30
LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT Regina Susanti 102008100 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email: [email protected] BAB 1 ABSTRAK Leukemia Limfositik Akut (LLA) sering terjadi pada anak- anak usia di bawah 14 tahun, ditandai dengan berkembangnya sel darah putih yang tidak normal sehingga menyebabkan pucat, pusing, pembesaran kelenjar getah bening, demam, nyeri, dan perdarahan sebagai manifestasi klinis. LLA merupakan salah satu masalah penting pada kanker anak.Sebagai strategi untuk meningkatkan manajemen masalah kanker anak, khususnya LLA, diperlukan gambaran epidemiologi dan hasil pengobatan pasien. Berdasarkan hasil penelitian di RS Kanker Dharmais (2000- 2008), LLA banyak ditemukan pada anak laki-laki dengan usia 1- 5 tahun. LLA L1 dengan risiko biasa adalah jenis LLA terbanyak.Dari penelitian, 44,9% pasien meninggal dan 27,5 % hidup. Kata kunci: Leukemia, LLA, kanker anak

makalah LLA -24

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalah LLA -24

LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT

Regina Susanti

102008100

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Email: [email protected]

BAB 1

ABSTRAK

Leukemia Limfositik Akut (LLA) sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 14

tahun, ditandai dengan berkembangnya sel darah putih yang tidak normal sehingga

menyebabkan pucat, pusing, pembesaran kelenjar getah bening, demam, nyeri, dan

perdarahan sebagai manifestasi klinis. LLA merupakan salah satu masalah penting pada

kanker anak.Sebagai strategi untuk meningkatkan manajemen masalah kanker anak,

khususnya LLA, diperlukan gambaran epidemiologi dan hasil pengobatan pasien.

Berdasarkan hasil penelitian di RS Kanker Dharmais (2000-2008), LLA banyak ditemukan

pada anak laki-laki dengan usia 1-5 tahun. LLA L1 dengan risiko biasa  adalah jenis LLA

terbanyak.Dari penelitian, 44,9% pasien meninggal dan 27,5 % hidup.

Kata kunci: Leukemia, LLA, kanker anak

PENDAHULUAN

Leukemia adalah salah satu penyakit keganasan yang sangat ditakuti oleh masyarakat

dewasa ini. Meskipun telah dilakukan berbagai penelitian, etiologi dari keganasan

hemopoetik ini tidak diketahui secara keseluruhan.

Leukemia dibagi menjadi akut dan kronik.Leukemia juga digolongkan menurut tipe

sel darah putih yang terkena. Maksudnya, leukemia dapat muncul dari sel limfoid (disebut

leukemia limfositik) atau mieloid (disebut leukemia mieloid). Secara keseluruhan, leukemia

dibagi menjadi : Leukemia limfositik kronik / LLK (mengenai orang berusia lebih 55 tahun,

Page 2: makalah LLA -24

dan jarang sekali mengenai anak-anak), leukemia mieloid kronik / LMK (mengenai orang

dewasa), leukemia limfositik akut / LLA (mengenai anak-anak, tetapi dapat juga mengenai

dewasa dan leukemia mieloid akut (mengenai anak maupun orang dewasa dan merupakan 20

% leukemia pada anak).

Page 3: makalah LLA -24

BAB II

ISI

SKENARIO

Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit dengan

keluhan pucat sejak 1 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik anak tampak pucat dengan

hematom pada kaki kanan tanpa riwayat trauma. Pada pemeriksaan tanda vital diperoleh

denyut nadi 90x/menit, frekuensi nafas 24x/menit dan suhu 37,9˚C dan terdapat pembesaran

KGB di leher, kedua ketiak dan lipat paha. Limpa teraba pada Schuffner 2.

ANAMNESIS

Mengumpulkan data-data dalam anamnesis biasanya ialah hal yang pertama dan sering

merupakan hal yang terpenting dari interaksi dokter dengan pasien. Dokter mengumpulkan

banyak data yang menjadi dasar dari diagnosis, dokter belajar tentang pasien sebagai manusia

dan bagaimana mereka telah mengalami gejala-gejala dan penyakit, serta mulai membina

suatu hubungan saling percaya.1,2,7

Ada beberapa cara untuk mencapai sasaran ini. Cobalah untuk memberikan lingkungan

yang bersifat pribadi, tenang, dan bebas dari gangguan. Dokter berada pada tempat yang

dapat diterima oleh pasien, dan pastikan bahwa pasien dalam keadaan nyaman. 1,2,7

Dengan anamnesis yang baik dokter dapat memperkirakan penyakit yang diderita pasien.

Anamnesis yang baik harus lengkap, rinci (detail), dan akurat sehingga dokter bukan saja

dapat mengenali organ atau sistem apa yang terserang penyakit, tetapi juga kelainan yang

terjadi dan penyebabnya. 1,2,7

Anamnesis dilakukan dan dicatat secara sistematis. Ia harus mencakup semua hal yang

diperkirakan dapat membantu untuk menegakkan diagnosis. 1,2,7

Anamnesis sendiri terbagi 2 macam:

a. Auto anamnesis – hubungan pasien dan dokter

b. Allo anamnesis – hubungan wakil pasien dengan dokter

Tujuan anamnesis:

1. Untuk memperoleh data dan informasi dari pasien.

2. Untuk membina hubungan baik antara dokter dan pasien.

Page 4: makalah LLA -24

Manfaat anamnesis:

Dapat mendiagnosis dengan tepat

Dapat mengelola penyakit dengan tepat

Prognosis penyakit semakin membaik

Dapat melakukan pencegahan dan penyuluhan sehingga dari itu pertanyaan

haruslah mengarah kepada diagnosis yang yang ditegakkan

Ada beberapa point penting yang perlu ditanyakan pada saat anamnesis , antara lain : 1,2,7

Identitas pasien : nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan

Lamanya penyakit : akut atau kronis

Keluhan utama :

o Pucat. Seringkali terlihat pada pasien anemia. Pucat paling baik dinilai pada

telapak tangan/kaki, kuku, mukosa mulut, dan konjungtiva.

Keluhan penyerta :

o Biasanya anak lemas, demam, penurunan kadar trombosit, muntah sehingga

menunjukkan gejala seperti serangan demam berdarah bahkan dapat ditemukan

kulit yang tampak kuning pucat seperti penyakit kuning.

PEMERIKSAAN

a. FISIK

Pucat yg terjadi mendadak dan sukar diterangkan penyebabnya

Panas

Perdarahan dapat berupa ekimosis, petekia, epistaksis, perdarahan gusi

Splenomegali (pada stadium awal biasanya tidak dijumpai), kadang

hepatomegali

Limfadenopati

Gejala tidak khas : sakit sendi atau tulang yang dapat disalah-tafsirkan sebagai

penyakit rematik.1,4,6,7-8

Page 5: makalah LLA -24

b. PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

1. Darah tepi

Gejala yang terlihat pada darah tepi sebenarnya berdasarkan pada

kelainan sumsum tulang yaitu berupa pansitopenia, limfositosis yang kadang

– kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan terdapatnya sel

blas. Terdapatnya sel blas dalam darah tepi merupakan gejala patognomonik

untuk leukemia.1,3,4,6

Anemia : kadar Hb, nilai Ht, jumlah eritrosit menurun

Trombositopenia

Hitung leukosit : meningkat / menurun / normal

Sediaan hapus darah tepi :

o Eritrosit normositik normokrom, eritrosit berinti

o Sel blas bervariasi, +/-

o Pada ANLL, pada sel blas mungkin terdapat Auer rod 3.

Gambar 1 Morfologi Limfosit pada LLA

Diunduh dari http://antyass.wordpress.com/2009/10/12/acute-lymphoblastic-

leukemia-atau-leukemia-limfositik-akut

Berdasarkan hitung leukosit dan adanya sel blas, leukemia akut dibagi

menjadi :3,6

1. Leukemia leukemik : hitung leukosit meningkat dengan sel blas (+

+)

Page 6: makalah LLA -24

2. Leukemia subleukemik : hitung leukosit normal dengan sel blas (+)

3. Leukemia aleukemik : hitung leukosit menurun dan sel blas (-)

2. Sumsum tulang

Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang

monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan system

lain terdesak (aplasia sekunder). 4,6-8

Hiperseluler, gambaran monoton, sel blas >30%

Eritropoesis, trombopoesis tertekan

Pada LLA aspirasi sumsum tulang mungkin dry tap (karena serabut

retikulin bertambah) 3

Pemeriksaan lain

1. Biopsy limpa

Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang

berasal dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, RES,

granulosit, pulp cell.7-8

2. Kimia darah

Kolesterol mungkin menurun, asam urat dapat meningkat,

hipogamaglobulinemia.1,7-8

3. Cairan serebrospinal

Bila terjadi peninggian jumlah sel (sel patologis) dan protein, maka hal ini

berarti suatu leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi pada setiap saat

dari perjalanan penyakit baik pada keadaan remisi maupun pada keadaan

kambuh. 1,7-8

Untuk mencegahnya dilakukan pungsi lumbal dan pemberian metotreksat

(MTX) intratrakeal secara rutin pada setiap penderita baru atau pada mereka

yang menunjukkan gejala tekanan intracranial yang meninggi. 1,7-8

4. Sitogenetik

70 – 90% dari kasus LMK menunjukkan kelainan kromosom, yaitu pada

kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Ph1).

50 – 70% dari penderita LLA dan LMA mempunyai kelainan berupa:

a. kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperloid

(2n+a)

Page 7: makalah LLA -24

b. kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang

diploid

c. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion)

d. Terdapatnya marker chromosome yaitu elemen yang secara morfologis

bukan merupakan kromosom normal; dari bentuk yang sangat besar

sampai yang sangat kecil . 1,7-8

Tabel 1. Jenis Pemeriksaan Pada Leukemia Limfositik Akut Beserta Hasilnya

Jenis Pemeriksaan Hasil yang ditemui

Complete blood count leukositosis, anemia, trombositopenia

Bone Marrow Puncture hiperselular dengan infiltrasi limfoblas, sel berinti

Sitokimia Sudan black negatif, mieloperoksidase negatif

Fosfatase asam positif (T-ALL), PAS positif (B-ALL)

Imunoperoksidase peningkatan TdT (enzim nuklear yang mengatur kembali gen

reseptor sel T dan Ig

Flowcytometry precursor B: CD 10, 19, 79A, 22, cytoplasmic m-heavy chain, TdT

T: CD1a, 2, 3, 4, 5, 7, 8, TdT

B: kappa atau lambda, CD19, 20, 22

Sitogenetika analisa gen dan kromosom dengan immunotyping untuk

menguraikan klon maligna

Pungsi lumbal keterlibatan SSP bila ditemukan > 5 leukosit/mL CSF

Diunduh dari http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/2010/10/13/leukemia-

limfoblastik-akut/

Page 8: makalah LLA -24

DIAGNOSIS

Working Diagnosis : Leukemia Limfositik Akut

Leukemia adalah kanker anak yang paling sering, mencapai lebih kurang 33%

dari keganasan pediatrik. Leukemia limfoblastik akut (LLA) berjumlah kira – kira

75% dari semua kasus, dengan insidensi tertinggi pada umur 4 tahun. Leukemia

myeloid akut (LMA) berjumlah kira – kira 20% dari leukemia, dengan insidensi yang

tetap dari lahir sampai umur 10 tahun, meningkat sedikit pada masa remaja. Leukemia

sisanya adalah bentuk kronis; leukemia limfositik kronis (LLK) jarang ditemukan

pada anak. Insidensi tahunan keseluruhan dari leukemia adalah 42,1 tiap juta anak

kulit hitam. Perbedaan itu terutama disebabkan oleh rendahnya kejadian LLA pada

kulit hitam. 1,3

Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan darah tepi dan

dipastikan oleh pemeriksaan sumsum tulang atau limpa. Pada stadium ini limpa

mungkin tidak membesar, bahkan gambaran darah tepi masih normal dan hanya

terlihat gejala pucat yang mendadak dengan atau tanpa trombositopenia. Dalam

keadaan ini pemeriksaan sumsum tulang dapat memastikan diagnosis. 1,3

Pada stadium praleukemia, gejala lebih tidak khas lagi, bahkan sumsum tulang

dapat memperlihatkan gambaran normal atau gambaran lain yang nonleukemik (misal

anemia aplastik, ITP menahun, diseritropoesis). Dengan pemeriksaan mikroskop

electron sebenarnya telah dapat dilihat adanya sel patologis. 1,3

Keluhan panas, pucat, dan perdarahan dapat disebabkan anemia aplastik,

trombositopenia (ITP, ATP, demam berdarah atau infeksi lain). Bila pada

pemeriksaan jasmani ditemukan splenomegali, maka diagnosis lebih terarah pada

leukemia akut. 1,3

ATP dan trombositopenia ‘biasa’ tidak menunjukkan kelainan lain dalam

darah tepi, kecuali jumlah trombosit yang rendah. Bila darah tepi juga menunjukkan

granulositopenia dan retikulositopenia (terdapat pansitopenia), diagnosis lebih

condong pada anemia aplastik atau leukemia .1,3

Page 9: makalah LLA -24

Acute Lymphocytic Leukemia (LLA) dibagi menjadi :1,3,8

L1 : sel kecil, homogen, sering terjadi pada anak – anak. Proliferasi uniform

limfoblas kecil.

L2 : sel besar, heterogen (limfoblas besar kecil), sering pada dewasa, jarang ≤ 5

tahun.

Diagnosis banding : M1

L3 : sel besar, homogeny (Burkitt type)

Berdasarkan cell surface marker (immuno-phenotyping)

1.1 Acute Lymphocytic Leukemia (ALL) dibagi menjadi :

Common ALL: common ALL Antigen

Pre B ALL : cytoplasmic Ig

B ALL : surface Ig

T ALL : Erythrocyte Rosettes

Null ALL : Terminal deoxy-nucleotidyl Transferase (TdT +)

Differential Diagnosis :

Leukemia mielositik akut (LMA)

Pada sebagian besar kasus, gambaran klinis dan morfologi pada pewarnaan

rutin membedakan ALL dari AML. Pada ALL, blas tidak memperlihatkan adanya

diferensiasi (dengan perkecualian ALL sel B). Sedangkan pada AML, biasanya

ditemukan tanda – tanda diferensiasi kearah granulosit atau monosit pada blas atau

progeninya. Diperlukan tes khusus untuk memastikan penegakan diagnosis AML atau

ALL dan untuk membagi lagi kasus – kasus AML atau ALL ke dalam subtype yang

berbeda.1

Pada sebagian kecil kasus leukemia akut, sel blas memperlihatkan adanya

gambaran AML dan ALL sekaligus. Ciri – ciri ini dapat ditemukan pada sel yang

sama (biphenotypic) atau pada populasi yang terpisah (bilineal), dan gambaran ini

mencakup ekspresi yang tak wajar dari petanda imunologik atau penataan ulang gen

yang tak wajar. Hal ini disebut leukemia akut hybrid dan pengobatan biasanya

diberikan berdasarkan pola yang dominan .4

Page 10: makalah LLA -24

Leukemia limfositik kronik (LLK)

Lebih sering pada orang dewasa sedangkan pada anak sangat jarang. LMK

lebih sering ditemukan daripada LLK. Tidak jarang ditemukan LMK yang berasal

dari mielosis eritremik (jenis akut) yang kemudian berubah menjadi jenis campuran

sebagai eritoleukemia dan kemudian berubah lagi menjadi LMK.

Gejala klinik biasanya ringan bahkan mungkin tidak tampak sakit. Kadang – kadang

ditemukan secara kebetulan karena anak diperiksa darah untuk keperluan lain. Sering

ditemukan gejala panas dan pucat tanpa perdarahan. Limfadenopati,

hepatosplenomegali lebih nyata dibandingkan dengan leukemia akut dan merupakan

gejala yang hampir selalu ditemukan. Pemeriksaan darah tepi selain menggambarkan

anemia, juga yang sangat menyolok ialah jumlah leukosit sangat tinggi (100.000 –

500.000/mm3). Jumlah trombosit tidak terlalu rendah, biasanya masih lebih dari

100.000/mm3. Pada hitung jenis terlihat semua jenis sel dari stadium muda sampai

tua. Pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan proliferasi dari seri yang terkena.

Persentase sel terbanyak dari seri ini akan menetukan diagnosis morfologis.1,4

System hemopoetik lain tidak berapa terdesak. 70 -90 % dari kasus LMK

menunjukkan adanya kelainan kromosom pada sediaan darah tepi dan sumsum tulang

(kromosom Philadelphia).4

Pengobatannya ialah dengan radiasi limpa atau pemberian mileran, disamping

menghindarkan infeksi sekunder. Radiasi diberikan sampai jumlah leukosit mencapai

10.000-20.000/mm3. Mileran diberikan dengan dosis 0,06mg/kgbb/hari.4

Prognosis leukemia kronik lebih baik daripada leukemia akut. Biasanya

penderita dapat bertahan lebih lama; 20% lebih dari 5 tahun dan beberapa kasus

sampai 20 tahun .1

Leukemia mielositik kronik (LMK)

Pasien – pasien ini umumnya mempunyai riwayat ruam eksematosa,

limfadenopati dan infeksi bakteri rekuren, karena itu dapat menyerupai penderita

penyakit granulomatosa kronik. Pada saat diagnosis, penderita umumnya pucat

dengan purpura serta pembesaran moderat hati dan limpa.5

Temuan laboratories yang konsisten adalah anemia, trombositopenia dan peningkatan

jumlah leukosit, biasanya sekitar 50.000/mm3 (berkisar antara 15.000 –

200.000/mm3). Sediaan hapus darah mirip dengan gambaran LMK bentuk dewasa

dengan adanya sel – sel myeloid semua stadium diferensiasi. Dapat ditemukan

Page 11: makalah LLA -24

monositosis yang mencolok, tetapi eosinofilia dan basofilia tidak konsisten. Sumsum

tulang biasanya selular dengan megakriosit dan sel eritroid yang lebih sedikit

dibanding LMK tipe dewasa.5

Temuan laboratorium5

Leukositosis biasanya berjumlah >50 x 109/l dan kadang-kadang >500 x 109/l.

spectrum lengkap sel-sel myeloid ditemukan dalam darah tepi. Jumlah neutrofil

dan mielosit melebihi jumlah sel blas dan promielosit.

Meningkatnya jumlah basofil dalam darah

Biasanya ditemukan anemia normositik normokrom

Jumlah trombosit mungkin meningkat (paling sering), normal, atau menurun.

Skor fosfatase alkali netrofil selalu rendah. Sumsum tulang hiperseluler dengan

predominasi granulopoiesis.

Vitamin B12 serum dan daya ikat vitamin B12 meningkat. Kadar asam urat

dalam serum biasanya meningkat.

Kemoterapi dengan obat tunggal atau kombinasi amat terbatas atau tak

bernilai dalam induksi remisi atau dalam memperpanjang angka kelangsungan hidup.

Ada kemungkinan jumlah leukosit dapat diturunkan tanpa perubahan bermakna pada

kadar hemoglobin atau trombosit. Dalam perjalanan LMK tipe juvenile, bentuk –

bentuk blas dapat meningkat tetapi tidak ada krisis blas yang khas seperti pada tipe

dewasa. Pembesaran progresif terdapat pada organomegali. Median angka

kelangsungan hidup sekitar 6 bulan; kelangsungan hidup sampai 2 tahun jarang

ditemukan. Kematian terjadi akibat komplikasi kegagalan sumsum tulang . 5

ETIOLOGI LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT

Sampai saat ini masih belum jelas penyebab pasti dari leukemia limfositik akut.

Diduga kemungkinan besar penyebabnya adalah virus (onkovirus). 1,7

Faktor lain yang berperan pada leukemia limfositik akut : 1,7

Page 12: makalah LLA -24

Sinar X, sinar radiaktif

Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan

leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif

digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi

mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak

bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan

bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak.

Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut .

Bahan kimia ( benzen, arsen, preparat sulfa).

Infeksi : virus maupun bakteri.

Kelainan kromosom

Insiden leukemia pada anak-anak penderita Sindrom Down adalah 20 kali lebih banyak

daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut.

Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital

misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom

Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom

trisomi D

Faktor herediter

Insiden leukemia meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia

pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat terjadi

pada kembar identik ( 1 telur / monozigot ).

EPIDEMIOLOGI

Delapan puluh lima pesen leukemia pada anak adalah leukemia limfositik akut (LLA).

Insiden puncak tibulnya penyakit ini adalah 3 – 5 tahun dan lebih banyak ditemui pada anak

laki – laki dibandingkan perempuan. Ratio anak kulit putih dengan berwarna adalah 1,8 : 1.2,5

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa di Indonesia tiap tahun

ada seratus penderita kanker baru dari 100.000 penduduk dan 2% di antaranya atau 4.100

kasus merupakan kanker anak. Angka ini terus meningkat lantaran kurangnya pemahaman

orang tua mengenai penyakit kanker dan bahayanya. Menurut Dr. Djajadiman Gatot, SpA(K),

dari Sub Bagian Hematologi-Onkologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), leukemia

merupakan jenis kanker yang paling banyak terjadi pada anak (30-40 persen) disusul tumor

Page 13: makalah LLA -24

otak (10- 15 persen) dan kanker mata/retinoblastoma (10 – 12 persen). Sisanya kanker jenis

lain seperti kanker kelenjar getah bening, kanker saraf, dan kanker ginjal. Data lain

menyatakan bahwa di Indonesia terdapat sekitar 80 juta anak dengan usia dibawah 15 tahun.

Sebagian dari anak tersebut merupakan populasi berisiko terkena leukemia. Dari penelitian

yang dilakukan di RS Dr.Sardjito Universitas Gajah Mada Yogyakarta, didapatkan insiden

leukemia jenis LLA sebesar 2,5 – 4,0 per 100.000 anak. Dengan kata lain dapat diestimasi

bahwa terdapat 2000 – 3200 kasus baru jenis LLA tiap tahunnya. Selain itu juga didapatkan

sebanyak 30 – 40 leukemia anak jenis LLA ditangani setiap tahun di institusi tersebut di

atas.7

PATOFISIOLOGI

Secara imunologik, pathogenesis leukemia dapat diterangkan sebagai berikut:

Bila virus dianggap sebagai penyebabnya (virus onkogenik yang mempunyai struktur antigen

tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan masuk ke dalam tubuh manusia seandainya

struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia itu. Bila struktur antigen individu

tidak sama dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut akan ditolaknya, sama

kejadiannya dengan penolakan terhadap benda asing. Struktur antigen manusia terbentuk oleh

struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di

permukaan tubuh (kulit disebut juga antigen jaringan). Oleh WHO terhadap antigen jaringan

telah ditetapkan istilah HL-A (Human Leucocyte locus A). Sistem HL-A indvidu ini

diturunkan menurut hokum genetika, sehingga agaknya peranan factor ras dan keluarga

dalam etiologi leukemia tidak dapat diabaikan .1

GEJALA KLINIS

Anak – anak dengan LLA umumnya memperlihatkan gambaran yang agak konsisten.

Sekitar 2/3 telah memperlihatkan gejala dan tanda selama kurang dari 6 minggu pada saat

diagnosis ditegakkan. Gejala pertama biasanya tidak khas; dapat mempunyai riwayat infeksi

saluran nafas akibat virus atau eksantema yang belum sembuh sempurna. Manifestasi awal

ang lazim adalah anoreksia, iritabilitas, dan letargi. Kegagalan fungsi sum – sum tulang yang

progresif menimbulkan keadaan pucat, perdarahan, dan demam, yaitu gambaran – gambaran

yang mendesak dilakukannya pemeriksaan diagnostik.2

Pada pemeriksaan awal, sebagian besar pasien tampak pucat dan sekitar 50 % dengan

petekie atau perdarahan mukosa. Demam ditemukan pada sekitar 25% penderita, yang

Page 14: makalah LLA -24

terkadang dianggap timbul olehsebab spesifik seperti infeksi saluran nafas. Limfadenopati

kadang – kadang nyata, dan spelonomegali ( biasanya kurang dari 6 cm di bawah tepi kosta)

dapat ditemukan 2/3 pasien. Hepatomegali minimal dan tidak lazim. Sepertiga pasien

mengalami nyei tulang akibat invasi periosteum dan perdarahan subperiosteal. Nyeri tulang

dan artralgia tidak jarang merupakan keluhan utama yang mengarah pada diagnosis LLA.2

Kadang – kadang tanda - tanda peningkatan tekanan intrakranial seperti nyeri kepala

dan muntah, menunjukkan terlibatnya selaput otak. Anak – anak dengan leukemia sel T

cenderung dengan limfadenopati dan hepatosplenomegali yang nyata serta ifiltrasi leukemik

dini pada SSP.2

PENATALAKSANAAN

Transfusi darah biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada

trombositopenia yang berat dan perdarahan massif, dapat diberikan transfusi trombosit

dan bila terdapat tanda – tanda DIC dapat diberikan heparin.1

Kortikosteroid (prednisone, kortison, deksametason, dsb). Setelah dicapai remisi dosis

dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan. 1

Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau

MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin

(Oncovin),rubidomisin (daunorubicin), sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid

atau CPA, adriamisin, dsb. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama –

sama dengan prednisone. Pada pemberian obat – obatan ini sering terdapat akibat

samping berupa alopesia, stomatitis, leucopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis.

Hendaknya lebih berhati – hati bila jumlah leukosit kurang dari 2.000/mm3. 1

Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci

hama). 1

Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang terbaru, setelah tercapai remisi dan

jumlah sel leukemia cukup rendah (105 – 106), imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan

yang aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae

bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibody yang dapat memperkuat daya tahan

tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah

diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibody yang spesifik terhadap sel

leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita

leukemia dapat sembuh sempurna 1

Cara pengobatan

Page 15: makalah LLA -24

Cara pengobatan yang dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI terhadap

leukemia limfositik akut ialah dengan menggunakan protocol sebagai berikut : 1

Induksi

Sistemik :

e. VCR (vinkristin): 2 mg/m2/minggu, intravena diberikan 6 kali.

f. ADR (adriamisin): 40mg/m2/2 minggu intravena diberikan 3 kali

dimulai pada hari ketiga pengobatan

g. Prednisone 50mg/m2/hari peroral diberikan selama 5 minggu

kemudian tapering off selama 1 minggu.

SSP: Profilaksis: MTX (metotreksat) 10mg/m2/minggu intratrakeal, diberikan 5

kali dimulai bersamaan dengan atau setelah VCR pertama.

Radiasi cranial: dosis total 2.400 rad dimulai setelah konsolidasi terakhir

(siklofosfamid) 1

Konsolidasi

a. MTX: 15 mg/m2/hari intravena diberikan 3 kali dimulai satu minggu setelah

VCR keenam, kemudian dilanjutkan dengan :

b. 6-MP (6-merkaptopurin): 500 mg/m2/hari peroral diberikan 3 kali

c. CPA (siklofosfamid) 800mg/m2/kali diberikan pada akhir minggu kedua dari

konsolidasi1

Rumat

Dimulai satu minggu setelah konsolidasi terakhir (CPA) dengan :

a. 6-MP: 65 mg/m2/hari peroral

b. MTX: 20 mg/m2/minggu peroral dibagi dalam 2 dosis (misalnya Senin dan

Kamis) 1

Reinduksi

Diberikan tiap 3 bulan sejak VCR terakhir. Selama reinduksi obat - obat rumat

dihentikan.

Sistemik :

a. VCR: dosis sama dengan dosis induksi, diberikan 2 kali

b. Prednison dosis sama dengan dosis induksi diberikan 1 minggu penuh dan 1

minggu kemudian tapering off

Page 16: makalah LLA -24

SSP: MTX intratrakeal, dosis sama dengan profilaksis, diberikan 2 kaliSSP:

MTX intratrakeal, dosis sama dengan profilaksis, diberikan 2 kali1

Imunoterapi

BCG diberikan 2 minggu setelah VCR kedua pada reinduksi pertama. Dosis 0,6

ml intrakutan, diberikan pada 3 tempat masing – masing 0,2 ml. Suntikan BCG

diberikan 3 kali dengan interval 4 minggu. Selama pengobatan ini, obat – obat

rumat diteruskan. 1

Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.

Pungsi sumsum tulang ulangan rutin dilakukan setelah induksi pengobatan (setelah 6

minggu) . 1

KOMPLIKASI

Komplikasi metabolik pada anak dengan LLA dapat disebabkan oleh lisis sel

leukemik akibat kemoterapi atau secara spontan dan komplikasi ini dapat mengancam jiwa

pasien yang memiliki beban sel leukimia yang besar. Terlepasnya komponen intraselular

dapat menyebabkan hiperurisemia, hiperkalsemia, dan hiperfosfatemia dengan hipokalsemia

sekuder. Beberapa pasien dapat menderita nefropati asam urat atau nefrokalsinosis. Jarang

sekali timbul urolitiasis dengan obstruksi uretersetelah pasien diobati untuk leukemia.

Hidrasi, pemberian alopurinol dan alumunium hidroksida, serta penggunaan alkalinisasi urin

yang tepat dapat mencegah atau memperbaiki komplikasi ini. Infiltrasi leukemik yang difus

pada ginjal juga dapat menimbulkan kegagalan ginjal. Terapi vinkristin atau siklofossamid

dapat mengakibatkan peningkatan hormon antidiuretik, dan pemberian antibiotika tertentu

yang mengandung natrium, seperti tikarsilin atau kabernisilin, dapat mengakibatkan

hipokalemia. Hiperglikemia dapat terjadi pada 10 % pasien setelah pengobatan dengan

prednison dan asparaginasi dan memerlukan penggunaan insulin jangka pendek.2

Karena efek mielosupresif dan imunosupresif LLA dan juga kemoterapi, anak yang

menderita leukemia lebih rentan terhadap infeksi. Sifat infeksi ini bervariasi dengan

pengobatan dan fase penyakit. Infeksi yang paling awal adalah bakteri, yang dimanifestasikan

oleh sepsis, pneumonia, selulitis, dan otitis media. Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli,

Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumonia, Staphylococcus epidrmidis, Proteus mirabilis,

dan Haemophilus influenza adalah organisme yang biasanya menyebabkan septik. Setiap

pasien yang mengalami febris dengan granulositopeniayang berat harus dianggap septik dan

Page 17: makalah LLA -24

diobati dengan antibiotik spektrum luas. Transfusi granulosit diindikasikan untuk pasien

dengan granulositopenia absolut dan septikemia akibat kuman gram negatif yang berespon

buruk terhadap pengobatan. 2

Dengan pengguanaan kemoterapi yang intensif dan pemajanan antibiotika atau

hidrokortison yang lama, infeksi jamur yang diseminata oleh Candida atau Aspergillus lebih

sering terjadi, meskipun organisme itu sulit dibiakkan dari bahan darah. CT scan

bermanfaatuntuk mengetahui keterlibatan organ viscera. Abses paru, hati, limpa, ginjal, sinus,

atau kulit memberi kesan infeksi jamur. Amfositerin B adalah pengobatan pilihan, dengan 5 –

fluorositosin dan rifamisin kadang kala ditambahkan untuk memperkuat efek obat tersebut. 2

Pneumonia Pneumocytis carinii yang timbul selama remisi merupakan komplikasi

yang sering dijumpai pada masa lalu, tetapi sekarang telah jarang karena kemoprofilaksis

rutin dengan trimetropim – sulfametoksazol. Karena penderita leukemia lebih rentan terhadap

infeksi, vaksin yang mengandung virus hidup ( polio, mumps, campak, rubella ) tidak boleh

diberikan. 2

Karena adanya trombositopenia yang disebabkan oleh leukemia atau pengobatannya,

manifestasi perdarahan adalah umum tetapi biasanya terbatas pada kulit dan membran

mukosa. Manifestasi perdarahan pada sistem saraf pusat, paru, atau saluran cerna jarang

terjadi, tetapi dapat mengancam jiwa pasien. Transfusi dengan komponen trommbosit

diberikan untuk episode perdarahan. Koagulopati akibat koagulasi intravaskuler diseminata,

gangguan fungsi hati, atau kemoterapi pada LLA biasanya ringan. Dewasa ini, trombosis

vena perifer atau serebral, atau keduanya, telah dijumpai pada 1 – 3 % anak setelah diinduksi

pengobatan dengan prednison, vinkristin, dan asparaginase. Patogenesis dari komplikasi ini

belum diketahui, tetapi disebabkan oleh status hiperkoagulasi akibat obat. Biasanya, obat

yang dapat menyebabkan gangguan fungsi trombosit, seperti salisilat, harus dihindaripada

penderita leukemia. 2

Dengan adanya keberhasilan dalam pengobatan LLA, perhatian sekarang lebih

banyak ditujukan pada efek terapi yang lambat. Profilaksis sistem saraf pusat dan pengobatan

sistemikyang diintensifkan telah mengakibatkan leukoensefalopati, mineralisasi

mikroangiopati, kejang, dan gangguan intelektual pada beberapa pasien. Pasien juga memiliki

resiko tinggi untuk menderita keganasan sekunder. Efek lambat lainnya adalah gangguan

pertumbuhan dan disfungsi gonad, tiroid, hati, dan jantung. Kerusakan jantung terutama

terjadi secara tersembunyi,karena gangguan fungsional tidak terlihat sampai beberapa tahun

kemudian. Terdapat juga beberapa pertanyaan mengenai arteri koroner serta insufiensi

miokard dini. Sedikit informasi yang didapat tentang efek teratogenik dan muagenik pada

Page 18: makalah LLA -24

terapi antileukemik; meskipun demikian, tidak ada bukti meningkatnya cacat lahir di antara

anak yang dilahirkan oleh orang tua yang penah mendapat pengobatan leukemia. 2

PROGNOSIS

Karena onset biasanya mendadak, maka dapat disertai perkembangan dan kematian

yang cepat bila tidak diobati.60% pasien yang diobati menjadi sembuh dan mengalami

harapan hidup yang meningkat dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum

tulang serta SSP.Harapan sembuh pasien dewasa tergantung dari intensifnya terapi.Secara

umum, overall disease – free survival rate kira-kira 30%.

PENCEGAHAN

Tidak diketahui secara pasti cara – cara pencegahan berbagai tipe leukemia. Karena

kebanyakan penderita leukemia tidak mengetahui factor risiko mereka masing – masing.

Beberapa tipe dari leukemia mungkin dapat dicegah dengan cara menghindari paparan radiasi

dosis tinggi (bahkan pasca kemoterapi / terapi radiasi), pajanan zat kimia (benzene),

menghindari merokok ataupun paparan asap rokok. 8

Namun sayangnya, banyak kasus dari leukemia tidak dapat dicegah. Karena

sesungguhnya tidak dapat diidentifikasi secara nyata dan pasti mengenai penyebabnya.

Hanya saja perlu dihindari faktor – faktor lain (eksogen) yang dapat mencetuskan LLA.

BAB III

KESIMPULAN

Page 19: makalah LLA -24

Leukemia adalah salah satu penyakit keganasan yang sangat ditakuti oleh masyarakat

dewasa ini. Meskipun telah dilakukan berbagai penelitian, etiologi dari keganasan hemopoetik ini

tidak diketahui secara keseluruhan.

Leukemia dibagi menjadi akut dan kronik. Pada leukemia akut, sel darah sangat tidak

normal, tidak dapat berfungsi seperti sel normal, dan jumlahnya meningkat secara cepat. Kondisi

pasien dengan leukemia jenis ini memburuk dengan cepat. Pada leukemia kronik, pada awalnya

sel darah yang abnormal masih dapat berfungsi, dan orang dengan leukemia jenis ini mungkin

tidak menunjukkan gejala. Perlahan-lahan, leukemia kronik memburuk dan mulai menunjukkan

gejala ketika sel leukemia bertambah banyak dan produksi sel normal berkurang.

Untuk pengobatan leukemia akut, bertujuan untuk menghancurkan sel-sel kanker sampai

habis. Pelaksanaannya secara bertahap dan terdiri dari beberapa siklus. Tahapannya adalah

induksi (awal), konsolidasi dan pemeliharaan. Tahap induksi bertujuan memusnahkan sel kanker

secara progresif. Tahap konsolidasi untuk memberantas sisa sel kanker agar tercapai sembuh

sempurna. Tahap pemeliharaan berguna untuk menjaga agar tidak kambuh. Terapi yang biasa

dilakukan antara lain pemberian kemoterapi, radioterapi dan juga transplantasi sumsum tulang.

Permasalahan yang dihadapi pada penanganan pasien leukemia adalah obat yang mahal,

ketersediaan obat yang belum tentu lengkap, dan adanya efek samping, serta perawatan yang

lama. Obat untuk leukemia dirasakan mahal bagi kebanyakan pasien apalagi dimasa krisis

sekarang ini, Selain macam obat yang banyak , juga lamanya pengobatan menambah beban biaya

untuk pengadaan obat. Efek samping sitostatika bermacam-macam seperti anemia, pedarahan,

rambut rontok, granulositopenia (memudahkan terjadinya infeksi), mual/ muntah, stomatitis,

miokarditis dan sebagainya. Problem selama pengobatan adalah terjadinya relaps (kambuh).

Relaps merupakan pertanda yang kurang baik bagi penyakitnya dan dapat terjadi sekitar 20%

pada penderita LLA yang diterapi. Pada dasarnya ada 3 tempat relaps yaitu intramedular (sumsum

tulang), ekstramedular (susunan saraf pusat, testis, iris), intra dan ekstra meduler. Relaps bisa

terjadi pada relaps awal (early relaps) yang terjadi selama pengobatan atau 6 bulan dalam masa

pengobatan dan relaps lambat (late relapse) yang terjadi lebih dari 6 bulan setelah pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: makalah LLA -24

1. Hassan, Rusepno dkk. Leukemia. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 1.

Cetakan ke-11. Percetakan Infomedika, Jakarta: 2007.

2. Sudiono, Herawati, dkk. Leukemia. Penuntun Patologi Klinik Hematologi. Cetakan

ketiga. Biro Publikasi Fakultas Kedokteran Ukrida, Jakarta: 2009.

3. Waldo, E. Nelson. Leukemia Limfoblastik Akut. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.

Edisi 15. Vol 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 2000

4. Hoffbrand, A.V. Leukemia Akut. Kapita Selekta Hematologi. Edisi ke-4. Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 2005

5. Behrman, E. Richard. Leukemia Limfositik Akut. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.

Bagian 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: 1992

6. Rudolph, M. Abraham. Leukemia Limfoblastik Akut. Buku Ajar Pediatrik Rudolph.

Edisi 20. EGC, Jakarta: 2006

7. Referat Leukemia pada Anak. 15 Juli 2010. Diunduh dari,

http://bukanjokimakalah.co.cc/?p=40. 22 April 2011.

8. Leukemia Limfoblastik Akut. 13 November 2010. Diunduh dari

http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/2010/10/13/leukemia-

limfoblastik-akut / . 23 April 2011.