24
MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI “BATUK” Di susun oleh : Rita Della Valentini 108114012 Rotua Winata Nopelia Silitonga 108114013 Francisca Devi Permata 108114015 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 1

MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

NANANANA

Citation preview

Page 1: MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

“BATUK”

Di susun oleh :

Rita Della Valentini 108114012

Rotua Winata Nopelia Silitonga 108114013

Francisca Devi Permata 108114015

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

1

Page 2: MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………….1

Daftar Isi………………………………………………………………………………..2

A. Definisi Batuk…………………………………………………………………..3

B. Mekanisme Batuk………………………………….……………………………3

C. Penyebab Batuk……………………………………….………………………...4

D. Jenis – Jenis Batuk………………………………………….…………………...5

E. Terapi

a. Terapi Non-Farmakologis……………………………..……………………..6

b. Terapi Farmakologis………………………………………………...……….6

DAFTAR PUSTAKA…………………………….……………………………………15

2

Page 3: MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

A. Definisi Batuk

Batuk merupakan mekanisme tubuh dalam merespon iritan yang masuk ke

dalam tenggorokan dan saluran pernapasan berupa dorongan udara yang kuat dari

dalam paru untuk mengeluarkan iritan tersebut (Djunarko, 2011).

Batuk merupakan mekanisme refleks yang sangat penting untuk menjaga jalan

napas tetap terbuka (paten) dengan cara menyingkirkan hasil sekresi lendir yang

menumpuk pada jalan napas. Tidak hanya lendir yang akan disingkirkan oleh refleks

batuk tetapi juga gumpalan darah dan benda asing. Namun, sering terdapat batuk yang

tidak bertujuan untuk mengeluarkan lendir maupun benda asing, seperti batuk yang

disebabkan oleh iritasi jalan napas. Jalan napas dapat menjadi hiperaktif sehingga

hanya dengan iritasi sedikit saja sudah dapat menyebabkan refleks batuk. Daerah pada

jalan napas yang peka terhadap rangsangan batuk adalah laring, karina, trakea, dan

bronkus utama. Selain pada jalan napas, daerah yang juga dapat merangsang batuk

adalah pleura, membran timpani, dan terkadang iritasi pada visera juga menimbulkan

refleks batuk (Djojodibroto, 2007).

B. Mekanisme Batuk

Mekanisme batuk memerlukan adanya penutupan glottis dan peningkatan

tekanan intratoraks (sebagi elemen eksplosif). Jika terdapat kelumpuhan pita suara,

elemen eksplosif batuk tidak terjadi dan keadaan seperti ini disebut sebagai bovine

cough. Paralisis motorik pada laring biasanya disebabkan oleh terganggunya nervus

laringeus rekuren kiri, karena terdapat karsinoma bronkial pada region hilus kiri,

aneurisma aorta karena sifilis, karsinoma esophagus, karsinoma tiroid atau dapat juga

karena adanya pembengkakan mediastinum (mediastinal swelling) (Djojodibroto,

2007).

Batuk merupakan suatu refleks kompleks yang melibatkan banyak sistem

organ. Batuk akan terbangkitkan apabila ada rangsangan pada reseptor batuk yang

melalui saraf aferen akan meneruskan impuls ke pusat batuk tersebar difus di medula.

Dari pusat batuk melalui saraf eferen impuls diteruskan ke efektor batuk yaitu

berbagai otot respiratorik (Phelan, 1994, Irwin, 1998). Bila rangsangan pada reseptor

batuk ini berlangsung berulang maka akan timbul batuk berulang, sedangkan bila

rangsangannya terus menerus akan menyebabkan batuk kronik. Anatomi refleks

batuk telah diketahui secara rinci. Reseptor batuk terletak dalam epitel respiratorik,

tersebar di seluruh saluran respiratorik, dan sebagian kecil berada di luar saluran

respiratorik misalnya di gaster. Lokasi utama reseptor batuk dijumpai pada faring,

3

Page 4: MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

laring, trakea, karina, dan bronkus mayor. Lokasi reseptor lainnya adalah bronkus

cabang, liang telinga tengah, pleura, dan gaster (Chung, 2003, Cloutier, 1994). Ujung

saraf aferen batuk tidak ditemukan di bronkiolus respiratorik ke arah distal. Berarti

parenkim paru tidak mempunyai resptor batuk (Irwin, 1998). Reseptor ini dapat

terangsang secara mekanis (sekret, tekanan), kimiawi (gas yang dapat bermanifestasi

sebagai batuk). Sebagian besar etiologi berasal dari sistem respiratorik, namun tidak

boleh dilupakan kelainan atau penyakit dari sistem lain yang memberikan gejala

batuk. Untuk mendeteksi etiologi batuk, pemahaman tentang mekanisme batuk,

termasuk lokasi reseptor batuk sangat penting diketahui. Ingat bahwa batuk kronik

juga dapat disebabkan oleh kelainan atau penyakit di luar sistem respiratorik.

Batuk merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada infeksi jalan

napas atas. Jika batuk tidak hilang selama tiga minggu sebaiknya dilakukan

pemeriksaan foto bronkus untuk menentukan kemungkianan adanya tuberkulosis,

karsinoma bronkus atau penyakit paru lain. Batuk juga terjadi pada perokok yang

biasanya menganggap batuknya sebagai ‘batu normal’ (Djojodibroto, 2007).

C. Penyebab Batuk

Batuk adalah reaksi protektif normal terhadap iritasi tenggorokan atau paru-

paru. Pada bayi usia di bawah 6 bulan, batuk adalah hal yang tidak wajar dan bisa

menandakan ada infeksi serius diparu-paru bila si bayi tampak tidak sehat. Pada anak

yang lebih besar, kebanyakan batuk disebabkan infeksi ringan tenggorokan atau

saluran pernafasan atas, misalnya pilek. Hidung berlendir bisa menyebabkan batuk,

terutama di malam hari karena lendir turun melalui belakang tenggorokan dan

menimbulkan iritasi. Batuk dimalam hari, walaupun tidak disertai bengek, bisa

merupakan gejala asma, dan harus diperiksakan bila membuat anda cemas (Smith,

20005).

Refleks batuk dapat ditimbulkan oleh :

1) Mekanik : stimulasi pada reseptor iritan pada epitel permukaan saluran napas,

oleh debu, asap, distorsi saluran napas, fibrosis paru, atelektasis atau massa

intrabronkial.

2) Proses inflamasi : seperti post nasal drip, refluks gastro esophageal, laryngitis,

trakeobronkritis.

3) Stimulasi psikogenik : rangsangan psikogenik dapat meningkatkan batuk

karena stimulasi mekanis dan inflamasi.

4

Page 5: MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

(Djojodibroto, 2007).

Jika ditemukan gejala batuk maka perlu dicermati :

1. Apakah rangsangan batuknya pada rongga dada, nasofaring,atau telinga.

2. Telah berapa lama

3. Kapan terjadinya, siang hari, malam hari atau keduanya

4. Batuk berlangsung persisten atau intermiten

5. Apakah menimbulkan rasa nyeri

6. Apakah terdapat kemungkinan bahwa batuk disebabkan oleh benda asing yang

masuk ke dalam sistem pernapasan (Djojodibroto, 2007).

D. Jenis-Jenis Batuk

Menurut lamanya, batuk dibagi menjadi 2 jenis :

1. Batuk akut (<3 minggu)

2. Batuk kronik (> 3 minggu)

Secara umum, batuk dibedakan menjadi 2 jenis batuk, yaitu :

5

Page 6: MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

1. Batuk produktif (dengan dahak) merupakan suatu mekanisme perlindungan

dengan fungsi mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu, dsb) dan dahak dari

batang tenggorokan. Batuk ini pada hakekatnya tidak boleh ditekan oleh obat

pereda. Tetapi dalam praktek sering kali batuk yang hebat menggangu tidur dan

meletihkan pasien ataupun berbahaya, misalnya setelah pembedahan. Untuk

meringankan dan mengurangi frekuensi batuk umunya dilakukan terapi

simtomatis dengan obat-obat batuk (antitussiva), yaitu zat pelunak, ekspektorasia,

mukolitika, pereda batuk (Tjay, 2007).

2. Batuk non-produktif bersifat “kering” tanpa adanya dahak, misalnya pada batuk

rejan (pertussis, kibkhoest), atau juga karena pengeluarannya memang tidak

mungkin, seperti pada tumor. Batuk menggelitik ini tidak ada manfaatnya,

menjengkelkan dan sering kali menggangu tidur. Bila tidak diobati, batuk

demikian akan berulang terus karena pengeluaran udara cepat pada waktu batuk

akan kembali merangsang mukosa tenggorakan dan faring (Tjay, 2007).

E. Terapi

a. Terapi Non-Farmakologis

Minum banyak cairan (air putih atau sari buah), jangan minum soda atau

kopi

Berhenti merokok

Hindari makanan yang merangsang batuk (berminyak atau dingin)

Hindari penyebab-penyebab alergi (udara dingin dan debu)

Tutup dengan tisu atau saputangan apabila batuk (Djunarko, 2011)

Hal-hal lain yang dapat dilakukan :

Inhalasi uap air (mendidih), dihirup untuk memperbanyak secret yang

diproduksi di tenggorokan.

Untuk meningkatkan efek inhalasi sering dibubuhkan minyak atsiri

atau mentol pada air mendidih , agar uapnya turut dihirup dan

menimbulkan vasodilatasi serta perasaan lega di saluran napas (Tjay,

2007).

b. Terapi Farmakologis

1. Untuk batuk berdahak (produktif) digunakan obat obat-obatan golongan

mukolitik yang berfungsi sebagai pengencer dahak dan ekspektoran yang

6

Page 7: MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

berfungsi untuk membantu mengeluarkan dahak, zat pelunak dan pereda

batuk.

Zat pelunak batuk (emolliensia, L. mollis = lunak), yang memperlunak

rangsangan batuk, melumas tenggorokan agar tidak kering dan

melunakkan mukosa yang teriritasi. Untuk tujuan ini banyak

digunakan sirop (Thymi dan Altheae), zat-zat lender (Infus Carrageen)

dan gula-gula seperti drop (akar manis, succus liquiritiae), permen,

pastilles hisap (memperbanyak sekresi ludah).

Golongan Mukolitik

Terdiri dari kandungan asetilsistein, mesna, bromheksin dan

ambroksol. Zat-zat ini berdaya, merombak dan melarutkan dahak

sehingga viskositasnya dikurangi dan pengeluarannya dipermudah.

Lendir memilki gugus-sulfhidril (-SH) yang saling mengikat

makromolekulnya. Senyawa-sistein dan mesna berdaya membuka

jembatan-disulfida ini. Bromheksin dan ambroksol bekerja dengan

jalan memutuskan “serat-serat” (rantai panjang) dari

mucopolysaccharida. Mukolitika digunakan dengan efektif pada batuk

dengan dahak yang kental sekali, seperti pada bronchitis, emfisema,

dan mucoviscidosis (= cystic fibrosis) (Tjay, 2007).

a. Asetilsistein (Fluimucil®), Mesna (Mistabronco®)

Penggunaan terapi :

1. Mukolitik pada penyakit jalan pernapasan

2. Mukovisidosis

3. Asetilsistein : antidot pada keracunan dengan parasetamol;

Akhrilnitril dan Metakrilnitril; Metil bromida, mencairkan

dahak yang liat, berdaya antioksidan, memperbaiki bulu getar

(cilia) dan membantu efek antibiotika

Dosis : oral 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600 mg granulat, anak-anak

2-7 tahun 2 dd 200 mg, di bawah 2 tahun 2 dd 100 mg.

Farmakodinamika :

7

Page 8: MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

Mekanisme kerja : pengurangan viskositas mucus bronchial karena

pemutusan jembatan-jembatan disulfida secara reduksi pada bagian

protein dari glikoprotein.

Penggunaan secara inhalasi, hanya asetilsistein per oral.

Efek samping :

1. Gangguan GI, alergi, bronkospasme (pada penderita asma)

2. Asetilsistein : rhinitis, stomatitis

3. Mesna : pewarnaan kuning pada gigi

Kontraindikasi :

1. Asetilsistein : Awas: Penggunaan pada neonatus hanya dengan

indikasi vital.

2. Mesna : status asmatikus, asma tanpa pengumpulan dahak,

kelemahan ekstrem atau hambatan lain untuk mengeluarkan

batuk (hanya bila ada kemungkinan aspirasi bronkus)

Interaksi : Asetilsistein : karena gangguan absorpsi, Tetrasiklin dan

Sefalosporin hanya boleh diberikan dengan jarak waktu 2 jam.

b. Karbosistein (Transbrochin®)

Merupakan derivate dengan daya mukolitis yang lebih lemah dan

penggunaan yang sama. Mungkin efeknya terhadap lambung lebih

jarang terjadi. Plasma – t1/2 –nya 2 jam

Efektivitasnya masih sangat diragukan, dikatakan dapat

mengencerkan dan memperbanyak sekret bronkial, namun

sebagian hanya merupakan plasebo.

Dosis : oral 3-4 dd 750 mg, anak-anak 3 dd 100-375 mg.

Efek samping : nyeri kepala, gangguan GI, alergi

Tidak boleh diberikan apabila ada kecenderungan tukak lambung

c. Bromheksin (Bisolvon®), Ambroksol (Mucosolvan®)

Pengguanaan terapi :

8

Page 9: MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

1. Sekretolitik pada infeksi jalan pernapasan yang akut dan kronis

serta pada penyakit paru dengan pembentukan mukus

berlebihan.

2. Mucosolvan Amp : Sindrom krisis pernapasan pada bayi

premature dan neonates untuk menstimulasi zat-zat yang

bekerja aktif pada permukaan (surfaktan) di alveoli.

3. Bila digunakan per inhalasi efeknya sudah tampak setelah 20

menit, sedangkan bila per oral baru setelah beberapa hari

dengan berkurangnya rangsangan batuk.

4. Dalam hati zat ini dirombak praktis tuntas menjadi metabolit

aktif ambroxol yang juga digunakan sebagai mukolitikum.

Farmakodinamika :

Efek-efek : pengurangan viskositas dahak, stimulasi pada sekresi;

gerakan siliar; pembentukan surfaktan, mungkin perbaikan

penangkalan imunologis setempat.

Efek samping : jarang alergi : keluhan lambung-usus, perasaan

pusing dan berkeringat. Pada inhalasi dapat terjadi

bronchokontriksi ringan.

Farmakokinetika :

Absorpsi oral

Ikatan protein plasma

T ½ Eliminasi

Bromheksin 100 % 99 % 1 jam Ginjal (metabolit)

Ambroksol 100 % 90 % 9 jam (metabolit

aktif)

Ginjal (metabolit)

Dosis bromheksin:

dewasa : 8-16 mg diminum 3-4 x sehari 1 tablet

anak-anak (5-10 tahun) : 4 mg diminum 2 x sehari, apabila

perlu (apabila batuk) (Djunarko, 2011).

Golongan ekspektoran

9

Page 10: MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

Terdiri dari kandungan minyak terbang, guaikol, radix Ipeca (dalam

tablet/ pulvis Doveri), dan ammonium klorida (dalam Obat Batuk

Hitam). Zat-zat ini memperbanyak produksi dahak (yang encer) dan

dengan demikian mengurangi kekentalannya, sehingga mempermudah

pengeluarannya dengan batuk. Mekanisme kerjanya adalah

merangsang reseptor-reseptor di mukosa lambung yang kemudian

meningkatkan kegiatan kelenjar-sekresi dari saluran lambung-usus dan

refleks memperbanyak sekresi dan kelenjar yang berada di saluran

napas. Kegiatan ekspektoransia dapat dipicu dengan meminum banyak

air (Tjay, 2007).

a. Air, larutan NaCl 0,7-2 %, larutan NaHCO3 2-5 %

1. Efek ekspektoran tercapai dengan jalan inhalasi (larutan

hipertonis atau isotonis)

2. Pengenceran sekret bronkial secara langsung atau osmotik

3. Bahaya bronkospasmus pada orang yang peka, pasien asma

b. Guaifenesin (Gufen®), Guaiakolat (Anastil®)

1. Merangsang selaput lendir lambung, sehingga sekresi bronkial

naik melalui refleks parasimpatik

2. Guaifenesin, eter gliserin dari guaikolat, masih dapat terdapat

dalam banyak sediaan kombinasi, misalnya Cito-Guaikalin®

Sirup Obat Batuk, efektivitas klinisnya memang masih di

ragukan.

Dosis Gliseril Guaikolat atau Guaifenesin:

dewasa : 100 mg diminum 3 x sehari

anak-anak (6-12 tahun) : 50 - 100 mg diminum 3 x sehari

anak-anak (2-6 tahun) : 50 mg diminum 3 x sehari (Djunarko,

2011).

Efek samping : sedasi, gangguan GI, muntah yang dapat dikurangi

bila diminum dengan segelas air.

c. Minyak atsiri, simplisia yang mengandung saponin

1. Pada batuk : minyak atsiri yang berkhasiat mengandung Adas

wangi, Adas, Eukaliptus, Menthae piperitae, Salvia dan Timi.

10

Page 11: MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

2. Cara kerja : ekspektorasia dengan stimulasi sekresi langsung

dan efek rangsangan nonspesifik terhadap mukosa, sebagian

antiseptik, mengendorkan kejang, anestetik lokal.

3. Simplisia yang mengandung saponin: akar Senegal, bunga

Primula veris, kayu manis.

4. Minyak atsiri/ terbang banyak digunakan dalam sirop batuk

atau juga sebagai obat inhalasi uap (obat sedot)

5. Efek : merangsang mukosa GI, sehingga melalui refleks vagal

terjadi stimulasi kelenjar lendir di bronki.

d. Amoniumklorida (NH4Cl), Kalium iodide (KI)

1. Penimbunan ion-ion di sel-sel yang memproduksi lendir di

selaput lendir bronkial dan stimulasi sekresi langsung

2. Amoniumklorida : berdaya diuretic lemah yang menyebabkan

acidosis, yakni kelebihan asam dalam darah. Keasaman darah

merangsang pusat pernapasan, sehingga frekuensi napas

meningkat dan gerakan bulu getar (cilia) di saluran napas

distimulasi. Sekresi dahak juga menungkat. Maka senyawa ini

banyak digunakan dalam sediaan sirop batuk, misalnya Obat

Batuk Hitam.

Dosis : oral 3-4 dd 100-500 mg, maksimal 3 g sehari.

3. Kalium iodida : iodida menstimulasi sekresi mukus di cabang

tenggorakan dan mencairkannya, tetapi sebagai obat batuk

(hampir) tidak efektif. Namun, obat ini banyak digunakan

dalam sediaan batuk, khususnya pada asma, meskipun resiko

akan efek samping besar sekali.

Dosis: pada batuk oral 3 dd 0,5-1 g, maksimal 6 g sehari. Bagi

pasien yang tidak boleh diberikan KI, obat ini dapat dganti

dengan Natriumiodida dengan khasiat yang sama.

Efek samping tidak boleh diabaikan :

NH4Cl : muntah, haus, nyeri kepala, linglung; dosis lebih

tinggi: asidosis dengan hiperventilasi; pemakain jangka

panjang; hipokalemia.

11

Page 12: MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

KI : gangguan pada kelenjar tiroid, struma, urticaria dan

iod-akne dan hiperkalimea (pada fungsi gunjal buruk).

e. Emetin

1. Pada dosis rendah (0,5-2 mg, sebagai emetic 20-30 mg) melalui

refleks vagal bekerja sebagai ekspektoran

2. Satu-satunya sediaan Ekspektoran Solucampher® tidak lagi

diperdagangkan, yang masih tersedia hanya sebagai Siripus

Ipecacuanhae.

(Schmitz, 2008).

2. Untuk batuk kering (non-produktif) digunakan obat-obatan golongan antitusif

yang berfungsi sebagai penekan batuk.

Klasifikasi antitusif :

a. Antitusif yang bekerja sentral

Memiliki efek meredam pada pusat batuk di medulla oblongata.

Opoid

Noskapin (Capval®)

Penyakit jalan pernafasan yang akut, kronis; batuk iritasi, batuk

rejan, asma bronkial; tindakan prabedah dan pascabedah,

bronkoskopi pada fraktur tulang rusuk.

Dosis : oral 3-4 kali sehari 15-50 mg, maksimal 250 mg.

Farmakodinamik :

Efek-efek : antitusif sentral; alkaloid opium tanpa efek

analgesik, sedatif maupun adiktif, merangsang lemah pada

pernafasan, bronkodilator.

Efek samping :

Kadang-kadang nyeri kepala, nausea, linglung, vertigo,

eksantem.

Kontraindikasi :

Kehamilan, masa menyusui (Schmitz, 2008).

Dekstrometorfan (Arpha Sirup Obat Batuk, Wick Formel

44 Penekan Batuk)

Bekerja dengan menekan pusat batuk di otak dan membantu

meringankan batuk kering.

Dosis Dekstrometorphan HBr :

12

Page 13: MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

odewasa : 10-20 mg diminum 3 x sehari 1 tablet, jika perlu.

o anak-anak (2-6 tahun) : 3-4 kali sehari 8 mg

o anak-anak (6-12 tahun) : 5-10 mg diminum 3 x sehari,

jika perlu (jika batuk).

Dalam bentuk sirop Dekstrometorphan HBr tersedia dalam

dosis 10 mg/5 ml sirop. Dosis untuk anak-anak (6-12 tahun)

2,5-5 ml (1/2 – 1 sendok takar). Dosis untuk dewasa 5 – 10 ml

jika perlu diminum 3 x sehari.

Pemakaian Dekstrometorphan HBr berlebihan dapat

menyebabkan penurunan refleks bernapas.selain itu, tidak

digunakan untuk menangani batuk berdahak karena

dikhawatirkan dengan menekan batuk, dahak yang ada di

saluran pernapasan tidak dapt dikeluarkan dan akan membuat

penderita sulit bernapas (Djunarko, 2011).

Penggunaan terapi : batuk merangsang (menyerupai kejang)

Farmakodinamika :

Efek: derivate morfin sintetik dengan efek antitusif sentral

Farmakokinetika :

Lama kerja

Absorpsi oral

Metabolisme Eliminasi

Dekstrometorfan Dewasa 5-6 jam,Anak-

anak 6-9 jam

Baik Ya Ginjal (metabolit)

Efek samping :

1. Kadang-kadang rasa lelah, vertigo, mual, pengurangan

nafsu makan, keluhan lambung-usus, muntah

2. Tidak menyebabkan ketergantungan

Interaksi :

13

Page 14: MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

1. Zat penghambat MAO, keadaan emosional dan hiperpireksi

2. Obat penekan sentral : saling menguatkan efek

Kontraindikasi : asma bronkial, kerusakan hati (Schmitz, 2008).

b. Antitusif yang bekerja sentral dan/ atau perifer

Penghambatan terhadap penerimaan rangsang pada ujung saraf yang

sensitive atau hantaran rangsang di serabut saraf aferen; selain itu, efek

antitusif sentral terdapat dalam kekuatan yang berbeda-beda

Secara kimia, obat ini termasuk golongan yang sangat beragam. Banyak di

antaranya selain berefek antitusif juga mengandung komponen

bronkospasmolitik, analgetik lemah atau lokal anestetik.

Emolliensia

Serbuk yang berwarna hitam ini diperoleh dari ekstrak akar tumbuhan

Glycyrrhiza glabra (akar manis). Banyak digunakan sebagai salah satu

komponen dari sediaan obat batuk guna mempermudah pengeluaran

dahak dan sebagai bahan untuk memperbaiki rasa

Efek samping : pada dosis lebih tinggi dari 3 d sehari berupa nyeri

kepala, udema, dan terganggunya keseimbangan elektrolit, akibat efek

mineralkortikoid dan hipernatriemia dari asam glycyrrizinat.

Dosis: oral 1-3 g sehari.

Klobutinol (Silomat®)

Penggunaan terapi :

1. Batuk pada infeksi kataral ari saluran napas bagian atas

2. Untuk bronkoskopi juga i.v., i.m. atau s.k

Farmakodinamik :

Efek-efek :

1. Antitusif sentral, efek sekuat kodein

2. Tidak menyebabkan ketagihan, kelumpuhan pernapasan, sedasi

atau obstipasi

Farmakokinetik

Lama kerja Absorpsi oral Eliminasi

14

Page 15: MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

Klobutinol 4-56 jam Cepat dan lengkap 80 – 90 % di ginjal

Efek samping: jarang rasa lelah, vertigo, gangguan tidur, keluhan GI.

Toksisitas : pada overdosis dapat terjadi gejala perangsangan sentral,

konvulsi dan instabilitas peredaran darah.untuk terapi dianjurkan :

1. Pada kejang diazepam i.v.

2. Tindakan penunjang sirkulasi

3. Tindakan pengeluaran racun apabila yang ditelan dalam jumlah

yang besar : bilas lambung

Kontraindikasi : keahamilan trimester ke-1.

Pentoksiverin (Sedotussin®)

Penggunaan terapi : batuk, batuk rejan

Farmakodinamika :

Efek-efek : efek pada refluks batuk dengan jalan menekan ambang

rangsang di pusat rangsang batu. Selain itu, juga bekerja bronkodilator

lemah.

Efek samping : kadang-kadang sedative, keluhan GI, alergi

Kontraindikasi :

1. Masa menyusui

2. Neonates dan bayi berusia dibawah 4 bulan

Interaksi : penguatan efek sedasi dari dan oleh obat yang menekan

sentral

Yang lain: Benproperin, Butetamat, Dropropizin, Natriumdibunat,

Okseladin, Pipazeta (Schmitz, 2008).

Daftar Pustaka

Chung, K., 2003, The clinical and pathophysiological challenge of cough. Dalam: Chung, K.F., Widdicombe, J., Boushey,H., Penyunting. Cough. Massachusetts: Blackwell Publishing,pp. 3-10.

Cloutier, M.M., 1994, Cough. Dalam: Loughlin GM, Eigen H. Penyuntings, Respiratory disease in children. Baltimore. Williams & Wilkins.

Djojodibroto, R. D., 2007, Respirologi (Respiratory Medicine), Penerbit Buku Kedokteran

15

Page 16: MAKALAH PENGOBATAN MANDIRI

EGC, Jakarta, pp. 53-55.

Djunarko, I. dan Y. Dian Hendrawati, 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar, PT. Citra Aji

Parama, Yogyakarta, pp. 34-37.

Irwin, R.S., dan Boulet, L.P, 7tier,M.M., 1998 , Managing cough as a defense mechanism and as a symptom, A consensus panel report of the American College of Chest Physicians. Chest, pp. 114:133S-181S.

Phelan PD. Cough. Dalam: Phelan PD, Olinsky A, Robertson CF, 1994, Penyunting Respiratory illness in children, Oxford: Blackwell S Publications

Smith, T. dan Sue Davidson, 2005, Dokter di rumah Anda, Dian Rakyat, Jakarta, pp. 108.

Tjay, T. H. dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan dan Efek

Sampingnya, Edisi ke enam, Gramedia, Jakarta, pp. 660.

16