51
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana dengan izin dan karunia-Nya sehingga penyusun masih diberikan nikmat kesehatan serta kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul tentang “Pre eklampsia dan Eklampsia” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing ibu Rahmadona, M.Keb yang telah memberikan tugas dan bimbingan sehingga dapat menambah pengetahuan serta wawasan penyusun setelah menyelesaikan tugas ini. Penyusun sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penyusun agar bisa menjadi lebih baik. Demikian makalah ini dibuat semoga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Amin. Tanjungpinang, April 2015 Penyusun 1

MAKALAH PE.docx

Embed Size (px)

Citation preview

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana dengan izin dan karunia-Nya sehingga

penyusun masih diberikan nikmat kesehatan serta kesempatan untuk menyelesaikan tugas

makalah ini yang berjudul tentang “Pre eklampsia dan Eklampsia” dalam rangka memenuhi

tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.

Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing ibu Rahmadona, M.Keb yang telah

memberikan tugas dan bimbingan sehingga dapat menambah pengetahuan serta wawasan

penyusun setelah menyelesaikan tugas ini. Penyusun sadar masih banyak kekurangan dalam

penulisan makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan

penyusun agar bisa menjadi lebih baik.

Demikian makalah ini dibuat semoga dapat menambah pengetahuan dan wawasan

kita serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Amin.

Tanjungpinang, April 2015

Penyusun

1

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3

1.1 Latar Belakang 31.2 Rumusan Masalah 41.3 Tujuan Penulisan 41.4 Metode Penulisan 5

BAB II TINJAUAN TEORI 6

2.1 Pengertian Pre eklampsia dan Eklampsia 6

BAB III PEMBAHASAN 8

3.1 Pre eklampsia 8 3.1.1 Pre eklampsia Ringan 91. Pengertian 9 2. Gejala Klinis 9 3.

Pemeriksaan dan Diagnosis 9 4. Penatalaksanaan 95. Pencegahan 11

3.1.2 Pre eklampsia Berat 11 1. Pengertian 122. Tanda dan Gejala 12 3. Penatalaksanaan 124. Pengobatan Medisinal 13 3.2 Eklampsia 16

1. Pengertian 16 2. Frekuensi 173. Tanda dan Gejala 18 4. Diagnosis 18 5.

Komplikasi 18 6. Prognosis 19 7. Pencegahan 208. Penanggulangan 209. Tindakan Obstetrik 22

BAB IV TINJAUAN KASUS 24

BAB V PENUTUP 34

3.1 Kesimpulan 34

3.2 Saran 34

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan

ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu

hamil, melahirkan dan masa nifas. Penyebab tingginya angka kematian ibu juga terutama

2

disebabkan karena faktor non medis yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, demografi serta

faktor agama. Sebagai contoh banyak kaum ibu yang menganggap kehamilan sebagai

peristiwa alamiah biasa padahal kehamilan merupakan peristiwa yang luar biasa sehingga

perhatian terhadap kesehatan ibu hamil harus diperhatikan. Rendahnya pengetahuan ibu

terhadap kesehatan reproduksi dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan juga

menjadi sebab tingginya kematian ibu selain pelayanan dan akses mendapatkan pelayanan

kesehatan yang buruk.

Ketut Sudha Berata, 2006) World Health Organization (WHO) memperkirakan

585.000 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran

dan aborsi yang tidak aman. Sekitar satu perempuan meninggal setiap menit. (WHO,

2004) Negara-negara di Asia termasuk Indonesia adalah negara dimana

warga perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat dibanding negara-negara

Barat dalam hal kematian ibu karena persalinan dan komplikasi kehamilan.

Di negara-negara yang sedang berkembang, angka kematian ibu berkisar 350 per

10.000 kematian. Angka kematian ibu di Indonesia adalah 470 per 100.000 kelahiran.

Angka yang sangat mengkhawatirkan karena meningkat dari angka yang tercatat

peda beberapa tahun sebelumnya. Pada tahun 1997, AKI mencapai 397 orang per 100.000

kelahiran yang berarti bertambah sekitar 73 orang. Dari lima juta kelahiran yang terjadi di

Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi

kehamilan atau persalinan.

Dengan kecenderungan seperti ini, pencapaian target MDG’s untuk menurunkan AKI

akan sulit bisa terwujud kecuali apabila dilakukan upaya yang lebih intensif

untuk mempercepat laju penurunannya. Data menunjukkan sebagian besar kematian

terjadi pada masyarakat miskin dan mereka yang tinggal jauh dari rumah sakit. Penyebab

kematian ibu yang utama adalah perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi,

dan infeksi. Kontribusi dari penyebab kematian ibu tersebut masing-masing adalah

perdarahan 28 %, eklampsia 13 %, aborsi yang tidak aman 11%, serta sepsis 10%. Salah

satu penyebab kematian tersebut adalah pre eklampsia dan eklampsia yang bersama

infeksi dan pendarahan, diperkirakan mencakup 75-80 % dari keseluruhan kematian

maternal. Kejadian preeklampsi-eklampsi dikatakan sebagai masalah kesehatan

masyarakat apabila CFR PE-E mencapai 1,4%-1,8%. (Zuspan F.P, 1978 dan

Arulkumaran, 1995). Penelitian yang dilakukan Soedjonoes pada tahun 1983 di 12 RS

pendidikan di Indonesia, didapatkan kejadian PE-E 5,30% dengan kematian perinatal

10,83 perseribu (4,9 kali lebih besar di banding kehamilan normal).

3

Sedangkan berdasarkan penelitian Lukas dan Rambulangi tahun 1994, di dua RS

pendidikan di Makassar insidensi preeklampsia berat 2,61%, eklampsia 0,84% dan angka

kematian akibatnya 22,2%. Target penurunan angka kematian ibu menjadi 124 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 tidak mudah tercapai mengingat sistem

pelayanan obsentri emergensi masih lemah. Akhirnya yang harus diingat dari informasi

diatas adalah sesungguhnya masalah kematian ibu bukanlah masalah ibu sendiri akan

tetapi merupakan masalah internasional dimana setiap negara seharusnya memiliki

tanggung jawab untuk menanggulangi dan mencegah kematian ibu.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini yaitu :

1. Apa yang dapat kita ketahui tentang pre eklampsia dan eklampsia ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui pre eklampsia dan eklampsia

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian pre eklampsia ringan

2. Untuk mengetahui gejala klinis pre eklampsia ringan

3. Untuk mengetahui pemeriksaan dan diagnosis pre eklampsia ringan

4. Untuk mengetahui penatalaksanaan pre eklampsia ringan

5. Untuk mengetahui pencegahan pre eklampsia ringan

6. Untuk mengetahui pengertian pre eklampsia berat

7. Untuk mengetahui tanda dan gejala pre eklampsia berat

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pre eklampsia berat

9. Untuk mengetahui pengobatan medisinal pre eklampsia berat

10. Untuk mengetahui pengertian eklampsia

11. Untuk mengetahui frekuensi eklampsia

12. Untuk mengetahui tanda dan gejala eklampsia

13. Untuk mengetahui diagnosis eklampsia

14. Untuk mengetahui komplikasi eklampsia

15. Untuk mengetahui prognosis eklampsia

16. Untuk mengetahui pencegahan eklampsia

17. Untuk mengetahui penanggulangan eklampsia

4

18. Untuk mengetahui tindakan obstetrik eklampsia

1.4 Metode Penulisan

Kajian pustaka dilakukan dengan mencari literature di internet dan buku-buku panduan.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Pre eklampsia dan Eklampsia

1. Pre eklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai

dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang

5

terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.

(Manuaba, 1998).

2. Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan

nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menunjukkan

tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya

biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih. (Rustam Muctar,

1998).

3. Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat

kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.

(Mansjoer, 2000).

4. Pre eklamsia dan eklamsia merupakan kumpulan kumpulan gejala yang timbul pada

ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : proteinuri, hipertensi,

dan edema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak

menunjukkan tanda-tanda kelainan-kelainan vaskular atau hipertensi sebelumnya.

(Mochtar, 2007).

5. Pre eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria, dan edema

yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke tiga

pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa.

(Prawirohardjo, 2005 yang dikutip oleh Rukiyah, 2010).

6. Pre eklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,

edema, dan proteinuria. (Kamus Saku Kedokteran Dorland).

7. Pre eklampsi menurut para ahli dapat di dikumpulkan sebagai berikut : pre eklampsi

adalah sindrom spesifik-kehamilan, yang terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan,

berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel (WHO,

2001, dan Cunningham, 2011). Pre eklampsi adalah kondisi khusus dalam kehamilan,

ditandai dengan peningkatan tekanan darah (TD) dan proteinuria (Chapman, 2006).

Preeklampsi merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan

dalam masa nifas yang terdiri dari trias; hipertensi, proteinuri, dan edema.

8. Pre eklampsia adalah gangguan multisistem yang bersifat spesifik terhadap kehamilan

dan masa nifas, lebih tepatnya, penyakit ini merupakan penyakit plasenta karena juga

terjadi pada kehamilan dimana trofoblas tapi tidak ada jaringan janin (kehamilan mola

komplet). (Obstetri dan Ginekologi, Errol Norwits, 2007).

6

9. Eklampsia adalah preklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan

akibat dari kelainan neurologi. (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 : 310 ; 1999).

10. Eklampsia berasal dari bahasa yunani dan berarti “Halilintar”. Kata tersebut dipakai

karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului

oleh tanda-tanda lain.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pre Eklampsia

Pre eklampsia adalah peningkatan tekananan darah yang baru timbul setelah usia

kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat

7

akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di

dalam urine atau proteinuria.. (Fadlun, 2013).

Gambar 1. Penilaian klinik kehamilan dengan hipertensi

3.1.1 Pre Eklampsia Ringan

1. Pengertian

Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria

dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah

persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada

penyakit trofoblas.

8

Tekanan Darah

MENINGKAT(Tekanan Darah > 140/90 mmHg)

Gejala/TandaNyeri kepala dan/atau gangguan penglihatan dan/atau hiperrefleksia dan/atau proteinuria

dan/atau koma

Hamil > 20 minggu

Kejang (-) Kejang (+)

Hipertensi Preeklamsia ringan

Eklamsia

Preeklamsia berat

2. Gejala Klinis

Gejala klinis preeklampsia ringan meliputi :

a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau

lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau

lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastol 90 mmHg

sampai kurang 110 mmHg.

b. Proteinuria secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara

kualitatif positif 2 (+2).

c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.

3. Pemeriksaan dan Diagnosis

a. Kehamilan lebih 20 minggu.

b. Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2

kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama

dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit).

c. Edema tekan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah

atau tungkai.

d. Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++).

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklampsia ringan :

a. Banyak istirahat (berbaring tidur /miring).

b. Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

c. Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg

per oral selama 7 hari.

d. Roborantia.

e. Kunjungan ulang setiap 1 minggu.

f. Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine

lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.

Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklampsia ringan berdasarkan

kriteria :

9

a. Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya

perbaikan dari gejala-gejala pre eklampsia.

b. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali

berturut-turut (2 minggu).

c. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia berat :

1. Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka pre

eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat.

2. Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1

minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat

selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan

dengan perawatan rawat jalan.

Perawatan obstetri pasien pre eklampsia ringan :

a. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)

1) Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan

ditunggu sampai aterm.

2) Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama

perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37

minggu atau lebih.

b. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)

Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau

dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal

persalinan.

c. Cara persalinan

Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek

kala II.

5. Pencegahan

1. Non-medis

a. Restriksi garam : tidak terbukti dapat mencegah terjadinya pre

eklampsia.

10

b. Suplementasi diet yang mengandung hal-hal berikut ini.

Minyak ikan yang kaya akan dengan asam lemak tidak jenuh,

misalnya omega-3 PUFA.

Antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, β-carotene, CoQ10, N-

Acetylcysteine, asam lipotik.

Elemen logam berat seperti zinc, magnesium, kalsium.

c. Tirah baring tidak terbukti untuk mencegah terjadinya pre eklampsia

dan mencegah persalinan preterm.

2. Medis

a. Diuretika : tidak terbukti mencegah terjadinya pre eklampsia bahkan

memperbesar hypovolemia.

b. Anti-hipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya pre eklampsia.

c. Kalsium 1.500 – 2.000 mg/hari.

d. Magnesium 365 mg/hari.

e. Zinc 200 mg/hari.

f. Obat anti trombotik :

1) Aspirin dosis rendah : rata-rata dibawah 100 mg/hari. Tidak

terbukti mencegah pre eklampsia.

2) Dipyridamole.

3) Obat-obatan antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, β-carotene,

CoQ10, N-Acetylcysteine, asam lipotik.

3.1.2 Pre Eklampsia Berat

1. Pengertian

Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai

dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria

dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

11

2. Tanda dan Gejala

1. Tekanan darah sistolik >160 mmHg.

2. Tekanan darah diastolik > 110 mmHg.

3. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus.

4. Trombosit <100.000/mm3.

5. Oliguria <400 ml/24 jam.

6. Proteinuria > 3 gr/liter.

7. Nyeri epigastrum.

8. Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat.

9. Perdarahan retina.

10. Odem pulmonum.

Penyulit lain juga bisa terjadi yaitu, kerusakan organ-organ tubuh seperti :

1. Gagal jantung.

2. Gagal ginjal.

3. Gangguan fungsi hati.

4. Gangguan pembekuan darah.

5. Sindroma HELLP.

6. Bahkan dapat terjadi kematian pada janin, ibu, atau keduanya, apabila pre

eklampsia tidak segera diatasi dengan baik dan benar.

3. Penatalaksanaan

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre

eklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :

a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah

pengobatan medisinal.

Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita

dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST & USG).

a. Indikasi (salah satu atau lebih)

1) Ibu

a. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih.

b. Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia,

kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan

12

meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam

perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada

perbaikan).

2) Janin

a. Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)

b. Adanya tanda IUGR

3) Laboratorium

a. Adanya “HELLP syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi

hepar, trombositopenia).

b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah

pengobatan medisinal.

1) Indikasi : Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai

tanda-tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.

2) Pengobatan medisinal : Sama dengan perawatan medisinal pada

pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan

intravenous, cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri

dan 4 gram pada bokong kanan.

3) Pengobatan obstetri :

a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti

perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.

b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre

eklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.

c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan

medisinal gagal dan harus diterminasi.

d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih

dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.

4) Penderita dipulangkan bila :

a. Penderita kembali ke gejala-gejala/tanda-tanda pre eklampsia

ringan dan telah dirawat selama 3 hari.

b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia

ringan : penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre

eklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).

4. Pengobatan Medisinal

13

Pengobatan medisinal pasien pre eklampsia berat yaitu :

a. Segera masuk rumah sakit.

b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit,

refleks patella setiap jam.

c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125

cc/jam) 500 cc.

d. Antasida.

e. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

f. Pemberian obat anti kejang yaitu magnesium sulfat

g. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah

jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40

mg/IM.

h. Antihipertensi diberikan bila :

1) Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg

atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan

diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan

menurunkan perfusi plasenta.

2) Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.

3) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan

obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi.

Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press

disesuaikan dengan tekanan darah.

4) Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet

antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5

kali.

5) Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama

mulai diberikan secara oral. (Syakib Bakri, 1997).

i. Kardiotonika

Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan

digitalisasi cepat dengan cedilanid D.

j. Lain-lain :

1) Konsul bagian penyakit dalam/jantung, mata.

14

2) Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih 38,5ºC dapat

dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau

xylomidon 2 cc IM.

3) Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1 gr/6

jam/IV/hari.

4) Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi

uterus.

Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-

lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.

k. Pemberian magnesium sulfat

Cara pemberian magnesium sulfat :

1) Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20% dalam 20 cc) selama 1

gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit).

Diikuti segera 4 gr di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40%

dalam 10 cc) dengan jarum nomor 21 panjang 3,7 cm. Untuk

mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak

mengandung adrenalin pada suntikan IM.

2) Dosis ulangan : diberikan 4 gram IM 40% setelah 6 jam pemberian

dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana

pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.

3) Syarat-syarat pemberian MgSO4

a. Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram

(10% dalam 10 cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.

b. Refleks patella positif kuat.

c. Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.

d. Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5

cc/kgBB/jam).

4) MgSO4 dihentikan bila :

a. Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks

fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP,

kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena

kelumpuhan otot-otot pernapasan karena ada serum 10 U

magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks

fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq

15

terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter

terjadi kematian jantung.

b. Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat

1) Hentikan pemberian magnesium sulfat.

2) Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc)

secara IV dalam waktu 3 menit.

3) Berikan oksigen.

4) Lakukan pernapasan buatan.

c. Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca

persalinan sudah terjadi perbaikan (normotensif).

l. Pengobatan obstetrik

a. Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu

1) Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5

atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.

2) Seksio sesaria bila :

a) Fetal assesment jelek.

b) Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari

5) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.

c) 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase

aktif. Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan

terminasi dengan seksio sesaria.

b. Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu

Kala I

1) Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio

sesaria.

2) Fase aktif :

a. Amniotomi saja.

b. Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap

maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan

oksitosin).

Kala II

Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan

partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-

16

kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada

kehamilan 32 minggu atau kurang, bila keadaan memungkinkan

terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.

3.2 Eklampsia

1. Pengertian

Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti “halilintar”. Kata

tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba

tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada

umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda-tanda pre

eklampsia. Pada wanita yang menderita pre eklampsia timbul serangan kejangan yang

diikuti oleh koma. Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia

gravidarum, eklampsia parturientum, dan eklampsia puerperale. Perlu dikemukakan

bahwa eklampsia gravidarum seringkali persalinan mulai tidak lama kemudian.

Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului oleh pre ekalmpsia,

tampak pentingnya pengawasan antenatal dan teratur, sebagai usaha untuk mencegah

timbulnya penyakit itu.

2. Frekuensi

Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu negara dan yang lain. Frekuensi

rendah pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal

yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup, dan penanganan pre

eklampsia yang sempurna.

Di negara-negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara

0,3%-0,7%, sedang di negara-negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05% -

0,1%.

3. Gejala dan Tanda

Pada umunya kejangan didahului oleh makin memburuknya pre eklampsia dan

terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual

17

keras, nyeri di epigastrium, dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan

tidak segera diobati akan timbul kejangan, terutama pada persalinan bahaya ini besar.

Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yakni :

1. Tingkat awal atau aura. Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik. Mata

penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya,

dan kepala di putar ke kanan atau ke kiri.

2. Kemudian timbul tingkat kejangan tonik yang berlangsung kurang lebih 30 detik.

Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan

menggenggam, dan kaki membengkok ke dalam. Pernapasan berhenti, muka

mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.

3. Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejangan klonik yang berlangsung

antara 1–2 menit. Spasmsus tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan

berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah

dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut keluar ludah yang berbusa,

muka menunjukkna kongesti, dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar.

Kejangan klonik ini dapat demikian hebatnya sehingga penderita dapat jatuh dari

tempat tidurnya. Akhirnya, kejangan tehenti dan penderita menarik napas secara

mendengkur.

4. Sekarang ia memasuki tingkat koma. Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama.

Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula

bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan yang berulang, sehingga ia tetap

dalam koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu

meningkat sampai 40ºC. Sebagai akibat serangan dapat terjadi komplikasi-

komplikasi seperti (1) lidah tergigit, perlukaan dan fraktura, (2) gangguan

pernapasan, (3) solusia plasenta, dan (4) perdarahan otak.

4. Diagnosis

Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan adanya

tanda dan gejala pre eklampsia yang disusul oleh serangan kejangan seperti telah

diuraikan, maka diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan. Walaupun demikan,

eklampsia harus dibedakan dari (1) epilepsi, dalam anamnesis diketahui adanya

serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dan tanda pre eklampsia tidak ada, (2)

kejangan karena obat anastesia, apabila obat anastesia lokal tersuntikkan ke dalam

18

vena, dapat timbul kejangan, (3) koma karena sebab lain, seperti diabetes,

perdarahan otak, meningitis, ensefalitis, dan lain-lain.

5. Komplikasi

Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah

melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia.

Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat dan

eklampsia.

1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita

hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre eklampsia. Di Rumah Sakit Dr.

Cipto Mangunkusumo 15,5% solusio plasenta disertai pre eklampsia.

2. Hipofibrinogenemia. Pada pre eklampsia berat Zuspan (1978) menemukan 23%

hipofibrinogenemia, maka dari itu penulis menganjurkan pemeriksaan kadar

fibrinogen secara berkala.

3. Hemolisis. Penderita dengan pre eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan

gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan

pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah

merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita

eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.

4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab uatam kematian

maternal penderita eklampsia.

5. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung

sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang tejadi pada retina,

hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.

6. Edema paru-paru. Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69

kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena payah jantung.

7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre eklampsia-eklampsia merupakan

akibat vasopasmus ateriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia,

tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat

diketahui dengan pemeriksaan faal hati , terutama penentuan enzim-enzimnya.

8. Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet.

9. Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu

pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur

lainnya. Kelainan yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

19

10. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-

kejang pneumonia aspirasi, dan DIC (disseminated intrvascular coogulation.)

11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.

6. Prognosis

Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang

meminta korban besar dari ibu dan bayi. Dari berbagai pengumuman, diketahui

kematian ibu berkisar antara 9,8% -25,5% sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi

yakni 42,2% - 48,9%. Sebaliknya, kematian ibu dan bayi di negara maju lebih kecil.

Tingginya kematian ibu dan anak di negara-negara yang kurang maju disebabkan

oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal, penderita-penderita

eklampsia sering terlambat mendapat pengobatan yang tepat. Kematian ibu biasanya

disebabkan oleh perdarahan otak, dekompensasio kordis dengan edema paru-paru,

payah-ginjal, dan masuknya isi lambung ke dalam jalan pernapasan waktu kejangan.

Sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia intrauterin dan prematuritas.

Berlawanan dengan yang sering diduga, pre eklampsia dan eklampsia tidak

menyebabkan hipertensi menahun. Oleh penulis-penulis tersebut ditemukan bahwa

pada penderita yang mengalami eklampsia pada kehamilan pertama, frekuensi

hipertensi 15 tahun kemudian atau lebih tidak lebih tinggi daripada mereka yang

hamil tanpa eklampsia

7. Pencegahan

Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah, atau frekuensinya

dikurangi. Usaha-usaha untuk menurunkan frekuensi eklampsia terdiri atas :

1) Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar

semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda.

2) Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre eklampsia dan mengobatinya

segera apabila ditemukan.

3) Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas

apabila setelah dirawat tanda-tanda pre eklampsia tidak juga dapat dihilangkan.

8. Penanggulangan

20

Tujuan utama pengobatan eklampsia ialah menghentikan berulangnya

serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman

setelah keadaan ibu mengizinkan.

Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat penting bagi penanganan

penderita eklampsia sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Pada pengangkutan ke

rumah sakit diperlukan obat penenang yang cukup untuk menghindarkan timbulnya

kejangan penderita dalam hal ini dapat diberikan diazepam 20 mg 1M. Selain itu,

penderita harus disertai seorang tenaga yang terampil dalam resusitasi dan yang

dapat mencegah terjadinya truma apabila terjadi serangan kejangan. Tujuan pertama

pengobatan eklampsia ialah menghentikan kejangan mengurangi vasopasmus, dan

meningkatkan diuresis. Dalam hal itu, pertolongan pertolongan yang perlu diberikan

jika timbul kejangan ialah mempertahankan jalan pernapsan bebas, menghindarkan

tergigitnya lidah, pemberian oksigen, dan menjaga agar penderita tidak mengalami

trauma. Untuk menjaga jangan sampai terjadi kejangan lagi yang selanjutnya

mempengaruhi gejala-gejala lain, dapat diberikan beberapa obat, misalnya :

1. Sodium pentothal sangat berguna untuk menghentikan kejangan dengan segera

bila diberikan secara intravena. Akan tetapi, obat ini mengandung bahaya yang

tidak kecil. Mengingat hal ini, obat itu hanya dapat diberikan di rumah sakit

dengan pengawasan yang sempurna dan tersedianya kemungkinan untuk

intubasi dan resusitasi. Dosis inisial dapat diberikan sebanyak 0,2-0,3 g dan

disuntikkan perlahan-lahan.

2. Sulfas magnesicus yang mengurangi kepekaan saraf pusat pada hubungan

neuromuskuler tanpa mempengaruhi bagian lain dari susunan saraf. Obat ini

menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, meningkatkan diuresis,

dan menambah aliran darah ke uterus. Dosisi inisial yang diberikan ialah 8 g

dalam larutan 40% secara intramuskulus, selanjutnya tiap 6 jam 4 g, dengan

syarat bahwa refleks patella masih positif, pernapasan 16 atau lebih permenit,

diuresis harus melebihi 600 ml per hari, selain intramuskulus, sulfas magnesikus

dapat diberikan secara intravena, dosis inisial yang diberikan ialah 4 g 40%

MgSO4 dalam larutan 10 ml intravena secara perlahan-lahan, didikuti 8 g IM

dan selalu disediakan kalsium glukonas 1 g dalam 10 ml sebagai antidotum.

3. Lytic cocktail yang terdiri atas petidin 100 mg, klorpromazin 100 mg, dan

prometazin 50 mg dilarutkan dalam glukosa 5% 500 ml dan diberikan secara

infus intravena. Jumlah tetesan disesuaikan dengan keadaan dan tensi penderita.

21

Maka dari itu, tensi dan nadi diukur tiap 5 menit dalam waktu setengah jam

pertama dan bila keadaaan sudah stabil, pengukuran dapat dijarangkan menurut

menurut keadaan penderita.

Disini ditekankan bahwa pemberian obat-obat tersebut disertai dengan

pengawasan yang teliti dan terus-menerus. Jumlah dan waktu pemberian obat

disesuaikan dengan keadaan penderita pada tiap-tiap jam demi keselamatannya dan

sedapat-dapatnya juga demi keslamatan janin dalam kandungan.

Sebelum diberikan obat penenang yang cukup, maka penderita eklampsia harus

dihindarkan dari semua rangsang yang dapat menimbulkan kejangan, seperti

keributan, injeksi, atau pemeriksaan dalam.

Penderita dirawat dalam kamar isolasi yang tenang, tekanan darah, nadi,

pernapasan dicatat tiap 30 menit pada suatu kertas grafik, suhu dicatat tiap jam

secara rektal. Bila penderita belum melahirkan, dilakukan pemeriksaan obstetrik

untuk mengetahui saat permulaan atau kemajuan persalinan. Untuk melancarkan

pengeluaran sekret dari jalan pernapasan penderita koma, penderita dibaringkan

dalam letak trendelenburg dan selanjutnya dibalikkan ke sisi kiri dan kanan tiap jam

untuk menghindarkan dekubitus. Alat penyedot disediakan untuk membersihkan

jalan pernapasan, dan oksigen diberikan pada sianosis. Dauer catheter dipasang

untuk mengetahui diuresis dan untuk mengetahui protein dalam air kencing secara

kuantitatif. Balance cairan harus diperhatikan dengan cermat. Pemberian cairan

disesuaikan dengan jumlah diuresis dan air yang hilang melalui kulit dan paru-paru,

pada umumnya dalam 24 jam diberikan 2000 ml. balance cairan dinilai dan

disesuaikan tiap 6 jam.

Kalori yang adekuat diberikan untuk menghindarkan katabolismus jaringan

dan asidosis. Pada penderita koma atau kurang sadar pemberian kalori diberikan

dengan infus dekstran, glukosa 10%, atau larutan asam amino, seperti aminofusin.

Cairan yang terakhir ini, selain mengandung kalori cukup, juga berisi asam amino

yang diperlukan.

9. Tindakan Obstetrik

Setelah kejangan dapat diatasi dan keadaan umum penderita diperbaiki, maka

direncanakan untuk mengakhiri kehamilan atau mempercepat persalinan dengan cara

22

yang aman. Apakah pengakhiran kehamilan dilakukan dengan seksio sesarea atau

dengan induksi persalinan per vaginam, hal tersebut tergantung dari banyak faktor,

seperti keadaan serviks, komplikasi obstetrik, paritas, adanya ahli anastesia, dan

sebagainya.

Persalinan per vaginam merupakan cara yang paling baik dapat dilaksanakan

cepat tanpa banyak kesulitan. Pada eklampsia gravidarum perlu diadakan induksi

dengan amniotomi dan infus pitosin, setelah penderita bebas dari serangan kejangan

selama 12 jam dan keadaan serviks mengizinkan. Tetapi, apabila serviks masih

lancip dan tertutup terutama pada primigravida, kepala janian masih tinggi, atau ada

persangkaan disproporsi sefalopelvik, sebaiknya dilakukan seksio sesarea.

Jika persalinan sudah mulai pada kala I, dilakukan amniotomi untuk

mempercepat partus dan bila syarat-syarat telah dipenuhi, dilakukan ekstraksi vakum

atau cunam.

Pilihan anasteisa untuk mengakhiri persalinan pada eklampsia tergantung dari

keadaan umum penderita dan macam obat sedativa yang telah dipakai. Keputusan

tentang hal ini sebaiknya dilakukan oleh ahli anastesia. Anasteisa lokal dapat dipakai

bila sedasi sudah berat. Anastesia spinal dapat menyebabkan hipotensi yang

berbahaya pada eklampsia jadi sebaiknya jangan dipergunakan.

Pengalaman menunjukkan bahwa penderita eklampsia tidak seberapa tahan

terhadap perdarahan postpartum atau trauma obstetrik, keduanya dapat menyebabkan

syok. Maka dari itu, semua tindakan obstetrik harus dilakukan seringan mungkin,

dan selalu disediakan darah. Egometrin atau metergin boleh diberikan pada

perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri, tetapi jangan diberikan

secara rutin tanpa indikasi.

Setelah kelahiran, perawatan dan pengobatan intensif diteruskan untuk 48 jam.

Bila tekanan darah turun, maka pemberian obat penenang dapat dikurangi setelah 24

jam postpartum untuk kemudian lambat dihentikan. Biasanya diuresis bertambah 24-

48 jam setelah kelahiran dan edema serta proteinuria berkurang.

BAB IV

TINJAUAN KASUS

23

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER II PATOLOGIS

Ny. G G1P0A0H0 UMUR 24 TAHUN UK 22 MINGGU

DI BPM Ny. Y SLEMAN-YOGYAKARTA

No. Register : 150313

Masuk BPM tanggal / jam : 11 Januari 2013/09.30 WIB

Dirawat diruang : -

I. PENGKAJIAN Tgl : 11-01-2013, Jam : 09.30 WIB, Oleh : Bidan Y

A. BIODATA

Ibu Suami

Nama : Ny. G Tn. S

Umur : 24 tahun 28 tahun

Agama : Islam Islam

Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMU S1

Pekerjaan : Swasta PNS

Alamat : Jl. Raya Tajem, Maguwoharjo Jl. Raya Tajem, Maguwoharjo

No. Telp : 085333123456 082145456789

B. DATA SUBYEKTIF

1) Alasan kunjungan

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.

2) Keluhan utama

24

Ibu mengatakan sudah dua hari ini kaki dan tangannya bengkak, ibu merasa sering

pusing, sakit kepala bagian depan, terkadang pandangannya kabur, serta perut ibu

terasa sakit.

3) Riwayat menstruasi

Menarche : 15 tahun Siklus : 28 hari

Lama : 5 hari Teratur : Ya

Sifat darah : Encer Keluhan : Tidak ada

4) Riwayat pernikahan

Status pernikahan : Kawin (Sah) Menikah ke : Pertama

Lama : 3 tahun Usia menikah pertama : 21 Tahun

5) Riwayat obstetrik: G1P0A0H0

Hamil

ke-

Persalinan Nifas

Tgl UK Jenis Penolong Komplikasi JK BB Lahir Laktasi Komplikasi

Ini

6) Riwayat kontrasepsi yang digunakan

No

.

Jenis

Kontrasepsi

Pasang Lepas

Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl. Oleh Tempat Alasan

- - - - - - - - - -

7) Riwayat kehamilan sekarang

a. HPHT : HPL :

b. ANC pertama umur kehamilan : 8 minggu

c. Kunjungan ANC

1) Trimester I

Frekuensi : 2 kali Tempat : BPM Oleh : Bidan

Keluhan : Mual-mual Terapi : B6 (2x1)

25

2) Trimester II

Frekuensi : 2 kali Tempat : BPM Oleh : Bidan

Keluhan : Sering pusing dan terkadang pandangannya kabur

Terapi : Tablet Fe (1x1) dan asam folat (1x1)

3) Trimester III

Frekuensi : - Tempat : - Oleh : -

Keluhan : - Terapi : -

d. Imunisasi TT

TT I Caten (12-10-2009).

e. Pergerakan janin selama 12 jam (dalam sehari)

Ibu mengatakan merasakan gerakan janinnya lebih dari 10x dalam sehari.

8) Riwayat kesehatan

a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahun) Ibu

mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular seperti TBC,

Hepatitis, PMS. Ibu mengatakan sedang menderita penyakit menurun yaitu

hipertensi. Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menahun

seperti asma dan jantung.

b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan

menahun). Ibu mengatakan keluarga tidak pernah/sedang menderita penyakit

menular seperti TBC Hepatitis, PMS. Ibu mengatakan dalam keluarga ada

riwayat penyakit menurun yaitu hipertensi (ayah). Ibu mengatakan keluarga

tidak pernah/sedang menderita penyakit menahun seperti asma dan jantung.

c. Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suami tidak ada riwayat

keturunan kembar.

d. Riwayat operasi

Ibu mengatakan tidak pernah operasi SC, atau usus buntu.

e. Riwayat alergi obat

Ibu mengatakan tidak ada alergi obat antibiotic (amoxicicilin).

26

9) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a. Pola nutrisi Sebelum hamil Saat hamil

Makan

Frekuensi : 3x/hari 4x/hari

Porsi : 1 piring 1-2 piring

Jenis : Nasi, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk, buah

Pantangan : Tidak ada Tidak ada

Keluhan : Tidak ada Tidak ada

Minum

Frekuensi : 7x/hari 8x/hari

Porsi : 1 gelas 1 gelas

Jenis : Air putih Air putih, susu

Pantangan : Tidak ada Tidak ada

Keluhan : Tidak ada Tidak ada

b. Tidur malam

Lama : 8 jam/hari 8 jam/hari

Keluhan : Tidak ada Tidak ada

c. Personal hygiene

Mandi : 2x/hari 2x/hari

Ganti pakaian : 2x/hari 2x/hari

Gosok gigi : 2x/hari 2x/hari

Keramas : 4x/minggu 4x/minggu

d. Pola seksualitas

Frekuensi : 3x/minggu 3x/minggu

Keluhan : Tidak ada Tidak ada

e. Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, olah raga)

Ibu mengatakan sebelun dan selama hamil ia tetap melakukan pekerjaan

rumah tangga dan bekerja di luar rumah sebagai karyawan salon kecantikan.

f. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman

beralkohol)

Ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum jamu dan minuman beralkohol.

g. Psikososiospiritual (penerimaan ibu/suami/keluarga terhadap kehamilan,

dukungan sosial, perencanaan persalinan, pemberian ASI, perawatan bayi,

kegiatan ibadah, kegiatan sosial, dan persiapan keuangan ibu

27

1. Ibu mengatakan sangat bahagia dengan kehamilan ini karena merupakan

kehamilan yang pertama.

2. Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat menerima dan mendukung

kehamilan ini karena kehamilan ini sangat diharapkan dan didamba-

dambakan.

3. Ibu mengatakan masyarakat menerima kehamilan ini karena dari

perkawinan yang sah.

4. Ibu mengatakan hubungannya dengan suami dan keluarga baik-baik saja.

5. Ibu mengatakan taat beribadah (sholat 5 waktu).

6. Ibu mengatakan selalu mengikuti arisan ibu-ibu setiap bulan.

7. Ibu mengatakan pendapatan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

h. Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan, dan laktasi)

Ibu mengatakan cukup paham dengan kehamilan yang ia peroleh dari orang

tuanya maupun bidan tetapi persalinan dan laktasi kurang begitu paham karena

ia hanya membaca dari beberapa artikel dan majalah kehamilan.

i. Lingkungan yang berpengaruh (sekitar rumah dan hewan peliharaan)

1) Ibu mengatakan ia tinggal serumah dengan suami dan mertuanya.

2) Ibu mengatakan lingkungannya cukup bersih.

3) Ibu mengatakan tidak ada hewan peliharaan dirumah.

C. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Composmentis

Status emosional : Stabil

Tanda vital sign

Tekanan darah : 170/110mmHg Nadi : 89x/menit

Pernapasan : 24 /menit Suhu : 37,1 0ºC

BB sebelum hamil : 60 kg

BB 3 hari yang lalu : 68 kg

BB saat ini : 74 kg

Tinggi badan : 158 cm

28

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Kulit kepala bersih, tidak ada massa atau benjolan dan tidak nyeri tekan.

b. Rambut

Hitam, pendek, tidak rontok.

c. Muka

Bulat, wajah pucat, terdapat cloasama gravidarum, tidak ada bekas luka dan

terdapat oedema.

d. Mata

Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis maupun tanda-tanda

infeksi.

e. Hidung

Mancung, ada secret, tidak ada polip maupun tanda-tanda infeksi.

f. Mulut

Bibir lembab, gigi bersih, gusi merah muda, tidak caries, lidah bersih, tidak

ada stomatitis dan tidak ada pembesaran tonsil.

g. Telinga

Simetris, tidak ada serumen dan tidak ada gangguan pendengaran.

h. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan jugularis tidak ada

nyeri tekan maupun nyeri telan.

i. Dada

Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing dan bunyi jantung

normal.

j. Payudara

Simetris, puting susu menonjol, hiperpigmentasi areola, tidak ada

massa/benjolan dan tidak nyeri tekan.

k. Abdomen

Sudah ada pembesaran, ada striae alba dan linea nigra, tidak ada bekas luka

atau operasi.

l. Palpasi leopold

Leopold I : Ballottement

Leopold II-IV : Belum dapat dilakukan

29

m. Osborn test : Tidak dilakukan

n. TFU menurut Mc. Donald : 2 jari di atas pusat TBJ : -

o. Auskultasi DJJ : 121x/mnt

p. Ekstremitas atas

Simetris, jari lengkap, aktif, ada oedema dan LILA 28 cm.

q. Ekstremitas bawah

Simetris, jari lengkap, aktif, ada oedema, tidak ada varises.

r. Genetalia luar

Tidak ada secret, varises (-), pembesaran kelenjar bartolini (-), darah (-).

s. Anus

Tidak haemorroid.

t. Pemeriksaan panggul (bila perlu)

Tidak dilakukan

3. Pemeriksaan penunjang

Tanggal : 11-01-2013, Jam : 09.30 WIB

A. Protein urine : +2

B. HB : 11,6 gr%

II. INTERPRESTASI DATA

a. Diagnosa Kebidanan

Ny. G G1P0A0H0 umur 24 tahun, UK 22 minggu dengan pre-eklamsia berat.

1. Data subjektif

a. Ibu mengatakan namanya Ny. Gelfy Adfitri

b. Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama dan belum pernah keguguran

c. Ibu mengatkan umurnya 24 tahun

d. Ibu mengatkan HPHT-nya tgl : 21-08-2012

e. Ibu mengatakan sudah dua hari ini kaki dan tangannya bengkak, ibu merasa

sering pusing, sakit kepala bagian depan, terkadang pandangannya kabur, serta

perut ibu terasa sakit.

2. Data objektif

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Composmentis

Status emosional : Stabil

Tanda vital sign

30

Tekanan darah : 170/110mmHg

Nadi : 89x/menit

Pernapasan : 24 x/menit

Suhu : 37,1ºC

BB sebelum hamil : 60 kg

BB 3 hari yang lalu : 68 kg

BB : 74 kg

UK : 22 minggu

HPL : 08-05-2013

Tinggi badan : 158 cm

LILA : 28 cm

DJJ : 121x/menit

TFU : 2 jari di atas pusat

Pemeriksaan fisik : Kaki, tangan dan wajah ibu bengkak, wajah ibu pucat.

Protein urine : +2

HB : 11,6 gr%

b. Masalah

Ibu khawatir akan kesehatannya apalagi keadaan bayinya.

1. Data subjektif

Ibu mengatkan ia sangat takut jika dirinya jatuh sakit apalagi sampai harus dirawat

di Rumah Sakit karena ia tidak mungkin membiarkan merepotkan mertuanya

untuk mengerjakan rumah karena ia sudah tua. Selain itu, ia juga

mengkhawatirkan keadaan janinnya karena ini hamil pertama dan sangat

diharapkan.

2. Data objektif

Ibu terlihat cemas dan khawatir, lemah dan tidak bersemangat.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

Diagnosa potensial yang mungkin akan terjadi adalah eklampsia.

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA

Pasang infuse dengan cairan Dextrose 5% dengan kecepatan 15-20 tetes/menit

kemudian beri MgSO4 2 gr dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang

31

bergizi, serta suplemen Ca dan Mg, lebih banyak beristirahat, jangan terlalu banyak

bekerja selanjutnya berkolaborasi dengan dokter obsgyn.

V. PERENCANAAN

Tgl : 11-01-2013, Jam : 09.30WIB, Oleh : Bidan Y

1. Beri tahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan

2. Beri tahu ibu bahwa keadaannya harus segera dirujuk

3. Berikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga

4. Terapkan BAKSO KUDA

5. Berikan pertolongan segera

6. Dokumentasi

VI. PELAKSANAAN

Tgl : 11-01-2013, Jam : 09.30WIB, Oleh : Bidan Y

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaanya harus segera di tangani secara

intensif mengingat terdapat tanda dan gejala pre eklamsia berat sedangkan bayinya

masih dalam keadaan normal. Ditandai dengan :

Tekanan darah : 170/110mmHg

BB sebelum hamil : 60 kg

BB 3 hari yang lalu : 68 kg

BB : 74 kg

DJJ : 121 x/mnt

Pemeriksaan fisik : Kaki, tangan dan wajah ibu bengkak, wajah ibu pucat

Protein urine : +2

HB : 11,6 gr%

2. Memberitahu ibu bahwa keadaanya harus segera dirujuk untuk memperoleh

perawatan yang intensif dan optimal dari tenaga medis yang lebih yaitu di rumah sakit

yang memiliki fasilitas yang memadai.

3. Memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga dengan cara meyakinkan

ibu dan keluarga bahwa perawatan medis yang ditangani oleh dokter ahli akan lebih

baik karena peralatan dan sarana prasarana yang tersedia juga lengkap dan memadai

sehingga komplikasi yang mungkin akan terjadi pada ibu dan janinnya dapat

ditangani, selain itu menyarankan keluarga untuk tetap tenang dan selalu mendukung

ibu dengan cara berdoa.

32

4. Menerapkan BAKSOKUDA dalam tindakan merujuk yaitu menyertakan bidan untuk

menemani ibu jika terjadi kegawatdaruratan, dipersiapkan pula peralatan yang

memadai untuk proses perujukan, mempersiapkan kendaraan untuk perujukan serta

surat rujukan beserta obat-obatan yang mungkin akan diperlukan. Selain itu juga

disertakan keluarga untuk menemani ibu dan memberikan semangat pada ibu, tidak

lupa uang atau biaya serta doa yang tulus demi kesembuhan sang ibu dan tidak lupa

juga donor darah (persediaan darah).

5. Memberikan pertolongan pertama yaitu memasang infuse dengan cairan Dextrose 5%

dengan kecepatan 15-20 tetes/menit kemudian beri MgSO4 2 gr.

6. Melakukan dokumentasi di buku KIA ibu, buku register dan rekam medik.

VII. EVALUASI

Tgl : 11-01-2013, Jam : 09.30WIB, Oleh : Bidan Y

1. Ibu paham dengan keadaanya ditandai dengan mau menerima penjelasan dari bidan.

2. Ibu dan keluarga bersedia dan mau menandatangani surat bukti rujukan yang akan

dilaksanakan.

3. Ibu terlihat masih khawatir dengan keadaanya meskipun sudah diberikan dukungan

mental.

4. Pertolongan pertama untuk ibu telah dilakukan.

5. Data telah ditulis di buku KIA, register dan rekam medik.

33

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil, penyakit ini ditandai

dengan tekanan darah yang meninggi diikuti oleh peningkatan kadar protein

dalam urine. Dan dapat menyebabkan gangguan peredaran darah pada plasenta.

Hal ini menyebabkan berat badan bayi yang akan dilahirkan relatif kecil, si ibu

akan melahirkan secara premature. Wanita yang terkena eklampsia juga sering

mengalami peningkatan TD, gagal ginjal, kejang-kejang dan dapat menyebabkan

koma, atau bahkan kematian baik sebelum atau setelah melahirkan.

5.2 Saran

Pre eklampsia merupakan titik awal terjadinya eklampsia yang merupakan

salah satu komplikasi kehamilan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi.

Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat memberikan manfaat khususnya

mahasiswa DIII kebidanan dan tinjauan kasus diatas dapat memberikan gambaran

tentang tanda gejala serta penanganan preeklamsi sesuai kewenangan dan

kompetensi bidan. Terlebih lagi kita sebagai bidan dimasa depan dapat melakukan

pencegahan preventif melalui antenatal care yang berkualitas agar pre eklampsia

tidak menjadi eklampsia bahkan dapat di tanggulangi.

34