Upload
desy-amelia-miranti
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI
Disusun Oleh :
Fibriana (135020301111005)
Desy Amelia M. (135020301111009)
Brahwidi Wananda W. (135020307111006)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
DEFINISI KEPEMIMPINAN
Ada berbagai definisi berbeda mengenai kepemimpinan, tetapi definisi umum
dari kepemimpinan ini adalah kemamuan untuk memengaruhi suatu kelompok
menuju pencapaian sebuah visi atau tujuan yang ditetapkan. Selain definisi
tersebut ada banyak ahli yang mendeskripsikan kepemimpinan diantaranya:
- Stephen P.Robbins (1991)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota
agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Kepemimpinan dapat menentukan
apakah suatu organisasi mampu mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
Kepemimpinan merupakan rangkaian kegiatan penataan yang diwujudkan
sebagai kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu
agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
- George R. Terry (1998)
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin,
mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
- G. U. Cleetondan C. W Mason (1934)
Kepemimpinan menunjukkan kemampuan mempengaruhi orang-orang dan
mencapai hasil melalui himbauan emosional dan ini lebih baik dibandingkan
dengan penggunaan kekuasaan.
- Tannenbaum, Weschler, & Massarik (1961)
Keemimpinan adalah pengaruh pribadi, yang dijalankan dalam situasi tertentu,
serta diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian satu atau
beberapa tujuan tertentu.
- F. I. Munson ” The Management of Man ”
Kepemimpinan sebagai kemampuan/kesanggupan untuk menangani atau
menggarap orang-orang sedemikian rupa untuk mencapai hasil yang sebesar-
besarnya dengan sekecilnya mungkin pergesekan dan sebesar-sebesarnya.
Dari pengertian menurut para ahli diatas, maka kami simpulkan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok
guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan.
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
1. Teori Sifat
- Teori sifat kepemimpinan merupakan teori-teori yang mempertimbangkan
berbagai sifat dan karakteristik pribadi yang membedakan para pemimpin
dari mereka yang bukan pemimpin.
- Teori ini, yang sering disebut juga dengan teori “greatman”, menyatakan
bahwa seorang itu dilahirkan membawa atau tidak membawa cirri/sifat
(traits) yang diperlukan seorang pemimpin.
- Pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat, sebab individu yang lahir telah
membawa cirri-ciri tertentu. Kepemimpinan adalah suatu fungsi dari
kualitas seorang dari suatu individu, bukan dari situasi, teknologi atau
dukungan masyarakat. Hal ini mengandung pengertian dasar bahwa
penelitian-penelitian kepemimpinan selalu condong menyebut bahwa
individu adalah sumber kegiatan-kegiatannya.
2. Teori Perilaku
- Teori perilaku kepemimpinan adalah teori-teori yang mengemukakan
bahwa beberapa perilaku tertentu membedakan pemimpin dari mereka
yang bukan pemimpin.
- Keruntuhan pendekatan sifat mengakibatkan para peneliti tidak lagi
mencoba untuk mencari jawaban tentang sifat-sifat pemimpin yang
efektif, tetapi mencoba untuk menentukan apa yang dilakukan oleh para
pemimpin efektif atau dengan kata lain bagaimana perilaku para
pemimpin yang efektif, sebagai contoh apakah mereka lebih demokratis
daripada otorik
- Melalui pendekatan perilaku ini, tidak hanya diharapkan untuk
memberikan jawaban yang lebih pasti mengenai kepemimpinan. Tetapi
hal inipun akan memberikan implikasi yang berbeda dengan pendekatan
kesifatan, pemimpin pada dasarnya dianggap dilahirkan, sehingga jika
pendekatan ini berhasil, kita akan mendapatkan suatu dasar untuk
menyeleksi/menempatkan orang yang cocok/tepat untuk posisi yang
pemimpin. Tetapi jika pendekatan perilaku berhasil, mengidentifikasikan
perilaku-perilaku tertentu yang diperagakan oleh seorang pemimpin yang
berarti kita dapat melatih orang-orang untuk menjadi pemimpin.
3. Teori Kontingensi
- Model kepemimpinan kontingensi dikembangkan oleh Fiedler. Model
kepemimpinan kontingensi mengemukakan bahwa prestasi kelompok
tergantung interaksi antara gaya kepemimpinan dengan kadar
menguntungkan/tidaknya situasi. Kepemimpinan dipandang sebagai suatu
hubungan yang didasarkan atas kekuasaan dan pengaruh.
- Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : pertama,pada tingkat manakah
situasi menyediakan kekuasaan dan pengaruh yang diperlukan pemimpin
agar efektif,dan seberapa menguntungkan faktor situasi
tersebut;kedua,sejauh mana pemimpin dapat meramalkan dampak
gayanya atas perilaku dan prestasi bawahnya.
- Tiga faktor penting dalam pendekatan ini adalah hubungan pemimpin
dengan anggota,struktur tugas dan otoritas pada suatu situasi. Faktor
hubungan pemimpin-anggota mengacu pada kadar
keyakinan,kepercayaan,rasa hormat para pengikut terhadap
pemimpinyang bersangkutan. Variabel situasional ini mencerminkan
penerimaan pengikut kepada pemimpin. Struktur tugas mencakup
masalah untuk mencapai tujuan,kesahihan keputusan,kerincian
keputusn. Otoritas pada suatu posisi menunjukan kekuasaan yang melekat
pada posisi kepemimpinan untuk melakukan pekerjaan tertentu.
- Fiedler telah meneliti keefektifan orientasi kepemimpinan seseorang
dihubungkan dengan menguntungkan/tidaknya situasi. Orientasi
kepemimpinan seseorang dibedakan antara berorientasi tugas atau
kepemipinan seseorang yang mengendalikan dengan berorientasi
hubungan manusiawi atau kepemimpinan pasif.
4. Teori Kelompok
- Teori kelompok kepemimpinan (group theory of leadership)
dikembangkan atas dasar ilmu psikologi sosial.
- Teori ini menyatakan bahwa untuk pencapaian tujuan-tujuan kelompok
harus ada pertukaran positif antara bawahan dengan pemimpinnya.
- Kepemimpinan merupakan suatu proses pertukaran (exchange process)
antara pemimpin dan pengikutnya yang juga melibatkan konsep
sosiologis tentang peranan yang diharapkan kedua belah pihak.
- Penelitian psikologis sosial digunakan untuk membantu penerapan
konsep pertukaran dan peranan tersebut pada proses kepemimpinan.
5. Teori Situasional
- Dimulai pada tahun 1940-an, para ahli psikologi sosial melakukan
penelitian untuk mencari variabel-variabel situasional yang berpengaruh
pada peranan kepemimpinan, skill dan perilaku serta terhadap
pelaksanaan dan kepuasan kerja para bawahannya.
- Fred Fiedler telah mengajukan sebuah model dasar situasional bagi
efektivitas kepemimpinan, yang dikenal dengan contingency model of
leadership effectiveness. Model ini menjelaskan hubungan antara gaya
kepemimpinan dan situasi yang menguntungkan/menyenangkan.
Situasi-situasi tersebut digambarkan oleh Friedler dalam tiga dimensi
empiris, yaitu :
1. Hubungan pimpinan anggota
2. Tingkat dalam struktur tugas
3. Posisi kekuasaan pemimpin yang didapatkan melalui wewenang
formal
Situasi-situasi itu menguntungkan bagi pemimpin bila ketiga dimensi
diatas adalah berderajat tinggi. Bila situasi terjadi sebaliknya maka akan
sangat tidak menguntungkan bagi pemimpin. Atas dasar penemuannya,
Fiedler berkeyakinan bahwa situasi menguntungkan yang
dikombinasikan dengan gaya kepemimpinanakan menentukan efektivitas
pelaksanaan kerja kelompok.
6. Teori Path – Goal
- Teori Path-Goal dikemukakan oleh Robert House (1974). Teori ini sendiri
merupakan salah satu pendekatan situasional (kontingensi) yang
menggunakan konsep – konsep dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
para peneliti dari Ohio State University. Para peneliti dari Ohio State
University mengidentifikasikan dua kelompok perilaku yang
mempengaruhi efektivitas kepemimpinan struktur pemrakasaan dan
pertimbangan.
- Esensi dari teori ini adalah bahwa seorang pemimpin mempunyai tugas
untuk membantu bawahannya dalam pencapaian tujuan-tujuan dan
menyediakan petunjuk dan/dukungan yang diperlukan untuk memastikan
bahwa tujuan-tujuan tersebut sering sejalan dengan tujuan kelompok atau
organisasi secara keseluruhan.
TEORI KEPEMIMPINAN KONTEMPORER
1. Kepemimpinan Kharismatik
Karisma merupakan sebuah atribusi yang berasal dari proses interaktif antara
pemimpin dan para pengikut. Atribut-atribut karisma antara lain rasa percaya
diri, keyakinan yang kuat, sikap tenang, kemampuan berbicara dan yang lebih
penting adalah bahwa atribut-atribut dan visi pemimpin tersebut relevan dengan
kebutuhan para pengikut. Berbagai teori tentang kepemimpinan karismatik telah
dibahas dalam kegiatan belajar ini. Teori kepemimpinan karismatik dari House
menekankan kepada identifikasi pribadi, pembangkitan motivasi oleh pemimpin
dan pengaruh pemimpin terhadap tujuan- tujuan dan rasa percaya diri para
pengikut. Teori atribusi tentang karisma lebih menekankan kepada identifikasi
pribadi sebagai proses utama mempengaruhi dan internalisasi sebagai proses
sekunder. Teori konsep diri sendiri menekankan internalisasi nilai,identifikasi
sosial dan pengaruh pimpinan terhadap kemampuan diri dengan hanya member
peran yang sedikit terhadap identifikasi pribadi. Sementara itu, teori penularan
sosial menjelaskan bahwa perilaku para pengikut dipengaruhi oleh pemimpin
tersebut mungkin melalui identifikasi pribadi dan para pengikut lainnya
dipengaruhi melalui proses penularan sosial. Pada sisi lain, penjelasan psiko
analitis tentang karisma memberikan kejelasan kepada kita bahwa pengaruh dari
pemimpin berasal dari identifikasi pribadi dengan pemimpin tersebut.
Karisma merupakan sebuah fenomena. Ada beberapa pendekatan yang dapat
digunakan oleh seorang pemimpin karismatik untuk merutinisasi karisma
walaupun suka runtuk dilaksanakan. Kepemimpinan karismatik memiliki
dampak positif maupun negative terhadap para pengikut dan organisasi.
2. Kepemimpinan Transformasional
Pemimpin pentransformasi (transforming leaders) mencoba menimbulkan
kesadaran para pengikut dengan mengarahkannya kepada cita-cita dan nilai-nilai
moral yang lebih tinggi. Burns dan Bass telah menjelaskan kepemimpinan
transformasional dalam organisasi dan membedakan kepemimpinan
transformasional, karismatik dantransaksional. Pemimpin transformasional
membuat para pengikut menjadi lebih peka terhadap nilai dan pentingnya
pekerjaan, mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi
dan menyebabkan para pengikut lebih mementingkan organisasi. Hasilnya adalah
para pengikut merasa adanya kepercayaan dan rasa hormat terhadap pemimpin
tersebut, serta termotivasi untuk melakukan sesuatu melebihi dari yang
diharapkan darinya. Efek-efek transformasional dicapai dengan menggunakan
karisma, kepemimpinan inspirasional, perhatian yang diindividualisasi serta
stimulasi intelektual. Hasil penelitian Bennis dan Nanus, Tichy dan Devanna
telah memberikan suatu kejelasan tentang cara pemimpin transformasional
mengubah budaya dan strategi-strategi sebuah organisasi. Pada umumnya, para
pemimpin transformasional memformulasikan sebuah visi, mengembangkan
sebuah komitmen terhadapnya, melaksanakan strategi-strategi untuk mencapai
visi tersebut, dan menanamkan nilai-nilai baru.
TANTANGAN-TANTANGAN BAGI PEMBENTUKAN KEPEMIMPINAN
a) Kepemimpinan sebagai suatu atribusi
Teori atribusi kepemimpinan (attribution theory of leadership)menyatakan
bahwa kepemimpinan adalah atribut yang dibuat orang atas orang lain. Teori ini
menunjukkan bahwa orang menganggap pemimpin memiliki sifat-sifat seperti
kecerdasan, kepribadian yang menyenangkan, keahlian verbal yang kuat,
agresifitas, pemahaman, ketekunan, atau bahkan keteguhan pada keputusan yang
telah ditetapkan. Pada tingkatan organisasi, kerangka atribusi berkaitan dengan
kondisi menggunakan kepemimpinan untuk menjelaskan hasil-hasil
organisasional. Hal ini membantu menjelaskan rawannya CEO (dan pegawai
negara tingkat tinggi) untuk dipersalahkan bila organisasi menderita kemunduran
finansial ataupun cenderung diberi penghargaan untuk hasil-hasil keuangan yang
positif. Sejalan dengan teori atribusi kepemimpinan, hal penting untuk dikatakan
sebagai pemimpin yang efektif adalah memproyeksikan tampilan menjadi
seorang pemimpin dan bukan berfokus pada pencapaian aktual.
b) Subtitusi dan penetralisasi kepemimpinan
Banyak kesuksesan atau kegagalan organisasi disebabkan oleh faktor-
faktor di luar pengaruh kepemimpinan, selain itu pemimpin tidak selalu memiliki
pengaruh terhadap para pengikutnya. Penetralisasi membuat perilaku pemimpin
tidak mungkin menghasilkan perbedaan pada pengikutnya. Sedangkan substitusi
membuat pengaruh pemimpin menjadi tidak perlu.
MENEMUKAN DAN MENCIPTAKAN PEMIMPIN YANG EFEKTIF
a. Seleksi
Untuk dapat menemukan pemimpin yang efektif seleksi dapat dilakukan.
Seleksi dapat dimulai dengan meninjau pengetahuan, keahlian dan kemampuan
yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan secara efektif. Tes kepribadian juga
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi sifat-sifat terkait dengan kepemimpinan-
ekstrovert, sifat teliti dan keterbukaan pada pengalaman.
b. Pelatihan
Cara yang dapat dilakukan untuk mencitakan pemimpin yang efektif
adalah dengan melakukan pelatihan, karena: 1. pelatihan kepemimpinan akan
cenderung lebih berhasil dengan pengawasan diri sendiri yang tinggi, para
individu dapat dilatih untuk memiliki fleksibilitas untuk dapat mengubah
perilaku mereka, 2. Organisasi dapat menjalankan keahlian implementasi. 3. Kita
dapat mengajarkan keahlian seperti membangun kepercayaan dan
pendampingan, 4. Pelatihan dan perilaku melalu pemodelan latihan-latihan daat
meningkatkan kemampuan perorangnan untuk memperlihatkan kualitas
kepemimpinan yang karismatik.