Upload
joshua-carroll
View
196
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah pemicu 3
Citation preview
LAPORAN HASIL DISKUSI PEMICU 3 BLOK 19
EDENTULUS SEBAGIAN
“Ibu yang Ompong”
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Dibimbing Oleh :
Prof. Haslinda Z.Tamin,drg.,M.Kes.Sp.Pros (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013
Ketua : Richardo Julius 100600094
Sekretaris : Shelly 100600099
Anggota:
Emalia Rosalina 100600082
Khairina Atyqa 100600083
Kurnia Danianti 100600084
May Fiona Purba 100600085
Yosua AS 100600086
Evi Wijaya 100600087
Eidelen Lovani 100600089
Rafika H.Khatimah 100600090
Faradilla Sari 100600091
Ivan Poltak Sitompul 100600092
Mega Waty Kusuma 100600096
Melisa 100600097
Winnie Neormansyah 100600098
Dwi Setiawan 100600100
Rizki Puspita S 100600101
Dendy Dwirizki G 100600102
Stefani Hutagalung 100600103
Nastiti F.Magra 100600106
Jannah Keman 100600107
BAB I
2
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehilangan gigi merupakan masalah yang sering ditemukan. Hilangnya satu atau
beberapa gigi dapat mengakibatkan terganggunya keseimbangan susunan gigi geligi. Bila hal
tersebut tidak segera diatasi, maka akan terjadi gangguan pada fungsi bicara, pengunyahan
maupun estetik, dimana hal tersebut dapat berdampak pada kesehatan tubuh secara umum.
Untuk mengatasi hal tersebut ada beberapa pilihan perawatan antara lain dapat dibuat gigi
tiruan jembatan, implant atau gigi tiruan sebagian lepasan.
Pada beberapa kasus yang tidak memungkinan dibuatkan gigi tiruan jembatan dan
implant, maka gigi tiruan sebagian lepasan merupakan pilihan yang terbaik. Ketika perawatan
dengan gigi tiruan sebagian lepasan dengan kerangka logam terhambat karena alasan
keuangan, gigi tiruan sebagian lepasan akrilik sering menjadi alternatif yang lebih baik
daripada gigi tiruan penuh jika pasien tidak memiliki masalah fungsional.
Dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik, sebagai dokter gigi harus dapat
menentukan rencana perawatan yang tepat. Pemilihan gigi penyanggga, desain cangkolan,
arah pasang yang tepat akan menentukan stabilisasi gigi tiruan yang baik. Namun, hal yang
tidak dapat diabaikan adalah kerjasama antara dokter gigi dengan pasien karena merupakan
faktor yang menentukan keberhasilan perawatan.
1.2. Deskripsi Topik
Seorang perempuan, berumur 50 tahun, datang ke klinik Prostodonsia ingin dibuatkan
gigitiruan akrilik yang sesuai untuk kondisi rongga mulutnya.
Dari hasil pemeriksaan diperoleh data sebagai berikut :
- Gigi geligi yang masih ada : 15,14,21,22,23,25,27
- Gigi 25 resesi
- Gigi 14,25,27 miring ke mesial 5º
- Gigi-geligi lain dalam kondisi baik
- Keadaan umum pasien baik
1.3. Learning Issue
- Komponen Gigitiruan Sebagian Lepasan
- Survey Model dan Penentuan Arah Pasang
- Prinsip Desain GTSL
- Langkah Desain GTSL
BAB II
3
PEMBAHASAN
Gigitiruan sebagian lepasan atau yang lebih dikenal dengan GTSL adalah alat yang
berfungsi untuk mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama
jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan tambahan dari gigi asli yang masih ada
sebagai pilar. Gigitiruan sebagian lepasan ini juga merupakan restorasi prostetik. Pada
pemicu kali ini kita akan membahas tentang acrylic denture/GTSL akrilik yang terdiri dari
basis dan elemen gigitiruan.
I. Komponen GigiTiruan Sebagian Lepasan
a. Framework / Basis
Basis merupakan bagian dari gigitiruan yang menggantikan tulang alveolar yang hilang
dan berfungsi antara lain untuk mendukung anasir gigitiruan, menyalurkan tekanan pklusal ke
jaringan pendukung yaitu gigi penyangga serta mukosa dan tulang alveolar dibawah basis
gigitiruan, memberikan stimulasi kepada jaringan dibawah basis gigitiruan, memberikan
retensi dan stabilisasi pada gigitiruan, dan memenuhi faktor estetik.
Basis yang digunakan pada pemicu ini adalah basis dengan resin akrilik. Basis resin
akrilik ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain warnanya harmonis dengan jaringan
sekitarnya, dapat dilapisi dan dicekatkan kembali dengan mudah, relatif lebih ringan, teknik
pembuatan dan pemolesannya mudah, harga murah, jika patah dapat dipreparasi. Namun,
basis resin akrilik ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain pengantar termis yang
buruk, mudah abrasi pada saat pembersihan dan pemakaian, resin dapat menyerap cairan
mulut sehingga dapat menyebabkan perubahan warna, serta sisa makanan mudah melekat.
b. Retainer
Retainer / cangkolan / penahan merupakan bagian dari framework yang mendukung
secara langsung dan memberikan stabilitas pada gigitiruan sebagian. Bagian –bagian dari
retainer ini adalah lengan, jari, bahu, badan / body, occlusal rest.
Lengan terletak melingkari bagian bukal / lingual gigi penjangkar, serta memiliki sifat
agak lentur yang berfungsi untuk retensi dan stabilisasi. Jari merupakan bagian dari lengan
yang terletak dibawah lingkaran terbesar gigi dan memiliki sifat lentur / fleksible yang
bersifat untuk retensi. Bahu merupakan bagian dari lengan yang terletak diatas lingkaran
terbesar gigi. Bahu memiliki sifat kaku dan berfungsi untuk stabilisasi yaitu menahan gaya-
gaya bucco-lingual. Badan merupakan cengkeram kawat yang terletak diatas titik kontak gigi
di daerah aproksimal, bersifat kaku dan berfungsi untuk stabilisasi yaitu menahan gaya-gaya
4
antero-posterior. Occlusal rest merupakan bagian GTSL yang bersandar pada permukaan gigi
penyangga dan dibuat dengan tujuan memberikan dukungan vertikal pada protesa, sifatnya
kaku untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran.
Retainer dibagi menjadi dua yaitu direct retainer dan indirect retainer. Direct retainer
adalah komponen pada gigitiruan yang terletak pada gigi penyangga dan berfungsi mencegah
lepasnya gigitiruan. Indirect retainer merupakan retensi tambahan untuk mengimbangi
gerakan-gerakan yang terjadi sewaktu pengunyahan, menambah stabilisasi GTSL, sebagai
vertikal stop untuk mencegah tertekannya jaringan lunak dibawah GTSL, membantu splint
gigi depan.
Pada kasus ini digunakan direct retainer pada gigi 15 dan 27 dan indirect retainer pada
gigi 14 dan 23. Gigi 25 yang resesi lebih baik tidak digunakan sebagai penyangga karena
pada kasus tidak dijelaskan berapa tingkat keparahan resesi. Indirect retainer pada gigi 14
berupa occlusal rest dan pada gigi 23 digunakan cangkolan 1 jari yang berjalan dari distal ke
mesial.
c. Sadel
Sadel merupakan bagian dari GTSL yang menggantikan tulang alveolar yang hilang
dan mendukung anasir gigitiruan. Sadel ada 2 macam, yaitu bounded saddle jika terletak
diantara gigi asli dan Free end saddle jika terletak pada bagian posterior dari gigi asli.
d. Anasir Gigitiruan
Anasir gigitiruan merupakan bagian dari GTSL yang menggantikan gigi asli yang
hilang. Anasir gigitiruan dapat terbuat dari logam, akrilik, atau porselen. Biasanya pada
GTSL akrilik digunakan anasir gigitiruan dari akrilik
II. Survei Model dan Penentuan Arah Pasang
Survei model adalah prosedur untuk menentukan dan membatasi kontur dan posisi
gigi penyangga serta jaringan yang berhubungan sebelum merancang gigi tiruan pada model.
Surveyor adalah paralelisasi yang digunakan dalam pembangunan lokasi dari protesa,
menggambarkan kontur dan posisi relatif dari gigi penyangga serta struktur terkait. Surveyor
juga merupakan alat yang digunakan untuk menentukan pararelisme relatif dari dua atau
lebih permukaan gigi atau bagian lain dari tuangan pada lengkung gigi. Selain itu juga
digunakan untuk preparasi restorasi gigi seperti gigitiruan lepasan dan jembatan dari model
gigi dari pasien.
5
Surveyor model adalah instrumen yang digunakan untuk menentukan kesejajaran
antara dua atau lebih permukaan gigi, arah pasang, lingkaran terbesar dari gigi, undercut yang
diperlukan dan tidak diperlukan, serta bagian lain dari model pada lengkung gigi.
Tujuan dilakukan survei model diagnostik adalah untuk (1) Menentukan lingkaran
terbesar dari gigi penyangga untuk pedoman menentukan posisi cangkolan yang tepat. (2)
Menentukan permukaan gigi dan jaringan lunak yang perlu di blocking out, dimana dapat
mengganggu pemasangan dan pelepasan gigitiruan. (3) Mengidentifikasikan permukaan
proksimal gigi agar dapat dibuat sejajar sehingga dapat bertindak sebagai guiding plane. (4)
Untuk mengukur derajat undercut yang ada pada gigi penyangga. (5) Untuk menentukan arah
pasang dan arah lepas yang terbaik untuk pasien. (6) Mencatat posisi model yang
berhubungan dengan arah pasang yang telah ditentukan. (7) Membantu menentukan prosedur
restorasi yang mungkin diperlukan pada gigi penyangga.
Di dalam melakukan survei model perlu dilakukan tilting (kemiringan model), yaitu
posisi yang menyimpang dari posisi horizontal guna mencapai arah pasang yang sesuai
dengan gigi penyangga, dimana gigi penyangga tidak dalam poros vertikal yang sama
sehingga sukar dicari permukaan yang sejajar dalam posisi horizontal. Ada empat kemiringan
model yang dapat digunakan di meja peninjau yaitu (1) Tilting anterior (bagian posterior dari
model diarahkan ke atas). Biasanya digunakan pada kasus gigi tiruan berujung bebas atau
kelas I Kennedy. (2) Tilting posterior (bagian anterior dari model diarahkan ke atas).
Biasanya dgunakan pada kasus dengan perluasan daerah tidak bergigi pada daerah anterior
atau kelas IV Kennedy. (3) Tilting lateral kanan dan kiri. Biasanya digunakan pada kasus
dimana salah satu dari gigi penyangga berada diluar lengkung rahang. (4) Tilting posterior
atau anterior. Biasanya digunakan untuk kasus dimana daerah tidak bergigi dibatasi oleh gigi
penyangga, maka model harus dimiringkan sehingga gigi penyangga akan menunjukkan
dukungan dan retensi yang baik.
Arah pasang adalah arah dimana suatu gigi tiruan harus dimasukkan dan dibuka dari
gigi penyangga, yang biasanya sejajar dengan lengan vertikal sewaktu model di survei.
Faktor yang menentukan arah pasang yaitu (1) Guiding plane (daerah penunjuk), dimana
bagian proksimal gigi akan berfungsi sebagai guiding plane dgn dibuat paralel/sejajar
sehingga memudahkan pemasangan. Selain itu, guiding plane digunakan untuk
memaksimalkan klamer, retensi dan stabilisasi. (2) Daerah retentif, dimana daerah retentif
harus ada pada arah pemasangan dan berkontak oleh klamer retentif. Retensi juga harus dapat
menjaga GTSL dari gaya melepaskan atau dislodging forces. (3) Interference (halangan),
dimana protesa harus di desain agar dapat dipasang atau dilepas tanpa adanya hambatan dari
6
gigi atau jaringan gigi. Gangguan yang ada dapat disingkirkan dengan cara pembedahan,
ekstraksi, memodifikasi permukaan gigi yang menghalangi dan merestorasi gigi. (4) Estetis,
dimana dalam menentukan suatu arah pasang harus menentukan nilai estetis. Selain itu,
penggunaan klamer metal yang lebih sedikit juga dapat meningkatkan estetis gigitiruan.
III. Prinsip Desain GTSL
Gigitiruan sebagian lepasan secara keseluruhan dalam pemenuhan fungsinya
berkaitan dengan dua faktor yaitu faktor biologis dan faktor mekanik. Faktor mekanik
meliputi gaya-gaya yang akan diterima oleh gigitiruan dan faktor biologi meliputi keadaan
umum dan lokal penderita.
GTSL dalam rongga mulut dapat diilustrasikan sebagai aksi dari dua alat sederhana,
pengungkit (lever) dan inclined plane. Pengungkit adalah batang kaku yang didukung pada
beberapa titik sepanjang batang tersebut. Dukungan disebut fulkrum dan akan terjadi
penekanan disekitar fulkrum. Inclined plane adalah alat yang berpengaruh terhadap kekuatan.
Ada tiga tipe pengungkit yaitu klas I, klas II, klas III. Pengungkit klas I ( first class
lever) dimana titik fulkrum terletak di tengah, tahanan (resistance) pada salah satu ujung dan
tekanan (effotrt) pada ujung yang berlawanan. Pengungkit klas II (second class lever) dimana
titik fulkrum berada diujung, tekanan pada ujung yang berlawanan dan tahanan berada di
tengah. Pengungkit Klas III (third class lever) dimana titik fulkrum berada pada salah satu
ujung, tahanan pada ujung yang berlawanan dan tekanan di tengah. Pada skenario pemicu
didapati kasus klas II Kennedy modifikasi 3. Hal ini berarti free end dan harus diterapkan
prinsip second class lever untuk mencegah daya ungkit yang terlalu besar, dan ditambah
dengan indirect retainer yang diletakkan tegak lurus pada garis fulkrum.
Selain tipe pengungkit, harus diperhatikan juga gaya-gaya yang bekerja ketika GTSL
berfungsi yaitu gaya vertikal, lateral, antero-posterior, gaya pemindah / pelepas (dislodging
force). Gaya vertikal adalah gaya yang timbul sewaktu bolus makanan berada di permukaan
oklusal gigitiruan sebelum dan pada saat berfungsi. Gaya lateral adalah gaya yang timbul
pada saat rahang bawah dari posisi kontak oklusi ke posisi sentrik atau sebaliknya. Gaya
antero-posterior adalah gaya yang terjadi pada pergerakan rahang dimana gigi depan pada
posisi edge to edge atau oklusi sentrik atau sebaliknya. Dislodging force adalah gaya yang
timbul pada saat mastikasi, dimana makanan lengket melekat pada permukaan oklusal
gigitiruan dan pada saat mulut terbuka, gigitiruan akan ditarik ke oklusal selanjutnya
pergerakan otot-otot ke perifer, pergerakan tidak terkontrol seperti batuk, bersin, dan gaya
berat pada gigitiruan atas termasuk gaya ini.
7
IV. Langkah Desain GTSL
Rencana pembuatan desain merupakan tahap penting dan merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan atau kegagalan pembuatan gigitiruan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan sebelum mendesain adalah dokter gigi harus mengetahui selengkapnya tentang
fisik pasien yang akan dibuatkan gigitiruan dan dokter gigi harus memahami bentuk, indikasi,
fungsi cangkolan, letak gigi sandaran, macam konektor, jenis sadel, dan macam dukungan
yang diharapkan gigitiruan.
Tahap dalam penentuan desain yaitu :
1. Menentukan kelas dari masing-masing daerah tidak bergigi. Daerah tidak bergigi
bervariasi, dalam hal panjang, jumlah, dan letaknya. Semua ini mempengaruhi rencana
pembuatan desain, baik dalam bentuk sadel, konektor dan dukungannya.
2. Menentukan macam dukungan dari setiap daerah tidak bergigi. Dukungan untuk daerah
yang dibatasi oleh gigi bisa berasal dari gigi, dari mukosa, atau dari gigi dan mukosa.
Sedangkan daerah berujung bebas dukungan bisa berasal dari mukosa atau dari gigi dan
mukosa.
3. Menentukan jenis penahan (retainer). Ada dua jenis penahan untuk gigitiruan sebagian
lepasan yaitu penahan langsung (direct retainer) dan penahan tidak langsung (indirect
retainer). Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan jenis penahan adalah (a)
Dukungan dari sadel, berkaitan dengan macam cangkolan yang akan dipakai. (b) Stabilisasi
gigitiruan, berkaitan dengan macam cangkolan yang akan dipakai. (c) Estetika, berkaitan
dengan tipe cangkolan dan lokasi.
4. Menentukan jenis konektor. Untuk gigitiruan sebagian lepasan akrilik, konektor yang
digunakan berbentuk pelat. Sedangkan untuk kerangka logam bervariasi dan dipilih sesuai
dengan indikasinya.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tujuan pembuatan gigitiruan sebagian lepasan adalah untuk memperbaiki fungsi
bicara, pegunyahan, estetika serta memelihara struktur jaringan sisa di dalam mulut.
Pembuatan gigitiruan bukanlah semata-mata hanya menghasilkan alat yang dapat memenuhi
fungsi diatas, tetapi juga harus dipertimbangkan bagaimana pengaruh kehadiran gigitiruan
tersebut di dalam rongga mulut, dimana tempat kedudukan dari gigitiruan tersebut adalah
jaringan hidup. Dalam pembuatan gigitiruan kadang ditemui kesukaran pada pemasangan di
rongga mulut, dimana diperlukan koreksi terhadap gigitiruan tersebut. Hal ini dapat diatasi
dengan perencanaan desain yang tepat, dimana dokter gigi harus memahami prinsip desain
dan langkah desain GTSL.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tamin. ZH, Zulkarnain M.,Ariyani. Bahan Ajar Ilmu Gigi Tiruan Lepasan. Medan.
USU. 2013. 46
2. Carr A. McCracken’s Removable Partial Prosthodontics. USA. Juni 2010.
3.
9