26
TUGAS MAKALAH KESEHATAN THYPUS (TIFUS ABDOMINALIS) Dosen Pengampu: Prof. Dr Tri Nur Kristina, Mkes, PhD Disusun Oleh: 1. Adip NIM H2A0120 2. Alvian NIM H2A0120 3. Farah Nida Adillah NIM H2A012066 4. Leila NIM H2A0120 5. Sylviana Puspitasari F NIM H2A012025 FAKULTAS KEDOKTERAN

Makalah penyakit typus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ghvy

Citation preview

Page 1: Makalah penyakit typus

TUGAS MAKALAH KESEHATAN

THYPUS (TIFUS ABDOMINALIS)

Dosen Pengampu: Prof. Dr Tri Nur Kristina, Mkes, PhD

Disusun Oleh:

1. Adip NIM H2A01202. Alvian NIM H2A0120

3. Farah Nida Adillah NIM H2A0120664. Leila NIM H2A0120

5. Sylviana Puspitasari F NIM H2A012025

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

Tahun Akademik 2012/2013

Page 2: Makalah penyakit typus

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat-Nya karena hanya dengan izin, bimbingan dan ridho-Nyalah sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “tipes atau thypus abdominalis”

ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa untuk mewujudkan makalah yang baik

sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan dalam penyusunan

makalah ini, baik dari isi maupun penulisannya. Untuk itu kritik dan saran dari

semua pihak yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi

penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya atas segala bantuan semua pihak sehingga makalah ini dapat

terselesaikan.

Semarang, September 2012

Penulis

Page 3: Makalah penyakit typus

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Permasalahan ............................................... 1

I.2 Rumusan Permasalahan

I.3 Tujuan Permasalahan

BAB II : ISI

II.1

Page 4: Makalah penyakit typus

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit ini masih bersifat endemi di Indonesia, dapat dijumpai sepanjang

tahun tanpa pravelensi seks tertentu, dan sering menyerang kelompok usia sekolah

dan dewasa muda. Setiap penderita dengan riwayat demam lebih dari 5 hari, dan

terutama dirasakan pada sore hari, harus dicurigai menderita tifus abdominalis

(demam tifoid)

Tipes atau thypus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit

infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (pada usus halus) dan

terkadang pada aliran darah, dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,

gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran yang disebabkan oleh kuman

Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain ini dapat juga

menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia (tidak

menyerang usus).

Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi

dalam dunia kedokteran disebut TYPHOID FEVER atau Thypus abdominalis,

karena berhubungan dengan usus pada perut.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan tipes atau tifus abdominalis?

2. Bagaimana terjadinya tipes atau tifus abdominalis?

3. Apa gejala yang terjadi pada penderita tipes atau tifus abdominalis?

4. Bagaimana cara pengobatan tipes atau tifus abdominalis?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui penyabab dan gejala tipes atau tifus abdominalis

2. Mengetahui diagnosa dan terapi untuk tipes atau tifus abdominalis

Page 5: Makalah penyakit typus

BAB II ISI

II.1 Definisi

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran

cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13

tahun ( 70% – 80% ), pada usia 30 – 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada

anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif 1999).

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan

pencernaan dan gangguan kesadaran.

Pada paratipus – jenis tipus yang lebih ringan – mungkin sesekali

mengalami buang-buang air. Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu,

bagian tepinya merah terang. Bibir kering, dan kondisi fisik tampak lemah, serta

nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut, mungkin muncul gejala kuning, sebab pada

tipus organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis. Pada tipus limpa juga

membengkak.

Kuman tipus tertelan lewat makanan atau minuman tercemar. Bisa jadi

sumbernya dari pembawa kuman tanpa ia sendiri sakit tipus. Kuman bersarang di

usus halus, lalu menggerogoti dinding usus. Usus luka, dan sewaktu-waktu tukak

tipus bisa jebol, dan usus jadi bolong.

Ini komplikasi tipus yang paling ditakuti. Komplikasi tipus umumnya

muncul pada minggu kedua demam. Yaitu jika mendadak suhu turun dan

disangka sakitnya sudah menyembuh, namun denyut nadi meninggi, perut mulas

melilit, dan pasien tampak sakit berat. Kondisi begini membutuhkan pertolongan

gawat darurat, sebab isi usus yang tumpah ke rongga perut harus secepatnya

dibersihkan. Untuk tahu benar kena tipus harus periksa darah. Setelah minggu

pertama demam tanda positif tipus baru muncul di darah (Uji Widal).

Pembawa kuman ini berbahaya jika profesinya pramusaji atau orang yang

kerjanya menyiapkan makanan dan minuman jajanan (food handler). Sekarang

tipus bisa dicegah dengan imunitas tipus. Penyakit tipus di Indonesia masih

Page 6: Makalah penyakit typus

banyak. Mereka yang punya risiko tertular, tidak salahnya ikut vaksinasi.

Penyakit Tipus atau dalam bahasa kedokteran dikenal dengan Typhus

Abdominalis (typhoid) disebabkan oleh sejenis kuman yang disebut dengan

Typhoid Bacillus. Kuman ini menyerang jaringan- jaringan getah bening.

Penyakit ini sering menyerang pada anak yang berumur diatas 2 tahun. Walaupun

sebenarnya tidak termasuk sebagai penyakit yang berbahaya, namun seringkali

membuat para orang tua khawatir karena gejala yang mengikuti penyakit tipus ini

yang biasanya juga bisa mengakibatkan dehidrasi serta radang otak bila tidak

ditangani dengan benar.

Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih penderita.

Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian

tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun setelah berkemih.

Lalat bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan.

Bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam

peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus

dan usus besar.

Pada kasus yang berat, yang bisa berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa

mengalami perdarahan dan perforasi (perlubangan).

Sekitar 3% penderita yang terinfeksi oleh Salmonella typhi/thyposa dan

belum mendapatkan pengobatan, di dalam tinjanya akan ditemukan bakteri ini

selama lebih dari 1 tahun.

Beberapa dari pembawa bakteri ini tidak menunjukkan gejala-gejala dari demam

tifoid.

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit

ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).

II.2 Etiologi

Salmonella thyposa, basil gram negatif yang bergerak dengan rambut getar,

tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu :

Page 7: Makalah penyakit typus

- antigen 0 (somatik, terdiri dari zat kompleks liopolisakarida)

- antigen H (flagela), dan

- antigen V1 dan protein membrane hialinSalmonella parathypi A

Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam

antigen tersebut.

A. Epidomiologi

Di Indonesia terdapat dalam keadaan endemik. Penderita anak yang

ditemukan biasanya berumur diatas satu tahun . sebagian besar dari penderita

(80%) yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI – RSCM Jakarta

berumur di atas 5 tahun

B. Patogenesis

Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus melalui

pembuluh limfe halus masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ-organ

terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam

hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada

perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakteremia) dan

menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus,

menimbulkan tukak berbentuk lonjong oada mukosa di atas plak Peyeri. Tukak

tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam

disebabkan oleh endositoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan

disebabkan oleh kelainan pada usus.

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang

dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus

(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman

salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui

perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh

orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan

dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella

Page 8: Makalah penyakit typus

thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk

ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan

sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.

Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran

darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial

Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam

sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa,

usus halus dan kandung empedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh

endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa

endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.

Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses

inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan

endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada

jaringan yang meradang.

C. Gejala

Biasanya gejala mulai timbul secara bertahap dalam wakatu 8-14 hari

setelah terinfeksi. Gejalanya bisa berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit

tenggorokan, sembelit, penurunan nafsu makan dan nyeri perut.Kadang penderita

merasakan nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk serta perdarahan dari hidung.

Jika pengobatan tidak dimulai, maka suhu tubuh secara perlahan akan

meningkat dalam waktu 2-3 hari, yaitu mencapai 39-40?Celsius selama 10-14

hari. Panas mulai turun secara bertahap pada akhir minggu ketiga dan kembali

normal pada minggu keempat. Demam seringkali disertai oleh denyut jantung

yang lambat dan kelelahan yang luar biasa. Pada kasus yang berat bisa terjadi

delirium, stupor atau koma. Pada sekitar 10% penderita timbul sekelompok bintik-

bintik kecil berwarna merah muda di dada dan perut pada minggu kedua dan

berlangsung selama 2-5 hari.

Panas badan yang semakin hari bertambah tinggi, terutama pada sore dan malam

Page 9: Makalah penyakit typus

hari. Terjadi selama 7-10 hari, kemudian panasnya menjadi konstan dan kontinyu.

Umumnya paginya sudah merasa baikan, namun ketika menjelang malam kondisi

mulai menurun lagi.

Pada fase awal timbul gejala lemah, sakit kepala, infeksi tenggorokan, rasa

tidak enak di perut, sembelit atau terkadang sulit buang air besar, dan diare.

Pada keadaan yang berat penderita bertambah sakit dan kesadaran mulai

menurun.

Timbul demam berlahan - lahan yang dimulai dari rasa tidak enak badan dan

berkurangnya nafsu makan selama beberapa hari

Setelah 5 - 7 hari baru muncul demam tinggi yang bahkan bisa mencapai 40

derajat celcius

Terdapat keluhan susah buang air besar karena yang diserang adalah saluran

cerna. Dalam kasus tertentu, penderita tidak bisa melakukan buang air besar

sampai seminggu

Denyut jantung terasa melambat

Ada kemungkinan terjadi ruam pada permukaan kulit

D. Gejala klinis

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika

dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10 – 20 hari yang

tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama

sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin

ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu nyeri kepala,

pusing dan tidak bersemangat.

Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :

1. Demam

Page 10: Makalah penyakit typus

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlansung dalam 3 minggu.

Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu

pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya

menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.

Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam.

Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan normal

kembali pada akhir minggu ketiga.

2. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-

pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue),

ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen

mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan

limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.

3. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam,

yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.

Di samping gejala-gejala yang biasa ditemukan tersebut, mungkin pula ditemukan

gejala lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu

bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit. Biasanya

ditemukan dalalm minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan

bradikardia pada anak besar dan mungkin ditemukan epistaksis.

E. Relaps (Kambuh)

Yaitu keadaan berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan tetapi

berlangsung lebih ringan dan lebih singkat. Terjadi dalam minggu kedua setelah

suhu badan normal kembali. Terjadinya sukar diterangkan, seperti halnya keadaan

kekebalan alam, yaitu tidak pernah menjadi sakit walaupun mendapat infeksi yang

cukup berat.

Page 11: Makalah penyakit typus

Menurut teori, relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ

yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti. Mungkin pula

terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan

pembentukan jaringan-jaringan fibroblas.

F. Komplikasi

Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna, tetapi bisa

terjadi komplikasi, terutama pada penderita yang tidak diobati atau bila

pengobatannya terlambat:

- Banyak penderita yang mengalami perdarahan usus; sekitar 2%

mengalami perdarahan hebat. Biasanya perdarahan terjadi pada minggu

ketiga.

- Perforasi usus terjadi pada 1-2% penderita dan menyebabkan nyeri perut

yang hebat karena isi usus menginfeksi ronga perut (peritonitis).

- Pneumonia bisa terjadi pada minggu kedua atau ketiga dan biasanya

terjadi akibat infeksi pneumokokus (meskipun bakteri tifoid juga bisa

menyebabkan pneumonia).

- Infeksi kandung kemih dan hati.

- Infeksi darah (bakteremia) kadang menyebabkan terjadinya infeksi tulang

(osteomielitis), infeksi katup jantung (endokarditis), infeksi selaput otak

(meningitis), infeksi ginjal (glomerulitis) atau infeksi saluran kemih-

kelamin.

- Pada sekitar 10% kasus yang tidak diobati, gejala-gejala infeksi awal

kembali timbul dalam waktu 2 minggu setelah demam mereda.

Dapat terjadi pada:

1. Usus halus

Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal, yaitu:

a. Perdarahan usus. Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan

Page 12: Makalah penyakit typus

pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi

melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyeri perut dengan

tanda-tanda renjatan.

b. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah

itu dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak

disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di

rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara

di antara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang

dibuat dalam keadaan tegak.

c. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa

perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut

yang hebat, dinding abdomen tegang (defense musculair) dan nyeri

pada tekanan.

2. Komplikasi di luar usus

Terjadi karena lokasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu

meningitis, kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain. Terjadi karena infeksi

sekunder, yaitu bronkopneumonia.

Dehidrasi dan asidisi dapat timbul akibat masukan makanan yang

kurang dan perspirasi akibat suhu tubuh yang tinggi.

G. Diagnosis kerja

Dari anamnesis dan pemeriksaan jasmani dapat dibuat diagnosis

‘Observasi tifus abdominalis’

Untuk memastikan diagnosis perlu dikerjakan pemeriksaan laboratorium sebagai

berikut:

1. Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosis

a. Pemeriksaan darah tepi.

Page 13: Makalah penyakit typus

Terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan

aneosinosinofilia pada permulaan sakit. Mungkin terdapat anemia dan

trombosittopenia ringan. Pemeriksaan darah tepi ini sederhana, mudah

dikerjakan di laboratorium yang sederhana, mudah dikerjakan di

laboratorium yang sederhana akan tetapi berguna untuk membantu

diagnosis yang cepat.

b. Pemeriksaan sumsung tulang

Dapat digunakan untuk menyokong diagnosis. Pemeriksaan ini tidak

termasuk pemeriksaan rutin yang sederhana. Terdapat gambaran

sumsum tulang berupa hiperaktifRES dengan adanya sel makrofag,

sedangkan sistem eritropoesis, granulopoesis dan trombopoesis

berkurang.

2. Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosis.

Biakan empedu untuk menemukan salmonella typhosa dan pemeriksaan

widal ialah pemeriksaan yang dapat dipakai untuk membuat diagnosis

tifus abdominalis yang pasti. Kedua pemeriksaan tersebut perlu dilakukan

pada waktu masuk dan setiap minggu berikutnya.

a. Biakan empedu

Basil samonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita

biasanya dalam minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering

ditemukan dalam urin dan feses dan mungkin akan tetap positif untuk

waktu yang lama. Oleh karena itu pemeriksaan yang positif dari

contoh darah digunakan untuk menegakkan diagnosis, sedangkan

pemeriksaan negatif dari contoh urin dan feses 2 kali berturut-turut

digunakan untuk menentukan bahwa penderitatelah benar-benar

sembuh dan tidak menjadi pembawa kuman (karier).

b. Pemeriksaan widal

Page 14: Makalah penyakit typus

Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum

penderita dicampur dengan suspensi antigen salmonella typhosa.

Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi. Dengan

jalan mngencerkan serum, maka kadar zat anti dapat ditentukan, yaitu

pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi.

Untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap

antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan

kenaikan yang progresif digunakan untuk membuat diagnosis. Titer

tersebut mencapai puncaknnya bersamaan dengan penyembuhan

penderita. Titer terhadap antigen H tidak diperlukan untuk diagnosis,

karena dapat tetap tinggi setelah mendapat imunisasi atau bila

penderita telah lama sembuh. Tidak selalu pemeriksaan Widal positif

walaupun penderita sungguh-sungguh menderita tifus abdominalis

sebagaimana terbukti pada autopsi setelah penderita meninggal dunia.

Sebaiknya titer dapat positif karena keadaan sebagai berikut:

1) Titer O dan H tinggi karena terdapatnya aglutinin normal, karena

infeksi basil coli patogen dalam usus.

2) Pada neonatus, zat anti tersebut diperoleh dari ibunya melalui tali

pusat

3) Terdapatnya infeksi silang dengan rickettsia (Weil Felix)

4) Akibat imunisasi secara alamiah karena masukya basil peroral atau

pada keadaan infeksi subklinis.

H. Diagnosis banding

Bila terdapat demam yang lebih dari 1 minggu sedangkan penyakit yang

dapat menerangkan penyebab demam tersebut belum jelas, perlulah di

pertimbangkan pula selaintifus abdominalis, penyakit-penyakit sebagai

berikut : paratifoid A, B, dan C, influenza, malaria, tuberkulosis, dengue,

pneumonia lobaris dan lain-lain.

Page 15: Makalah penyakit typus

I. Pencegahan

Untuk mencegah agar seseorang terhindar dari penyakit ini kini sudah ada

Vaksin Tipes atau Tifoid yang disuntikkan atau secara minum obat dan

dapat melindungi seseorang dalam waktu 3 tahun.

Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%.

Vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh

bakteri Salmonella typhi dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi

(termasuk petugas laboratorium dan para pelancong).

Para pelancong sebaiknya menghindari makan sayuran mentah dan

makanan lainnya yang disajikan atau disimpan di dalam suhu ruangan.

Sebaiknya mereka memilih makanan yang masih panas atau makanan yang

dibekukan, minuman kaleng dan buah berkulit yang bisa dikupas.

Atau dapat dengan cara :

o Usaha terhadap lingkungan hidup :

Penyediaan air minum yang memenuhi

Pembuangan kotoran manusia (BAK dan BAB) yang hygiene

Pemberantasan lalat.

Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.

o Usaha terhadap manusia.

Imunisasi

Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene sanitasi personal

hygiene

J. Pengobatan

Penderita yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus

Page 16: Makalah penyakit typus

dianggap dan diperlukan langsuung sebagai penderita tifus abdominalis dan

diberikan pengobatan sebagai berikut:

1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta.

2. Perawatan yang baik untuk menghhindarkan komplikasi, mengingat

sakit yang lama, lemah dan anoreksia dan lain-lain.

3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali, yaitu

istirahat mutlak, berbaring terus di tempat tidur. Seminggu kemudian

boleh duduk dan selanjutnya boleh berdiri dan berjalan.

4. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi

protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak

merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas. Susu 2 kali satu gelas

sehari perlu diberikan. Jenis makanan untuk penderita deengan

kesadaran menurun ialah makanan cair yang dapat diberikan diberikan

melalui pipa lambung. Bila anak sadar dan nafsu makan baik, maka

dapat diberikan makanan lunak.

5. Obat pilihan ialah kloramfenikol, kecuali bila penderita tidak serasi

dapat diberikan obat lain misalnya ampisilin, kotrimoksazol dan lain-

lain. Dianjurkan pemberian kloramfenikol dengan dosis yang tinggi,

yaitu 100mg/kgbb/hari, diberikan 4 kali sehari peroral atau

intramuskulus atau intravena bila diperlukan

Pemberian kloramfenikol dosis tinggi tersebut memberikan manfaat

yaitu waktu perawatan dipersingkat dan relaps tidak terjadi. Akan tetapi

mungkin pembentukan zat anti kurang, oleh karena basil terlalu cepat

dimusnahkan. Penderita yang dipulangkan perlu diberikan suntikan

vaksin Tipa.

6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai. Misalnya

pemberian cairan intravena untuk penderita dengan dehidrasi dan

asidosis. Bila terdapat bronkopneumonia harus ditambahkan penisilin

Page 17: Makalah penyakit typus

dan lain lain.

K. Prognosis

Umumnya prognosis tifus abdominalis pada anak baik asal penderitacepay

berobat. Mortalitas pada penderita yang dirawat ialah 6%. Prognosis

menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat

seperti:

1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua.

2. Kesadaran menurun sekali yaitu sopor, koma atau delirium.

3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis,

peritonitis, bronkopneumonia dan lain-lain.

4. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein).

Page 18: Makalah penyakit typus

BAB III : PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Dari pembahasan dalam makalah ini, kesimpulan penulis adalah sebagai

berikut. Tipes adalah