22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Conor (1974) menjelaskan bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan, separuhnya ditentukan oleh rencana yang telah ditetapkan dan setengahnya lagi fungsi oleh pengawasan atau monitoring.Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan rencana yang telah disusun. Monitoring pasien bedah meliputi mengevaluasi faktor-faktor fisik dan psikologis secara luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam memonitoring pasien secara menyeluruh dan berbagai masalah pasien atau diagnosa keperawatan dapat diantisipasi dan diidentifikasi sebelumnya. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari dibuatnya makalah ini, agar mahasiswa dapat memahami monitoring pada pasien pre dan post operasi pada pasien dengan gangguan system kardiovaskuler, pencernaan, pernapasan dan penginderaan dan 1

Makalah KMB 1 Monitoring Pre Dan Post

  • Upload
    nunabil

  • View
    4.398

  • Download
    8

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah KMB 1 Monitoring Pre Dan Post

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Conor (1974) menjelaskan bahwa keberhasilan dalam

mencapai tujuan, separuhnya ditentukan oleh rencana yang telah ditetapkan

dan setengahnya lagi fungsi oleh pengawasan atau monitoring.Kegiatan

monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan

yang dilaksanakan dengan rencana yang telah disusun.

Monitoring pasien bedah meliputi mengevaluasi faktor-faktor fisik

dan psikologis secara luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam

memonitoring pasien secara menyeluruh dan berbagai masalah pasien atau

diagnosa keperawatan dapat diantisipasi dan diidentifikasi sebelumnya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari dibuatnya makalah ini, agar mahasiswa dapat

memahami monitoring pada pasien pre dan post operasi pada

pasien dengan gangguan system kardiovaskuler, pencernaan,

pernapasan dan penginderaan dan mahasiswa dapat mengetahui

pengertian monitoring pre dan post operasi tersebut.

1.2.2 Tujuan Khusus

Agar mahasiswa dapat mengetahui:

Pengertian Monitoring

Pengertian Pre Operasi

Monitoring Pre Operasi

Pengertian Post Operasi

Monitoring Post Operasi

1

Page 2: Makalah KMB 1 Monitoring Pre Dan Post

1.3 Sistematika Penulisan

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

1.2.2 Tujuan Khusus

1.3 Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Monitoring

2.2 Pengertian Pre Operasi

2.3 Monitoring Pre Operasi

2.3.1 Pengkajian psikososial

2.3.2 Pengkajian fisik umum

2.3.3 Monitoring pada pasien Pre Operasi

2.4 Pengertian Post Operasi

2.5 Monitoring post operasi

2.5.1 Sistem Kardiovaskuler

2.5.2 Sistem Pencernaan

2.5.3 Sistem Pernafasan

2.5.4 Sistem Penginderaan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

2

Page 3: Makalah KMB 1 Monitoring Pre Dan Post

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Monitoring

Menurut Conor (1974) menjelaskan bahwa keberhasilan dalam mencapai

tujuan, separuhnya ditentukan oleh rencana yang telah ditetapkan dan setengahnya

lagi fungsi oleh pengawasan atau monitoring. Kegiatan monitoring dimaksudkan

untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan

rencana yang telah disusun.

Monitoring digunakan pula untuk memperbaiki kegiatan yang

menyimpang dari rencana, mengoreksi penyalahgunaan aturan dan sumber-

sumber, serta untuk mengupayakan agar tujuan dicapai seefektif dan seefisien

mungkin

2.2 Pengertian Pre Operasi

Preoperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai

prabedah (preoperatif), bedah (intraoperatif), pascaoperatif (postoperatif).

Prabedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan dimulai

sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja

bedah. Intra bedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer ke

meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pasca bedah

merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien

memasuki ruang dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.

2.3 Monitoring Pre Operasi

Monitoring pasien bedah meliputi mengevaluasi faktor-faktor fisik dan

psikologis secara luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam memonitoring

pasien secara menyeluruh dan berbagai masalah pasien atau diagnosa keperawatan

dapat diantisipasi dan diidentifikasi sebelumnya.

3

Page 4: Makalah KMB 1 Monitoring Pre Dan Post

2.3.1 Pengkajian psikososial

Dengan mengumpulkan riwayat kesehatan secara cermat, perawat

menemukan kekhawatiran pasien yang dapat menjadi beban langsung selama

pengalaman pembedahan. Tidak diragukan lagi pasien yang mengalami

pembedahan ini dilingkupi oleh kecemasan, termasuk ketakutan akan

ketidaktahuan dan lain sebagainya. Akibatnya, perawat harus memberikan

dorongan untuk pengungkapan, dan harus mendengarkan, memahami, dan

memberikan informasi yang membantu menyingkirkan kekhawatiran tersebut.

Untuk pasien pre operatif berbagai kecemasan yang cukup besar cemas

dan takut terhadap anastesia, takut terhadap rasa nyeri dan kematian atau ancaman

lain yang dapat menimbulkan ketidak tenangan dan ansietas berat. Perawat dapat

melakukan banyak hal untuk menghilangkan kekhawatiran itu supaya dapat

memberikan perasaan tenang pada pasien apabila memungkinkan.

2.3.2 Pengkajian fisik umum

Sebelum pengobatan dimulai, riwayat kesehatan dikumpulkan dan

pemeriksaan fisik dilakukan, selama pemeriksaan fisik tersebut, tanda-tanda vital

dicatat dan data dasar ditegakan untuk pembandingan dimasa yang datang,

pemeriksaan diagnostik dilakukan seperti Analisis Gas Darah (AGD),

pemeriksaan rontgen, endoskopi. Biopsi jaringan, dan pemeriksaan feses dan urin,

perawat berada dalam posisi untuk membantu pasien memahami perlunya

pemeriksaan diagnostic adalah suatu kesempatan selama pemeriksaan fisik untuk

memperhatikan temuan fisik yang signifikan, seperti decubitus, edema, atau bunyi

nafas yang abnormal, yang lebih jauh menggambarkan kondisi keseluruhan

pasien.

2.3.3 Monitoring pada pasien Pre Operasi

Sebelum dilakukan operasi, pasien terlebih dahulu di monitoring keadaan

psikologis dan keadaan fisiknya.

1). Monitoring Psikologi

a. Perasaan takut / cemas

b. Keadaan emosi pasien

4

Page 5: Makalah KMB 1 Monitoring Pre Dan Post

2). Monitoring Fisik

a. Tanda vital : TN, N, R, Suhu.

b. Sistem integumentum

Pucat

Sianosis

Adakah penyakit kulit di area badan.

c. Sistem Kardiovaskuler

Apakah ada gangguan pada sistem kardio ?

Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?

Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.

Kebiasaan merokok, minum alcohol

Oedema

Irama dan frekuensi jantung.

Pucat

d. Sistem pernafasan

Apakah pasien bernafas teratur ?

Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.

e. Sistem pencernaan

Apakah pasien diare ?

f. Sistem saraf

Kesadaran ?

g. Validasi persiapan fisik pasien

Apakah pasien puasa ?

Lavement ?

Kapter ?

Perhiasan ?

Make up ?

Scheren / cukur bulu pubis ?

Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?

Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?

5

Page 6: Makalah KMB 1 Monitoring Pre Dan Post

Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang

diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang

diberi anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial.

Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :

Monitoring mental

Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar atau

terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang

dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak

cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.

Monitoring fisik

Tanda-tanda vital

Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka

perawat harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli

bedah.

Transfusi

Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis

segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi.

Infus

Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis

harus segera diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran

infuse.

Pengeluaran urin

Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.

2.4 Pengertian Post Operasi

Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien keruang

pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau

dirumah. Setelah pembedahan, perawatan klien dapat menjadi kompleks akibat

fisiologis yang mungkin terjadi. Untuk mengkaji kondisi pasca atau post operasi

ini, perawat mengandalkan informasi yang berasal dari hasil pen kajian

keperawatan preoperative. Pengetahuan yang dimiliki klien tentang prosedur

6

Page 7: Makalah KMB 1 Monitoring Pre Dan Post

pembedahan dann hal-hal yang terjadi selama pembedahan berlangsung.

Informasi ini membantu perawat mendeteksi adanya perubahan.

Tindakan pasca operasi dilakukan dalam 2 tahap, yaitu periode pemulihan

egera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase pasca operasi. Untuk klien yang

menjalani bedah sehari, pemulihan normalnya terjadi dalam 1 smapai 2 jam dan

penyembuhan dilakukan di rumah. Untuk klien yang dirawat di rumah sakit

pemulihan terjadi selama beberapa jam dan penyembuhan berlangsung selama 1

hari atau lebih tergantung pada luasnya pembedahan dan respon klien.

2.5 Monitoring post operasi

Pembedahan pada dasarnya merupakan trauma yang akan menimbulkan

perubahan faal, sebagair espon terhadap trauma. Selain terjadi gangguan faal

organ vital otak, alat nafas, system kardiovaskular, hati, ginjal, system

pencernaan, dan peninderaan.

Berikut ini hal-hal yang harus dipantau secara faktuil, singkat, jelas, dan

lengkap, dan dituliskan setiap harinya dalam periode yang berlangsung tepat

sesudah pembedahan:

1) Uraian secara umum: kesiapan mental, kesadaran, toleransi terhadap rasa

sakit dll

2) Tanda-tanda vital

3) Respirasi kepatenan jalan nafas, kedalaman, frekuensi, sifat dan bunyi

nafas

4) Neurologi: tingakat respon klien

5) Drainase: kondisi balutan ( adanya drainase atau tidak )

6) Keyamanan: type dan lokasi nyeri, mual dan muntah,perubahan posisi

yang diperlukan

7) Psikologi: kebutuhan akan istirahat dan tidur, sifat dan pertanyaan pasien

8) Keselamatan: kebutuhan akan pagar tempat tidur, drainase selang tidak

tersumbat.

9) Diit ( misalnaya toleransi terhadap cairan dan makanan )

10) Tes diagnostik

7

Page 8: Makalah KMB 1 Monitoring Pre Dan Post

11) Fungsi pencernaan: flatus dan defekasi perrectum, distensi perut

Berikut-berikut adalah pengkajian-pengkajian yang harus dimonitoring

dan di kaji secara actual meliputi pengkajian:

a) Sistem Kardiovaskuler

Klien mengalami komplikasi kardiovaskular akibat kehilangan darah

secara actual dan potensial dari tempat pembedahan. Efek samping

anastesi, ketidakseimbangan elektrolit dan depresi mekanisme resulasi

sirkulasi normal.adapun hal-hal yang harus di monitoring oleh perawat

adalah:

Tekanan darah, denyut nadi dan suhu

Harus dicatat setiap 15 menit pada beberapa kasus lebih sering

sehingga penderita stabil.sesudah itu, tanda-tanda harus dicatat

setiap jam selama beberapa jam.

Tekanan Vena Sentral ( CVP )

Harus dipertahankan, jangan lupa untuk menentukan batas rendah

dan tertinggi yang masih dapat diterima bagi setiap penderita.

Tekanan arteri

Harus dipertahankan, jalur itu harus dikuras dengan garam

fisiologissetiap 30 menit. Tekana arteri biasanya dimonitor terus

menerus pada suatu ossiloskop.

Monitoring EKG

Yang terus menerus disarankan bagi penderita.

Perawat juga mengkaji perfusi sirkulasi dengan melihat

warna dasar kuku dan kulit. Apabila klien baru mengalambedah

faskular atau terpasang gips atau peralatan penekanan bagian tubuh

yang dapat mengganggu sirkulasi, perawat harus mengkaji denyut

nadi perifer okstal dari tempat pembedahan . misalnya setelah

pembedahan arteri femoralis, perawat mengkaji denyut nadi pada

ekstremitas tempat pembedahan dengan ekstremitas lainnya.

Masalah yang sering terjadi adalah pendarahan. Kehilangan

darah terjadi secara eksternal melalui drain atau insisi atau secara

8

Page 9: Makalah KMB 1 Monitoring Pre Dan Post

internal luka bedah. Pendarahan dapat menyebabkan turunnya

tekanan darah: meningkatnya kecepatan denyut jantung dan

pernafasan (denyut nadi lemah, kulit dingin, lembab, pucat, serta

gelisah). Apabila pendarahan terjadi secara eksternal, perawat

memperghatikan adanya peningkatan drainase yang menganndung

darah pada balutan atau melalui drain.

b) Sistem Pencernaan

Setelah pembedahan, perawat harus memantau apakah pasien telah

flaktus atau belum. Intervensi untuk mencegah komplikasi

gastrointestinal akan mempercepat kembalinya eleminasi normal dan

asupan nutrisi. Klien yang menjalani bedah pada struktur

gastrointestinal ( misalnya reseksio kolon ) membutuhkan waktu

beberapa hari agar diitnya kembali normal. Peristaltic normal

mungkin tidak akan berhasil dalam waktu 2-3 hari. Sebaliknya klien

yang saluran gastrointestinalnya tidak dipengaruhi langsung oleh

pembedahan boleh mengkonsumsi makana setelah pulih dari

pengaruh anastesi., tindakan tersebut dapat mempercepat kembalinya

eliminasi normal:

1) Perawat secara rutin mengkaji peristaltic setiap 4-8 jam. Perawat

Secara rutin mengauskultasi abdomen untuk mendeteksi

kembalinya bising usus normal. Adanya suara seperti berkumur

yang nyaring selama 5-30 kali per menit pada setiap kuadran

abdomen menunjukan bahwa peristaltic telah kembali normal.

Bunyi bernada tinggi yang disertai dengan distensi abdomen

menunjukan usus belum rfungsi dengan baik. Perawat

menanyakan kepada klien apakah telah mengeluarkan gas( flatus ).

Hal ini merupakan tanda penting yang menunjukan bahwa fungsi

usus telah kembali normal.

2) Perawat memperhatikan asupan nutrisi dan meningkatkannya

secara bertahap. Beberapa jam setelah penbedahan, klien hanya

9

Page 10: Makalah KMB 1 Monitoring Pre Dan Post

menerima cairan melalui IV, apabila dokter memprogramkan diit

normal pada malam pertama setelah pembedahan, pertama-tama

perawat memberikan cairan seperti air, jus, atau the setelah mual

klien hilang. Diit harus dilakukan sesuai program.

3) Klien menjalani bedah abdomen biasanya berpuasa selama 24-48

jam pertama setelah pembedahan. Apabila peristaltic telah

kembali, perawat memberika cairan yang encer, dilanjutkan

dengan cairan yang kental, diit ringan makana padat dan akhirnya

diberikan diit regular.

4) Perawat meningkatkan ambulasi dan latihan. Aktivitas fisik

merangsang terjadinya peristaltic. Klien yang mengalami distensi

abdomen dan nyeri “karena gas” akan merasa lebih nyaman ketika

berjalan.

5) Perawat juga harus mempertahankan asupan makanan yang

adekuat. Cairan menjaga feses tetap lembut sehingga mudah

dikeluarkan. Jus buah dan air hangat biasanya sangat efektif untuk

mempermudah pengeluaran feses.

6) Perawat memberikan enema, suppositoria rectal, dan selang rectal

sesuai instruksi. Apabila terjadi konstipasi atau distensi, dokter

mencoba merangsang peristaltic melalui katarik atau enema.

Selang rectal atau enema aliran-balik meningkatkan keluanya

flatus.

c) Sistem Pernafasan

Obat anastesi tertentu dapat menyebabkan depresi pernafasan

sehingga perawat perlu waspada terhadap pernafasan yang dangkaldan

lambat serta batuk yang lemah. Perawat mengkaji frekuensi, irama,

kedalaman ventilasi pernafasan, kesimetrisan geraka dinding dada,

bunyi nafas dan membrane mukosa. Apabila pernafasan dangkal

letakan tangan perawat diatas muka / mulut klien sehingga perawat

dapat merasakan udara yang keluar.

10

Page 11: Makalah KMB 1 Monitoring Pre Dan Post

Salah satu kekhawatiran perawat terbesar adalah obstruksi jalan nafas

akibat aspirasi munta, akumulasi sekresi mukosa difaring atau

bengkaknya spasme laring (odom, 1993). Tindakan berikut ini untuk

mempertahankan kepatenan jalan nafas:

1) Perawat mengatur posisi klien pada salah satu sisi dengan wajah

menghadap kebawah dengan leher agak ekstensi. Handuk kecil

yang terlipat digunakan untuk menyangga kepala. Ekstensi leher

mencegah oklusi jalan nafas pada faring, saat wajah menghadap

kebawah, lidah akan bergerak kedepandan sekresi mucus mengalir

keluardari mulut sehingga tidak terkumpul pada faring. Apabila

pembedahan tidak memperbolehkan klien mirng kesalah satu sisi

maka kepala tempat tidur agak ditinggikan dan leher agak di

ekstensikan dengan kepala miring kesalah satu sisi klien tidak

boleh pada posisi tangan diatas atau menyilang dada, karena posisi

ini akan menurunkan ekspansi dada yang maksimal. Pada

beberapa klien, perawat boleh menurunkan manuver jaw thrust

atau mengangkat dagu secara terus menerus untuk

mempertahankan jalan nafas.

2) Perawat meminta klien untuk mulai melakukan latihan batuk dan

nafas dalam segera setelah klien berespon. Hal ini akan

mengurangi resiko atelektasis. Kolaps atau kurangnya udara pada

bagian paru akibat penumpukan mukosa / cairan.

3) Perawat melakukan pengisapan jika terdapat sekresi mucus pada

alat bantuan jalan nafas dan rongga mulut. Perawatan dilakukan

untuk mencegah timbulnya reflex muntah secara terus

menerusyang dapat menyebabkan muntah. Sebelum klien melepas

alat bantuan jalan nafas, bagian belakang alat bantuan jalan nafas

harus diisap terlebih dahulu sehigga penumpukan dan sekresi

mucus tidak tertinggal.

11

Page 12: Makalah KMB 1 Monitoring Pre Dan Post

d) Sistem Penginderaan

Setelah dilakukan pembedahan, pasien memiliki tingkat kesadaran

yang berbeda. Oleh karena itu, seorang perawat harus mengkaji

tingkat respon klien dengan berbagai cara. Misalnya dengan mengkaji

fungsi pendengaran atau penglihatan. Apakah klien dapat

berespondengan baik ketika diberi stimulus atau tidak sama sekali.

Ataupun juga perawat dapat mengkaji tingkat kesadaran dengan

menentukan Skala Koma Glasgow / Glasgow Coma Scale ( GCS ).

GCS iuni memberikan 3 bidang fungsi neurologic: memberikan

gambaran pada tingkat responsive klien dan dapat digunakan dalam

pencarian yang luas pada saat mengevaluasi motorik pasien, verbal,

dan respon membuka mata.

Masing-masing respon diberikan sebuah angka ( tinggi untuk normal

dan rendah untuk gangguan ) dan penjumlahan dari gambaran ini

memberikan indikasai beratnya keadaan koma dan sebuah prediksi

kemungkinan yang terjadi dari hasil yang ada. Elemen-elemen GCS

ini dibagi menjadi tingkatan-tingkatan yang berbeda seperti dibawah

ini:

Skala koma Glaskow / Glaskow Coma Scale ( GCS )

Membuka mata

Spontan : 4

Dengan perintah : 3

Dengan nyeri : 2

Tidak berespon : 1

Respon motorik terbaik

Dengan perintah : 6

Melokalisasi nyeri : 5

Menarik area yang nyeri : 4

Fleksi Abnormal : 3

Ekstensi Abnormal : 2

Tidak berespon : 1

12

Page 13: Makalah KMB 1 Monitoring Pre Dan Post

Respon verbal

Beorientasi : 5

Bicara membingungkan : 4

Kata-kata tidak tepat : 3

Suara tidak dapat dimengerti : 2

Tidak ada respon : 1

Nilai terendah yang di dapat adalah 3 (respon paling sedikit). Nilai

tertinggi adalah 15 (paling berespon. Nilai 7 atau nilai dibawah 7

umumnya dikatakan sebagai koma dan membutuhkan intervensi

keperawatan bagi pasien koma tersebut.

13

Page 14: Makalah KMB 1 Monitoring Pre Dan Post

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan dan

ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan rencana yang telah disusun.

Monitoring digunakan untuk memperbaiki kegiatan yang menyimpang dari

rencana, mengoreksi penyalahgunaan aturan dan sumber-sumber, serta untuk

mengupayakan agar tujuan dicapai seefektif dan seefisien mungkin.

Preoperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai

prabedah (preoperatif), bedah (intraoperatif), pascaoperatif (postoperatif).

Prabedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan dimulai

sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja

bedah.

Post operasi adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien keruang

pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau

dirumah. Setelah pembedahan, perawatan klien dapat menjadi kompleks akibat

fisiologis yang mungkin terjadi

3.2. Saran

Adapun saran yang perlu disampaikan agar mahasiswa keperawatan dapat

memahami tentang monitoring pre dan post operasi dan dapat menerapkannya

dalam dunia keperawatan.

14

Page 15: Makalah KMB 1 Monitoring Pre Dan Post

DAFTAR PUSTAKA

Bunner dan suddarth, ( 1997 ), Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Edisi 8, volume 1, Jakarta, EGC

Keliat, B.A. (2002), Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, EGC, Jakarta.

Perri dan potter,( 2005 ),Fundamental Keperawatan: Konsep. Proses dan Praktik, Edisi ke-4, Volume 2, Jakarta, EGC

Stuart.G.W. & Sundeen.S.J.( 1998 ) ,Buku Saku Keperawatan Medical Bedah,Alih Bahasa: Achir Yani S. Hamid, ed ke-3, Jakarta, EGC

http://iisprasetyo.blogspot.com/2009/06/definisi-monitoring.

15