Upload
luthfirayindra
View
1.220
Download
186
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pembatasan menu makan pada penderita anemia anemia
Citation preview
DIET ANEMIA
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Gizi
Disusun Oleh :
1. Aisyah Lutfia Salsabila2. Afiah3. Bonat Asengor Mokado4. Dinar Ayu Pravitaningsih5. Marko Budi Utomo6. Rizka Nugraheni
Tingkat : I-A
AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTA
DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA
Tahun Ajaran 2013-2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan nikmat
kepada kita semua, karena dengan nikmat itulah Penulis dapat menyusun makalah ini.
Shalawat dan Salam semoga tercurah limpahkan kepada jungjunan kita semua, yakni nabi
Muhammad SAW. beserta keluarganya, sahabatnya, tabi’in dan tabiatnya, dan kita selaku
umatnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis mencoba menyusun makalah yang berjudul, “Diet Anemia”,
sebagai pemenuhan salah satu tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam penulisan
makalah ini, khususnya pada Dosen Mata Kuliah Psikologi Perkembangan yang telah
memberikan masukan hingga tersususnnya makalah ini.
Tidak ada gading yang tak retak, begitupun dengan makalah ini, maka penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca semua. Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan semoga apa yang
kita kerjakan senantiasa dalam ridho allah SWT.amin.
Jakarta, Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 1
C. Ruang Lingkup Penulisan 2
D. Metode Penulisan 2
E. Sistematika Penulisan......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Diet 3
B. Tujuan Diet Anemia 13
C. Indikasi Diet Anemia 13
D. Prinsip Diet Anemia 14
E. Sarat Diet Anemia 16
F. Jenis –jenis Diet Anemia 16
G. Nutrisi Bagi Penderita Diet Anemia 19
H. Diet Tepat Cegah Anemia 19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 22
B. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Larat Belakang
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Dongoes, 2000)
Menurut wikipwdia, anemia adalah suatu keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumlah hempglobin (protein pembawqa oksigen) dalam sel darah merah bedada di
bawah normal. sel darah merah mengandung hemoglobin yang mengangkut oksigen
dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien
dikatakan terkena anemia apabila kosentrasi hemoglobin (HB)-nya kurang dari
13,5g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki dan kosentrasi Hb
kurang dari 11,5g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.
Faktor-faktor diet yang diperlukan untuk sintesis normal sel-sel darah merah adalah
zat besi, vitamin B12 ,asam folat, asam askorbat dan protein. Defisiensi salah satu
nutrien tersebut akan mempengaruhi pembentukan sel-sel darah merah dan
menimbulakan keadaan anemia.
Anemia besi merupakan jenis malnutrisi yang banyak dijumpai bukan hanya di
indonesia tetapi diseluruh penjuru dunia. Keadaan ini disebabkan oleh kekurangan zat
besi untuk pembentukan hemoglobin, yakni pigmen pembawa oksigen yang terdapat
dalam sel darah merah. Insufisiensi unsur mineral ini menyebabkan penurunan jumlah
serta ukuran sel-sel darah merah dan mengurangi kandungan hemoglobin didalamya.
Penderitanya menjadi pucat dan lemah,serta mudah lelah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan referensi yang dikumpulkan maka dapat dibuat rumusan masalah seperti
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan anemia?
2. Apa yang dimaksud dengan diet anemia?
3. Apa saja prinsip-prinsip diet anemia?
4. Apa saja jenis-jenis diet anemia?
5. Apa yang dimaksud dengan syarat diet anemia?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini diantara lain yaitu:
1. Untuk mengetahui penyakit anemia
2. Untuk mengetahui diet anemia
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip diet anemia
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun berdasarkan bahasa EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
Makalah ini terdiri atas 3 Bab yaitu : Bab I. Pendahuluan, Bab II. Isi, Bab III.
Penutup. Referensi makalah ini terdapat dalam beberapa sumber-sumber buku.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Diet
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Dongoes,
2000)
Menurut wikipedia, anemia adalah suatu keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah bedada di bawah
normal. sel darah merah mengandung hemoglobin yang mengangkut oksigen dari paru-
paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien dikatakan terkena
anemia apabila kosentrasi hemoglobin (HB)-nya kurang dari 13,5g/dL atau hematokrit
(Hct) kurang dari 41% pada laki-laki dan kosentrasi Hb kurang dari 11,5g/dL atau Hct
kurang dari 36% pada perempuan.
1. Penyebab Anemia
Secara garis besar, anemia dapat disebabkan oleh:
a. Peningkatan destruksi eritrosit, contohnya pada gangguan system imun dan
talasemia.
b. Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastik dan
kekurangan nutrisi.
c. Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohnya akibat pendarahan akut,
pendarahan kronis, menstruasi, ulser kronis, dan trauma.
2. Tanda dan Gejala Anemia
Jika terjadi anemia adalah dalam waktu yang lama, maka konsentrasi Hb-nya rendah.
Gejala-gejala tersebut bisa berupa:
a. asimtomatik,
b. letargi,
c. napas pendek atau sesak (terutama saat beraktivitas),
d. kepala terasa ringan,
e. serta palpitasi.
f. demam
Sedangkan, tanda-tanda dari anemia yang harus diperhatikan saat pemeriksaan :
a. pucat pada membrane mukosa.
b. Pendarahan
c. Luka
3. Klasifikasi Anemia
Secara garis besar, anemia dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yakni
sebagai berikut.
a. Klasifikasi Anemia akibat Gangguan Eritropoises
Anemia yang diakibatkan oleh gangguan eritropoises adalah:
1.) Anemia defisiensi besi. Tidak cukupnya suplai besi di dalam tubuh
mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hopokrom dan mikrositer.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai
di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.
Anemia dapat diklasifikasikan menurut morfologi sel darah merah dan
berdasarkan etiologinya. Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan
makro menunjukan ukuran eritrosit sedangkan kromik menunjukan warnanya
(kandungan Hb). Pada klasifikasi berdasarkan morfologi dibagi dalam tiga
klasifikasi besar:
Anemia normositik normokrom, dimana ukuran dan bentuk eritrosit normal serta
mengandung Hemoglobin dalam jumlah normal (MCV dan MCHC normal atau
normal rendah), contohnya pada kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit
kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal.
Anemia makrosistik normokrom, makrositik berarti ukuran eritrosit lebih besar
dari normal dan normokrom berarti konsentrasi Hb normal (MCV meningkat;
MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam
nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi besi dan/atau asam folat.
Anemia mikrositik hipokrom, mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti
mengandung jumlah Hb kurang (MCV dan MCHC kurang), seperti pada anemia
defisensi besi, keadaan sideroblastik, kehilangan darah kronik, dan pada
talesemia.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi
(Fe) yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. Defisiensi besi
merupakan penyebab terbanyak dari anemia di seluruh dunia. Diperkirakan 30 %
dari populasi dunia mengalami anemia akibat defisiensi besi.
Zat besi selain dibutuhkan untuk pembentukan Hb yang berperan dalam
penyimpanan dan pengangkutan oksigen, juga terdapat dalam beberapa enzim
yang berperan dalam metabolisme oksidatif, sintesa DNA, neurotransmiter dan
proses katabolisme yang bekerjanya membutuhkan ion besi.
Anemia ini merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai pada
bayi dan anak. Banyaknya Fe yang diabsorpsi dari makanan kira-kira 10 % setiap
hari sehingga untuk nutrisi optimal diperlukan diet yang mengandung Fe
sebanyak 8-10 mg Fe perhari. Fe yang berasal dari ASI diabsorpsi secara lebih
efisien daripada yang berasal dari susu sapi. Sedikitnya macam makanan yang
kaya Fe yang dicerna selama tahun pertama kehidupan menyebabkan sulitnya
memenuhi jumlah yang diharapkan, maka dari itu diet bayi harus mengandung
makanan yang diperkaya Fe sejak usia 6 bulan.
ZAT BESI (Fe)
Zat besi terdapat pada seluruh sel tubuh kira-kira 40-50 mg/kilogram berat badan.
Hampir seluruhnya dalam bentuk ikatan kompleks dengan protein. Ikatan ini kuat
dalam bentuk organik, yaitu sebagai ikatan non ion dan lebih lemah dalam bentuk
anorganik, yaitu sebagai ikatan ion. Besi mudah mengalami oksidasi atau reduksi.
Kira-kira 70 % dari Fe yang terdapat dalam tubuh merupakan Fe fungsional atau
esensial, dan 30 % merupakan Fe yang nonesensial.
Makanan sumber zat besi yang paling baik berupa heme-iron adalah hati, jantung
dan kuning telur. Jumlahnya lebih sedikit terdapat pada daging, ayam dan ikan.
Sedangkan nonheme-iron banyak terdapat pada kacang-kacangan, sayuran hijau,
buah-buahan dan sereal. Susu dan produk susu mengandung zat besi sangat rendah.
Heme-iron menyumbang hanya 1-2 mg zat besi per hari pada diet orang Amerika.
Sedangkan nonheme-iron merupakan sumber utama zat besi.
Kebutuhan Zat Besi
Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh berbagai faktor. Umur,
jenis kelamin dan volume darah dalam tubuh (Hb) dapat mempengaruhi kebutuhan,
walaupun keadaan depot Fe memegang peranan yang penting pula.
Kebutuhan zat besi bagi bayi dan anak-anak relatif lebih tinggi disebabkan oleh
pertumbuhannya. Bayi dilahirkan dengan 0,5 gram besi, sedang dewasa kira-kira 5
gram, untuk mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 gram besi harus diabsorbsi tiap
hari selama 15 tahun pertama kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini,
sejumlah kecil diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh
pengelupasan sel. Karena itu untuk mempertahankan keseimbangan besi positif
pada anak, kira-kira 1 mg besi harus diabsorbsi.
METABOLISME ZAT BESI
Penyerapan besi oleh tubuh berlangsung melalui mukosa usus halus, terutama di
duodenum sampai pertengahan jejunum, makin ke distal penyerapan akan semakin
berkurang. Ada 2 cara penyerapan besi dalam usus, yaitu :
1. Penyerapan dalam bentuk non heme ( + 90 % berasal dari makanan)
Zat besi dalam makanan biasanya dalam bentuk senyawa besi non heme berupa
kompleks senyawa besi inorganik (ferri/ Fe3+) yang oleh HCl lambung, asam amino
dan vitamin C mengalami reduksi menjadi ferro (Fe2+ ). Bentuk fero diabsorpsi oleh
sel mukosa usus dan di dalam sel usus, fero mengalami oksidasi menjadi feri yang
selanjutnya berikatan dengan apoferitin menjadi feritin. Bentuk ini akan dilepaskan ke
peredaran darah setelah mengalami reduksi menjadi fero dan di dalam plasma ion fero
direoksidasi menjadi feri yang akan berikatan dengan 1 globulin membentuk
transferin. Transferin berfungsi mengangkut besi untuk didistribusikan ke hepar,
limpa, sumsum tulang serta jaringan lain untuk disimpan sebagai cadangan besi
tubuh.
Di sumsum tulang sebagian besi dilepaskan ke dalam retikulosit yang akan
bersenyawa dengan porfirin membentuk heme. Persenyawaan globulin dengan heme
membentuk hemoglobin. Setelah eritrosit hancur, Hb akan mengalami degradasi
menjadi biliverdin dan besi. Besi akan masuk ke dalam plasma dan mengikuti siklus
seperti di atas.
2. Penyerapan dalam bentuk heme ( + 10 % dari makanan)
Besi heme di dalam lambung dipisahkan dari proteinnya oleh HCl lambung dan
enzim proteosa. Besi heme teroksidasi menjadi hemin yang akan masuk ke sel
mukosa usus secara utuh, lalu dipecah oleh enzim hemeoksigenasi menjadi ion feri
dan porfirin. Ion feri akan mengalami siklus seperti di atas.
Proses absorbsi besi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Heme-iron akan lebih mudah diserap dibandingkan nonheme-iron
b. Ferro lebih mudah diserap daripada ferri
c. Asam lambung akan membantu penyerapan besi
d. Absorbsi besi dihambat kompleks phytate dan fosfat
e. Bayi dan anak-anak mengabsorbsi besi lebih tinggi dari orang dewasa karena proses
pertumbuhan
f. Absorbsi akan diperbesar oleh protein
g. Asam askorbat dan asam organik tertentu
Jumlah total besi dalam tubuh sebagian besar diatur dengan cara mengubah kecepatan
absorbsinya. Bila tubuh jenuh dengan besi sehingga seluruh apoferitin dalam tempat
cadangan besi sudah terikat dengan besi, maka kecepatan absorbsi besi dari traktus
intestinal akan menjadi sangat menurun. Sebaliknya bila tempat penyimpanan besi itu
kehabisan besi, maka kecepatan absorbsinya akan sangat dipercepat.
Di dalam tubuh, cadangan besi ada dua bentuk, yang pertama feritin yang ebrsifat
mudah larut, tersebar di sel parenkim dan makrofag, terbanyak di hati. Bentuk kedua
adalah hemosiderin yang tidak mudah larut, lebih stabil tetapi lebih sedikit dibanding
feritin. Hemosiderin terutama ditemukan dalam sel Kupfer hati dan makrofag di limpa
dan sumsum tulang. Cadangan besi ini akan berfungsi untuk mempertahankan
homeostasis besi dalam tubuh.
PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan anemia defisiensi besi adalah mengetahui faktor penyebab
dan mengatasinya serta memberi terapi penggantian dengan preparat besi. Pemberian
preparat Fe dapat secara peroral atau parenteral.
1. Terapi Oral
Senyawa zat besi yang sederhana dan diberikan peroral adalah ferous glukonat,
fumarat, dan suksinat dengan dosis harian 4-6 mg/kg/hari besi elemental diberikan
dalam 2-3 dosis. Penyerapan akan lebih baik jika lambung kosong, tetapi ini akan
menimbulkan efek samping pada saluran cerna. Efek samping yang dapat terjadi
adalah iritasi gastrointestinal, yang dapat menyebabkan rasa terbakar, nausea dan
diare. Oleh karena itu pemberian besi bisa saat makan atau segera setelah makan,
meskipun akan mengurangi absorbsi obat sekitar 40-50%. Preparat besi harus terus
diberikan selama 2 bulan setelah anemia pada penderita teratasi.
2. Terapi parental
Pemberian besi secara IM menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal. Kemampuan
untuk meningkatkan kadar Hb tidak lebih baik dibanding peroral.
Indikasi parenteral:
a. Tidak dapat mentoleransi Fe oral.
b. Kehilangan Fe (darah) yang cepat sehingga tidak dapat dikompensasi dengan Fe
oral.
c. Gangguan traktus gastrointestinal yang dapat memburuk dengan pemberian Fe
oral (colitis ulserativa).
d. Tidak dapat mengabsorpsi Fe melalui traktus gastrointestinal.
e. Tidak dapat mempertahankan keseimbangan Fe pada hemodialisa.
PENCEGAHAN
Beberapa tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan
besi pada awal kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemberian ASI eksklusif.
2. Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun.
3. Memberi bayi makanan yang mengandung besi serta makanan yang kaya
dengan asam askorbat (jus buah).
4. Memberi suplemen Fe pada bayi kurang bulan.
5. Pemakaian PASI yang mengandung besi.
PROGNOSIS
Prognosa baik bila penyebab anemianya hanya kekurangan besi saja dan diketahui
penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala anemia
dan manifestasi klinisnya akan membaik dengan pemberian preparat besi
2.) Anemia megaloblastik. Defisiensi folat atau vitamin B12 bisa
mengakibatkan gangguan pada sintesis timidin dan defek pada replica
DNA. Efek yang timbul dari kejadian tersebut adalah pembesaran precursor
sel darah (megaloblas) di sumsum tulang, hematopoises yang tidak efektif,
dan pansitopenia.
Kebutuhan minimal folat sehari-hari kira-kira 50 mg, dengan mudah
diperoleh dari diet rata-rata (Soenarto 2001). Asam folat (folium) termasuk
golongan vitamin B yang larutdalam air. Jadi, bila ada kelebihan folat
dalam asupan atau makanan yang dikonsumsi, tak perlu khawatir karena
kelebihan tersebut dapat larut dalam air. Selain itu, tak seluruhnya dari
asam folat yang dimakan itu bias diserap oleh tubuh
Sumber asam folat:
a. Sayuran berwarna hijau tua: Bayam, kangkung, selada, asparagus,
brokoli.
b. Kacang-kacangan: Kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau,
termasuk juga selai kacang.
c. Biji-bijian: Gandum, beras, cereal, oatmeal, termasukjuga roti gandum
d. Buah-buahan: Pepaya, nenas, jeruk, pisang, alpukat, danstroberi.
e. Daging: Hati, ginjal dan beberapa organ dalam hewani lainnya
3.) Anemia aplastik. Anemia aplastik adalah suatu kondisi di mana sumsum
tulang gagal memproduksi sel darah akibat hiposeluleritas. Hiposeluleritas
dapat terjadi akibat paparan racun, radiasi, reaksi terhadfap obat atau virus,
serta defek pada perbaikan DNA dan gen.
4.) Anemia mieloptisik. Anemia ini terjadi akibat penggantian sumsum tulang
oleh serangan sel-sel tumor serta kelainan granuloma yang menyebabkan
plpasan eritroid padfa tahap awal.
b. Klasifikasi Anemia Berdasarkan Ukuran Sel
Anemia yang di akibatkan oleh ukuran sel meliputi:
1.) Anemia mikrositik, penyebab utamanya adalah defisiensi besi dan talasemia
(gangguan Hb).
2.) Anemia normositik, contohnya adalah anemia yang diakibatkan oleh
penyakit kronis, seperti gangguan ginjal.
3.) Anemia makrositik, penyebab utamanya adalah mengonsumsi alcohol dan
anemia megloblastik.
4. Diet dan Anemia
Faktor-faktor diet yang diperlukan untuk sintesis normal sel-sel darah merah adalah
zat besi, vitamin B12 ,asam folat, asam askorbat dan protein.
Defisiensi salah satu nutrien tersebut akan mempengaruhi pembentukan sel-sel darah
merah dan menimbulakan keadaan anemia. Diantara beberapa jenis anemia,anemia gizi
yang disebabkan oleh defisiensi zat besi sejauah ini merupakan jenis anemia yang paling
sering ditemukan.
Anemia Defisiensi Besi
Anemia besi merupakan jenis malnutrisi yang banyak dijumpai bukan hanya di
indonesia tetapi diseluruh penjuru dunia. Keadaan ini disebabkan oleh kekurangan zat
besi untuk pembentukan hemoglobin, yakni pigmen pembawa oksigen yang terdapat
dalam sel darah merah. Insufisiensi unsur mineral ini menyebabkan penurunan jumlah
serta ukuran sel-sel darah merah dan mengurangi kandungan hemoglobin didalamya.
Penderitanya menjadi pucat dan lemah,serta mudah lelah. Berbagai faktor turut
meninimbulkan keadaan ini :
a. Makanan yang kandungan zat besinya rendah.
b. Kebutuhan zat besi yang meningkatkan akibat kehilangan darah,misalnya sebagai
akibat cedera,perdarahan dari ulkus peptimum atau hemorhoid,atau sebagai akibat
epistaksis atau menstruasi yang berlebihan.
c. Gangguan penyerapan zat besi,seperi terjadi pada kelainan traktus alimentrarius
tertentu.
Kadang-kadang beberapa faktor turut terlibat.
Anemia defisiensi besi kerapkali terjadi diantara kaum wanita, khususnya wanita
dengan haid yang banyak atau ibu yang mengalami kehamilan berulang kali. Jenis anemia
ini juga sering ditemukan di antara anak-anak dan para remaja, yang kebutuhan zat
besinya tinggi karena berlangsungnya pertumbuhan.
Bayi-bayi juga mudah menderita anemia, khususnya bayi yang hanya diberi air susu
dalam waktu lama tanpa makanan tambahan, mengingat baik ASI maupun susu sapi
merupakan sumber zat besi yang buruk. Kelompok lainnya yangkemungkinan besar
menderita anemia adalah para manula berusia di atas 75 tahun, khususnya yang
menghadapi kesulitan untuk mengunyah makanannya.
Vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 akan menimbulkan anemia pernisiosa. Keadaan ini terjadi
akibat gangguan penyerapan vitamin tersebut dari traktus ali mentarius karena gangguan
penyerapan vitamin B12 pada anemia pernisiosa timbul akibat kekurangan faktor intrinsik,
keadaan ini tidak dapat diobati atau dicegah dengan makanan yang kaya akan vitmin B 12
ataupun dengan preparat vitamin B12. Dalam keadaan ini diperlukan penyuntikan vitamin
B12. Apabila penyerapan usus berlangsung normal,defisiensi vitamin B12 hanya terjadi
pada vegitarian ang sama sekali tidak makan produk hewani.
Asam Folat
Defisiensi asam folat dari makanan diperkirakan mempunai peranan dalam
menimbulakan anemia megalobastik ang kadang-kadang terjadi pada kehamilan. Keadaan
ini sering ditemukan diantara wanita hamil. Kadang-kadang ditemukan juga pada bayi
prematur secara manula.
Asam Askorbat
Anemia akibat kekurangan asam askorbat kadang-kadang dijumpai bersama
dengan penyakit skorbut
Protein
Defisiensi protein yang serius dapat mengakibatkan kekurangan protein untuk
pembentukanstruktur sel darah merah dan dapat menimbulkan anemia.
B. Tujuan Diet
Tujuan diet penyakit anemia adalah untuk membantu pasien memperbaiki kebiasaan
makan dan olahraga untuk mendapatkan control metabolik yang lebih baik, dengan cara:
1. Meningkatkan asupan makanan sumber Fe sehingga tidak terjadi anemia.
2. Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal.
3. Mencapai dan mempertahankan tekanan BB dan status gizi yang optimal
sehingga tidak terjadi malnutrisi.
4. Memperbaiki pola makan yang salah.
5. Mengurangi/mencegah timbulnya factor resiko lain seperti penyakit baru pada
saat kehamilan / setelah mlahirkan.
6. Memenuhi kebutuhan energy dan protein yang meningkat untuk mencegah
dan mngurangi kerusakan jaringan tubuh.
C. Indikasi Pemberian Diet (Preskripsi diet)
Disamping rekomendasi intervensi dengan pemberian suplemen, preskripsi diet
berikut ini perlu diperhatikan pula.
1. Makan makanan yang kaya akan zat besi, folat dan vitamin B12 seperti hati, kerang-
kerangan, sereal yang diperkaya zat besi, udang, ikan, ragi (misalnya tempe) dan
sereal utuh.
2. Makan makanan sumber protein hewani dan nabati dalam jumlah dan proporsi
yang seimbang. Kebutuhan protein bukan hanya diperlukan untuk membentuk
komponen globin dalam hemoglobin tetapi juga dibutuhkan bagi pembentukan
berbagai enzim dalam metabolisme sel,perbaikan jaringan yang aus atau sakit dan
pertumbuhan.
3. Makanan sauran hijau paling tidak sebanyak 3 porsi/hari untuk mememnuhi
kebutuhan zat besi.
4. Minum sari buah yang kaya akan vitamin C paling tidak satu gelas/hari,seperti sari
jambu,jeruk,tomat. Vitamin C diperlukan pada penderita anemia karena berperan
untuk meningkatkan absorpsi zat besi dalam usus.
D. Prinsip
Widyakarya pangan dan gizi (1998), dalam Almatsier (2002) menetapkan angka
kecukupan zat besi untuk Indonesia pada dewasa perempuan adalah 14 sampai 26 mg.
kebutuhan kehamilan perlu penambahan 20 mg per hari. Kebutuhan zat besi ini dapat
dipenuhi dengan mengonsumsi zat besi atau mengonsumsi bahan makanan yang cukup
mengandung zat besi. Oleh karena itu prinsip diet ibu hamil harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
1. Ibu hamil harus mengonsumsi sejumlah tablet zat besi sesuai dengan anjuran selama
kehamilan yang dimulai pada trimester dua dan tiga.
2. Diet sehari-hari harus mengandung zat besi seperti daging, ayam, ikan, telur, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan buah.
3. Konsumsi makanan yang mengandung vitamn C, karena vitamin C meningkatkan
penyerapan zat besi.
4. Menghindari minum teh atau minum kopi pada waktu makan.
5. Menghindari makanan yang mengandung EDTA (mentega, kerang kalengan, bumbu
salad), karena dapat mengurangi tersedianya zat besi non-heme sebesar 50%.
6. Memasak menggunakan panci besi.
7. Hindari factor diet lainnya yang membatasi tersedianya zat besi seperti filat, zat yang
terdapat dalam gandum.
8. Konsumsi pula bahan makanan yang banyak mengandung asam folat dan vitamin
B12, karena anemia dapat terjadi kombinasi kekurangan zat besi asam folat dan
vitamin B12.
Kandungan zat besi dari beberapa bahan makanan (mg/100 gram) dapat dilihat pada table
berikut.
Bahan makanan Nila Fe Bahan makanan Nilai Fe
Tempe kacang kedelai
murni
Kacang kedelai murni
Kacang hijau
Kacang merah ‘
Kelapa tua, daging
Udang segar
Hati sapi
Daging sapi
Telur bebek
Telur ayam
10,0
8,0
6,7
5,0
2,0
8,0
6,6
2,8
2,8
2,7
Biscuit
Jagung kuning pipil
Roti putih
Beras setengan giling
Kentang
Daun kacang panjang
Bayam
Sawi
Daun katuk
Kangkung
2,7
2,4
1,5
1,2
0,7
6,2
3,9
2,9
2,7
2,5
Ikan segar
Ayam
2,0
1,5
2,8
Daun singkong
Pisang ambon
keju
2,0
0,5
1,5
E. Syarat Diet Anemia
Syarat-syarat diet penyakit anemia adalah:
1. Energy sesuai kebutuhan yang diberikan 2515,356 kkal
2. Protein tinggi 1,5gr/kg BB yaitu sebesar 91,5 gram
3. Lemak sedang diberikan 25% yaitu sebesar 69,871 gram
4. Karbohidrat sesuai kebutuhan diberikan 380,13 gram
5. Vitamin dan mineral terutama pemberian Fe, asam folat, dan vitamin B12 serta
vitamin C.
F. Jenis-jenis diet
Macam diet dan indikasi pemberian
Diet tinggi kalori tinggi protein diberikan kepada penderita:
1. Gizi kurang: defisiensi kalori, protein dan anemia.
2. Hipertiroid
3. Sebelum dan sesudah operasi tertentu, bila dapat menerima makanan lengkap.
4. Baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi atau penyakit berlangsung lama dan
telah dapat menerima makanan lengkap.
5. Trauma, kombustion atau mengalami pendarahan lainnya.
6. Hamil dan post partum
Menurut keadaan penderita dapat diberikan salah satu dari 2 macam diit Tinggi Kalori
Tinggi Protein (TKTP) , dibawah :
Diit Tinggi Kalori Tinggi Protein I (TKTP I)
Kalori : 2600
Protein : 100g (2g/kgBB)
Diit Tinggi Kalori Tinggi Protein II (TKTP II)
Kalori : 3000
Protein : 125g (21/2 g/kgBB)
Untuk memudahkan penyelenggaraan penyelenggaraan, makanan yang diperlukan untuk
menambah konsumsi kalori dan protein ditambahkan pada makanan biasa berupa
tambahan lauk dan susu.
Bahan makanan yang ditambahkan pada makanan biasa sehari.
TKTP I TKTP II
Berat(g) Ukuran Berat(g) Ukuran
Susu 200 1gls 400 2gls
Telur 50 1btr 100 2btr
Daging 50 1ptg sdg 100 2 ptg sdg
Nilai Gizi
TKTP I TKTP II
Kalori 2590 3020
Protein 103 g 125 g
Lemak 73 g 103 g
Hidrat arang 398 g 416 g
Kalsium 0,7 g 1,4 g
Besi 30,2 mg 36 mg
Vitamin A 9062 SI 9787 SI
Thiamin 1,5 mg 1,7 mg
Vitamin C 114 mg 116 mg
Pembagian makanan sehari (sebagian tambahan pada makanan biasa)
Waktu TKTP I TKTP II
Pagi 1 gls susu 1 gls susu
Siang 1 btr telu 1 btr telur
1 ptg daging
Sore _ 1 gls susu
Malam 1 ptg daging 1 btr telur
1 ptg daging
Bahan makanan yang baik diberikan
Sumber protein hewani: ayam, daging, hati, ikan, telur, susu, keju.
Sumber protein nabati: kacang-kacangan dan hasilnya: tahu, tempe, oncom.
Bahan makanan yang dihindarkan
Makanan yang terlalu manis dan gurih yang dapat mengurangi nafsu makan seperti: gula-
gula, dodol, cake, tarcis dan sebagainya.
G. Nutrisi bagi Penderita Anemia
Makanan yang dianjurkan bagi penderita anemia adalah yang mengandung:
1. Zat besi (Fe), yang meliputi hati, daging sapi, kuning telur, buah-buahan yang
dikeringkan (misalnya kismis), serta sayur-sayuran yang berwarna hijau
(kangkung, daun katuk, daun ubi jalar, bayam, daun singkong, kacang buncis,
kacang panjang, dll)
2. Asam folat, yang terdapat paga hati, jamur, pisang, dan apel.
3. Protein, bisa didapat dengan mengonsumsi telur, susu, tahu, tempe, dan
kacang-kacangan.
H. Diet Tepat Cegah Anemia
Siapa pun pasti tidak ingin mengalami penyakit kurang darah atau anemia. Selain
merusak produktivitas dan kreativitas kerja, penderita anemia rentan terhadap komplikasi
penyakit lainnya. Hal tersebut terjadi karena memiliki daya tahan tubuh yang rendah.
Wanita lebih rentan terkena penyakit anemia. Namun, jangan berkecil hati dulu,
semuannya bisa dihindari dengan melakukan diet sehat dan tepat bagi tubuh.
Sebenarnya, banyak hal bisa dilakukan oleh wanita agar terhindar dari anemia,
seperti menjaga asupan zat besi, misalnya mengonsumsi jus jeruk setelah makan dan
mengindari konsumsi teh usai makan. Sebab, teh dapat membuat zat besi yang
dikonsumsi bersama makanan larut dan terbuang percuma.
Kepintaran menyiasati makanan yang dikonsumsi bisa membuat tubuh terhindar dari
anemia. Penderita anemia bisa meningkatakan konsumsi daging, makanan laut, buah dan
sayur. Sementara itu, agar terhindar dari anemia, disarankan agar membatasi konsumsi
makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi, dengan menghindari makanan yang
mengandung phytat, seperti yang terdapat pada kacang-kacangan, biji-bijian, dan tepung.
Selain itu, hindari pula konumsi the, kopi, dan coklat.
Sejatinya, semua makanan yang dihindari tersebut baik bagi tubuh. Namun, hindari
mengonsumsi sebelum makan besar. Misalnya, minumlah teh dua jam sebelum atau
sesudah makan. Jangan ketika makan besar minumnya teh. Kebiasaan ini dapat membuat
zat besi yang sudah dikonsumsi larut. Strategi terbaik guna mengubah pola makan adalah
dengan mengombinasikan zat besi dalam menu makanan.
Dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa makanan yang kaya akan zat besi:
1. Apricot. Buah ini mengandung zat besi yang sempurna guna memastikan
tubuh mendapatkan asupan zat besi.
2. Bit hijau. Bit hijau merupakan sumber vitamin A dan B12. Bit hijau juga dapat
memperkaya darah dengan besi dan mangan.
3. Jagung. Jagung kaya akan zat besi dan tembaga. Jagung juga sumber
vitaminA dan C yang baik.
4. Telur. Telur kaya akan semua mineral, termasuk besi dan vitamin B. teluyr
idea dikonsumsi saat sarapan karena mengandung jumlah energy yang
memadai.
5. Kangkung. Kangkung adalah sumber vitamin A, B, dan C yang baik.
Kangkung juga mengandung zat besi, kalsium, dan kalium yang tinggi.
6. Molase. Molase menyediakan sumber zat besi yang sangat baik guna
mengatasi anemia.
7. Kismis. Kismis mengandung zat besi yang sangat tinggi. Kismis merupakan
makanan yang bersifat basa dan dapat membantu mengatasi kondisi asam
tubuh.
8. Bayam. Selain zat besi, bayam juga mengandung vitamin A. bayam harus
menjadi bagian diet rutin semua orang.
9. Daging. Daging dapat meningkatkan jumlah hemoglobin dan kaya zat besi.
Selain itu, daging mudah diserap oleh usus, sehingga tidak mengakibatkan
pencernaan tersumbat. Namun, jangan berlebihan mengonsumsi daging karena
dapat membuat resiko serangan jantung bertambah.
10. Sayuran. Sayuran merupakan salah satu makanan penambah darah. Akan
tetapi, tidak semua sayuran dapat mengurangi anemia. Sayuran penambah
darah yang baik adalah bayam, ubi, kacang polong hijau, kacang merah, kol,
lobak, kentang, brokoli dan sawi.
11. Buah-buahan. Selain memperlancar aliran darah , buah-buahan seperti kismis,
plum, apel, anggur, dan melon juga menambah jumlah sel darah merah.
12. Kacang almond. Beberapa jenis kacang dapat mengatasi kekurangan darah,
terutama kacang almond.
13. Roti dan serealia. Makanan ini bisa memberikan 20 persen zat besi jika anda
mengonsumsi setiap hari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang mengangkut oksigen dari paru-paru
dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien dikatakan terkena
anemia apabila kosentrasi hemoglobin (HB)-nya kurang dari 13,5g/dL atau
hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki dan kosentrasi Hb kurang dari
11,5g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.
Anemia besi merupakan jenis malnutrisi yang banyak dijumpai bukan hanya di
indonesia tetapi diseluruh penjuru dunia. Keadaan ini disebabkan oleh kekurangan zat
besi untuk pembentukan hemoglobin, yakni pigmen pembawa oksigen yang terdapat
dalam sel darah merah.
Faktor-faktor diet yang diperlukan untuk sintesis normal sel-sel darah merah adalah
zat besi, vitamin B12 ,asam folat, asam askorbat dan protein. Defisiensi salah satu
nutrien tersebut akan mempengaruhi pembentukan sel-sel darah merah dan
menimbulakan keadaan anemia.
B. Saran
Di akhir kesempatan dalam makalah ini, penulis pun mempunyai saran untuk para
pembaca. Untuk mengetahui diet anemia yaitu sebagai berikut :
1. Penderita anemia seharusnya lebih memilih makanan yang kaya akan zat
besinya.
2. Penderita anemia seharusnya lebih mengatur diet makanannya.
3. Penderita anemia juga mengkonsumsi vitamin B12, asam folat, dan protein.
DAFTAR PUSTAKA
Fairus, Martini.2009.Buku Saku Gizi dan Kesehatan Reproduksi.Jakarta:EGC
Hartono,Andry.2004.Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Ed.2. Jakarta:EGC
Beck,E Mary.2000. Ilmu Gizi dan Diet.Yogyakarta:Yayasan Essentina Medika
Mangunkusumo,Cipto.1978.Penuntun Diit.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utara