian ampunan dan hal-

hal lain yang sering dikemukakan oleh para teolog. Secara sosiologis, dikatakan

Rolston, bahwa prosesor tidak memiliki bentuk budaya, tidak memiliki karir unik

yang membentuk serangkaian kisah naratif, bahkan mereka tidak memiliki

 pahlawan dan penyelamat, mereka tidak mati karena dosa-dosa di dunia, melawan

kerajaan Tuhan atau tertarik pada ideology lain dalam memaknai hidup dan sejara.

Dengan demikian, menurut rolston, bahwa model “prosesor kognisi” tidak cukup

layak untuk memahami kepribadian manusia.

Page 20: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 20/21

20

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur,

diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan

terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif

terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan

dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan

menjelaskan tindakan yang diinginkan. 

Menurut tokoh psikologi behavioristik yaitu B.F Skinner perilaku

terbentuk berdasarkan hasil dari pengalamannya yaitu intraksi individu dengan

lingkungan sekitarnya,sehingga tiap manusia mempunyai kepribadian yang

 berbeda karena kepribadian mereka terbentuk karena adanya pengalaman yang

 berbeda pula. Perilaku menjadi kuat jika mendapatkan ganjaran atau sebaliknya

 perilakunya melemah jika mendapatkan hukuman. Kecenderungan tingkah

tertentu akan selalu terkait dalam hubungannya memperoleh pengalamannya.

Dari pandangan Behaviorisme kita memperoleh teori tentang yang disebut

Pengkondisian Klasik, yang berisi (transmarginal stimulation) dan

(Transmarginal Inhibition). Dan Pertobatan, yaitu perubahan perilaku yang

kurang lebih dari jahat menjadi baik, dari kenistaan menjadi kebenaran, dari

kegiatan acuh menjadi kegiatan rohani. Pengkondisian Operan makhluk

menanggapi lingkungan, tanggapan itu merupakan cara untuk mengubah

lingkungan, guna mendapatkan kepuasan. Tindakan Penguat, yaitu kegiatan

keagamaan diulangi karena menjadi faktor penguat sebagai prilaku yangmeredakan ketegangan.

3.2. Saran

Dari makalah ini penulis memberi saran kepada pembaca, agar kita dapat

mengintrospeksi diri terhadap tingkah laku kita sendiri maupun orang lain agar

menjadi lebih baik.

Page 21: Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

8/16/2019 Makalah Perilaku Beragama Menurut Behavioristik

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-perilaku-beragama-menurut-behavioristik 21/21

21

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Ramayulis, PSIKOLOGI AGAMA, 2004, Kalam Mulia.

Dr. jalaluddin, PSIKOLOGI AGAMA, 1996, PT Raja Grafindo Persada.

Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1966), cet. xv.

Hardjana, A.M., Dialog Psikologi dan Agama, (Jogjakartaa: Kanisius, 199), cet. I. 

http://cintamerahputih.blogspot.com/2010/06/behaviorisme-dalam-islam.html 

http://muchammadmashudan.wordpress.com/2013/03/12/psikologibehaviouristik -

dalam-perspektif-islam/