31
MAKALAH HISTOLOGI ORGAN LYMFOID Disusun oleh : Dita Hofinessia NPM : 1601-1008-0085 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran 2008-2009 1

MAKALAH HISTOLOGI-limfoid

Embed Size (px)

DESCRIPTION

histo

Citation preview

MAKALAH HISTOLOGI

ORGAN LYMFOID

Disusun oleh : Dita Hofinessia

NPM : 1601-1008-0085

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran2008-2009

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat sehat kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tak

lupa pula penulis sampaikan terimakasih kepada Drg. Tadeus Arufan Jasrin yang

telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini..

Tujuan dari makalah ini sendiri adalah agar para pembaca mendapat

pengetahuan yang lebih tentang kulit secara histologis, dan merupakan salah satu

tugas mata kuliah histologi.

Penulis menyadari bahwa isi materi dalam makalah ini masih sarat akan

kekurangan. Bertitik tolak dari hal itu, penulis amat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun agar kemudian penulis dapat menyempurnakan karya tulis ini

sehingga lebih baik lagi dan sarat akan manfaat.

Terima kasih.

Bandung, 1 Februari 2009

Penulis

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................... ….i

Daftar Isi .................................................................... ….ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... ….. 6

BAB II PEMBAHASAN

Thymus..........................................................................…................ 7

Nodus Limfatikus................ ...............................................................11

Lien/Limfa................. ............................……………………………......14

Tonsil................................................................................................19

BAB III PENUTUP

Kesimpulan........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................…18

3

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem imun terdiri dari struktur dan sel yang didistribusikan ke seluruh

tubuh; fungsi utamanya adalah melindungi organisme terhadap invansi dan

pengrusakan oleh mikroorganisme dan zat asing. Sel sistem ini mempunyai

kemampuan untuk membedakan diri sendiri (makromolekul organisme sendiri) dari

yang bukan diri sendiri (benda asing) dan mengatur penghancuran dan inaktivasi

dari benda asing yang mungkin merupakan molekul yang terisolasi atau bagian dari

suatu mikroorganisme. Sistem imun meliputi baik struktur tunggal (yaitu nodus

limfatikus,limpa) dan sel bebas (yaitu, sel limfosit dan sel sistem fagosit

mononukleus yang terdapat didalam darah, limfe,dan jaringan penyambung0 yang

turut berperan dalam reaksi imun.

Selain sel bebas, organ limfoid memperlihatkan suatu jaringan retikular 3

dimensi, yang dipenuhi dengan sel yang turut berperan dalam proses imun.

Kombinasi sel epitel atau jaringan retikular ini dan sel imun membentuk organ limfoid

yang besar; thimus,limpa, dan nodus limpatikus.

4

5

BAB II

PEMBAHASAN

Limfosit terdapat sebagai sel yang berada di dalam darah, limfe, jaringan

pengikat dan epitel, terutama dalam lamina propria tractus respiratorius dan tractus

digestivus, limfosit terlihat bersama dengan plasmasit dan makrofag sebagai

kumpulan yang padat dalam jaringan pengikat longgar. Apabila jaringan

penyusunnya terdiri atas sel-sel limfosit saja maka jaringan tersebut disebut jaringan

limfoid, sedangkan organ limfoid adalah jaringan limfoid yang membentuk bangunan

sendiri. Jadi, jaringan dan organ limfoid adalah jaringan yang mengandung terutama

limfosit, terlepas apakah terdapat bersama dengan plasmasit dan makrofag atau

tidak.

Semua limfosit berasal dari sumsum tulang, sementara limfosit T mengalami

pematangan lebih jauh didalam thimus, limfosit B meninggalkan sumsum tulang

sebagai sel matang. Oleh sebab itu,sumsum tulang dan thimus disebut sebagai

organ limfoid primer/sentral. Limfosit bermigrasi dari organ-organ ini kedarah dan

organ limfoid sekunder/perifer (limpa, nodus limfatikus,tonsilla) dimana limfosit

berpoliferasi dan menyediakan diferensiasi.

Berdasarkan susunan histologisnya, jaringan limfoid terbagi menjadi:

1. Jaringan limfoid longgar

Susunan unsur sel yang menetap (sel makrofag dan sel retikuler) lebih banyak

dari sel-sel bebas.

2. Jaringan limfoid padat

Limfosit mendominasi dibandingkan sel-sel lain.

3. Jaringan limfoid noduler

Sebenarnya merupakan jaringan limfoid padat karena sel-sel limfosit memadati

jaringan tersebut dan tersusun dalam struktur bulat, disebut juga noulus

lymphaticus. Jaringan limfoid ini merupakan bangunan sementara yang dapat

6

menghilang dan timbul lagi, berfungsi sebagai tempat proliferasi limfosit. Bagian

tengah nodul berisi limfosit-limfosit muda yang berukuran besar dengan inti pucat

yang disebut centrum germinalis.

Organ Limfoid terdiri dari :

Thymus,

Nodus lympaticus,

Lien/limfa

Tonsilla,

THYMUS

7

Thymus adalah organ limfoidepitelial yang terletak di mediastinum; yang

mencapai puncak perkembangannya selama usia muda. Thymus merupakan

satu-satunya organ limfoid primer pada mamalia yang tampak dan merupakan

jaringan limfoid pertama pada embrio sesudah mendapat sel induk dari saccus

vitellinus. Limfosit yang terbentuk mengalami proliferasi tetapi sebagian akan

mengalami kematian, yang hidup akan masuk ke dalam peredaran darah sampai

ke organ limfoid sekunder dan mengalami diferensiasi menjadi limfosit T. Limfosit

ini akan mampu mengadakan reaksi imunologis humoral. Geminal centers tidak

terdapat di organ ini.

Tiap lobulus dibungkus dalam kapsel jaringan pengikat longgar yang tipis dan

melanjutkan diri ke dalam membagi lobus menjadi lobuli dengan ukuran 0,5 – 2

mm. Jaringan parenkim thymus terdiri dari anyaman sel-sel retikuler saling

berhubungan tanpa adanya jaringan pengikat lain, diantara sel retikuler terdapat

limfosit. Sel retikulernya berbentuk stelat seperti didalam nodus lymphaticus dan

lien, tetapi berasal dari endoderm. Hubungan ini lebih jelas di daerah medulla

sampai membentuk struktur epitel yang disebut corpuskulum hassalli (thymic

corpuscle). Masing-masing lobus terdiri dari cortex dan medulla.

a. Korteks

korteks terdiri atas populasi limfosit T yang sangat banyak, sel retikular epitel

yang tersebar , dan beberapa makrofag. Sel retikular epitel adalah sel stelata

dengan inti oval yang berwarna pucat. Sel stelata bergabung dengan sel

berdekatan yang serupa melalui desmosom.berkas fibril sitokeratin (tonofilamen)

didalam sitoplasmanya merupakan bukti bahwa sel-sel ini berasal dari epitel.

Poliferasi limfosit yang kuat terjadi didalam thimus selama perkembangan

embrionik dan repubertas mendorong memisahkan sel epitel. Sejak sel-sel ini

berkaitan bersama oleh desmosom,limfosit berlekatan satu sama lain pada

bagian akhir proses, membentuk suatu jaringan kerja sel retikular epitel yang luas.

Karena poliferasi limfosit menjadi di dalam korteks, sejumlah limfosit T yang

belum matang diproduksi dan berkumpul dalam daerah ini. Walaupun sebagian

besar limfosit ini mati dalam korteks dan dipindahkan oleh makrofag, sejumlah

kecil limfosit berimigrasi ke medula dan masuk dalam aliran darah melalui dinding

venula. Sel ini bermigrasi ke struktur limfoid non thimus dan berakumulasi pada

tempat spesifik sebagai limfosit T.

b. Medula

8

Medula mengandung sejumlah besar sel retikular epitel dan limfosit dengan

ukuran besar dan sedang sel-sel ini menyebabkan medula tampak lebih pucat

pada perwarnaan daripada korteks. Medula juga mengandung badan Hassal,

yang merupakan karakteristik dari daerah ini. Struktur ini merupakan sel retikular

epitel gepeng yang tersusumn konsentris, yang berdegenerasi dan menjadi penuh

dengan granula keratohialin dan filamen sitokeratin Badan Hassal bervariasi

dalam ukuran,tergantung pada tahap perkembangannya; fungsi badan Hassal ini

belum diketahui.

Pembuluh Darah

Cortex mendapat darah sebagai anyaman kapiler yang dipercabangkan dari

arteriola yang terdapat di perbatasan cortex dan medulla. Hanya terdapat sedikit

perpindahan makromolekul dari darah ke parenkim melintasi dinding kapiler

cortex, sedang di medulla pembuluh darah lebih permeabel. Maka, limfosit dalam

cortex dilindungi terhadap pengaruh makromolekul dengan adanya blood-thymus

barier. Pembuluh limfe terdapat di jaringan pengikat penyekat lobulus.

Histogenesis

Thymus berasal dari dua tonjolan epitel endoderm saccus brachialis III. Mula-

mula penonjolan ini memiliki lumen yang berhubungan dengan pharynx, dengan

adanya proliferasi epitel dindingnya, lumen akan terisi oleh sel-sel yang juga

mengadakan invasi diantara sel-sel jaringan mesenkim di sekelilingnya. Pada

umur enam minggu akan muncul limfosit yang makin lama makin bertambah dan

parenkim akan mengubah sel-sel stelat yang dihubungkan oleh desmosom.

Medulla terjadi kemudian di daerah dalam.

Involusi

Proses invulsi disebut sebagai age invultion, dimulai sejak masa kanak-kanak.

Proses tersebut dapat dipercepat sebagai akibat berbagai rangsangan, misalnya

penyakit, stress, kekurangan gizi, toksis atau ACTH, proses ini disebut sebagai

accidental involution. Pada binatang percobaan akan terjadi experimental

involution yang dapat diikuti regenerasi yang intensif.

Thymus mengalami involusi secara fisiologis dengan perlahan-lahan. Cortex

menipis, produksi limfosit menurun sedang parenkim mengkerut diganti oleh

9

jaringan lemak yang berasal dari jaringan pengikat interlobuler.

Histofisiologis

Limfosit sangat penting untuk perkembangan, karena adanya sejenis limfosit yang

bertanggungjawab atas penolakan jaringan cangkok, delayed hypersensitvity,

reaksi terhadap fungsi mikroorganisme dan virus tertentu. Limfosit T tidak

melepaskan anmtibodi yang biasa tetapi diperlukan untuk membantu reaksi

humoral oleh limfosit B. Limfosit thymus baru bersifat imunokompeten apabila

sudah berada di luar thymus.

Apabila sel induk telah sampai ke thymus, maka akan berubah menjadi

limfosit thymus dan mulai berproliferasi. Limfosit besar akan berproliferasi di

cortex tepi memberikan limfosit kecil yang berkelompok di cortex sebelah dalam.

Proliferasi di thymus tidak dipengaruhi oleh antigen yang berbeda dengan di

limfosit di organ limfoid perifer, denganh adanya blood thymus barrier.

Limfosit yang meninggalkan thymus akan menuju organ limfoid perifer untuk

berkumpul di daerah yang dibawah pengaruh thymus (thymus depending regions)

yaitu cortex bagian dalam nodus lymphaticus, selubung limfoid periarterial di lien,

daerah antara nodulus lymphaticus tonsilla, plaques Peyeri dan appendiks.

10

NODUS LYMFATICUS

Nodus limfatikus adalah organ bersimpai berbentuk bulat atau mirip ginjal

pembuluh limfe. Nodus ditemukan di ketiak dan lipatan paha, sepanjang pembuluh-

pembuluh besar dileher, dan dalam jumlah besar di toraks dan abdomen, terutama

dalam mesenterium. Nodus limfatikus membentuk sederetan saringan dalam satu

garis yang penting dalam pertahanan tubuh melawan mikroorganisme dan

penyebaran sel-seol tumor. Semua limfe yang berasal dari cairan jaringan disaring

oleh sekurang-kurangnya satu nodus, sebelum dikembalikan kedalam peredaran.

Nodus limfatikus memiliki sisi konveks dan sisi konkaf, yaitu hilum (kadang disebut

hilus), tempat arteri dan saraf masuk dan vena keluar dari organ.

Jaringan penyambung simpai yang mengelilingi setiap nodus limfatikus

membentuk trabekula yang masuk kebagian dalam. Setiap nodus mengandung

korteks bagian luar dan bagian dalam dan medula.

Nodus lymphaticus terutama terdiri atas jaringan limfoid yang ditembusi

anyaman pembuluh limfe khusus yang disebut sinus lymphaticus. Nodus

lymphaticus dibungkus oleh jaringan pengikat sebagai kapsula yang menebal di

11

daerah hillus dan beberapa jalur menjorok ke dalam sebagai trabekula. Parenkim

diantara trabekula diperkuat oleh anyaman serabut retikuler yang berhubungan

dengan sel retikuler. Diantara anyaman ini diisi oleh limfosit, plasmasit dan sel

makrofag. Parenkim nodus lymphaticus terbagi atas cortex dan medulla, dengan

perbedaan terdapat pada jumlah, diameter dan susunan sinus.

a. Korteks

Korteks Luar: pada permukaan korteks luar terdapat sinus subkapularis, yang

dibatasi pada batas luar korteks dan simpai dan pada batas dalam oleh korteks

bagian luar. Sinus subskapularis dibentuk oleh satu jaringan kerja longgar dari

makrofag dan sel retikular dan serat retikular. Sinus subskapularis berhubungan

dengan sinus submedularis melalui sinus intermedia yang berjalan paralel ke

trabekula kapsular. Korteks bagian luar dibentuk oleh jaringan limfoid yang terdiri

atas satu jaringan sel retikular dan serat retikular yang jalinan kerjanya dipenuhi oleh

sel B. Didalam jaringan limfoid korteks terdapat struktur berbentuk sferis yang

disebut nodulus limfatikus.

Korteks dalam: korteks bagian dalam merupakan kelanjutan dari korteks

bagian luar dan mengandung beberapa, apabila dtemukan, nodulus. Korteks bagian

dalam mengandung banyak limfosit T.

b.Medulla

medulla terdiri atas korda medullaris, yaitu korteks bagian dalam yang

menyerupai korda, dan merupakan suatu cabang perluasan dari korteks bagian

dalam , yang mengandung limfosit B dan beberapa sel plasma. Korda medullaris

dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yang berdilatas, yang disebut sinus limfoid

medullaris. Sinus ini merupakan ruang tidak teratur yang mengandung cairan limfe;

seperti sinus subskapularis dan sinus iintermedia, sinus-sinus tersebut dihubungkan

oleh sebagian sel retikular dan makrofag. Sel retikular dan serat retikular sering kali

menjembatani sinus dengan satu jaringan longgar. Sel percabangan denditrik

(folikular) yang besar ditemukan dalam nodus limfatikus dan berfungsi sebagi sel

antigen presenting.

Fungsi limfosit B dan T paling banyak terlihat dlam penyakit imunodifensiasi,

yang disebabkan oleh ganggua pada sel B, sel T atau keduanya.

Pembuluh Darah

12

Hampir semua pembuluh darah yang menuju nodus lymphaticus akan masuk

melalui hillus, hanya sedikit yang melalui permukaan cortex., Mula-mula arteri dari

hillus mengikuti trabecula memasuki medullary cord menjadi kapiler. Arterinya

sendiri menuju cortex untuk bercabang-cabang menjadi kapiler membentuk

anyaman. Anyaman kapiler di cortex ini akan ditampung dalam venula dengan

endotil berbentuk kuboid. Dari venula ini akan berkumpul menjadi vena yang

jalannya mendampingi arteri. Venula ini tidak mempunyai serabut otot polos dan

terdapat juga pada beberapa bagian pembuluh darah di tonsilla, plaques Peyeri dan

appendix.

Histofisiologis

Dinding pembuluh limfe yang tipis mudah ditembus oleh makromolekul dan sel-sel

yang berkelana dari jaringan pengikat, sehingga tidak dijumpai adanya barier yang

mencegah bahan-bahan antigenik, baik endogen maupun eksogen. Sel bakteri

dapat dengan mudah melintasi epidermis dan epitel membrana mukosa yang

membatasi ruangan dalam tubuh, yang apabila luput dari perngrusakan oleh fagosit

dalam darah maka akan berproliferasi dan menghasilkan toksin yang mudah masuk

dalam limfe.

Nodus lymphaticus berfungsi sebagai filtrasi terhadap limfe yang masuk karena

terdapat sepanjang pembuluh limfe sehingga akan mencegah pengaruh yang

merugikan dari bakteri tersebut. Fungsi imunologis nodus lymphaticus disebabkan

adanya limfosit dan plasmasit dengan bantuan makrofag untuk mengenal antigen

dan pembuangan antigen fase terakhir. Nodus lymphaticus juga merupakan tempat

penyebaran sel-sel yang baru dilepas oleh thymus atau sumsum tulang.

Hemal Nodes

Apabila dalam nodus lymphaticus ditemukan eritrosit sangat banyak disebut sebagai

hemal nodes. Jenis ini ditemukan pada domba, tetapi tidak pada manusia.

13

LIEN/LIMFA

Limfa adalah kumpulan jarinagn limfoid terbesra dalam organisme. Karena

banyak menagndung sel fagositik dan adanya kontak erat antara darah yang

beredar dalam sel-sel ini, maka limfa merupakan alat pertahanan penting terhadap

mikroorganisme yang menerobos masuk sirkulasi. Limfoid juga merupakn tempat

destruksi dari sel darah merah.seperti halnya organ limfoid lain, limfa adalah tempat

pembentukan limfosit yang digiatkan, yang masuk kedalam darah. Limfa bereaksi

segera terhadap antigen yang terbawa darah dan merupakan organ pembentuk

antibodi penting.

14

Limfa dibungkus oleh simpai jarinagn ikat padat yang menjulurkan trabekula

yang membagi parenkima atau pulpa limfa menjadi kompartemen-kompartemen

tidak sempurna. Permukaan media limfa memiliki hilum, tempat simpai menjulurkan

sejumlah trabekula yang membawa serta saraf dan arteri kedalam pulpa limpa. Vena

dari parenkim dan pembuluh limfe yang berasal dalam trabekula, meninggalkan

limfa melalui hilum. Pulpa limfa tidak memilii pembuluh limfe.

Pada manusia, jaringan ikat simpai dan trabekula hanya mengandung sedikit

serat-serat otot polos limfa, seperti struktur limfoid yang lain, dibentuk oleh jaringan

kerja jaringan retikular yang mengandung sel limfoid, makrofag, dan sel-sel antigen

presenting.

Pulpa Limfa

Pada permukaan irisan melalui limfa segar, dengan mata tampak bintik-bintik

putih dalam parenkim.

Bintik-bintik tersebut adalah nodulus limfatikus dan merupakan bagian dari pulpa

putih. Nodulus ini terdapat dalam jaringan merah tua, yang penuh dengan darah

dan disebut pulpa merah. Pengamatan dibawah mikroskop dengan pembesaran

lemah menunjukkan bahwa pulpa merah terdiri atas bangunan memanjang, yaitu

korda limfa (korda billroth), yang terdapat diantara sinusoid. Endotelium sinustoid

dibentuk oleh sel gepeng bertingkat yang memungkinkan hubungan yang mudah

dan diantara bagian-bagian dalam, dalam pulpa merah.

a) Pulpa alba

Pulpa alba sering disebut pula sebagai corpusculum malphigi terdiri atas

jaringan limfoid difus dan noduler.Pulpa alba membentuk selubung limfoid

periarterial (periarterial limfoid sheats/PALS) di sekitar arteri yang baru

meninggalkan trabecula, selubung tersebut mengikuti arteri sampai bercabang-

cabang menjadi kapiler. Sepanjang perjalanannya pada beberapa tempat

selubung tersebut mengandung germinal center. PALS dan germinal center

merupakan jaringan limfoid, tetapi PALs sebagian besar mengandung limfosit

Tdan germinal center mengandung limfosit B. Struktur PALS terdiri dari anyaman

longgar serabut retkuler dan sel retikuler. Di tengah pulpa alba terdapat arteri

sentralis . dalam celah-celah anyaman terdapat limfosit kecil dan sedang, kadang

ditemukan plasmasit. Pada waktu adanya rangsangan antigen di daerah PALS

banyak terdapat limfosit besar, limfoblas dan plasmasit muda banyak sekali.

15

b) Pulpa rubra

Pulpa rubra terdiri atas pembuluh-pembuluh darah besar yang tidak teratur

sebagai sinus renosus dan jaringan yang mengisi diantaranya sebagai splendic

cords of Billroth. Warna merah pulpa rubra disebabkan karena eritrosit yang

mengisi sinus venosus dan jaringan diantaranya.

Di dalam celah pulpa terdapat sel-sel bebas seperti makrfag, semua jenis sel

dalam darah dengan beberapa plasmasit. Dengan M.E. makrofag dapat dengan

mudah ditemukan sebagai sel besar dengan sitoplasma yag kadang-kadang

mengandung eritrosit, netrofil dan trombosit atau pigmen. Bagian tepi pulpa alba

terdapat daerah peralihan dengan pulpa rubra sebesar 80-100 mikron, daerah ini

dinamakan zona marginalis yang mengandung sinus venosus kecil. Zona

marginais merupakan pulpa rubra yang menerima darah arterial sehingga

merupakan tempat hubungan pertama antara sel-sel darah dan partikel dengan

parenkim lien.

Capsula dan Trabecula

Capsula dan trabecula terdiri atas jaringan pengikat padat dengan sel otot

polos dan anyaman serabut elastis. Permukaan luar terdiri dari sel mesotil

sebagai bagian peritoneum. Trabecula merupakan lanjutan kapsula yang

membawa arteri, vena dan pembuluh limfe. Trabecua mengandung lebih banyak

serabut elastis dan beberapa serabut sel otot polos.

Arteri

Cabang-cabang arteri linealis masuk melalui hilus,mengikuti trabecula dan tiap

kali bercabang menjadi makin kecil. Mula-mula arteri ini sebagai jenis arteri

muskuler dengan tunika adventitia yang longgar dalam jaringan pengikat padat

trabecula. Setelah mencapai diameter 0,2 mm, arteri tersebut mennggalkan

trabecula dan tunika adventitianya diganti oleh jaringan limfoid hingga menjadi

arteri sentralis.

Arteri sentralis merupakan arteri muskuler dengan endotil berbentuk tinggi disertai

selapis atau dua lapis otot polos yang melanjutkan dengan bercabang-cabang

dan makin kecil. Pada diameter 40-50 mikron, selubung limfoid menipis dan

bercabang menjadi 2-6 pembuluh sebagai arteria penicillus atau arteria pulpa

16

rubra. Pada waktu masuk pulpa rubra, arteri penicillus bercabang menjadi 2-3

kapiler dengan dinding yang menebal yag disebut selubung Schweiger Seidel.

Kapilernya disebut sheated capillary.

Menurut Baley’s Textbook of Histology, arteri penicullus terdiri dari tiga bagian:

1. Arteri pulpa,merupakan segmen terpanjang denganselapis otot polos.

2. Sheated capillary, tanpa otot polos

3. Terminal arterial capillary

Sinus Venosus dan Vena

Sinus venosus terdapat di seluruh pulpa rubra dan banyak sekali terdapat di

sekeliling pulpa alba. Pembuluh-pembuluh darah ini dapat disebut sinus venosus

sebab lumennya tidak teratur lebarnya (12-40 mikron).Dindingnya terdiri atas

endotil dan lamina basalis. Sitoplasma mengandung dua macam filament yang

tersusun sejajar sumbu panjang dan tidak terdapat intercellular junction.

Kemampuan fagositosis sangat terbatas. Sinus venosus akan mengalirkan darah

ke vena pulpa yang menpunyai dinding terdiri atas endotil memanjang, lamina

basalis dan selapis tipis otot pos. Selanjutnya vena pulpa akan bermuara ke vena

trabecula yang akan berkumpul di hilus sebagai vena lienalis.

Hubungan Arteri dan Vena

Ada tiga teori mengenai hubungan arteri dan vena:

1. Teori sirkulasi terbuka

Teori ini menyatakan bahwa darah drai kapiler bermuara di dalam celah-

celah antara sel retikuler kemudian perlahan-lahan kembali ke sinus venosus.

2. Teori sirkulasi tertutup

Teori ini menyatakan bahwa kapiler berhubungan langsung dengan sinus

venosus.

3. Teori kompromi

Teori ini menyatakan bahwa dalam lien terdapat kedua macam sirkulasi

tersebut pada suatu tempat.

Histogenesis dan Regenerasi Lien

Primordium lien tampak pada embrio umur 8-9 minggu sebagai suatu

penebalan jaringan mesenkim pada mesogastrium dorsalis. Sel-sel mesenkim

17

memperbanyak diri dengan mitosis membentuk hubungan melalui tonjolannya

sebagai rangka retikuler dalam pulpa alba dan pulpa rubra. Kemudian muncul sel

primitif basofil yang berasal dari sel-sel induk dalam saccus vitelinus, hepar atau

medulla oseum.

Limfosit dalam lien sebagian beupa limfosit T, sebagian dari medulla

oseum yang dibawah pengaruh Limfosit B. Makrofag dalam lien kemungkinan

berasal dari sel induk dalam medulla osseum. Apabila lien diangkat, maka

fungsinya akan diambil alih oleh organ lain. Apabila terjadi luka, akan terjadi

kesembuhan dengan timbulnya jaringan pengikat.

JARINGAN LIMFOID TANPA SIMPAI

Nodulus limfatikus juga disebut folikel limfatik dapat ditemukan

terisolasi atau berkelompok dalam jaringan ikat longgar berbagai organ, tertama

dalam lamina propia, saluran cerna, saluran nafas bagian atas, dan saluran

kemih. Nodulus tanpa simpai memiliki struktur mikroskopis sama dengan nodulus

dalam korteks nodus limfatikus. Nodulus tersebut terdiri atas limfosit berhimpit

padat (limfosit B) yang berkembang menjadi sel plasma dengan adanya

ransangan antigenik sesuai.

Nodulus limfoid primer berbentuk sferis atau oval, tanpa daerah pusat yang

jelas. Nodulus sekunder memperlihatkan zona yang terang, pusat germinal, pada

bagian dalamnya. Pusat germinal merupakan kumpulan limfosit aktif yang kaya

dengan sitoplasm (limfoblas) yang muncul hanya setelah lahir sebagai respon

pemaparan antigen. Plak peyeri adalah kelompok nodulus tanpa simpai yang

ditemukan dalam lamina propia illeum.

18

TONSILA

Tonsila adalah oragan yang terdiri atas kelompok-kelompok jaringan limfoid

bersimpai tidak sempurna yang terdapat dibawah, namun berkontak dengan epitel

saluran cerna berdasarkan lokasinya, maka tonsila dalam mulut dan faring disebut

tonsila palatina, tonsila faringeal, tonsila lingualis. Tonsila menghasilkan limfosit,

banyak diantaranya menerobos epitel.

TONSILA PALATINA

Kedua tonsila palatina terletak pada lateral faring bagian oral. Jaringan limfoid

padat yang terdapat dalam tonsila ini membentuk dibawah epitel berlapis gepeng,

satu pita yang mengandung nodulus limfatikus, umumnya dengan pusat germinal.

Setiap tonsila memiliki 10-20 invaginasi epitel yang masuk kedalam parenkim

membentuk kriptus yang menagndung sel-sel epitel yang terlepas, limfosit hidup dan

mati dan bakteri dalam lumennya. Mereka mungkin tampak sebagai bintik-bintik

urulen pada tonsilitis. Yang memisahkan jaringan limfoid dari organ-organ yang

berdekatan adalah satu lapis jaringan ikat padat yang disebut simpai tanpa tonsila.

Simpai ini bekerja sebagai sawar terhadap penyebaran infeksi tonsila.

19

TONSILA FARINGEAL

Diantara arcus glossoplatinus dan arcus pharyngopalatinus terdapat dua buah

jaringan limfoid dibawah membrane mukosa yang masing-masing disebut tonsilla

palatine. Epitel bersama jaringan pengikat yang menutupi mengadakan invaginasi

membentuk crypta sebanyak 10-20 buah. Pada dasar crypta, batas antara epitel dan

jaringan limfoid kabur karena infiltrasi limfosit dalam epitel. Limfosit yang telah

melintasi epitel bersama dengan leukosit dan sel epitel yang mati sebagai

corpusculum salivarius. Terdapat nodulus lymphaticus sebesar 1-2 mm dengan

germinal centernya tersusun berderet dalam jaringan limfoid yang difus. Antara

nodulus lymphaticus yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh jaringan pengikat

(capsula) yang mengandung limfosit, mast sell dan plasmasit. Apabila ditemukan

granulosit, hal ini menunjukkan adanya radang.

TONSILA LINGUALIS

Tonsila lingualis lebih kecil dan lebih banyak daripada yang lain. Tonsila ini

terletak pada pangkal lidah dan ditutupi oleh epitel berlapis gepeng. Masing-masing

mempunyai sebuah kriptus.

20

BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

Limfosit terdapat sebagai sel yang berada di dalam darah, limfe, jaringan

pengikat dan epitel, terutama dalam lamina propria tractus respiratorius dan

tractus digestivus, limfosit terlihat bersama dengan plasmasit dan makrofag

sebagai kumpulan yang padat dalam jaringan pengikat longgar. Apabila jaringan

penyusunnya terdiri atas sel-sel limfosit saja maka jaringan tersebut disebut

jaringan limfoid, sedangkan organ limfoid adalah jaringan limfoid yang

membentuk bangunan sendiri. Jadi, jaringan dan organ limfoid adalah jaringan

yang mengandung terutama limfosit, terlepas apakah terdapat bersama dengan

plasmasit dan makrofag atau tidak.

Berdasarkan atas fungsinya, jaringan limfoid terbagi menjadi:

1. Limfosit primer/sentral

2. limfosit perifer/sekunder

21

DAFTAR PUSTAKA

Junqueira, L. Carlos (dkk.). 1995. Histologi Dasar. (8th ed.). Jakarta : Buku

Kedokteran EGC.

Jasrin, Tadeus Arufan., Drg. (2006). HISTOLOGY. [Online]. Tersedia:

http://www.histofkgsp.blogspot.com [1 Februari 2009]

Eroschenko, Victor P., Phd. (2001). Atlas Histologi di Fiore.Jakarta : Buku

Kedokteran EGC.

22