38
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Genetika disebut juga dengan ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa latin) yang artinya bersuku – suku bangsa atau asal usul. Secara “etimologi” artinya asal mula kejadian. Namun, genetika bukan merupakan ilmu tentang asal mula kejadian meskipun pada batas – batas tertentu memang ada kaitannya dengan hal itu. Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk alih informasi hayati dari generasi ke generasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara individu organisme, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat. Dalam ilmu ini dipelajari tentang bagaimana sifat keturunan itu diwariskan pada anak cucunya, serta kemungkinan variasi yang timbul didalamnya. Di Indonesia tercatat 10-20% pasangan yang infertil. Pasangan usia subur yang ada di Indonesia ialah sekitar 25 juta, berarti terdapat 2,5-5 juta pasangan infertil. Pada masa sekarang pola kehidupan keluarga cenderung bergeser, dari jumlah anggota yng besar menjadi jumlah anggota yang kecil dalam 1 unit keluarga, sehingga keluarga yang tidak atau sukar 1

Makalah Pembuahan In Vitro.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Genetika disebut juga dengan ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa

latin) yang artinya bersuku – suku bangsa atau asal usul. Secara “etimologi”

artinya asal mula kejadian. Namun, genetika bukan merupakan ilmu tentang asal

mula kejadian meskipun pada batas – batas tertentu memang ada kaitannya

dengan hal itu. Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk alih

informasi hayati dari generasi ke generasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih

informasi hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat

diantara individu organisme, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa

genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat. Dalam ilmu ini

dipelajari tentang bagaimana sifat keturunan itu diwariskan pada anak cucunya,

serta kemungkinan variasi yang timbul didalamnya.

Di Indonesia tercatat 10-20% pasangan yang infertil. Pasangan usia subur

yang ada di Indonesia ialah sekitar 25 juta, berarti terdapat 2,5-5 juta pasangan

infertil. Pada masa sekarang pola kehidupan keluarga cenderung bergeser, dari

jumlah anggota yng besar menjadi jumlah anggota yang kecil dalam 1 unit

keluarga, sehingga keluarga yang tidak atau sukar memperoleh keturunan berhak

mendapat pertolongan. Dengan semakin berkembang dan majunya ilmu

kedokteran ini sebagian besar dari penyebab infertilitas atau ketidaksuburan telah

dapat diatasi dengan pemberian obat atau operasi.

Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran dikenal dengan

istilah fertilisasi-in-vitro yang memiliki pengertian sebagai berikut : Fertilisasi-in-

vitro adalah pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam tabung petri yang

dilakukan oleh petugas medis. Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan

untuk menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan

secara alamiah disebabkan tuba falopii istrinya mengalami kerusakan yang

permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program

ini diterapkan pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya

yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan. Akan

1

Page 2: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

tetapi seiring perkembangannya, mulai timbul persoalan dimana semula program

ini dapat diterima oleh semua pihak karena tujuannya yang mulia menjadi

pertentangan. Banyak pihak yang kontra dan pihak yang pro. Pihak yang pro

dengan program ini sebagian besar berasal dari dunia kedokteran dan mereka yang

kontra berasal dari kalangan alim ulama (Zharfa Setiawan, 2013).

2

Page 3: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Inseminasi

Inseminasi merupakan terjemahan dari artificial insemination. Artificial

artinya buatan atau tiruan, sedangkan insemination berasal dari kata latin.

Inseminatus artinya pemasukan atau penyampaian. artificial insemination adalah

penghamilan atau pembuahan buatan.

Jadi, insiminasi buatan adalah penghamilan buatan yang dilakukan

terhadap wanita dengan cara memasukan sperma laki-laki ke dalam rahim wanita

tersebut dengan pertolongan dokter, istilah lain yang semakna adalah kawin

suntik, penghamilan buatan dan permainan buatan (PB). Yang dimaksud dengan

bayi tabung (Test tubebaby) adalah bayi yang di dapatkan melalui proses

pembuahan yang dilakukan di luar rahim sehingga terjadi embrio dengan bantuan

ilmu kedokteran. Dikatakan sebagai kehamilan bayi tabung karena benih laki-laki

yang disebut dari zakar laki-laki disimpan dalam suatu tabung.

Untuk menjalani proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim, perlu

disediakan ovom (sel telur dan sperma). Jika saat ovulasi (bebasnya sel telur dari

kandung telur) terdapat sel-sel yang masak maka sel telur itu di hisab dengan

sejenis jarum suntik melalui sayatan pada perut, kemudian di taruh dalam suatu

taqbung kimia, lalu di simpan di laboratorium yang di beri suhu seperti panas

badan seorang wanita. Kedua sel kelamin tersebut bercampur (zygote) dalam

tabung sehingga terjadinya fertilasi. Zygote berkembang menjadi morulla lalu

dinidasikan ke dalam rahim seorang wanita. Akhirnya wanita itu akan hamil.

Inseminasi permainan (pembuahan) buatan telah dilakukan oleh para sahabat nabi

terhadap pohon korma.

Inseminasi buatan pada manusia sebagai suatu teknologi reproduksi berupa

teknik menempatkan sperma di dalam vagina wanita, pertama kali berhasil

dipraktekkan pada tahun 1970. Awal berkembangnya inseminasi buatan bermula

dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama

bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada

3

Page 4: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

tempratur – 321 derajat Fahrenheit Bank sperma atau disebut juga Bank ayah

mulai tumbuh pada awal tahun 1970 (Suryani, 2012).

2.2. Definisi Bayi Tabung (Pembuahan in Vitro)

Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro fertilisation)

adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh

wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan

ketika metode lainnya tidak berhasil. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses

ovulasi secara hormonal, pemindahan se ltelur dari ovarium dan pembuahan oleh

sel sperma dalam sebuah medium cair. ( Cynthia Devie, 2009).

Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro Fertilization

(IVF) adalah suatu upaya memperoleh kehamilan dengan jalan mempertemukan

sel sperma dan sel telur dalam suatu wadah khusus. Pada kondisi normal,

pertemuan ini berlangsung di dalam saluran tuba. Pembuahan sel telur (ovum)

yang dilakukan di luar tubuh calon ibu. Awalnya tekhnik reproduksi ini

ditunjukkan untuk pasangan infertile, yang mengalami kerusakan saluran telur.

Namun saat ini indikasinya telah diperluas, antara lain jika calon ibu mempunyai

lender mulut rahim yang abnormal, mutu calon ayah kurang baik, adanya

antibody pada atau terhadap sperma,tidah kunjung hamil walaupun endometriosis

telah diobati, serta pada gangguan kesuburan yang tidak diketahui penyebabnya

maka program bayi tabung ini biasa dilakukan.

Bayi tabung merupakan pilihan untuk memperoleh keturunan bagi ibu-ibu

yang memiliki gangguan pada saluran tubanya. Pada kondisi normal, sel telur

yang telah matang akan dilepaskan oleh indung telur (ovarium) menuju saluran

tuba (tuba fallopi) untuk selanjutnya menunggu sel sperma yang akan membuahi.

Jika terdapat gangguan pada saluran tuba maka proses ini tidak akan berlangsung

sebagaimana mestinya. Proses yang berlangsung dilaboratorium ini dilaksanakan

sampai menghasilkan suatu embrio yang akan ditempatkan pada rahim ibu.

Embrio ini juga dapat disimpan dalam bentuk beku (cryopreserved) dan dapat

digunakan kelak jika dibutuhkan. Bayi tabung pertama yang lahir ke dunia adalah

LouiseJoy Brown pada tahun 1978 di Inggris (Zharfa Setiawan, 2013).

4

Page 5: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

2.3. Prosedur Melakukan Pembuahan In Vitro

Sebelum mengikuti program bayi tabung, pasangan diminta untuk

memenuhi beberapa syarat:

Persyaratan umum meliputi:

1. Pasangan memiliki bukti perkawinan yang sah

2. Usia istri kurang dari 42 tahun. Hal ini untuk meminimalisir kegagalan

dan gangguan pada ibu dan anak

3. Konseling khusus dan informed consent

4. Kesiapan biaya

5. Kesiapan istri untuk hamil, melahirkan, dan memelihara bayi

Persyaratan khususnya, terdiri:

1. tidak ada kontra indikasi kehamilan

2. bebas infeksi rubella, hepatitis, toxoplasma, dan HIV

3. siklus berovulasi/respon terhadap terapi (FSH basal < 12 mIU/ml)

4. pemeriksaan infertilitas dasar lengkap

5. indikasi jelas

6. upaya lain sudah maksimal

7. analisa sperma

(Zharfa Setiawan, 2013)

2.3.1. Langkah-langkah proses Bayi Tabung:

1. Datanglah ke dokter bagian obstetri dan ginekologi bila ingin menjalani

satu siklus program Bayi Tabung

2. Bila ditemukan kelainan/masalah pada Anda berdua, dokter spesialis akan

merujuk kepusat layanan bayi tabung. Setelah diketahui penyulit

kehamilan, pasangan suami isteridisiapkan menjalani proses bayi tabung.

3. Setiap pasangan akan menerima penjelasan program Bayi Tabung dan

prosedur pelaksanaan dalam sebuah kelas/kelompok

5

Page 6: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

4. Peserta program harus menandatangani perjanjian tertulis: bersedia bila

dokter melakukantindakan yang dianggap perlu semisal operasi, bersedia

menghadapi kemungkinanmengalami kehamilan kembar dan risiko lain

yang dapat ditimbulkan

5. Pelaksanaan program bisa dimulai berdasarkan masa haid. Calon ibu akan

diberi obat-obatan hormonal sebagai pemicu ovulasi agar menghasilkan

banyak sel telur.Perangsangan dilakukan 5-6 minggu, sampai sel telur

matang dan cukup untuk dibuahi. Selanjutnya dilakukan Ovum pick

up/Opu (pengambilan sel telur) yang dilakukan tanpa oprasi, melainkan

dengan cara ultrasonografi transvaginal. Kemudian semua sel telur

diangkat dan disimpan dalam incubator. Sedangkan calon ayah akan

diambil spermanya melalui cara masturbasi.

Beberapa jam kemudian, terhadap masing-masing sel telur akan

ditambahkan sejumlah sperma suami (inseminasi) yang sebelumnya telah

diolah dan dipilih yang terbaik mutunya. Setelah kira-kira 18-20 jam, akan

terlihat apakah proses pembuahan tersebut berhasil atau tidak. Sel telur

yang telah dibuahi sperma atau disebut zigot akan dipantau selama 22-24

jam kemudian untuk melihat perkembangannya menjadi embrio. Dari

embrio tersebut, dokter akan memilih tiga atau empat embrio yang terbaik

untuk ditanamkan kembali ke dalam rahim. Empat embrio merupakan

jumlah maksimal mengingat risiko yang akan ditanggung oleh calon ibu

dan juga janin. Embrio-embrio yang terbaik itu kemudian diisap ke dalam

sebuah kateter khusus untuk dipindahkan kedalam rahim.

Terjadinya kehamilan dapat diketahui melalui pemeriksaan air seni 14 hari

setelah pemindahan embrio. Bila saat masturbasi tak ada sperma yang

keluar, berarti ada sumbatan. Untuk itu akan dilakukan cara lain, yaitu

dengan MESA (Microsurgical Epydidimis Sperm Aspiration), sperma

diambil dari salurannya. Bisa juga dengan TESA (Testical Sperm

Extraction) sperma diambil langsung dari buah zakar. Bila sperma yang

dihasilkan sangat sedikit, maka dilakukan ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm

6

Page 7: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

Injection) sperma disuntikkan ke sel telur. Cara ini khusus bagi pasangan

infertile dimana suami mempunyai sperma sangat sedikit.

6. Ibu dipantau beberapa waktu dengan pemeriksaan hormon kehamilan

(hCG) di darah dan pemeriksaan USG (Zharfa Setiawan, 2013).

2.3.2. Proses Terjadinya Bayi Tabung

Perjuangan Sperma menuju Sel Telur

Untuk mendapatkan kehamilan, satu sel sperma harus bersaing dengan sel

sperma yang lain. Sel Sperma yang kemudian berhasil untuk menerobos sel telur

merupakan sel sperma dengan kualitas terbaik saat itu.

Sumber: www.anehdidunia.com

Perkembangan Sel Telur

Selama masa subur, wanita akan melepaskan satu atau dua sel telur. Sel telur

tersebut akan berjalan melewati saluran telur dan kemudian bertemu dengan sel

sperma pada kehamilan yang normal

Sumber: www.anehdidunia.com

7

Page 8: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

Injeksi

Dokter akan mengumpulkan sel telur sebanyak-banyaknya. Dokter

kemudian memilih sel telur terbaik dengan melakukan seleksi pada proses ini

pasien disuntikkan hormon untuk menambah jumlah produksi sel telur.

Perangsangan berlangsung 5 - 6 minggu sampai sel telur dianggap cukup matang

dan siap dibuahi. Proses injeksi ini dapat mengakibatkan adanya efek samping

Sumber: www.anehdidunia.com

Pelepasan Sel Telur

Proses pengambilan sel telor (Ovum Pick Up /OPU) dilakukan dibawah

pembiusan umum dan dituntun dengan USG transvaginal, pencoblosan dan

pegisapan cairan folikel dan sel telur yang ada didalamnya dilakukan dengan

menusukan jarum halus melalui area dibawah/disamping mulut rahim.

Proses pumbuahan akan dilakukan secara konvensional bila jumlah sel

sperma normal yaitu dengan meneteskan sperma yang sudah diproses/preparasi

kedalam cawan yang sudah ada sel telur didalamnya dan bila sperma ada kelainan

(dalam jumlah, gerak atau bentuk normalnya sedikit) akan dilakukan ICSI (Intra

Cytoplasmic Sperm Injection) yaitu dengan mengambil satu sperrma yang bagus

dan menyuntikan kedalam satu sel telur, proses ini dilakukan dengan alat khusus

dibawah mikroskop elektron.

Setelah hormon penambah jumlah produksi sel telur bekerja maka sel telur

siap untuk dikumpulkan.

8

Page 9: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

Sumber: www.anehdidunia.com

Sperma Beku

Suami akan menitipkan sperma kepada laboratorium dan kemudian

dibekukan untuk menanti saat ovulasi.

Sumber: www.anehdidunia.com

9

Page 10: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

Menciptakan Embrio

Pada sel sperma dan sel telur yang terbukti sehat, akan sangat mudah bagi

dokter untuk menyatukan keduanya dalam sebuah piring lab. Namun bila sperma

tidak sehat sehingga tidak dapat berenang untuk membuahi sel telur, maka akan

dilakukan ICSI.

Sumber: www.anehdidunia.com

Embrio Berumur 2 Hari

Setelah sel telur dipertemukan dengan sel sperma, akan dihasilkan sel telur

yang telah dibuahi (disebut dengan nama embrio). Embrio ini kemudian akan

membelah seiring dengan waktu. Embrio ini memiliki 4 sel, yang diharapkan

mencapai stage perkembangan yang benar.

10

Page 11: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

Sumber: www.anehdidunia.com

Pemindahan Embrio

Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk ditransfer yang

diinjeksikan ke sistem reproduksi si pasien.

Sumber: www.anehdidunia.com

Implanted Fetus

Setelah terbentuknya embrio dari hasil pembuahan  maka pada hari ketiga

(OPU adalah hari ke 0) dilakukan penanaman embrio atau Embryo Transfer (ET).

Pada hari ketiga biasanya dilakukan penanaman embrio setelah membelah

menjadi 8 sampai 10 sel, dan bila embrio yang didapatkan banyak (6 atau lebih)

dapat ditunggu sampai embrio fase Blastokist dan penanaman dilakukan pada hari

kelima sehingga angka kejadian kehamilan lebih tinggi.

Penyimpanan embrio dilakukan bila didapatkan embrio yang baik lebih

dari empat (penanaman maksimal 4 embrio) atau karena suatu keadaan ibu / rahim

dimanna tidak dimungkinkan dilakukan penanaman embrio. Selanjutnya embrio

tumbuh dan berkembang seperti layaknya kehamilan biasa sehingga kehadiran

bakal janin dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG

11

Page 12: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

Sumber: www.anehdidunia.com

(Anonim, 2012)

Tahap Penguatan Rahim/Support fase luteal

Penguatan rahim diberikan dapat berupa suntikan hormon HCG pada hari

ke 5, 8 dan 10 setelah pengambilan sel telur/OPU atau dapat  diberikan hormon

Progesteron pervaginam mulai saat  penanaman embrio.

Test kehamilan dilakukan pada hari ke 15 setelah sel telur/OPU atau hari

ke 12 setelah ET yaitu dengan pemeriksaan hormon beta hCG pada darah ibu dan

bila hasilnya diatas 10 pg/ml ibu dinyatakan hamil secara kimiawi, 2 minggu

kemudian dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat adanya kantong janin

(Gestation Sac / GS).

(I.B. Kartha, 2013)

2.4.Tingkat Keberhasilan

12

Page 13: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

Di dunia, tingkat keberhasilan bayi tabung mencapai 40-45% untuk usia <

30 tahun, 30-35% (usia 30-38 tahun), 10-11% (usia 38-42 tahun), dan 0% (usia

>42 tahun). Sementara kemungkinan keguguran 10-15%, kemungkinan kembar

dua 25% dan kemungkinan kembar tiga5%. Kasus kembar dalam program bayi

tabung sebenarnya adalah kasus komplikasi (tidak wajar).

Saat ini teknologi bayi tabung sudah semakin berkembang. Dan

diharapkan dapat memenuhi harapan banyak pasangan menikah yang ingin

memiliki anak. Teknologi juga diharapkan akan membuat proses bayi tabung

menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah.

2.5. Teknologi Fertilisasi dan Masalah Etika

Etika fertilisasi buatan belum dicantumkan secara eksplisit dalam Buku

Etik Kedokteran Indonesia. Meskipun begitu, dalam aturan yang bersifat lebih

umum teknik fertilisasi in vitro pada manusia telah diatur dalam Undang-Undang

Kesehatan No. 36 tahun 20009 pasal 127 yang merupakan revisi dari Undang-

Undang No. 23 Tahun 1992 sebagai berikut:

Ayat 1. Upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh

pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:

a.      Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan

ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal;

b.     Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan

untuk itu

c.     Pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Teknologi Reproduksi Berbantu telah diatur

ketentuan umum, ruang lingkup, persyaratan, izin penyelenggaraan, tata laksana

perizinan, pencatatan dan pelaporan, pembinaan dan pengawasan, penelitian dan

pengembangan, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup fertilisasi in vitro.

Berdasarkan aturan ini, disusunlah Pedoman Pelayanan Bayi Tabung di Rumah

13

Page 14: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

Sakit oleh Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta, Departemen Kesehatan RI

yang secara singkat memiliki isi sebagai berikut:

1. Pelayanan fertilisasi in vitro hanya dapat dilakukan dengan menggunakan

sel telur dan sperma dari suami-isteri yang bersangkutan.

2. Pelayanan ini merupakan bagian pelayanan infertilitas sehingga kerangka

pelayanannya merupakan bagian pengelolaan pelayanan infertilitas secara

keseluruhan.

3. Embrio yang dapat dipindahkan ke dalam rahim dalam satu waktu tidak

lebih dari tiga. Pemindahan empat embrio dapat dilakukan jika memenuhi

satu dari tiga keadaan sebagai berikut.

A. Rumah sakit memiliki tiga tingkat perawatan intensif bagi bayi

yang baru lahir.

B. Pasangan suami-isteri sebelumnya telah mengalami minimal dua

kali kegagalan prosedur fertilisasi in vitro.

C. Usia isteri lebih dari 35 tahun.

4. Surogasi dalam bentuk apapun dilarang dilakukan.

5. Jual beli embrio, sel telur dan spermatozoa dilarang dilakukan.

6. Dilarang menghasilkan embrio manusia semata-mata untuk tujuan

penelitian. Penelitian mengenai embrio manusia hanya dilakukan setelah

tujuan penelitian dirumuskan dengan sangat jelas.

7. Dilarang melakukan penelitian terhadap dan/atau dengan menggunakan

embrio manusia yang berumur lebih dari 14 hari sejak tanggal fertilisasi.

8. Kultur in vitro embrio tidak boleh dilakukan lebih dari 14 hari sejak

fertilisasi (tidak termasuk cryopreservation).

9. Dilarang melakukan penelitian dan/atau percobaan terhadap atau dengan

menggunakan embrio, sel telur atau spermatozoa manusia tanpa ijin

khusus dari siapa ia berasal.

10. Dilarang melakukan fertilisasi antar-spesies kecuali jika digunakan sebagai

metode mengatasi atau mendiagnosis infertilitas manusia. Setiap hibrid

trans-spesies harus diakhiri pertumbuhannya pada tahap dua sel.

Dari beberapa landasan hukum dan etika yang dipaparkan di atas, proses

fertilisasi in vitro merupakan proses yang dapat dilakukan tetapi dengan batasan-

14

Page 15: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

batasan hukum yang cukup mengikat. Dari pedoman di atas pun diketahui bahwa

embrio yang boleh digunakan adalah embrio yang maksimal berumur 14 hari.

2.6.      Embrio In Vitro Fertilization IVF)

Ketika orang tua memiliki bayi, mereka diharuskan secara hukum dan

ketentuan sosial untuk merawat bayi tersebut dan menyediakan rumah yang baik,

kecuali jika bayi yang mereka miliki merupakan hasil embrio yang diperoleh dari

proses in vitro fertilization (IVF). Maka embrio tersebut dapat di simpan dengan

pembekuan.

Beberapa keluarga memilih untuk mengadopsi embrio yang disimpan di

cryogenic limbo. Selama  IVF, embrio diciptakan di cawan petri melalui proses

implantasi. Untuk memastikan kelayakan hasil embrio yang diproduksi pada

percobaan pertama dan implantasi subsekuen, maka jumlah embrio yang

diciptakan lebih dari jumlah yang dibutuhkan. Embrio lebih ini disimpan di

tempat khusus penyimpanan embrio (cryopreservation).  Embrio ini dibekukan

secara gradual kurang lebih selama 3 jam di dalam cryoprotectant, dan jika

ditujukan untuk penyimpanan dalam jangka waktu yang lama maka selanjutnya

embrio disimpan di dalam nitrogen cair dengan suhu -196° C. Di Indonesia,

terdapat aturan bahwa embrio hasil fertilisasi buatan tidak boleh ditumbuhan

secara in vitro melebihi usia 14 hari sejak fertilisasi, dan dalam proses

cryopreservation, usia perkembangan embrio mereka maksimal adalah 14 hari,

dalam kondisi ini, biasanya embrio berada dalam tahap blastokista.

Dengan berkembangnya teknik penyimpanan dan pembekuan, terdapat

hasil perbandingan kehamilian dengan menggunakan embrio beku dengan embrio

yang tidak beku (proses alami). Berdasarkan penelitian tahun 2007, terdapat

peluang 35% keberhasilan dengan menggunakan embrio beku. Teknologi

cryopreservation embrio telah digunakan secara luas sejak bayi pertama yang lahir

dari embrio beku pada tahun 1984. Setelah IVF menjadi semakin siap dan

tersedia, jumlah embrio beku pun semakin meningkat, dan sekarang ini kurang

lebih terdapat 500.000 embrio beku di Amerika Serikat.

15

Page 16: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

(Win Darmanto, 2013)

2.7. Pemanfaatan Embrio Beku

Dalam sebuah program bayi tabung, bila masih ada sisa embrio yang tidak

digunakan,  embrio tersebut bisa dibekukan. Embrio beku dapat dipakai untuk

kehamilan berikutnya tanpa perlu melakukan stimulasi ovarium sehingga tentu

lebih menghemat biaya. Di beberapa negara, sisa embrio dapat didonorkan kepada

pasangan lain. Namun, di Indonesia hal itu tidak dapat dilakukan karena dianggap

sebagai tindakan ilegal. Embrio cadangan dapat dibekukan dengan perjanjian

tertulis apabila masih ada sisa embrio harus ditransfer ke rahim pemiliknya dalam

kurun waktu dua tahun. Ini dilakukan untuk menghindari penyimpanan embrio

secara berlebihan.

(Anonim, 2013)

2.8. Fertilisasi In Vitro di Tinjau dari Berbagai Aspek

2.8.1. Ditinjau dari Aspek Medis

Bila ditinjau dari aspek medis, pasangan suami – isteri yang dapat

melakukan Pembuahan In Vitro adalah pasangan yang mengalami masalah

infertilitas.

2.8.2. Ditinjau dari Aspek Hukum/Legal

Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992, pasal 16 ayat 1&2

mengamanatkan :

Ayat 1) Kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan sebagai uapaya

terakhir untuk membantu pasangan suami - isteri mendapatkan keturunan.

Ayat 2) Upaya kehamilan diluar cara alami sebagaimana dimaksud dalam

ayat 1, hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami - isteri yang sah

16

Page 17: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

dengan ketentuan : Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami - isteri

yang bersangkutan, ditanam dalam rahim isteri dari mana ovum berasal.

Berdasarkan ayat 1 dan 2 pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992 tersebut, adalah

melakukan bayi tabung dari sperma suami sendiri, karena hal tersebut sangat legal

dan tidak melanggar hukum (N.D. Gadaffi, 2011).

2.8.3. Tinjauan dari Segi Hukum Perdata

2.8.3.1. Jika benihnya berasal dari suami istri:

Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro

transferembrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak

tersebut baik secara biologisataupun yuridis mempunyai satus sebagai

anak sah (keturunan genetik) dari pasangantersebut. Akibatnya memiliki

hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya.

Jika ketika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat ibunya

telah berceraidari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari

perceraian mempunyai status sebagai anak sah dari pasangan tersebut.

Namun jika dilahirkan setelah masa 300 hari,maka anak itu bukan anak

sah bekas suami ibunya dan tidak memiliki hubungankeperdataan apapun

dengan bekas suami ibunya. Dasar hukum ps. 255 KUHPer.

Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami,

maka secarayuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan

penghamil, bukan pasangan yangmempunyai benih. Dasar hukum ps. 42

UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam halini Suami dari Istri

penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sah-nyamelalui

tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA.

2.8.3.2. Jika salah satu benihnya berasal dari donor:

Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-

vitro transferembrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri

akan dibuahi denganSperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah

terjadi pembuahan diimplantasikanke dalam rahim Istri. Anak yang

dilahirkan memiliki status anak sah dan memilikihubungan mewaris dan

17

Page 18: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidakmenyangkalnya

dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA

Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami

maka anak yangdilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil

tersebut. Dasar hukum ps. 42UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer

2.8.3.3. Jika semua benihnya dari pendonor:

Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat

padaperkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang

wanita yang terikatdalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai

status anak sah dari pasangan SuamiIstri tersebut karena dilahirkan oleh

seorang perempuan yang terikat dalam perkawinanyang sah

Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak tersebut

memiliki statussebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat

perkawinan secara sah danpada hakekatnya anak tersebut bukan pula

anaknya secara biologis kecuali sel telurberasal darinya. Jika sel telur

berasal darinya maka anak tersebut sah secara yuridis dan biologis sebagai

anaknya.

Dari tinjauan yuridis menurut hukum perdata barat diIndonesia terhadap

kemungkinan yang terjadi dalam program fertilisasi-in-vitro

transferembrio ditemukan beberapa kaidah hukum yang sudah tidak

relevan dan tidak dapatmeng-cover kebutuhan yang ada serta sudah tidak

sesuai lagi dengan perkembangan yangada khususnya mengenai status

sahnya anak yang lahir dan pemusnahan kelebihanembrio yang

diimplantasikan ke dalam rahim ibunya. Secara khusus, permasalahan

mengenai inseminasi buatan dengan bahan inseminasi berasal dari orang

yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada penyelesaiannya di

Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundang-undangan yang

secara khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro transfer

embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan

dan hal-hal apakah yang dilarang (Zharfa Setiawan, 2013).

18

Page 19: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

2.8.4. Dari aspek HAM

Pasal 10 ayat 1 dari UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

yang berbunyi ”Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan

keturunan melalui pernikahan yang sah”. Jadi kalau melanjutkan keturunan

melalui donor sperma orang lain yang bukan berdasarkan perkawinan yang sah

maka itu adalah pelanggaran HAM (N.D. Gadaffi, 2011).

2.8.5. Segi Agama Islam

Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan Islam termasuk

masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya seara spesifik di

dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun.

Oleh karena itu, kalau masalah ini hendak dikaji menurut Hukum Islam, maka

harus dikaji dengan memakai metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli

ijtihad (mujtahidin), agar dapat ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip

dan jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum Islam.

Namun, kajian masalah inseminasi buatan ini seyogyanya menggunakan

pendekatan multidisipliner oleh para ulama dan cendikiawan muslim dari berbagai

disiplin ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh kesimpulan hukum yang benar-

benar proporsional dan mendasar. Misalnya ahli kedokteran, peternakan, biologi,

hukum, agama dan etika.

Masalah inseminasi buatan ini sejak tahun 1980-an telah banyak

dibicarakan di kalangan Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Misalnya Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam Muktamarnya tahun 1980,

mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor sebagaimana diangkat oleh

Panji Masyarakat edisi nomor 514 tanggal 1 September 1986. Lembaga Fiqih

Islam Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di Amman tahun 1986

mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor atau ovum, dan membolehkan

pembuahan buatan dengan sel sperma suami dan ovum dari isteri sendiri. Vatikan

secara resmi tahun 1987 telah mengecam keras pembuahan buatan, bayi tabung,

ibu titipan dan seleksi jenis kelamin anak, karena dipandang tak bermoral dan

bertentangan dengan harkat manusia. Mantan Ketua IDI, dr. Kartono Muhammad

19

Page 20: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

juga pernah melemparkan masalah inseminasi buatan dan bayi tabung. Ia

menghimbau masyarakat Indonesia dapat memahami dan menerima bayi tabung

dengan syarat sel sperma dan ovumnya berasal dari suami-isteri sendiri.

Dengan demikian, mengenai hukum inseminasi buatan dan bayi tabung

pada manusia harus diklasifikasikan persoalannya secara jelas. Bila dilakukan

dengan sperma atau ovum suami isteri sendiri, baik dengan cara mengambil

sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina, tuba palupi atau uterus

isteri, maupun dengan cara pembuahannya di luar rahim, kemudian buahnya

(vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri; maka hal ini dibolehkan, asal

keadaan suami isteri tersebut benar-benar memerlukan inseminasi buatan untuk

membantu pasangan suami isteri tersebut memperoleh keturunan. Hal ini sesuai

dengan kaidah ‘al hajatu tanzilu manzilah al dharurat’ (hajat atau kebutuhan yang

sangat mendesak diperlakukan seperti keadaan darurat).

Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor

sperma dan ovum, maka diharamkan dan hukumnya sama dengan zina. Sebagai

akibat hukumnya, anak hasil inseminasi itu tidak sah dan nasabnya hanya

berhubungan dengan ibu yang melahirkannya.

2.8.6. Segi Agama Kristen

Diperbolehkan, Bayi tabung tidak dipermasalahkan (dari pasangan suami

istri), dengan syarat : Sperma & ovum berasal dari pasutri yang bersangkutan

sehingga tidak terjadi perzinahan. Dalam keadaan sangat terdesak dan menjaga

keharmonisan rumah tangga. Dilarang membunuh zygot.

2.8.7. Segi Agama Hindu Kaharingan

Menurut Ketut Wilamurti, S.Ag dari Parisada Hindu Dharma Indonesia

(PDHI) dan Bhikku Dhammasubho Mahathera dari Konferensi Sangha Agung

Indonesia  (KASI).

Embrio adalah mahluk hidup, sejak bersatunya sel telur dan sperma, ruh

Brahman sudah ada didalamnya, tanda-tanda kehidupan ini jelas terlihat. Karena

itu, embrio yang dihasilkan baik secara alarm" (hamil karena hubungan seks /

20

Page 21: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

tanpa menggunakan teknologi fertilisasi), dan kehamilan non alami (hamil karena

menggunakan teknologi fertilisasi; Bayi tabung) merupakan suatu hasil ciptaan

Ranying Hatalla dan hasil ciptaan manusia.

Menurut agama kaharingan program bayi tabung tidak disetujui karena

sudah melanggar ketentuan. Maksudnya sudah melanggar kewajaran Tuhan

(Ranying Hatalla) untuk menciptakan manusia. Inseminasi atau pembuahan secara

suntik bagi umat hindu dipandang tidak sesuai dengan tata kehidupan agama

hindu, karena tidak melalui ciptaan Tuhan.

Meskipun dari pasangan suami istri bayi menurut agam hindu tetap tidak

di perbolehkan karena sudah melanggar hak cipta Ranying hatala langit.

2.8.8. Segi Agama Katolik

Gereja katolik tidak mengijinkan bayi tabung. Sebab bayi tabung

merupakan teknologi fertilisasi atau Konsepsi yang dilakukan oleh para ahli. Jika

manusia mengolah bayi tabung, artinya manusia itu sudah melampaui kewajaran

atau melebihi kuasa Allah Bapa yang sudah menciptakan manusia.

Karena menurut gereja katolik pernikahan bukanlah tujuan untuk

mendapatkan anak, tetapi ada tujuan lain, yaitu untuk menyatukan seorang laki-

laki dan seorang wanita yang sudah direncanakan Tuhan. Dengan melihat janji

pernikahan menurut agama katolik, yaitu:

1.    Tidak boleh diceraikan, kecuali oleh maut.

2.      Suka

3.    Duka

4.     Miskin

5.    Kay a.

Pernikahan bukanlah untuk mendapatkan anak. Seorang anak akan

diberikan Tuhan jika calon orang tua sudah siap. Karena apa yang diberikan

Tuhan, itu semua adalah rencana-Nya, dan itu baik buat manusia.

2.8.9. Segi Agama Budha

21

Page 22: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

Dalam pandangan Agama Buddha, perkawinan adalah suatu pilihan dan

bukan kewajiban. Artinya, seseorang dalam menjalani kehidupan ini boleh

memilih hidup berumah tangga ataupun hidup sendiri. Hidup sendiri dapat

menjadi pertapa di vihara – sebagai Bhikkhu, samanera, anagarini, silacarini –

ataupun tinggal di rumah sebagai anggota masyarakat biasa.

Sesungguhnya dalam Agama Buddha, hidup berumah tangga ataupun

tidak adalah sama saja. Masalah terpenting di sini adalah kualitas kehidupannya.

Apabila seseorang berniat berumah tangga, maka hendaknya ia konsekuen dan

setia dengan pilihannya, melaksanakan segala tugas dan kewajibannya dengan

sebaik-baiknya. Orang yang demikian ini sesungguhnya adalah seperti seorang

pertapa tetapi hidup dalam rumah tangga. Sikap ini pula yang dipuji oleh Sang

Buddha. Dengan demikian, inseminasi dan bayi tabung diperbolehkan dalam

agama budha (Suryani, 2012).

2.9. Dampak Positif dan Dampak Negatif Bayi Tabung

Dampak bayi tabung tentunya memberi pengaruh pada dampak positif dan

negatif dikemudian hari yang mungkin terjadi pada ibu atau bayinya. Teknologi

bayi tabung yang dikembangkan tahun 1987-an telah memberikan kebahagian

kepada pasangan suami isteri yang sulit mendapatkan keturunan. Dengan

teknologi bayi tabung mereka dapat memperoleh keturunan.

2.9.1. Dampak positif dari teknik bayi tabung, antara lain :

1.        Memberi harapan kepada pasangan pasutri yang lambat punya anak atau

mandul.

2.        Membantu orang lain yang mengidap penyakit.

3.        Memberikan harapan bagi kesejahteraan umat manusia.

4.        Menghindari penyakit (seperti penyakit menurun/genetis, sehingga untuk

kedepan akan terlahir manusia yang sehat dan bebas dari penyakit keturunan.

5.        Menuntut manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru.

22

Page 23: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

2.9.2. Dampak negatif dari teknologi bayi tabung ini, antara lain :

1.        Munculnya persewaan rahim dan permasalahannya (menyewa rahim ibu

yang lain).

2.        Bertentangan dengan kodrat dan fitrah manusia sebagai mahluk tuhan.

3.        Kemajuan teknologi telah memperbudak manusia.

4.        Memerlukan biaya yang besar sehingga hanya dapat dijangkau oleh kalangan

tertentu.

(Anonim, 2013)

23

Page 24: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

BAB IIIPENUTUP

3.1. Kesimpulan dan Saran

3.1.1. Kesimpulan

1. Kebutuhan untuk melanjutkan keturunan adalah naluri setiap insan yang

normal. Olehkarena itu, secara naluri pula setiap insan normal akan

mencari pasangan yang sesuai bagi dirinya. Sebagai satu pasangan suami

istri yang normal, manakala keturunan yang di idamkan belum juga

diperoleh, maka keadaan ini memunculkan keraguan akan kesuburannya.

Pada masakini keraguan tersebut dapat dihilangkan setelah setelah semua

pemeriksaan yang diperlukan selesai dilakukan. Tekhnik rekayasa

reproduksi yang meliputi pembiakan gamet dan embrio invitro telah begitu

maju dan sangat jauh berkembang. Namun dibutuhkan tanggung jawab

etik berkadar tinggi dari setiap ilmuwan dan seoptimal mungkin baik bagi

pasutri maupun embriohasil pembuahan.

2. Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri dan

tidak ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain (ibu titipan)

diperbolehkan islam dengan alasan jika keadaan kondisi suami istri yang

bersangkutan benar-benar memerlukannya dan status anaknya hasil

inseminasi macam ini sah menurut islam

3. Inseminasi buatan dengan sperma atau ovum donor diharamkan (dilarang

keras) islam, bahkan hukumnya sama dengan zina dan anak yang lahir dari

hasil inseminasi macam ini statusnya sama dengan anak yang lahir diluar

perkawinan yang sah.

4. Menurut agama kristen dan budha diperbolehkan dan menurut agama

hindu kaharingan dan katholik tidak di perbolehkan.

24

Page 25: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

3.1.2. Saran

1. Teknik Pembuahan In vitro merupakan teknologi canggih dalam

perkembangan ilmu pengetahuan oleh karena itu dalam penggunaannya

sebaiknya tidak menyalahi etika agama, hukum maupun etika dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Tindakan apapun hendaknya memikirkan dahulu sebab dan akibatnya agar

tidak salah langkah.

25

Page 26: Makalah Pembuahan In Vitro.doc

26