122
BAB I INFLUENZA I. ETIOLOGI Virus influenza adalah virus RNA, termasuk famili Orthomyxovirus, berantai tunggal dan berbentuk heliks. Sesuai dengan antigen dasarnya dibagi menjadi tiga tipe yaitu A, B dan C. Virus ini dibagi menjadi beberapa subtipe berdasarkan antigen permukaannya yaitu hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N). Tiga tipe hemaglutinin yang ada pada manusia (H1, H2, H3) berperan dalam penempelan virus pada sel. Dua tipe neuraminidase (N1, N2) berperan dalam penetrasi virus ke dalam sel. Variasi kedua glikoprotein eksternal H dan N, adakalanya berubah secara periodik, hal ini menyebabkan perubahan antigenitas. Antigenic shift merupakan perubahan besar (major) salah satu antigen permukaan (H atau N), yang dapat menyebabkan pandemi. Antigenic drift merupakan perubahan kecil (minor) pada

Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

influenza, flu babi dan burung

Citation preview

Page 1: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

BAB I

INFLUENZA

I. ETIOLOGI

Virus influenza adalah virus RNA, termasuk famili Orthomyxovirus,

berantai tunggal dan berbentuk heliks. Sesuai dengan antigen dasarnya

dibagi menjadi tiga tipe yaitu A, B dan C. Virus ini dibagi menjadi

beberapa subtipe berdasarkan antigen permukaannya yaitu hemaglutinin

(H) dan neuraminidase (N). Tiga tipe hemaglutinin yang ada pada

manusia (H1, H2, H3) berperan dalam penempelan virus pada sel. Dua

tipe neuraminidase (N1, N2) berperan dalam penetrasi virus ke dalam sel.

Variasi kedua glikoprotein eksternal H dan N, adakalanya berubah secara

periodik, hal ini menyebabkan perubahan antigenitas. Antigenic shift

merupakan perubahan besar (major) salah satu antigen permukaan (H

atau N), yang dapat menyebabkan pandemi. Antigenic drift merupakan

perubahan kecil (minor) pada antigen permukaan yang timbul diantara

major shift dan bisa dihubungkan dengan epidemi (Pickering dkk., 2000)

Infuenza tipe A menyebabkan penyakit sedang-berat dan dapat

menyerang semua umur. Virus ini menyerang manusia dan binatang lain,

seperti babi dan burung. Influenza tipe B biasanya menyebabkan penyakit

yang lebih ringan daripada tipe A, dan terutama menyerang anak-anak.

Influenza tipe B lebih stabil daripada influenza tipe A, dengan sedikit

antigenic drift dan menyebabkan imunitas yang cukup stabil. Virus ini

Page 2: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

hanya menyerang manusia. Influenza tipe C dilaporkan jarang

menyebabkan sakit pada manusia, kemungkinan karena sebagian besar

kasus bersifat subklinis dan tidak menyebabkan epidemi.

II. PATOFISIOLOGI

Virus influenza masuk ke dalam saluran napas melalui droplet,

kemudian menempel dan menembus sel epitel saluran napas di trakea

dan bronkus. Infeksi dapat terjadi bila virus menembus lapisan mukosa

non-spesifik saluran napas dan terhindar dari inhibitor non-spesifik serta

antibodi lokal yang spesifik. Daerah yang diserang adalah sel epitel

silindris bersilia. Selanjutnya terjadi edema lokal dan infiltrasi oleh sel

limfosit, histiosit, sel plasma dan polimorfonuklear. Nekrosis sel epitel ini

terjadi pada hari pertama setelah gejala timbul. Perbaikan epitel dimulai

pada hari ke-3 dan ke-5 dengan terlihatnya mitosis sel pada lapisan basal.

Respons pseudometaplastik dari epitelium yang undifferentiated timbul.

Puncaknya dicapai pada hari ke–9 sampai ke-15 setelah awitan penyakit.

Setelah 15 hari, tampak produksi mukus dan silia kembali seperti

sediakala.

Adanya infeksi sekunder menyebabkan reaksi infiltrasi sel radang

lebih luas dan kerusakan pada lapisan sel basal dan membrana basalis

lebih hebat, yang akan mengakibatkan terhambatnya regenerasi sel epitel

bersilia. Kemudian virus bereplikasi di dalam sel pejamu yang

menyebabkan kerusakan sel pejamu. Viremia tidak terjadi. Virus

terlindung di dalam sekret dari saluran napas selama 5-10 hari.

Page 3: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Pada perokok atau pengidap asma, saluran pernapasan yang

sudah rapuh dapat dengan mudah terkena serangan virus. Bila virus

menginvasi alveolus atau jaringan interstisial paru, flu biasa akan berubah

menjadi pneumonia viralis. Tanda kunci bagi pneumonia viralis ini adalah

nyeri dada dan sesak napas. Perubahan susunan genetis pada virus flu

juga dapat meningkatkan ragam organ yang terinfeksi.

III. PENULARAN INFLUENZA

Virus influenza menyebar di udara melalui titik air yang timbul dari

bersin orang yang terinfeksi. Perkembangbiakan virus flu dalam rubuh

sebenarnya dimulai 24 jam sebelum timbul gejala. Begitu gejala timbul

biasanya setelah pajanan selama dua hari, penularannya sampai 5 hari

berikutnya.

Gambar 1. Virus Influenza

Page 4: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

IV. GEJALA DAN TANDA INFLUENZA

Didahului oleh perasaan malas dan rasa dingin

Demam sampai 40oC

Sakit tenggorok dan kepala

Nyeri sendi dan otot di seluruh tubuh

Batuk pilek

Sakit pada waktu menelan

Suara serak.

Rasa capek dan rasa lelah

V. PENCEGAHAN INFLUENZA

Yang paling pokok pada influenza adalah pencegahan. Infeksi

dengan virus influenza akan memberikan kekebalan terhadap reinfeksi

dengan virus yang homolog. Karena sering terjadi perubahan akibat

mutasi gen, antigen pada virus influenza akan berubah, sehingga seorang

masih mungkin diserang berulang kali dengan galur (strain) virus influenza

yang telah mengalami perubahan. Pencegahan meliputi :

1. Cara yang paling mudah dan murah untuk menghindari influenza

adalah dengan membiasakan diri mencuci tangan. Cuci tangan

terutama penting sebelum dan setelah berinteraksi dengan anak-anak

(sebab mereka sangat mudah terjangkau dan menjadi penyebab virus

flu) dan penderita flu.

Page 5: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

2. Sementara bagi penderita influenza selalu menggunakan tisyu untuk

menutup mulut dan hidung saat bersin serta untuk membuang lendir.

Hal ini mencegah penyebabnya virus menyebar ke orang lain.

3. Memperbanyak minum air

Air membantu proses metabolisme dalam tubuh dengan mengubah

makanan menjadi energi. Air berperan sebagai bahan bakar untuk

mendorong reaksi kimia metabolisme. Jika Anda tidak minum cukup

air, Anda tidak akan dapat membakar kalori dengan baik. Anda tidak

dapat mendapat manfaat dari olahraga. Metabolisme meningkat

dengan olahraga dan airlah yang berperan memaksimalkan

metabolisme tersebut karena itu minum banyak air sebelum, selama

dan sesudah olahraga. Berusahalah minum air putih minimal 2 liter

per hari, atau 8 gelas sehari.

4. Cara lain untuk mencegah terinfeksi oleh virus influenza adalah

dengan vaksinasi, dimana vaksin mudah didapat, tidak mahal dan

aman. Vaksinasi flu dilakukan setiap tahun dan disesuaikan dengan

jenis virus yang sedang popular sekarang.

VI. PENGOBATAN INFLUENZA

Konsumsi Multivitamin, Terutama Vitamin C

Konsumsi multivitamin setiap hari sangat baik untuk membantu

meningkatkan stamina tubuh dan mencegah penyakit. Vitamin C dapat

diperoleh melalui makan sayur dan buah atupun dari sediaan vitamin

yang beredar di pasaran. Khasiatnya yang terpenting adalah berdaya

Page 6: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

antiviral kuat dan antibakteri yang diperkirakan berdasarkan sifat

antioksidannya.

Antihistamin

Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi

efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin

dan digunakan untuk mengobati simptomatis bermacam-macam

gangguan alergi yang disebabkabn oleh pelepasan histamin.

Contoh : difenhidramin HCl, feniramin maleat.

Dekongestan

Sampai saat ini ada 3 jenis dekongestan yang dikenal. Penggunaan

dekongestan dapat mengurangi tekanan dan sumbatan, bukan dengan

mengeringkan lendir, tetapi dengan mengerutkan pembuluh darah

dalam hidung agar tidak menyumbat jalan napas. Virus influenza

memicu dilepaskannya substansi radang yang membuat pembuluh

darah halus dilubang hidung bengkak. Mengingat saluran pernapasan

yang kecil, maka jika pembuluh darah membengkak sedikit saja maka

sumbatan yang terjadi akan menyebabkan sulit bernapas.

Pseudoefedrin (agonis α) jenis dekongestan pertama yang biasa

digunakan, dimana obat ini menyebabkan venokontriksi dalam mukosa

hidung melalui reseptor α1 sehingga mengurangi volume mukosa dan

dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung.

Dekongestan jenis kedua disebut antikolinergik. Obat ini bekerja

dengan memblokir bahan kimia tubuh yang bernama asetilkolin. Bahan

Page 7: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

kimia inilah yang biasanya merangsang kelenjar lendir.. Dengan

memblokir produksi asetilkolin dihidung, produksi lendir berkurang.

Jenis dekongestan ketiga adalah bahan kimia aromatic. Seperti

kamper dan minyak kayu putih. Bahan ini meringankan hidung

tersumbat dengan merangsang kelenjar lendir hidung untuk

menghasilkan lebih banyak cairan. Lendir encer ini akan melunakkan

dan melarutkan lender yang kering dan keras yang menyebabkan

sumbatan. Dengan demikian, system pernapasan dapat

membersihkan dirinya sendirinya lewat batuk atau ingus keluar.

Analgetik dan antipiretik

Influenza seringkali disertai dengan sakit kepala dan demam. Nyeri

ringan dapat ditangani dengan obat perifer seperti parasetamol,

asetosal, mefenaminat, begitu pula dengan rasa nyeri yang disertai

dengan demam.

VII. PENGOBATAN TRADISIONAL

1. Daun Bayam Duri (Amaranthus spinosus)

Gambar 2. Daun Bayam Duri

Page 8: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Kandungan Kimia : amarantin, rutin, spinasterol, hentriakontan,

tannin, kalsium nitrat, garam fosfat, zat besi,

serta Vitamin (A, C, K dan piridoksin atau B6).

Cara pemakaian : Daun bayam duri + sembung legi +

adas&pulosari + kayu angin + daun Randu.

semua direbus dengan air 2 gelas hingga tinggal

setengahnya. Diminum sedikit-sedikit untuk

sehari

2. Buah jeruk nipis (Citri aurantifoliae Fructus)

Gambar 3. Buah Jeruk Nipis

Kandungan Kimia : Asam sitral; Minyak atsiri; Linna; Lisasetat; d-

limonen; L-linaliol; Dihidrokumarinalkohol;

Terpenool; Pinen; Kamfen.

Cara pemakaian : Air Jeruk nipis 1 sendok makan, diberi sedikit

kapur sirih, diaduk lalu diminum 2 kali sehari.

Page 9: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

3. Rimpang Jahe (Zingiber officinale)

Gambar 4. Rimpang Jahe

Kandungan kimia : minyak atsiri, damar, mineral sineol, fellandren,

kamfer, borneol, zingiberin, zingiberol, gigerol

( misalnya di bagian-bagian merah), zingeron,

lipidas, asam aminos, niacin, vitamin A, B1, C

dan protein.

Cara pemakaian : Jahe 1 jari + Lempuyang 1 jari + Cabe Jawa 3

batang. Semua dipotong-potong, direbus dengan

air 3 gelas hingga tinggal setengahnya. Sesudah

itu disaring, minum pagi dan sore.

Page 10: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Nama obat Dosis Indikasi mekanisme kerja Efek samping Paten PabrikParasetamol Oral analgetik Menghambat Kerusakan hati Actigesik®tablet Glaxo Wellcome Dewasa 500mg antipiretik Sintesis Ruam kulit Aflucaps®kapsul Erela 3-4X sehari Prosraglandin Anacetine®sirup Berlico Anak 6-12thn Anaflu®tablet Mecosin 3-4x sehari 240mg Anarin®tablet Emba Megafarma Anak 1-6thn Antiza®tablet Coronet Crown 3-4X sehari 12 mg Astaflu®tablet Asta Medica Bestocol®tablet Tanabe Bodrex®tablet Tempo Cold®kapsul Nufarindo Coldrexin®sirup Zenith Colpica®tablet Tropica Mas Combiflu®tablet Combiphar Contraflu®tablet Darya Varia Corexin®tablet Otto Decolgen®tablet Westmount Fludane®tablet Armoxindo Flumin®tablet Zenith Inza®tablet Konimex Mixagrip®tablet Dankos Neozep®tablet Medifarma Paramex®tablet Itrasal Procold®sachet Kalbe farma Sanaflu®tablet Sanbe farma Stopcold®sirup Pharos Ultraflu®tablet Mugi Zeroflu®tablet Konimex

Page 11: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Pseudoefedrin Oral Dekongestan Bekerja pada reseptor rasa terbakar Actived®sirup Glaxo Wellcome

Dewasa dan anak adrenergik pada mukosa bersin Actigesik®tablet Glaxo Wellcome

>12 tahun 60mg hidung menyebabkan hipertensi Alerfed®tablet Guardian

3Xsehari vasokontriksi, menciutkan Colpica®tablet Tropica Mas

6-12thn 30mg mukosa yang membengkak Corhinza®tablet Hexpharm jaya

3Xsehari dan memperbaiki Crofed®tablet Coronet Crown 2-6thn 15mg Ventilasi Eflin®tablet Meprofarm 3Xsehari Ficolsin®kapsul First medipharm Inza®tablet Konimex Mecafed®tablet Mecosin Nostel®tablet Pyridam Rhinofed®kapsul Dexa medica Tremenza®tablet Sanbe farma Trifed®sirup Interbat Trifedin®tablet Otto Zentra®tablet Zenith Zeroflu®tablet Konimex Difenhidramin Oral Antihistamin Menekan produksi Bimacold®sirup Bima mitra Farma

Dewasa 25-50mg mediator dalam mast cell Flupasgin®tablet Gratia

3-4X sehari Fortusin®sirup Solas langgeng Mixaflu®tablet Dankos Neladryl®sirup Yupharin

Page 12: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Fenilpropanolamin Oral dekongestan Bekerja pada reseptor hipertensi Anacetine®sirup Berlico Dewasa 12,5mg adrenergik pada mukosa Astaflu®tablet Asta medica 3X sehari hidung menyebabkan Bestocol®tablet Tanabe

vasokontriksi, menciutkan Bimacold®sirup Bima Mitra Farma

mukosa yang membengkak Bodrex®tablet Tempo

dan memperbaiki Combiflu®tablet Combiphar ventilasi Decolgen®tablet Medifarma Deconal®tablet Apex farma Elsiron®tablet Ifars Erpha Flu®sirup Erlimplex Extra-Flu®tablet Berlico Fludane®tablet Armoxindo Flugrip®tablet Erela Flumin®tablet Zenith Mixagrip®tablet Dankos Neozep®tablet Medifarma Nodrof®tablet Tempo Procold®tablet Kalbe Sanaflu®tablet Sanbe Stpcold®sirup Pharos Tuzalos®tablet Sanbe Ultraflu®tablet Henson Farma

Page 13: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

BAB II

FLU BABI

I. PENDAHULUAN

Flu Babi (swine flu) adalah penyakit pernapasan pada babi yang

disebabkan oleh virus influenza tipe A. Flu babi menyebabkan penyakit

dengan tingkat keparahan tinggi dan tingkat kematian yang rendah pada

babi.Virus flu babi dapat berjangkit dalam suatu populasi babi sepanjang

tahun, namun kebanyakan penyebaran terjadi pada musim gugur dan

musim dingin, mirip dengan penyebaran pada manusia.Virus flu babi

klasik (virus influenza H1N1 tipe A) pertama kali diisolasi dari babi pada

tahun 1930.

Seperti virus influenza lainnya, virus flu babi berubah secara

konstan.Babi dapat terinfeksi oleh flu burung dan virus flu manusia seperti

halnya terinfeksi oleh virus flu babi. Saat virus influenza spesises lain

menginfeksi babi, virus tersebut mampu bertukar gen dan membentuk

virus baru dari gabungan virus flu burung dan/atau virus flu manusia dan

babi. Selama bertahun-tahun, variasi virus flu yang bermacam-macam

telah terbentuk. Sekarang ini, ada empat subtipe virus influenza tipe A

yang berhasil diisolasi dari babi: H1N1, H1N2, H3N2, dan H3N1. Namun

kebanyakan virus yang diisolasi dari babi akhir-akhir ini adalah virus

H1N1.

Page 14: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

II. ETIOLOGI

Penyebab influenzayang ditemukan pada babi, bersamaan dengan

penyakit yang langsung menyerang manusia. Pertama kali, virus influenza

babi diisolasi tahun 1930, sudah banyak aspek dari penyakit tersebut yang

diungkapkan, antara lain meliputi tanda klinis, lesi, imunitas, transmisi,

adaptasi virus terhadap hewan percobaan dan hubungan antigenik

dengan virus influenza lainnya serta kejadian penyakit di alam.

Penyebab penyakit saluran pernafasan pada babi adalah virus

influenza tipe A yang termasuk Famili Orthomyxoviridae. Virus ini erat

kaitannya dengan penyebab swine influenza, equine influenza dan avian

influenza (fowl plaque).Ukuran virus tersebut berdiameter 80-120 nm.

Selain influenza A, terdapat influenzaB dan C yang juga sudah dapat

diisolasi dari babi. Sedangkan 2 tipe virus influenza pada manusia adalah

tipe A dan B. Kedua tipe ini diketahui sangat progresif dalam perubahan

antigenik yang sangat dramatik sekali (antigenik shift). Pergeseran

antigenik tersebut sangat berhubungan dengan sifat penularan secara

pandemik dan keganasan penyakit. Hal ini dapat terjadi seperti adanya

genetik reassortment antara bangsa burung dan manusia.. Ketiga tipe

virus yaitu influenza A, B, C adalah virus yang mempunyai bentuk yang

sama dibawah mikroskop elektron danhanya berbeda dalam hal

kekebalannya saja. Ketiga tipe virus tersebut mempunyai RNA dengan

sumbu protein dan permukaan virionnya diselubungi oleh semacam paku

yang mengandung antigen haemagglutinin (H) dan enzim neuraminidase

Page 15: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

(N). Peranan haemagglutinin adalah sebagai alat melekat virion pada sel

dan menyebabkan terjadinya aglutinasi sel darah merah, sedangkan

enzimneurominidase bertanggung jawab terhadap elusi, terlepasnya virus

dari sel darah merah dan juga mempunyai peranan dalam melepaskan

virus dari sel yang terinfeksi. Antibodi terhadap haemaglutinin berperan

dalam mencegah infeksi ulang oleh virus yang mengandung

haemaglutinin yang sama. Antibodi juga terbentuk terhadap antigen

neurominidase, tetapi tidak berperan dalam pencegahan infeksi.

III. DIAGNOSIS

Mendiagnosis influenza babi dengan metoda imunohistokimia

sudah dilaporkan Hainesetal., (1993) dengan menggunakan antibodi

poliklonal kemudian Vincent etal., (1997) menggunakan antibodi

monoklonal. Kualitas pengujian dengan antibodi monoklonal tersebut lebih

konsisten, karena latar belakang pewarnaan yang rendah dan tidak

terbatasnya penyediaan antibibodi. Pada kasus penyakit influenza babi

yang kronis, diagnosis dapat dilakukan secara serologi dengan

memperlihatkan peningkatan antibodi pada serum ganda (paired sera)

yang diambil dengan selang waktu 3-4 minggu.Untuk memeriksa antibodi

terhadap virus influenza dapat digunakan uji haemagglutination inhibition

(HI), Immunodifusi single radial dan virus netralisasi. Kenaikan titer 4x

lipatnya sudah dianggap adanya infeksi. Pada uji serologis digunakan

kedua antigen H1N1 dan H3N2 (Olsen et al., 2002).

Page 16: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Sampel untuk isolasi virus dapat berasal dari swab hidung/ tonsil,

trachea dan paru-paru yang diambil 2-5 hari dari sejak munculnya gejala

klinis. Semua sampel disimpan dalam media transpor. Selain isolasi virus,

diagnosis juga dapat dilakukan dengan mendeteksi antigen dengan uji

fluorescent antibody technique (FAT) pada sampel paru-paru, tetapi

mempunyai kekurangan oleh karena lesi akibat virus sangat menyebar

sehingga lesi dapat mendapatkan hasil sampel yang negatif dan sampel

harus benar-benar segar dengan sedikit perubahan otolisis serta FA slide

tidak dapat disimpan lama, warna akan pudar sehingga ditawarkan

Vincent et al., 1997, metode deteksi swine influenza virus (SIV) pada

jaringan yang difiksasi dengan metode imunohistokimia yang

menggunakan antibodi monoklonal.

IV. PATOGENESIS

Pada penyakit influenza babi klasik, virus masuk melalui saluran

pernafasan atas kemungkinan lewat udara. Virus menempel pada trachea

dan bronchi dan berkembang secara cepat yaitu dari 2 jam dalam sel

epithel bronchial hingga 24 jam pos infeksi. Hampir seluruh sel terinfeksi

virus dan menimbulkan eksudat pada bronchiol. Infeksi dengan cepat

menghilang pada hari ke. Lesi akibat infeksi sekunderdapat terjadi pada

paru-paru karena aliran eksudat yang berlebihan dari bronkhi. Lesi ini

akan hilang secara cepat tanpa meninggalkan adanya kerusakan.

Kontradiksi ini berbeda dengan lesi pneumonia enzootica babi yang dapat

bertahan lama.

Page 17: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

V. GEJALA

Gejala flu babi pada manusia mirip dengan gejala influenza

musiman, berupa demam, lesu, kurang nafsu makan, dan batuk.Beberapa

orang dengan flu babi juga dilaporkan dengan gejala hidung berair, nyeri

tenggorokan, mual muntah, dan diare.

VI. PENYEBARAN

Penyebaran virus Swine Flu H1N1 pada dasarnya terjadi dengan

cara yang sama dengan terjangkitnya flu musiman. Virus flu disebarkan

utamanya dari orang ke orang melalui batuk atau bersin dari orang yang

terkena flu.Kadang-kadang orang dapat terinfeksi dengan menyentuh

sesuatu yang berisi virus flu lalu mereka menyentuh mulut atau

hidungnya. Orang yang terinfeksi mungkin dapat menginfeksi orang lain

mulai dari sehari sebelum gejala berkembang hingga 7 hari atau lebih

setelah sakit. Artinya anda mungkin dapat melewatkan flu ke orang lain

sebelum anda sadar anda sakit atau ketika anda sakit.

VII. PENCEGAHAN

Saat ini tidak ada vaksin tersedia untuk melindungi diri dari Swine

Flu H1N1. Ada beberapa tindakan harian yang dapat membantu anda

untuk menghindari penyebaran kuman yang menyebabkan sakit

pernafasan seperti influenza, yaitu dengan melakukan hal-hal beriku:

1. Tutup hidung dan mulut anda dengan tissu ketika batuk atau bersin.

Buang tissu pada tempt sampah setelah menggunakannya.

Page 18: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

2. Cuci tangan lebih sering dengan sabun dan air, khususnya setelah

batuk atau bersin. Pembersih tangan berbahan alkohol juga efektif.

3. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut, kuman menyebar melalui

cara ini.

4. Coba untuk tidak terlalu dekat dengan orang yang sakit.

5. Jika anda sakit flu, dianjurkan agar anda tinggal dirumah jauh dari

kantor atau sekolah dan batasi kontak dengan orang lain untuk

menjaga menginfeksi mereka.

VIII. PENGOBATAN

Pemberian pengobatan antivirus diberikan pada seseorang dengan

ditemukan H1N1 berdasarkan pemeriksaan laboratorium, berupa

oseltamivir dan zanamir, selain itu juga obat ini berdasarkan CDC dapat

diberikan tidak hanya sebagai terapi, juga sebagai pencegahan. 

Pemberian vaksin influenza yang biasa diberikan pada sebelum musim flu

dan juga obat antivirus lain (amatadine, rimantadine) tidak di

rekomendasikan karena dapat menyebabkan resisten terhadap golongan

viruslainnya.Berdasarkan WHO pemberian antivirus yang

direkomendasikan adalah oseltamivir, begitu gejala sudah mulai timbul,

ataupun gejala sudah berat. Apabila pemberian oseltamivir tidak

memungkinkan karena ada penyakit pemberat, dapat diberikan obat

zanamivir sesegera mungkin tanpa menunggu hasil laboratorium,

pemberian ini juga dapat diberikan pada penderita dengan kehamilan,

semua usia termasuk anak dan balita. Penderita dengan sakit yang berat,

Page 19: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

WHO merekomendasikan pemberian oseltamivir dan zanamivir, diberikan

sesegera mungkin.

Pengobatan tradisional untuk mengobati flu babi antara lain :

1. Campuran dari 1 sdm madu dengan 1 / 2 sdm bubuk kayu manis dapat

dikonsumsi. Menghilangkan gejala flu babi seperti pilek, hidung dan

sakit tenggorokan.

2. Uap inhalasi dengan daun kemangi yang ditambahkan ke dalam air,

membantu dalam menghilangkan gejala flu babi & kongesti paru-paru.

3. Mengunyah bawang putih segar: obat rumahan efektif lainnya dan

bagus sebagai antivirus.

4. Mengkonsumsi lemon tea: meringankan gejala seperti batuk, sakit

kepala

Page 20: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

BAB III

FLU BURUNG

I. PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini dunia kesehatan disibukkan dengan merebaknya

penularan virus flu burung. Virus yang biasa kita kenal dengan nama virus

H5N1 ini telah merebak dan menyebabkan kematian pada manusia, dan

sangat dihawatirkan dapatberkembang menjadi wabah pandemiyang

berbahaya bagi umat manusiadi muka bumi ini.

Wabah flu burung ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1878

yangmenjangkiti ayam dan burung di Italia (Perroncito, 1878), saat itu

disebut sebagai “Penyakit Lombardia”, sesuai dengan sebuah daerah

lembah di hulu sungai Po. Kemudian di tahun 1901 Centanini dan

Savonucci berhasil mengidentikfikasi organisme penyebab penyakit

tersebut, namun di tahun 1955Schafer dapat menunjukkan ciri organisme

itu sebagai virus influenza A(Schafer, 1955).

Diawali tahun 1918, dunia dikejutkan oleh wabah influenza yang

mengakibatkan kematian pada lebih dari 40.000 jiwa.Saat itu flu yang

mewabah adalah “Spanish Flu” yaitu virus flu subtipe H1N1. Kemudian di

tahun 1957 mewabah lagi flu yang dikenal dengan nama “Asian Flu” yaitu

virus flu yang telah bermutasi menjadi subtipe H2N2 yang merenggut

100.000 jiwa. Tahun 1968, virus flu kemudian bermutasi menjadi H3N2

(dikenal dengan nama “Hong Kong Flu”) yang merenggut 700.000 jiwa.

Hingga kemudian, dunia dicengangkan dengan merebaknya kembali virus

Page 21: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

flu yang kita kenal sampai saat ini dengan nama virus “Flu Burung” atau

Avian influenza H5N1 yang menewaskan 6 orang penduduk Hong Kong

dari 18 orang yang terinfeksi tahun 1997 (Horimoto T, Kawaoka Y. 2001).

Gambar 5. Beberapa subtipe influenza A yang menjadi penyebab wabah pandemi

Flu burung ini sangat patogen, yangmungkin sudah muncul di

China Selatan sebelum tahun 1997, menyerang ternakunggas di seluruh

Asia Tenggara dan secara tidak terduga melintasi batas antarkelas

(Perkins daan Swayne, 2003) ketika terjadi penularan dari burung ke

mamalia (kucing, babi, manusia).

II. VIRUS PENYEBAB

Virus influenza adalah partikel berselubung berbentuk bundar atau

bulat panjang,merupakan genome RNA rangkaian tunggal dengan jumlah

lipatan tersegmentasisampai mencapai delapan lipatan, dan berpolaritas

negatif. Virus influenza merupakan nama generik dalam keluarga

Page 22: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Orthomyxoviridae dan diklasifikasikandalam tipe A, B atau C berdasarkan

perbedaan sifat antigenik dari nucleoproteindan matrix proteinnya. Virus

influenza unggas (Avian Influenza Viruses, AIV) termasuk tipe A.

Cara pemberian nama yang sesuai nomenklatur konvensional

untuk isolat virus influenza harus mengesankan tipe virus influenza

tersebut, spesies penjamu(tidak perlu disebut kalau berasal dari manusia),

lokasi geografis, nomor seri, dantahun isolasi. Untuk virus influenza tipe A,

subtipe hemaglutinin danneuroamidasenya ditulis dalam kurung. Salah

satu induk strain virus influenza unggas dalam wabah H5N1 garis Asia

yang terjadi akhir-akhir ini, berhasildiisolasikan dari seekor angsa dari

provinsi Guangdong, China. Oleh karena itu iadiberi

namaA/angsa/Guangdong/1/96 (H5N1) (Xu 1999). Sedangkan isolat

yangberasal dari kasus infeksi H5N1 garis Asia pada manusia yang

pertama kaliterdokumentasikan terjadi di Hong Kong (Claas 1998), dan

dengan demikiandisebut sebagai A/HK/156/97 (H5N1).

Determinan antigenik utama dari virus influenza A dan B

adalahglikoprotein transmembran hemaglutinin (H atau HA) dan

neuroaminidase (N atauNA), yang mampu memicu terjadinya respons

imun dan respons yang spesifikterhadap subtipe virus.Respons ini

sepenuhnya bersifat protektif di dalam, tetapi bersifat protektif parsial pada

lintas subtipe yang berbeda.Berdasarkan sifatantigenisitas dari

glikoprotein-glikoprotein tersebut, saat ini virus influenza dikelompokkan

ke dalam 15 subtipe H (H1-H15) dan sembilan N (N1-N9).Beberapa

Page 23: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

subtipe virus influenza A telah menyebabkan wabah pandemi antara lain

H7N7 (1977), H3N2 (1968), H2N2 (1957), H1N1 (1918), H3N8 (1900),

dan H2N2 (1889) (Yuen, KY and Wong SS, 2005).Kelompok-kelompok

tersebut ditetapkan ketika dilakukan analisis filogenetikterhadap

nukleotida dan penetapan urutan (sequences) gen-gen HA dan NA

melaluicara deduksi asam amino (Fouchier 2005).

Virus Influenza A sangat penting dalam bidang kesehatan karena

sangat patogen baik bagi manusia, dan binatang, yang menyebabkan

angka kesakitan dan kematian yang tinggi, di seluruh dunia. Virus

influenza A ini dapat menyebabkan pandemi karena mudahnya mereka

bermutasi, sehingga membentuk varian-varian baru yang lebih patogen.

III. PENJAMU ALAMI

Burung-burung air yang liar, terutama yang termasuk dalam orde

Anseriformis(bebek dan angsa) dan Charadiformis (burung camar dan

burung-burung pantai),adalah pembawa (carrier) seluruh varietas subtipe

dari virus influenza A, dan olehkarenanya, sangat mungkin merupakan

penampung (reservoir) alami untuk semuajenis virus influenza (Webster

1992, Fouchier 2003, Krauss 2004, Widjaja 2004).Sementara semua

spesies burung dianggap sebagai rentan terinfeksi, beberapaspesies

unggas domestik – ayam, kalkun, balam, puyuh dan merak –

diketahuiterutama rentan terhadap sekuele (lanjutan) dari infeksi virus

influenza.Virus-virus influenzaA unggas biasanya tidak menimbulkan

penyakit padapenjamu alami mereka. Sebaliknya, virus-virus tersebut

Page 24: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

tetap dalam suatu keadaan stasis yang evolusioner, yang secara

molekuler ditandai dengan rendahnya rasio mutasi N/S (non synonymous

vs. synonymous) yang menunjukkan adanya evolusi pemurnian (Gorman

1992, Taubenberger 2005).Antara penjamu dengan virus agaknya terjadi

saling toleransi yang seimbang, yang secara klinis ditunjukkan dengan

tidak adanya penyakit dan replikasi virus secara efisien.Sejumlah besar

virus, sampai sebanyak 108,7x 50% dosis infektif (egg-infective dose)

(EID50) per gram tinja, dapat dikeluarkan (Webster 1978).Jika virus

tersebut menular ke spesies unggas yang rentan, dapat timbul gejala-

gejala sakit yang – kalau ada -- biasanya bersifat ringan.Virus dari

fenotipe seperti ini disebut sebagaiberpatogenisitas rendah (LPAIV).Tetapi

strain-strain dari subtipe H5 dan H7 berpotensi untuk mengalami mutasi

menjadi bentuk yang sangat patogen setelah mengalami perpindahan dan

adaptasi terhadap penjamu yang baru. Kelahiran bentuk yang sangat

patogen dari H5 dan H7 atau subtipe yang lain tidak pernah dijumpai

dalam unggas liar (Webster 1998).Oleh karena itu, orang dapat

mengambil kesimpulan bahwa bentuk yang sangat patogen tersebut

sebenarnya merupakan hasil perbuatanmanusia juga, akibat kelakukan

manusia yang mempengaruhi keseimbangansystem alami.

Sekali fenotip HPAIV tumbuh dalam unggas domestik, mereka

akan dapatditularkan secara horisontal dari unggas ternak kembali ke

burung liar. Kerentananburung liar terhadap penyakit yang ditimbulkan

oleh HPAIV sangat bervariasitergantung kepada spesies dan umur

Page 25: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

unggas, serta strain virusnya. Sampai padamunculnya virus ganas

(HPAIV) garis H5N1 di Asia, limpahan dari HPAIV kepopulasi burung liar

hanya terjadi secara sporadik dan terbatas pada suatu daerahsaja, kecuali

satu yaitu pada kematian sekelompok sterna (sejenis camar) di

AfrikaSelatan pada tahun 1961 (Becker 1966), sehingga sebegitu jauh

unggas liar secaraepidemiologik tidak dianggap mempunyai peranan

penting dalam penyebaranHPAIV (Swayne and Suarez 2000). Pandangan

ini kini berubah secara fundamentalsejak awal 2005, ketika terjadi wabah

virus ganas (HPAIV) yang terkait dengangaris H5N1 Asia pada ribuan

burung air di cagar alam Danau Qinghai di barat lautChina (Chen 2005, Lu

2005). Akibat kejadian ini, ditemukan adanya penyebaranlebih lanjut ke

arah Eropa selama tahun 2005 (OIE 2005).

Page 26: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Gambar 6. Bagan patogenesis dan epidemiologi flu burung; LPAIV= Low Pathogenic Avian Influenza Virus;HPAIV= High Pathogenic Avian Influenza Virus; HA= Protein

hemaglutinin

IV. PENULARAN KE MANUSIA

Penularan atau transmisi darivirus influenza secara umum

dapatterjadi melalui inhalasi, kontak langsung,ataupun kontak tidak

langsung(Bridges CB, et.al. 2003).Sebagian besar kasus infeksi HPAI

pada manusiadisebabkan penularan virusdari unggas ke manusia (Beigel

JHet.al. 2005).Pada tahun 1997 dari total 18orang yang didiagnosis telah

terinfeksidengan H5N1 di Hongkongdimana 6 diantaranya

meninggalmenunjukkan bahwa adanya kontaklangsung dari korban

dengan unggasyang terinfeksi.Tidak ada risikoyang ditimbulkan dalam

mengkonsumsidaging unggas yang telah dimasakdengan baik dan

matang(Mounts AW, et.al.1999). Beberapapenelitian telah dilakukan

untukmengetahui risiko terinfeksi H5N1bagi para pakerja atau

peternakunggas (Bridges CB, et.al. 2002),penelitian tentang risiko

tenagakesehatan yang menangani pasienavian influenza A (Schults C,

et.al.2005), dan juga penelitian tentangkemungkinan transmisi virus

H5N1pada binatang lainnya. Dari hasilpenelitian yang dilakukan

dengancara memberi makan binatang sepertikucing, macan, ataupun

macan tutuldengan unggas yang terinfeksidengan H5N1 terbukti bahwa

binatangpemakan daging tersebut dapatmengalami kelainan paru

berupapneumonia, severe diffuse lveolar damage,dan dapat

menyebabkan kematian(Keawcharoen J, et.al. 2004,Kuiken T, et.al.

Page 27: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

2004).Bukti bahwa terjadinya transmisidari manusia ke manusia

sangatjarang ditemukan. Namun demikianberdasarkan beberapa

kejadiandimana terjadi kematian pasien yangberkerabat dekat

disebabkan olehinfeksi virus H5N1 (Hien TT, et. al.2004), dan transmisi

yang terjadididalam keluarga penderita padatahun 2004 di Thailand,

antaraseorang anak perempuan berumur 11 tahun yang tinggal bersama

bibinya,diduga telah menularkan virus H5N1 kepada bibi dan ibunya yang

datangdari kota lain yang berjauhan untuk merawat anaknya yang sakit

terinfeksiH5N1. Putrinya meninggal padatanggal 8 September 2004

setelahsempat dirawat selama satu hari di rumah sakit. Seminggu

kemudianpada tanggal 17 September ibunyadibawa kerumah sakit dan

didugaterinfeksi virus H5N1 dan meninggalpada tanggal 20 September

2004.Sedangkan bibinya menderita gejalaflu dan dibawa ke rumah sakit

padatanggal 23 September dan diobatidengan oseltamivir (tamiflu).

Bibinyaberhasil disembuhkan dan pulangdari rumah sakit pada tanggal

7Oktober 2004.Dari pemeriksaan laboratoriumdapat dipastikan bahwabaik

ibu maupun bibinya telah terinfeksivirus H5N1 yang berasal darianaknya,

selama mereka merawatanaknya yang sedang sakit (UngchusakK, et.al.

2005).

Kekhawatiranyang muncul di kalangan para ahligenetika adalah

bila terjadi rekombinasigenetik (genetic reassortment)antara virus

influenza burung danvirus influenza manusia, sehinggadapat menular

antara manusia kemanusia.

Page 28: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

V. MASA INKUBASI DAN GEJALA

a. Masa Inkubasi

- Pada Unggas : 1 minggu

- Pada Manusia : 1 – 7 hari (rata-rata 3 hari.)

Masa infeksi 1 hari sebelum, sampai 3 - 5 hari sesudah timbul

gejala, pada anak sampai 21 hari.

b. Gejala flu burung pada unggas dan manusia :

- Gejala pada unggas

Jengger berwarna biru, Pendarahan merata pada kaki yang berupa

bintik-bintik merah atau sering terdapat borok di kaki yang disebut

dengan ”kaki kerokan”. Adanya cairan pada mata dan hidung sehingga

terjadi gangguan pernapasan.Keluar cairan jernih sampai kental dari

rongga mulut.Diare.Haus berlebihan dan cangkang telur

lembek.Kematian mendadak dan sangat tinggi jumlahnya mendekati

100% dalam waktu 2 hari, maksimal 1 minggu.

- Gejala pada manusia

Gambaran klinis pada manusia yang terinfeksi flu burung

menunjukkan gejala seperti terkena flu biasa.Diawali dengan demam,

nyeri otot, sakit tenggorokan, batuk, sakit kepala dan pilek.Dalam

perkembangannya kondisi tubuh sangat cepat menurun drastis.Bila

tidak segera ditolong, korban bisa meninggal karena berbagai

Page 29: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

komplikasi misalnya terjadinya gagal napas karena pneumonia dan

gangguan fungsi tubuh lainnya karena sepsis.

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan dengan :

1. Anamnesis tentang gejala yang diderita oleh penderita dan adanya

riwayat kontak atau adanya faktor risiko, seperti kematian unggas

secara mendadak, atau unggas sakit di peternakan/dipelihara di

rumah, atau kontak dengan pasien yang didiagnosis avian influenza

(H5N1), atau melakukan perjalanan ke daerah endemis avian

influenza 7 hari sebelum timbulnya gejala .

2. Pemeriksaan fisik: suhu tubuh >38º C, napas cepat dan hiperemi

farings (farings kemerahan).

3. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) diperoleh leukopenia,

limfopenia, trombositopenia ringan sampai sedang dan kadar

aminotransferase yang meningkat sedikit atau sedang, kadar

kreatinin juga meningkat.

4. Pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit diperlukan untuk

mengetahui status oksigenasi pasien, keseimbangan asam-basa dan

kadar elektrolit pasien.

5. Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya avian influenza

H5N1 antara lain dengan Immunofluorescence assay, Enzyme

Immunoassay, Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Real-time

PCR assay, Biakan Virus. Dari hasil pemeriksaan ini dapat

Page 30: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

ditentukan status pasien apakah termasuk curiga (suspect), mungkin

(probable) atau pasti (confirmed).

6. Pada pemeriksaan radiologi dengan melakukan X-foto toraks

didapatkan gambaran infiltrat yang tersebar atau terlokalisasi pada

paru. Hal ini menunjukkan adanya proses infeksi oleh karena virus

atau bakteri di paru-paru atau yang dikenal dengan pneumonia.

Gambaran hasil radiologi tersebut dapat menjadi indikator

memburuknya penyakit avian influenza.

VII. FARMAKOTERAPI

Seperti penyakit virus lainnya, sebenarnya penyakit ini belum ada

obat yang efektif. Penderita hanya akan diberi obat untuk meredakan

gejala yang menyertai penyakit flu itu, seperti demam, batuk atau pusing.

Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah

merekomendasikan 4 (empat) jenis obat antiviral untuk pengobatan dan

pencegahan influenza A.

Jenis obat tersebut diantaranya adalah M2 inhibitors (amantadin

dan rimantadin) dan neuraminidase inhibitors (oseltamivir dan

zanamivir).Keempat obat ini dapat digunakan yang biasa kita kenal

(seasonal influenza). Akan tetapi, tidak semua obat antivirus ini dapat

digunakan untuk mengobati penyakit flu burung yang disebabkan oleh

virus influenza A subtipe H5N1.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli, virus

H5N1 sudah resisten terhadap amantadin dan rimantadin.Oseltamivir

Page 31: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

yang diberikan secara oral dan zanamivir secara inhalasi (dihirup) efektif

melawan virus H5N1.Selain digunakan dalam pengobatan, oseltamivir

juga dapat dimanfaatkan sebagai profilaksis atau pencegahan terhadap

penyakit flu burung.

1. OSELTAMIVIR FOSFAT

Bentuk sediaan oseltamivir adalah kapsul (75 mg) dan suspensi (12

mg/mL).

INDIKASI

Infeksi influenza

Pengobatan : pengobatan untuk penyakit akut yang tidak disertai

komplikasi yang disebabkan oleh infeksi influenza pada pasien yang

berusia lebih dari 1 tahun yang sudah mengalami gejala tidak lebih dari 2

(dua) hari.

Profilaksis : untuk profilaksis influenza pada dewasa dan anak yang lebih

dari 13 tahun. Oseltamivir tidak digunakan sebagai pengganti vaksinasi.

DOSIS DAN PENGGUNAAN

Oseltamivir dapat digunakan tanpa memperhatikan makanan.Jika

digunakan bersamaaan dengan makanan, toleransi dapat meningkat.

Pengobatan influenza :

Dewasa dan Anak lebih dari 13 tahun : dosis oral yang direkomendasikan

adalah 75 mg dua kali sehari selama 5 hari. Pengobatan dimulai setelah

timbul gejala influenza dalam dua hari.

Page 32: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Anak – anak : dosis oral suspensi yang direkomendasikan untuk anak di

atas 1 tahun dan dewasa yang tidak dapat menelan kapsul adalah

sebagai berikut:

*tabel*

Profilaksis Influenza :

Dosis oseltamivir oral yang direkomendasikan untuk profilaksis influenza

pada dewasa dan anak di atas 13 tahun yang telah mengalami kontak

langsung dengan individu yang terinfeksi adalah 75 mg sekali sehari,

sekurang-kurangnya selama 7 hari. Terapi sebaiknya dimulai setelah 2

hari terpajan.Dosis yang direkomendasikan untuk profilaksis selama

terjadi wabah influenza adalah 75 mg sekali sehari.

Gangguan fungsi ginjal :

Pengobatan influenza : penyesuaian dosis direkomendasikan untuk

pasien dengan kreatinin klirens 10-30 mL/menit. Pada kondisi ini,

direkomendasikan penurunan dosis menjadi 75 mg sekali sehari selama 5

hari.

Profilaksis : untuk profilaksis, penyesuaian dosis direkomendasikan untuk

pasien dengan kreatinin klirens 10 – 30 mL/menit. Pada kondisi ini,

direkomendasikan penurunan dosis menjadi 75 mg pada waktu tertentu.

MEKANISME KERJA

Farmakologi :oseltamivir adalah suatu bentuk etil ester yang memerlukan

perubahan menjadi bentuk aktif oseltamivir karboksilat. Mekanisme kerja

dari oseltamivir adalah inhibisi neuraminidase virus influenza yang

Page 33: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

menyebabkan perubahan agregasi dari partikel virus untuk selanjutnya

menjadi bebas.

Farmakokinetik :

Absorpsi : oseltamivir fosfat diabsorpsi melalui saluran pencernaan

setelah pemberian secara oral. Konsentrasi puncak rata-rata dari

oseltamivir dan oseltamivir karboksilat adalah 65,2 ng/mL dan 348 ng/mL,

setelah pemberian 75 mg, dua kali sehari. Area di bawah kurva (AUC) dari

0-12 jam adalah 112 ng/mL untuk oseltamivir dan 2719 ng/mL untuk

oseltamivir karboksilat.Pemberian oseltamivir bersamaan dengan

makanan tidak mempunyai efek yang signifikan terhadap konsentrasi

plasma puncak dan area bawah kurva.

Distribusi : ikatan oseltamivir karboksilat terhadap protein plasma

manusia adalah rendah (3%). Ikatan oseltamivir terhadap protein plasma

adalah 42% artinya belum cukup mampu untuk menyebabkan pergeseran

yang signifikan dalam interaksi obat.

Metabolisme : oseltamivir secara ekstensif berubah menjadi oseltamivir

karboksilat melalui proses esterase yang berlangsung di liver. Baik

oseltamivir maupun oseltamivir karboksilat merupakan substrat untuk atau

inhibitor dari isoform sitokrom P450.

Ekskresi : oseltamivir yang diabsorsi, secara umum (sekitar 90 %)

dieliminasi melalui konversi menjadi oseltamivir karboksilat. Konsentrasi

plasma oseltamivir menurun dalam waktu paruh 1-2 jam pada kebanyakan

Page 34: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

subjek percobaan setelah pemberian oral.Oseltamivir karboksikat tidak

mengalami perubahan metabolisme lebih lanjut dan dieliminasi melalui

urin. Konsentrasi plasma dari oseltamivir karboksilat akan menurun dalam

waktu paruh 6-10 jam pada kebanyakan subjek percobaan. Oseltamivir

karboksilat dieliminasi secara keseluruhan (99%) melalui ekskresi ginjal.

Klirens ginjal (18,8 L/jam) melebihi kecepatan flitrasi glomerulus (7,5

L/jam) menunjukkan terlibatnya sekresi tubulus, sebagai tambahan dari

flitrasi glomerulus. Kurang dari 20% dosis oral dieliminasi melalui feces.

KONTRA INDIKASI

Oseltamivir dikontraindikasikan untuk pasien yang hipersensitif terhadap

komponen yang ada di dalam produk.

PERHATIAN

Gangguan fungsi ginjal : penyesuaian dosis direkomendasikan untuk

pasien dengan klirens kurang dari 30 mL/menit (lihat bagian dosis dan

pemberian).

Kondisi menyusui : belum diketahui apakah oseltamivir dan oseltamivir

karboksilat diekskresikan ke dalam air susu. Dengan demikian, oseltamivir

hanya digunakan jika manfaat lebih besar daripada risikonya.

Anak –anak : keamanan dan efikasi oseltamivir pada anak kurang dari 1

tahun belum diketahui.

PERINGATAN

Page 35: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Infeksi bakteri : infeksi bakteri serius mungkin terjadi dengan gejala mirip

influenza atau mungkin mengikuti atau terjadi sebagai komplikasi dari

influenza.

Penyakit lain : belum ada bukti efikasi untuk oseltamivir terhadap infeksi

lain yang disebabkan oleh agen penyebab lain kecuali oleh virus influenza

tipe A dan B.

Mulai pengobatan : efikasi dari oseltamivir pada pasien yang mulai diobati

setelah 40 jam gejala tidak diketahui.

Pasien risiko tinggi : efikasi dari oseltamivir pada pasien dengan penyakit

jantung kronis atau penyakit pernapasan tidak diketahui.

Pencegahan influenza : penggunaan oseltamivir seharusnya tidak

mempengaruhi evaluasi dari seseorang untuk diberikan vaksinasi

influenza rutin. Efikasi oseltamivir untuk penggunaan profilaksis dalam

pencegahan influenza belum diketahui).

INTERAKSI OBAT

Probenecid :penggunaan bersama oseltamivir dan probenecid akan

menghasilkan peningkatan konsentrasi oseltamivir karboksilat kira-kira

sebesar 2 kali karena adanya penurunan sekresi tubular anionik di ginjal.

EFEK SAMPING

Efek samping yang terjadi pada sekitar 3 % pasien adalah sakit perut,

batuk, diare, sakit kepala, mual dan muntah.

CATATAN

Page 36: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Belum ada kebijakan Departemen Kesehatan RI untuk menggunakan

oseltamivir sebagai profilaksis.

2. ZANAMIVIR

Bentuk sediaan zanamivir adalah serbuk inhalasi dalam bentuk

blister 5 mg.

INDIKASI

Infeksi influenza

Pengobatan : pengobatan untuk penyakit akut yang tidak disertai

komplikasi yang disebabkan oleh infeksi virus influenza A dan B pada

pasien dewasa dan anak lebih dari 7 tahun yang sudah mengalami gejala

tidak lebih dari 2 (dua) hari. Zanamivir tidak direkomendasikan untuk

pasien yang mengalami penyakit kerusakan saluran pernapasan seperti

asma atau penyakit kerusakan paru-paru kronik (COPD).

DOSIS DAN PENGGUNAAN

Zanamivir digunakan untuk saluran pernapasan melalui inhalasi oral

dengan menggunakan alat “diskhaler” yang disertakan bersama obat.

Pasien harus diberi penjelasan tentang cara penggunaan obat, jika

mungkin disertai demonstrasi cara pemakaian obat. Jika zanamivir

diresepkan untuk anak-anak, pemakaiannya harus dalam pengawasan

dan instruksi orang dewasa. Orang dewasa yang dimaksud disini adalah

orang dewasa yang telah diberi penjelasan tentang cara pemakaian obat.

Page 37: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Dosis zanamivir yang direkomendasikan untuk perawatan influenza pada

pasien yang berusia lebih dari 7 tahun dan lebih adalah 2 inhalasi (per

inhalasi adalah 5 mg blister, jadi dosis total adalah 10 mg) dua kali sehari

(jarak pemakaian 12 jam), selama 5 hari. Dua dosis ini harus digunakan

pada pengobatan awal, jika mungkin jarak pemberian adalah 2 jam. Pada

hari berikutnya, jarak pemberian adalah 12 jam (misalnya pada malam

dan siang hari), waktu pemberian ini hendaknya sama setiap hari. Tidak

ada data tentang keefektifan dari pengobatan dengan zanamivir jika

dimulai lebih dari dua hari setelah timbul tanda atau gejala.Pasien yang

menggunakan bronkodilator bersamaan dengan zanamivir, harus

menggunakan bronkodilator terlebih dahulu.

MEKANISME KERJA

Farmakologi :Mekanisme kerja dari zanamivir adalah inhibisi

neuraminidase virus influenza yang menyebabkan perubahan agregasi

dari partikel virus untuk selanjutnya menjadi bebas.

Resistensi obat : virus influenza dengan kepekaan yang menurun

terhadap zanamivir telah diketahui secara in vitro dengan cara

melewatkan virus pada konsentrasi obat yang meningkat. Analisis genetik

terhadap virus-virus ini menunjukkan bahwa kepekaan virus yang

berkurang secara in vitro terhadap zanamivir berhubungan dengan mutasi

yang menghasilkan perubahan asam amino pada neuraminidase atau

hemaglutinin atau keduanya.

Page 38: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Resistensi silang :resistensi silang telah dipelajari antara virus influenza

mutan yang resisten terhadap zanamivir dan resisten terhadap oseltamivir

secara in vitro.

Farmakokinetik :

Absorpsi : sekitar 4% - 17% dari dosis inhalasi akan terabsorbsi secara

sistemik. Konsentrasi serum puncak bervariasi antara 17 – 42 ng/mL,

dalam 1-2 jam setelah pemberian dosis 10 mg.

Distribusi :zanamivir memiliki ikatan terhadap protein plasma yang

sangat terbatas (kurang dari 10%)

Metabolisme : zanamivir diekskresi melalui ginjal dalam bentuk yang

tidak berubah. Tidak ada metabolit yang terdeteksi.

Ekskresi :waktu paruh dari zanamivir setelah pemberian melalui inhalasi

oral bervariasi antara 2,5 -5,1 jam. Zanamivir akan diekskresi dalam

bentuk yang tidak berubah dalam urin dengan ekskresi dari dosis tunggal

utuh dalam waktu 24 jam. Total klirens adalah 2,5 – 10,9 L/jam. Obat yang

tidak diabsorbsi akan diekskresi melalui feces.

KONTRA INDIKASI

Zanamivir dikontraindikasikan untuk pasien yang hipersensitif terhadap

komponen yang ada di dalam produk.

PERHATIAN

Page 39: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Pasien dengan penyakit pernapasan : Zanamivir tidak menunjukkan efektif

dan mungkin berisiko untuk pasien dengan penyakit saluran pernapasan

parah seperti asma dan penyakit pernapasan serius lainnya. Dengan

demikian, zanamivir tidak direkomendasikan untuk pasien dengan

gangguan saluran pernapasan seperti asma.

Kehamilan : Kategori C. Tidak ada penelitian yang cukup atau terkontrol

dengan baik pada wanita hamil. Penggunaan saat hamil hanya jika

manfaat lebih besar daripada risikonya.

Kondisi menyusui : belum diketahui apakah zanamivir diekskresikan ke air

susu. Harus disertai perhatian jika memberikan zanamivir untuk pasien

yang menyusui.

Anak –anak : keamanan dan efikasi zanamivir pada anak kurang dari 7

tahun belum diketahui.

PERINGATAN

Mulai pengobatan :tidak ada data untuk mendukung keamanan dan efikasi

pada pasien yang memulai pengobatan setelah 48 jam timbulnya gejala.

Serangan berulang :keamanan dan efikasi dari penggunaan untuk

serangan berulang belum diketahui.

Reaksi alergi :reaksi seperti alergi, termasuk edema oropharyngeal dan

gangguan kulit serius telah diketahui dari hasil penelitian post marketting

zanamivir. Penggunaan zanamivir harus dihentikan dan dimulai

pengobatan yang sesuai jika dicurigai akan terjadi reaksi alergi.

Page 40: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Infeksi bakteri : infeksi bakteri serius mungkin terjadi dengan gejala mirip

influenza atau mungkin mengikuti atau terjadi sebagai komplikasi dari

influenza. Zanamivir tidak diketahui dapat mencegah komplikasi-

komplikasi ini.

Penyakit lain : belum ada bukti efikasi untuk zanamivir terhadap infeksi

lain yang disebabkan oleh agen penyebab lain kecuali oleh virus influenza

tipe A dan B.

Pencegahan influenza :keamanan dan efikasi dari zanamivir untuk

penggunaan profilaksis untuk mencegah influenza tidak diketahui.

penggunaan oseltamivir seharusnya tidak mempengaruhi evaluasi dari

seseorang untuk diberikan vaksinasi influenza rutin. Efikasi oseltamivir

untuk penggunaan profilaksis dalam pencegahan influenza belum

diketahui).

Pasien risiko tinggi : efikasi dari oseltamivir pada pasien dengan penyakit

jantung kronis atau penyakit pernapasan tidak diketahui.

INTERAKSI OBAT

Zanamivir bukan merupakan substrat dan tidak mempengaruhi isoenzim

sitokrom P450 (CYP) : CYP1A1/2, 2A6, 2C9, 2C18, 2D6, 2E1, dan 3A4)

pada mikrosom liver manusia.

EFEK SAMPING

Efek samping yang terjadi pada sekitar 3 % pasien adalah diare,

gangguan hidung, mual, sinusitis, infeksi telinga, hidung dan tenggorokan.

Page 41: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Hasil laboratorium : terjadi peningkatan enzim liver, CPK, lymfopenia,

neutropenia. Hasil yang diperoleh antara pemberian zanamivir dan

plasebo menunjukkan hasil yang mirip.

3. OBAT – OBAT PENUNJANG

Analgesik-antipiretik, antibiotik, vitamin, kortikosteroid, simpatomi-

metik, cairan elektrolit dan nutrisi.

VIII. KETERSEDIAAN OBAT FLU BURUNG

Ketersediaan obat flu burung mengacu pada Pedoman

Pengelolaan Tamiflu Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan

Kesehatan – Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan – Departemen

Kesehatan RI.

IX. VAKSIN FLU BURUNG

Departemen Kesehatan RI masih dalam persiapan untuk

memproduksi vaksin flu burung dari strain virus H5N1 asal Indonesia

karena hasil pengujian rantai RNA menunjukkan bahwa virus H5N1 yang

menginfeksi warga Indonesia merupakan virus asli Indonesia. PT.

Biofarma, Badan Usaha Milik Negara yang menjadi mitra pemerintah

dalam penyediaan vaksin hingga saat ini masih melakukan berbagai

pembicaraan dengan pihak Baxter Bioscience. Pihak PT. Biofarma sendiri

tetap menyiapkan berbagai sarana produksi yang diperlukan dalam

pembuatan vaksin tersebut.

Page 42: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

X. CATATAN KHUSUS

Asetosal sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak dan remaja

karena dapat menyebabkan Reye Syndrome.

BAB IV

HEPATITIS

I. PENDAHULUAN

Hati adalah organ yang sangat penting dalam pengaturan

homeostasis tubuh dari metabolisme, biotransformasi, sintesis,

penyimpanan hingga imunologi.Hepatosit dapat melakukan regenerasi

dengan cepat.Sehingga pada batas tertentu, hati dapat mempertahankan

fungsinya bila terjadi gangguan ringan. Namun untuk gangguan yang

terbilang berat, terjadi gangguan fungsi yangserius dan akan berakibat

fatal.

WHO menunjukkan bahwa pada gangguan hati yang

disebabkan oleh virus, Indonesia termasuk dalam peringkat yang

tinggi, meskipun angka pasti prevalensi dan insidens masih

belumdiketahui.

Page 43: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

II. EPIDEMIOLOGI, ETIOLOGI, DAN PATOGENESIS

Gangguan fungsi hatiseringkalidihubungkan dengan beberapa

penyakit hati tertentu. Beberapa pendapat membedakan penyakit hati

menjadi penyakit hatiakutatau kronis.Dikatakan akutapabila kelainan-

kelainan yangterjadiberlangsungsampaidengan6 bulan,

sedangkanpenyakithati kronis berartigangguan yang terjadi sudah

berlangsung lebih dari 6 bulan. Ada satu bentukpenyakit hatiakutyang

fatal,yakni kegagalanhatifulminan,yangberartiperkembangan mulai

dari timbulnya penyakit hati hingga kegagalan hati yangberakibat

kematian (fatal) terjadi dalam kurang dari 4 minggu.

Ada limajenisvirus hepatitis: HepatitisA (HAV), B(HBV), C (HCV), D

(HDV), dan E (HEV). Jenis virus inimungkinhadir sebagaipenyakitakut

ataukronis, yangterutamadibedakan berdasarkandurasipenyakit.Hepatitis

akutdapat berhubungandengan semualima jenishepatitis.Hepatitis

Page 44: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

kronis(penyakitberlangsung lebih lamadari 6 bulan) adalah biasanya

berhubungandengan hepatitisB, C,dan D.Kronisvirushepatitisdapat

menyebabkanperkembangan sirosis, yang mungkin menginduksistadium

akhir penyakithati (ESLD). KomplikasiESLDmeliputiasites, edema, sakit

kuning, ensefalopatihepatik,infeksi, danperdarahanvarisesesofagus.Oleh

karena itu,pencegahan dan pengobatanhepatitis virusdapat

mencegahESLD.Virus hepatitis dapatterjadi pada semua usiadan

merupakanyang paling umummenyebabkanpenyakit hatidi

dunia.Prevalensidan kejadianmungkintidak dilaporkankarenakebanyakan

pasientidak menunjukkan gejala.Epidemiologi, etiologi, dan

patogenesisbervariasi tergantungpada jenishepatitis danakan

dipertimbangkansecara terpisahdi bawah ini.

HEPATITIS A

Patofisiologi

Hepatitis A is a non-enveloped single-stranded ribonucleic acid

(RNA) virus diklasifikasikan sebagai genus hepatovirus famili

Picornaviridae. Inang untukHAVadalahmanusia,dengan selhatisebagai

situsutama untukreplikasi virus.Sebagai bagiandari

prosesdegradasivirus,HAVadalahdilepaskan ke dalamsistem

empedumenyebabkanpeningkatan konsentrasidari virusdifeces.

Page 45: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

HEPATITIS B

Patofisiologi dan epidemiologi

Konsentrasi tertinggi dari HBV ditemukan di dalam darah dan

cairan serosa.Oleh karena itu, transmisi dari hepatitis B baik oleh darah

atau cairan tubuh melalui perinatal, seksual, atau perkutan. Bayi yang lahir

dari ibu yang terinfeksi HBV yang aktif bereplikasi memiliki risiko 90%

terkena hepatitis B. Jika bayi bertempat tinggal di daerah endemik tidak

terinfeksi saat lahir, risiko memperoleh hepatitis B kronis masih 30%

sampai 60%. Individu paling berisiko tertular HBV tercantum dalam Tabel

21-1.Sekitar 33% kasus hepatitis B yang dilaporkan tidak diidentifikasi

adanya faktor risiko.

Patofisiologi

Page 46: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Hepatitis B juga termasuk dalam famili Hepadnaviridae yang

pertama kali ditemukan pada individu yang terserang hepatitis melalui

transfusi darah.Hepatitis merupakan double-stranded deoxyribonucleic

acid (DNA) virus dengan dengan lapisan fosfolipid mengandung hepatitis

B antigen permukaan (HBsAg) yang mengelilingi nukleokapsid

tersebut.Nukleokapsid mengandung protein inti yang menghasilkan

hepatitis B antigen inti (HBcAg), yang tidak terdeteksi dalam

serum.Mekanisme yang tepat dari cedera hepatoseluler dari hepatitis B

tetapi masih diselidiki bahwa reaksi imun sitotoksik terjadi ketika HbcAg

diekspresikan pada permukaan sel-sel hati.Untungnya, antibodi terhadap

antigen inti hepatitis B (anti-HBc) dapat terukur dalam darah, di mana anti-

HBc untuk imunoglobulin M (IgM) menunjukkan infeksi aktif dan anti-HBc

untuk IgG berhubungan dengan baik infeksi kronis atau kekebalan

mungkin terhadap HBV.Replikasi virusterjadi ketika selubung

antigen(HBeAg) hepatitisBberedardalam darah.DNA HBVdigunakanuntuk

mengukurtingkat penularanvirus, menilai dan mengukurreplikasi

virus.Setelahinfeksihepatitis Bsembuh kembali, sistem imun melawan

selubung hepatitis B (anti-Hbe) dan sistem imun juga melawan permukaan

hepatitis B antigen (anti-HBs) berkembang, dan kadar DNA HBV tidak

terdeteksi. Namun bila sistem imun tersebut tidak berkembang, maka

kemungkinan perkembangan Hepatitis B kronik meningkat.Hal ini

terutamatergantungpada sistemkekebalan inangpada saat terinfeksi.

HEPATITISC

Page 47: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Hepatitis C, pertama dikenal sebagai non-A hepatitis non-B, infeksi

melalui darah yang merupakan RNA beruntai tunggal temasuk keluarga

Flaviviridae dan genus Hepacivirus.Mekanisme sebenarnya dari

kerusakan hati masih menjadi pertanyaan, teori bahwa peptida struktural

dan nonstruktural mungkin bertanggung jawab untuk replikasi RNA virus,

khususnya peptida NS5. Saat ini, ada enam genotipe (nomor 1 sampai 6)

dan lebih dari 90 subtipe (genotipe 1a, 1b, 2a, 3b, dll) yang unik untuk

hepatitis C. Antibodi menyerang HCV (anti-HCV) dalam darah

menunjukkan infeksi dengan HCV. Jika infeksi terjadi lebih dari 6 bulan

dan replikasi virus dikonfirmasi oleh kadar HCV RNA, maka seseorang

mengalami hepatitis C. Penyakit kronis mungkin terjadi karena sebuah

sistem imun host tidak efektif terhadap HCV. Cytotoxic limfosit T tidak

efektif dalam memberantas HCV, sehingga memungkinkan kerusakan

parah pada sel hati.

HEPATITIS D

HepatitisD(awalnyadisebut

sebagaideltahepatitis)termasukgenusDeltavirusdarikeluarga

Deltaviridae.HDVmemilikiRNA beruntai tunggalmelingkaryang dibutuhkan

untuk replikasivirus HDV.Iniini karenavirushepatitis Dantigen(HDVAg)

dilapisiolehhepatitisBantigen permukaan(HBsAg).Mekanismeyang tepat

darikerusakan hatiyang diinduksi olehHDVmasihsedang diselidiki,tetapi

diketahuibahwa replikasiHDVtidak dapat terjadi tanpa adanya

HBVmenyebabkansalah satu koinfeksi(baikhepatitisB dan

Page 48: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Dinfeksiterjadisecara bersamaan) atau superinfeksi(mendapatkan HDV

setelahmengalamipenyakitHBV).

HEPATITIS E

Hepatitis E adalah non non-enveloped single-stranded messenger

Virus RNA. HEV ini mirip dengan HAV yang terinfeksi dalam kotoran yang

terkontaminasi, sehingga menginfeksi orang lain melalui rute fecal-oral.

Keparahan kerusakan hati tergantung pada strain HEV. Tidak ada kasus

hepatitis E kronis yang didokumentasikan.

III. DIAGNOSA VIRUS HEPATITIS

Diagnosavirus hepatitis mungkin sulitkarena sebagianorang yang

terinfeksitidak menunjukkan gejala.Karena gejala-gejalatidak dapat meng-

identifikasijenis spesifikhepatitis,serologilaboratoriumharus

diperoleh(Tabel21-2).Selain itu, tes fungsi hatidapat diperolehuntukmenilai

sejauh manakolestasisdancedera hepatoseluler.Namun, tes yang tepat

untuk menentukan jumlah kerusakandan peradangansel hatiadalah

melalui biopsi hati.

HEPATITIS A

Diagnosis hepatitis A dibuat dengan mendeteksi imunoglobulin

antibodi terhadap protein kapsid dari HAV tersebut.Kehadiran IgM anti-

HAV dalam serum menunjukkan adanya infeksi akut.IgM muncul sekitar 3

minggu setelah paparan dan menjadi tidak terdeteksi dalam waktu 6

bulan. Sebaliknya, IgG anti- HAV muncul dalam serum kira-kira pada saat

Page 49: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

yang sama IgM anti-HAV berkembang tetapi menunjukkan perlindungan

dan kekebalan seumur hidup terhadap hepatitis.

HEPATITIS B

Hepatitis Bdidiagnosis

ketikaHBsAgdapatterdeteksidalamserum

.NukleokapsiddariHBsAgmengandungprotein intiyang

menghasilkanHBcAg, yang tidak terdeteksidalam

serum.Keberadaanantibodi terhadapanti-HBc

IgMuntukmenunjukkaninfeksi aktif, dan anti-HBc untukIgGberhubungan

denganbaikkronisinfeksi ataumungkinkekebalanterhadapHBV.Replikasi

virusterjadi ketikaHbeAg mucul.Pengukuran DNAHBVdigunakan untuk

menentukanpenularanvirus danmenilai danmengukurreplikasi

virus.Setelahinfeksihepatitis Bselasai, anti-HBedan anti-HBs

berkembang,dan kadar DNAHBVtidak terdeteksi.

HEPATITIS C

Hepatitis Cdidiagnosis dengan tesanti-HCVdalam serum.Penyakit

inidikonfirmasioleh kehadiranRNA HCV.Kadar RNA

HCVmeunjukkanreplikasi virusdan digunakanuntuk

menentukanjikapengobatan antivirusuntuk HCVefektif.

HEPATITIS D

Infeksi virus hepatitis D memerlukan kehadiran HBV untuk replikasi

virus HDV. Pengukuran kadar RNA HDV dalam serum melalui polimerase

Page 50: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

chain rection (PCR) menegaskan keberadaan HDV dan menunjukkan

diagnosa yang akurat. Adanya antibodi IgM tehadap HCV Ag (IgM anti-

HD) menunjukkan penyakit yang aktif, dan IgG anti-HD juga terdeteksi jika

infeksi tidak teratasi secara spontan.Antibodi HDV tidak memberikan

kekebalan yang berbeda dengan HAV.

HEPATITIS E

Diagnosa hepatitis E tergantung dari kehadiran anti-HEV antibodi.

Tes untuk mengukur kadar RNA hepatitis E belum dapat dilakukan untuk

penggunaan komersial, tetapi dilakukan dengan melalui uji klinis.

IV. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Tujuan umum yang harus dicapai adalah untuk:

(1)mencegahpenyebaranpenyakit, (2) mencegah danmengobati gejala, (3)

menekanreplikasi virus, (4) menormalkanaminotransferasehati;

(5)meningkatkanhistologipadabiopsi hati, dan

(6)menurunkanmorbiditasdan mortalitasdengan

mencegahsirosis,hepatoselulerkarsinoma, dan ESLD. Untuk hepatitis B,

tujuan pengobatan tambahanmeliputi:(1) hilangnyaHBsAg, (2)

hilangnyaHBeAg, dan (3)achieving undetectable HBV DNA

levels.Targetuntuk hepatitis C kronismeliputi:(1)achieving undetectable

HCV RNA; dan (2)memperolehrespon virologiberkelanjutan.

Page 51: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Lamivudine adalah obat antivirus yang efektif untuk penderita

hepatitis B. Virus hepatitis Bmembawa informasigenetik

DNA.Obatinimempengaruhi proses replikasi DNA dan

membatasikemampuan virushepatitisB berproliferasi.Lamivudine

merupakan analognukleosidadeoxycytidine dan bekerja dengan

menghambat pembentukan DNA

virushepatitisB.Pengobatandenganlamivudineakan menghasilkan

HBVDNA yang menjadi negatifpada hampir semua pasien yang diobati

dalamwaktu 1bulan.Lamivudineakanmeningkatkanangkaserokonversi

HBeAg,mempertahankan fungsi hatiyangoptimal, dan menekan

terjadinyaprosesnekrosis-inflamasi.Lamivudine juga mengurangi

kemungkinanterjadinya fibrosisdansirosis serta dapat

mengurangikemungkinan terjadinya kanker hati.Profil keamanan

lamivudine sangatmemuaskan,dimana profil keamanannya sebanding

denganplasebo.Lamivudinediberikanperoralsekalisehari,sehingga

memudahkanpasien dalam penggunaannya danmeningkatkan keteraturan

pengobatan.Oleh karenanyapenggunaan lamivudinerasional untuk terapi

pada pasien dengan hepatitis B kronis aktif.

Page 52: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Dalam pengobatan Anti Retroviral (ARV) pada koinfeksi hepatitis

C, saatini tersedia ARV gratis di Indonesia. ARV yang tersedia gratis

adalah Duviral (Zidovudine + Lamivudine) dan Neviral

(Nevirapine).SedangkanEfavirenz (Stocrin) tersedia gratis dalam jumlah

yang amatterbatas.Didanosine atau Stavudinetidak boleh diminum

untuk penderita yang sedang mendapat pengobatan Interferon dan

Ribavirin, karenaberatnyaefek samping terhadap gangguan faal hati.

Zidovudine, termasuk Duviral dan Retrovir harus ketat dipantau bila

digunakan bersama Ribavirin (untuk pengobatan hepatitis C), karena

masing-masing memudahkan timbulnya anemia.Anemia bisa

diantisipasidengan pemberian eritropoetin atau transfusi darah.Neviral

dapat mengganggu faal hati. Jadi, kadar hemoglobin dan leukosit serta

tes faal hati (SGOT, SGPT, bilirubin, dan lain-lain) harus dipantau ketat.

Page 53: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

BAB V

HIV/AIDS

I. DEFINISI

AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immuno Deficiency

Syndrome.Acquired artinya didapat, jadi bukan merupakan penyakit

keturunan, immuno berarti sistem kekebalan tubuh, deficiency artinya

kekurangan, sedangkan syndrome adalah kumpulan gejala.HIV adalah

singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, virus yang menyebabkan

rusaknya/melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia.Jadi AIDS dapat

didfinisikan sebagai kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem

kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human

Immunodeficiency Virus (HIV).

II. ETIOLOGI

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak

sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-

penyakit lain yang dapat berakibat fatal.Padahal, penyakit-penyakit

tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak

menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem

kekebalannya normal.Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah

terkena kanker.Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi.

Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human

Immuno-deficiency Virus).Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-

1 dan HIV-2.Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi

Page 54: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran

klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan

masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya

penyakit lebih pendek.

III. PATOFISIOLOGI

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala

yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi

virus pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok,

mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa

lemah.Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran

menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa

mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes serologi baru akan

positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6 bulan ini disebut

window periode, di mana penderita dapat menularkan namun secara

laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.

Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa

tanpa gejala. Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif

di kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup panjang, yaitu 5 10 tahun.

Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS.

IV. GEJALA

Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang

ditemui pada penderita AIDS :

Page 55: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Panas lebih dari 1 bulan,

Batuk-batuk,

Sariawan dan nyeri menelan,

Badan menjadi kurus sekali,

Diare ,

Sesak napas,

Pembesaran kelenjar getah bening,

Kesadaran menurun,

Penurunan ketajaman penglihatan,

Bercak ungu kehitaman di kulit.

Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati,

karena dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di

Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tipus atau

tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada

seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah

tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes darah HIV.

V. PENULARAN

Cara Penularan

AIDS disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency

Virus).Terdapat 2 jenis HIV, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Keduanya

menyebabkan AIDS tetapi pada infeksi HIV-1, AIDS timbul lebih cepat.

HIV berkembang biak di sel limfosit yang disebut CD4 (Limfosit T).

Penularan HIV melalui hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik,

Page 56: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

dan dari ibu hamil ke bayinya. Efektifitas penularan paling tinggi adalah

melaui transfusi darah. Sekitar 90 % penerima transfusi darah yang

tercemar HIV akan tertular. Risiko penularan melalui hubungan seksual

berkisar antara 0,1 % sampai 1 % setiap kali hubungan dengan pasangan

HIV positif. Risiko penularan ibu hamil HIV positif ke bayinya berkisar

antara 15 sampai 40 %.

Salah satu cara penularan yang sekarang ini sangat penting di

Indonesia adalah pemggunaan jarum suntik bersama di kalangan

pecandu narkotika. Jumlah kasus infeksi HIV baru pada akhir tahun 1999

meningkat tajam karena tingginya angka HIV positif pada pecandu

narkotika suntikan. Kebiasaan menggunakan jarum suntik bersama dan

jarum yang tidak steril pada pecandu narkotika suntikan menyebabkan

kelompok ini rentan terhadap penularan hepatitis C dan HIV. Penelitian

pendahuluan di Jakarta mendapatkan pada kelompok pecandu narkotika

suntikan 60 % positif hepatitis C serta sekitar 10 % positif HIV. Menurut

pakar sesuai dengan pengalaman negara-negara yang terlebih dahulu

menghadapi permasalahan narkotika, seperti Malaysia, Thailand,

Vietnam, dan Kamboja, angka HIV positif di kalangan pecandu narkotika

suntikan dapat mencapai 40 %.

HIV masuk tubuh manusi terutama melalui darah, semen, dan sekret

vagina, serta transmisi dari ibu ke anak. Tiga cara penularan HIV adalah

sebagai berikut:

Page 57: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan

pengidap. Ini adalah cara penting yang paling umum terjadi, meliputi

80-90% total kasus sedunia.

Cara PenularanEficiency per single

exposureEstimated percentage

of global total

Transfusi darah > 90 % 3 – 5 %

Perinatal + 30 % 5 – 10 %

Hubungan seksual 0,1 – 1,0 % 70 – 80 %

Injecting drug use-sharing

needle0,5 – 1, 0 % 5 – 10 %

Health care-needle stick 0,5 % < 0,1 %

Sumber : The HIV Expert : A comprehensive review of HIV and AIDS management

Perinatal adalah berkenaan dengan masa sesaat sebelum dan

sesudah kelahiran dari akhir minggu ke 20 sampai ke 28 kehamilan

hingga sampai 4 minggu setelah melahirkan.

2. Kontak langsung dengan darah, produk darah , atau jarum suntik.

Transfusi darah/produk darah yang tercemar mempunyai resiko

sampai > 90 %, ditemukan 3 – 5 % total kasus sedunia. Penularan

melalui kecelakaan termasuk jarum pada petugas kesehatan

mempunyai risiko 0,5 % dan mencakup < 0,1 % total kasus sedunia.

3. Transmisi secara vertikal dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya

melalui plasenta. Risiko penularan dengan cara ini 25 – 40 % dan

terdapat < 0,1 % total kasus sedunia.

Setelah masuk tubuh, virus menuju ke kelenjar limfe dan berada

dalam sel dendritik selama beberapa hari. Kemudian terjadi sindrom

Page 58: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

retrifinil akut seperti flu ( serupa infeksi mononukleosis) disertai viremia

(adanya virus di dalam darah) hebat dengan keterlibatan berbagai kelenjar

limfe. Pada tubuh timbul respon imun humoral maupun selular. Sindrom

ini akan hilang sendiri setelah 1-3 minggu. Kadar virus yang tinggi dalam

darah dapat diturunkan oleh sistem imun tubuh. Proses ini terjadi

berminggu-minggu sampai terjadi keseimbangan antara pembentukan

virus baru dan upaya eliminasi oleh respon imun. Titik keseimbangan

yang disebut set point (nilai sasaran variabel kontrol yang dipertahankan

secara fisiologis oleh mekanisme kontrol badan untuk hemoestasis) ini

penting karena menentukan perjalanan penyakit selanjutnya. Bila tinggi,

perjalanan penyakit menuju AIDS akan berlangsung lebih cepat.

Serokonversi (perubahan antibodi negatif menjadi positif) terjadi 1-3

bulan setelah infeksi, tetapi pernah juga dilaporkan sampai 8 bulan.

Kemudian pasien akan memasuki masa tanpa gejala. Dalam masa ini

terjadi penurunan bertahap jumlah CD4 (jumlah normal 800 – 1.000/mm)

yang terjadi setelah replikasi persisten HIV dengan kadar RNA virus relatif

konstan.

CD4 adalah reseptor pada limfosit T4 yang menjadi target sel utama

HIV. Pada awalnya penurunan jumlah CD4 sekitar 30-60/mm3/tahun, tapi

pada 2 tahun terakhir penurunan jumlah menjadi 50 – 100 / mm3/tahun

sehingga bila tanpa pengobatan rata-rata masa infeksi HIV sampai

menjadi AIDS adalah 8 – 10 tahun, dimana jumlah CD4 akan menjadi

kurang dari 200/ mm3

Page 59: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan

sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD 4 pada orang

dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena

berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya

sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam

memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan

sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500.

Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal

pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin

menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol)

Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk

melawan berbagai macam infeksi. Di sekitar kita banyak sekali infeksi

yang beredar, entah itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman.

Namun kita tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa

berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang,

mikroorganisme yang patogen di sekitar kita tadi akan dengan mudah

masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia

Pencegahan penularan

Pendekatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan penularan

infeksi HIV adalah penyuluhan untuk mempertahankan perilaku tidak

beresiko serta penggunaan kondom untuk mencegah penularan melalui

hubungan seks. Sedangkan pencegahan di kalangan pengguna narkotika

suntikan adalah dengan pendekatan harm reduction, yaitu upaya untuk

Page 60: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

mengurangi penularan penyakit melalui jarum suntik dengan cara

membagikan jarum suntik steril serta mengajarkan prinsip-prinsip

sterilisasi.

Untuk mencegah penularan dari ibu hamil positif kepada bayinya

dapat dilakukan pemberian obat antirettroviral azidotimidin (AZT) dan

seksio sesaria.

Pendekatan agama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia

merupakan pendekatan penting karena dengan mengingatkan ajaran

agama dan nilai-nilai budaya diharapkan prilaku hubungan seks yang

beresiko dapat dikurangi begitu juga dengan penggunaan narkotika.

Pendekatan agama dan kesehatan hendaknya dijalankan saling

melengkapi. Dengan demikian upaya pencegahan penularan dapat

dilakukan secara lebih menyeluruh.

VI. Komplikasi

Berdasarkan data-data hasil penilaian komplikasi yang mungkin

terjadi mencakup : (Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, Keperawatan

Medikal Bedah Brunner & Sudarth ed. 8, EGC, Jakarta, 2001: 1734)

1) Infeksi oportunistik

2) Kerusakan pernapasan atau kegagalan respirasi

3) Syndrome pelisutan dan gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit

4) Reaksi yang merugikan terhadap obat-obatan.

Page 61: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

VII. Penyakit yang Sering Menyerang Perilaku AIDS

Dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh, penderita menjadi

lebih mudah terserang penyakit infeksi maupun kanker.Bahkan penyakit-

penyakit inilah yang sering menjadi penyebab kematian penderita.Infeksi

yang timbul karena melemahnya kekebalan tubuh ini disebut infeksi

oportunistik.Sebagian besar penyakit infeksi yang timbul merupakan

reaktivasi (pengaktifan kembali) kuman yang sudah ada pada penderita,

jadi bukan merupakan infeksi baru.Sementara itu, untuk infeksi

parasit/jamur tergantung prevalensi parasit/jamur di daerah tersebut.

Berikut penyakit yang ditemukan pada penderita AIDS :

Kandidiasis oral dan esophagus,

Tuberkulosis paru/ekstrapulmoner,

Infeksi virus sitomegalo,

Pneumonia rekurens,

Ensefalitis toksoplasma,

Pneumonia P. Carinii,

Infeksi virus herpes simpleks

VIII. Pelaksanaan Tes Penyakit

Manifestasi Klinis

Kondisi yang ditetapkan sebagai AIDS (CDC, 1993 revisi):

1. Keganasan

o Sarkoma Kaposi (Sarkoma yang ditandai oleh sel anaplastik

yang besar atau raksasa)

Page 62: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

o Limfoma Burkitt (bentuk sel limfoma yang tidak membelah dan

kecil, biasanya ditemukan di Afrika, sering bermanifestasi

sebagai lesi osteolitik yang besar pada rahang atau sebagai

massa abdomen, virus Epstein-Bar telah dinyatakan sebagai

agen penyebab)

o Limfoma imunoblastik (tipe limfoma non Hodgking sangat

ganas, ditandai oleh limfoblas besar (limfoblas B atau limfoblas

T atau campuran) yang menyerupai histosit dan memiliki pola

infiltrasi difus)

o Limfoma primer pada otak

o Kanker leher rahim invasif (masuknya bahan asing ke dalam

tubuh)

o Ensefalopati (setiap penyakit degeneratif pada otak) yang

berhubungan dengan infeksi HIV

o Sindrom kelelahan karena infeksi HIV

o Penurunan imunitas yang hebat (CD4 < 200/ mm3)

2. Infeksi opportinistik

o Kandidosis (infeksi dengan jamur dari genus Candida, biasanya

Candida albicans, paling sering menyerang kulit, mukosa mulut,

sel pernafasan, vagina, jarang terdapat infeksi sistemik atau

endokarditis) pada bronkus, trakea atau paru

o Kandidosis pada esofagus

Page 63: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

o Kriptokokosis Ekstrapulmoner (Cryptococus neoformans yang

gemar menginfeksi otak dan meninges tetapi juga menginvasi

kulit dan bagian lain yang tidak berhubungan dengan paru-paru)

o Kriptosporidiosis pada usus bersifat kronis (lebih dari 1 bulan)

infeksi protozoa dari genus Cryptosporidium. Pada manusia

infeksi ini menimbulkan gejala yang jarang yaitu berupa

sindrome diare yang dapat sembuh sendiri pada penderita yang

daya kekebalan tubuhnya rendah, serta sebagai diare yang

berkelanjutan dan melemahkan tubuh, penurunan berat badan,

demam dan nyeri abdomen, yang kadang-kadang menyebar ke

trakea, dan cabang bronkial pada penderita yang daya

kekebalan rendah.

o Infeksi Cytomagalovirus (selain herpes, limpa, atau kelenjar

limfe) setiap kelompok herpes virus yang bersifat sangat

spesifik terhadap pejamu, menginfeksi manusia, monyet atau

binatang pengerat, yang menghasilkan sel-sel besar yang unik

dengan inklusi intranukleus, virus dapat menyebabkan berbagai

sindrom klinis.

o Infeksi Cytomagalovirus retinitis/radang retina (disertai

kehilangan visus)

o Herpes simpleks (ulkus kronis lebih dari 1 bulan, bronkitis,

peumonitis/radang paru, atau esofagitis/radang esofagus)

Penyakit virus akut yang ditandai oleh kelompok vesikel pada

Page 64: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

kulit sering pada perbatasan bibir tau lubang hidung (cold sores)

atau pada genital (genital herpes), sering menyertai demam.

o Histoplasmosis (diseminata atau ekstrapilmoner) infeksi

histoplasma capsulatum, umumnya asimptomatik, namun dapat

menimbulkan pneumonia akut atau penyakit seperti influenza

dengan difusi sendi.

o Isosporiasis/genus parasit sporozoa pada usus bersifat kronis

(lebih dari 1 bulan)

o Mycobacterium avium complex (MAC) atau M. kansasii

diseminata atau ekstrapulmoner.

o Pneumocystis carinii Pneumonia (PCP) merupakan agen

penyebab penyakit pneumonia sel plasma intertisial.

o Pneumonia rukerens radang paru-paru

o Leukoenselofalopati multifokal progresif Bentuk

leukoensefalopati yang disebabkan infeksi opportunistik sistem

saraf pusat oleh virus dengan proses demielinisasi yang

biasanya timbul di dalam hemisferium serebri serta jarang sekali

pada batang otak dan serebelum.

o Salmonella septikema rekurens Adanya bakteri Salmonella di

dalam darah yang menyebabkan toksin.

o Toksoplasmosis pada otak Penyakit hewan dan manusia

yang akut atau kronis, tersebar luas, disebabkan oleh

Toxoplasma gondii dan ditularkan oleh ookis pada kotoran

Page 65: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

kucing. Sebagian besar infeksi pada manusia bersifat

asimtomatik, bila gejala muncul, akan bekisar dari penyakit

ringan dan sembuh sendiri yang menyerupai mononukleosis

hingga penyakit fulminan dan diseminata yang dapat

membahayakan otak, mata, otot, hati dan paru.

Pemeriksaan penunjang

Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

1. Cara langsung, yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya dengan

menggunakan mikroskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah

satu cara deteksi antigen virus adalah dengan Polymerase Chain

Reaction (PCR). Penggunaan PCR antara lain untuk:

o Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi

sehingga menghambat pemeriksaan serologis

o Menetapkan suatu infeksi pada individu seronegatif

o Tes pada kelompok resiko tinggi sebelum terjadi riserokonversi

o Tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas ELISA untuk HIV-

2 rendah

2. Cara tidak langsung, yaitu dengan melihat respon zat anti spesifik.

Tes, misalnya:

o ELISA, sensitivitasnya tinggi (98,1-100%). Biasanya

memberikan hasil yang positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Hasil

positif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan West-ern blot.

Page 66: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

o Western blot, spesifisitas tinggi (99,6-100%). Namun,

pemeriksaan ini cukup sulit, mahal, dan membutuhkan waktu

sekitar 24 jam. Mutlak diperlukan untuk konfirmasi hasil

pemeriksaan ELISA positif

o Immunofluorescent ascay (IFA) menentukan lokasi

antigen/antibodi dalam potongan atau asupan jaringan dengan

pola fluoresensi yang timbul bila spesimen tersebut dipajankan

terhadap antibodi atau antigen spesifik yang ditandai dengan

fluorokrom (senyawa fluoresen sebagai zat warna yang

digunakan untuk menandai protein dengan label fluoresen.

o Radioimmunopraecipitation assay (RIPA)

Page 67: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Diagnosis

1. Diagnosis dini infeksi HIV

Diagnosis dini ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium

dengan petunjuk gejala klinis atau adanya perilaku beresiko tinggi.

Untuk diagnosis HIV, yanh lazim dipakai adalah ELISA,

Westernblot, dan PCR

2. Diagnosis AIDS

AIDS merupakan stadium akhir infeksi HIV. Pasien dinyatakan

sebagai AIDS bila dalam perkembangan infeksi HIV selanjutnya

menunjukkan infeksi dan kanker opportunistik yang mengancam

jiwa penderita. Selain itu, termasuk juga ensefalopati, sindrom

kelelahan yang berkaitan dengan AIDS dan hitungan CD4 <

200/mm3.

Page 68: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

IX. PENGOBATAN

Walau belum ada obat penyembuh AIDS, namun telah ditemukan

beberapa obat yang dapat menghambat infeksi HIV dan beberapa obat

yang secara efektif dapat mengatasi infeksi.Jadi sebagian besar masalah

klinik dapat diobati, kualitas hidup dapat diperbaiki dan harapan hidup

dapat ditingkatkan.

Pada umumnya pengobatan penderita AIDS dapat dibagi menjadi 3

yaitu pengobatan terhadap HIV, pengobatan terhadap infeksi oportunistik,

dan pengobatan pendukung seperti nutrisi, olahraga, tidur, psikososial,

dan agama.

SIKLUS HIDUP HIV DAN TEMPAT AKSI OBAT

Setelah seorang anak terinfeksi HIV, infeksi awal HIV terjadi ketika

virion berikatan dengan reseptor spesifik pada sel inang. Limfosit CD4 dan

makrofag merupakan sel-sel target primer dari HIV. Glikoprotein gp120

pada selubung permukaan virus berikatan dengan sel limfosit tersebut

dengan afinitas yang kuat.Ikatan gp120 terhadap CD4 sendiri tidak cukup

menghasilkan penetrasi virus, sehingga dibutuhkan reseptor sekunder

atau ko-reseptor.

Beberapa reseptor kemokin terutama reseptor CCR5 dan CXCR4

berperan sebagai reseptor sekunder yang memfasilitasi proses masuknya

virus. Peran reseptor-reseptor kemokin ini sebagai ko-faktor dalam

masuknya virus memperjelas pengertian mengenai proses masuknya

virus. Baik makrofag maupun limfosit T memerlukan ko-reseptor, dimana

Page 69: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

makrofag CCR5 merupakan ko-reseptornya, sedangkan CXCR4

merupakan ko-faktor bagi sel T. Terapi yang dikembangkan saat ini

bertujuan untuk menghambat fungsi kemokin tersebut sehingga

membantu mengurangi atau mencegah transmisi HIV.

Setelah melekat pada sel target, selubung virus kemudian berfusi

dengan membran sel inang sehingga virus dapat masuk.Fusi ke membran

ini difasilitasi oleh interaksi dengan protein selubung gp41. Penghambat

fusi (Fusion inhibitor) dikembangkan dengan tujuan yang spesifik yaitu

menghambat peran yang diperantarai gp41 dalam proses fusi. T-20

(Fuzeon) adalah penghambat fusi gp41 yang baru saja disetujui badan

pengawas obat Amerika. Terdapat beberapa obat yang masih dalam

tahap penelitian dengan target pada gp120, gp41, dan reseptor-reseptor

kemokin.

Setelah protein selubung virus berfusi dengan sel inang, virion HIV

mengalami internalisasi, RNA virus (2 rantai tunggal tiap virion) kemudian

diubah oleh enzim reversetranscriptase virus. Enzim ini memfasilitasi

produksi rantai deoxyribonucleic acid (DNA) komplementer yang akan

menjadi rantai ganda dan dibawa ke inti sel inang. Rantai ganda DNA

berikatan pada komplek pre-integrasi yang ditransfer melewati pori-pori

inti sel dan kemudian ditranslokasikan pada tempat yang berdekatan

dengan genom sel inang.Tiruan rantai ganda DNA kemudian

diintegrasikan ke dalam genom sel inang.Langkah ini membutuhkan

derivat enzim yaitu enzim integrase virus.Enzim reverse-transcriptase

Page 70: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

adalah polimerase DNA yang bergantung RNA yang berperan dalam

memulai sintesis rantai DNA dari RNA yang kemudian dicerna oleh RNA-

ase virus.Enzim reverse-transcriptase ini rentan membuat kesalahan, di

samping hal tersebut virus HIV juga kurang memiliki histon khusus yang

berfungsi memperbaiki enzim-enzim sehingga terjadi akumulasi

terbentuknya beberapa pasang basa yang salah selama replikasi HIV.

Ketidakakuratan dalam proses pengkodean ini mengakibatkan variasi

urutan nukleotida yang bervariasi antar strain yang menyebabkan

heterogenitas virus yang disebut ”quasispecies mixture”. Enzim reverse-

transcriptase merupakan target dari penghambat nukleosida, nukleotida,

dan non-nukleosida. Penghambat integrase HIV merupakan tujuan

berikutnya dari penelitian yang dilakukan untuk mengatasi infeksi HIV.

Aktivasi sel inang menghasilkan RNA HIV baru, yang sebagian

ditranslasikan menjadi ngenom dan sebagian ditranslasikan menjadi

poliprotein HIV.Poliprotein ini dipecah oleh enzim virus menjadi komponen

pengatur dan struktural yang kemudian berada disekitar RNA HIV genom

yang muncul dari sel inang.Enzim protease HIV berperan menyelesaikan

pemecahan poliprotein menjadi protein yang berfungsi secara penuh

sehingga menghasilkan virion HIV baru yang matur dan infeksius.

Langkah terakhir ini merupakan langkah yang penting dalam infeksi HIV

dan merupakan target dari obat antiretroviral yaitu sebagai penghambat

protease (protease inhibitor).

Page 71: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Siklus hidup dan tempat aksi obat antiretroviral terlihat pada gambar

di bawah ini:

Penatalaksanaan

1. Medikamentosa

Page 72: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Peningkatan survival pada pasien dengan manifestasi klinis dapat

dicapai dengan diagnosis dini, pemberian zidopudin, pengobatan

komplikasi, serta penggunaan antibiotik sebagai profilaksis secara luas,

khususnya untuk pneumonia karena P. Carinii.

a. Infeksi dini

CDC menyarankan pemberian antirettriviral pada keadan

asimtomatik bila CD4 < 300/mm3, dan CD4 < 500/mm3 pada

keadaan simtomatik. Obat-obatan:

Zidovudin (ZDV) merupakan analog nukleosida yang telah

terbukti menurunkan angka kematian, insidens infeksi

oportunistik, dan gejala-gejala umum pada pasien AIDS yang

telah muncul gejala klinis. Zidovudin ini bekerja dengan cara

menghambat replikasi HIV dengan menghambat kerja enzim

reverse transkriptase. Obat ini menekan P24 antigenamia, dan

memproduksi modest biasanya transient, meningkatkan hitung

CD4.

CDC telah menyarankan pemakaian obat ini untuk infeksi HIV.

Volberding menyarankan pemberian ZDV bila hitungan CD4 <

500/mm3 tanpa melihat ada tidaknya gejala. Dosis yang

diberikan 500 – 600 mg/hari, pemberian 100 mg/4 jam sewaktu

penderita terjaga

Efek sampinya yang timbul antara lain anemia dan

neutropenia/penurunan jumlah leukosit neutrofilik di dalam

Page 73: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

darah, gangguan gastrointestinal, dan pada penggunaan jangka

panjang dapat terjadi miopati/ setiap penyakit otot dan

masuknya virus dengan strain yang telah berkurang

sensitivitasnya.

Didanosis (DDI), digunakan bila penderita tidak toleran terhadap

ZDV, atau sebagai pengganti bila zdv sudah amat lama

digunakan, atau bila pengobatan dengan ZDV tidak

menunjukkan hasil.

Dosis 2 x 100 mg/12 jam (BB < 60 kg) atau 2 x 125 mg/12 jam

( BB > 60 kg).

b. Profilaksis

Indikasi pemberian profilaksis untuk Pneumocystis carinii

pneumonlae (PCP) ialah bila CD4 < 200/ mm3, terdapat

kandidosis/infeksi jamur dari genus candida oral yang berlangsung

lebih dari 2 minggu, atau pernah mengalami infeksi PCP di masa

lalu. Sedangkan profilaksis pada tuberkulosis diberikan bila tes kulit

PPD 5 mm dengan indurasi.

c. Stadium lanjut

Pada stadium ini banyak yang dapat terjadi, umumnya infeksi

oportunistik yang mengancam jiwa. Oleh karena itu diperlukan

penanganan multidisipliner. Obat yang dapat diverikan adalah ZVD

Page 74: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

dengan dosis awal 1000 mg/hari dalam 4 – 5 kali pemberian (BB 70

kg).

d. Pada fase terminal, yakni sudah tak teratasi, pengobatan yang

diberikan hanya simtomatik dengan tujuan pasien merasa cukup

enak, dari rasa mual dan sesak, mengatasi infeksi yang ada, dan

mengurangi rasavvjn cemas

2. Nonmedikamentosa (upaya tanpa obat)

o Pendidikan kepada kelompok yang beresiko terkena AIDS

o Anjuran bagi yang telah terinfeksi virus ini untuk tidak

menyumbangkan darah, organ atau cairan semen, dan

mengubah kebiasaan seksualnya guna mencegah terjadinya

penularan

o Skrining darah donor terhadap adanya antibodi HIV.

Mekanisme Pengobatan dan Prognosis

AIDS sampai sekarang biasanya berakhir dengan kematian.

Jumlah kematian sejak diketahui berkisar antara 50-89% dalam jangka

waktu 3 tahun. Pengobatan untuk penyembuhan sampai sekarang belum

ada. Obat yang masih dalam taraf percobaan, misalnya HPA-23 di

Perancis, Voscarnet di Swedia dan Canada, Suramin. Obat yang paling

akhir terbukti dapat memperlambat laju penyakit adalah Sidovudin (A.Z.T.)

Semua infeksi oportunistik pada penderita AIDS pada umumnya

dapat diobati terutama bila dimulai sedini-dininya.

Page 75: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Prinsip Pengobatan

Pengobatan AIDS dapat dibagi :

1. Pengobatan suportif

Tujuan pengobatan ini ialah untuk meningkatkan keadaan umum

pasien. Pengobatan ini terdiri atas pemberian gizi yang sesuai, obat

sistemik, serta vitamin. Disamping itu perlu diupayakan psikossosial agar

pasien dapat melakukan aktivitas seperti semula.

2. Pengobatan infeksi opportunistik

Pola infeksi oportunistik biasanya sesuai dengan pola mikroba yang

ada di lingkungan pasien. Di negeri kita yang sering dijumpai adalah

infeksi jamur, tuberkulosis, toksoplasma/genus sporozoa yang merupakan

parasit intraseluler pada banyak organ dan jaringan burung dan mamalia

termasuk manusia, herpes, dan sitomegalovirus. Karena kekebalan tubuh

pasien amat menurun, diperlukan obat yang lebih kuat dan waktu

pengobatan yang lebih lama. Sebagian infeksi oportunistik seperti PCP

dan Sitomegalovirus memerlukan pengobatan pemeliharaan. Acapkali

pasien juga menderita 2-3 infeksi oportunistik sekaligus. Obat yang dapat

digunakan dalam pengobatan infeksi oportunistik dapat dilihat dalam tabel

di bawah ini :

Page 76: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Infeksi Terapi

Kandidiasis esofagus Flukonazol

TuberkulosisRifampisin, INH, Ethambutol, Pirazinamid,

Streptomysin

MACKlaritromycin, Ethambutol, Rifabutin,

Cyprofroksasim

ToksoplasmosisPirimetamin, Sulfadiazin, Asam Folat,

Klimdamysin

Sitomegalovirus Gencyklovir, Foskamed

Herpesimpleks Asiklovir

Herpes Zoster Asiklovir

PCP Kotrimokzasol

Pengobatan kanker yang terkait AIDS yaitu linfoma malignum,

sarkoma kaposi, dan karsinoma serviks infasif disesuaikan dengan

standar terapi penyakit kanker.

Mekanisme kerja obat

1. Rifabutin

Adalah derifat baru dengan khasiat mirip rifapim. Obat ini terutama

digunakan pada pasien HIV poritif. Rifabutin digunakan untuk profilaksis

dan terapi dari infeksi M. Avium complex (MAC) pada pasien dengan

sistem imun menurun. Misalnya pada penderita AIDS.

2. Flukonazol

Flukonazol umumnya dapat ditoleeansi dengan baik. Gangguan

saluran cerna merupakan efek samping yang paling banyak ditemukan.

Reaksi alergi pada kulit, eosinofilia, sindrom Stevens Johnsons, gangguan

Page 77: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

faal hati sementara dan trombositopenia dijumpai pada penderita AIDS.

Flukonazol berguna untuk mencegah relaps meningitis oleh kriptokokus

pada penderita AIDS setelah pengobatan dengan amfoterisin B. Obat ini

juga efektif untuk pengobatan kandidiasis mulut dan tenggorokan pada

penderita AIDS.

3. Rifampisin

Mekanisme kerja: Rifampisin terutama aktif terhadap sel yang sedang

bertumbuh, kerjanya menghambat DNA-dependent RNA polemerase dari

mikobakteria dan mikroorganisme lain dengan menekan mula

terbentuknya (bukan pemanjangan) rantai dalam sintesis RNA. Inti RNA

polymerase dari berbagai sel eukaryotik tidak mengikat rifampisin dan

sintesis RNAnya tidak dipengaruhi. Rifampisin dapat menghambat sintesis

RNA mitokondria mamalia tetapi diperlukan kadar yang lebih tinggi

daripada kadar untuk penghambatan pada kuman.

4. Ethambutol

Etambutol telah berhasil digunakan dalam pengobatan tuberkulosis

dan menggantiukan tempat asam para amino salisilat. Manfaatnya yang

utama dalam paduan terapi tuberkulosis ialah mencegah timbulnya

resistensi kuman terhadap antituberkulosis lain.

5. Pirazinamid

Aktivitas antibakteri . Pirazinamid di dalam tubuh dihidrolisis oleh

enzim pirazinamidase menjadi asam pirazinoat yang aktif sebagai

Page 78: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

tuberkulostatik hanya pada media yang bersifat asam. Mekanisme

kerjanya belum diketahui.

6. INH

Mekanisme kerja: belum diketahui mekanisme kerjanya tetapi ada

beberapa hipotesis yang diajukan, diantara efek pada lemak, biosintesis

asam nukleat, dan glikolisis. Ada pendapat bahwa efek utamanya ialah

menghambat biosintesis asam mikolat yang merupakan unsur penting

dinding sel mikobakterium, isoniazid kadar rendah mencegah

perpanjangan ranai asam lemak yang sangat panjang yang merupakan

bentuk awal molekul asam mikolat. Isoniazid menghilangkan sifat asam

dan menurunkan jumlah lemak yang terekstraksi oleh metanol dari

mikobakterium. Hanya kuman peka yang menyerap obat ke dalam selnya,

dan ambilan ini merupakan proses aktif.

7. Streptomysin

Untuk infeksi tuberkulosis dan infeksi kuman gram negatif.

Penggunaan streptomisin sudah sangat terdesak

8. Klaritromicyn

Klaritromisin jufga digunakan untuk indikasi yang sama seperti

eritromisin. Secara invitro, obat ini adalah makrolid yang paling aktif

terhadap Chyamidia trachomatis.Klaritromisin juga meningkatkan kadar

teofilin dan karbamazepin bila diberikan bersama obat-obat tersebut.

9. Pirimetamin

Page 79: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Mekanisme kerja: Pirimetamin menghambat enzim dihidrofolat

reduktase plasmodia pada kadar yang jauh lebih rendah daripada yang

diperlukan untuk menghambat enzim yang sama pada manusia. Enzim ini

bekerja dalam rangkaian reaksi sintesis purin, sehingga

penghambatannya menyebabkan gagalnya pembelahan inti pada

pertumbuhan skizon dalam hati. Kombinasi dengan sufonamid

memperlihatkan sinergisme karena keduanya mengganggu sintesis purin

pada tahap yang berurutan. Dalam kombinasi ini hanya diperlukan dosis

yang jauh lebih kecil untuk kedua komponen. Berkembangnya galur yang

resisten terhadap kedua obat pun akan dicegah atau diperlambat dengan

kombinasi ini.

10.Zulfadiazin

Mekanisme kerja: Kuman memerlukan PABA (P-aminobenzoic acid)

untuk membentuk asam folat yang digunakan untuk sintesis purin dan

asam-asam nukleat. Sulfonamid merupakan penghambat bersaiing PABA.

Efek antibakteri sulfonamid dihambat oleh adanya darah, nanah, dan

jaringab nekrotik, karena kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang

dalam media yang mengandung basa purin dan timidin.

Sel-sel mamalia tidak dipengaruhi oleh sulfonamid karena

menggunakan folat jadi terdapat dalam makanan (tidak mensintesis

sendiri senyawa tersebut)

Dalam proses sintesis asam folat, bila PABA digantikan oleh

sulfonamid, maka akan terbentuk analog asam folat yang tidak fungsional.

Page 80: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

11.Asam folat

Merupakan prekursor inaktif dari beberapa koenzim yang berfungsi

pada transfer unit karbon tungga. Mula-mula folat reduktase mereduksi

PmGA menjadi THFA. THFA yang terbentuk bertindak sebagai akseptor

berbagai unit karbon tunggal dan selanjutnya memindahkan unit ini

kepada zat-zat yang memerlukan. Beberapa reaksi penting yang

memerlukan. Berbagai reaksi penting yang menggunakan unit karbon

tunggal adalah: 1) sintesis purin melalui pembentukan asam inosianat. 2.)

Sintesis nukleotida pirimidin melalui metilasi asam deoksiuridilat menjadi

asam timidilat. 3) Interkonversi beberapa asam amino misalnya antara

serin dengan glisin, histidin dengan asam glutamat, homosistein dengan

metionin.

12.Klindamicyn

Walaupun beberapa infeksi kokus gram positif dapat diobati dengan

klindamisin, penggunaan obat ini harus dipertimbangkan baik-baik karena

mungkin menimbulkan kolitis. Klindamisin terutama bermanfaat untuk

infeksi kuman anaerobik.

13.Gancyclovir

Untuk kasus infeksi CMC yang mengancam jiwa atau penglihatan

pasien. Untuk ritinitis karena CMV.

14.Asiklovir

Page 81: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

Mekanisme kerja: asiklovir diambil secara selektif oleh sel yang

terinfeksi virus herpes. Untuk mengaktifkan asiklovir, obat ini harus diubah

dahulu ke bentuk monofosfat oleh timidin kinase milik virus tersebut.

Afinitas asiklovir terhadap timidin kinase asal virus herpes ini 200 x lebih

besar dari yang asal sel manusia atau mamalia. Setelah terbentuk

asiklovir monofosfat (asiklo GMP), fosforilasi berikutnya dilakukan dengan

enzim dari hospes menjadi asiklo-GDP dan terakhir asiklo-GTP. Bentuk

akhir inilah yang secara selektif menghambat DNA polimerase virus

dengan berkompetisi terhadap desoksiguanosin-trifosfat. Selain itu asiklo-

GTP juga diinkorporasi ke dalam DNA virus yang sedang memanjang

yang menyebabkan terminasi biosintesis rantai DNA-virus. Resistensi

alamiah terhadap beberapa strain dari virus herpes simpleks dan varizela

zooster jarang, tetapi dapat timbul bila strain itu merupakan mutan

defisiensi timidin kinase.

15.Kotromokzazol

Mekanisme kerja : aktivitas antibakteri kotrimoksasol berdasarkan atas

kerjanya pada 2 tahap yang berurutan dalam reaksi enzimatik untuk

membentuk asam tetrahidrofolat. Sulfonamid menghambat masuknya

PABA kedalam molekul asam folat dan trimetoprim menghambat

terjadinya reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat.

Tetrahidrofolat penting untuk reaksi- reaksi pemindahan satu atom C,

seperti pembentukan basa purin (adenin, timidin dan guanin) dan

beberapa asam amino (metionin, glisin). Sel-sel mamalia menggunakan

Page 82: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

folat jadi tidak mensintesis senyawa tersebut. Trimetoprim menghambat

enzim dihidrofolat reduktase mikroba secara sanagat selektif . Hal ini

sangat penting karena enzim tersebut juga terdapat pada sel mamalia.

GOLONGAN OBAT ANTIRETROVIRAL

Sampai saat ini terdapat 21 jenis obat antiretroviral yang

diakui penggunaannya pada orang dewasa dengan HIV.Dua belas di

antaranya disetujui penggunaannya pada anak. Obat-obat ini terbagi

dalam 5 kelas yang berbeda yaitu nucleoside reverse transcriptase

inhibitors (NRTI), nucleotide reverse transcriptase inhibitors (NtRTI),

non-nucleoside reversetranscriptase inhibitors (NNRTI), protease

inhibitors (PI), dan fusion inhibitors.

1. Golongan nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTI) yang

tersedia yaitu: zidovudin (ZDV, AZT), didanosin (ddI), stavudin

(d4T), lamivudin (3TC), emtricitabin (FTC), abacavir (ABC), dan

zalcitabin (ddC).

2. Golongan nucleotide reverse transcriptase inhibitors (NtRTI) yang

tersedia hanya tenofovir (TDF). Tenovofir berbeda dengan

nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTI) karena

mengandung sebuah gugus fosfat (sehingga fosforilasi awal yang

dibutuhkan untuk aktivasi NRTI tidak dilalui prosesnya). Akan

tetapi, obat ini baru disetujui penggunaannya pada orang dewasa,

pada anak belum disetujui karena masih dalam penelitian.

Page 83: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

3. Golongan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTI)

yang tersedia yaitu: delavirdin (DLV), efavirenz (EFV), dan

nevirapin (NVP). Obat yang sudah digunakan pada anak adalah

nevirapin dan efavirenz.

4. Golongan protease inhibitors (PI) yang tersedia yaitu: nelfinavir

(NFV), ritonavir (RTV), lopinavir/ritonavir (LVP/r), dan amprenavir

(AMP). Indinavir (IDV) direkomendasikan dengan pertimbangan

pada anak-anak yang sudah dapat menelan kapsul. Saquinavir

(SQV/r), atazanavir, fosamprenavir, dan tipranavir tidak digunakan

pada anak anak karena efikasi dan keamanannya belum diketahui.

5. Golongan fusion inhibitors yang tersedia adalah enfuvirtid (T-20).

Penggunaannya pada pasien dengan infeksi HIV pada usia lebih

dari 6 tahun karena pada umur di bawah tersebut efikasi dan

keamanannya belum diketahui.

Page 84: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim,2009, Media Informasi Obat dan Penyakit, http://www.medicastore.com diakses tanggal 14 Juni 2009

2. ISFI, 2007,ISO Indonesia, Volume 42, Penerbit Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia

3. Sweetman SC (Ed), 2007, Martindale: The Complete Drug Reference. London: Pharmaceutical Press. Electronic version

4. Katzung,Bertram, 2006, Basic and Clinical Pharmacology, 10th edition, McGraw Hill, San Francisco. Electronic version.

5. Ian Tanu, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

6. Sukandar E.Y dkk, 2008, ISO Farmakoterapi. Penerbit PT. ISFI, Jakarta.

7. Yudhi N, 2009, Resep Obat Tradisional Indonesia, Available from : http //Influenza/selesma/flu._resep tardisional.

8. Angon C, 2009, Resep Kuno Pengobatan Influenza dan Selesma, Available from : Resep Obat Kuno _ Saluran Pernafasan.

9. Muftadi I, 2009, Selesma & Influenza, Available from : http //Research and Education Drug’s for Community,

10.Tjay, T.H., dkk, 2002, Obat-Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi kelima, Cetakan Pertama, PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

11.Wijayakusuma H., 2007, Mencegah dan Mengatasi Pilek secara Alami,Available from : http//Pocket CBN_Cyberhealth Hembing.

12.Muftadi I, 2009, Selesma & Influenza, Available from : http //Research and Education Drug’s for Community

Page 85: Makalah Klp. I- Influenza, Flu Burung, Flu Babi, Hepatitis, Dan HIV AIDS

13.Schachter Niel, M,D, 2006, Panduan Bijak Mengatasi Flu dan Selesma, PT.Bhuana Ilmu Populer, Jakarta

14.Tjokronegoro Arjatmo, Ph. D dan dr.Hendra Utama, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit Fakultas Kedikteran Universitas Indonesia, Jakarta

15. Rehan. Kenali Flu Babi dan Diri Anda. [serial on the internet]. 2008. [Diakses tanggal 03 Oktober 2010]. Available from: http//techniquestips.com

16. Klinik Sehat. Apakah flu babi itu?. [serial on the internet]. 2009. [Diakses tanggal 03 Oktober 2010]. Available from: http//www.kliniksehat.com

17. International Swine Flu Conference. [serial on the internet]. 2009. [Diakses tanggal 03 Oktober 2010]. Available from: http//www.New-Fields.com/ISFCNe

18.Tjay T. H. Dan Kirana Rahardja. Obat-Obat Penting edisi 6. PT.Elex Media Komputindo Gramedia. Jakarta. 2007. Hal. 637-641

19. VINCENT L.L., B.H. JANKE, P.S. PAUL and P.G. HALBUR, 1997. A

monoclonal antibody based immunohistochemical method for the detection of

swine influenza virus in formalin fixed, paraffin embedded tissues. J. Vet.

Diag. Invest. 9: 191-195

20. HAINES D.M., E.H.WATERS, and E.G. CLARK, 1993.

Immunohistochemical detection of swine influenza A virus in formalin-fixed

and paraffin-embedded tissues. Canadian J. of Vet. Research 57, 1: 33-36.

21. OLSEN C.W., L. BRAMMER, B.C. EASTERDAY, N. ARDEN, E.

BELAY, I. BAKER and N.J. COX, 2002. Serologic Evidence of H1 Swine

Influenza Virus Infection in Swine Farm Residents and Employees. Emerging

Infectious Diseases. (8) 8: 814-819

22. Sufriati, T. Mengenal Penyakit Influenza Babi. Balai Penelitian Veteriner.

Bogor. Hal : 102-107