Upload
mechakasihmahardika
View
233
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ubnjk
Citation preview
OI
TOKOH-TOKOH FILSAFAT SAINS DAN PEMIKIRANNYA
( disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Fisika )
Oleh :
Kelas B
Devi Aprillia N (120210102015)
Defrin Yuniar K.S. (120210102027)
Desi Rahmawati (120210102071)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
A. Pengertian Filsafat
Philosophy atau filsafat berasal dari kata philosophia, “love of wisdom”
(cinta pada kebijaksanaan), merupakan suatu ilmu yang membahas suatu konsep
secara rasional dan kritis. Keberadaan filsafat tidak terlepas dari peran tokoh-
tokoh filsafat dengan pemikirannya yang mendunia (Anneahira, 2013)
Plato pernah mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Aristoteles (murid Plato) juga
memiliki gagasan mengenai filsafat, Ia mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-
penyebab dari realitas yang ada. (Jan Hendrik, 1996 : 15)
B. Tokoh-tokoh Filsafat Sains dan Pemikirannya
1. Thales
Thales (624-546 SM) lahir di kota Miletus yang merupakan tanah
perantauan orang-orang Yunani di Asia Kecil. Situasi Miletos yang makmur
memungkinkan orang-orang di sana untuk mengisi waktu dengan berdiskusi dan
berpikir tentang segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari kegiatan berfilsafat
sehingga tidak mengherankan bahwa para filsuf Yunani pertama lahir di tempat
ini.
Air sebagai Prinsip Dasar Segala Sesuatu. Ia berpendapat bahwa seluruh
alam dan realitas ini dapat dipikirkan dalam satu elemen. Hal ini adalah sesuatu
yang sangat baru pada masa-masa itu. Orang-orang lebih banyak berpikir tentang
dewa-dewa sebagai penguasa alam dan seluruh realitas. Ia berpendapat bahwa
elemen utama penyusun realitas ini adalah sesuatu yang cair. Oleh karena itu,
elemen penyusun realitas ini adalah air. (Reza Wattimena, 2000 : 118-119)
Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana
bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua
makhluk hidup juga memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang
dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang. Selain
itu, ia juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi
dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-
apung di atasnya.
2. Anaximandros
Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan
murid dari Thales. Pemikiran Anaximandros yaitu To Apeiron sebagai prinsip
dasar segala sesuatu
Meskipun Anaximandros merupakan murid Thales, namun ia menjadi
terkenal justru karena mengkritik pandangan gurunya mengenai air sebagai
prinsip dasar (arche) segala sesuatu. Menurutnya, bila air merupakan prinsip dasar
segala sesuatu, maka seharusnya air terdapat di dalam segala sesuatu, dan tidak
ada lagi zat yang berlawanan dengannya. Namun kenyataannya, air dan api saling
berlawanan sehingga air bukanlah zat yang ada di dalam segala sesuatu. Karena
itu, Anaximandros berpendapat bahwa tidak mungkin mencari prinsip dasar
tersebut dari zat yang empiris. Prinsip dasar itu haruslah pada sesuatu yang lebih
mendalam dan tidak dapat diamati oleh panca indera. Anaximandros mengatakan
bahwa prinsip dasar segala sesuatu adalah to apeiron.
To apeiron berasal dari bahasa Yunani [a=tidak dan eras=batas]. Ia
merupakan suatu prinsip abstrak yang menjadi prinsip dasar segala sesuatu. Ia
bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan, dan meliputi segala sesuatu. Dari prinsip
inilah berasal segala sesuatu yang ada di dalam jagad raya sebagai unsur-unsur
yang berlawanan (yang panas dan dingin, yang kering dan yang basah, malam dan
terang). Kemudian kepada prinsip ini juga semua pada akhirnya akan kembali.
Pandangan tentang Alam Semesta. Dengan prinsip to apeiron,
Anaximandros membangun pandangannya tentang alam semesta. Menurut
Anaximandros, dari to apeiron berasal segala sesuatu yang berlawanan, yang terus
berperang satu sama lain. Yang panas membalut yang dingin sehingga yang
dingin itu terkandung di dalamnya. Dari yang dingin itu terjadilah yang cair dan
beku. Yang beku inilah yang kemudian menjadi bumi. Api yang membalut yang
dingin itu kemudian terpecah-pecah pula. Pecahan-pecahan tersebut berputar-
putar kemudian terpisah-pisah sehingga terciptalah matahari, bulan, dan bintang-
bintang. Bumi dikatakan berbentuk silinder, yang lebarnya tiga kali lebih besar
dari tingginya. Bumi tidak jatuh karena kedudukannya berada pada pusat jagad
raya, dengan jarak yang sama dengan semua benda lain.
Pandangan tentang Makhluk Hidup. Mengenai terjadinya makhluk hidup
di bumi, Anaximandros berpendapat bahwa pada awalnya bumi diliputi air
semata-mata. Karena itu, makhluk hidup pertama yang ada di bumi adalah
manusia. Karena panas yang ada di sekitar bumi, ada laut yang mengering dan
menjadi daratan. Di ditulah, mulai ada makhluk-makhluk lain yang naik ke
daratan dan mulai berkembang di darat. Ia berargumentasi bahwa tidak mungkin
manusia yang menjadi makhluk pertama yang hidup di darat sebab bayi manusia
memerlukan asuhan orang lain pada fase awal kehidupannya. Karena itu, pastilah
makhluk pertama yang naik ke darat adalah sejenis ikan yang beradaptasi di
daratan dan kemudian menjadi manusia.
3. Anaximenes
Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota Miletos, sama
seperti Thales dan Anaximandros. Pemikirannya yaitu Udara sebagai prinsip
dasar segala sesuatu
Salah satu kesulitan untuk menerima filsafat Anaximandros tentang to
apeiron yang metafisik adalah bagaimana menjelaskan hubungan saling
memengaruhi antara yang metafisik dengan yang fisik. Karena itulah,
Anaximenes tidak lagi melihat sesuatu yang metafisik sebagai prinsip dasar segala
sesuatu, melainkan kembali pada zat yang bersifat fisik yakni udara.
Tidak seperti air yang tidak terdapat di api (pemikiran Thales), udara
merupakan zat yang terdapat di dalam semua hal, baik air, api, manusia, maupun
segala sesuatu. Karena itu, Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip
dasar segala sesuatu. Udara adalah zat yang menyebabkan seluruh benda muncul,
telah muncul, atau akan muncul sebagai bentuk lain. Perubahan-perubahan
tersebut berproses dengan prinsip "pemadatan dan pengenceran"
(condensationand rarefaction). Bila udara bertambah kepadatannya maka
muncullah berturut-turut angin, air, tanah, dan kemudian batu. Sebaliknya, bila
udara mengalami pengenceran, maka yang timbul adalah api. Proses pemadatan
dan pengenceran tersebut meliputi seluruh kejadian alam, sebagaimana air dapat
berubah menjadi es dan uap, dan bagaimana seluruh substansi lain dibentuk dari
kombinasi perubahan udara.
4. Anaxagoras
Anaxagoras hidup sezaman dengan para filsuf atomis awal,
seperti Leukippos dan Demokritos. Pemikirannya yaitu tentang Benih-Benih
sebagai Prinsip Alam Semesta
Anaxagoras menyatakan bahwa prinsip dasar yang menyusun alam semesta
tidaklah tunggal, namun mereka berbeda di dalam jumlahnya. Anaxagoras
menyatakan bahwa jumlah prinsip tak terhingga. Zat-zat tersebut disebutnya
"benih-benih" (spermata). Menurut Anaxagoras, setiap benda, bahkan seluruh
realitas di alam semesta, tersusun dari suatu campuran yang mengandung semua
benih dalam jumlah tertentu. Indera manusia tidak dapat mencerap semua benih
yang ada di dalam satu benda, melainkan hanya benih yang dominan. Contohnya
jikalau manusia melihat emas, maka ia dapat langsung mengenalinya sebagai
emas, sebab benih yang dominan pada benda tersebut adalah benih emas. Akan
tetapi, pada kenyataannya selain benih emas, benda itu juga mempunyai benih
tembaga, perak, besi, dan sebagainya. Hanya saja semua benih tersebut tidak
dominan sehingga tidak ditangkap oleh indera manusia.
Argumentasi yang ditunjukkan oleh Anaxagoras adalah melalui tubuh
manusia. Di dalam tubuh manusia terdapat berbagai unsur, seperti daging, kuku,
darah, rambut, dan sebagainya. Bagaimana mungkin rambut dan kuku tumbuh,
padahal manusia tidak memakan rambut atau kuku? Pemecahan yang diberikan
Anaxagoras adalah karena di dalam makanan telah terdapat benih rambut, kuku,
daging, dan semua unsur lainnya.
5. Herakleitos
Herakleitos diketahui berasal dari Efesus di Asia Kecil. Ia hidup di sekitar
abad ke-5 SM (540-480 SM). Ia hidup sezaman dengan Pythagoras dan
Xenophanes, namun lebih muda usianya dari mereka.
Pemikiran Herakleitos yang paling terkenal adalah mengenai perubahan-
perubahan di alam semesta. Menurut Herakleitos, tidak ada satu pun hal di alam
semesta yang bersifat tetap atau permanen. Tidak ada sesuatu yang betul-
betul ada, semuanya berada di dalam proses menjadi. Herakleitos berpendapat
bahwa esensi dari realitas adalah perubahan. Bahkan, hal-hal yang tampaknya
sudah bersifat permanen sesungguhnya merupakan satu tahap saja dari perubahan
yang secara niscaya akan datang.
Ia sangat terkenal dengan salah satu pernyataannya : ‘Anda tidak pernah
melangkah di dalam sungai yang sama untuk kedua kalinya’. Herakleitos sampai
pada pernyataan ini melalui pengamatan dan logikanya, semua orang disekitarnya
pada waktu itu berpikir sebaliknya.
6. Empedokles
Empedokles lahir di Agrigentum, pulau Sisilia, pada abad ke-5 SM (495-
435 SM). Empedokles berpendapat bahwa prinsip yang mengatur alam semesta
tidaklah tunggal melainkan terdiri dari empat anasir atau zat. Memang dia belum
memakai istilah anasir (stoikeia) yang sebenarnya baru digunakan oleh Plato,
melainkan menggunakan istilah 'akar' (rizomata). Empat anasir tersebut
adalah air, tanah, api, dan udara. Keempat anasir tersebut dapat dijumpai di
seluruh alam semesta dan memiiki sifat-sifat yang saling berlawanan. Api
dikaitkan dengan yang panas dan udara dengan yang dingin, sedangkan tanah
dikaitkan dengan yang kering dan air dikaitkan dengan yang basah. Salah satu
kemajuan yang dicapai melalui pemikiran Empedokles adalah ketika ia
menemukan bahwa udara adalah anasir tersendiri. Para filsuf sebelumnya,
misalnya Anaximenes, masih mencampuradukkan udara dengan kabut.
Empedokles berpendapat bahwa semua anasir memiliki kuantitas yang
persis sama. Anasir sendiri tidak berubah, sehingga, misalnya, tanah tidak dapat
menjadi air. Akan tetapi, semua benda yang ada di alam semesta terdiri dari
keempat anasir tersebut, walaupun berbeda komposisinya. Contohnya,
Empedokles menyatakan tulang tersusun dari dua bagian tanah, dua bagian air,
dan empat bagian api. Suatu benda dapat berubah karena komposisi empat anasir
tersebut diubah.
Tentang Cinta dan Benci. Menurut Empedokles ada dua prinsip yang
mengatur perubahan-perubahan di dalam alam semesta, dan kedua prinsip itu
berlawanan satu sama lain. Kedua prinsip tersebut adalah cinta (philotes) dan
benci (neikos). Cinta berfungsi menggabungkan anasir-anasir sedangkan benci
berfungsi menceraikannya. Keduanya dilukiskan sebagai cairan halus yang
meresapi semua benda lain. Atas dasar kedua prinsip tersebut, Empedokles
menggolongkan kejadian-kejadian alam semesta di dalam empat zaman. Zaman-
zaman ini terus-menerus berputar; zaman pertama berlalu hingga zaman keempat
lalu kembali lagi ke zaman pertama, dan seterusnya. Zaman-zaman tersebut
adalah :
1. Zaman pertama.
Di sini cinta dominan dan menguasai segala-galanya, alam semesta
dibayangkan sebagai sebuah bola, di mana semua anasir tercampur dengan
sempurna, dan benci dikesampingkan ke ujung.
2. Zaman kedua.
Benci mulai masuk untuk menceraikan anasir-anasir, sehingga alam semesta
sebagian dikuasai oleh cinta dan sebagian lagi dikuasai oleh benci. Benda-
benda memiliki kemantapan tetapi dapat lenyap, misalnya makhluk-
makhluk hidup dapat mati. Menurut Empedokles, manusia hidup pada
zaman ini.
3. Zaman ketiga.
Apabila perceraian anasir-anasir selesai, mulai berlaku zaman ketiga, di
mana benci menjadi dominan dan menguasai segala-galanya. Keempat
anasir yang sama sekali terlepas satu sama lain merupakan empat lapisan
kosentris: tanah di dalam pusat dan api pada permukaan. Cinta kini berada
di ujung.
4. Zaman keempat.
Pada zaman ini cinta masuk kembali hingga timbul situasi yang sejajar
dengan zaman kedua. Apabila cinta menjadi dominan, artinya zaman
pertama dimulai kembali.
7. Leukippos dan Demokritos
Pada abad ke-5 sebelu masehi, Leukippos dan Demokritos merumuskan
sebuah teori tentang atom. Inti teori itu adalah bahwa seluruh realita dibentuk oleh
sebuah partikel yang sangat kecil dan ada ruang kosong yang memisahkan antara
partikel yang satu dengan partikel lainnya. Jika ada benda yang memiliki bentuk
dan substansi yang berbeda dengan yang lainnya, hal itu berarti bahwa benda
tersebut dibentuk oleh campuran dan kuantitas atom yang berbeda
8. Socrates
Socrates (Yunani: Σωκράτης, Sǒcratēs) (469 SM - 399 SM)
adalah filsuf dariAthena, Yunani dan merupakan salah satu figur paling penting
dalam tradisi filosofis Barat.
Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia
berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui
satu dialektika. Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis
menjadi pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari
memikirkan alam menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari
Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya
dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia ini
menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian
hari.
9. Plato
Plato (bahasa Yunani: Πλάτων) adalah
seorang filsuf dan matematikawan Yunani, penulis philosophical dialogues.
Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία
atau Politeia, "negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya
pada keadaan "ideal".
Plato berpendapat bahwa semua benda yang kita lihat di sekitar kita
merupakan tiruan dari realitas yang lebih abadi dan murni. Misalnya, saya melihat
kursi. Kursi itu bukanlah kursi yang ideal, melainkan tiran dari kursi ideal, abadi,
dan murni yang berada didunia ide-ide. Dengan demikian, untuk sungguh-
sungguh memahami dunia, orang harus melihat melampaui yang partikular, yakni
segala sesuatu yang dapat diamati, dialami dan melihat ke dalam dunia ide-ide
yang abadi dan murni.
Cara untuk mencapai hidup yang bahagia menurut plato adalah dengan
mengembangkan cara kerja defuktif dan pengetahuan apriori (pengetahuan yang
berasal dari ide ide bukan dari pengalaman empiris). Pengenalan akan ide melalui
rasio akan membawa pada kebenaran dalam dunia ide. Selain itu, pengenalan
benda jasmani melalui indera akan menghasilkan pendapat. Kesemuanya itu perlu
diwujudkan dalam hidup sehari-hari dan dikembangkan dengan berdialog dan
berdiskusi.
10. Aristoteles
Aristoteles (bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs), (384 SM – 322 SM)
adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang
Agung. Aristoteles berpendapat bahwa pengetahuan tentang dunia datang melalui
pengalaman yang kemudian ditafsirkan oleh rasio. Oleh karena itu, seorang filsuf
maupun ilmuwan harus memeriksa fenomena yang ada di realitas, dan bukan
memalingkana analisisnya ke dunia ide-ide, seperti yang dilakukan plato.
Aristoteles juga membuat pembedaan dari berbagai bentuk ilmu
pengetahuan, serta memisahkan berbagai macam makhluk hidup ke dalam
berbagai species dan genus, sebuah proses klasifikasi yang menjadi bagian
penting di dalam ilmu pengetahuan sekarang ini. Ia juga adalah pemikir waktu,
ruang dan tentang kaulitas.
11. Archimedes
Archimedes dari Syracusa (sekitar 287 SM - 212 SM). Ia adalah ahli
matematika dan penemu dari Yunani yang terkenal. Sebagian sejarahwan
matematika memandang Archimedes sebagai salah satu matematikawan terbesar
sejarah.
Pada suatu hari Archimedes dimintai Raja Hieron II untuk menyelidiki
apakah mahkota emasnya dicampuri perak atau tidak. Archimedes memikirkan
masalah ini dengan sungguh-sungguh. Hingga ia merasa sangat letih dan
menceburkan dirinya dalam bak mandi umum penuh dengan air. Lalu, ia
memperhatikan ada air yang tumpah ke lantai dan seketika itu pula ia menemukan
jawabannya. Ia bangkit berdiri, dan berlari sepanjang jalan ke rumah dengan
telanjang bulat. Setiba di rumah ia berteriak pada istrinya, "Eureka! Eureka!" yang
artinya "sudah kutemukan! sudah kutemukan!" Lalu ia membuat hukum
Archimedes. Dengan itu ia membuktikan bahwa mahkota raja dicampuri
dengan perak. Tukang yang membuatnya dihukum mati.
Disamping itu, ia juga menemukan alat pengungkit, derek, katrol dan
bahkan lensa untuk memfokuskan cahaya matahari.
12. Ptolomeus
Claudius Ptolemaeus (bahasa Yunani: Κλαύδιος Πτολεμαῖος; 90 – 168),
adalah seorang ahli geografi, astronom, dan astrolog yang hidup pada zaman
Helenistik di provinsi Romawi, Aegyptus.
Pandangan yang dikemukakan Ptolomeus bersifat Platonistik (teologi
kristen). Ptolomeus dalam rumusannya menulis bahwa bumi dikelilingi ruang-
ruang berkabut. Didalam ruang tersebut terdapat matahari, bulan, bintang-bintang,
dan planet-planet. Sisi terluar dari ruang ini dianggap sebagai tempat kediaman
Tuhan. Baginya setiap benda-benda langit tersebut memberikan pengaruh besar
terhadap bumi. Anggapan ini mendorong ketertarikan orang-orang pada waktu itu
untuk melakukan penelitian astrologi.
13. Francis Bacon
Sir Francis Bacon, Viscount St Alban pertama (lahir 22 Januari 1561,
wafat 9 April 1626) adalah seorang filsuf, negarawan dan penulis Inggris. Ia
dikenal sebagai pencetus pemikiran empirisme yang mendasari sains hingga saat
ini. Tulisan dan pemikirannya mempengaruhi metodologi sains yang
menitikberatkan pada eksperimen yang dikenal juga sebagai "Metode Bacon".
Francis Bacon menjadi perumus pertama dari apa yang nantinya menjadi
norma umum di dalam metode ilmiah, yakni bahwa semua bentuk pengetahuan
harus didasarkan pada bukti-bukti dan eksperimen. Dengan metode ini dia
menolak pendekatan Aristoteles yang menyatakan bahwa segala sesuatu memiliki
sebab pertama dan tujuan final. Alih-alih memandang alam dengan paradigma
yang sudah bersifat apriori sebelumnya, ia mulai dengan melakukan observasi
empiris mendetik atas hal-hal yang bersifat partikular.
14. Nicolaus Kopernikus
Niklas Koppernigk (latin: Nicolaus Copernicus) adalah
seorang astronom, matematikawan, dan ekonom berkebangsaan Polandia, yang
mengembangkan teori heliosentrisme (berpusat di matahari) Tata Surya dalam
bentuk yang terperinci, sehingga teori tersebut bermanfaat bagi sains. Ia juga
seorang kanon gereja, gubernur dan administrator, hakim, astrolog, dan tabib.
Teorinya tentang Matahari sebagai pusat Tata Surya, yang
menjungkirbalikkan teori geosentris tradisional (yang menempatkan Bumi di
pusat alam semesta) dianggap sebagai salah satu penemuan yang terpenting
sepanjang masa, dan merupakan titik mula fundamental bagi astronomi modern
dan sains modern (teori ini menimbulkanrevolusi ilmiah). Teorinya memengaruhi
banyak aspek kehidupan manusia lainnya.
Ia memiliki suatu pernyataan yang bahkan sampai seabad setelah
kematiannya masih mengundang kontroversi. Didalam bukunya yang berjudul De
Revolutionibus Orbium , ia berpendapat bahwa : matahari dan bukan bumi yang
merupakan pusat tata surya, dan bumi berputar satu kali setahun mengelilingi
matahari.
Kopernikus merumuskan teorinya dengan mengamati bukti-bukti yang sama
yang sebelumnya telah diamati oleh Ptolomeus dan berpikir tentang cara lain yang
digunakan untuk memandang data yang sama. Disinilah letak arti penting dari
filsafat ilmu pengetahuan, yakni untuk mengakui dan mengajukan pertimbangan
bahwa ada penafsiran yang berbeda dari bukti-bukti yang sama.
15. Galileo Galilei
Galileo Galilei adalah seorangastronom, filsuf, dan fisikawan Italia yang
memiliki peran besar dalam revolusi ilmiah.
Sumbangan penting Galileo berkaitan dengan bidang mekanika adalah
mengenai benda yang lebih berat jatuh lebih cepat dibandingkan dengan benda
yang lebih ringan. Galileo melakukan percobaan dengan menjatuhkan berbagai
benda yang berbeda ukuran maupun massanya (beratnya) dari menara pisa (Italia).
Hasil percobaannya menunjukan bahwa, baik benda berat maupun ringan jatuh
pada kecepatan yang sama kecuali sampai batas mereka berkurang kecepatannya
akibat pergeseran udara.
Penemuan Galileo lainnya adalah Hukum Kelembaman. Hukum ini
menjelaskan bahwa jika kekuatan melambat seperti misalnya pergeseran, dapat
dihilangkan, benda bergerak cenderung tetap bergerak lurus dengan laju tetap. Ini
merupakan prinsip penting yang telah berulang kali ditegaskan oleh Newton dan
digabungkan dengan sistemnya sendiri sebagai hukum gerak pertama salah satu
prinsip vital dalam ilmu pengetahuan.
Penemuan Galileo yang paling terkenal adalah di bidang astronomi. Pada
tahun 1608 Hans Lippershey, seorang ahli optika Belanda, menemukan teleskop.
Karena didorong oleh kehendak yang kuat untuk membuktikan kebenaran gagasan
Copernicus yang mengatakan bahwa matahari sebagai pusat tata surya, maka
Galileo menyempurnakan teleskopnya dengan kemampuan pembesaran 33 kali.
Dengan demikian Galileo menjadi orang pertama yang mengamati langit
menggunakan teleskop. Dengan teleskopnya ini ia berhasil menemukan cincin
Saturnus, empat buah bulan Yupiter, gunung-gunung dan kawah di bulan
sehingga ia menjadi begitu terkenal di seluruh dunia hingga sekarang. (Author,
2013)
16. Sir Isaac Newton
Sir Isaac Newton FRS (adalah seorang fisikawan, matematikawan,
ahli astronomi, filsuf alam, alkimiawan, dan teolog yang berasal dari Inggris. Ia
merupakan pengikut aliran heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh
sepanjang sejarah.
Di dalam bukunya yang sangat terkenal, Philosophiae Naturalis Principia
Mathematica, Sir Isaac Newton mau menganalisis dunia dan realitas dengan
menggunakan prinsip-prinsip matematis. Dengan konsep ruang dan waktu yang
tetap mempengaruhi gerak benda-benda dan merumuskan konsep-konsep seperti
massa, kekuatan, kecepatam dan percepatan, ia menyediakan kerangka yang
komprehensif bagi perkembangan fisika pada kemudian hari. Hukum gerak yang
dirumuskannya masih menjadi prinsip dasar dari berbagai penemuan bidang
teknologi yang membentuk peradaban manusia seperti sekarang ini.
Akan tetapi, kontribusi terbesar Newton tidak hanya terletak pada hukum
gerak yang dirumuskannya, melainkan tentang kosmologi mengenai alam semesta
sebagai tempat rasional dan dapat dimengerti dengan pola-pola matematis. Dari
sudut pandang ilmuwan dan filsuf abad ke-21, kosmologi yang dirumuskan
Newton memang terlihat kasar, kecil dan mekanistik. Akan tetapi, kosmologi
semacam itu menjadi dasar epistemologis yang terbukti sangat berguna bagi
perkembangan ilmu pengetahuam teoritis maupun teknologi pada kemudian hari.
17. Karl Raimund Popper
Karl Raimund Popper dilahirkan pada 28 Juli 1902 di Vienna, dan
meninggal dunia pada tahun 1994. Ia merupakan salah satu filsuf yang cukup
berpengaruh bagi filsafat ilmu pengetahuan abad dua puluh. Beberapa karyanya
yang terkenal meliputi The Logic of Scientific Discovery (1959), The Open Society
and Its Enemies (1945), The Poverty of Historicism (1957), dan lain-lain.
Sumbangan tebesar Popper dalam filsafat ilmu adalah pemikirannya
mengenai konjektur dan falsifikasi. Dalam bukunya tersebut, Karl Popper
melakukan kritik terhadap kecenderungan metodologi sains di masa itu yang
didominasi oleh Positivisme. Positivisme adalah sebuah aliran filsafat yang
bahkan sampai detik ini masih berjaya dan dianggap sebagai aksioma oleh para
saintis maupun masyarakat umum.
Pada dasarnya teori falsifikasi yang dibangun oleh Popper merupakan
bantahan dan sanggahan dari induksi dan verifikasi yang banyak dikembangkan
oleh para filsuf sebelumnya seperti Francis Bacon (1561-1626) yang kemudian
dikemas ulang oleh Jhon Stuart Mill (1806-1873) dengan mengandalkan metode
induksi dalam menerima kebenaran sebuah teori. Sebuah teori akan dianggap
benar jika cara penarikan kesimpulan berdasarkan kepada metode induksi. Metode
ini bertitik pangkal pada pemeriksaan (eksperimen) yang teliti mengenai data-data
spesifik yang selanjutnya rasio bergerak menuju suatu penafsiran atau
generalisasi. Misalnya berdasarkan pengamatan terhadap beberapa angsa yang
ternyata berwarna putih, maka dengan melakukan induksi dapat dibuat teori yang
lebih umum bahwa semua angsa berwarna putih.
18. Thomas Kuhn
Thomas Samuel Kuhn (18 Juli 1922 – 17 Juni 1996) adalah
seorang filsuf, fisikawan, dan sejarawan Amerika Serikat yang menulis buku The
Structure of Scientific Revolutions pada tahun 1962 yang sangat berpengaruh
dalam dunia akademik. Buku tersebut memperkenalkan istilah "pergeseran
paradigma".
Kunt adalah tokoh filsafat yang yang mengarang buku The Structure of
Scientific Revolution tahun 1962 yang berisi tentang pernyataan adanya
kesalahan-kesalahan fundamental tentang image atau konsep ilmu terutama ilmu
sains yang telah dielaborasi oleh kaum filsafat ortodoks, sebuah konsep ilmu yang
dengan membabi-buta mempertahankan dogma-dogma yang diwarisi dari
Empirisme dan Rasionalisme klasik.
Sebagai seorang filsuf sains, Kuhn dengan tepat mencatat bahwa diperlukan
revolusi untuk merubah teori-teori sains karena para ilmuwan tidak berpegang
pada teori mereka secara tentatif. Kuhn kemudian mengutip dan setuju dengan
Max Planck, yang menulis: “Kebenaran ilmiah tidak megukuhkan dirinya dengan
cara meyakinkan lawannya dan membuat mereka menyadari kebenaran, namun
karena lawannya secara bertahap meninggal, dan kemudian muncul sebuah
generasi ilmuwan baru yang paham/familiar dengan teori yang baru.”
19. Phytagoras
Pythagoras (570 SM – 495 SM, bahasa Yunani: Πυθαγόρας) adalah seorang
matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya.
Dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia memberikan sumbangan yang penting
terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan
ajarannya tidak begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan
mengenai dirinya.
Salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema
Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-
sikuadalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya).
Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya
Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang
pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis.
Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini
berhubungan dengan matematika, dan merasa bahwa segalanya dapat
diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan matematika
disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam bilangan-bilangan
atau perbandingan bilangan. Terdapat legenda yang menyatakan bahwa ketika
muridnya Hippasus menemukan bahwa , hipotenusa dari segitiga siku-
siku sama kaki dengan sisi siku-siku masing-masing 1, adalah bilangan irasional,
murid-murid Pythagoras lainnya memutuskan untuk membunuhnya karena tidak
dapat membantah bukti yang diajukan Hippasus.
20. René Descartes
René Descartes dalam literatur berbahasa Latin, merupakan
seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang terpenting
ialah Discours de la méthode (1637) dan Meditationes de prima
Philosophia (1641). Rene Descartes sering disebut sebagai bapak filsafat modern.
Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya
yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa
seseorang bisa berpikir. Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo
sum sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je pense donc je suis. Keduanya
artinya adalah :
"Aku berpikir maka aku ada". (Ing: I think, therefore I am)
Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah
terkenal sebagai pencipta sistem koordinat Kartesius, yang memengaruhi
perkembangan kalkulus modern.
Karya filsafat Descrates dapat dipahami dalam bingkai konteks pemikiran
pada masanya, yakni adanya pertentangan antara scholasticism dengan keilmuan
baru galilean-copernican. Atas dasar tersebut ia dengan misi filsafatnya berusaha
mendapatkan pengetahuan yang tidak dapat diragukan. Metodenya ialah dengan
meragukan semua pengetahuan yang ada, yang kemudian mengantarkannya pada
kesimpulan bahwa pengetahuan yang ia kategorikan ke dalam tiga bagian dapat
diragukan.
1) Pengetahuan yang berasal dari pengalaman inderawi dapat diragukan,
semisal kita memasukkan kayu lurus ke dalam air maka akan tampak
bengkok.
2) Fakta umum tentang dunia semisal api itu panas dan benda yang berat
akan jatuh juga dapat diragukan. Descrates menyatakan bagaimana jika
kita mengalami mimpi yang sama berkali-kali dan dari situ kita
mendapatkan pengetahuan umum tersebut
3) Logika dan Matematika prinsip-prinsip logika dan matematika juga ia
ragukan. Ia menyatakan bagaimana jika ada suatu makhluk yang berkuasa
memasukkan ilusi dalam pikiran kita, dengan kata lain kita berada dalam
suatu matriks.
Dari keraguan tersebut, Descrates hendak mencari pengetahuan apa yang
tidak dapat diragukan. Yang akhirnya mengantarkan pada premisnya Cogito Ergo
Sum (aku berpikir maka aku ada). Baginya eksistensi pikiran manusia adalah
sesuatu yang absolut dan tidak dapat diragukan. Sebab meskipun pemikirannya
tentang sesuatu salah, pikirannya tertipu oleh suatu matriks, ia ragu akan
segalanya, tidak dapat diragukan lagi bahwa pikiran itu sendiri eksis/ada.
DAFTAR PUSTAKA
Anneahira. 2013. Tokoh-tokoh Filsafat. (http://www.anneahira.com/tokoh-tokoh-
filsafat.htm) di akses pada 31 Agustus 2014
Author, 2013. Galileo Galilei.
(http://engineeringtown.com/kids/index.php/penemu/78-galileo-galilei-)
di akses pada 31 Agustus 2014
Hendrik, Jan. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Kanisius
Wattimena, Reza. 2000. Filsafat Sains. Bandung : Grasindo
Wikipedia. 2014, Filsafat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat) di akses pada 31
Agustus 2014