Makalah Kelompok 10 - Perubahan Sosial Dan Kebudayaan

Embed Size (px)

Citation preview

KATA PENGANTARPuji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan kepadaNya atas segala limpahan berkat dan karuniaNya sehingga penyusun dapat merampungkan makalah ini. Makalah ini berjudul Perubahan Sosial dan Kebudayaan. Makalah ini kami susun sebagai keperluan dalam tugas mata kuliah Pengantar Sosiologi. Dalam makalah ini, kami membahas mengenai definisi dari perubahan sosial dan kebudayaan serta hubungan, bentuk, faktor-faktor yang menyebabkan, memengaruhi, dan proses-proses, serta arah dari perubahan sosial dan kebudayaan itu sendiri. Kami selaku penyusun makalah ini sangat berharap bahwa makalah ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih mendalam kepada pembaca mengenai perubahan sosial dan kebudayaan itu sendiri. Penyusun dalam menyusun makalah ini menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon saran dari para pembaca sekalian untuk menilai makalah kami ini agar dalam penuyusunan makalah kami selanjutnya dapat lebih baik dibandingkan sebelumnya.Makassar, Februari 2012PenyusunKELOMPOK 10 Perubahan Sosial dan KebudayaanHalaman 1BAB I PENDAHULUANPerubahan sosial adalah proses di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaruan yang diadopsi oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan. Proses perubahan sosial biasa tediri dari tiga tahap: 1. Invensi, yakni proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan 2. Difusi, yakni proses di mana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam sistem sosial. 3. Konsekuensi, yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunyai akibat. Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau produk tetapi merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang diambil oleh anggota masyarakat. Konsep dinamika kelompok menjadi sebuah bahasan yang menarik untuk memahami perubahan sosial. Kurt Lewin dikenal sebagai bapak manajemen perubahan, karena ia dianggap sebagai orang pertama dalam ilmu sosial yang secara khusus melakukan studi tentang perubahan secara ilmiah. Konsepnya dikenal dengan model force-field yang diklasifikasi sebagai model power-based karena menekankan kekuatan-kekuatan penekanan. Menurutnya, perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap kelompok, individu,atau organisasi. Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving forces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Perubahan dapat terjadi dengan memperkuat driving forces dan melemahkan resistences to change. Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengelola perubahan, yaitu: (1) Unfreezing, merupakan suatu proses penyadaran tentang perlunya, atau adanya kebutuhan untuk berubah, (2) Changing, merupakan langkah tindakan, baik memperkuat driving forces maupun memperlemah resistences, dan (3) Refreesing, membawa kembali kelompok kepada keseimbangan yang baru (a new dynamic equilibrium).BAB II PEMBAHASANA. Hubungan Antara Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan Teori-teori mempersoalkan mengenai perbedaan perubahan-perubahan antara masyarakat seringperubahan-perubahankebudayaan.Perbedaan demikian tergantung dari adanya perbedaan pengertian tentang masyarakat dan kebudayaan. Apabila perbedaan perbedaan pengertian tersebut dapat dinyatakan dengan tegas, maka dengan sendirinya perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dan perubahan-perubahan kebudayaan dapat di jelaskan. Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, tekhnologi, filsafat, dan sebagainya. Bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan dalam organisasi sosial. Sebagai contoh dikemukakan perubahan pada logat bahasa Aria setelah terpisah dari induknya. Akan tetapi,KELOMPOK 10 Perubahan Sosial dan KebudayaanHalaman 3perubahansosialtersebuttidakmempengaruhi lebihorganisasisosialmasyarakatnya.Perubahantersebutmerupakanperubahankebudayaan ketimbang kebudayaan sosial. Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari, acap kali tidak mudah untuk letak garis pemisah antara perubahan sosial dan kebudayaan. Hal itu di sebabkan tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada kebudayaan yang tidak terjelma kedalam suatu masyarakat. Hal itu mengakibatkan garis pemisah didalam kenyataan hidup antara perubahan sosial dan kebudayaan lebih sukar lagi untuk di tegaskan. Biasanya antara kedua gejala itu dapat ditemukan hubungan timbal balik sabagai sebab dan akibat. B. Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan Perubahan Sosial dan kebudayaan dapat dibedakan dapat dibedakan dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut : 1. Perubahan lambat (evolusi) dan perubahan cepat (revolusi) 2. Perubahan kecil dan perubahan besar 3. Perubahan yang dikehendaki (intended change) atau perubahan yang direncanakan (planned change) dan perubahan yang tidak dikehendaki (unintended change) atau perubahan yang tidak direncanakan (unplanned change). C. Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Kebudayaan Untuk mempelajari perubahan masyarakat, perlu diketahui sebabsebab yang melatari terjadinya perubahan tersebut. Pada umumnya bahwa mungkin ada sumber yang terletak didalam masyarakat itu sendiri dan ada yang letaknya diluar. Sebab-sebab yang bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri, antara lain: 1. Bertambah atau berkurangnya penduduk2. Penemuan-penemuan baru 3. Pertentangan (conflict) dalam masyarakat 4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi didalam masyarakat itu sendiri Selain dari dalam masyarakat sendiri yang melatar belakangiperubahan juga bisa merupakan faktor dari luar masyarakat, antara lain: 1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang berada di sekitar manusia 2. Peperangan dengan negara lain 3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain. D. Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Perubahan Sosial dan Kebudayaan Penyebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan terbagi menjadi 2 yauitu faktor yang mendorong dan faktor yang menghambat terjadinya sebuah perubahan. Dan semua akan diterangkad dalam bentuk poin-poin sebagai berikut: 1. Faktor yang mendorong jalannya proses perubahan a) Kontak dengan kebudayaan lain b) Sistem pendidikan yang maju c) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan sikap keinginan untuk maju d) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang e) Sistem lapisan masyarakat yang terbuka f) Penduduk yang heterogen g) Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentuKELOMPOK 10 Perubahan Sosial dan KebudayaanHalaman 5h) Orientasi kemuka i) Nilai meningkatkan taraf hidup 2. Faktor yang menghambat terjadinya perubahan a) Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain b) Pengembangan ilmu pengetahuan yang terlambat c) Sikap masyarakat yang tradisionalistis d) Adanya kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat atau vested interest e) Rasa takut akan terjadi kegoyahaan terhadap integrasi kebudayaan f) Prasangka terhadap hal-hal baru g) Hambatan ideoligis h) Kebiasaan i) Nilai pasrah E. Proses-proses Perubahan Sosial dan Kebudayaan Didalam proses perubahan sosial dan kebudayaan melalui beberapa tahap tahap yang harus dilalui seperti berikut: 1. Penyesuaian Masyarakat terhadap perubahan Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (sosial equilibrium)merupakan keadaan yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan suatu lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Dalam keadaan demikian, individu secara psikologis merasakan akan adanya ketentraman karena tidak adanya pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai.2. Saluran-saluran Perubahan Sosial dan Kebudayaan Saluran saluran perubahansosial dan kebudayaan (averue or chanel of change) merupakan saluran-saluran yang dilaluioleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi, dan seterusnya. Lembaga kemasyarakatan tersebut menjadi titik tolak, tergantung pada cultural focus masyarakat pada suatu masa tertentu. 3. Disorganisasi (disintegrasi) dan Reorganisasi (reintegrasi) Sebelum kita mengetehahui arti kedua kata tersebut kita artikan apakah itu organisasi? Organisasi merupakan artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan satu kebulatan yang sesuai dengan fungsinya masingmasing. Kemudian pengertian dari disorganisasi dan reorganisasi yaitu: Disorganisasi adalah proses berpudarnya norma norma dan nilai dalam masyarakat dikarenakan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan. Reorganisasi adalah proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai yang baru agar sesuai dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan. Reorganisasi dilaksanakan apabila normanorma dan nilai-nilai yang baru telah melembaga(institusionalized) dalam diri warga. Berhasil tidaknya proses pelembagaan tersebut dalam masyarakat. F. Arah Perubahan (Directory Of Change) Apabila seseorang mempelajari perubahan masyarakat, perlu pula diketahui kearah mana perubahan dalam masyarakat itu bergerak. Hal yang jelas adalah perubahan bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi, setelah meninggalkan faktor itu mungkin perubahan itu bergerak pada suatu bentuk yang sama sekali baru, mungkin pula bergerak ke arahKELOMPOK 10 Perubahan Sosial dan KebudayaanHalaman 7suatu bentuk yang sudah ada didalam waktu yang lampau. Usaha-usaha masyarakat Indonesia yang bergerak ke arah modernisasi dalam pemerintahan, angkatan bersenjata, pendidikan, dan industrialisasi yang disertai usaha untuk menemukan kembali kepribadian Indonesia merupakan contoh kedua arah yang berlangsung pada waktu yang sama dalam masyarakat kita. Contohnya: Dulu sebelum orang belanda datang ke indonesia masyarakat indonesia sudah mengenal pendidikan agama melaui padepokan-padepokan atau pondok untuk belajar agama. Namun setelah Belanda datang sistem pendidikan sekuler pun mulai ada di Indonesia yaitu memisahkan antara agama dan ilmu. Namun seiring perkembangan zaman kini banyak perubahan yang terjadi yaitu banyak berdirinya sekolah-sekolah madrasah yang menyatukan kembali antara ilmu dan agama. G. Modernisasi Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas. Kadangkadang batas-batasnya tak dapat secara mutlak. Namun pada dasarnya modernisasi mencakup suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam artian teknoplogis serta organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis dan menjadi ciri negara barat yang stabil. Syarat-syarat modernisasi yaitu: Cara berfikir ilmiah Sistem administrasi negara yang baik Adanya sistem pengumpulan data yang terbaik dan teratur Penciptaan iklim favorable (menyenangkan, menguntungkan) dari masyarakat Tingkat organisasi yang tinggiSentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan social (social planing) Perubahan sosial dapat dilihat dari empat teori, yaitu teori kemunculandiktator dan demokrasi, teori perilaku kolektif, teori inkonsistensi status dan analisis organisasi sebagai subsistem sosial. Perspektif Barrington Penjelasan Tentang Perubahan Moore,Teori ini didasarkan pada pengamatan panjang tentang teori kemunculansejarah pada beberapa negara yang telah mengalami transformasi dari basis ekonomi agraria menuju basis diktator dan ekonomi industri. demokrasi Teori perilaku kolektifTeori dilandasi pemikiran Moore namun lebih menekankan pada proses perubahan daripada sumber perubahan sosial. Teori status inkonsistensiTeori ini merupakan representasi dari teori psikologi sosial. Pada teori ini, individu dipandang sebagai suatu bentuk ketidakkonsistenan antara status individu dan grop dengan aktivitas atau sikap yang didasarkan pada perubahan. organisasAlasan kemunculan teori ini adalah anggapan bahwa subsistemorganisasi terutama birokrasi dan organisasi tingkat lanjut yang kompleks dipandang sebagai hasil transformasi sosial yang muncul pada masyarakat modern. Pada sisi lain, organisasi meningkatkan hambatan antara sistem sosial dan sistem interaksi.Analisis sebagai sosialTeori Barrington Moore Teori yang disampaikan oleh Barrington Moore berusaha menjelaskan pentingnya faktor struktural dibalik sejarah perubahan yang terjadi pada negara-negara maju. Negara-negara maju yang dianalisis oleh Moore adalah negara yang telah berhasil melakukan transformasi dari negara berbasis pertanian menuju negara industri modern. Secara garis besar proses transformasi pada negara-negara maju ini melalui tiga pola, yaitu demokrasi, fasisme dan komunisme.KELOMPOK 10 Perubahan Sosial dan KebudayaanHalaman 9Demokrasi merupakan suatu bentuk tatanan politik yang dihasilkan oleh revolusi oleh kaum borjuis. Pembangunan ekonomi pada negara dengan tatanan politik demokrasi hanya dilakukan oleh kaum borjuis yang terdiri dari kelas atas dan kaum tuan tanah. Masyarakat petani atau kelas bawah hanya dipandang sebagai kelompok pendukung saja, bahkan seringkali kelompok bawah ini menjadi korban dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara tersebut. Terdapat pula gejala penhancuran kelompok masyarakat bawah melalui revolusi atau perang sipil. Negara yang mengambil jalan demokrasi dalam proses transformasinya adalah Inggris, Perancis dan Amerika Serikat. Berbeda halnya demokrasi, fasisme dapat berjalan melalui revolusi konserfatif yang dilakukan oleh elit konservatif dan kelas menengah. Koalisi antara kedua kelas ini yang memimpin masyarakat kelas bawah baik di perkotaan maupun perdesaan. Negara yang memilih jalan fasisme menganggap demokrasi atau revolusi oleh kelompok borjuis sebagai gerakan yang rapuh dan mudah dikalahkan. Jepang dan Jerman merupakan contoh dari negara yang mengambil jalan fasisme. Komunisme lahir melalui revolusi kaun proletar sebagai akibatketidakpuasan atas usaha eksploitatif yang dilakukan oleh kaum feodal dan borjuis. Berawal dari bentuk masyarakat primitif (primitive communism) kemudian berakhir pada masyarakat modern tanpa kelas (scientific communism). Tahap yang harus dilewati antara lain, tahap masyarakat feodal dan tahap masyarakat borjuis. Marx menggambarkan bahwa dunia masih pada tahap masyarakat borjuis sehingga untuk mencapai tahap kesempurnaan perkembangan perlu dilakukan revolusi oleh kaum proletar. Revolusi ini akan mampu merebut semua faktor produksi dan pada akhirnya mampu menumbangkan kaum borjuis sehingga akan terwujud masyarakat tanpa kelas. Negara yang menggunakan komunisme dalam proses transformasinya adalah Cina dan Rusia.Teori Perilaku Kolektif Teori perilaku kolektif mencoba menjelaskan tentang kemunculan aksi sosial. Ketegangan ini dapat berwujud konflik status sebagai hasil dari diferensiasi struktur sosial yang ada. Teori ini melihat ketegangan sebagai variabel antara yang menghubungkan antara hubungan antar individu seperti peran dan struktur organisasi dengan perubahan sosial. Perubahan pola hubungan antar individu menyebabkan adanyaketegangan sosial yang dapat berupa kompetisi atau konflik bahkan konflik terbuka atau kekerasan. Kompetisi atau konflik inilah yang mengakibatkan adanya perubahan melalui aksi sosial bersama untuk merubah norma dan nilai. Teori Inkonsistensi Status Stratifikasi sosial pada masyarakat pra-industrial belum terlalu terlihat dengan jelas dibandingkan pada masyarakat modern. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya derajat perbedaan yang timbul oleh adanya pembagian kerja dan kompleksitas organisasi. Status sosial masih terbatas pada bentuk ascribed status, yaitu suatu bentuk status yang diperoleh sejak dia lahir. Mobilitas sosial sangat terbatas dan cenderung tidak ada. Krisis status mulai muncul seiring perubahan moda produksi agraris menuju moda produksi kapitalis yang ditandai dengan pembagian kerja dan kemunculan organisasi kompleks.BAB III PENUTUPKESIMPULAN Perubahan yang terjadi pada masyarakat disebut dengan perubahan sosial. pemikir Apakah terdapat perubahan tiga tipe itu mengenai pakaian, alat transportasi, peradaban, pertambahan penduduk, ataupun tingkah laku anak muda. Pada beberapa perubahan yaitu: perubahanKELOMPOK 10 Perubahan Sosial dan KebudayaanHalaman 11perubahan, budaya dan perubahan sosial. Perubahan peradaban biasanya dikaitkan dengan perubahn-perubahan elemen atau aspek yang lebih bersifat fisik, seperti transportasi, persenjataan, jenis-jenis bibit unggul yang ditemukan, dan sebagainya. Perubahan budaya berhubungan dengan perubahan yang bersifat rohani seperti keyakinan, nilai, pengetahuan, ritual, apresiasi seni, dan sebagainya. Sedangkan perubahan sosial terbatas pada aspek-aspek hubuingan sosial dan keseimbangannya. Meskipun begitu perlu disadari bahwa sesuatu perubahan di masyarakat selamanya memiliki mata rantai diantaranya elemen yang satu dan eleman yang lain dipengaruhi oleh elemen yang lainnya. Berikut adalah teori yang membahas tentang perubahan sosial Untuk itu, terlebih dahulu perlu dicatat bagaimana tingkat dan sifat peralihan dari perubahan itu sendiri di masyarakat. Pada masyarakat yang tergolong bersahaja relatif jarang dan lamban terjadinya perubahan-perubahan. Pada masyarakat semacam itu elemen-elemen dasarnya seperti trdisi, ritual dan hirarki sosial yang berlangsung, biasanya dipegang kuat oleh para warganya tekhnologi. Perubahan sosial jika dilihat dari sebabnya menurut WJH spott ada perubahan yang datangnya dsri luar, seperti visi, pendudukan, kolonialisme dan termasuk juga wabah penyakit. Disamping itu ada perubahan yang datangnya dari dalam dan perubahan ini dibagi menjadi dua yaitu perubahn episode dan perubahan terpola. Perubahan episode adalah perubahan yang terjadi sewaktu-waktu biasanya disebabkan oleh kerusuhan atau penemuan-penemuan. Sedangkan perubahn terpola adalah perubahan yang memeng direncanakan atau diprogramkan sebagaimana yang dilakukan dalam pembangunan. Dari secara bersama-sama. Pergolakan revolusi dan gerakan emansipasi sertapenemuan-penemuan baru dibidang ilmu pengetahuan danberbagai macam sebab perubahan sosial, semuanya bias dikembalikan pada tiga factor utama yaitu: faktor fisik dan biologisw,faktor tekhnologi, dan faktor budaya.DAFTAR PUSTAKA Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Soemardjan, Selo. Perubahan Sosial di Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers, 1982.KELOMPOK 10 Perubahan Sosial dan KebudayaanHalaman 13