Upload
nuristhyqh
View
287
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Amfibi adalah vertebrata pertama yang mampu hidup di darat dan
juga kelompok yang kemudian menunjang berkembangnya reptil, aves, dan
mamalia, oleh karena itu, amfibi merupakan salah satu kelompok yang penting
untuk dipelajari. Adaptasi dan perubahan struktur amfibi dari nenek
moyangnya yang hidup di air sampai menjadi penghuni daratan, meliputi
perkembangan sirip yang berdaging menjadi kaki primitif yang digunakan
untuk bergerak dari suatu perairan ke tempat lain, paru-paru sebagai alat untuk
bernafas, mekanisme pemeliharaan telur pada keadaan lembab, dan kelenjar
kulit yang menghasilkan sekresi lendir untuk pertahanan diri.
Amfibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah
hanya 3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah
dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk
itu, amfibi memerlukan matahari untuk menghangatkan badan. Awalnya
amfibi mengawali hidup di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan
insang. Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang
dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan.
Amfibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub. Mereka menempati
sejumlah habitat yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, dan danau.
Mereka juga ada di daerah berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan juga
di gurun. Meskipun amfibi dewasa dapat bertahan hidup selama periode
kemarau panjang, umumnya mereka membutuhkan tempat-tempat lembab
seperti sungai dan kolam. Di wilayah hutan hujan tropis yang lembab, banyak
katak dapat bertahan hidup tanpa memiliki sumber air tetap.
Sebagai hewan yang berdarah dingin, amfibi tidak aktif dalam kondisi
dingin. Pada kondisi ini mereka melakukan hibernasi, biasanya dalam lumpur
di dasar kolam. Musim kawin amfibi sering berlangsung kacau. Amfibi jantan
dan betina berkumpul bersama dalam jumlah besar. Setelah membuahi telur,
biasanya amfibi tidak lagi mempedulikan telurnya. Hanya sedikit jenis amfibi
yang melindungi telur. Umumnya spesies amfibi kecil mengandalkan
penyamaran atau melarikan diri saat terancam pemangsa. Ada pula amfibi
yang mengandalkan kulit yang mencolok untuk menakuti musuh. Ada jenis
amfibi yang mempunyai racun.
Katak beracun dari Amerika Selatan memiliki warna yang mencolok
sebagai tanda bahaya pemangsanya. Racun katak sangat kuat ‘racun emas’
yang dimiliki kodok dart dari kolombia misalnya, dapat menewaskan sekitar
1.000 orang sekaligus. Kebanyakan orang kesulitan dalam membedakan
anggota dari kelas amphibia yaitu antara katak dan kodok. Maka dari itulah
kita perlu mengenal kelas amphibia lebih jauh lagi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang tersebut yaitu :
1. Apa saja ciri morfologi dan anatomi dari Katak Pelangi (Ansonia
latidisca)?
2. Bagaimana habitat, perilaku dan kebiasaan aktivitas Katak Pelangi
(Ansonia latidisca)?
3. Bagaimana populasi dan penyebaran Katak Pelangi (Ansonia latidisca)?
C. Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah yaitu :
1. Untuk mengetahui ciri morfologi dan anatomi dari Katak Pelangi (Ansonia
latidisca)?
2. Untuk mengetahui habitat, perilaku dan kebiasaan aktivitas dari Katak
Pelangi (Ansonia latidisca)?
3. Untuk mengetahui populasi dan penyebaran Katak Pelangi (Ansonia
latidisca)?
BAB II PEMBAHASAN
A. Morfologi dan Anatomi dari Katak Pelangi (Ansonia latidisca)
Klasifikasi Katak Pelangi (Ansonia latidisca):
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Bufonidae
Genus : Ansonia
Spesies : Ansonia latidisca
(Inger, 1966).
Kata amphibi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata,
yaitu “Amphi” (rangkap) dan “bios” (hidup). Atau dapat diartikan sebagai
hewan bertulang belakang (vertebrata) dengan kelembaban kulit yang tinggi,
tidak tertutupi oleh rambut yang hidup di dua alam; yakni di air dan di
daratan. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua
bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia
mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di
daratan (Zug, 1993).
Menurut Kimball (1983), Amphibia umumnya didefinisikan sebagai
hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup didua alam yakni di air dan
di daratan. Amphibia bertelur di air atau menyimpan telurnya ditempat yang
lembab dan basah. Ketika menetas larvanya yang dinamakan berudu hidup di
air atau tempat basah tersebut dan bernafas dengan insang. Setelah beberapa
lama, berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan
dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih
kering dan bernapas dengan paru-paru.
Pada masa berudu amphibi hidup di perairan. Pada fase ini berudu
bergerak dengan ekor. Pada fase dewasa hidup didarat dan bernafas dengan
paru-paru dan fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara
bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan
menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaam
menghilang, pada anura tidak di temukan leher sebagai mekanisme adaptasi
terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat (Harminto,
2001).
Amphibi mempunyai kelopak mata dan kelenjar air mata yang
berkembang dengan baik. Pada mata terdapat membran nictitans yang
berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang
menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi
seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan
hemisphaerium cerebri terbagi sempurna, pada cerebellum konvulasi hampir
tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang
menghasilkan bahan pelembab/ perekat, walaupun demikian, tidak semua
amphibi melalui siklus hidup dari perairan kedaratan,misalnya anggota
plethodontidae, tetap tinggal di perairan dan tidak menjadi dewasa, selama
hidup tetap dalam fase berudubernafas dengan insang dan berkemabang biak
secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya di
daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali keair untuk berkembang biak,
tetapi ada juga yang hidup didarat selama hidupnya pada kelompok ini tidak
terdapat setadium larva dalam air (Soemarwoto, 1981).
Amphibia merupakan hewan vertebrata pertama yang hidup di darat
diikuti oleh Reptil, Burung dan Mammalia. Amphibia dikelompokan kedalam
empat Ordo yaitu Gymnophiona (Caecilians), Trachystomata (Sirens),
Caudata dan Anura (Frogs and Toads). Sementara ahli lain membagi amphibi
kedalam tiga ordo meliputi Gymnophiona (Caecilians), Caudata
(Salamanders) dan Anura (Frogs and Toads).
Menurut Brotowidjoyo (1994), Ampibia mempunyai ciri-ciri yaitu
tubuh diselubungi kulit yang berlendir, merupakan hewan berdarah dingin
(poikiloterm), mempuyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua
serambi dan satu bilik, mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya
terdapat selaput renang yang terdapat diantara jari-jari kakinya dan kakinya
berfungsi untuk melompat dan berenang, matanya mempunyai selaput
tambahan yang disebut membran niktitans yang sangat berfungsi waktu
menyelam, pernafasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah
dewasa alat pernafasannya berupa paru-paru dan kulit yang hidungnya
mempunyai katup yang mencegah air masuk kedalam rongga mulut ketika
menyelam, dan berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan
dibuahi oleh yang jantan diluar tubuh induknya atau pembuahan eksternal.
Gambar 1. katak pelangi
Kepala dan badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota, tak ada
leher dan ekor. Bagian dalam ditutupi dengat kulit basah halus lunak. Pada kepala
mempunyai mulut yang lebar untuk mengambil makanan, 2 lubang hidung/ nares
externa yang kecil dekat ujung hidung yang berfungsi dalam pernapasan, terdapat
sepasang mata yang bulat, dibelakangnya terdapat 2 lubang pipih tertutup oleh
membrane tympani yang berfungsi sebagai telinga untuk menerima gelombang
suara. Tiap mata mempunyai kelopak mata atas dan bawah, serta di dalamnya
mempunyai selaput mata bening membrane nictitans untuk menutupi mata apabila
berada di dalam air. Di bagian ujung belakang badan dijumpai anus, lubang kecil
untuk membuang sisa-sisa makananyang tak dicerna, urine dan sel-sel kelamin/
telur atau sperma dari alat reproduksi (Berry, 1965).
Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang.
Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium), lengan bawah (antebrancium),
tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur),
betis (crus), kaki (pes) dan jari-jari (digiti) (Djuhanda, 1983).
Tubuh katak bentuknya bilateral simetris, dengan bagian sisi kiri dan
kanan equal. Bagian tengah disebut medial, samping/lateral, badan muka depan
adalah ujung anterior, bagian belakang disebutujung posterior, bagian punggung
atau dorsal, sedang bagian muka ventral. Bagian badan terdiri atas kepala/ caput,
kerongkongan/ cervik, dada/ thorax atau pectoral, perut atau abdomen, pantat
pelvis serta bagian kaudal pendek (Djuhanda, 1983).
Pada rongga mulut ( cavum oris), dibatasi oleh maxillae (rahang atas),
sedangkan dibagian bawah dibatasi oleh mandibula (rahang bawah) dan os hyoid.
Pada rongga mulut terdapat lingula yang pipih berpangkal pada dasar sebelah
antrior mulut.Pada permukaannya terdapat kuncup perasa dan papil yang dilapisi
oleh lendir dan dapat dijulurkan dari belkang ke muka untuk menangkap mangsa.
Pada maxillae sebelah luar terdapat denta maxillaris (gigi maxillaris), sedangkan
dibelakang maxillae terdapat gigi vormerin yang berfungsi untuk menahan
mangsa yang akan ditelan.Dekat denta vomerin terdapat dua lubang nares interna
yang berhubungan dengan nares eksterna. Glotis terletak pada medium ventral
pharynx sebelah belakang lingula yang merupakan pintu menuju ke pulmo.
Dibelakang masing-masing mata di dekat sudut mulut terdapat ostium
pharyngeum dari tuba Eustachii yang menghubungkan cavum oris dengan ruang
telinga dalam.Pada katak jantan dari banyak spesies memiliki saccus vocalis (saku
suara) yang terbuka disebelah muka dari ostium pharyngeum auditiivae Eustachii.
Saku suara ini dapat dikembang kempiskan sehingga menimbulkan suara
(Djuhanda, 1983).
Mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan
badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang
lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu
dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya.
Membran tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang
cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata
berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan
prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal (Duellman and Trueb,
1994).
Sebagian besar amfibi mempunyai dua pasang tungkai dengan empat jari
kaki pada kaki depan dan lima jari kaki belakang.Jumlah jari mungkin ada yang
berkurang seperti pada salamander, dan pasangan tungkai tidak ada pada
Caecillia. Tungkai biasanya tidak mempunyai kuku, tapi ada semacam tanduk
pada jari-jarinya (Safra, 2008).
Tulang punggung yang bersambung dengan kepala dan extrimitas berfungsi
menyokong tubuh dan melindungi sumsum, terdiri atas 9 columna vertebralis dan
urostyl, yang merupkan silindris, masing-masing vertebrae merupakan satu
segmen pendek yang fleksibel seperti vertebrae lainnya. Tiap-tiap vertebrae terdiri
atas centrum atau corpus yang memiliki lengkung atas (archus neuralis) sebagai
tempat sumsum.Sebelah atasnya terdapat cuatan neuralis terdapat sepasang
processus articularis yang menyebabkan vertebrae dapat sedikit bergerak; tidak
memunyai tulang rusuk (costale) (Gdod, 1901).
Tempat tumpuan extemitas anterior berupa cingulum cranialis (pectoral
gridle) yang berbentuk sebagai rangka yang melingkari alat-alat dalam thorax.
cingulum cranialis melekat pada vertebrae dengan otot daging. Masing-masing
setengahnya terdiri atas tulang rawan lebar. Supra scapula sebelah dorsal, scapula
kecil sebelah lateral dan clavicula yang silindris dan coracoid yang lebar sebelah
ventral.Coracoid bergabung dengan sternum yang berupa tulang rawan besar,
tersusun atas episternum, omosternum,mesosternum,xiphisternum.Pada sternum
bertemulah os scapula dan carocoid, dan terbentuk mangkok cavitalis glenoidalis
yang merupakan sendi tempat kepala os humerus (Sukiya, 2005).
Tumuan extemitas posterior berupa cingulum posterior (pelvic gridle)
merupakan persatuan tulang yang mempunyai bentuk yanng terdiri atas os illium
sebelah anterior, os oschium sebelah posterior dan os pubis sebelah ventral. Pada
ketiga tulang tersebut bertemu teerdapat mangkokan yang disebut acetabulum
tempat kepala os femur melekat.Tiap-tiap bagian dari sepasang os illium yang
merupakan tulang yang memanjang sejajar dengan urostyl dan sejajar dengan
sacrum (Radio, 1985).
Gambar Sistem Rangka Katak
Bentuk tulang mempunyai hubungan erat dengan tugasnya.Tulang
tempurung kepala bersenyawa, sedang cingulum anterior dengan cingulum
posterior merupakan tulang-tulang yang terangkai menjadi satu. Tulang yang
bersenyawa tidak dapat digerak-gerakkan terhadap satu sama lain. Pada humerus
dan femur terdapat satu hubungan bentuk bola dan mangkokan yang
menyebabkan gerak putar. Hubungan engsel terdapat pada siku dan lutut.
Gerakan-gerakan itu dimungkinkan oleh adanya otot ligamen dari jaringan
ikat.Kecuali itu juga disebabkan oleh otot-otot daging yang dapat memanjang dan
memendek, sebagai penggeraknya.Pada tulang yang panjang dibedakan atas
bagian central yang disebut diaphyse sedang kedua ujungnya disebut
epiphyse.Pada tulang-tulang yang bersenyawa terdapat hubungan satu sama lain,
dan amsing-masing epiphyse dan diaphyse juga terdapat hubungan tidak teratur
dan terkunci oleh sutura.Pada katak sutura masih berupa tulang rawan, sehingga
tulang itu dapat tumbuh terus.Pada burung dan sebagian besar mamalia, masing-
masing sutura menjadi tulang keras pada saat tertentu. Dengan demikian
pertumbuhan menjadi lebih besar lagi tidak mungkin terjadi (Susanti, 2010).
B. Habitat, Perilaku dan Kebiasaan Aktivitas Katak Pelangi (Ansonia
latidisca)
Katak Pelangi adalah katak yang tinggal di hutan kering berbatu
Masdagaskar's Isalo Massif, dimana ia berkembang biak di kolam dangkal
sementara yang ditemukan di lembah. Jenis ini juga beradaptasi dengan
mendaki dalam lingkungan berbatu-batu, dan bahkan pada permukaan
vertikal. Ketika terancam, katak ini akan mengembangkan diri sebagai
mekanisme pertahanan terhadap predator (Harminto, 2001).
Hutan ternyata tidak hanya menghasilkan jenis-jenis tanaman yang
indah, tetapi juga jenis-jenis fauna yang sangat menarik untuk dipelihara,
diantaranya katak beracun yang terkenal memiliki warna-warna yang eksotik.
Katak merupakan hewan kecil yang hidup di tempat-tempat berair,
rawa, sawah, serta danau. Pantaslah bila hewan amfibi ini tampak kotor dan
menjijikan. Namun jangan heran bila Anda melihat katak kecil dari hutan
tropis Amerika Tengah dan Selatan ini memiliki pesona warna yang beragam
dan sangat menarik (Zug, 1993).
Karena, tubuh hewan ini diselimuti racun. Racun tersebut di
pedalaman Amerika, khususnya oleh orang Indian Amerika dari Amazon dan
Kolombia banyak digunakan sebagai isi anak panah atau lembing (tombak)
sebagai senjata untuk berburu atau berperang, sehingga katak ini sering juga
disebut-sebut sebagai poison dart frog dan poison arrow frog.
Katak atau kodok yang digandrungi para hobiis di Amerika Serikat ini,
65 spesies termasuk ke dalam keluarga Dendrobatidae dari sekitar 175 spesies
yang ada. Keluarga Dendrobatidae bukan hanya katak yang benar-benar
beracun dan menghasilkan racun sendiri pada kulitnya, tetapi juga katak roket
(genus Colostethus yang terdiri dari kurang lebih 110 spesies), dan katak yang
memiliki bau busuk (skunk frog) (Berry, 1965).
Keluarga Dendrobatidae merupakan katak tropis yang memiliki
hubungan dengan keluarga Leptodactlidae, salah satu dari keluarga besar
katak Amerika. Keluarga Dendrobatidae juga dikenal dengan katak pohon
(keluarga Hylidae) yang tampak pada ujung jarinya. Walaupun seluruh katak
ini cenderung memiliki piringan pada ujung jarinya, pada Dendrobatidae
setiap ujung jarinya memiliki dua bagian yang menonjol yang dinamakan
scutes, suatu ciri yang dapat memudahkan para hobiis membedakan dengan
jenis lainnya.
Katak beracun ini beberapa diantaranya sangat cantik dengan
perpaduan warna yang indah menutupi tubuhnya, diantaranya merah, kuning,
bahkan hijau dan biru. Katak yang aktif sepanjang hari ini sering melakukan
aktivitas berbahaya dan berada pada daerah terbuka serta dapat dengan mudah
terlihat oleh ular predator, burung, dan mamalia kecil.
Katak roket mamiliki warna paling sedikit, dan racun pada kulitnya
pun kurang jelas. Sebenarnya memang katak yang memiliki racun sangat kuat
cenderung memiliki warna yang sangat cerah.
C. Populasi dan penyebaran Katak Pelangi (Ansonia latidisca)
Katak pelangi ini pada tahun 2010 pernah ditetapkan sebagai top 10
Most Wanted Lost Frogs (10 katak langkah paling di cari) oleh SSC IUCN
global spesialis amphibi dan conservation international. Maklum, sebelumnya
katak pelnagi sekali tidak terlihat pada tahun 1924 hingga juli 2011 ketika
para peneliti menemukan tiga ekor katak pelangi di pulau Kalimantan
(Brotowidjoyo, 1994).
Katak pelangi Kalimantan kadang di sebut juga sebagai katak sungai
sambas. Katak yangdalam bahasa inggris di kenal sebagai Sambas Stream
Toad yang mempunyai nama latin (ilmiah) Ansonia latidisca.
Nama pelangi di dapat katak ini lantaran kulitnya yang menyerupai
pola warna hijau terang, ungu dan merah. Disekujur tubuhnya yang berwarna
warni ditmbuhi bintik-bintik mirip kutil. Ukuran katak pelangi sendiri
tergolong kecil, panjangnya antara 30 hingga 50 mm. sedangkan nama
‘sambas stream toad’ didapatkan lantaran pertama kali katak ini ditemukan
dialiran sungai-sungai disekitar sambas.
Katak pelangi merupakan hewan endemic yang hanya dapat ditemukan
dipulau Kalimantan (Indonesia dan malaysia). Penemuan pertama kali pada
tahun 1924, katak langka ini dijumpai di Gunung Damus, Sambas Kalimantan
(Indonesia) dan gunung penrissen, Sarawak (Malaysia). Ditempat kedua inilah
kemudian pada tahun 2011 ditemukan kembali 3 ekor katak pelangi.
Belum banyak yang bisa diungkapkan dari perilaku katak pelangi
(Ansonia latidisca) ini. Termasuk berapa jumlah populasi maupun daerah
persebarannya. Namun, diperkirakan katak berkulit unik ini mendiami hutan-
hutan primer yang merupakan hutan hujan.
Katak pelangi Kalimantan merupakan hewan terestial (hidup
dipermukaan tanah) di dekat sumber air tawar. Ancaman utama bagi katak
pelangi adalah hilangnya habitat dan degradasi lingkungan akibat deforestasi
hutan dan alih fungsi hutan.
Ilmuwan yang menyisir pegunungan di Borneo menjumpai spesies
kodok pelangi Borneo yang sudah tidak pernah didapati sejak 87 tahun
terakhir. Kali ini, mereka berhasil mengabadikannya dan foto itu menjadi foto
kodok pelangi Borneo pertama di dunia. Sebelumnya, dokumentasi kodok itu
hanya merupakan gambar ilustrasi.
Conservation International, organisasi nirlaba yang fokus pada
kelestarian lingkungan memasukkan kodok pelangi borneo (Ansonia latidisca)
dalam daftar "Top 10 Most Wanted Lost Frogs." Lembaga ini juga sempat
mengungkapkan kekhawatiran bahwa kodok tersebut mungkin sudah punah.
Kodok itu terakhir kali terlihat oleh penjelajah Eropa pada tahun 1924.
Menurut Indraneil Das, profesor asal Sarawak Malaysia University
yang memimpin ekspedisi, mereka melakukan pencarian sejak Agustus lalu
namun tidak berhasil menemukan kodok tersebut. Setelah memfokuskan
pencairan ke kawasan pegunungan Penrissen yang jarang dieksporasi selama
seabad terakhir, akhirnya mereka menemukan tiga ekor A. latidisca tinggal
yang hidup di tiga pohon yang berbeda. Kodok-kodok yang ditemukan terdiri
dari merupakan seekor kodok jantan, betina, dan seekor anak kodok.
"Sangat menyenangkan mengetahui bahwa alam bisa memberikan
kejutan ketika kita sudah hampir menyerah, apalagi di saat krisis kepunahan
terus meluas di planet kita," kata Robon Moore, peneliti spesialis amfibi dari
Conservation International saat mengumumkan temuan tersebut.
Meski berhasil menemukan, Das dan timnya menolak untuk
mengungkapkan posisi pasti kodok itu demi menghindari penangkapan liar
karena tingginya permintaan atas amfibi berwarna-warni tersebut. Namun
demikian, para peneliti akan terus mencari tahu seputar populasi kodok ini di
Penrissen (National Geographic Indonesia/Abiyu Pradipa).
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
1. Katak memiliki ciri-ciri yaitu tubuh diselubungi kulit yang berlendir,
merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm), mempuyai jantung yang
terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik, mempunyai dua
pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat
diantara jari-jari kakinya, matanya mempunyai selaput tambahan yang
disebut membran niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam,
pernafasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat
pernafasannya berupa paru-paru dan kulit. Kepala dan badan bersatu, ada
dua pasang kaki atau anggota, tak ada leher dan ekor.
2. Katak Pelangi adalah katak yang tinggal di hutan kering berbatu
Masdagaskar's Isalo Massif, dimana ia berkembang biak di kolam dangkal
sementara yang ditemukan di lembah. Jenis ini juga beradaptasi dengan
mendaki dalam lingkungan berbatu-batu, dan bahkan pada permukaan
vertikal.
3. Katak pelangi merupakan hewan endemic yang hanya dapat ditemukan
dipulau Kalimantan (Indonesia dan malaysia). Penemuan pertama kali
pada tahun 1924, katak langka ini dijumpai di Gunung Damus, Sambas
Kalimantan (Indonesia) dan gunung penrissen, Sarawak (Malaysia).
Ditempat kedua inilah kemudian pada tahun 2011 ditemukan kembali 3
ekor katak pelangi.
B. Saran
Meyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang makalah
diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggung jawabkan.
Belum banyak yang bisa diungkapkan dari perilaku katak pelangi
(Ansonia latidisca) ini. Termasuk berapa jumlah populasi maupun daerah
persebarannya. Namun, diperkirakan katak berkulit unik ini mendiami hutan-
hutan primer yang merupakan hutan hujan.
DAFTAR PUSTAKA
Berry, P.1965. ''The diet of some Singapore Anura (Amphibia).'' Proceedings of the Zoological Society of London, 144, 163-174.
Campbell, Reece, Michele. 2003. Biologi Edisi Kelima-Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Djarubito Brotowidjoyo, Mukayat.1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Djuhanda, T. 1983. Analisa Struktur Vertebrata Jilid II. Armico: Bandung
Duellman, WE and Trueb L. 1994. Biology of Amphibians. John Hopkins Uni London
Gadow, M.A.H. 1901. Amphibia and Reptiles. Macmilan and Co. Ltd. London.
Harminto, Sundowo, Dkk. 2001. Biologi Umum. Jakarta. Universitas Terbuka
Kimball, Jhon W. 1983. Biologi Jilid 3. Jakarta :Erlangga
Radio, Poetra.1985. Zoology . Jakarta :Erlangga
Safra, E, Jacob. 2008. Fish and Amphibian. Encyclopedia Britanica Inc: Cina Seminar advance in Biological Science: Biology Faculty: Universitas Gajah Mada
Soemarwoto, Idjah. 1981. Biologi Umum. Jakarta: Gramedia.
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Press.
Susanti, Baiq Hana dan Noor, Meiry Fadhilah. 2010. Pengantar Zoologi Vertebrata. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Zug, George R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and Reptiles. Academic Press. London.