11
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, yakni tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. terutama dalam hal muamalah, seperti jual beli, riba maupun usaha yang lain, baik dalam urusan diri sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. Namun sering kali dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui kecuranagan-kecuranaga dalam urusan muamalah ini seperti, riba yang sangat meresahkan dan merugikan masyarakat. Jual beli adalah kegiatan tukar menukar barang dengan cara tertentu yang setiap hari pasti dilakukan namun kadang kala kita tidak mengetahui apakah caranya sudah memenuhi syara’ ataukah belum. Kegiatan jual beli ini juga sering kali dikaitkan dengan yang namanya riba. Riba menurut syariat hukumnya adalah haram karena tidak menumbuhkan manfaat tetapi menimbulkan madharat. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas dan menyampaikan mengenai jual beli dan riba dalam perspektif hadits karena sangat kental dengan kehidupan masyarakat. Bagaimana pandangan Rasulullah SAW mengenai jual-beli dan riba yang nantinya akan sangat  bergunakan dan dapat dijadikan sumb er referensi bagi pemba 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa saja hadits mengenai jual beli dan riba? 2. Bagaimana makna dari hadits tersebut? 

Makalah Hadits Ekonomi.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangManusia adalah makhluk sosial, yakni tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. terutama dalam hal muamalah, seperti jual beli, riba maupun usaha yang lain, baik dalam urusan diri sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. Namun sering kali dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui kecuranagan-kecuranaga dalam urusan muamalah ini seperti, riba yang sangat meresahkan dan merugikan masyarakat.Jual beli adalah kegiatan tukar menukar barang dengan cara tertentu yang setiap hari pasti dilakukan namun kadang kala kita tidak mengetahui apakah caranya sudah memenuhi syara ataukah belum. Kegiatan jual beli ini juga sering kali dikaitkan dengan yang namanya riba. Riba menurut syariat hukumnya adalah haram karena tidak menumbuhkan manfaat tetapi menimbulkan madharat.Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas dan menyampaikan mengenai jual beli dan riba dalam perspektif hadits karena sangat kental dengan kehidupan masyarakat. Bagaimana pandangan Rasulullah SAW mengenai jual-beli dan riba yang nantinya akan sangat bergunakan dan dapat dijadikan sumber referensi bagi pemba

1.2. Rumusan Masalah 1. Apa saja hadits mengenai jual beli dan riba?2. Bagaimana makna dari hadits tersebut?

BAB IIPEMBAHASANA. JUAL-BELI1. Pengertian Jual Beli Jual beli menurut bahasa berarti al-Bai, al-Tijarah dan al-Mubadalah, sebagaimana Allah SWT, berfirman : ( : 29)Mereka mengharapkan tijarah (perdagangan) yang tidak ada rugi (Fathir : 29)Menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan jual beli adalah sebagai berikut: Pemilikan harta benda dengan jalan tukar-menukar yang sesuai dengan aturan Syara.[footnoteRef:1] [1: Nawawi,1956: 130]

Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab dan qabul, dengan cara yang sesuai dengan syara.[footnoteRef:2] [2: Taqiyuddin, Kifayat al-Akhyat, t.t. hlm.329.]

Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang dibolehkan.[footnoteRef:3] [3: Fiqh al-Sunnah, hlm.126.]

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa inti jual beli ialah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah diberikan Syara dan disepakati.2. Hadist Tentang Jual Beli1.

.Dari Hakim bin Hizam Radhiyallahu Anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Dua orang yang berjual beli mempunyai hak pilih selagi belum berpisah, atau beliau bersabda, Hingga keduanya saling berpisah, jika keduanya saling jujur dan menjelaskan, maka keduanya diberkahi dalam jual beli itu, namun jika keduanya saling menyembunyikan dan berdusta, maka barakah jual beli itu dihapuskan. (HR Bukhari Muslim)Analisis Hadits :Dari penjelasan hadits diatas, dapat diambil hikmah bahwa 2 orang yang sedang bertransaksi mempunyai hak untuk memilih barang sesuai dengan pilihan masing-masing. Jual-beli dengan kejujuran akan mendatangkan berkah dan manfaat bagi dagangan yang dibeli. Sedangkan jika jual-beli dengan kebohongan, maka kedua orang itu akan mendapatkan dosa.

: ( )2.

Dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah SAW. bersabda, sesungguhnya Allah dan Rasul telah mengharamkan jual beli arak, bangkai, babi, dan berhala. (H.R. Bukhari dan Muslim)Analisis Hadits :Selama ini banyak pertanyaan mengenai kehalalan harta dari menjual barang-barang haram. Walaupun hasil dari penjualan barang haram tersebut digunakan untuk membeli barang yang halal. Hadits ini cukup jelas menegaskan bahwa menjual barang-barang haram adalah dilarang, sekalipun hasilnya digunakan untuk hal yang halal bahkan untuk bersedekah sekalipun3.

: ( )Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata, : Rasulullah SAW. telah melarang jual beli dengan cara melempar batu dan jual beli yang mengandung tipuan. (H.R. Muslim)Analisis Hadits :Yang dimaksud jual beli dengan cara melempar batu disini adalah dengan cara diundi. Jadi, dimana batu itu berlabuh setelah dilempar, barang itulah yang akan kita dapatkan. Berapapun uang yang kita keluarkan. Tentu ini sangat mirip dengan judi karena lemparan batu ini hanya salah satu cara untuk mengundi nasib. Selain itu, jual beli dengan tipuan juga diharamkan oleh Rasul karena dapat merugikan orang lain3. Hikmah dari Hadits Tentang Jual BeliAllah mensyariatkan jual beli sebagai pemberian keluangan dan keleluasaan dari-Nya untuk hamba-hambaNya, yang membawa hikmah bagi manusia diantaranya:a. Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat yang menghargai hak milik orang lain.b. Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya atas dasar kerelaan.c. Dapat menjauhkan diri memakan atau memiliki barang yang haram atau secara bathil.d. Penjual dan pembeli sama-sama mendapat rizki Allah.e. Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan.

B. RIBA1. Pengertian RibaRiba berarti menetapkan bunga/melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan kepada peminjam. Riba secara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam. [footnoteRef:4] [4: http://id.wikipedia.org/wiki/Riba]

Menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu: Bertambah (), karena salah satu perbuatan riba adalah meminta tambahan dari sesuatu yang dihutangkan. Berkembang, berbunga (), karena salah satu perbuatan riba adalah membungakan harta uang atau yang lainnya yang dipinjamkan kepada orang lain. Berlebihan atau menggelembung.2. Hadist Tentang Riba1.

: (( )) ( )Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah SAW berkata, Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan ! Para sahabat bertanya, Apa saja tujuh perkara tersebut wahai Rasulullah? Beliau menjawab, Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkaan Allah SWT kecuali dengan jalan yang benar, memakan riba, mamakan harta anak yatim, lari dari medan peperangan dan menuduh berzina pada wanita-wanita mumin yang sopan yang lalai dari perbuatan jahat. (Muttafaqun Alaih).Analisis Hadits :Dapat dilihat bahwa Rasulullah berkata bahwa ada 7 perkara yang membinasakan. Salah satunya adalah memakan riba. Memakan riba ini disamakan dengan menyekutukan Allah dan membunuh. Tentu berarti Rasulullah menganggap bahwa memakan riba adalah dosa yang sangat besar. Dan juga memiliki dampak buruk bagi sosial kemasyarakatan.2.

.Dari Umar bin Al-Khatab R.a, dia berkata, Rasulullah Shalullah Alaihi Wasallam bersabda, Jual beli emas dengan emas adalah riba kecuali secara kontan, perak dengan perak adalah riba kecuali dengan kontan, biji gandum dengan gandum adalah riba kecuali secara kontan, tepung gandum dengan tepung gandum adalah riba kecuali secara kontan, (HR Bukhari Muslim)Analisis Hadits :Dari hadits diatas, menunjukkan bahwa jual beli dengan cara hutang dan nilainya lebih besar tidak di perbolehkan. Maka jual beli yang dimaksud haruslah setara dan pada saat itu juga. Dari sini menunjukkan bahwa kredit adalah riba jika disertai tambahan nilai dari harga pokok-nya. : 3.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat orang yang memakan riba, memberi makan riba (orang yang memberi riba kepada pihak yang mengambil riba), juru tulisnya, dan dua saksinya. Beliau mengatakan: Mereka itu sama. [HR. Muslim]Analisis Hadits :Maksudnya, Rasulullah SAW memohon doa kepada Allah agar orang tersebut dijauhkan dari Rahmat Allah. Hadits tersebut menjadi dalil yang menunjukan dosa orang-orang tersebut dan pengharaman sesuatu yang mereka lakukan. Dikhususkan makan dalam Hadits tersebut, karena itulah yang paling umum pemanfaatan penggunaannya. Selain untuk makan, dosanya sama saja. Yang dimaksud itu adalah orang yang memberikan riba, karena sesungguhnya tidak akan terjadi riba itu kecuali dari dia. Oleh karena itu, dia termasuk dalam dosa. Sedangkan dosa penulis dan saksi itu adalah karena bantuan mereka atas perbuatan terlarang itu. Dan jika keduanya sengaja serta menngetahui riba itu maka dosa bagi mereka.4.

:

Tadi malam aku melihat (bermimpi) ada dua orang laki-laki mendatangiku. Lalu keduanya mengajakku keluar menuju tanah yang disucikan. Kemudian kami berangkat hingga tiba di sungai darah. Di dalamnya ada seorang lelaki yang sedang berdiri, dan di bagian tengah sungai tersebut ada seorang lelaki yang di tangannya terdapat batu-batuan. Kemudian beranjaklah lelaki yang berada di dalam sungai tersebut. Setiap kali lelaki itu hendak keluar dari dalam sungai, lelaki yang berada di bagian tengah sungai tersebut melemparnya dengan batu pada bagian mulutnya sehingga si lelaki itu pun tertolak kembali ke tempatnya semula. Setiap kali ia hendak keluar, ia dilempari dengan batu pada mulutnya hingga kembali pada posisi semula. Aku (Rasulullah) pun bertanya: Siapa orang ini (ada apa dengannya)? Dikatakan kepada beliau: Orang yang engkau lihat di sungai darah tersebut adalah pemakan riba. [HR. Al-Bukhari]Analisis Hadits :Hadits diatas menunjukkan tentang siksa dari para pemakan riba. Bahwa siksa dari orang yang memakan riba adalah ditenggelamkan di sungai darah. Dimana setiap dia berusaha keluar menyelematkan diri, dia akan di lempar batu oleh malaikat hingga akhirnya dia kembali tenggelam. Sehingga, hadits ini menunjukkan sungguh pedihnya azab yang kita dapatkan ketika kita memakan harta riba.

3. Hikmah dari Hadits Tentang Riba1. Riba berarti perbuatan mengambil harta orang lain tanpa hak. Nabi SAW bersabda: "Bahwa kehormatan harta manusia, sama dengan kehormatan darahnya. Oleh karena itu mengambil harta orang lain tanpa hak, sudah pasti haramnya.2. Riba dapat melemahkan kreatifitas manusia untuk berusaha atau bekerja. Sebab kalau si pemilik uang yakin, bahwa dengan melalui riba dia akan beroleh tambahan uang, baik kontan ataupun berjangka, maka dia akan memudahkan cara mencari penghidupan, tidak mau menanggung beratnya usaha, dagang dan pekerjaan-pekerjaan yang berat. Hal semacam itu akan berakibat terputusnya bahan keperluan masyarakat. Satu hal yang tidak dapat disangkal lagi bahwa kemaslahatan dunia 100% ditentukan oleh jalannya perdagangan, pekerjaan, perusahaan dan pembangunan.(hikmah ini pasti dapat diterima, dipandang dari segi perekonomian).3. Riba menghilangkan nilai kebaikan dan keadilan dalam hutang piutang. Keharaman riba membuat jiwa manusia menjadi suci dari sifat lintah darat. Kalau riba diharamkan, seseorang akan merasa senang meminjamkan uang satu dirham dan kembalinya satu dirham juga. Tetapi kalau riba itu dihalalkan, maka terputuslah perasaan belas-kasih dan kebaikan. (ini hikmah dari segi etika/akhlak).4. Pada umumnya pemberi piutang adalah orang yang kaya, sedang peminjam adalah orang yang tidak mampu. Maka pendapat yang membolehkan riba, berarti memberikan jalan kepada orang kaya untuk mengambil harta orang miskin yang lemah sebagai tambahan. Padahal tidak layak berbuat demikian sebagai orang yang memperoleh rahmat Allah. (ini ditinjau dari segi sosial).[footnoteRef:5] [5: http://praktisibmt.blogspot.com/2012/05/hukum-riba-hikmah-peng-haram-riba.html]

BAB IIIPENUTUP

KESIMPULANKesimpulan Hadist Jual Beli:1. Kegiatan jual-beli atau perniagaan harus dilandasi dengan nilai-nilai kejujuran2. Jual-beli barang haram sama sekali tidak diperbolehkan. Sekalipun kita tidak ikut menikmatinya dan hanya membeli barang-barang halal dari hasil penjualan kita3. Jual-beli atas dasar ketidakpastian juga sama sekali tidak diperbolehkan. Seperti jual beli dengan cara undian atau dengan menipu.

Kesimpulan Hadist Riba:1. Memakan riba adalah dosa yang besar dan dapat membinasakan2. Pengharaman jual beli emas dengan perak atau sebaliknya serta kerusakannya jika tidak dilakukan secara kontan diantara penjual dan pembeli sebelum berpisah dari tempat akad.3. Semua orang yang terlibat dalam proses transaksi riba mendapatkan dosa yang besar. Sehingga pekerjaan-pekerjaan yang mendukung adanya riba juga sifatnya haram4. Azab dari pemakan riba di neraka nanti sangatlah pedih. Yaitu ditenggelamkan di sungai darah dan di lempari batu

DAFTAR PUSTAKA

Mardani. Ayat-ayat dan Hadits Ekonomi Syariah. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014..Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah. Jakarta: Rajagrafinda Persada, 2010.Syafei, Rachmat. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia, 2001.http://definisiwirausahamenurutahli.blogspot.com/2013/06/ayat-ayat-dan-hadits-mengenai-larangan.html

11