24

Click here to load reader

makalah kepemimpinan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalah kepemimpinan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keperawatan adalah profesi unik, profesi yang menangani respon manusia dalam

menghadapi masalah kesehatan, dan secara esensial menyangkut kebutuhan dasar

manusia, ini menempatkan  art and science  sama pentingnya. Teori dan keterampilan

keperawatan diaplikasikan pada manusia kadang-kadang kurang bias diprediksi

(hasilnya). Ini terjadi bukan karena sains keperawatan tidak precise tetapi lingkup

garapan keperawatan adalah respon manusia dan tidak ada ketentuan bahwa  perilaku

manusia akan sama dihadapkan pada stimulus yang sama.

Human side  dari keperawatan inilah yang disebut  art  atau kiat. Nursing art

berkenaan denagn ketrampilan-ketrampilan tehnis atau prosedur-prosedur tertentu sebagai

bagian dari upaya keperawatan untuk membantu klien mengatasi masalah kesehatannya

dan memenuhi kebutuhan dasarnya. Perawat harus dapat mengkaji kapan suatu data

menjadi indikasi adanya masalah, dan perlakuan seperti apa untuk mengatasi masalah

tersebut. Oleh karenanya tehnik problem solving yang dikenal dengan proses keperawatan

harus dikuasai karena ini merupakan bagian integral dari praktek keperawatan.

Keperawatan pada dasarnya adalah  human science and human care ; dan caring

menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia

yang berbeda dari manusia lainnya (Watson,1985)

Konsep-konsep diatas , human science and human care   dan   atau  art and

science hanya akan dikenal dan dirasakan konsumen keperawatan melalui perwujudan

praktek keperawatan, dan untuk itu dibutuhkan  telaah  tentang lingkup  lingkup praktek

keperawatan. Pada tulisan kali ini dikemukakan telaah lingkup praktek  keperawatan

medikal-bedah:substansi praktek keperawatan.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Membantu mahasiswa memahami berbagai trend dan isu keperawatan sehingga dapat

dikembangkan dalam tatanan layanan keperawatan.

1

Page 2: makalah kepemimpinan

2. Tujuan Khusus

a. Untuk membantu mahasiswa mengetahui polemic keperawatan

b. Untuk membantu mahasiswa persepsi keliru di masyarakat terhadap perawat

c. Untuk membantu mahahiswa mengetahui dan memahami peran dan fungsi

perawat

d. Untuk mengetahui penyebab profesi perawat di pandang rendah oleh profesi lain

e. Untuk membantu mahasiswa mengetahui dan memahami factor penyebab

rendahnya peran perawat professional

f. Untuk membantu mahasiswa dalam mmemahami cara mengatasi masalah tren

keperawatan mandiri masa kini

C. PEMBATASAN MASALAH

Mengingat terbatasnya waktu yang disediakan, maka pada makalah ini penulis

hanya membicarakan tentang “Konflik Tren Keperawatan Mandiri Masa Kini”.

D. RUMUSAN MASALAH

Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh bahan atau sumber-sumber

pembahasan dari berbagai media yang ada, antara lain seperti internet dan beberapa buku

cetak yang ada. Kemudian kami saling menghubungkan satu sama lain dalam

pembahasan sehingga menjadi karangan lengkap, objektif dan akurat.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Pada penyajian makalah ini akan kami sajikan terdiri dari empat bagian.

Bab I Pendahuluan.

Bab II Permasalahan.

Bab III Pembahasan

Bab IV Penutup

2

Page 3: makalah kepemimpinan

BAB II

PERMASALAHAN

A. POLEMIK KEPERAWATAN

Perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari

pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, keluarga, kelompok maupun

individu. Hal ini menyebabkan perawat selalu menjadi pusat perhatian dari masyarakat

maupun pasien yang dirawatnya. Mengikuti perkembangan perawatan dunia, para

perawat menginginkan perubahan yang mendasar dalam kegiatan profesinya. Kalau

tadinya hanya membantu tugas pelaksanaan tugas dokter, yang menjadi bagian dari upaya

pencapaian tujuan asuhan medis, kini mereka, menginginkan pelayanan keperawatan

mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan.

Pola pendidikanpun mulai berkembang pesat, bilamana dulu perawat sebagaian

besar adalah lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) yang setara dengan tingkat

pendidikan SMA, kini telah sejajar dengan pendidikan tinggi setara D III (Akademi

Keperawatan), Sarjara(SI Keperawatan) dan bahkan sampai pada tingkat Magister (S2,S3,

Keperawatan). Tuntutan tanggungjawab dan tugaspun mulai bergeser yang dulu perawat

hanya sebagai perpanjangan Langan dari dokter untuk merawat pasien selama 24 jam,

kini tuntutan itu sudah menjadi tanggungjawab profesi perawatan secara mandiri yang

tentunya mempunyai konsekuensi terhadap perawat tentang tanggungjawab dan tanggung

gugat, baik dari pasien, dokter, maupun profesi kesehatan lainya, dan bahkan kadang

harus mempertanggungjawabkan dirinya baik secara perdata maupun pidana di

pengadilan akibat kesalahan tindakan terhadap pasien maupun malpraktik yang terjadi

atas diri perawat itu, maupun bersama-sama dengan profesi kesehatan lainya, seperti

dokter, X-ray technician, Laboratorium Technician.

Walaupun Perawat mempunyai Induk organisasi Keperawatan PPNI, namun jika

terjadi kasus-kasus yang berhubungan dengan perawat ternyata masih belum mampu

membantu banyak penyelesaian yang dihadapi perawat, hal ini memyebabkan

perlindungan terhadap perawat masih sangat rendah, dikarenakan masih belum adanya

Undang-undang yang mengatur perlindungan terhadap perawat. Ternyata resiko-resiko

yang dihadapi oleh perawat tidak hanya berhenti sampai disitu saja tentunya karena

3

Page 4: makalah kepemimpinan

perawat sebagai tenaga pelayanan keperawatan yang berada 24 jam disamping pasien

juga menghadapi berbagai resiko kesehatan akan terjadinya infeksi silang berbagai

macam penyakit dari pasien maupun kejadian kecelakaan kerja akibat pekerjaanya seperti

tertusuk jarum, nyeri pungung sehubungan dengan pekerjaan mengangkat dan

memindahkan pasien, bed making dan bahkan sampai HNP (Hernia Nucleons Pulposus)

yang berakibat kelumpuhan. 

Ternyata tanggungjawab dan resiko yang diemban perawat masih belum

sebanding dengan upah yang mereka terima rata-rata berkisar antara 400 rb – l jt rupiah,

yang mana masih jauh dibawah UMP (Upah Minimum Propinsi) yang salah satu contoh

untuk DKI Jakarta berkisar 711.843 rupiah (sumber Direktorat Pengupahan, Jamsos dan

Kesejahteraan, 2005), yang mana upah ini diberikan terhadap para pekerja yang bekerja

dipabrik-pabrik. Sungguh ironis memang, sebuah profesi yang dituntut memberikan

pelayanan kesehatan yang maksimal ternyata mendapatkan penghargaan yang masih jauh

dari harapan. Keadaan ini terjadi karena DEPKES sebagai Depatemen yang membawahi

berbagai profesi kesehatan tidak memiliki standar upah yang diberikan terhadap tenaga

kesehatan, akhirnya yang menjadi standar adalah rumah sakit maupun layanan kesehatan

dimana perawat bekerja yang hal ini sangat bervariasi tergantung kemampuan keuangan

rumah sakit maupun layanan kesehatan, yang berakibat semaunya saja menggaji para

karyawan dan bahkan memberikan standar gaji yang sangat rendah, lebih rendah dari

standar UMP.

Ketidak cukupan upah inilah yang walaupun bukan faktor utama, akhirnya para

perawat tedebak dalam kegiatan "klinical practice", yang ilegal, yang mau tidak mau

mereka, harus melakukannya karena tuntutan ekonomi dan kebutuhan sehari-hari yang

memang harus dipenuhi yang tidak dapat dicukupi dari upah yang diterimanya. Lalu yang

menjadi pertanyaan, sampai kapankah keadaan ini harus terjadi, padahal keperawatan di

Indonesia bahkan lebih dulu dari negara tetangga semisal Malaysia yang sudah mampu

memberikan upah yang memadai bagi tenaga profesional kesehatan. Haruskan perawat

akan terjebak terus dengan "clinikal practice" yang ilegal, atau haruskah semua perawat

Indonesia EXSODUS ke Luar Negeri seperti yang dilakukan oleh sebagaian perawat

Philipine,yang menyebabkan kekurangan Perawat di Philipine Tentunya, tidak berharap

demikian jika Departemen Kesehatan mampu memberikan standar upah yang lebih layak,

sehingga mereka akan tetap bekerja di Indonesia dengan anak dan keluarganya, yang

akan mampu memenuhi program pemerintah dalam misinya SEHAT DI TAHUN 2010,

namun seandainya pemerintah tidak mampu lagi, bekerja di Luar Negeri tampaknya akan

4

Page 5: makalah kepemimpinan

menjadi pilihan maupun trend Perawat Masa Depan Indonesia Trend Dan Isu

Keperawatan Di Indonesia. Salah satu masalah kesehatan yang menonjol di Indonesia

semenjak otonomi daerah adalah kasus gizi buruk. Salah satu cara pemerintah untuk

mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan revitalisasi untuk menghidupkan

kembali konsep Posyandu melalui konsep Desa Siaga. Kebijakan pemerintah ini dapat

mengalami hambatan untuk diwujudkan karena tidak melibatkan perawat untuk ambil

bagian dari desa siaga, tersebut, yang disebabkan kurangnya pemahaman pemerintah

dalam mengeluarkan kebijakan tersebut atau memang sengaja pemerintah untuk tidak

melibatkan perawat. Padahal dengan adanya spesialisasi keperawatan komunitas dan

keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik

perawat tenaga keperawatan dapat memberikan kontribusi yang maksimal dalam

penyukseskan program desa siaga.

B. PERSEPSI KELIRU DI MASYARAKAT

Saat ini masih terjadi persepsi yang keliru di masyarakat tentang profesi

keperawatan di Indonesia. Persepsi keliru itu terjadi karena kesalahan informasi yang

mereka terima dan kenyataan di lapangan. Kondisi ini didukung pula dengan kebudayaan

dan kebiasaan-kebiasaan perawat seperti mengambilkan stetoskop, tissue untuk para

dokter. Masih banyak para perawat. yang tidak percaya diri ketika berjalan dan

berhadapan dengan dokter. Paradigma ini harus dirubah, mengikuti perkembangan

keperawatan dunia. Para perawat menginginkan perubahan mendasar dalam kegiatan

profesinya. Kalau tadinya hanya, membantu pelaksanaan tugas dokter, menjadi bagian

dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka menginginkan pelayanan

keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan.

Institusi pendidikan keperawatan sangat bertanggungjawab dan berperan penting

dalam rangka, melahirkan generasi perawat yang berkualitas dan berdedikasi. Pemilik dan

pengelola insititusi pendidikan keperawatan yang sama sekali tidak memiliki pemahaman

yang cukup tentang keperawatan baik secara disiplin ilmu atau profesi dapat menjadi

penyebab rendahnya mute lulusan dari pendidikan keperawatan yang ada. Hal ini dapat di

ukur dengan kalah bersaingan para Perawat Indonesia bila di bandingkan dengan negara-

negara lain seperti Philipina dan India. Pemicu yang paling nyata adalah karena, dalam

system pendidikan keperawatan. kita masih menggunakan "Bahasa Indonesia" sebagai

pengantar dalam proses pendidikan. Hal tersebut yang membuat Perawat kita kalah

5

Page 6: makalah kepemimpinan

bersaing di tingkat global. Disisi lain dengan berkembangnya pola pelayanan kesehatan di

Indonesia memberikan kesempatan pada perawat untuk memperluas peran dan fungsinya,

sehingga perlu ditunjang dengan latar belakang jenjang pendidikan tinggi dalam bidang

keperawatan termasuk pendidikan spesialistik, sehingga mampu bekerja pada berbagai

tatanan pelayanan kesehatan.

Isu hangat di berbagai pertemuan keperawatan baik regional maupun nasional

adalah isu tentang jasa keperawatan. Hal ini merupakan kebutuhan mendesak, karena

dapat menimbulkan dampak series, seperti penurunan mute pelayanan, meningkatnya

keluhan konsumen, ungkapan ketidakpuasan perawat lewat unjuk rasa dan sebagainya.

Isu ini jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat

menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan

jasa pelayanan kesehatan, menghambat perkembangan rumah sakit serta menghambat

upaya pengembangan dari keperawatan sebagai profesi. Hal ini juga terkait dengan

kesiapan Indonesia menghadapi AFTA 2003.

6

Page 7: makalah kepemimpinan

BAB III

PEMBAHASAN

A. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT

Peran Perawat

Perawat berperan dalam meningkatkan kesehatan dan pencegahan penyakit, serta

memandang klien secara komprehensif. Peran perawat sebagai fungsi dengan keterkaitan

berbagai peran seperti pemberi perawatan, membuat keputusan klinik, pelindung dan

advokat ,manejer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik (Potter dan Perry, 2005

hal: 286)

1. Pemberi Perawatan

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan

kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Proses penyembuhan lebih dari

sekedar sembuh dari penyakit tertentu . Perawat memfokuskan asuhan pada

kebutuhan kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya mengembalikan kesehatan

emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien dan

keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan

menggunakan energi dan waktu yang minimal (Potter dan Perry, 2005 hal:286)

2. Pembuat Keputusan Klinis

Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan

keahliannya berpikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan

keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi pasien, pemberian perawatan dan

mengevaluasi hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan menetapkan

pendekatan terbaik bagi tiap klien. Perawat membuat keputusan itu sendiri atau

berkolaborasi dengan klien, keluarga dan berkonsultasi dengan profesi kesehatan yang

lainnya (Potter dan Perry, 2005 hal:286)

3. Pelindung dan Advokat Klien

Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang

aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan

7

Page 8: makalah kepemimpinan

melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan.

Sebagai advokat, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum,

serta membantu klien dalam menyatakan haknya bila dibutuhkan. Membela hak klien

yang menolak suatu tindakan (Potter dan Perry, 2005 hal:286)

4. Manejer Kasus

Perawat berperan mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan. Serta

mengatur waktu kerja dan sumber yang tersedia di tempat kerjanya. Sebagai manejer,

perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan juga

mengawasi tenaga kesehatan lainnya (Potter dan Perry, 2005 hal: 287)

3. Rehabilitator

Perawat berperan sebagai rehabilitator, dimana rehabilitasi merupakan proses

dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau

kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan klien. Mengembalikan peran dan

fungsi klien terhadap lingkungannya dengan memberi motivasi agar klien dapat

beradaptasi dengan keterbatasannya (Potter dan Perry, 2005 hal:287)

4. Komunikator

Peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat yang

lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien, keluarga klien, antara sesama

perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Kualitas

komunikasi merupakan faktor yang penting dalam memenuhi kebutuhan individu

keluarga dan komunitas (Potter dan Perry, 2005 hal:287)

5. Penyuluh

Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data

tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur, menilai apakah klien mengerti

dengan penjelasan perawat dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat

menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan

klien serta melibatkan keluarga (Potter dan Perry, 2005 hal:287)

6. Pendidik

8

Page 9: makalah kepemimpinan

Peran perawat pendidik bekerja terutama di sekolah keperawatan, departemen

pengembangan staf dan departemen pendidikan klien. Perawat pendidik mempunyai

latar belakang pengalaman klinis yang memberikan mereka keahlian klinis dan

pengetahuan teoritis. Perawat pendidik di sekolah keperawatan menyiapkan peserta

didiknya untuk berfungsi sebagai perawat, dan secara umum memiliki spesialisasi

klinis dibidang tertentu dan pengalaman klinis.

Perawat pendidik di departemen pengembangan staf memberikan program

pendidikan bagi perawat yang bekerja di institusinya. Program ini meliputi orientasi

karyawan baru, kursus asuhan perawatan kritis, pengenalan alat-alat baru dan

prosedur penggunaannya. Untuk departemen pendidikan klien, perawat berfokus

pada mengajarkan klien yang sakit atau yang tidak mampu, juga pada keluarga untuk

perawatan dirumah (Potter dan Perry, 2005 hal:287)

9. Administrator

Perawat sebagai administrator berfungsi untuk pengaturan dana, tenaga kerja,

program perencanaan strategi dan pelayanan, evaluasi pegawai dan pengembangan

pegawai (Potter dan Perry, 2005 hal:287)

10. Peneliti

Perawat peneliti menggali masalah untuk meningkatkan asuhan keperawatan

dan untuk mendefenisikan lebih jauh dan memperluas cakupan praktek keperawatan.

Perawat peneliti dapat bekerja dilingkungan akademik, rumah sakit, dan komunitas

(Potter dan Perry, 2005 hal:287)

11. Kolaborator

Peran perawat sebagai kolaborator melakukan kolaborasi dengan yang lain

untuk mencapai tujuan yang sama. ini adalah suatu proses dalamsebuah lingkungan

yang saling menghargai dan kooperatif. Kolaborasi seharusnya selalu menjadi

suatu gaya dalam berinteraksi antara perawat kesehatan komunitas dengan klien dan

sama pentingnya peran operawat ketika perawat berfungsi sebagai bagian dari sebuah

tim. Meskipun berkolaborasi dengan seorang individu, sebuah keluarga, sebuah

agensi, atau sebagai bagian dari sebuah tim, perawat kesehatan komunitas terlibat

dalam sebuah pembuatan keputusan bersama berhubungan dengan aksi yang paling

tepat untuk dilakukan untuk memecahkan masalah (Hitchcock, 2003)

9

Page 10: makalah kepemimpinan

12. Konselor

Konseling pada levelpaling dasarnya adalah sebuah proses menolong klien

untuk memilih solusi yang tepat untuk masalah mereka. Klien pada umumna mencari

konseling ketika mereka tidak mampu untuk membuat keputusan mengenai kesehatan

atau masalah pribadi. Konseling melibatkan eksplorasi perasaan dan perilaku pada

bagian klien dan langsung kepada menolong pemahaman klien mengenai pemahaman

dirinya sendiri. Perawat kesehatan komunitas memiliki peran penting sebagai

konselor (Hitchcock, 2003)

Fungsi Perawat

Ada tiga jenis fungsi perawat dalam melaksanakan perannya, yaitu;

1. Dependen, yaitu melaksanakan pekerjaan dengan bantuan orang lain atau

ketergantungan. Maksud bergantung adalah melakukan tugasnya berdasarkan anjuran

atau delegasi dari perawat lain yang bekerja sama menangani klien dalam mencapai

satu tujuan tertentu dalam satu departemen.

2. Independen, yaitu melaksanakan pekerjaan dengan mandiri. Melakukan tugasnya

berdasarkan data hasil analisis pemikiran kritis yang diperoleh dari pengkajian primer

atau secara langsung

3. Interdependen, yaitu melaksanakan pekerjaan dengan berkolaborasi dengan pihak lain

atau antar departemen. Melakukan tugasnya berdasarkan instrksi ataupun delegasi

yang diberikan.

B. PENYEBAB PROFESI PERAWAT DI PANDANG RENDAH OLEH PROFESI

LAIN

Hal yang terjadi di lapangan sangat memilukan, banyak sekali rekan-rekan

Perawat yang melakukan "Praktek Pelayanan Kedokteran dan Pengobatan" yang sangat

tidak relevan dengan ilmu keperawatan itu sendiri. Hal tersebut telah membuat profesi

Perawat di pandang rendah oleh profesi lain. Banyak hal yang menyebabkan hal ini

berlangsung berlarut-larut antara lain :

a. Kurangnya kesadaran diri dan pengetahuan dari individu perawat itu sendiri.

b. Tidak jelasnya aturan yang ada serta tidak tegasnya komitmen penegakan hokum

di Negara Republik Indonesia.

10

Page 11: makalah kepemimpinan

c. Minimnya pendapatan secara financial dari rekan-rekan perawat secara umum

d. Kurang peranya organisasi profesi dalam membantu pemecahan permasalah.

tersebut. 

e. Rendahnya pengetahuan masyarakat, terutama di daerah yang masih menganggap

bahwa Perawat juga tidak berbeda dengan "DOKTER" atau petugas kesehatan

yang lain (Muhammad, 2005)

C. PENYEBAB RENDAHNYA PERAN PERAWAT PROFESIONAL

Banyak faktor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat

professional di Indonesia, diantaranya : 

1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985

pendidikan S 1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat

pada tahun 1869.

2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.

3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., (standart bentuk praktik keperawatan,

lisensi) 

D. CARA MENGATASI MASALAH

Menurut Muhammad (2005) dan kompas (2001), Ada beberapa hal yang bisa

dilakukan untuk mengatasi masalah tenaga perawat yang menganggur, antara lain:

1. Mengembangkan praktik mandiri keperawatan secara berkelompok maupun individu

untuk konsultasi, melakukan kunjungan rumah, hospice care untuk pasien terminal

2. Perawat bisa bekerja di perusahaan untuk menjaga kesehatan pekerja dan kecelakaan

kerja

3. Perawat dapat melakukan dan terlibat secara aktif dalam melakukan riset dan

penelitian di bidang keperawatan

4. Pemerintah memfasilitasi dan menggalakkan penempatan tenaga perawat di luar

negeri bagi perawat yang memenuhi kualifikasi.

11

Page 12: makalah kepemimpinan

5. Memberi sangsi kepada rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan yang

memberikan gaji di bawah standar.

Pada akhirnva keperawatan yang bermutu adalah suatu bentuk pelayanan yang

mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasien sebagai pelanggan. Untuk

mencapainya Perawat dapat memulai dari dirinya sendiri. Perawat harus bekerja sesuai

standar praktek pelayanan keperawatan sesuai wewenang dan tangung jawabnya, selalu

berupaya mengembangkan diri melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan

serta sistem jenjang karir.

Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal dan teknikal, perawat di

Indonesia juga harus mempunyai otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung

resiko, bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya,

termasuk dalam melakukan dan mengatur dirinya sendiri.

Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi,

pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional

keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa

transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat

tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai

macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang

berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka

kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya

pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan

hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan

kelompok lanjut usia serta penyakit degenerative. 

Pada masyarakat yang menuju ke arah modern, terjadi peningkatan kesempatan

untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan

meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih

kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang

kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional.

Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan

dapat memenuhi standar global internasional dalam memberikan pelayanan

kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan

12

Page 13: makalah kepemimpinan

teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan

menguasi perkembangan Iptek.

Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan

akan berdampak negatif terhadap mute pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan

kesehatan "sehat untuk semua pada tahun 2010", maka solusi yang harus ditempuli

adalah:

1. Pengembangan pendidikan keperawatan.

Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting, dalam pengembangan perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan. sarana serta prasarana penunjang pendidikan.

2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional

Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan

sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik

keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di

lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.

3. Penyempurnaan organisasi keperawatan

Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta

kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan

organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat

dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan

tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu

menghidupi anggotanya, melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan

masa depan yang lebih baik serta meningkat.

Kornitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik

secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat

penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai professional yang

melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam :

1. Nilai intelektuala

13

Page 14: makalah kepemimpinan

Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari :

a. Body of Knowledge

b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)

c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif. 

2. Nilai komitmen moral

Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan

memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp dan Walters (1989)

pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral

dan tanggung jawab etik. Aspek moral yang hares menjadi landasan perilaku perawat

adalah

a. Beneficience

Selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan

yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)

b. Fair

Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya,

keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memperlakukan klien sebagai individu

yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.

c. Fidelity

Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu),

selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen

moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.

d. Otonomi, kendali dan tanggung gugat

Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan

tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan

diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka.

Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung

jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya sendiri begitu pula sebagai

14

Page 15: makalah kepemimpinan

pengatur dan penentu diri sendiri. Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau

pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada

kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan

tanggung jawab anggota profesi. Tanggung gugat berarti perawat bertanggung

jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya terhadap klien.

BAB IV

15

Page 16: makalah kepemimpinan

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perawat berperan dalam meningkatkan kesehatan dan pencegahan penyakit, serta

memandang klien secara komprehensif. Peran perawat sebagai fungsi dengan keterkaitan

berbagai peran seperti pemberi perawatan, membuat keputusan klinik, pelindung dan

advokat ,manejer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik (Potter dan Perry, 2005

hal: 286).

Pola pendidikanpun mulai berkembang pesat, bilamana dulu perawat sebagaian

besar adalah lulusan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) yang setara dengan tingkat

pendidikan SMA, kini telah sejajar dengan pendidikan tinggi setara D III (Akademi

Keperawatan), Sarjara(SI Keperawatan) dan bahkan sampai pada tingkat Magister (S2,S3,

Keperawatan). Tuntutan tanggungjawab dan tugaspun mulai bergeser yang dulu perawat

hanya sebagai perpanjangan Langan dari dokter untuk merawat pasien selama 24 jam,

kini tuntutan itu sudah menjadi tanggungjawab profesi perawatan secara mandiri yang

tentunya mempunyai konsekuensi terhadap perawat tentang tanggungjawab dan tanggung

gugat

Namun ternyata tanggungjawab dan resiko yang diemban perawat masih belum

sebanding dengan upah yang mereka terima rata-rata. Ketidak cukupan upah inilah yang

walaupun bukan faktor utama, akhirnya para perawat tedebak dalam kegiatan "klinical

practice", yang ilegal, yang mau tidak mau mereka, harus melakukannya karena tuntutan

ekonomi dan kebutuhan sehari-hari yang memang harus dipenuhi yang tidak dapat

dicukupi dari upah yang diterimanya.

B. SARAN

1. Sebagai perawat kita harus mengetahui polemic keperawatan

2. Sebagai perawat kita juga harus mempunyai kornitmen guna memberikan pelayanan

keperawatan yang bermutu baik secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi

dengan tenaga kesehatan lain

16