Upload
galuh-hemastiti
View
15
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Managing Conflict and Negotiating
Citation preview
CHAPTER 11
MANAGING CONFLICT AND NEGOTIATING
Tujuan pembelajaran bab 11 ini adalah:
1. Define the term conflict, distinguish between functional and dysfunctional conflict, and
identify three desired outcomes of conflict.
2. Define personality conflicts, and explain how they should be managed.
3. Discuss the role of in-group thinking in intergroup conflict, and explain what can be
done to avoid cross-cultural conflict.
4. Explain how managers can program functional conflict, and identify the five conflict
handling styles.
5. Identify and describe at least four alternative dispute resolution (ADR) techniques.
6. Draw a distinction between distributive and integrative negotiation, and explain the
concept of added-value negotiation.
I. A Modern View of Conflict
Conflict (konflik) adalah suatu proses dimana satu kelompok menganggap bahwa
keputusannya ditentang atau dipengaruhi secara negatif oleh kelompok lainnya. Kata
‘menganggap’ dapat diartikan bahwa penyebab konflik dan isu bisa merupakan sebuah
kenyataan atau hanya imajinasi seseorang. Konflik dapat menguat atau melemah dengan
berjalannya waktu.
i. Functional versus Dysfunctional Conflict
Perbedaan antara Functional dan Dysfunctional Conflict terletak pada kepentingan
organisasi atau perusahaan terpenuhi. Konflik fungsional untuk memenuhi kepentingan
organisasi, sering disebut pada manajemen konflik merupakan konflik yang konstruktif
1Chapter 11 : Managing Conflict and Negotiation
GALUH HEMASTITI 65B REGULER 1465044
MAGISTER MANAGEMENT UGM ORGANIZATIONAL BEHAVIOR
dan kooperatif. Hal tersebut ditandai oleh adanya konsultasi, fokus pada isu-isu, saling
menghormati dan saling memberi dan menerima manfaat. Sedangkan konflik
disfungsional merupakan tantangan bagi kepentingan organisasi.
ii. Antecedents of Conflict
Dengan mengertahui penyebab terjadinya konflik, manajer mengantisipasi konflik dan
mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya apabila konflik tersebut merupakan
konflik disfungsional.
1. Ketidak cocokan kepribadian atau sistem nilai
2. Batas-batas pekerjaan yang tidak jelas
3. Persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas.
4. Pertukaran informasi atau komunikasi yang tidak cukup
5. Kesalingtergantungan dalam pekerjaan
6. Kompleksitas organisasi
7. Peraturan-peraturan, standar kerja, atau kebijakan yang tidak jelas/tidak masuk akal
8. Batas waktu penyelesaian pekerjaan yang sulit dipenuhi
9. Pengambilan keputusan secara kolektif yang terlalu banyak.
10. Pengambilan keputusan melalui konsensus
11. Harapan-harapan yang tidak terpenuhi
12. Tidak menyelesaikan atau menyembunyikan konflik
Seorang manajer proaktif sebaiknya membaca dengan cermat hal ini untuk dapat
mengambil tindakan yang tepat.
iii. Why People Avoid Conflict
The Coward’s Guide to Conflict, berpendapat bahwa kita mengindari konflik karena kita
takut dengan kombinasi hal-hal berikut : kesalahan, penolakan, kehilangan hubungan,
kemarahan, dipandang egois, berkata hal yang salah, gagal, menyakiti orang lain,
mendapatkan apa yang anda mau, dan kedekatan.
2Chapter 11 : Managing Conflict and Negotiation
iv. Desired Outcomes of Conflict
Di dalam organisasi, manajemen konflik lebih dari sekedar pencarian kesepakatan.
Apabila sebuah kemajuan akan diciptakan dan meminimalisasi adanya konflik
disfungsional, agenda yang lebih luas harus dibuat. Dean Tjosvold menyebutkan ada tiga
hal yang diharapkan dari konflik :
- Kesepakatan yang adil dan setara adalah yang terbaik.
- Hubungan yang lebih kuat. Pihak yang berkonflik, yang saling mempercayai lebih
memungkinkan untuk mengakhiri konflik mereka.
- Pembelajaran. Konflik fungsional dapat meningkatkan kesadaran diri yang lebih besar
dan penyelesaian masalah yang kreatif.
II. Major Forms of Conflict
i. Personality Conflict
Merupakan pertentangan antar pribadi berdasarkan ketidaksukaan pribadi dan atau
ketidaksetujuan. Kepribadian adalah kesatuan dan karakteristik yang stabil yang
menciptakan identitas setiap orang. Konflik personal sering diawali dengan gesekan yang
kecil seperti “workplace incivility”. Ketidaksopanan dalam bekerja adalah bentuk
perilaku kerja yang kontra produktif. Hal itu didefinisikan sebagai perilaku yang
menyimpang yang dilakukan untuk menyakiti orang dengan cara melanggar norma untuk
saling menghormati.
3Chapter 11 : Managing Conflict and Negotiation
ii. Intergroup Conflict
Merupakan konflik yang terjadi diantara kelompok kerja, tim dan departemen.
Kekohesifan dalam jumlah tertentu dapat menjadikan sekelompok individu ke dalam tim
yang solid. Namun, terlalu banyak kekohesifan dapat menyebabkan pemikiran kelompok
dengan keinginan untuk sejalan tetapi mengesampingkan pemikiran yang kritis. Prioritas
manajer pada konflik antar kelompok adalah mengidentifikasi dan menghilangkan
hubungan negative diantaranya.
iii. Cross Cultural Conflict
Berbisnis dengan orang-orang dari budaya yang berbeda merupakan sesuatu yang umum
terjadi di ekonomi global, seperti Joint Ventures, Outsourcing dan Aliansi. Karena
adanya asumsi yang berbeda tentang bagaimana cara berpikir dan bertindak sehingga
potensi untuk konflik antar budaya sangat besar. Konsultan internasional dapat
membantu menguraikan konflik personal dan konflik antar kelompok dari berbagai
konflik yang terjadi di budaya nasional yang berbeda.
4Chapter 11 : Managing Conflict and Negotiation
iv. Work – Family Conflict
Muncul ketika tekanan atau ketidakseimbangan antara peran pada pekerjaan dengan
peran di dalam keluarga. Jam kerja yang panjang dan beban kerja yang berat merupakan
pertanda langsung akan terjadinya konflik pekerjaan-keluarga, dikarenakan waktu dan
upaya yang berlebihan dipakai untuk bekerja mengakibatkan kurangnya waktu dan energi
yang bisa digunakan untuk melakukan aktivitas-aktivitas keluarga.
a. Keseimbangan kerja-keluarga dimulai di rumah.
Dalam sebuah studi kasus menyatakan bahwa seseorang bisa mendapatkan level
jabatan yang tinggi juga didukung oleh bagaimana keluarga dan saudara mensupport.
b. Perusahaan memiliki filosofi yang dipercaya, bahwa keluarga yang mendukung lebih
penting.
Organisasi sebaiknya mulai menyadari bahwa memperhatikan keluarga dari pegawai
juga cukup penting. Tidak hanya cukup dalam pelayanan kesehatan, tapi bagaimana
pegawai merasa nyaman dalam memanfaatkan.
c. Adanya fleksibilitas informal jam kerja dalam mengizinkan orang untuk bekerja di
rumah sangat penting untuk meningkatkan keseimbangan kerja-keluarga.
d. Atasan mendukung dan rekan dapat saling membantu.
e. Pentingnya keseimbangan kerja-keluarga sangat bervariasi dari generasi ke generasi.
III.Managing Conflict
i. Progamming Functional Conflict
Terkadang komite dan kelompok pembuat keputusan menjadi begitu terperangkap dalam
detail dan prosedur yang tidak substansial yang dicapai. Alternatif lain konflik dapat
diselesaikan dengan mengangkat pendapat yang berbeda tanpa mempertimbangkan
perasaan pribadi para manajer. Trik ini dilakukan untuk mendapatkan kontribusi, untuk
mempertahankan ataupun mengkritik ide-ide berdasarkan fakta yang relevan daripada
berdasarkan pilihan personal atau kepentingan politik.
a. Devil’s Advocacy
Merupakan seseorang yang bertugas menjalankan peran mengkritik, untuk membuka
dan menemukan semua hal yang dapat menjadi penolakan terhadap suatu konflik.
5Chapter 11 : Managing Conflict and Negotiation
b. The Dialectic Method
Mengembangkan debat dari pandangan yang berlawanan untuk memahami masalah
dengan baik. Metode ini menyarankan para manajer untuk mengembangkan debat
yang terstruktur dari pandangan yang berlawanan untuk membuat suatu keputusan.
Hanya saja metode ini dapat mengalihkan isu yang sedang dihadapi.
Pada gambar diatas, tampak bagaimana devil’s advocacy mengubah proses
pengambilan keputusan pada langkah 2 dan 3. Sedangkan dialectic method pada
langkah 3 dan 4 terpisah dari proses pengambilan keputusan normal.
ii. Alternative Styles for Handling Dysfunctional Conflict.
Lima gaya penanganan konflik yang lain dapat diplot pada kotak 2x2. Perhatian untuk
diri sendiri dari tinggi ke rendah terdapat pada sumbu horizontal, sedangkan perhatian
untuk orang lain dari rendah ke tinggi membentuk sumbu vertikal.
6Chapter 11 : Managing Conflict and Negotiation
a. Integrating (Problem Solving) : Pihak yang tertarik untuk menyelesaikan dan
meningidentifikasi masalah secara kooperatif, menghadapi masalah,
mengidentifikasi, menghasilkan, dan mencari solusi alternatif.
b. Obliging (Smoothing) : menyisihkan perbedaan dan menekankan kesamaan.
c. Dominating (Forcing) : menggunakan otoritas formal untuk melakukan penyelesaian.
d. Avoiding : melakukan penarikan diri dari masalah.
e. Compromising : pendekatan memberi dan menerima yang melibatkan perhatian
cukup untuk diri sendiri dan orang lain.
iii. Third Party Interventions: Alternative Dispute Resolution
Perselisihan antara karyawan, antara karyawan dan atasan dan antara perusahaan terlalu
sering berakhir panjang dan mahal di pengadilan. Alternative Dispute Resolution menurut
pengacara Kanada, adalah menggunakan metode yang lebih cepat, metode user-friendly
untuk menyelesaikan sengketa, bukan secara tradisional. Juga merupakan cara
menghindari tuntutan hukum yang mahal dengan penyelesaian konflik infomal atau
melalui mediasi atau arbitasi.
a. Facilitation : pihak ketiga (biasanya manajer) secara formal memerintah pihak yang
bertikai untuk menyelesaikan masalah secara langsung dengan cara yang konstruktif
dan positif.
b. Conciliation : pihak ketiga yang netral berlaku sebagai wakil komunikasi antar pihak
yang bertikai.
c. Peer review : rekan kerja yang dipercayai diseleksi berdasarkan kemampuan mereka
untuk tetap obyektif menyimak kedua pihak yang bertikai dalam pertemuan yang
informal dan tertutup.
d. Ombudsman : seorang dalam perusahaan yang dihormati dan dipercaya,
mendengarkan keluhan secara tertutup, dan mencari solusi.7
Chapter 11 : Managing Conflict and Negotiation
e. Mediation : pihak ketiga yang netral dan terlatih, secara aktif membimbing pihak
yang bertikai dalam mencari solusi yang inovatif.
f. Arbitration : pihak yang bertikai sepakat untuk menerima keputusan dari seorang
arbiter netral di dalam pengaturan seperti pengadilan formal.
IV. Negotiating
Negotiating (negosiasi) merupakan proses pengambilan keputusan yang memiliki proses
memberi dan menerima, melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan yang memiliki
preferensi yang berbeda.
i. Two Basic Types of Negotiation
a. Distributive Negotiating
Merupakan negosiasi yang berupaya dalam menyelesaikan permasalahan untuk
membagi sumber daya dan dalam negosiasi ini terdapat satu pihak yang kalah dan
satu pihak yang menang.
b. Integrative Negotiating
Merupakan negosiasi yang berjalan dan berdasarkan pada asumsi mencari
penyelesaian dan dalam negoisasi ini diciptakan penyelesaian menang menang
diantara pihak yang terlibat.
ii. Added-Value Negotiation
Secara kooperatif mengembangkan suatu multi-kesepakatan sambil membangun
hubungan jangka panjang.
a. Clarify interests : setelah masing-masing pihak mengidentifikasi kebutuhan berwujud
atau tidak berwujud, kedua pihak bertemu untuk membahas keinginan masing-masing
dan menemukan dasar yang sama untuk negosiasi.
8Chapter 11 : Managing Conflict and Negotiation
b. Identify opinions : marketplace dari value tercipta saat pihak yang bernegosiasi
membahas elemen yang diinginkan dari value.
c. Design alternative deal packages : selama membuat tujuan untuk beberapa
penawaran, masing-masing pihak memadukan dan menyesuaikan unsur-unsur value
dari kedua belah pihak dalam kombinasi yang bisa diterapkan.
d. Select a deal : masing-masing pihak analisis kesepakatan yang diusulkan oleh pihak
lain.
e. Perfect the deal : bersama-sama membahas masalah yang belum terselesaikan,
mengembangkan kesepakatan yang tertulis, serta membangun hubungan untuk
negosiasi di masa depan.
V. Kesimpulan
Konflik dalam organisasi bisa terjadi dalam diri individu pegawai, antar individu, dalam
kelompok, antar kelompok dan antar organisasi, baik secara vertikal maupun horizontal
sebagai akibat adanya perbedaan karakteristik individu, masalah komunikasi dan struktur
organisasi. Konflik dapat bersifat fungsional dan disfungsional. Negoisasi adalah bagian
penting dalam menyelesaikan konflik. Agar konflik dapat memberikan manfaat yang optimal
dalam negoisasi dan menggurangi efek negatifnya, konflik dapat dikelola dengan melakukan
pencegahan dan penanganan konflik sehingga tujuan dalam negoisasi dapat tercapai.
9Chapter 11 : Managing Conflict and Negotiation