Upload
auliaawalin
View
216
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana dengan izin dan karunia-Nya sehingga
penyusun masih diberikan nikmat kesehatan serta kesempatan untuk menyelesaikan tugas
makalah ini yang berjudul tentang “Pre eklampsia dan Eklampsia” dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing ibu Rahmadona, M.Keb yang telah
memberikan tugas dan bimbingan sehingga dapat menambah pengetahuan serta wawasan
penyusun setelah menyelesaikan tugas ini. Penyusun sadar masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan
penyusun agar bisa menjadi lebih baik.
Demikian makalah ini dibuat semoga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kita serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Amin.
Tanjungpinang, April 2015
Penyusun
1
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 31.2 Rumusan Masalah 41.3 Tujuan Penulisan 41.4 Metode Penulisan 5
BAB II TINJAUAN TEORI 6
2.1 Pengertian Pre eklampsia dan Eklampsia 6
BAB III PEMBAHASAN 8
3.1 Pre eklampsia 8 3.1.1 Pre eklampsia Ringan 91. Pengertian 9 2. Gejala Klinis 9 3.
Pemeriksaan dan Diagnosis 9 4. Penatalaksanaan 95. Pencegahan 11
3.1.2 Pre eklampsia Berat 11 1. Pengertian 122. Tanda dan Gejala 12 3. Penatalaksanaan 124. Pengobatan Medisinal 13 3.2 Eklampsia 16
1. Pengertian 16 2. Frekuensi 173. Tanda dan Gejala 18 4. Diagnosis 18 5.
Komplikasi 18 6. Prognosis 19 7. Pencegahan 208. Penanggulangan 209. Tindakan Obstetrik 22
BAB IV TINJAUAN KASUS 24
BAB V PENUTUP 34
3.1 Kesimpulan 34
3.2 Saran 34
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan
ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
hamil, melahirkan dan masa nifas. Penyebab tingginya angka kematian ibu juga terutama
2
disebabkan karena faktor non medis yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, demografi serta
faktor agama. Sebagai contoh banyak kaum ibu yang menganggap kehamilan sebagai
peristiwa alamiah biasa padahal kehamilan merupakan peristiwa yang luar biasa sehingga
perhatian terhadap kesehatan ibu hamil harus diperhatikan. Rendahnya pengetahuan ibu
terhadap kesehatan reproduksi dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan juga
menjadi sebab tingginya kematian ibu selain pelayanan dan akses mendapatkan pelayanan
kesehatan yang buruk.
Ketut Sudha Berata, 2006) World Health Organization (WHO) memperkirakan
585.000 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran
dan aborsi yang tidak aman. Sekitar satu perempuan meninggal setiap menit. (WHO,
2004) Negara-negara di Asia termasuk Indonesia adalah negara dimana
warga perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat dibanding negara-negara
Barat dalam hal kematian ibu karena persalinan dan komplikasi kehamilan.
Di negara-negara yang sedang berkembang, angka kematian ibu berkisar 350 per
10.000 kematian. Angka kematian ibu di Indonesia adalah 470 per 100.000 kelahiran.
Angka yang sangat mengkhawatirkan karena meningkat dari angka yang tercatat
peda beberapa tahun sebelumnya. Pada tahun 1997, AKI mencapai 397 orang per 100.000
kelahiran yang berarti bertambah sekitar 73 orang. Dari lima juta kelahiran yang terjadi di
Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi
kehamilan atau persalinan.
Dengan kecenderungan seperti ini, pencapaian target MDG’s untuk menurunkan AKI
akan sulit bisa terwujud kecuali apabila dilakukan upaya yang lebih intensif
untuk mempercepat laju penurunannya. Data menunjukkan sebagian besar kematian
terjadi pada masyarakat miskin dan mereka yang tinggal jauh dari rumah sakit. Penyebab
kematian ibu yang utama adalah perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi,
dan infeksi. Kontribusi dari penyebab kematian ibu tersebut masing-masing adalah
perdarahan 28 %, eklampsia 13 %, aborsi yang tidak aman 11%, serta sepsis 10%. Salah
satu penyebab kematian tersebut adalah pre eklampsia dan eklampsia yang bersama
infeksi dan pendarahan, diperkirakan mencakup 75-80 % dari keseluruhan kematian
maternal. Kejadian preeklampsi-eklampsi dikatakan sebagai masalah kesehatan
masyarakat apabila CFR PE-E mencapai 1,4%-1,8%. (Zuspan F.P, 1978 dan
Arulkumaran, 1995). Penelitian yang dilakukan Soedjonoes pada tahun 1983 di 12 RS
pendidikan di Indonesia, didapatkan kejadian PE-E 5,30% dengan kematian perinatal
10,83 perseribu (4,9 kali lebih besar di banding kehamilan normal).
3
Sedangkan berdasarkan penelitian Lukas dan Rambulangi tahun 1994, di dua RS
pendidikan di Makassar insidensi preeklampsia berat 2,61%, eklampsia 0,84% dan angka
kematian akibatnya 22,2%. Target penurunan angka kematian ibu menjadi 124 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 tidak mudah tercapai mengingat sistem
pelayanan obsentri emergensi masih lemah. Akhirnya yang harus diingat dari informasi
diatas adalah sesungguhnya masalah kematian ibu bukanlah masalah ibu sendiri akan
tetapi merupakan masalah internasional dimana setiap negara seharusnya memiliki
tanggung jawab untuk menanggulangi dan mencegah kematian ibu.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini yaitu :
1. Apa yang dapat kita ketahui tentang pre eklampsia dan eklampsia ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui pre eklampsia dan eklampsia
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian pre eklampsia ringan
2. Untuk mengetahui gejala klinis pre eklampsia ringan
3. Untuk mengetahui pemeriksaan dan diagnosis pre eklampsia ringan
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan pre eklampsia ringan
5. Untuk mengetahui pencegahan pre eklampsia ringan
6. Untuk mengetahui pengertian pre eklampsia berat
7. Untuk mengetahui tanda dan gejala pre eklampsia berat
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pre eklampsia berat
9. Untuk mengetahui pengobatan medisinal pre eklampsia berat
10. Untuk mengetahui pengertian eklampsia
11. Untuk mengetahui frekuensi eklampsia
12. Untuk mengetahui tanda dan gejala eklampsia
13. Untuk mengetahui diagnosis eklampsia
14. Untuk mengetahui komplikasi eklampsia
15. Untuk mengetahui prognosis eklampsia
16. Untuk mengetahui pencegahan eklampsia
17. Untuk mengetahui penanggulangan eklampsia
4
18. Untuk mengetahui tindakan obstetrik eklampsia
1.4 Metode Penulisan
Kajian pustaka dilakukan dengan mencari literature di internet dan buku-buku panduan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Pre eklampsia dan Eklampsia
1. Pre eklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai
dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang
5
terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.
(Manuaba, 1998).
2. Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menunjukkan
tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya
biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih. (Rustam Muctar,
1998).
3. Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
(Mansjoer, 2000).
4. Pre eklamsia dan eklamsia merupakan kumpulan kumpulan gejala yang timbul pada
ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : proteinuri, hipertensi,
dan edema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan-kelainan vaskular atau hipertensi sebelumnya.
(Mochtar, 2007).
5. Pre eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria, dan edema
yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke tiga
pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa.
(Prawirohardjo, 2005 yang dikutip oleh Rukiyah, 2010).
6. Pre eklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,
edema, dan proteinuria. (Kamus Saku Kedokteran Dorland).
7. Pre eklampsi menurut para ahli dapat di dikumpulkan sebagai berikut : pre eklampsi
adalah sindrom spesifik-kehamilan, yang terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan,
berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel (WHO,
2001, dan Cunningham, 2011). Pre eklampsi adalah kondisi khusus dalam kehamilan,
ditandai dengan peningkatan tekanan darah (TD) dan proteinuria (Chapman, 2006).
Preeklampsi merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
dalam masa nifas yang terdiri dari trias; hipertensi, proteinuri, dan edema.
8. Pre eklampsia adalah gangguan multisistem yang bersifat spesifik terhadap kehamilan
dan masa nifas, lebih tepatnya, penyakit ini merupakan penyakit plasenta karena juga
terjadi pada kehamilan dimana trofoblas tapi tidak ada jaringan janin (kehamilan mola
komplet). (Obstetri dan Ginekologi, Errol Norwits, 2007).
6
9. Eklampsia adalah preklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan
akibat dari kelainan neurologi. (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 : 310 ; 1999).
10. Eklampsia berasal dari bahasa yunani dan berarti “Halilintar”. Kata tersebut dipakai
karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului
oleh tanda-tanda lain.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pre Eklampsia
Pre eklampsia adalah peningkatan tekananan darah yang baru timbul setelah usia
kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat
7
akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di
dalam urine atau proteinuria.. (Fadlun, 2013).
Gambar 1. Penilaian klinik kehamilan dengan hipertensi
3.1.1 Pre Eklampsia Ringan
1. Pengertian
Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada
penyakit trofoblas.
8
Tekanan Darah
MENINGKAT(Tekanan Darah > 140/90 mmHg)
Gejala/TandaNyeri kepala dan/atau gangguan penglihatan dan/atau hiperrefleksia dan/atau proteinuria
dan/atau koma
Hamil > 20 minggu
Kejang (-) Kejang (+)
Hipertensi Preeklamsia ringan
Eklamsia
Preeklamsia berat
2. Gejala Klinis
Gejala klinis preeklampsia ringan meliputi :
a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau
lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau
lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastol 90 mmHg
sampai kurang 110 mmHg.
b. Proteinuria secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (+2).
c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.
3. Pemeriksaan dan Diagnosis
a. Kehamilan lebih 20 minggu.
b. Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2
kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama
dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit).
c. Edema tekan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah
atau tungkai.
d. Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++).
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklampsia ringan :
a. Banyak istirahat (berbaring tidur /miring).
b. Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
c. Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg
per oral selama 7 hari.
d. Roborantia.
e. Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
f. Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine
lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklampsia ringan berdasarkan
kriteria :
9
a. Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya
perbaikan dari gejala-gejala pre eklampsia.
b. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali
berturut-turut (2 minggu).
c. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia berat :
1. Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka pre
eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat.
2. Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1
minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat
selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan
dengan perawatan rawat jalan.
Perawatan obstetri pasien pre eklampsia ringan :
a. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
1) Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan
ditunggu sampai aterm.
2) Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama
perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37
minggu atau lebih.
b. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau
dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal
persalinan.
c. Cara persalinan
Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek
kala II.
5. Pencegahan
1. Non-medis
a. Restriksi garam : tidak terbukti dapat mencegah terjadinya pre
eklampsia.
10
b. Suplementasi diet yang mengandung hal-hal berikut ini.
Minyak ikan yang kaya akan dengan asam lemak tidak jenuh,
misalnya omega-3 PUFA.
Antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, β-carotene, CoQ10, N-
Acetylcysteine, asam lipotik.
Elemen logam berat seperti zinc, magnesium, kalsium.
c. Tirah baring tidak terbukti untuk mencegah terjadinya pre eklampsia
dan mencegah persalinan preterm.
2. Medis
a. Diuretika : tidak terbukti mencegah terjadinya pre eklampsia bahkan
memperbesar hypovolemia.
b. Anti-hipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya pre eklampsia.
c. Kalsium 1.500 – 2.000 mg/hari.
d. Magnesium 365 mg/hari.
e. Zinc 200 mg/hari.
f. Obat anti trombotik :
1) Aspirin dosis rendah : rata-rata dibawah 100 mg/hari. Tidak
terbukti mencegah pre eklampsia.
2) Dipyridamole.
3) Obat-obatan antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, β-carotene,
CoQ10, N-Acetylcysteine, asam lipotik.
3.1.2 Pre Eklampsia Berat
1. Pengertian
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
11
2. Tanda dan Gejala
1. Tekanan darah sistolik >160 mmHg.
2. Tekanan darah diastolik > 110 mmHg.
3. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus.
4. Trombosit <100.000/mm3.
5. Oliguria <400 ml/24 jam.
6. Proteinuria > 3 gr/liter.
7. Nyeri epigastrum.
8. Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat.
9. Perdarahan retina.
10. Odem pulmonum.
Penyulit lain juga bisa terjadi yaitu, kerusakan organ-organ tubuh seperti :
1. Gagal jantung.
2. Gagal ginjal.
3. Gangguan fungsi hati.
4. Gangguan pembekuan darah.
5. Sindroma HELLP.
6. Bahkan dapat terjadi kematian pada janin, ibu, atau keduanya, apabila pre
eklampsia tidak segera diatasi dengan baik dan benar.
3. Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre
eklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita
dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST & USG).
a. Indikasi (salah satu atau lebih)
1) Ibu
a. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih.
b. Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia,
kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan
12
meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam
perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada
perbaikan).
2) Janin
a. Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)
b. Adanya tanda IUGR
3) Laboratorium
a. Adanya “HELLP syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi
hepar, trombositopenia).
b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal.
1) Indikasi : Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai
tanda-tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
2) Pengobatan medisinal : Sama dengan perawatan medisinal pada
pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan
intravenous, cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri
dan 4 gram pada bokong kanan.
3) Pengobatan obstetri :
a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre
eklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan
medisinal gagal dan harus diterminasi.
d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih
dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.
4) Penderita dipulangkan bila :
a. Penderita kembali ke gejala-gejala/tanda-tanda pre eklampsia
ringan dan telah dirawat selama 3 hari.
b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia
ringan : penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre
eklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).
4. Pengobatan Medisinal
13
Pengobatan medisinal pasien pre eklampsia berat yaitu :
a. Segera masuk rumah sakit.
b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit,
refleks patella setiap jam.
c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125
cc/jam) 500 cc.
d. Antasida.
e. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
f. Pemberian obat anti kejang yaitu magnesium sulfat
g. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah
jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40
mg/IM.
h. Antihipertensi diberikan bila :
1) Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg
atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan
diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan
menurunkan perfusi plasenta.
2) Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
3) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan
obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi.
Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press
disesuaikan dengan tekanan darah.
4) Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5
kali.
5) Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama
mulai diberikan secara oral. (Syakib Bakri, 1997).
i. Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan
digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
j. Lain-lain :
1) Konsul bagian penyakit dalam/jantung, mata.
14
2) Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih 38,5ºC dapat
dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau
xylomidon 2 cc IM.
3) Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1 gr/6
jam/IV/hari.
4) Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi
uterus.
Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-
lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
k. Pemberian magnesium sulfat
Cara pemberian magnesium sulfat :
1) Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20% dalam 20 cc) selama 1
gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit).
Diikuti segera 4 gr di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40%
dalam 10 cc) dengan jarum nomor 21 panjang 3,7 cm. Untuk
mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak
mengandung adrenalin pada suntikan IM.
2) Dosis ulangan : diberikan 4 gram IM 40% setelah 6 jam pemberian
dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana
pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
3) Syarat-syarat pemberian MgSO4
a. Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram
(10% dalam 10 cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.
b. Refleks patella positif kuat.
c. Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.
d. Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5
cc/kgBB/jam).
4) MgSO4 dihentikan bila :
a. Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks
fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP,
kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena
kelumpuhan otot-otot pernapasan karena ada serum 10 U
magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks
fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq
15
terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter
terjadi kematian jantung.
b. Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat
1) Hentikan pemberian magnesium sulfat.
2) Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc)
secara IV dalam waktu 3 menit.
3) Berikan oksigen.
4) Lakukan pernapasan buatan.
c. Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca
persalinan sudah terjadi perbaikan (normotensif).
l. Pengobatan obstetrik
a. Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu
1) Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5
atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
2) Seksio sesaria bila :
a) Fetal assesment jelek.
b) Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari
5) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.
c) 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase
aktif. Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan seksio sesaria.
b. Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu
Kala I
1) Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio
sesaria.
2) Fase aktif :
a. Amniotomi saja.
b. Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap
maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan
oksitosin).
Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan
partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-
16
kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada
kehamilan 32 minggu atau kurang, bila keadaan memungkinkan
terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
3.2 Eklampsia
1. Pengertian
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti “halilintar”. Kata
tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba
tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada
umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda-tanda pre
eklampsia. Pada wanita yang menderita pre eklampsia timbul serangan kejangan yang
diikuti oleh koma. Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia
gravidarum, eklampsia parturientum, dan eklampsia puerperale. Perlu dikemukakan
bahwa eklampsia gravidarum seringkali persalinan mulai tidak lama kemudian.
Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului oleh pre ekalmpsia,
tampak pentingnya pengawasan antenatal dan teratur, sebagai usaha untuk mencegah
timbulnya penyakit itu.
2. Frekuensi
Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu negara dan yang lain. Frekuensi
rendah pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal
yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup, dan penanganan pre
eklampsia yang sempurna.
Di negara-negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara
0,3%-0,7%, sedang di negara-negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05% -
0,1%.
3. Gejala dan Tanda
Pada umunya kejangan didahului oleh makin memburuknya pre eklampsia dan
terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual
17
keras, nyeri di epigastrium, dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan
tidak segera diobati akan timbul kejangan, terutama pada persalinan bahaya ini besar.
Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yakni :
1. Tingkat awal atau aura. Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik. Mata
penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya,
dan kepala di putar ke kanan atau ke kiri.
2. Kemudian timbul tingkat kejangan tonik yang berlangsung kurang lebih 30 detik.
Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan
menggenggam, dan kaki membengkok ke dalam. Pernapasan berhenti, muka
mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
3. Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejangan klonik yang berlangsung
antara 1–2 menit. Spasmsus tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan
berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah
dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut keluar ludah yang berbusa,
muka menunjukkna kongesti, dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar.
Kejangan klonik ini dapat demikian hebatnya sehingga penderita dapat jatuh dari
tempat tidurnya. Akhirnya, kejangan tehenti dan penderita menarik napas secara
mendengkur.
4. Sekarang ia memasuki tingkat koma. Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama.
Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula
bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan yang berulang, sehingga ia tetap
dalam koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu
meningkat sampai 40ºC. Sebagai akibat serangan dapat terjadi komplikasi-
komplikasi seperti (1) lidah tergigit, perlukaan dan fraktura, (2) gangguan
pernapasan, (3) solusia plasenta, dan (4) perdarahan otak.
4. Diagnosis
Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan adanya
tanda dan gejala pre eklampsia yang disusul oleh serangan kejangan seperti telah
diuraikan, maka diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan. Walaupun demikan,
eklampsia harus dibedakan dari (1) epilepsi, dalam anamnesis diketahui adanya
serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dan tanda pre eklampsia tidak ada, (2)
kejangan karena obat anastesia, apabila obat anastesia lokal tersuntikkan ke dalam
18
vena, dapat timbul kejangan, (3) koma karena sebab lain, seperti diabetes,
perdarahan otak, meningitis, ensefalitis, dan lain-lain.
5. Komplikasi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat dan
eklampsia.
1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita
hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre eklampsia. Di Rumah Sakit Dr.
Cipto Mangunkusumo 15,5% solusio plasenta disertai pre eklampsia.
2. Hipofibrinogenemia. Pada pre eklampsia berat Zuspan (1978) menemukan 23%
hipofibrinogenemia, maka dari itu penulis menganjurkan pemeriksaan kadar
fibrinogen secara berkala.
3. Hemolisis. Penderita dengan pre eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan
gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan
pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah
merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita
eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab uatam kematian
maternal penderita eklampsia.
5. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung
sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang tejadi pada retina,
hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
6. Edema paru-paru. Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69
kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena payah jantung.
7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre eklampsia-eklampsia merupakan
akibat vasopasmus ateriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia,
tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat
diketahui dengan pemeriksaan faal hati , terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes dan low platelet.
9. Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu
pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur
lainnya. Kelainan yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
19
10. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-
kejang pneumonia aspirasi, dan DIC (disseminated intrvascular coogulation.)
11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.
6. Prognosis
Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang
meminta korban besar dari ibu dan bayi. Dari berbagai pengumuman, diketahui
kematian ibu berkisar antara 9,8% -25,5% sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi
yakni 42,2% - 48,9%. Sebaliknya, kematian ibu dan bayi di negara maju lebih kecil.
Tingginya kematian ibu dan anak di negara-negara yang kurang maju disebabkan
oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal, penderita-penderita
eklampsia sering terlambat mendapat pengobatan yang tepat. Kematian ibu biasanya
disebabkan oleh perdarahan otak, dekompensasio kordis dengan edema paru-paru,
payah-ginjal, dan masuknya isi lambung ke dalam jalan pernapasan waktu kejangan.
Sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia intrauterin dan prematuritas.
Berlawanan dengan yang sering diduga, pre eklampsia dan eklampsia tidak
menyebabkan hipertensi menahun. Oleh penulis-penulis tersebut ditemukan bahwa
pada penderita yang mengalami eklampsia pada kehamilan pertama, frekuensi
hipertensi 15 tahun kemudian atau lebih tidak lebih tinggi daripada mereka yang
hamil tanpa eklampsia
7. Pencegahan
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah, atau frekuensinya
dikurangi. Usaha-usaha untuk menurunkan frekuensi eklampsia terdiri atas :
1) Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar
semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda.
2) Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre eklampsia dan mengobatinya
segera apabila ditemukan.
3) Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas
apabila setelah dirawat tanda-tanda pre eklampsia tidak juga dapat dihilangkan.
8. Penanggulangan
20
Tujuan utama pengobatan eklampsia ialah menghentikan berulangnya
serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman
setelah keadaan ibu mengizinkan.
Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat penting bagi penanganan
penderita eklampsia sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Pada pengangkutan ke
rumah sakit diperlukan obat penenang yang cukup untuk menghindarkan timbulnya
kejangan penderita dalam hal ini dapat diberikan diazepam 20 mg 1M. Selain itu,
penderita harus disertai seorang tenaga yang terampil dalam resusitasi dan yang
dapat mencegah terjadinya truma apabila terjadi serangan kejangan. Tujuan pertama
pengobatan eklampsia ialah menghentikan kejangan mengurangi vasopasmus, dan
meningkatkan diuresis. Dalam hal itu, pertolongan pertolongan yang perlu diberikan
jika timbul kejangan ialah mempertahankan jalan pernapsan bebas, menghindarkan
tergigitnya lidah, pemberian oksigen, dan menjaga agar penderita tidak mengalami
trauma. Untuk menjaga jangan sampai terjadi kejangan lagi yang selanjutnya
mempengaruhi gejala-gejala lain, dapat diberikan beberapa obat, misalnya :
1. Sodium pentothal sangat berguna untuk menghentikan kejangan dengan segera
bila diberikan secara intravena. Akan tetapi, obat ini mengandung bahaya yang
tidak kecil. Mengingat hal ini, obat itu hanya dapat diberikan di rumah sakit
dengan pengawasan yang sempurna dan tersedianya kemungkinan untuk
intubasi dan resusitasi. Dosis inisial dapat diberikan sebanyak 0,2-0,3 g dan
disuntikkan perlahan-lahan.
2. Sulfas magnesicus yang mengurangi kepekaan saraf pusat pada hubungan
neuromuskuler tanpa mempengaruhi bagian lain dari susunan saraf. Obat ini
menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, meningkatkan diuresis,
dan menambah aliran darah ke uterus. Dosisi inisial yang diberikan ialah 8 g
dalam larutan 40% secara intramuskulus, selanjutnya tiap 6 jam 4 g, dengan
syarat bahwa refleks patella masih positif, pernapasan 16 atau lebih permenit,
diuresis harus melebihi 600 ml per hari, selain intramuskulus, sulfas magnesikus
dapat diberikan secara intravena, dosis inisial yang diberikan ialah 4 g 40%
MgSO4 dalam larutan 10 ml intravena secara perlahan-lahan, didikuti 8 g IM
dan selalu disediakan kalsium glukonas 1 g dalam 10 ml sebagai antidotum.
3. Lytic cocktail yang terdiri atas petidin 100 mg, klorpromazin 100 mg, dan
prometazin 50 mg dilarutkan dalam glukosa 5% 500 ml dan diberikan secara
infus intravena. Jumlah tetesan disesuaikan dengan keadaan dan tensi penderita.
21
Maka dari itu, tensi dan nadi diukur tiap 5 menit dalam waktu setengah jam
pertama dan bila keadaaan sudah stabil, pengukuran dapat dijarangkan menurut
menurut keadaan penderita.
Disini ditekankan bahwa pemberian obat-obat tersebut disertai dengan
pengawasan yang teliti dan terus-menerus. Jumlah dan waktu pemberian obat
disesuaikan dengan keadaan penderita pada tiap-tiap jam demi keselamatannya dan
sedapat-dapatnya juga demi keslamatan janin dalam kandungan.
Sebelum diberikan obat penenang yang cukup, maka penderita eklampsia harus
dihindarkan dari semua rangsang yang dapat menimbulkan kejangan, seperti
keributan, injeksi, atau pemeriksaan dalam.
Penderita dirawat dalam kamar isolasi yang tenang, tekanan darah, nadi,
pernapasan dicatat tiap 30 menit pada suatu kertas grafik, suhu dicatat tiap jam
secara rektal. Bila penderita belum melahirkan, dilakukan pemeriksaan obstetrik
untuk mengetahui saat permulaan atau kemajuan persalinan. Untuk melancarkan
pengeluaran sekret dari jalan pernapasan penderita koma, penderita dibaringkan
dalam letak trendelenburg dan selanjutnya dibalikkan ke sisi kiri dan kanan tiap jam
untuk menghindarkan dekubitus. Alat penyedot disediakan untuk membersihkan
jalan pernapasan, dan oksigen diberikan pada sianosis. Dauer catheter dipasang
untuk mengetahui diuresis dan untuk mengetahui protein dalam air kencing secara
kuantitatif. Balance cairan harus diperhatikan dengan cermat. Pemberian cairan
disesuaikan dengan jumlah diuresis dan air yang hilang melalui kulit dan paru-paru,
pada umumnya dalam 24 jam diberikan 2000 ml. balance cairan dinilai dan
disesuaikan tiap 6 jam.
Kalori yang adekuat diberikan untuk menghindarkan katabolismus jaringan
dan asidosis. Pada penderita koma atau kurang sadar pemberian kalori diberikan
dengan infus dekstran, glukosa 10%, atau larutan asam amino, seperti aminofusin.
Cairan yang terakhir ini, selain mengandung kalori cukup, juga berisi asam amino
yang diperlukan.
9. Tindakan Obstetrik
Setelah kejangan dapat diatasi dan keadaan umum penderita diperbaiki, maka
direncanakan untuk mengakhiri kehamilan atau mempercepat persalinan dengan cara
22
yang aman. Apakah pengakhiran kehamilan dilakukan dengan seksio sesarea atau
dengan induksi persalinan per vaginam, hal tersebut tergantung dari banyak faktor,
seperti keadaan serviks, komplikasi obstetrik, paritas, adanya ahli anastesia, dan
sebagainya.
Persalinan per vaginam merupakan cara yang paling baik dapat dilaksanakan
cepat tanpa banyak kesulitan. Pada eklampsia gravidarum perlu diadakan induksi
dengan amniotomi dan infus pitosin, setelah penderita bebas dari serangan kejangan
selama 12 jam dan keadaan serviks mengizinkan. Tetapi, apabila serviks masih
lancip dan tertutup terutama pada primigravida, kepala janian masih tinggi, atau ada
persangkaan disproporsi sefalopelvik, sebaiknya dilakukan seksio sesarea.
Jika persalinan sudah mulai pada kala I, dilakukan amniotomi untuk
mempercepat partus dan bila syarat-syarat telah dipenuhi, dilakukan ekstraksi vakum
atau cunam.
Pilihan anasteisa untuk mengakhiri persalinan pada eklampsia tergantung dari
keadaan umum penderita dan macam obat sedativa yang telah dipakai. Keputusan
tentang hal ini sebaiknya dilakukan oleh ahli anastesia. Anasteisa lokal dapat dipakai
bila sedasi sudah berat. Anastesia spinal dapat menyebabkan hipotensi yang
berbahaya pada eklampsia jadi sebaiknya jangan dipergunakan.
Pengalaman menunjukkan bahwa penderita eklampsia tidak seberapa tahan
terhadap perdarahan postpartum atau trauma obstetrik, keduanya dapat menyebabkan
syok. Maka dari itu, semua tindakan obstetrik harus dilakukan seringan mungkin,
dan selalu disediakan darah. Egometrin atau metergin boleh diberikan pada
perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri, tetapi jangan diberikan
secara rutin tanpa indikasi.
Setelah kelahiran, perawatan dan pengobatan intensif diteruskan untuk 48 jam.
Bila tekanan darah turun, maka pemberian obat penenang dapat dikurangi setelah 24
jam postpartum untuk kemudian lambat dihentikan. Biasanya diuresis bertambah 24-
48 jam setelah kelahiran dan edema serta proteinuria berkurang.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
23
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER II PATOLOGIS
Ny. G G1P0A0H0 UMUR 24 TAHUN UK 22 MINGGU
DI BPM Ny. Y SLEMAN-YOGYAKARTA
No. Register : 150313
Masuk BPM tanggal / jam : 11 Januari 2013/09.30 WIB
Dirawat diruang : -
I. PENGKAJIAN Tgl : 11-01-2013, Jam : 09.30 WIB, Oleh : Bidan Y
A. BIODATA
Ibu Suami
Nama : Ny. G Tn. S
Umur : 24 tahun 28 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMU S1
Pekerjaan : Swasta PNS
Alamat : Jl. Raya Tajem, Maguwoharjo Jl. Raya Tajem, Maguwoharjo
No. Telp : 085333123456 082145456789
B. DATA SUBYEKTIF
1) Alasan kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
2) Keluhan utama
24
Ibu mengatakan sudah dua hari ini kaki dan tangannya bengkak, ibu merasa sering
pusing, sakit kepala bagian depan, terkadang pandangannya kabur, serta perut ibu
terasa sakit.
3) Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 5 hari Teratur : Ya
Sifat darah : Encer Keluhan : Tidak ada
4) Riwayat pernikahan
Status pernikahan : Kawin (Sah) Menikah ke : Pertama
Lama : 3 tahun Usia menikah pertama : 21 Tahun
5) Riwayat obstetrik: G1P0A0H0
Hamil
ke-
Persalinan Nifas
Tgl UK Jenis Penolong Komplikasi JK BB Lahir Laktasi Komplikasi
Ini
6) Riwayat kontrasepsi yang digunakan
No
.
Jenis
Kontrasepsi
Pasang Lepas
Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl. Oleh Tempat Alasan
- - - - - - - - - -
7) Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT : HPL :
b. ANC pertama umur kehamilan : 8 minggu
c. Kunjungan ANC
1) Trimester I
Frekuensi : 2 kali Tempat : BPM Oleh : Bidan
Keluhan : Mual-mual Terapi : B6 (2x1)
25
2) Trimester II
Frekuensi : 2 kali Tempat : BPM Oleh : Bidan
Keluhan : Sering pusing dan terkadang pandangannya kabur
Terapi : Tablet Fe (1x1) dan asam folat (1x1)
3) Trimester III
Frekuensi : - Tempat : - Oleh : -
Keluhan : - Terapi : -
d. Imunisasi TT
TT I Caten (12-10-2009).
e. Pergerakan janin selama 12 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan merasakan gerakan janinnya lebih dari 10x dalam sehari.
8) Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahun) Ibu
mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular seperti TBC,
Hepatitis, PMS. Ibu mengatakan sedang menderita penyakit menurun yaitu
hipertensi. Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menahun
seperti asma dan jantung.
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan
menahun). Ibu mengatakan keluarga tidak pernah/sedang menderita penyakit
menular seperti TBC Hepatitis, PMS. Ibu mengatakan dalam keluarga ada
riwayat penyakit menurun yaitu hipertensi (ayah). Ibu mengatakan keluarga
tidak pernah/sedang menderita penyakit menahun seperti asma dan jantung.
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suami tidak ada riwayat
keturunan kembar.
d. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah operasi SC, atau usus buntu.
e. Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak ada alergi obat antibiotic (amoxicicilin).
26
9) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Pola nutrisi Sebelum hamil Saat hamil
Makan
Frekuensi : 3x/hari 4x/hari
Porsi : 1 piring 1-2 piring
Jenis : Nasi, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk, buah
Pantangan : Tidak ada Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
Minum
Frekuensi : 7x/hari 8x/hari
Porsi : 1 gelas 1 gelas
Jenis : Air putih Air putih, susu
Pantangan : Tidak ada Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
b. Tidur malam
Lama : 8 jam/hari 8 jam/hari
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
c. Personal hygiene
Mandi : 2x/hari 2x/hari
Ganti pakaian : 2x/hari 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari 2x/hari
Keramas : 4x/minggu 4x/minggu
d. Pola seksualitas
Frekuensi : 3x/minggu 3x/minggu
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
e. Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, olah raga)
Ibu mengatakan sebelun dan selama hamil ia tetap melakukan pekerjaan
rumah tangga dan bekerja di luar rumah sebagai karyawan salon kecantikan.
f. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman
beralkohol)
Ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum jamu dan minuman beralkohol.
g. Psikososiospiritual (penerimaan ibu/suami/keluarga terhadap kehamilan,
dukungan sosial, perencanaan persalinan, pemberian ASI, perawatan bayi,
kegiatan ibadah, kegiatan sosial, dan persiapan keuangan ibu
27
1. Ibu mengatakan sangat bahagia dengan kehamilan ini karena merupakan
kehamilan yang pertama.
2. Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat menerima dan mendukung
kehamilan ini karena kehamilan ini sangat diharapkan dan didamba-
dambakan.
3. Ibu mengatakan masyarakat menerima kehamilan ini karena dari
perkawinan yang sah.
4. Ibu mengatakan hubungannya dengan suami dan keluarga baik-baik saja.
5. Ibu mengatakan taat beribadah (sholat 5 waktu).
6. Ibu mengatakan selalu mengikuti arisan ibu-ibu setiap bulan.
7. Ibu mengatakan pendapatan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
h. Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan, dan laktasi)
Ibu mengatakan cukup paham dengan kehamilan yang ia peroleh dari orang
tuanya maupun bidan tetapi persalinan dan laktasi kurang begitu paham karena
ia hanya membaca dari beberapa artikel dan majalah kehamilan.
i. Lingkungan yang berpengaruh (sekitar rumah dan hewan peliharaan)
1) Ibu mengatakan ia tinggal serumah dengan suami dan mertuanya.
2) Ibu mengatakan lingkungannya cukup bersih.
3) Ibu mengatakan tidak ada hewan peliharaan dirumah.
C. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
Status emosional : Stabil
Tanda vital sign
Tekanan darah : 170/110mmHg Nadi : 89x/menit
Pernapasan : 24 /menit Suhu : 37,1 0ºC
BB sebelum hamil : 60 kg
BB 3 hari yang lalu : 68 kg
BB saat ini : 74 kg
Tinggi badan : 158 cm
28
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Kulit kepala bersih, tidak ada massa atau benjolan dan tidak nyeri tekan.
b. Rambut
Hitam, pendek, tidak rontok.
c. Muka
Bulat, wajah pucat, terdapat cloasama gravidarum, tidak ada bekas luka dan
terdapat oedema.
d. Mata
Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis maupun tanda-tanda
infeksi.
e. Hidung
Mancung, ada secret, tidak ada polip maupun tanda-tanda infeksi.
f. Mulut
Bibir lembab, gigi bersih, gusi merah muda, tidak caries, lidah bersih, tidak
ada stomatitis dan tidak ada pembesaran tonsil.
g. Telinga
Simetris, tidak ada serumen dan tidak ada gangguan pendengaran.
h. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan jugularis tidak ada
nyeri tekan maupun nyeri telan.
i. Dada
Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing dan bunyi jantung
normal.
j. Payudara
Simetris, puting susu menonjol, hiperpigmentasi areola, tidak ada
massa/benjolan dan tidak nyeri tekan.
k. Abdomen
Sudah ada pembesaran, ada striae alba dan linea nigra, tidak ada bekas luka
atau operasi.
l. Palpasi leopold
Leopold I : Ballottement
Leopold II-IV : Belum dapat dilakukan
29
m. Osborn test : Tidak dilakukan
n. TFU menurut Mc. Donald : 2 jari di atas pusat TBJ : -
o. Auskultasi DJJ : 121x/mnt
p. Ekstremitas atas
Simetris, jari lengkap, aktif, ada oedema dan LILA 28 cm.
q. Ekstremitas bawah
Simetris, jari lengkap, aktif, ada oedema, tidak ada varises.
r. Genetalia luar
Tidak ada secret, varises (-), pembesaran kelenjar bartolini (-), darah (-).
s. Anus
Tidak haemorroid.
t. Pemeriksaan panggul (bila perlu)
Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan penunjang
Tanggal : 11-01-2013, Jam : 09.30 WIB
A. Protein urine : +2
B. HB : 11,6 gr%
II. INTERPRESTASI DATA
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. G G1P0A0H0 umur 24 tahun, UK 22 minggu dengan pre-eklamsia berat.
1. Data subjektif
a. Ibu mengatakan namanya Ny. Gelfy Adfitri
b. Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama dan belum pernah keguguran
c. Ibu mengatkan umurnya 24 tahun
d. Ibu mengatkan HPHT-nya tgl : 21-08-2012
e. Ibu mengatakan sudah dua hari ini kaki dan tangannya bengkak, ibu merasa
sering pusing, sakit kepala bagian depan, terkadang pandangannya kabur, serta
perut ibu terasa sakit.
2. Data objektif
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
Status emosional : Stabil
Tanda vital sign
30
Tekanan darah : 170/110mmHg
Nadi : 89x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 37,1ºC
BB sebelum hamil : 60 kg
BB 3 hari yang lalu : 68 kg
BB : 74 kg
UK : 22 minggu
HPL : 08-05-2013
Tinggi badan : 158 cm
LILA : 28 cm
DJJ : 121x/menit
TFU : 2 jari di atas pusat
Pemeriksaan fisik : Kaki, tangan dan wajah ibu bengkak, wajah ibu pucat.
Protein urine : +2
HB : 11,6 gr%
b. Masalah
Ibu khawatir akan kesehatannya apalagi keadaan bayinya.
1. Data subjektif
Ibu mengatkan ia sangat takut jika dirinya jatuh sakit apalagi sampai harus dirawat
di Rumah Sakit karena ia tidak mungkin membiarkan merepotkan mertuanya
untuk mengerjakan rumah karena ia sudah tua. Selain itu, ia juga
mengkhawatirkan keadaan janinnya karena ini hamil pertama dan sangat
diharapkan.
2. Data objektif
Ibu terlihat cemas dan khawatir, lemah dan tidak bersemangat.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Diagnosa potensial yang mungkin akan terjadi adalah eklampsia.
IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
Pasang infuse dengan cairan Dextrose 5% dengan kecepatan 15-20 tetes/menit
kemudian beri MgSO4 2 gr dan menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
31
bergizi, serta suplemen Ca dan Mg, lebih banyak beristirahat, jangan terlalu banyak
bekerja selanjutnya berkolaborasi dengan dokter obsgyn.
V. PERENCANAAN
Tgl : 11-01-2013, Jam : 09.30WIB, Oleh : Bidan Y
1. Beri tahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Beri tahu ibu bahwa keadaannya harus segera dirujuk
3. Berikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga
4. Terapkan BAKSO KUDA
5. Berikan pertolongan segera
6. Dokumentasi
VI. PELAKSANAAN
Tgl : 11-01-2013, Jam : 09.30WIB, Oleh : Bidan Y
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaanya harus segera di tangani secara
intensif mengingat terdapat tanda dan gejala pre eklamsia berat sedangkan bayinya
masih dalam keadaan normal. Ditandai dengan :
Tekanan darah : 170/110mmHg
BB sebelum hamil : 60 kg
BB 3 hari yang lalu : 68 kg
BB : 74 kg
DJJ : 121 x/mnt
Pemeriksaan fisik : Kaki, tangan dan wajah ibu bengkak, wajah ibu pucat
Protein urine : +2
HB : 11,6 gr%
2. Memberitahu ibu bahwa keadaanya harus segera dirujuk untuk memperoleh
perawatan yang intensif dan optimal dari tenaga medis yang lebih yaitu di rumah sakit
yang memiliki fasilitas yang memadai.
3. Memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga dengan cara meyakinkan
ibu dan keluarga bahwa perawatan medis yang ditangani oleh dokter ahli akan lebih
baik karena peralatan dan sarana prasarana yang tersedia juga lengkap dan memadai
sehingga komplikasi yang mungkin akan terjadi pada ibu dan janinnya dapat
ditangani, selain itu menyarankan keluarga untuk tetap tenang dan selalu mendukung
ibu dengan cara berdoa.
32
4. Menerapkan BAKSOKUDA dalam tindakan merujuk yaitu menyertakan bidan untuk
menemani ibu jika terjadi kegawatdaruratan, dipersiapkan pula peralatan yang
memadai untuk proses perujukan, mempersiapkan kendaraan untuk perujukan serta
surat rujukan beserta obat-obatan yang mungkin akan diperlukan. Selain itu juga
disertakan keluarga untuk menemani ibu dan memberikan semangat pada ibu, tidak
lupa uang atau biaya serta doa yang tulus demi kesembuhan sang ibu dan tidak lupa
juga donor darah (persediaan darah).
5. Memberikan pertolongan pertama yaitu memasang infuse dengan cairan Dextrose 5%
dengan kecepatan 15-20 tetes/menit kemudian beri MgSO4 2 gr.
6. Melakukan dokumentasi di buku KIA ibu, buku register dan rekam medik.
VII. EVALUASI
Tgl : 11-01-2013, Jam : 09.30WIB, Oleh : Bidan Y
1. Ibu paham dengan keadaanya ditandai dengan mau menerima penjelasan dari bidan.
2. Ibu dan keluarga bersedia dan mau menandatangani surat bukti rujukan yang akan
dilaksanakan.
3. Ibu terlihat masih khawatir dengan keadaanya meskipun sudah diberikan dukungan
mental.
4. Pertolongan pertama untuk ibu telah dilakukan.
5. Data telah ditulis di buku KIA, register dan rekam medik.
33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil, penyakit ini ditandai
dengan tekanan darah yang meninggi diikuti oleh peningkatan kadar protein
dalam urine. Dan dapat menyebabkan gangguan peredaran darah pada plasenta.
Hal ini menyebabkan berat badan bayi yang akan dilahirkan relatif kecil, si ibu
akan melahirkan secara premature. Wanita yang terkena eklampsia juga sering
mengalami peningkatan TD, gagal ginjal, kejang-kejang dan dapat menyebabkan
koma, atau bahkan kematian baik sebelum atau setelah melahirkan.
5.2 Saran
Pre eklampsia merupakan titik awal terjadinya eklampsia yang merupakan
salah satu komplikasi kehamilan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi.
Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat memberikan manfaat khususnya
mahasiswa DIII kebidanan dan tinjauan kasus diatas dapat memberikan gambaran
tentang tanda gejala serta penanganan preeklamsi sesuai kewenangan dan
kompetensi bidan. Terlebih lagi kita sebagai bidan dimasa depan dapat melakukan
pencegahan preventif melalui antenatal care yang berkualitas agar pre eklampsia
tidak menjadi eklampsia bahkan dapat di tanggulangi.
34