27
MAKALAH MATERNITAS HIPERTENSI PADA IBU HAMIL Oleh kelompok II : RENI DWI ANGGRAINI RIZKYYA NOER JANNAH WINDA SETARIANA YAYANG DIAH LESTARI MELDANI SEPUTIH GITA YATMA SUKRON AMIN YUSUF KHARISMA PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

Makalah Maternitas Ht + Bumil

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH MATERNITAS HIPERTENSI PADA IBU HAMIL

Oleh kelompok II : RENI DWI ANGGRAINI RIZKYYA NOER JANNAH WINDA SETARIANA YAYANG DIAH LESTARI MELDANI SEPUTIH GITA YATMA SUKRON AMIN YUSUF KHARISMA

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahakan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan lancar, yang merupakan tugas awal perkuliahan semester 4 mata kuliah Maternitas di Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jember. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih atas bimbingan Ibu Dian Andriyani.selaku Dosen pembimbing spesialis Meternitas. Kami menyadari, bahwa penulisan makalah ini tentu banyak kekurangan yang perlu perbaikan, maka dari itu kami mengharapkan bantuan kritik maupun saran dari semua pihak demi sempurnanya makalah ini. Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca sekalian.

Jember, April 2012

Penulis.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPenyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas.Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan kadang-kadang disertai proteinuria, oedema, convulsi, coma, atau gejala-gejala lain. "Hipertensi dalam kehamilan banyak kembangannya dan dapat memicu berbagai komplikasi. Hampir semua organ bisa terkena komplikasi dan yang paling gampang adalah pembuluh darah di otak," kata dr. Aria, Wibawa, Sp.OG, spesialis kebidanan dan kandungan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Selasa, (14/2/2012). Klasifikasi menurut American Committee and Maternal Welfare: 1. Hipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan ialah preeklamsi dan eklamsi. Diagnosa dibuat atas dasar hipertensi dengan proteinuri atau oedema atau kedua-duanya pada wanita hamil setelah minggu 20. 1. Hypertensi yang kronis. Diagnosa dibuat atas adanya hipertensi sebelum kehamilan atau penemuan hipertensi sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan hipertensi ini tetap setelah kehamilan berakhir. 1. Preklamsi dan eklamsi yang terjadi atas dasar hipertensi yang kronis. Pasien dengan hipertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dengan kehamilan, dengan gejalagejala hipertensi naik, proteinuri, oedem dan kelainan retina. 2. Transient hypertension.

Diagnosa dibuat kalau timbul hipertensi dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dari nifas pada wanita yang tadinya normotensif dan yang hilang dalam 10 hari post partum. Hipertensi pada saat kehamilan yang dibahas dalam makalah ini adalah hipertensi akut, karena hanya muncul pada saat hamil, dan sebagian besar tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.

B. TUJUAN 1. Mengerti dan memahami tentang hipertensi pada ibu hamil,etiologi,patofisiologi dan manifestasi klinis serta komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita. 2. Mengetahui masalah keperawatan yang muncul pada hipertensi ibu hamil. 3. Mampu menerapkan asuhan keperawatan yang terjadi pada pasien hipertensi ibu hamil

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas.Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan kadang-kadang disertai proteinuria, oedema, convulsi, coma, atau gejala-gejala lain. Preeklamsia merupakan suatu bentuk penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi yang terjadi pada ibu hamil. Penyakit ini sangat rumit, berbahaya dan bisa menyebabkan masalah baik bagi ibu maupun janin. Peringatan tanda-tanda preeklampsia dapat berkembang secara bertahap atau menyerang secara tiba-tiba. Jika Anda menunjukkan tanda-tanda preeklamsia, maka diperlukan sebuah pengawasan yang ketat. "Hipertensi dalam kehamilan banyak kembangannya dan dapat memicu berbagai komplikasi. Hampir semua organ bisa terkena komplikasi dan yang paling gampang adalah pembuluh darah di otak," kata dr. Aria, Wibawa, Sp.OG, spesialis kebidanan dan kandungan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Selasa, (14/2/2012). Untuk preeklamsia berat, diperlukan perawatan dan pemantauan di rumah sakit. Biasanya ibu hamil akan menjalani pengobatan untuk menurunkan tekanan darah dan mungkin akan menjalani induksi atau operasi caesar tergantung bagaimana tubuh merespon obat-obatan yang diberikan, keadaan rahim dan usia kehamilan pada saat itu Klasifikasi menurut American Committee and Maternal Welfare:

1. Hipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan ialah preeklamsi dan eklamsi. Diagnosa dibuat atas dasar hipertensi dengan proteinuri atau oedema atau kedua-duanya pada wanita hamil setelah minggu 20. 1. Hypertensi yang kronis. Diagnosa dibuat atas adanya hipertensi sebelum kehamilan atau penemuan hipertensi sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan hipertensi ini tetap setelah kehamilan berakhir. 1. Preklamsi dan eklamsi yang terjadi atas dasar hipertensi yang kronis. Pasien dengan hipertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dengan kehamilan, dengan gejalagejala hipertensi naik, proteinuri, oedem dan kelainan retina. 2. Transient hypertension. Diagnosa dibuat kalau timbul hipertensi dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dari nifas pada wanita yang tadinya normotensif dan yang hilang dalam 10 hari post partum. Hipertensi pada saat kehamilan yang dibahas dalam makalah ini adalah hipertensi akut, karena hanya muncul pada saat hamil, dan sebagian besar tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya. B. Etiologi Hipertensi pada kehamilan jauh lebih besar kemungkinannya timbul pada wanita yang : 1. Terpajan ke vilus korion untuk pertama kali 2. Terpajan ke vilus korion dalam jumlah sangat besar, seperti pada kehamilan kembar atau mola hidatiosa 3. Sudah mengidap penyakit vaskular 4. Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil

C. Patofisiologi Vasospasme adalah dasar patofisiologi hipertensi. Konsep ini yang pertama kali dianjurkan oleh volhard (1918), didasarkan pada pengamatan langsung pembulh-pembuluh darah halus dibawah kuku, fundus okuli dan konjungtiva bulbar, serta dapat diperkirakan dari perubahanperubahan histologis yang tampak di berbagai organ yang terkena. Konstriksi vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan menjadi penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah. Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkonstraksi. Perubahan-perubahan ini mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah antara sel-sel endotel. Kebocoran ini menyebabkan konstituen darah, termasuk trombosit dan fibrinogen, mengendap di subendotel. Perubahan-perubahan vaskular ini, bersama dengan hipoksia jaringan di sekitarnya, diperkirakan menyebabkan perdarahan, nekrosis, dan kerusakan organ lain yang kadang-kadang dijumpai dalam hipertensi yang berat. D. Manifestasi klinis Manifestasi klinis untuk Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain : 1. Tekanan darah diastolik < 100 mmHg 2. Proteinuria samar sampai +1 3. Peningkatan enzim hati minimal Manifestasi klinis untuk Hipertensi berat dalam kehamilan antara lain: 1. Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih 2. Proteinuria + 2 persisten atau lebih 3. Nyeri kepala 4. Gangguan penglihatan 5. Nyeri abdomen atas 6. Oliguria 7. Kejang

8. Kreatinin meningkat 9. Trombositopenia 10. Peningkatan enzim hati 11. Pertumbuhan janin terhambat 12. Edema paru Ada 5 (lima) fakta yang harus diketahui terkait risiko yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) : 1. Kebutaan Preeklamsia dapat memicu gangguan pada pembuluh darah di mata. Bahkan menurut Aria, pembuluh darah mata di retina bisa pecah sehingga memicu kebutaan. Tapi lanjutnya, pada kondisi yang ringan seperti misalnya pembengkakan pada otak yang mengenai saraf mata, hal ini hanya membuat pasien buta sementara. "Karena adanya pembengkakan pada saraf mata di otak, dia mungkin tidak bisa lihat untuk sementara waktu. Tapi kalau sudah tidak bengkak dia bisa melihat lagi. Jadi tergantung seberapa beratnya," kata Aria. 2. Berkurangnya aliran darah ke plasenta Risiko yang mungkin dialami pada ibu hamil dengan hipertensi adalah kurangnya pasokan aliran darah, oksigen dan nutrisi ke bayi. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan bayi dan meningkatkan risiko bayi berat lahir rendah

3. Penyakit kardiovaskuler di masa depan Wanita yang mengalami preeklamsia (ditandai dengan tingginya tekanan darah dan protein dalam urin setelah 20 minggu kehamilan) - berisiko mengalami peningkatan penyakit

kardiovaskular di kemudian hari, meskipun fakta menunjukkan bahwa tekanan darah akan kembali normal setelah melahirkan. "Memasuki usia 40-50 tahun, sebanyak 25-30 persen kasus hipertensi pada ibu hamil akan mengalami masalah kardiovaskuler. Mereka harus merubah pola hidup karena risikonya cukup besar," jelas Aria. 4. Plasenta abrupsio (plasenta lepas sebelum waktunya) Pada beberapa kasus ibu hamil dengan hipertensi, plasenta dapat terlepas sebelum waktunya dan terpisah dari rahim. Abrupsio plasenta akan menghentikan pasokan oksigen ke bayi dan menyebabkan perdarahan yang berat pada ibu. "Risikonya adalah kematian pada janin," papar Aria. 5. Kelahiran prematur Untuk mencegah terjadinya komplikasi berbahaya yang mungkin bisa mengancam nyawa ibu atau bayi, tidak jarang masa kehamilan dipercepat sebelum waktunya sehingga bayi berisiko lahir secara prematur. E. Pemeriksaan Diagnostik 1. CT-Scan Hepar menunjukkan hematom subkapsularis di hepar 2. MRI memungkinkan diperolehnya resolusi yang lebih baik, tetapi kausa mendasar tentang lesi-lesi masih belum terungkapkan. F. Penatalaksanaan Adapun penatalaksanaannya antara lain : 1. Deteksi prenatal dini Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 mingg, kemudian setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 36 minggu, setelah itu setiap minggu.

1. Penatalaksanaan di rumah sakit Evaluasi sistematik yang dilakukan mencakup: 1. Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari temuan-temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, dan pertambahan berat yang pesat 2. Berat badan saat masuk dan kemusian setiap hari 3. Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2 hari 4. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara tengah malam dan pagi hari 5. Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim hati dalam serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh keparahan hipertensi 6. Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara klinis maupun USG 7. Terminasi kehamilan Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat inap biasanya dianjurkan pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan sebaiknya diinduksi dengan oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi persalinan hampir pasti gagal atau upaya induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus yang lebih parah 1. Terapi obat antihipertensi Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi perhatian. 2. Penundaan pelahiran pada hiperetensi berat Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada tahuntahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm. Pendekatan ini

menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau menunggu terhadap kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu. G. Komplikasi 1. Perubahan Kardiovaskuler Perubahan ini pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhioleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan. 1. Perubahan hematologis 2. Gangguan fungsi ginjal 3. Edema paru Prognosis selalu dipengaruhi oleh komplikasi yang menyertai penyakit tersebut. Prognosis untuk hipertensi dalam kehamilan selalu serius. Penyakit ini adalah penyakit paling berbahaya yang dapat mengenai wanita hamil dan janinnya. Angka kematian ibu akibat hipertensi ini telah menurun selama 3 dekade terakhir ini dari 5% -10% menadi kurang dari 3% kasus.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN a. Identitas pasien Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten. Meskipun proporsi kehamilan dengan hipertensi kehamilan di Amerika Serikat pada dasawarsa yang lalu meningkat hampir sepertiga. Peningkatan ini sebagian diakibatkan oleh peningkatan jumlah ibu yang lebih tua dan kelahiran kembar. Sebagai contoh, pada tahun 1998 tingkat kelahiran di kalangan wanita usia 30-44 dan jumlah kelahiran untuk wanita usia 45 dan lebih tua berada pada tingkat tertinggi dalam 3 dekade, menurut National Center for Health Statistics. Lebih jauh lagi, antara 1980 dan 1998, tingkat kelahiran kembar meningkat sekitar 50 persen secara keseluruhan dan 1.000 persen di kalangan wanita usia 45-49; tingkat triplet dan orde yang lebih tinggi kelahiran kembar melompat lebih dari 400 persen secara keseluruhan, dan 1.000 persen di kalangan wanita di mereka 40-an. b. Keluhan utama Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati. c. Riwayat penyakit sekarang Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa ), diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria (