Upload
mithaidoenk
View
303
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An. M
DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER
DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT PELABUHAN
JAKARTA
DI SUSUN OLEH : GUSPRAMITA
NIM 07015
AKADEMI PERAWATAN BINA INSAN
JAKARTA
TAHUN 2010
LEMBAR PERSETUJUAN
Makalah Ilmiah dengan judul ‟ Asuhan Keperawatan pada Klien An. M dengan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) di Ruang Dahlia Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta ” ini telah
disetujui untuk diujikan pada Ujian Sidang dihadapan Tim Penguji.
Jakarta, Juli 2010
Pembimbing Makalah
(Diah Ayu Agustin, S.Kp)
Mengetahui,
Akademi Keperawatan Bina Insan Jakarta
Direktur
(Silvana Evi Linda, S.Kp, M.Kes)
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah Ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Klien An. M dengan Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) di Ruang Dahlia Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta ” ini telah
diujikan dan dinyatakan “Lulus” dalam Ujian Sidang dihadapan Tim Penguji pada
tanggal, Juli 2010.
Jakarta, Juli 2010
Penguji I
(Ns. Yeni Iswari, S. Kep)
Penguji II
(Silvana Evi Linda, S.Kp, M.Kes)
Penguji III
(Diah Ayu Agustin, S.Kp)
LEMBAR PERSEMBAHAN
Assalamualaikum Wr. Wb
Karya tulis ini saya persembahkan khusus’y kepada orang tua saya yang telah
mendukung baik moral, materi dan tidak henti-hentinya mendoakan saya dari
kecil hingga sekarang, sehingga saya bisa menyelesaika pendidikan D3 ini.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih untuk para dosen dan staff di akper bina
insan yang sudah menjadi pengajar kami dan memberi kami ilmu yang tak
pernah kami dapat selama ini khusunya untuk ibu Diah Ayu Agustin yang sudah
menjadi pembimbing saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Untuk teman- teman tingkat III angkatan yang ke-13, walaupun berbeda-beda
tapi tetap kompak pasti bakal kangen sama kalian semua. Untuk Fitri “kremi”,
Amel “ncus”, Happy “mami”, Else “teteh” yang selalu jail dan iseng tapi tetep
kasih semangat dan membantu saya selama 3 tahun ini.
Dan untuk Purwo Adi Santoso yang selalu mensupport saya untuk
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini walaupun jauh tapi makasih sudah
mendukung dan membantu. (thank’s idoenk…)
Cukup sekian ucapan terima kasih dari sAya jika ada salah-salah kata mohon
maaf dan untuk temen-temen yang gak di sebutin namanya jangan marah
yach.....
Walaikumsalam wr.wb
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Ilmiah ini dengan judul ”
Asuhan Keperawatan Pada Klien An.M dengan DHF di Ruang Dahlia Rumah Sakit
Pelabuhan Jakarta ”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka
menyelesaikan pendidikan program diploma III Keperawatan Bina Insan Jakarta. Dalam
penyusunan Malakah Ilmiah ini, penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan,
namun berkat bimbingan, dukungan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya
penulis Makalah Ilmiah ini dapat penulis selesikan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Yeni Iswari S. Kep, selaku penguji I
2. Ibu Silvana Evi Linda SKp, Mkes. Selaku direktur Akademi Perawatan Bina Insan
Jakarta dan selaku penguji II
3. Ibu Diah Ayu Agustin, SKp, selaku penguji III
4. Kepala ruangan dan staf keperawatan di ruang dahlia Rumah Sakit Pelabuhan
Jakarta
5. Kepada kedua orang tua penulis ( Ayah dan Ibu ) yang banyak memberikan support
dan mendoakan selalu.
6. Kepada teman-teman yang selalu memberikan support dan membantu kelancaran
jalannya penyusunan makalah ini khususnya tim anak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh lebih dari sempurna, namun penulis berharap
dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya mahasiswa Akper Bina Insan dan bagi
tenaga kesehatan pada umumnya.
Jakarta, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................1
B. Tujuan Penulisan ..............................................................................2
C. Metode Penulisan .............................................................................2
D. Ruang Lingkup..................................................................................3
E. Sistematika .......................................................................................3
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian .........................................................................................4
B. Etiologi .............................................................................................5
C. Patofisiologi ......................................................................................5
1. Proses perjalanan penyakit .........................................................5
2. Manifestasi klinik .......................................................................6
3. Komplikasi .................................................................................7
4. Derajat/ klasifikasi ......................................................................7
D. Penatalaksanaan ................................................................................7
1. Terapi ..........................................................................................7
2. Tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan ....................8
E. Konsep tumbuh kembang anak usia 5 tahun ....................................9
F. Konsep Hospitalisasi pada anak usia 5 tahun .................................10
G. Pengkajian keperawatan .................................................................10
H. Diagnosa keperawatan ....................................................................13
I. Perencanaan keperawatan ...............................................................13
J. Pelaksanaan keperawatan ...............................................................16
K. Evaluasi keperawatan .....................................................................17
BAB III : TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ......................................................................................18
B. Diagnosa keperawatan ....................................................................31
C. Intervensi, pelaksanaan, evaluasi ...................................................31
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Pengkajian ......................................................................................49
B. Diagnosa keperawatan ....................................................................50
C. Perencanaan keperawatan ...............................................................51
D. Pelaksanaan keperawatan................................................................52
E. Evaluasi ..........................................................................................52
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................54
B. Saran ...............................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau demam berdarah adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti. (Nursalam, 2008, hal 159). Manifestasi klinik dari Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) yaitu demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari
(tanpa sebab jelas). Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji turniket positif
dan adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya petekia, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematemesis. Pembesaran hati (sudah dapat
diraba sejak permulaan sakit). Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat, disertai
tekanan nadi yang menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah
menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit
yang teraba dingin dan lembap terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien
menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.
Berdasarkan data di ruang dahlia rumah sakit Pelabuhan Jakarta pada bulan Juli
2009 hingga akhir bulan Juni 2010 jumlah pasien yang dirawat dengan Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) sebanyak 250 anak atau sekitar 18,91 % dari 1.322
kasus yang terjadi pada anak.
Akibat lanjut dari Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) bila tidak segera di atasi
adalah ensefalopati, syok (renjatan), efusi pleura dan perdarahan intravaskuler
menyeluruh. Melihat hal tersebut perawat mempunyai peranan penting dalam upaya
melakukan tindakan promotif seperti memberikan penyuluhan kesehatan tentang
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF), preventif dengan menjaga kebersihan
lingkungan selalu menjaga kebersihan lingkungan dari air tergenang, menaburkan
bubuk abate ditempat penampungan air, dan melakukan pengasapan pada nyamuk.
Peran perawat dalam kuratif yaitu pemantauan perdarahan atau shock memberikan
banyak minum sesuai dengan kebutuhan anak dan melakukan kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat-obatan antibiotik, analgetik, antipiretik, dan
antiemetik. Peran perawat secara rehabilitatif atau penyembuhan seperti
menganjurkan makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup dan menekankan
untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan. Oleh karena itu, maka
penulis tertarik mengangkat kasus yang berjudul ” Asuhan Keperawatan Pada Klien
Anak dengan DHF di Ruang Dahlia Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta ”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien An.M dengan DHF
b. Mahasiswa memperoleh informasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada
klien An.M dengan DHF
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara komprehensif baik
biologis, psikologis, sosial, spiritual, maupun kultur pada klien An.M dengan
DHF.
b. Mahasiswa mampu menetukan masalah keperawatan pada klien An.M
dengan DHF.
c. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan kepada klien An.M
dengan DHF.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan keperawatan pada klien An.M dengan
DHF.
e. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi pada klien An.M dengan DHF.
f. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori
dan praktek.
g. Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat
serta mencari solusi atau alternatif pemecahan masalah.
h. Mahasiwa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan An.M dengan
DHF.
C. Ruang Lingkup
Penulisan makalah ini meliputi pembahasan “Asuhan Keperawatan Pada Klien
An.M dengan DHF di Ruang Dahlia Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta” mulai 15 Juli
sampai 17 Juli 2010 .
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode deskriptif dan studi kepustakan.
Dalam metode deskriptif, pendekatan yang digunakan adalah studi kasus dimana
penulis mengelola satu kasus dengan menggunakan proses keperawatan, sedangkan
studi kepustakaan sebagai dasar makalah yang di dapat dari buku-buku atau referensi
yang berkaitan dengan DHF.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ilmiah ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut : BAB
I: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan teori
yang terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi ( proses perjalanan
penyakit, manifestasi klinik, dan komplikasi ), penatalaksanaan, konsep tumbuh
kembang anak, konsep hospitalisasi anak, pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan. BAB III : Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. BAB IV :
Pembahasan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. BAB V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Selain itu makalah dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau demam berdarah adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti. (Nursalam:2008, hal 159)
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
(Aedes albopictus dan Aedes aegypti). (Ngastiyah: 2005, hal 368)
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
Virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti. (Suriadi: 2010, hal 57)
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah infeksi arbovirus (arthropod-borne virus)
akut, dutularkan oleh nyamuk spesies Aedes. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak
FKUI: 2005, hal 607).
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri
demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian. (Arif Mansjoer: 2000, hal 419)
Dengue Hemorragic Fever (DHF) adalah sebuah sindrom jinak yang disebabkan
oleh beberapa virus yang dibawa oleh arthopoda, ditandai dengan demam bifasik,
mialgia atau artalgia, leukopenia, dan limfadenopat
(http://kusuma’sblogaskepanakdengandhf.htm, 2008)
B. Etiologi
Penyebab penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah virus dengue. Di
Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus
dengue yang termasuk dalam grup B dari arthropedi borne viruses (Arboviruses),
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan
serotype yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand, dilaporkan bahwa serotipe
DEN-2 adalah dominan. Sementara di Indonesia, yang terutama dominan adalah
DEN-3, tetapi akhir ini adalah kecenderungan dominasi DEN-2.
C. Patofisiologi
1. Proses perjalanan penyakit
Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem complement. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptide yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui
endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan
faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan
gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoreksia jaringan, asidosis
metabolik dan kematian.
2. Manifestasi klinik
Gejala klinis untuk diagnosis Dengue Haemorrhagic Fever (menurut patokan
WHO, 1975)
a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab
jelas).
b. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniket positif dan adanya
salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya petekia, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematemesis.
c. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit).
d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan
sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba
dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi
gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.
Masa tunas 3-15 hari tetapi rata-rata 5-8 hari. Gejala klinis timbul secara
mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri di belakang
kepala hebat, suara serak, batuk, epistaksis serta disuria. Penyakit biasanya akan
sembuh dengan sendiri dalam 5 hari dengan penurunan suhu secara lisis. Maka
penyakit ini juga disebut vyfdaagse koorts (demam 5 hari).
Demam berdarah dengue ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas
disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada
anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut
menyerupai infuenza biasa. Pada hari ke-2 atau ke-3 demam muncul bentuk
perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa
perdarahan dibawah kulit (petekia/ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai
perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena,
dan juga hematuria masif.
Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam
telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda anak menjadi makin
lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembap. Denyut
nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80
mmHg atau kurang. (Ngastiyah, hal 369)
3. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit dengue haemoragik fever diantaranya :
Ensefalopati, sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan
dan kemungkinan dapat disebabkan oleh trombosis pembuluh darah ke otak;
Syok (renjatan), karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat
terjadi syok hipovolemik; Efusi pleura, adanya udema paru akibat pemberian
cairan yang berlebihan dengan tanda pasien akan mengalami distress pernapasan;
Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
4. Derajat / klasifikasi
Berdasarkan patokan dari WHO (1975) DBD dibagi menjadi 4 derajat sebagai
berikut:
a. Derajat I. Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi
perdarahan (uji turniket positif)
b. Derajat II. Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan
perdarahan lain.
c. Derajat III. Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat
dan lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi
disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah.
d. Derajat IV. Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang
tidak dapat diukur.
D. Penatalaksanaan
1. Terapi
a. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) tanpa renjatan
Pada pasien demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam.
Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik diberikan
oralit. Apabila hiperpireksia diberikan obat antipiretik dan kompres air biasa.
Jika terjadi kejang diberi luminal atau antikonvulsan lainnya. Luminal
diberikan dengan dosis anak umur kurang satu tahun 50 mg / IM, anak lebih
dari satu tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan
lagi dengan dosis 3 mg / kg BB. Anak di atas satu tahun diberikan 50 mg dan
dibawah satu tahun diberikan 30 mg, dengan memperlihatkan adanya depresi
fungsi vital. Infus diberikan pada pasien tanpa renjatan apabila pasien terus
menerus muntah,tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung meningkat.
b. Dengue Haemorrhaguc Fever (DHF) disertai renjatan
Pasien yang mengalami ranjatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang
diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada
respon maka dapat diberikan plasma atau plasma akspander, banyaknya 20
sampai 30 ml/kg BB. Pada pasien renjatan berat pemberian infus harus
diguyur dengan cara membuka klem infus, tetapi karena biasanya vena-vena
telah kolaps sehingga kecepatan tetesan tidak mencapai yang diharapkan,
maka untuk mengatasinya dimasukan cairan secara paksa dangan spuit
dimasukan cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur.
2. Tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan.
Keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam tinggi, anoreksia dan
muntah. Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus buah, teh manis, sirup, susu
sertai larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat dipertahankan maka cairan
IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat
dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan dextros 5 % di dalam 1/3
larutan NaCL 0,9%. Bila terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCL 0,9 % +
dekstrose ¾ bagian natrium bikarbonat.
Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB, diberikan secepat mungkin dalam
waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan tanda-tanda vital,
kadar hematokrit dan jumlah volume urine. Untuk menurunkan suhu tubuh
menjadi kurang dari 39°C perlu diberikan antipiretik seperti parasetamol dengan
dosis 10-15 mg/kgBB/hari. Apabila pasien tampak gelisah, dapat diberikan
sedatif untuk menenangkan pasien seperti kloral hidrat yang diberikan peroral /
perektal dengan dosis 12,5-50 mg/kgBB (tidak melebihi 1 gram). Pemberian
antibiotik yang berguna dalam mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin
sesuai dangan dosis yang ditentukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien syok. Tranfusi darah
dapat diberikan pada penderita yang mempunyai keadaan perdarahan nyata,
dimaksudkan untuk menaikan kosentrasi sel darah merah. hal yang diperlukan
yaitu memantau tanda-tanda vital yang harus dicatat selama 15 sampai 30 menit
atau lebih sering, dan disertai pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.
E. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah (3 - 5 Tahun)
Fisik : Frekuensi nadi dan pernafasan menurun sedikit demi sedikit,
berat badan rata-rata 18,7 kg, tinggi badan rata-rata 110 cm,
pemunculan geligi permanen dapat terjadi, penggunaan tangan
primer terbentuk (kira-kira 90 % adalah pengguna tangan kanan.
Motorik kasar : Meloncat dan melompat pada kaki secara bergantian,
melempar dan menangkap bola dengan baik, meloncat keatas,
bermain skate dengan keseimbangan yang baik, berjalan
mundur dengan tumit dan jari kaki, melompat dari ketinggian 1
inchi dan bertumpu pada ibu jari kaki, keseimbangan pada kaki
bergantian dengan mata tertutup.
Motorik halus : Mengikat tali sepatu, menggunakan gunting, alat sederhana,
atau pensil dengan baik, dalam menggambar, meniru gambar
permata dan segitiga, menambahkan tujuh sampai sembilan
bagian dari gambar garis; mencetak dari beberapa huruf, angka,
atau kata seperti nama panggilan.
Bahasa : Mempunyai perbendaharaan kata kira-kira 2100 kata,
menggunakan kalimat dengan enam sampai delapan kata,
dengan semua bagian bicara, menyebutkan koin (misalnya,
nikel dan perak), menyebutkan empat atau lebih warna,
menggambarkan gambar atau lukisan dengan banyak komentar
dengan menyebutkan satu persatu.
Sosialisasi :Kurang memberontak dibandingkan dengan sewaktu berusia 4
tahun, lebih tenang dan berhasrat untuk menyelesaikan urusan,
tidak seterbuka dan terjangkau dalam hal pikiran dan prilaku
seperti pada tahun-tahun sebelumnya, mandiri tetapi dapat
dipercaya; tidak kasar; lebih bertanggung jawab, mengalami
sedikit rasa takut; mengandalkan otoritas luar untuk
mengendalikan dunianya.
Kognitif :Mulai mempertanyakan apa yang dipikirkan orangtua dengan
membandingkan dengan teman sebaya dan orang dewasa lain,
menunjukkan prasangka dan bias dalam dunia luar, lebih
mampu memandang perspektif orang lain, tetapi mentoleransi
perbedaan dari pada memahaminya.
Psikoseksual :Fase phalik/oedipal ( 3-6 tahun ) ; kehidupan anak berpusat
pada genetalia dan area tubuh yang sensitif, anak mulai suka
pada lain jenis, anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis
kelamin, anak mulai memahami identitas gender (anak sering
meniru ibu atau bapak dalam berpakaian).
Sosial emosional : Bermain sendiri mulai berkurang, sering berkumpul dengan
teman sebaya, interaksi sosial selam bermain meningkat, sudah
siap untuk menggunakan alat-alat bermain.
F. Konsep Hospitalisasi Masa Prasekolah (3 – 5 tahun)
Reaksi terhadap perpisahan : menolak makan, menangis pelan, sering bertanya, tidak
kooperatif. Kehilangan kontrol :pembatasan aktifitas sehari-hari dan kehilangan
kekuatan diri, dirawat merupakan hukuman, malu, bersalah, takut terhadap perlukaan
akan menganggap tindakan dan prosedur akan mengancam integritas, agresif,
ekspresi verbal, dependent. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi ; perasaan cemas
dan takut, perasaan sedih, perasaan frustasi.
G. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam penumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001). Ada
dua tipe data pada pengkajian: (1) data subjektif adalah data yang didapatkan dari
klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, dan data objektif adalah
data yang dapat diobservasi dan diukur. Pengumpulan data klien memiliki
karakteristik lengkap, akurat, nyata, dan relevan. Sumber data dapat diperoleh dari
klien, orang terdekat, catatan klien, riwayat penyakit, konsultasi, hasil pemeriksaan
diagnostik, catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya, perawat lain dan
kepustakaan. Ada tiga metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada tahap
pengkajian: (1) komunikasi yang efektif; (2) observasi; (3) pemeriksaan fisik.
Menurut Nursalam (2008) pengkajian keperawatan meliputi :
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang
dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/ Keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke Rumah Sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Panas mendadak disertai menggigil, dan saat demam kesadaran compos mentis.
Turunnya panas antara hari ke-2 dan ke-7, dan anak semakin lemah, kadang
disertai keluhan batuk pilek, nyeri tekan, mual, muntah anoreksia,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada
kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diserita
Penyakit apa saja pernah diderita. Pada DHF, anak mengatakan serangan ulangan
DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan nafsu makan menurun.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar.
8. Pola kebiasaan
Nafsu makan berkurang, Kadang-kadang anak mengalami diare/ konstipasi.
Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.DHF grade IV sering
terjadi hematuria. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang .
9. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF , keadaan fisik anak sebagai
berikut:
Grade I : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, tanda -
tanda vital dan nadi lemah.
Grade II : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta
nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.
Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat dan kulit tampak biru.
10. Sistem integumen
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin,
dan lembab. Kuku sianosis / tidak. Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan
karena demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut
kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III,
IV). Bentuk dada simetris, dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura),
Rales positif, ronchi positif yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali), dan asites.
Ekstremitas untuk akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan pasien DHF akan dijumpaii
1) Hb dan PCV meningkat (≥20%)
2) Trombositopenia (≤100.000/ml)
3) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis)
4) Ig D dengue positif
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan: hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
7) Asidosis metabolik: PCO2 <35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah.
8) SGOT/SGPT mungkin meningkat.
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah. (Nursalam, 2001). Tujuan diagnosa keperawatan untuk menidentifikasi
masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit, faktor-
faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologi), dan kemampuan
klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah. Langkah-langkah dalam
diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi klasifikasi dan analisa data,
interpretasi data, validasi data, perumusan diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan menurut Suriadi (2010) adalah :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah, dan demam.
2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, tidak ada nafsu makan.
4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.
5. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
I. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, atau mengoreksi ,masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa
keperawatan. (Nursalam, 2001). Tujuan rencana tindakan keperawatan dapat dibagi
menjadi dua: (1) sebagai administrative dan (2) klinik. Langkah-langkah
perencanaan terdiri dari menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil,
menentukan rencana tindakan, dan dokumentasi. Pedoman penulisan kriteria hasil
harus berdasarkan ”SMART”, S = spesifik (tujuan harus spesifik, dan tidak
menimbulkan arti ganda), M = measurable (tujuan keperawatan harus dapat diukur,
khususnya tentang perilaku klien: dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan
dibau, A = archievable (tujuan harus dapat dicapai), R = reasonable (tujuan harus
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah), T = time (tujuan keperawatan).
Perencanaan keperawatan menurut Suriadi (2010) adalah :
1. Kekurangan volume cairan verhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah, dan demam.
Tujuan : Volume cairan terpenuhi.
Kriteria hasil : Volume cairan dan tubuh anak dapat terpenuhi antara intake
dan output seimbang, tidak menunjukan tanda-tanda dehidrasi,
tidak ada mual/muntah dan perdarahan, tidak terdapat
perdarahan, trombosit dalam batas normal,
Perencanaan :
a. Observasi tanda-tanda vital paling sedikit tiap empat jam.
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit elastis,
ubun-ubun cekung, produksi urin menurun.
c. Observasi dan mencatat intake dan output.
d. Berikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
e. Monitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, dan serum albumin.
f. Pertahankan intake dan output yang adekuat.
g. Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam.
h. Kurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insensible Water Loss/ IWL)
2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Perfusi jaringan dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Tidak terdapat perdarahan, tanda - tanda vital dalam batas
normal
Intervensi :
a. Kaji dan mencatat tanda-tanda vital (kualitas dan frekuensi denyut nadi,
tekanan darah, capilary refill)
b. Kaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu, kelembaban, dan warna)
c. Nilai kemungkinan, terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti
dingin, nyeri, pembengkakan kaki.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kenutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, tidak ada nafsu makan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil : Klien tidak mual dan muntah, nafsu makan klien meningkat,
turgor kulit elastis.
Intervensi :
a. Kaji adanya rasa mual dan muntah pada klien.
b. Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan dengan teknik porsi kecil tapi
sering.
c. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala
yang sama.
d. Pertahankan kebersihan mulut pasien.
e. Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak,
rencanakan untuk memperbaiki kualita gizi pada saat selera makan anak
meningkat.
f. Kaji status nutrisi anak dilihat dari berat badan sebelum sakit dan berat badan
saat ini.
4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.
Tujuan : Koping keluarga adaptif
Kriteria Hasil : Keluarga tidak cemas.
Intervensi :
a. Kaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi
yang penuh stress.
b. Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang
lebar, dan identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga.
c. Identifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya
dalam mengatasi klien.
d. Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak/
keluarga menjadi lebih baik/ dan jika memungkinkan memberikan apa yang
diminta oleh keluarga.
e. Penuhi kebutuhan dasar anak; jika anak sangat tergantung dalam melakukan
aktifitas sehari-hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak terlalu
lama kemudian secara bertahap meningkatkan kemandirian anak dala
memenuhi kebutuhan dasarnya.
5. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : Hipertermi dapat teratasi
Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam batas normal, klien tidak
menggigil, badan tidak teraba hangat.
Intervensi :
a. Ukur tanda-tanda vital: suhu
b. Kaji saat timbulnya demam
c. Anjurkan untuk banyak minum
d. Ajarkan keluarga dalam pengukuran suhu.
e. Lakukan ”tepid sponge” (seka) dengan air biasa.
f. Monitor nilai laboratorium: elektrolit darah
g. Tingkatkan intake cairan.
h. Berikan terapi untuk menurunkan suhu.
J. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik (Nursalam, 2001). Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Tahap tindakan keperawatan ada 3 tahap yaitu tahap
persiapan, tahap perencanaan, dan tahap dokumentasi.
Tahap persiapan adalah tahap awal tindakan keperawatan menuntut perawat
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan. Persiapan tersebut
meliputi kegiatan-kegiatan (1) review tindakan keperawatan yang di identifikasikan
pada tahap perencanaan; (2) menganalisa pengetahuan dan ketrampilan keperawatan
yang diperlukan; (3) mengetahui komplikasi dan tindakan keperawatan yang
mungkin timbul; (4) menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan; (5)
mempersiapkan lingkungan yang konduktif sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan; (6) mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko dari
potensial tindakan.
Tahap perencanaan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan
meliputi tindakan : Independen, Dependen, dan Interdependen. Tahap dokumentasi
adalah pelaksanaan tindakan keperawatan yang harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap sesuatu kejadian dalam proses keperawatan. Ada 3 tipe
sistem pencataatan yang digunakan pada dokumentasi: (1) sources-Oriented
records; (2) Problem-Oriented records : POR; dan (3) Computer-Assisted Records.
Pada model/Sistem Dokumentasi Keperawatan akan dijelaskan lebih lanjut dan
diuraikan pada bagian dokumentasi keperawatan.
K. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindaakan, dan
pelaksanaannyasudah berhasil dicapai. (Nursalam, 2001)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal
ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan. Proses Evaluasi terdiri dari 2 tahap: (1) mengukur pencapaian
tujuan klien; (2) membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan
pencapaian tujuan.
Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan, yaitu : (1)
Proses (formatif), fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan
hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan
segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu
keefektifitasan terhadap tindakan. Pernyataan formatif merefleksikan observasi
perawat dan analisis terhadap klien terhadap respons langsung pada intervensi
keperawatan. (2) Hasil (sumatif), fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau
status kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien. Tipe evaluasi ini
dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara paripurna. Sumatif evaluasi
adalah objektif, fleksibel dan efisien. Adapun metode pelaksanaan evaluasi sumatif
terdiri dari closed chart audit, interview akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan,
dan pertanyaan pada klien dan keluarga. Sumatif evaluasi bisa menjadi metode
dalam memonitor kualitas dan efisiensi tindakan yang telah diberikan. Pernyataan
sumatif merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis observasi dan analisis mengenai
status kesehatan klien terhadap waktu.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan selama 3 hari mulai dari tanggal 15 Juli 2010 pukul 09.00
WIB sampai tanggal 17 Juli 2010. Klien masuk Ruang Dahlia Rumah Sakit
Pelabuhan Jakarta pada tanggal 14 Juli 2010 pukul 13.30 WIB bernomor register
271062 dengan doagnosa medis DHF.
1. Data biografi
a. Identitas klien
Klien bernama An. M, biasa dipanggil Zaki, berjenis kelamin laki-laki,
berusia 5 tahun 2 bulan, klien beragama islam, suku bangsa Medan, bahasa
yang digunakan sehari-hari adalah Indonesia.
b. Identitas orang tua/ wali
Ibu klien bernama Ny. H, berusia 35 tahun, pendidikan terakhir D3
(perawat), bekerja sebagai ibu rumah tangga, beragama Islam, bersuku
Aceh. Ayah klien bernama Tn. H berusia 38 tahun, pendidikan terakhir D3,
bekerja sebagai karyawan (farmasi), beragama Islam, bersuku Medan, dan
bertempat tinggal di Jl. Tipar Cakung rt 07/07 No. 32 kelurahan Cakung
Barat Jakarta Timur.
2. Resume
Klien masuk Ruang Dahlia Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta pada tanggal 14
Juli 2010 pukul 14.30 dengan keluhan utama demam ± 5 hari sebelum masuk
rumah sakit, batuk timbul bersamaan dengan demam, pilek, suhu 38ºC, nadi
120 x/menit, pernafasan 30 x/menit, kesadaran compos mentis.
Berdasarkan data-data diatas perawat ruang Dahlia menegakkan masalah
keperawatan peningkatan suhu tubuh b/d adanya proses infeksi. Adapun
tindakan yang telah dilakukan adalah mengkaji keadaan umum pasien,
mengobservasi tanda-tanda vital, menganjurkan pasien untuk tidak banyak
beraktivitas, memberi kompres air biasa jika suhu lebih dari 37ºC,
menganjurkan keluarga untuk banyak minum 1-1,5 liter/hari. Adapun tindakan
kolaborasi yang telah dilakukan adalah terapi oral Trifed 3 x 1 sdt, Lasal
Expectorant 3 x 1 sdt, Zinkid 1 x 20 mg, terapi injeksi kalfoxim 2 x 1 gram,
Farmadol 2 x 500 mg, terapi infus Ringer Laktat 20 tetes/menit.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Pada masa antenatal kesehatan pada waktu hamil hiperemis gravidarum
tidak ada, pendarahan pervagina tidak ada, anemia tidak ada, penyakit
infeksi tidak ada, preeklamsi/eklamsi tidak ada, gangguan kesehatan tidak
ada, pemeriksaan kehamilan teratur diperiksa oleh dokter bertempat di
klinik dengan hasil pemeriksaan sehat, diberi imunisasi TT 2 kali, riwayat
pengobatan selama kehamilan yaitu vitamin dan obat penambah darah
Pada masa natal usia kehamilan 8 bulan 2 minggu dengan cara persalinan
normal ditolong oleh bidan, keadaan bayi saat lahir sehat, dengan berat
badan bayi 2,7 kg, panjang badan 49 cm dan pengobatan yang didapat Vit
K dan BCG.
b. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Ny. H mengatakan An. M ada gangguan dalam proses tumbuh kembang
yaitu hiperaktif dan susah konsentrasi.
c. Penyakit-penyakit yang pernah diderita
Ny. H mengatakan An. M pernah mengalami demam.
d. Pernah dirawat di Rumah Sakit
Ny. H mengatakan An. M belum pernah di rawat di rumah sakit
sebelumnya.
e. Obat-obat
Ny. H mengatakan An. M hanya diberi obat-obatan seperti vitamin.
f. Tindakan (misalnya : operasi)
Ny. H mengatakan An. M belum pernah dioperasi
g. Alergi
Ny. H mengatakan An. M alergi jika terkena panas matahari kulit An. M
keluar bintik merah.
h. Kecelakaan
Ny. H mengatakan An. M belum pernah mengalami kecelakaan.
i. Imunisasi
Ny. H mengatakan An. M mendapatkan imunisasi lengkap seperti : BCG,
DPT I, DPT II, DPT III, POLIO, Campak, Hepatitis.
j. Kebiasaan sehari-hari
1) Pola pemenuhan nutrisi
An. M diberikan vitamin berjenis Curcuma plus atau Scot emulsion,
diberikan sekama 1 x / hari. An. M makan 3 x / hari, jenis makanan
nasi, sayur mayur, dan lauk pauk, makanan yang disenangi yaitu ayam,
An. M tidak mempunyai alergi terhadap makanan. An. M mempunyai
kebiasaan makan bersama keluarga, makannya kadang disuapi oleh
ibunya dan kadang makan sendiri, An. M makan 3 x / hari, An. M
minum ± 1½ liter / hari dan tidak ada kebiasaan minum kopi.
2) Pola tidur
Ny. H mengatakan An. M sering tidur siang dan malam hari lamanya ±
8 – 10 jam / hari, tidak ada kelainan waktu tidur, kebiasaan yang
membuat An. M nyaman saat tidur adalah membaca shalawat.
3) Pola aktifitas atau bermain
An. M mempunyai hobi bermain bola.
4) Pola kebersihan diri
An. M mandi 2x sehari dengan menggunakan sabun dan tidak dibantu,
An. M sikat gigi 2x sehari waktunya pagi dan sore hari tidak dibantu
dan menggunakan pasta gigi.An. M cuci rambut 3x seminggu dan
melakukannya sendiri. An. M berpakaian dibantu oleh ibunya.
5) Pola eliminasi
Ny. H mengatakan An. M BAB 2x sehari dengan waktu tidak tentu
serta konsistensi lunak warnanya kuning kecoklatan, tidak ada keluhan
dan tidak ada kebiasaan pada waktu BAB. BAK An. M 4-5x sehari
berwarna kuning jernih, tidak ada keluhan waktu BAB, dan An. M
tidak ada kebiasaan mengompol.
6) Kebiasaan lain
Ny. H mengatakan An. M mempunyai kebiasaan menggigit jari,
menggigit kuku dan An. M mudah marah.
7) Pola asuh
An. M diasuh oleh kedua orang tuanya dan pembantu.
4. Riwayat kesehatan keluarga
a. susunan keluarga
Ny. H mengatakan An. M adalah anak pertama dari 2 bersaudara, klien
tinggal bersama keluarganya.
b. Riwayat penyakit keluarga
Ny. H mengatakan dalam keluarga seperti ayahnya ada yang pernah
menderita penyakit usus buntu.
c. Coping keluarga
Keluarga selalu memecahkan masalah bersama-sama dengan cara
musyawarah. Keluarga tampak cemas dengan kondisi kesehatan An. M.
d. Sistem nilai
Ny. H mengatakan sistem nilai dikeluarganya sangat memperhatikan
kesehatan anaknya.
e. Spiritual
Keluarga An. M sangat kuat memegang kepercayaan yaitu shalat 5 waktu
dan berdoa.
5. Riwayat kesehatan lingkungan
a. Resiko bahaya kecelakaan
1) Rumah
Menurut keterangan Ny. H letak rumah klien beresiko terhadap
kecelakaan karena berada ditepi jalan raya.
2) Lingkungan rumah
Menurut Ny. H lingkungan rumah kurang baik karena banyak
kendaraan lalu lalang sehingga beresiko terhadap kecelakaan.
b. Polusi
Hy. H mengatakan letak rumah berada ditepi jalan raya sehingga banya
polusi.
c. Kebersihan
Ny. H mengatakan rumahnya bersih akan tetapi disekitar lingkungan
rumahnya banyak sampah berserakan dan got banyak digenangi oleh
sampah.
6. Riwayat kesehatan sekarang
a. Riwayat penyakit sekarang
Ny. H mengatakan An. M mulai sakit pada tanggal 10 Juli 2010 pukul
14.00, dengan keluhan utama demam, batuk pilek, mual, tidak nafsu
makan, badannya menggigil, suhu 39,2 °C. Menurut Ny. H terjadinya 5
hari sebelum masuk rumah sakit, lamanya secara bertahap. Faktor pencetus
menurut Ny. H diperkirakan karena gigitan nyamuk disekitar lingkungan
rumahnya karena banyak sampah yang tergenang di selokan. Upaya untuk
mengurangi adalah dengan minum obat akan tetapi tidak kunjung sembuh
lalu orang tua langsung membawa An. M ke IGD Rumah Sakit Pelabuhan
Jakarta dikirim oleh dokter.
b. Pengkajian fisik secara fungsional
1) Data klinik
a) Data subjektif
Ny. H mengatakan An. M tampak lemah, bibir pecah-pecah, badan
terasa hangat, minum ± 600 cc/hari, batuk pilek, tidak bisa
mengeluarkan sputum, agak sesak, mual, nafsu makan menurun,
makan ¼ porsi, mengigil, demam. Ibu klien mengatakan cemas
dengan kondisi anaknya, ibu klien mengatakan agar anaknya cepat
sembuh.
b) Data objektif
Saat dilakukan pengkajian suhu tubuh An. M 39,2 °C, nadi
120x/menit, pernafasan 30 x/menit, kesadaran compos mentis.
2) Nutrisi dan metabolisme
a) Data subjektif
Ny. H mengatakan nafsu makan An. M kurang baik, berat badan
sebelum sakit 30,5 kg, berat badan saat ini 29,5 kg, penurunan berat
badan 1 kg, diit bubur. Selama dirumah sakit klien makan tiga kali
sehari dan menghabiskan ¼ porsi bubur dalam setiap kali
pemberian makan. Ibu klien mengatakan An. M minum 600 cc/hari.
Ibu klien mengatakan An. M tidak muntah dan tidak dysphagia.
b) Data Objektif
Saat dilakukan pengkajian terlihat mukosa bibir kering dan pecah-
pecah, tidak ada lesi, tidak ada kelainan palatum, gusi bersih, tidak
ada perdarahan, lidah bersih, gigi sudah lengkap, karies dan karang
gigi tidak ada, obesitas tidak ada, integritas kulit utuh, tekstur halus,
turgor kulit kurang elastis, tekstur halus. An. M tidak menggunakan
sonde/NGT. Intake cairan / makanan dalam 24 jam (makan 150
cc/24 jam, minum 600 cc/24 jam, infus 1500 cc/24 jam), total intake
2250 cc/24 jam.
3) Respirasi / sirkulasi
a) Data subjektif
Ny. H mengatakan An. M agak sesak nafas, ada sputum, batuk,
tidak sakit dada dan tidak udema.
b) Data objektif
Saat dilakukan pengkajian respirasi; suara pernafasan ronchi, ada
batuk tetapi tidak terdapat darah, ada sputum, tidak menggunakan
otot bantu pernafasan, dan tidak menggunakan pernafasan cuping
hidung. Sirkulasi ; tidak ditemukan ikterus, sianosis, edema, dan
palpitasi, pengisian kapiler 2 detik, temperatur suhu 39,2°C.
4) Eliminasi
a) Data subjektif
Ny. H mengatakan An. M tidak kembung, tidak ada sakit atau nyeri
pada perut, An. M BAB 2 x/hari, dengan warna kuning, konsistensi
BAB lunak. Ny. H mengatakan An. M BAK sebanyak 1416 cc/24
jam, frekuensi 4-5 x/hari, tidak mengalami kesulitan pada saat
BAK, tidak ada hematuria, dan tidak ada inkotinensia.
b) Data objektif
Saat dilakukan pengkajian abdomen klien terlihat lemas, tidak
mengalami tegang atau kaku, tidak ada kembung, bising usus 11
x/menit. BAB An. M 2x/ hari, dengan warna kuning kecoklatan,
tidak ada lendir, konsistensi lunak, tidak ada melena. BAK klien
normal dengan warna kuning jernih, bau khas, frekuensi 4-5 x/hari,
dan tidak memakai kateter. Klien tidak iritasi, atresia ani dan
prolaps tidak ditemukan. Output cairan dalam 24 jam (BAK 1416
cc/24 jam, BAB 300 cc/24 jam, IWL 738 cc/24 jam) total output
2454 cc/24 jam. Balance intake-output (2250 cc/24 jam - 2454
cc/24 jam = -204 cc/24 jam).
5) Aktivitas / latihan
a) Data subjektif
Ny. H mengatakan An. M masih lemah, masih dibantu oleh orang
tua dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, tidak ada kekakuan
pergerakan sendi, tidak ada rasa nyeri pada sendi.
b) Data objektif
Saat dilakukan pengkajian An.M hanya terlihat berbaring ditempat
tidur, An. M sudah dapat berjalan, tangan kanan dan kiri masih
lemah, tidak ada kelainan dalam bentuk kaki (simetris), otot kaki
baik dan tidak ada kejang.
6) Sensori Persepsi
a) Data subjektif
Ny. H mengatakan An. M tidak mengalami gangguan dalam
pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, dan pengecapan.
b) Data objektif
Saat dilakukan pengkajian reaksi klien terhadap rangsangan cepat,
orientasi baik, pupil baik, konjungtiva pucat, pendengaran baik
tidak ada kotoran, penglihatan baik, mata simetris.
7) Konsep Diri
a) Data subjektif
Ny. H mengatakan penyakit An. M sangat mempengaruhi
aktifitasnya, An. M menjadi rewel.
b) Data objektif
Saat dilakikan pengkajian kontak mata kurang baik, postur tubuh
baik, dan perilaku agak rewel.
8) Tidur / Istirahat
a) Data subjektif
Ny. H mengatakan An. M terlihat nyenyak pada saat tidur, masalah
atau gangguan waktu tidur tidak ada.
b) Data objektif
Saat dilakukan pengkajian tidak ada tanda-tanda kurang tidur.
9) Seksualitas / Reproduksi
a) Data subjektif
Ny. H mengatakan An.M tidak ada kelainan pada alat
reproduksinya dan pada saat BAK tidak terasa sakit.
b) Data objektif
Saat dilakukan pengkajian An. M tidak ada kelainan skrotum,
hyposphadia, dan fimosis.
c. Dampak hospitalisasi
1. Pada anak
An M terlihat tidak kooperatif, takut terhadap perlukaan, dan rewel.
2. Pada keluarga
Orang tua An. M terlihat cemas dan khawatir terhadap kesehatan An. M
d. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan saat ini
1) Pertumbuhan
Saat dilakukan pengkajian berat badan An .M 29,5 kg, tinggi badan 120
cm, lingkar kepala 50 cm, lingkar lengan atas 24 cm, dan pertumbuhan
gigi sudah lengkap.
2) Perkembangan
Riwayat perkembangan dalam proses tumbuh kembang ibu klien
mengatakan ada gangguan dalam proses perkembangan anaknya, yaitu
kurang berkonsentrasi. Motorik kasar klien dapat berlari, meloncat, dan
anak dapat belajar menggunakan pergerakan aktifitas olah raga seperti
bermain bola. Motorik halus klien bisa menyisir rambut dengan pantas
tanpa bantuan, menggambar. Bahasa klien masih terbatas karena klien
ada gangguan dalam proses bicara. Dalam bersosialisasi, orang tua An.
M mengatakan kurang bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium tanggal 15 Juli 2010 didapatkan
data yaitu leukosit 2,90 10^3/ul (↓), trombosit 124 10^3/ul (↓), hemoglobin 12,9
g/dl (↓), hematokrit 37,6 % (↓).
8. Penatalaksanaan Medis
a. Trifed 3 x 1 sdt
b. Lasal expectorant 3 x 1 sdt
c. Zinkid 1 x 20 mg
d. Kalfoxim 2 x 1 gram
e. Farmadol 2 x 500 mg
f. IVFD Ringer Laktat 20 tetes/menit.
9. Data Fokus
Dari data-data pengkajian tanggal 15 Juli 2010 penulis menemukan data-data
yang menyimpang atau abnormal dari An. M dimasukkan kedalam data fokus
sebagai berikut :
Data subjektif :
Ny. H mengatakan An. M tampak lemah, bibir pecah-pecah, badan terasa
hangat, minum ± 600 cc/hari, batuk pilek, tidak bisa mengeluarkan sputum,
agak sesak, mual, nafsu makan menurun, makan ¼ porsi, mengigil, demam.
Ibu klien mengatakan cemas dengan kondisi anaknya, ibu klien mengatakan
agar anaknya cepat sembuh.
Data Objektif :
Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, TTV: suhu 39,2ºC, nadi
120 x/menit, pernafasan 30 x/menit, mukosa bibir An. M tampak kering dan
pecah-pecah, An. M tampak lemas, turgor kulit kurang elastis, menggigil,
terpasang infus Ringer Laktat 20 tetes/menit, suara nafas ronchi, An. M tampak
tidak bisa mengeluarkan sputum, agak sedikit sesak nafas, mual, tidak nafsu
makan, menghabiskan ¼ porsi makan, demam, berat badan sebelum sakit 30.5
kg, berat badan saat ini 29,5 kg, penurunan berat badan 1 kg, hematokrit 37,6
% ↓, trombosit 124 10^3/ul ↓, leukosit 2,90 10^3/ul ↓, hemoglobin 12,9 g/dl ↓,
intake (infus 1500 cc/24 jam, minum 600 cc/24jam, makan 150 cc/24 jam) dan
total intake / 24 jam adalah 2250 cc/24 jam, Output cairan atau makanan dalam
24 jam (BAK 1416 cc/24 jam, BAB 300 cc/24 jam, IWL 738 cc/24 jam) total
output 2454 cc/24 jam. Balance intake-output (2250 cc/24 jam - 2454 cc/24
jam = -204 cc/24 jam), orang tua tampak cemas dengan kondisi anaknya, orang
tua ingin anaknya cepat sembuh.
10. Analisa Data
Nama klien / umur : An. M / 5,2 tahun
No. Kamar / Ruang : D3 / Dahlia
No. Data Masalah Etiologi
1. Data Subjektif :
- ibu klien mengatakan
anaknya batuk pilek
- Ibu klien mengatakan
anaknya tampak tidak bisa
mengeluarkan sputum
- Ibu klien mengatakan
anaknya agak terlihat sesak
Data objektif :
- TTV : nadi = 120 x/menit
Suhu = 39,5 ºC
Pernafasan = 30 x/menit
- Suara nafas ronchi
- Klien tampak tidak bisa
mengeluarkan sputum
- Klien tampak agak sedikit
sesak nafas
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Penumpukan
sputum
2. Data subjektif :
- Ibu klien mengatakan
anaknya tampak lemah
- Ibu klien mengatakan bibir
An.M pecah-pecah
- Ibu klien mengatakan badan
An. M terasa hangat
- Ibu klien mengatakan minum
An. M ± 600 cc/hari
Data objektif :
Gangguan
keseimbangan
cairan kurang dari
kebutuhan tubuh
Peningkatan
permeabilitas
dinding
pembuluh darah
- mukosa bibir An. M tampak
kering dan pecah-pecah
- An. M tampak lemas
- Turgor kulit kurang elastis
- An. M tampak mengigil
- TTV : nadi = 120 x/menit
Suhu = 39,5 ºC
Pernafasan = 30 x/menit
- hematokrit 37,6 % ↓
- trombosit 124 x 10^3/ul ↓
- Terpasang infus RL 20
tetes/menit
- An. M tampak demam
- Intake
infus = 1500 cc/24 jam
minum = 600 cc/24 jam
makan = 150 cc/24 jam +
total 2250 cc/24 jam
output
BAK = 1416 cc/24 jam
BAB = 300 cc/24 jam
IWL = 738 cc/24 jam +
total 2454 cc/24 jam
Balance -204 cc/24 jam
3. Data Subjektif :
- Ibu kllien mengatakan An. M
tampak mual
- Ibu klien mengatakan An. M
tampak lemas
- Ibu klien mengatakan nafsu
Risiko tinggi
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Intake nutrisi
tidak adekuat
makan An. M menurun
- Ibu klien mengatakan An. M
hanya menghabiskan ¼ porsi
makan
Data objektif :
- An. M tampak lemas
- An. M tampak mual
- An. M tampak menghabiskan
makan ¼ porsi
- TTV : nadi = 120 x/menit
Suhu = 39,5 ºC
Pernafasan = 30 x/menit
- Berat badan sebelum sakit
30,5 kg
- Berat badan saat ini 29,5 kg
- Penurunan berat badan 1 kg
- Hemoglobin 12,9 g/dl ↓
- Diit bubur
4. Data subjektif :
- Ibu klien mengatakan badan
An. M terasa hangat
- Ibu klien mengatakan An. M
menggigil
- Ibu klien mengatakan An. M
terasa demam
Data objektif :
- Keadaan umum sedang
- Kesadaran compos mentis
- TTV : nadi = 120 x/menit
Suhu = 39,5 ºC
Pernafasan = 30 x/menit
Hipertermi Proses infeksi
virus dengue
- An. M tampak menggigil
- An. M tampak lemas
- An. M tampak demam
- Leukosit 2,90 x 10^3/ul ↓
5. Data subjektif
- Ibu klien mengatakan cemas
dengan kondisi anaknya
- Ibu klien mengatakan agar
anaknya cepat sembuh.
Data Objektif
- orang tua tampak cemas
dengan kondisi anaknya
- orang tua ingin anaknya cepat
sembuh.
Perubahan proses
keluarga : cemas
kondisi anak
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan pada tanggal 15 Juli 2010,
penulis merumuskan diagnosa keperawatan yang terjadi pada An.M dengan
prioritas masalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum.
Tanggal ditemukan : 15 Juli 2010
Tanggal teratasi : 17 Juli 2010
Nama perawat : Guspramita
2. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah.
Tanggal ditemukan : 15 Juli 2010
Tanggal teratasi : Belum teratasi (klien pulang)
Nama perawat : Guspramita
3. Risiko tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat.
Tanggal ditemukan : 15 Juli 2010
Tanggal teratasi : 17 Juli 2010
Nama perawat : Guspramita
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
Tanggal ditemukan : 15 Juli 2010
Tanggal teratasi : Belum teratasi (klien pulang)
Nama perawat : Guspramita
5. Perubahan proses keluarga : cemas berhubungan dengan kondisi anak
Tanggal ditemukan : 15 Juli 2010
Tanggal teratasi : 17 Juli 2010
Nama perawat : Guspramita
C. Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sputum ditandai dengan.
Data subjektif :
ibu klien mengatakan anaknya batuk pilek, ibu klien mengatakan anaknya
tampak tidak bisa mengeluarkan sputum, ibu klien mengatakan anaknya agak
terlihat sesak
Data objektif :
Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, TTV : nadi = 120 x/menit,
suhu = 39,2ºC pernafasan = 30 x/menit, suara nafas ronchi, klien tampak tidak
bisa mengeluarkan sputum, klien tampak agak sedikit sesak nafas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 Jam pada An. M diharapkan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas dapat teratasi.
Kriteria hasil : Keadaan umum baik, klien tidak batuk, tidak sesak,
pernafasan dalam batas normal, sputum dapat keluar,
suhu: 36-37°C, nadi: 80-100 x/menit, pernafasan 18-20
x/ menit).
Rencana Tindakan :
Mandiri
a. Kaji dan catat tanda-tanda vital.
b. Lakukan fisioterapi dada (postural drainase)
c. Kaji adanya sputum, catat warna, bau dan kekentalan.
d. Bantu anak dalam mengeluarkan sputum.
e. Auskultasi bunyi nafas.
Kolaborasi
f. Beri therapi obat Lasal ekspektoran 3 x 1 sdt dan Trifed 3 x 1 sdt.
g. Pemeriksaan rontgen thoraks
Pelaksanaan:
Hari / tanggal : Kamis, 15 Juli 2010
Pukul 09.00 WIB mengkaji dan mencatat tanda-tanda vital. Respon, nadi 120
x/menit, suhu 39,2 ºC, pernafasan 30 x/menit. Pukul 09.15 WIB melakukan
fisioterapi dada. Respon, dahak klien tidak keluar. Pukul 09.30 WIB
mengauskultasi suara nafas. Respon, suara nafas ronchi. Pukul 10.00 WIB
membantu anak dalam mengeluarkan sputum. Respon, An. M tidak bisa
mengeluarkan sputum. Pukul 10.15 WIB mengkaji adanya sputum, catat
warna, bau dan kekentalan. Respon, An. M tampak belum mengeluarkan
sputum . Pukul 12.00 WIB memberikan obat lasal ekspektoran 1 sdt dan Trifed
1 sdt. Respon, Obat sudah diberikan, dan klien sudah minum obat lasal
expectorant 1 sdt dan Trifed 1 sdt (perawat ruangan). Pukul 20.00 WIB
memberikan obat lasal ekspektoran 1 sdt dan Trifed 1 sdt. Respon, obat sudah
diberikan, dan klien sudah minum obat lasal expectorant 1 sdt dan Trifed 1 sdt
(perawat ruangan). Pukul 05.00 WIB memberikan obat lasal ekspektoran 1 sdt
dan Trifed 1 sdt. Respon, Obat sudah diberikan, dan klien sudah minum obat
lasal expectorant 1 sdt dan Trifed 1 sdt (perawat ruangan)
Hari / tanggal : Jumat, 16 Juli 2010
Pukul 07.00 WIB mengkaji dan mencatat tanda-tanda vital. Respon, nadi 100
x/menit, suhu 37,5 ºC, pernafasan 26 x/menit. Pukul 07.15 WIB melakukan
fisioterapi dada. Respon, dahak klien tidak keluar. Pukul 07.30 WIB
mengauskultasi suara nafas. Respon, suara nafas ronchi. Pukul 07.45 WIB
membantu anak dalam mengeluarkan sputum. Respon, An. M tidak bisa
mengeluarkan sputum. Pukul 07.50 WIB mengkaji adanya sputum, catat
warna, bau dan kekentalan. Respon, An. M tampak belum mengeluarkan
sputum. Pukul 12.00 WIB memberi obat lasal expectorant 1 sdt dan Trifed 1
sdt melalui oral. Respon, Obat sudah diberikan, dan klien sudah minum obat
lasal expectorant 1 sdt dan Trifed 1 sdt. Pukul 13.00 WIB membantu An. M
dalam pemeriksaan rontgen thoraks. Respon, An. M menolak untuk dilakukan
pemeriksaan rontgen. Pukul 20.00 WIB memberikan obat lasal ekspektoran 1
sdt dan Trifed 1 sdt. Respon, Obat sudah diberikan, dan klien sudah minum
obat lasal expectorant 1 sdt dan Trifed 1 sdt (perawat ruangan). Pukul 05.00
WIB memberikan obat lasal ekspektoran 1 sdt dan Trifed 1 sdt. Respon, Obat
sudah diberikan, dan klien sudah minum obat lasal expectorant 1 sdt dan Trifed
1 sdt (perawat ruangan)
Hari / tanggal : Sabtu, 17 Juli 2010
Pukul 07.30 WIB mengkaji dan mencatat tanda-tanda vital. Respon, nadi 94
x/menit, suhu 36,5 ºC, pernafasan 24 x/menit. Pukul 08.00 WIB melakukan
fisioterapi dada. Respon, dahak klien tidak keluar. Pukul 07.15 WIB
mengauskultasi suara nafas. Respon, suara nafas vesikuler. Pukul 12.15 WIB
membantu anak dalam mengeluarkan sputum. Respon, An. M tidak bisa
mengeluarkan sputum. Pukul 08.15 WIB mengkaji adanya sputum, catat
warna, bau dan kekentalan . Respon, An. M tampak belum mengeluarkan
sputum. Pukul 12.00 WIB memberi obat lasal expectorant 1 sdt dan Trifed 1
sdt melalui oral. Respon, obat sudah diberikan, dan klien sudah minum obat
lasal expectorant 1 sdt dan Trifed 1 sdt.
Evaluasi
Hari/tgl : Jumat, 16 Juli 2010 pukul 07.00 wib
Subjektif : Bapak klien mengatakan anaknya masih batuk,
bapak klien mengatakan anaknya tidak bisa
mengeluarkan sputum, bapak klien mengatakan
anaknya tidak sesak lagi.
Objektif : Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis,
nadi 100 x/menit, suhu 37,5 ºC, pernafasan 26 x/menit,
suara nafas ronchi, klien tampak tidak bisa
mengeluarkan sputum.
Analisa : Tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi.
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan : kaji dan catat tanda-tanda
vital, posisikan anak pada kesejajaran tubuh yang tepat,
beri posisi terlentang dengan leher agak ekstensi, bantu
anak dalam mengeluarkan sputum, auskultasi bunyi
nafas, beri therapi obat lasal ekspektoran 3 x 1 sdt dan
Trifed 3 x 1 sdt.
Hari/tgl : Sabtu, 17 Juli 2010 pukul 07.00 WIB
Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya masih batuk, ibu
klien mengatakan anaknya masih tidak bisa
mengeluarkan sputum.
Objektif : Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis,
nadi 100 x/menit, suhu 37,5 ºC, pernafasan 26 x/menit,
suara nafas ronchi, tidak bisa mengeluarkan sputum,
tidak sesak lagi. An. M tidak ingin dilakukan
pemeriksaan rontgen thoraks.
Analisa : Tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi.
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan : kaji dan catat tanda-tanda
vital, posisikan anak pada kesejajaran tubuh yang tepat,
beri posisi terlentang dengan leher agak ekstensi, bantu
anak dalam mengeluarkan sputum, auskultasi bunyi
nafas, beri therapi obat lasal ekspektoran 3 x 1 sdt dan
Trifed 3 x 1 sdt.
Hari/tgl : Sabtu, 17 Juli 2010 pukul 14.00 wib
Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya batuk sudah tidak ada.
Objektif : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis,
nadi 94 x/menit, suhu 36,5 ºC, batuk tidak ada, pilek
tidak ada, pernafasan 24 x/menit, suara nafas vesikuler.
Analisa : Tujuan tercapai, masalah teratasi.
Perencanaan : Intervensi dihentikan (klien pulang)
2. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah
ditandai dengan.
Data subjektif:
Ibu klien mengatakan anaknya tampak lemah, ibu klien mengatakan bibir
An.M pecah-pecah, ibu klien mengatakan badan An. M terasa hangat, ibu klien
mengatakan minum An. M ± 600 cc/hari
Data objektif:
Mukosa bibir An. M tampak kering dan pecah-pecah, An. M tampak lemas,
turgor kulit kurang elastis, An. M tampak mengigil, TTV : nadi = 120 x/menit,
suhu = 30 x/menit, pernafasan = 30 x/menit, hematokrit 37,6 % ↓, trombosit
124 x 10^3/ul, terpasang infus RL 20 tetes/menit, An. M tampak demam, Intake
(infus 1500 cc/24 jam, minum 600 cc/24 jam, 150 cc/24 jam) total 2250 cc/24
jam, output (BAK 1416 cc/24 jam, BAB 300 cc/24 jam, IWL 738 cc/24 jam)
total 2454 cc/24 jam
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam pada An. M diharapkan gangguan keseimbangan
cairan dapat teratasi.
Kriteria hasil : Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa
bibir lembab, turgor kulit elastis, intake dan output
seimbang, klien tidak terpasang infus, kebutuhan cairan
sesuai dengan kebutuhan (100 x 10) + (50 x 10) + (9,5 x
20) = 1.000 + 500 + 190 = 1690 cc/ 24 jam. Hasil
laboratorium dalam batas normal (Hematokrit 40 – 48
%, Trombosit 200.000 – 500.000 /ul).
Rencana Tindakan
Mandiri
a. Kaji tanda – tanda vital.
b. Kaji tanda – tanda dehidrasi (mukosa bibir, turgor kulit, mata cekung).
c. Kaji intake dan output
d. Libatkan orang tua / keluarga dalam pemberian minum ± 1.690 cc/ hari.
e. Monitor infus setiap 4 jam
Kolaborasi
f. Berikan cairan IVsesuai indikasi yaitu RL 20 tetes/ menit.
g. Memantau hasil laboratorium : trombosit dan hematokrit.
Pelaksanaan
Hari / tanggal : Kamis, 15 Juli 2010
Pukul 09.00 mengkaji tanda-tanda vital. Respon, nadi 120 x/menit, suhu 39,2
ºC, pernafasan 30 x/menit. Pukul 09.15 mengkaji tanda-tanda dehidrasi
(mukosa bibir, turgor kulit, mata cekung). Respon, mukosa bibir kering dan
pecah-pecah, turgor kulit kurang elastis, mata tidak cekung. Pukul 09.30
melibatkan orang tua / keluarga dalam pemberian minum ± 1.690 cc/ hari.
Respon, ibu klien akan memberikan minum anaknya sesuai yang dianjurkan
oleh perawat. Pukul 13.30 mengkaji intake dan output. Respon, Intake (infus
1500 cc/24 jam, minum 600 cc/24 jam, 150 cc/24 jam) total 2250 cc/24 jam,
output (BAK 1416 cc/24 jam, BAB 300 cc/24 jam, IWL 738 cc/24 jam) total
2454 cc/24 jam, balance cairan : intake – output = 2250 cc/24jam – 2454 cc/24
jam = -204 cc/24 jam. Pukul 11.00 mengawasi hasil laboratorium, Respon
tanggal 15 Juli 2010 (Hematokrit 37,6 %, trombosit 124.000 /ul). Pukul 09.00
WIB mengganti caira infus RL yang habis. Respon, infus RL 20 tetes/ menit
sudah diganti.
Hari / tanggal : Jumat, 16 Juli 2010
Pukul 07.00 mengkaji dan mencatat tanda-tanda vital. Respon, nadi 100
x/menit, suhu 37,5 ºC, pernafasan 26 x/menit. Pukul 07.15 mengkaji tanda-
tanda dehidrasi (mukosa bibir, turgor kulit). Respon, mukosa bibir kering dan
pecah-pecah, turgor kulit elastis. Pukul 07.30 melibatkan orang tua / keluarga
dalam pemberian minum ± 1.690 cc/ hari. Respon, ibu klien akan memberikan
minum anaknya sesuai yang dianjurkan oleh perawat. Pukul 13.30 mengkaji
intake dan output. Respon, Intake (infus 1500 cc/24 jam, minum 450 cc/24 jam,
makan 150 cc/24 jam) total 2100 cc/24 jam, output (BAK 1416 cc/24 jam,
BAB 300 cc/24 jam, IWL 738 cc/24 jam) total 2454 cc/24 jam, balance cairan :
intake – output = 354 cc/24 jam. Pukul 11.00 mengawasi hasil laboratorium,
Respon tanggal 16 Juli 2010 (Hematokrit 38,1 %, trombosit 114.000 /ul). Pukul
09.00 WIB mengganti cairan infus RL yang habis. Respon, infus RL 20 tetes/
menit sudah diganti.
Hari / tanggal : Sabtu, 17 Juli 2010
Pukul 07.00 mengkaji dan mencatat tanda-tanda vital. Respon, nadi 94 x/menit,
suhu 36,5 ºC, pernafasan 24 x/menit. Pukul 07.15 mengkaji tanda-tanda
dehidrasi (mukosa bibir). Respon, mukosa bibir lembab. Pukul 07.30
melibatkan orang tua / keluarga dalam pemberian minum ± 1.690 cc/ hari.
Respon, ibu klien akan memberikan minum anaknya sesuai yang dianjurkan
oleh perawat. Pukul 12.30 mengkaji intake dan output. Respon, Intake (infus
1400 cc/24 jam, minum 600 cc/24 jam, makan 450 cc/24 jam) total 2450
cc/24 jam, output (BAK 1416 cc/24 jam, BAB 300 cc/24 jam, IWL 738 cc/24
jam) total 2454 cc/24 jam, balance cairan : intake – output = 2450 cc/24 jam –
2454 cc/24jam. Pukul 10.30 mengawasi hasil laboratorium, Respon tanggal 16
Juli 2010 (Ht 36,9 %, trombosit 117.000 /ul). Pukul 09.00 WIB mengganti
cairan infus RL yang habis. Respon, uff infus karena klien sudah mau pulang.
Evaluasi
Hari/tgl : Jumat, 16 Juli 2010 pukul 07.00 wib
Subjektif : Bapak klien mengatakan anaknya tampak lemah,
baik klien mengatakan bibir An.M pecah-pecah, bapak
klien mengatakan badan An. M terasa hangat, Bapak
klien mengatakan minum An. M ± 600 cc/hari.
Objektif : mukosa bibir An. M tampak kering dan pecah-pecah,
An. M tampak lemas, nadi 100 x/menit, suhu 37,5 ºC,
pernafasan 26 x/menit, hematokrit 38,1 % ↓, trombosit
114.000 /ul ↓, terpasang infus RL 20 tetes/menit, An. M
tampak demam
Analisa : Tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi
Perencanaan : Kaji tanda – tanda vital, kaji tanda – tanda
dehidrasi (mukosa bibir, turgor kulit), kaji intake dan
output, libatkan orang tua / keluarga dalam pemberian
minum ± 1.690 cc/ hari, monitor infus setiap 4 jam.
Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai indikasi yaiti RL
20 tetes/ menit, memantau hasil laboratorium : trombosit
dan hematokrit.
Hari/tgl : Sabtu,, 17 Juli 2010 pukul 07.00 WIB
Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya tampak lemah,
ibu klien mengatakan bibir An.M pecah-pecah, ibu klien
mengatakan demam An. M sudah berkurang sedikit,
Bapak klien mengatakan minum An. M ± 600 cc/hari.
Objektif : mukosa bibir An. M tampak kering dan pecah-pecah,
An. M tampak lemas, nadi 100 x/menit, suhu 37,5 ºC,
pernafasan 26 x/menit, hematokrit 38,1 % ↓, trombosit
114.000 /ul ↓, terpasang infus RL 20 tetes/menit, An. M
tampak demam
Analisa : Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi
Perencanaan : Kaji tanda – tanda vital, kaji tanda – tanda
dehidrasi (mukosa bibir), kaji intake dan output, libatkan
orang tua / keluarga dalam pemberian minum ± 1.690
cc/ hari., monitor infus setiap 4 jam. Kolaborasi : berikan
cairan IVsesuai indikasi yaiti RL 20 tetes/ menit,
memantau hasil laboratorium : trombosit dan
Hematokrit.
Hari/tgl : Sabtu , 17 Juli 2010 pukul 14.00 wib
Subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak lemah,
ibu klien mengatakan bibir An.M tidak pecah-pecah, ibu
klien mengatakan An. M sudah tidak demam, ibu klien
mengatakan minum An. M ± 600 cc/hari.
Objektif : mukosa bibir An. M lembab, An.M tidak lemas, nadi
94 x/menit, suhu 36,5 ºC, pernafasan 24 x/menit,
hematokrit 36,9 % ↓, trombosit 117.000 /ul ↓, infus
sudah dilepas, An. M sudah tidak demam.
Analisa : Tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi
Perencanaan : Intervensi dihentikan (klien pulang).
3. Risiko tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat ditandai dengan.
Data subjektif
Ibu kllien mengatakan An. M tampak mual, ibu klien mengatakan An. M
tampak lemas, ibu klien mengatakan nafsu makan An. M menurun, ibu klien
mengatakan An. M hanya menghabiskan ¼ porsi makan
Data objektif
An. M tampak lemas, An. M tampak mual, An. M tampak menghabiskan
makan ¼ porsi, TTV : nadi = 120 x/menit, suhu = 30 x/menit, pernafasan = 30
x/menit, berat badan sebelum sakit 30,5 kg, berat badan saat ini 29,5 kg,
penurunan berat badan 1 kg, hemoglobin 12,9 g/dl ↓, diit bubur
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An. M
selama 3 x 24 jam diharapkan gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.
Kriteria hasil : Nafsu makan klien membaik, klien dapat
menghabiskan 1 porsi makanan, klien tidak lemas,
peningkatan berat badan sesuai dengan umur klien
Umur { 2(n) + 8 = 2(5) + 8 = 18 kg } klien tidak mual,
turgor kulit elastis, data laboratorium dalam batas
normal yaitu hemoglobin 13 – 16 g/dl.
Rencana Tindakan :
Mandiri :
a. Kaji status nutrisi anak dilihat dari berat badan sebelum sakit dan berat
badan saat ini.
b. Kaji adanya rasa mual dan muntah klien.
c. Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan tehnik
porsi sedikit tapi sering.
d. Timbang berat badan setiap hari.
e. Pertahankan kebersihan mulut anak.
Kolaborasi:
f. Konsultasi diet klien dengan tim pendukung ahli gizi.
g. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium Hb
Pelaksanaan
Hari / tanggal : Kamis, 15 Juli 2010
Pukul 09.00 mengkaji status nutrisi anak dilihat dari berat badan sebelum sakit
dan berat badan saat ini. Respon, berat badan sebelum sakit 31,5 kg dan berat
badan saat ini 29,5 kg. Pukul 09.15 mengkaji adanya rasa mual dan muntah
klien. Respon, An. M tampak mual dan tidak muntah. Pukul 09.30
menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan tehnik
porsi sedikit tapi sering. Respon, klien hanya menghabiskan ¼ porsi makan.
Pukul 10.00 menimbang berat badan. Respon, berat badan An. M 29,5 kg.
Pukul 10.15 mempertahankan kebersihan mulut An. M. Respon, mulut An. M
selalu dijaga kebersihan oleh ibunya. Pukul 11.00 memantau hasil pemeriksaan
laboraturium Hb 12,9 g/dl ↓.
Hari / tanggal : Jumat, 16 Juli 2010
Pukul 07.00 wib mengkaji adanya rasa mual dan muntah klien. Respon, An. M
tampak mual dan tidak muntah. Pukul 07.30 menganjurkan kepada orang tua
untuk memberikan makanan dengan tehnik porsi sedikit tapi sering. Respon,
klien hanya menghabiskan ½ porsi makan. Pukul 07.45 wib menimbang berat
badan. Respon, berat badan An. M 29,5 kg. Pukul 10.15 mempertahankan
kebersihan mulut An. M. Respon, mulut An. M selalu dijaga kebersihan oleh
ibunya. Pukul 11.00 memantau hasil pemeriksaan laboraturium Hb 13,0 g/dl N.
Hari / tanggal : Sabtu, 17 Juli 2010
Pukul 07.00 wib mengkaji adanya rasa mual dan muntah klien. Respon, An. M
tampak tidak mual dan muntah. Pukul 07.30 menganjurkan kepada orang tua
untuk memberikan makanan dengan tehnik porsi sedikit tapi sering. Respon,
klien menghabiskan 1 porsi makan. Pukul 09.00 wib menimbang berat badan.
Respon, berat badan An. M 30 kg. Pukul 10.15 mempertahankan kebersihan
mulut An. M. Respon, mulut An. M selalu dijaga kebersihan oleh ibunya.
Pukul 11.00 memantau hasil pemeriksaan laboraturium Hb 13,0 g/dl N.
Evaluasi
Hari/tgl : Jumat, 16 Juli 2010 pukul 07.00 wib
Subjektif : Bapak klien mengatakan An. M masih tampak
mual, bapak klien mengatakan An. M tampak lemas, ibu
klien mengatakan nafsu makan An. M menurun, ibu
klien mengatakan An. M hanya menghabiskan ½ porsi
makan
Objektif : An. M tampak lemas, An. M tampak mual, An. M
tampak menghabiskan makan ½ porsi, TTV : nadi 100
x/menit, suhu 37,5 ºC, pernafasan 26 x/menit, berat
badan sebelum sakit 30,5 kg, berat badan An. M 29,5 kg,
diit bubur
Analisa : Tujuan tercapai, masalah tidak terjadi.
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan : kaji adanya rasa mual dan
muntah klien, anjurkan kepada orang tua untuk
memberikan makanan dengan tehnik porsi sedikit tapi
sering, timbang BB setiap hari., pertahankan kebersihan
mulut anak. Kolaborasi: pantau hasil pemeriksaan
laboratorium Hb
Hari/tgl : Sabtu, 17 Juli 2010 pukul 07.00 WIB
Subjektif : Ibu klien mengatakan An. M masih tampak mual,
ibu klien mengatakan An. M tampak lemas, ibu klien
mengatakan nafsu makan An. M berkurang, ibu klien
mengatakan An. M hanya menghabiskan ⅔ porsi makan
Objektif : An. M tampak lemas, An. M tampak mual, An. M
tampak menghabiskan makan ⅔ porsi, TTV : nadi 100
x/menit, suhu 37,5 ºC, pernafasan 26 x/menit, berat
badan An. M 29,5 kg, diit bubur, Hb 13,0 g/dl N.
Analisa : Tujuan tercapai, masaah tidak terjadi.
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan : kaji adanya rasa mual
dan muntah klien, anjurkan kepada orang tua untuk
memberikan makanan dengan tehnik porsi sedikit tapi
sering, timbang BB setiap hari., pertahankan kebersihan
mulut anak. Kolaborasi: pantau hasil pemeriksaan
laboratorium Hb
Hari/tgl : Sabtu , 17 Juli 2010 pukul 14.00 wib
Subjektif : Ibu klien mengatakan An. M tidak mual lagi, ibu
klien mengatakan An. M sudah tidak lemas, ibu klien
mengatakan nafsu makan An. M baik, ibu klien
mengatakan An. M hanya menghabiskan 1 porsi makan
Objektif : An. M tidak lemas, tidak mual, nafsu makan
meningkat, tampak menghabiskan makan 1 porsi, TTV :
, nadi 94 x/menit, suhu 36,5 ºC, pernafasan 24 x/menit
berat badan An. M 30 kg, diit bubur, Hb 13,0 g/dl N.
Analisa : Tujuan tercapai, masakah tidak terjadi.
Perencanaan : Intervensi dihentikan. (klien pulang)
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai
dengan.
Data subjektif
Ibu klien mengatakan badan An. M terasa hangat, ibu klien mengatakan An. M
menggigil, ibu klien mengatakan An. M terasa demam.
Data objektif
Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, TTV : nadi = 120 x/menit,
suhu = 39,2ºC x/menit, pernafasan = 30 x/menit, An. M tampak menggigil, An.
M tampak lemas, An. M tampak demam, leukosit 2,90 x 10^3/ul ↓.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 hipertermi dapat teratasi
Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal 36°C-37°C, klien
tidak menggigil, badan tidak teraba hangat.
Rencana Tindakan :
Mandiri
a. Ukur tanda-tanda vital
b. Kaji saat timbulnya demam
c. Anjurkan pasien untuk banyak minum ± 1690 cc/ 24 jam.
d. Berikan kompres air biasa pada daerah axila dan lipatan paha
e. Anjurkan pasien untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Kolaborasi
f. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
g. Berikan obat antipiretik
h. Memantau hasi laboratorium leukosit
Pelaksanaan :
Hari / tanggal : Kamis, 15 Juli 2010
Pukul 09.00 mengukur tanda-tanda vital. Respon, nadi 120 x/menit, suhu 39,2
ºC, pernafasan 30 x/menit. Pukul 09.30 mengkaji saat timbulnya demam.
Respon, demam timbul saat menjelang malam. Pukul 09.45 menganjurkan
pasien untuk banyak minum ± 1690 cc/ 24 jam. Respon, Ibu klien mengatakan
An. M minum hanya 600 cc/hari. Pukul 09.50 memberikan kompres air biasa
pada kening An. M. Respon, kompres sudah diberikan pada An. M di kening.
Pukul 10.00 menganjurkan pasien untuk tidak memakai selimut dan pakaian
yang tebal. Respon, ibu klien sudah memberikan pakaian yang tipis pada An.
M. Pukul 09.00 memberikan cairan infus RL 20 tetes/menit. Respon, cairan
infus sudah diganti dengan RL 20 tetes/menit dan cairan infus lancar. Pukul
12.00 memberikan obat sanmol 1 sdt. Respon, obat sanmol sudah diberikan
oleh perawat ruangan sebanyak 1 sdt dan An. M meminum obat tersebut. Pukul
11.00 memantau hasil laboratorium leukosit . Respon, 2.90 x 10^3/ul
Hari / tanggal : Jumat, 16 Juli 2010
Pukul 07.00 mengukur tanda-tanda vital. Respon, : nadi 100 x/menit, suhu 37,5
ºC, pernafasan 26 x/menit. Pukul 07.15 menganjurkan pasien untuk banyak
minum ± 1690 cc/ 24 jam. Respon, Ibu klien mengatakan An. M minum hanya
600 cc/hari. Pukul 07.30 memberikan kompres air biasa pada kening An. M.
Respon, kompres sudah diberikan pada An. M di kening. Pukul 08.00
menganjurkan pasien untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Respon, ibu klien sudah memberikan pakaian yang tipis pada An. M. Pukul
09.00 memberikan cairan infus RL 20 tetes/menit. Respon, cairan infus sudah
diganti dengan RL 20 tetes/menit dan cairan infus lancar. Pukul 11.00
memantau hasil laboratorium leukosit. Respon, 4,10 x 10^3/ul.
Hari / tanggal : Sabtu, 17 Juli 2010
Pukul 07.00 mengukur tanda-tanda vital. Respon, nadi 94 x/menit, suhu 36,5
ºC, pernafasan 24 x/menit. Pukul 09.45 menganjurkan pasien untuk banyak
minum ± 1690 cc/ 24 jam. Respon, Ibu klien mengatakan An. M minum hanya
600 cc/hari. Pukul 09.00 memberikan cairan infus RL 20 tetes/menit. Respon,
cairan infus di uff.. Memantau hasil laboratorium leukosit 3.38 x 10^3/ul
Evaluasi
Hari/tgl : Jumat, 16 Juli 2010 pukul 07.00 wib
Subjektif : Ibu klien mengatakan badan An. M terasa hangat,
ibu klien mengatakan An. M tidak menggigil, ibu klien
mengatakan An. M terasa demam.
Objektif : Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis,
TTV: nadi 100 x/menit, suhu 37,5 ºC, pernafasan 26
x/menit, An. M tampak tidak menggigil, An. M tampak
lemas, An. M tampak demam berkurang.
Analisa : Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi.
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan : ukur tanda - tanda vital,
anjurkan pasien untuk banyak minum ± 1690 cc/ 24 jam,
memberikan kompres air biasa, anjurkan pasien untuk
tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal, beri
cairan infus RL 20 tetes/menit, pantau hasil laboratorium
leukosit.
Hari/tgl : Sabtu, 17 Juli 2010 pukul 07.00 WIB
Subjektif : Ibu klien mengatakan demam An. M berkurang, ibu
klien mengatakan An. M tidak menggigil.
Objektif : Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis,
TTV: nadi 100 x/menit, suhu 37,5 ºC, pernafasan 26
x/menit, An. M tampak tidak menggigil, An. M tampak
lemas, An. M tampak demam berkurang, leukosit 4.10 x
10^3/ul.
Analisa : Tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi.
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan : ukur tanda – tanda vital,
anjurkan pasien untuk banyak minum ± 1690 cc/ 24 jam,
memberikan cairan infus RL 20 tetes/menit, pantau hasil
laboratorium leukosit
Hari/tgl : Sabtu, 17 Juli 2010 pukul 14.00 wib
Subjektif : Ibu klien mengatakan An. M sudah tidak demam,
ibu klien mengatakan An. M tidak menggigil.
Objektif : Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis,
TTV: nadi 94 x/menit, suhu 36,5 ºC, pernafasan 24
x/menit, An. M tampak tidak menggigil, An. M sudah
tidak lemas, leukosit 3.38 x 10^3/ul ↓.
Analisa : Tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi.
Perencanaan : Intervensi dihentikan (klien pulang)
5. Perubahan proses keluarga : cemas berhubungan dengan kondisi anak
ditandai dengan
Data subjektif :
Ibu klien mengatakan cemas dengan kondisi anaknya, ibu klien mengatakan
agar anaknya cepat sembuh.
Data objektif :
orang tua tampak cemas dengan kondisi anaknya, orang tua ingin anaknya
cepat sembuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 ansietas keluarga dapat teratasi
Kriteria hasil : Cemas keluarga berkurang, keluarga aktif dalam
membantu proses merawat anak.
Rencana Tindakan :
Mandiri
a. Kaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga.
b. Ijinkan orang tua untuk memberikan respon secara panjang lebar.
c. Identifikasi koping yang biasa digunakan keluarga dalam mengatasi
keadaan.
d. Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat
anak/keluarga menjadi merasa lebih baik.
e. Penuhi kebutuhan dasar anak, jika anak sangat tergantung dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.
Pelaksanaan
Hari / tanggal : Kamis, 15 Juli 2010
Pukul 09.00 mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga.
Respon, ibu klien tampak cemas dengan kondisi kesehatan anaknya. Pukul
09.30 mengijinkan orang tua untuk memberikan respon secara panjang lebar.
Respon, orang tua tampak bercerita banyak tentang kondisi An. M. Pukul 09.45
mengidentifikasi koping yang biasa digunakan keluarga dalam mengatasi
keadaan. Respon, keluarga selalu menganut sistem nilai terbuka jika ada
masalah yang menimpa anak-anak mereka. Pukul 10.00 menanyakan kepada
keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak/keluarga menjadi
merasa lebih baik. Respon, orang tua mengatakan harus selalu berada di
samping dan didekat An. M karena anaknya sulit untuk bersosialisasi. Pukul
10.15 wib memenuhi kebutuhan dasar anak, jika anak sangat tergantung dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Respon, kebutuhan dasar anak selalu dipenuhi
oleh orang tuanya.
Hari / tanggal : Jumat, 16 Juli 2010
Pukul 07.00 mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga.
Respon, tampak cemas berkurang karena demam sudah sedikit turun. Pukul
07.15 menanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat
anak/keluarga menjadi merasa lebih baik. Respon, orang tua mengatakan harus
selalu berada di samping dan didekat An. M karena anaknya sulit untuk
bersosialisasi. Pukul 07.30 wib memenuhi kebutuhan dasar anak, jika anak
sangat tergantung dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Respon, kebutuhan
dasar anak selalu dipenuhi oleh orang tuanya.
Hari / tanggal : Sabtu, 17 Juli 2010
Pukul 07.00 mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga.
Respon, orang tua mengatakan sudah tidak cemas karena kondisi An. M sudah
membaik. Pukul 07.30 wib memenuhi kebutuhan dasar anak, jika anak sangat
tergantung dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Respon, kebutuhan dasar
sudah dipenuhi oleh orang tuanya.
Evaluasi
Hari/tgl : Jumat, 16 Juli 2010 pukul 07.00 wib
Subjektif : Ibu klien mengatakan cemas sudah berkurang
Tidak seperti kemarin, ibu klien mengatakan agar
anaknya cepat sembuh.
Objektif : tampak cemas pada orang tua sudah berkurang, orang
tua ingin anaknya cepat sembuh, orang tua tampak sudah
memenuhi kebutuhan dasar An. M.
Analisa : tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan : kaji perasaan dan persepsi
orang tua atau anggota keluarga, tanyakan kepada
keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat
anak/keluarga menjadi merasa lebih baik, penuhi
kebutuhan dasar anak, jika anak sangat tergantung dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.
Hari/tgl : Sabtu, 17 Juli 2010 pukul 07.00 WIB
Subjektif : Ibu klien mengatakan cemas sudah berkurang
karena kondisi demam An. M sudah sedikit turun, ibu
klien mengatakan agar anaknya cepat sembuh.
Objektif : tampak cemas pada orang tua sudah berkurang, orang
tua ingin anaknya cepat sembuh, orang tua tampak sudah
memenuhi kebutuhan dasar An. M.
Analisa : tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan : kaji perasaan dan persepsi
orang tua atau anggota keluarga, penuhi kebutuhan dasar
anak, jika anak sangat tergantung dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
Hari/tgl : Sabtu, 17 Juli 2010 pukul 14.00 wib
Subjektif : orang tua mengatakan sudah tidak cemas karena
kondisi An. M sudah membaik
Objektif : tampak orang tua tidak cemas lagi, orang tua
Tampak sudah memenuhi kebutuhan dasar An. M.
Analisa : tujuan tercapai, masalah teratasi
Perencanaan : Intervensi dihentikan (klien pulang)
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan kesenjangan antara asuhan keperawatan secara
teoritis dengan kasus pada An. M dengan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF). Dalam
pembahasan akan menguraikan sesuai dengan tahap keperawatan mulai dari pengkajian
hingga evaluasi.
A. Pengkajian
Etiologi DHF pada teori adalah virus dengue sedangkan pada An. M etiologi DHF
yaitu melalui kontak langsung dengan nyamuk Aedes Aegypty, faktor yang
mendukung terjadinya penyakit DHF adalah faktor lingkungan dimana didapatkan
data bahwa rumah klien banyak sampah yang tergenang di selokan.
Manifestasi klinik yang tidak terdapat pada kasus adalah petekie, ekimosis,
epistaksis, melena dan hematemesis. Petekie tidak muncul karena demam klien
sudah memasuki hari ke 6, hematemesis melena tidak ditemukan karena penyakit
klien masih dalam klasifikasi derajat 1 yang hanya terdapat demam,
trombositopenia dan hemokonsentrasi. Komplikasi tidak muncul karena An. M
sudah mendapatkan penanganan medis lebih dini.
Penatalaksanaan yang muncul pada teori tetapi tidak muncul di kasus adalah
antikonvulsan, sedatif, kalmoxcilin, ampisilin, terapi 02 dan transfusi darah.
Kalmoxcilin dan ampisilin diganti oleh obat kalfoxim karena fungsinya sama.
Antikonvulsan tidak diberikan karena pada klien tidak ada tanda-tanda kejang,
sedatif tidak diberikan karena klien tidak tampak gelisah dan terlihat tenang, terapi
02 tidak diberikan karena pasien belum mengalami syok dan transfusi darah tidak
diberikan karena pada klien tidak ditemukan keadaan perdarahan nyata, yang
dimaksudkan untuk menaikan konsentrasi sel darah merah.
51
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan sesuai dengan tinjauan teoritis adalah
pengambilan darah lengkap untuk pemeriksaan hasil trombosit, hemoglobin,
hematokrit dan leukosit, namun ada perbedaan pada teori ditemukan pemeriksaan
hematokrit meningkat sedangkan pada kasus menurun hal ini dikarenakan An. M
sudah mendapat terapi cairan infus yang overload sehingga darah menjadi encer.
Kemudian dokter menginstruksikan pemeriksaan rontgen karena klien mengeluh
batuk, pilek dan untuk mengetahui adanya efusi pleura, namun klien tidak mau
melakukan pemeriksaan tersebut karena mengalami hiperaktif.
Selama melakukan pengkajian penulis menemukan faktor pendukung dan
penghambat. Faktor pendukungnya adalah terjalinnya kerjasama yang baik antara
staff ruangan dan kooperatifnya keluarga pasien pada saat dilakukan pengkajian,
sedangkan faktor penghambatnya adalah klien tidak mau melakukan rontgen dan
klien cenderung tidak kooperatif untuk itu pada klien yang mengalami kondisi
tersebut harus dilakukan penanganan khusus.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus adalah adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum,
diagnosa ini diangkat karena klien mengeluh batuk pilek, suara nafas ronchi,
agak sesak, TTV : nasi 120 x/menit, suhu 39,2ºC, pernafasan 30 x/menit.
2. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, diagnosa ini
diangkat karena klien tampak bibir pecah-pecah, akral hangat, turgor kulit
kurang elastis, hematokrit 37,6 % ↓, trombosit 124.000 /ul.
3. Risiko tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat, diagnosa ini diangkat karena
klien tampak mual, nafsu makan menurun, menghabiskan makan ¼ porsi,
penurunan berat badan 1 kg, dan hemoglobin 12,9 g/dl ↓.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue, diagnosa ini
diangkat karena pada kasus, ibu klien mengatakan An. M demam, menggigil,
badan terasa hangat dan leukosit 2,90 x 10^3 /ul.
5. Ansietas keluarga berhubungan dengan kondisi anak, diagnosa ini diangkat
pada kasus karena ibu klien mengatakan cemas dengan kondisi anaknya dan
ibu klien mengatakan agar anaknya cepat sembuh.
Secara teoritis diagnosa yang tidak muncul adalah bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan penumpukan sputum. Sedangkan pada kasus muncul
dikarenakan An. M mengeluh batuk, pernafasan 30 x/menit, pilek, suara nafas
ronchi.
Diagnosa yang tidak ditegakkan secara teoritis adalah perubahan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan perdarahan hal ini dikarenakan tidak ditemukannya
manifestasi perdarahan terutama perdarahan bawah kulit seperti petekie, ekimosis
dan hematoma.
Selama menentukan diagnosa keperawatan penulis tidak menemukan hambatan
yang berarti, karena tersedianya literatur, dokumentasi keperawatan dan status
klien.
C. Perencanaan Keperawatan
Prioritas masalah pertama adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, hal ini penulis
tetapkan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan hierarki maslow kebutuhan
akan udara (oksigen) menduduki urutan pertama dan juga berdasarkan prinsip
kegawat daruratan yaitu Airway, Breathing dan Circulation. Walaupun pada teori
tidak ada masalah keperawatan ini namun penulis tetapkan karena menyesuaikan
kondisi klien. Penyusunan tujuan pada teotitis tidak dicantumkan kriteria waktu
dan kriteria hasil secara terperinci sedangkan pada kasus diberikan kriteria waktu
dan kriteria hasil untuk memudahkan penulis mengevaluasi intervensi yang sudah
dilakukan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah
teratasi, keadaan umum baik, klien tidak batuk, tidak sesak, pernafasan dalam
batas normal, suhu: 36-37°C, nadi: 80-100 x/menit, pernafasan 18-20 x/ menit).
Prioritas masalah yang kedua yaitu gangguan keseimbangan cairan kurang dari
kebutuhan tubuh, setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah
teratasi, tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir lembab, turgor
kulit elastis, intake dan output seimbang, klien tidak terpasang infus, kebutuhan
cairan sesuai dengan kebutuhan (100 x 10) + (50 x 10) + (9,5 x 20) = 1.000 + 500
+ 190 = 1690 cc/ 24 jam. Hasil laboratorium dalam batas normal (Hematokrit 40 –
48 %, Trombosit 200.000 – 500.000 /ul).
Prioritas masalah yang ketiga yaitu risiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah
teratasi, nafsu makan klien membaik, klien dapat menghabiskan 1 porsi
makanan, klien tidak lemas, peningkatan berat badan sesuai dengan umur klien
Umur {2 (usia) + 8 = 2 x 5 + 8 = 18 kg} klien tidak mual, turgor kulit elastis, data
laboratorium dalam batas normal yaitu hemoglobin 13 – 16 g/dl.
Prioritas masalah yang keempat yaitu hipertermi, setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam masalah teratasi, suhu tubuh dalam batas normal
36°C-37°C, klien tidak menggigil, badan tidak teraba hangat.
Prioritas masalah yang kelima yaitu perubahan proses keluarga : cemas, setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah teratasi dengan tujuan
yang ingin dicapai adalah cemas keluarga berkurang dan keluarga aktif dalam
membantu proses merawat anak.
Faktor pendukung dalam penyusunan perencanaan adalah adanya referensi dari
berbagai sumber buku yang sangat membantu dalam membuat perencanaan asuhan
keperawatan pada kasus anak dengan DHF, adanya kerjasama antara perawat
ruangan dan keluarga yang terlibat dalam perawatan anak. Penulis tidak
menemukan hambatan dalam membuat intervensi.
D. Pelaksanaan keperawatan
Diagnosa pertama bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan sputum dari keseluruhan rencana yang tidak dilakukan adalah
pemeriksaan rontgen thoraks hal ini disebabkan karena An. M mengalami
hiperaktif. Diagnosa kedua gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah
rencana tindakan keperawatan dapat dilakukan semua. Diagnosa ketiga risiko
tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi tidak adekuat rencana tindakan keperawatan dapat dilakukan
semua. Diagnosa keempat hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
dengue, dari semua proses tindakan ada rencana tindakan yang dimodifikasi yaitu
pada perencanaan berikan kompres air biasa pada daerah axila dan lipatan paha
menjadi berikan kompres air biasa pada kening hal ini dilakukan karena klien
mengalami hiperaktif. Diagnosa kelima perubahan proses keluarga: cemas
berhubungan dengan kondisi anak rencana tindakan dapat dilakukan semua.
Perencanaan keperawatan sudah dilakukan, tetapi dalam pelaksanaannya penulis
menemukan faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung yaitu keluarga
kooperatif dalam perawatan anak. Sedangkan faktor penghambatnya, klien tidak
kooperatif karena ada gangguan dalam proses perkembangan yaitu hiperaktif
sehingga perawat menemukan kesulitan untuk mengimplementasikan perencanaan
keperawatan dan juga dalam pendokumentasian pelaksanaan dan perkembangan
klien yang dilakukan oleh perawat ruangan kurang lengkap. Alternatif dalam
pemecahan masalah tersebut yaitu pada anak yang mengalami hiperaktif
komunikasi harus terapeutik, dilakukan penanganan khusus dan penulis melihat
perkembangan klien secara langsung.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Penulis melakukan
evaluasi dengan menggunakan penilaian secara sumatif dan formatif selama 3 hari
dari tanggal 15 Juli sampai 17 Juli 2010.
Evaluasi formatif untuk masalah bersihan jalan nafas tidak efektif, keadaan umum
baik, nadi 94 x/menit, suhu 36,5ºC, pernafasan 24 x/menit, sesak tidak ada, suara
nafas vesikuler, batuk tidak ada, pilek tidak ada. Masalah gangguan keseimbangan
cairan kurang dari kebutuhan tubuh, membran mukosa lembab, turgor kulit baik,
tidak lemas, trombosit dan hematokrit menurun. Masalah risiko tinggi pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, nafsu makan meningkat, diit habis
1 porsi, berat badan 30 kg , keadaan umum baik, kesadaran compos mentis.
Masalah hipertermi didapatkan suhu tubuh 36,5ºC, tidak menggigil, leukosit masih
menurun. Masalah perubahan proses keluarga didapatkan orang tua An. M tidak
cemas dan keluarga aktif dalam membantu proses merawat anak.
Evaluasi sumatif untuk masalah bersihan jalan nafas tidak efektif, selama 3x24 jam
didapatkan hasil tujuan tercapai masalah teratasi. Diagnosa keperawatan gangguan
keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh, selama 3x24 jam didapatkan
hasil tujuan tercapai sebagian masalah belum teratasi, untuk masalah keperawatan
risiko tinggi pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh selama
3x24 jam didapatkan hasil tujuan tercapai masalah tidak terjadi, untuk masalah
keperawatan hipertermi selama 3x24 jam didapatkan hasil tujuan tercapai sebagian
masalah belum teratasi, untuk masalah keperawatan perubahan proses keluarga
selama 3x24 jam didapatkan hasil tujuan tercapai masalah teratasi.
Selama melakukan evaluasi ada faktor pendukung dan faktor penghambat, adapun
faktor pendukungnya yaitu adanya kerja sama dengan keluarga klien yang dapat
memberikan keterangan mengenai kondisi anaknya setiap hari dan adanya data-
data yang menunjang sehingga mempermudah dalam melakukan evaluasi, dan
penulis tidak menemukan faktor penghambat karena mengacu pada rencana
keperawatan yang telah dibuat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
(Nursalam, 2008).
Selama tahap pengkajian pada tanggal 15 Juli 2010 didapatkan manifestasi klinik
yang tidak terdapat pada kasus adalah petekie, ekimosis, epistaksis, melena dan
hematemesis. Petekie tidak muncul karena demam klien sudah memasuki hari ke
6, hematemesis melena tidak ditemukan karena penyakit klien masih dalam
klasifikasi derajat 1 yang hanya terdapat demam, trombositopenia dan
hemokonsentrasi
Diagnosa yang tidak ada pada teori namun muncul pada kasus atau sebaliknya
adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum
dan perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
Prioritas masalah keperawatan yang penulis utamakan adalah bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum, tujuan setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
penumpukan sputum teratasi, dengan kriteria hasil yaitu keadaan umum baik,
klien tidak batuk, tidak sesak, pernafasan dalam batas normal, Suhu: 36-37°C,
nadi: 80-100 x/menit, pernafasan 18-20 x/ menit).
Pelaksanaan dapat penulis lakukan dengan baik walaupun ada hambatan pada saat
pemeriksaan rontgen thoraks An. M menolaknya disebabkan anak mengalami
hiperaktif.
Evaluasi terhadap masalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan sputum adalah, tujuan tercapai masalah teratasi
B. Saran
Agar suatu keberhasilan dapat dicapai maka dalam memberikan asuhan
keperawatan sebaiknya dapat memprioritaskan suatu masalah sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pasien, sehingga intervensi yang telah dibuat dapat
terlaksana.
1. Untuk perawat ruangan sebaiknya memperhatikan kondisi klien guna
mencegah tidak terjadinya komplikasi yang dapat mengakibatkan penurunan
kesadaran dan prosedur atraumatik agar anak tidak trauma. Kemudian untuk
anak yang mengalami hiperaktif harus dilakukan penanganan khusus.
2. Untuk penulis hendaknya meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak
dengan melakukan pendekatan pada setiap kali melakukan tindakan
keperawatan dan menerapkan komunikasi terapeutik sesuai dengan tumbuh
kembang anak dan melakukan terapi bermain agar klien tidak bosan dan
meminimalkan dampak hospitalisasi.
LAMPIRAN PATOGISIOLOGI
Infeksi virus dengue Demam mual dan muntah hepatomegali trombositopenia ptekie Komplek antigen Antibodi & komplemen
Dehidrasi reaksi imunologik vaskulistis
permeabilitas vaskular meningkat
kebocoran plasma hemokonsentrasi hipoprotenimia
hipovolemia efusi serosa
hipotensi hiponatremia
shock
DIC hipoksia jaringan asidosis metabolik Perdarahan masif
kematian