Click here to load reader
Upload
dhita-eka-risdiyanti
View
113
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan adalah profesi unik, profesi yang menangani respon manusia dalam
menghadapi masalah kesehatan, dan secara esensial menyangkut kebutuhan dasar
manusia, ini menempatkan art and science sama pentingnya. Teori dan keterampilan
keperawatan diaplikasikan pada manusia kadang-kadang kurang bias diprediksi
(hasilnya). Ini terjadi bukan karena sains keperawatan tidak precise tetapi lingkup
garapan keperawatan adalah respon manusia dan tidak ada ketentuan bahwa perilaku
manusia akan sama dihadapkan pada stimulus yang sama.
Human side dari keperawatan inilah yang disebut art atau kiat. Nursing art
berkenaan denagn ketrampilan-ketrampilan tehnis atau prosedur-prosedur tertentu sebagai
bagian dari upaya keperawatan untuk membantu klien mengatasi masalah kesehatannya
dan memenuhi kebutuhan dasarnya. Perawat harus dapat mengkaji kapan suatu data
menjadi indikasi adanya masalah, dan perlakuan seperti apa untuk mengatasi masalah
tersebut. Oleh karenanya tehnik problem solving yang dikenal dengan proses keperawatan
harus dikuasai karena ini merupakan bagian integral dari praktek keperawatan.
Keperawatan pada dasarnya adalah human science and human care ; dan caring
menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia
yang berbeda dari manusia lainnya (Watson,1985)
Konsep-konsep diatas , human science and human care dan atau art and
science hanya akan dikenal dan dirasakan konsumen keperawatan melalui perwujudan
praktek keperawatan, dan untuk itu dibutuhkan telaah tentang lingkup lingkup praktek
keperawatan. Pada tulisan kali ini dikemukakan telaah lingkup praktek keperawatan
medikal-bedah:substansi praktek keperawatan.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Membantu mahasiswa memahami berbagai trend dan isu keperawatan sehingga dapat
dikembangkan dalam tatanan layanan keperawatan.
1
2. Tujuan Khusus
a. Untuk membantu mahasiswa mengetahui polemic keperawatan
b. Untuk membantu mahasiswa persepsi keliru di masyarakat terhadap perawat
c. Untuk membantu mahahiswa mengetahui dan memahami peran dan fungsi
perawat
d. Untuk mengetahui penyebab profesi perawat di pandang rendah oleh profesi lain
e. Untuk membantu mahasiswa mengetahui dan memahami factor penyebab
rendahnya peran perawat professional
f. Untuk membantu mahasiswa dalam mmemahami cara mengatasi masalah tren
keperawatan mandiri masa kini
C. PEMBATASAN MASALAH
Mengingat terbatasnya waktu yang disediakan, maka pada makalah ini penulis
hanya membicarakan tentang “Konflik Tren Keperawatan Mandiri Masa Kini”.
D. RUMUSAN MASALAH
Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh bahan atau sumber-sumber
pembahasan dari berbagai media yang ada, antara lain seperti internet dan beberapa buku
cetak yang ada. Kemudian kami saling menghubungkan satu sama lain dalam
pembahasan sehingga menjadi karangan lengkap, objektif dan akurat.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Pada penyajian makalah ini akan kami sajikan terdiri dari empat bagian.
Bab I Pendahuluan.
Bab II Permasalahan.
Bab III Pembahasan
Bab IV Penutup
2
BAB II
PERMASALAHAN
A. POLEMIK KEPERAWATAN
Perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, keluarga, kelompok maupun
individu. Hal ini menyebabkan perawat selalu menjadi pusat perhatian dari masyarakat
maupun pasien yang dirawatnya. Mengikuti perkembangan perawatan dunia, para
perawat menginginkan perubahan yang mendasar dalam kegiatan profesinya. Kalau
tadinya hanya membantu tugas pelaksanaan tugas dokter, yang menjadi bagian dari upaya
pencapaian tujuan asuhan medis, kini mereka, menginginkan pelayanan keperawatan
mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan.
Pola pendidikanpun mulai berkembang pesat, bilamana dulu perawat sebagaian
besar adalah lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) yang setara dengan tingkat
pendidikan SMA, kini telah sejajar dengan pendidikan tinggi setara D III (Akademi
Keperawatan), Sarjara(SI Keperawatan) dan bahkan sampai pada tingkat Magister (S2,S3,
Keperawatan). Tuntutan tanggungjawab dan tugaspun mulai bergeser yang dulu perawat
hanya sebagai perpanjangan Langan dari dokter untuk merawat pasien selama 24 jam,
kini tuntutan itu sudah menjadi tanggungjawab profesi perawatan secara mandiri yang
tentunya mempunyai konsekuensi terhadap perawat tentang tanggungjawab dan tanggung
gugat, baik dari pasien, dokter, maupun profesi kesehatan lainya, dan bahkan kadang
harus mempertanggungjawabkan dirinya baik secara perdata maupun pidana di
pengadilan akibat kesalahan tindakan terhadap pasien maupun malpraktik yang terjadi
atas diri perawat itu, maupun bersama-sama dengan profesi kesehatan lainya, seperti
dokter, X-ray technician, Laboratorium Technician.
Walaupun Perawat mempunyai Induk organisasi Keperawatan PPNI, namun jika
terjadi kasus-kasus yang berhubungan dengan perawat ternyata masih belum mampu
membantu banyak penyelesaian yang dihadapi perawat, hal ini memyebabkan
perlindungan terhadap perawat masih sangat rendah, dikarenakan masih belum adanya
Undang-undang yang mengatur perlindungan terhadap perawat. Ternyata resiko-resiko
yang dihadapi oleh perawat tidak hanya berhenti sampai disitu saja tentunya karena
3
perawat sebagai tenaga pelayanan keperawatan yang berada 24 jam disamping pasien
juga menghadapi berbagai resiko kesehatan akan terjadinya infeksi silang berbagai
macam penyakit dari pasien maupun kejadian kecelakaan kerja akibat pekerjaanya seperti
tertusuk jarum, nyeri pungung sehubungan dengan pekerjaan mengangkat dan
memindahkan pasien, bed making dan bahkan sampai HNP (Hernia Nucleons Pulposus)
yang berakibat kelumpuhan.
Ternyata tanggungjawab dan resiko yang diemban perawat masih belum
sebanding dengan upah yang mereka terima rata-rata berkisar antara 400 rb – l jt rupiah,
yang mana masih jauh dibawah UMP (Upah Minimum Propinsi) yang salah satu contoh
untuk DKI Jakarta berkisar 711.843 rupiah (sumber Direktorat Pengupahan, Jamsos dan
Kesejahteraan, 2005), yang mana upah ini diberikan terhadap para pekerja yang bekerja
dipabrik-pabrik. Sungguh ironis memang, sebuah profesi yang dituntut memberikan
pelayanan kesehatan yang maksimal ternyata mendapatkan penghargaan yang masih jauh
dari harapan. Keadaan ini terjadi karena DEPKES sebagai Depatemen yang membawahi
berbagai profesi kesehatan tidak memiliki standar upah yang diberikan terhadap tenaga
kesehatan, akhirnya yang menjadi standar adalah rumah sakit maupun layanan kesehatan
dimana perawat bekerja yang hal ini sangat bervariasi tergantung kemampuan keuangan
rumah sakit maupun layanan kesehatan, yang berakibat semaunya saja menggaji para
karyawan dan bahkan memberikan standar gaji yang sangat rendah, lebih rendah dari
standar UMP.
Ketidak cukupan upah inilah yang walaupun bukan faktor utama, akhirnya para
perawat tedebak dalam kegiatan "klinical practice", yang ilegal, yang mau tidak mau
mereka, harus melakukannya karena tuntutan ekonomi dan kebutuhan sehari-hari yang
memang harus dipenuhi yang tidak dapat dicukupi dari upah yang diterimanya. Lalu yang
menjadi pertanyaan, sampai kapankah keadaan ini harus terjadi, padahal keperawatan di
Indonesia bahkan lebih dulu dari negara tetangga semisal Malaysia yang sudah mampu
memberikan upah yang memadai bagi tenaga profesional kesehatan. Haruskan perawat
akan terjebak terus dengan "clinikal practice" yang ilegal, atau haruskah semua perawat
Indonesia EXSODUS ke Luar Negeri seperti yang dilakukan oleh sebagaian perawat
Philipine,yang menyebabkan kekurangan Perawat di Philipine Tentunya, tidak berharap
demikian jika Departemen Kesehatan mampu memberikan standar upah yang lebih layak,
sehingga mereka akan tetap bekerja di Indonesia dengan anak dan keluarganya, yang
akan mampu memenuhi program pemerintah dalam misinya SEHAT DI TAHUN 2010,
namun seandainya pemerintah tidak mampu lagi, bekerja di Luar Negeri tampaknya akan
4
menjadi pilihan maupun trend Perawat Masa Depan Indonesia Trend Dan Isu
Keperawatan Di Indonesia. Salah satu masalah kesehatan yang menonjol di Indonesia
semenjak otonomi daerah adalah kasus gizi buruk. Salah satu cara pemerintah untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan revitalisasi untuk menghidupkan
kembali konsep Posyandu melalui konsep Desa Siaga. Kebijakan pemerintah ini dapat
mengalami hambatan untuk diwujudkan karena tidak melibatkan perawat untuk ambil
bagian dari desa siaga, tersebut, yang disebabkan kurangnya pemahaman pemerintah
dalam mengeluarkan kebijakan tersebut atau memang sengaja pemerintah untuk tidak
melibatkan perawat. Padahal dengan adanya spesialisasi keperawatan komunitas dan
keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik
perawat tenaga keperawatan dapat memberikan kontribusi yang maksimal dalam
penyukseskan program desa siaga.
B. PERSEPSI KELIRU DI MASYARAKAT
Saat ini masih terjadi persepsi yang keliru di masyarakat tentang profesi
keperawatan di Indonesia. Persepsi keliru itu terjadi karena kesalahan informasi yang
mereka terima dan kenyataan di lapangan. Kondisi ini didukung pula dengan kebudayaan
dan kebiasaan-kebiasaan perawat seperti mengambilkan stetoskop, tissue untuk para
dokter. Masih banyak para perawat. yang tidak percaya diri ketika berjalan dan
berhadapan dengan dokter. Paradigma ini harus dirubah, mengikuti perkembangan
keperawatan dunia. Para perawat menginginkan perubahan mendasar dalam kegiatan
profesinya. Kalau tadinya hanya, membantu pelaksanaan tugas dokter, menjadi bagian
dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka menginginkan pelayanan
keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan.
Institusi pendidikan keperawatan sangat bertanggungjawab dan berperan penting
dalam rangka, melahirkan generasi perawat yang berkualitas dan berdedikasi. Pemilik dan
pengelola insititusi pendidikan keperawatan yang sama sekali tidak memiliki pemahaman
yang cukup tentang keperawatan baik secara disiplin ilmu atau profesi dapat menjadi
penyebab rendahnya mute lulusan dari pendidikan keperawatan yang ada. Hal ini dapat di
ukur dengan kalah bersaingan para Perawat Indonesia bila di bandingkan dengan negara-
negara lain seperti Philipina dan India. Pemicu yang paling nyata adalah karena, dalam
system pendidikan keperawatan. kita masih menggunakan "Bahasa Indonesia" sebagai
pengantar dalam proses pendidikan. Hal tersebut yang membuat Perawat kita kalah
5
bersaing di tingkat global. Disisi lain dengan berkembangnya pola pelayanan kesehatan di
Indonesia memberikan kesempatan pada perawat untuk memperluas peran dan fungsinya,
sehingga perlu ditunjang dengan latar belakang jenjang pendidikan tinggi dalam bidang
keperawatan termasuk pendidikan spesialistik, sehingga mampu bekerja pada berbagai
tatanan pelayanan kesehatan.
Isu hangat di berbagai pertemuan keperawatan baik regional maupun nasional
adalah isu tentang jasa keperawatan. Hal ini merupakan kebutuhan mendesak, karena
dapat menimbulkan dampak series, seperti penurunan mute pelayanan, meningkatnya
keluhan konsumen, ungkapan ketidakpuasan perawat lewat unjuk rasa dan sebagainya.
Isu ini jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat
menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan
jasa pelayanan kesehatan, menghambat perkembangan rumah sakit serta menghambat
upaya pengembangan dari keperawatan sebagai profesi. Hal ini juga terkait dengan
kesiapan Indonesia menghadapi AFTA 2003.
6
BAB III
PEMBAHASAN
A. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT
Peran Perawat
Perawat berperan dalam meningkatkan kesehatan dan pencegahan penyakit, serta
memandang klien secara komprehensif. Peran perawat sebagai fungsi dengan keterkaitan
berbagai peran seperti pemberi perawatan, membuat keputusan klinik, pelindung dan
advokat ,manejer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik (Potter dan Perry, 2005
hal: 286)
1. Pemberi Perawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan
kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Proses penyembuhan lebih dari
sekedar sembuh dari penyakit tertentu . Perawat memfokuskan asuhan pada
kebutuhan kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya mengembalikan kesehatan
emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien dan
keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan
menggunakan energi dan waktu yang minimal (Potter dan Perry, 2005 hal:286)
2. Pembuat Keputusan Klinis
Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan
keahliannya berpikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan
keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi pasien, pemberian perawatan dan
mengevaluasi hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan menetapkan
pendekatan terbaik bagi tiap klien. Perawat membuat keputusan itu sendiri atau
berkolaborasi dengan klien, keluarga dan berkonsultasi dengan profesi kesehatan yang
lainnya (Potter dan Perry, 2005 hal:286)
3. Pelindung dan Advokat Klien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang
aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
7
melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan.
Sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum,
serta membantu klien dalam menyatakan haknya bila dibutuhkan. Membela hak klien
yang menolak suatu tindakan (Potter dan Perry, 2005 hal:286)
4. Manejer Kasus
Perawat berperan mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan. Serta
mengatur waktu kerja dan sumber yang tersedia di tempat kerjanya. Sebagai manejer,
perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan juga
mengawasi tenaga kesehatan lainnya (Potter dan Perry, 2005 hal: 287)
3. Rehabilitator
Perawat berperan sebagai rehabilitator, dimana rehabilitasi merupakan proses
dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau
kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan klien. Mengembalikan peran dan
fungsi klien terhadap lingkungannya dengan memberi motivasi agar klien dapat
beradaptasi dengan keterbatasannya (Potter dan Perry, 2005 hal:287)
4. Komunikator
Peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat yang
lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien, keluarga klien, antara sesama
perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Kualitas
komunikasi merupakan faktor yang penting dalam memenuhi kebutuhan individu
keluarga dan komunitas (Potter dan Perry, 2005 hal:287)
5. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data
tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur, menilai apakah klien mengerti
dengan penjelasan perawat dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat
menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
klien serta melibatkan keluarga (Potter dan Perry, 2005 hal:287)
6. Pendidik
8
Peran perawat pendidik bekerja terutama di sekolah keperawatan, departemen
pengembangan staf dan departemen pendidikan klien. Perawat pendidik mempunyai
latar belakang pengalaman klinis yang memberikan mereka keahlian klinis dan
pengetahuan teoritis. Perawat pendidik di sekolah keperawatan menyiapkan peserta
didiknya untuk berfungsi sebagai perawat, dan secara umum memiliki spesialisasi
klinis dibidang tertentu dan pengalaman klinis.
Perawat pendidik di departemen pengembangan staf memberikan program
pendidikan bagi perawat yang bekerja di institusinya. Program ini meliputi orientasi
karyawan baru, kursus asuhan perawatan kritis, pengenalan alat-alat baru dan
prosedur penggunaannya. Untuk departemen pendidikan klien, perawat berfokus
pada mengajarkan klien yang sakit atau yang tidak mampu, juga pada keluarga untuk
perawatan dirumah (Potter dan Perry, 2005 hal:287)
9. Administrator
Perawat sebagai administrator berfungsi untuk pengaturan dana, tenaga kerja,
program perencanaan strategi dan pelayanan, evaluasi pegawai dan pengembangan
pegawai (Potter dan Perry, 2005 hal:287)
10. Peneliti
Perawat peneliti menggali masalah untuk meningkatkan asuhan keperawatan
dan untuk mendefenisikan lebih jauh dan memperluas cakupan praktek keperawatan.
Perawat peneliti dapat bekerja dilingkungan akademik, rumah sakit, dan komunitas
(Potter dan Perry, 2005 hal:287)
11. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator melakukan kolaborasi dengan yang lain
untuk mencapai tujuan yang sama. ini adalah suatu proses dalamsebuah lingkungan
yang saling menghargai dan kooperatif. Kolaborasi seharusnya selalu menjadi
suatu gaya dalam berinteraksi antara perawat kesehatan komunitas dengan klien dan
sama pentingnya peran operawat ketika perawat berfungsi sebagai bagian dari sebuah
tim. Meskipun berkolaborasi dengan seorang individu, sebuah keluarga, sebuah
agensi, atau sebagai bagian dari sebuah tim, perawat kesehatan komunitas terlibat
dalam sebuah pembuatan keputusan bersama berhubungan dengan aksi yang paling
tepat untuk dilakukan untuk memecahkan masalah (Hitchcock, 2003)
9
12. Konselor
Konseling pada levelpaling dasarnya adalah sebuah proses menolong klien
untuk memilih solusi yang tepat untuk masalah mereka. Klien pada umumna mencari
konseling ketika mereka tidak mampu untuk membuat keputusan mengenai kesehatan
atau masalah pribadi. Konseling melibatkan eksplorasi perasaan dan perilaku pada
bagian klien dan langsung kepada menolong pemahaman klien mengenai pemahaman
dirinya sendiri. Perawat kesehatan komunitas memiliki peran penting sebagai
konselor (Hitchcock, 2003)
Fungsi Perawat
Ada tiga jenis fungsi perawat dalam melaksanakan perannya, yaitu;
1. Dependen, yaitu melaksanakan pekerjaan dengan bantuan orang lain atau
ketergantungan. Maksud bergantung adalah melakukan tugasnya berdasarkan anjuran
atau delegasi dari perawat lain yang bekerja sama menangani klien dalam mencapai
satu tujuan tertentu dalam satu departemen.
2. Independen, yaitu melaksanakan pekerjaan dengan mandiri. Melakukan tugasnya
berdasarkan data hasil analisis pemikiran kritis yang diperoleh dari pengkajian primer
atau secara langsung
3. Interdependen, yaitu melaksanakan pekerjaan dengan berkolaborasi dengan pihak lain
atau antar departemen. Melakukan tugasnya berdasarkan instrksi ataupun delegasi
yang diberikan.
B. PENYEBAB PROFESI PERAWAT DI PANDANG RENDAH OLEH PROFESI
LAIN
Hal yang terjadi di lapangan sangat memilukan, banyak sekali rekan-rekan
Perawat yang melakukan "Praktek Pelayanan Kedokteran dan Pengobatan" yang sangat
tidak relevan dengan ilmu keperawatan itu sendiri. Hal tersebut telah membuat profesi
Perawat di pandang rendah oleh profesi lain. Banyak hal yang menyebabkan hal ini
berlangsung berlarut-larut antara lain :
a. Kurangnya kesadaran diri dan pengetahuan dari individu perawat itu sendiri.
b. Tidak jelasnya aturan yang ada serta tidak tegasnya komitmen penegakan hokum
di Negara Republik Indonesia.
10
c. Minimnya pendapatan secara financial dari rekan-rekan perawat secara umum
d. Kurang peranya organisasi profesi dalam membantu pemecahan permasalah.
tersebut.
e. Rendahnya pengetahuan masyarakat, terutama di daerah yang masih menganggap
bahwa Perawat juga tidak berbeda dengan "DOKTER" atau petugas kesehatan
yang lain (Muhammad, 2005)
C. PENYEBAB RENDAHNYA PERAN PERAWAT PROFESIONAL
Banyak faktor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat
professional di Indonesia, diantaranya :
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985
pendidikan S 1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat
pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., (standart bentuk praktik keperawatan,
lisensi)
D. CARA MENGATASI MASALAH
Menurut Muhammad (2005) dan kompas (2001), Ada beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk mengatasi masalah tenaga perawat yang menganggur, antara lain:
1. Mengembangkan praktik mandiri keperawatan secara berkelompok maupun individu
untuk konsultasi, melakukan kunjungan rumah, hospice care untuk pasien terminal
2. Perawat bisa bekerja di perusahaan untuk menjaga kesehatan pekerja dan kecelakaan
kerja
3. Perawat dapat melakukan dan terlibat secara aktif dalam melakukan riset dan
penelitian di bidang keperawatan
4. Pemerintah memfasilitasi dan menggalakkan penempatan tenaga perawat di luar
negeri bagi perawat yang memenuhi kualifikasi.
11
5. Memberi sangsi kepada rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan yang
memberikan gaji di bawah standar.
Pada akhirnva keperawatan yang bermutu adalah suatu bentuk pelayanan yang
mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasien sebagai pelanggan. Untuk
mencapainya Perawat dapat memulai dari dirinya sendiri. Perawat harus bekerja sesuai
standar praktek pelayanan keperawatan sesuai wewenang dan tangung jawabnya, selalu
berupaya mengembangkan diri melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan
serta sistem jenjang karir.
Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal dan teknikal, perawat di
Indonesia juga harus mempunyai otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung
resiko, bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya,
termasuk dalam melakukan dan mengatur dirinya sendiri.
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi,
pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional
keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa
transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat
tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai
macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang
berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka
kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan
hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok lanjut usia serta penyakit degenerative.
Pada masyarakat yang menuju ke arah modern, terjadi peningkatan kesempatan
untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih
kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang
kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional.
Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan
dapat memenuhi standar global internasional dalam memberikan pelayanan
kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan
12
teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan
menguasi perkembangan Iptek.
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan
akan berdampak negatif terhadap mute pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan
kesehatan "sehat untuk semua pada tahun 2010", maka solusi yang harus ditempuli
adalah:
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting, dalam pengembangan perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan. sarana serta prasarana penunjang pendidikan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan
sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik
keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di
lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta
kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan
organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat
dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan
tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu
menghidupi anggotanya, melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan
masa depan yang lebih baik serta meningkat.
Kornitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik
secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat
penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai professional yang
melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam :
1. Nilai intelektuala
13
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari :
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan
memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp dan Walters (1989)
pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral
dan tanggung jawab etik. Aspek moral yang hares menjadi landasan perilaku perawat
adalah
a. Beneficience
Selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan
yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya,
keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memperlakukan klien sebagai individu
yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu),
selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen
moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
d. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan
tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan
diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka.
Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung
jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya sendiri begitu pula sebagai
14
pengatur dan penentu diri sendiri. Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau
pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada
kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan
tanggung jawab anggota profesi. Tanggung gugat berarti perawat bertanggung
jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya terhadap klien.
BAB IV
15
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perawat berperan dalam meningkatkan kesehatan dan pencegahan penyakit, serta
memandang klien secara komprehensif. Peran perawat sebagai fungsi dengan keterkaitan
berbagai peran seperti pemberi perawatan, membuat keputusan klinik, pelindung dan
advokat ,manejer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik (Potter dan Perry, 2005
hal: 286).
Pola pendidikanpun mulai berkembang pesat, bilamana dulu perawat sebagaian
besar adalah lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) yang setara dengan tingkat
pendidikan SMA, kini telah sejajar dengan pendidikan tinggi setara D III (Akademi
Keperawatan), Sarjara(SI Keperawatan) dan bahkan sampai pada tingkat Magister (S2,S3,
Keperawatan). Tuntutan tanggungjawab dan tugaspun mulai bergeser yang dulu perawat
hanya sebagai perpanjangan Langan dari dokter untuk merawat pasien selama 24 jam,
kini tuntutan itu sudah menjadi tanggungjawab profesi perawatan secara mandiri yang
tentunya mempunyai konsekuensi terhadap perawat tentang tanggungjawab dan tanggung
gugat
Namun ternyata tanggungjawab dan resiko yang diemban perawat masih belum
sebanding dengan upah yang mereka terima rata-rata. Ketidak cukupan upah inilah yang
walaupun bukan faktor utama, akhirnya para perawat tedebak dalam kegiatan "klinical
practice", yang ilegal, yang mau tidak mau mereka, harus melakukannya karena tuntutan
ekonomi dan kebutuhan sehari-hari yang memang harus dipenuhi yang tidak dapat
dicukupi dari upah yang diterimanya.
B. SARAN
1. Sebagai perawat kita harus mengetahui polemic keperawatan
2. Sebagai perawat kita juga harus mempunyai kornitmen guna memberikan pelayanan
keperawatan yang bermutu baik secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain
16