23

Click here to load reader

Makalah Angina

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Angina

Daftar Isi

1. Pendahuluan………………………………………..hal 1

2. Materi………………………………………………hal 2

- Diagnose diferensial dari angina pektoris ………..hal 9

- Diagnosa Keperawatan dan penatalaksanaan ..…….hal 9

- Pengobatan Angina Pectoris………………………..hal 11

- Kesimpulan…………………………………………hal 13

3. Daftar Pustaka……………………………………....hal 14

Page 2: Makalah Angina

BAB I

PENDAHULUAN

Walaupun telah banyak kemajuan dalam penatalaksanaannya, penyakit jantung

koroner ( PJK ) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

cukup penting. Di Negara-negara maju dan beberapa Negara berkembang seperti

Indonesia, PJK merupakan penyebab kematian utama. Di Amerika Serikat didapatkan

bahwa kurang lebih 50 % dari penderita PJK mempunyai manifestasi awal Angina

Pectoris Stabil ( APS ). Jumlah pasti penderita angita pectoris ini sulit diketahui.

Dilaporkan bahwa insidens angina pectoris pertahun pada penderita diatas usia 30 tahun

sebesar 213 penderita per 100.000 penduduk. Asosiasi jantung Amerika memperkirakan

ada 6.200.000 penderita APS ini di Amerika serikat. Tapi data ini nampaknya sangat

kecil bila dibandingkan dengan laporan dari dua studi besar dari Olmsted Country dan

Framingham, yang mendapatkan bahwa kejadian infark miokard akut sebesar 3% sampai

3.5% dari penderita APS pertahun, atau kurang lebih 30 penderita APS untuk setiap

penderita infark miokard akut

Mengingat banyaknya jumlah penderita APS dan kerugian yang ditimbulkannya

terutama secara ekonomi, diperlukan penatalaksanaan yang lebih komprehensif. Tetapi

APS terutama ditujukan untuk menghindarkan terjadinya infark miokard akut dan

kematian sehingga meningkatkan harapan hidup, serta mengurangi symptom dengan

harapan meningkatnya kualitas hidup.

Mudah – mudahan makalah Askep Angina pectoris ini dapat membantu kita semua

1

Page 3: Makalah Angina

BAB II

A. ANGINA PECTORIS

1. PENGERTIAN

Angina pektoris adalah keadaan penderita Penyakit Jantung Koroner dengan

keluhan nyeri dada (di daerah sternal dan precordial yang disebabkan karena gangguan

peredaran darah koroner sehingga pada suatu saat atau pada keadaan tertentu tidak

mencukupi keperluan metabolisme miokard karena meningkatnya kebutuhan oksigen dan

bila kebutuhan oksigen tersebut, menurun kembali maka keluhan nyeri dada tersebut

akan hilang.

Angina pektoris dapat merupakan manifestasi klinis yang awal dari penyakit

iskemia jantung yang sebagian besar disebabkan karena gangguan pada sirkulasi koroner

akibat athero sclerosis pada arteria koronaria sehingga suplai darah yangmembawa

oksigen dan metabolit ke dalam miokard sewaktu-waktu tidak mencukupi keperluan

metabolisme miokard yang berubah-ubah.

Angina pektoris dapat diartikan sebagai manifestasi klinis dari tidak adanya

keseimbangan antara suplai dan keperluan aliran darah koroner ke dalam miokard,

keadaan ini dapat disebabkan karena :

1. Suplai yang berkurang karena hambatan aliran darah koroner (sclerosis arteri

koronaria, spasme arteri koronaria);

2. Sebutuhan akan aliran darah koroner meningkat karena beban kerja jantung lebih berat

(misalnya pada aortic stenosis). Dalam beberapa keadaan yang jarang terjadi, Angina

pectoris dapat terjadi tanpa ada kelainan dari arteri koronaria (angina pectoris dengan

arteri koronaria yang normal).

Iskemia miokard akan terjadi bila kebutuhan oksigen melampaui suplai oksigen.

Bila suplai 02pada miokard mencukupi kebutuhan 02 untuk metabolisme maka fungsi

miokard akan normal.

Page 4: Makalah Angina

A). Faktor-faktor yang turut menentukan besarnya kebutuhan 02miokard :

1. Frekuensi denyut jantung per menit.

2. Tegangan dinding ventrikel (berbanding langsung dengan radius ventrikel dan tekanan

sistolik dalam ventrikel, akan tetapi berbanding terbalik dengan tebalnya dinding

ventrikel).

3. Kekuatan kontraksi dari ventrikel (contractility).

B). Suplai 02tergantung juga dari aliran darah koroner yangmana aliran ini juga

ditentukan oleh faktor-faktor :

1. Tahanan vaskular dalam pembuluh darah koroner

2. Diameter dari lumen arteri koronaria bagian proksimal

3. Perbedaan antara tekanan diastolis sistemik dan tekananakhir diastolis dalam ventrikel.

4. Frekuensi dari denyut jantung per menit

5. Kadar oksigen dalam darah arteri koronaria (yang juga tergantung dari kadar

haemoglobin darah, saturasi oksigen darah).

Diagnosis angina pektoris terutama berdasarkan pada Anamnesa yang dapat

memberi data informasi tentang keluhan dari sipenderita dengan penyakit jantung

koroner. Informasi yang penting dalam anamnesa harus meliputi :

1. Lokasi dari perasaan nyeri. Sedapat mungkin anamnesa dapatmemberi gambaran

lokasi tertentu dari perasaan nyeridadaserta penjalaran dari rasa nyeri tersebut. Lokasi

yang khasdari nyeri dada pada angina pektoris adalah di daerah sternal/mid sternal atau di

daerah precordial. Kadang-kadang juga rasa nyeri tersebut melintang di bagian dada

tengah kekiri dan kekanan. Rasa nyeri dada tersebut seringkali menjalar melalui bahu

kiri, turun ke lengan kiri di bagian ulnar sampai ke daerah pergelangan tangan.

2. Karakteristik dan rasa nyeri perlu diperhatikan. Tiap penderita dengan angina mungkin

sekali akan melukiskan rasa nyeri dengan ungkapan yang berbeda-beda secara subyektif,

misalnya perasaan nyeri dan berat di dada atau perasaan dada seperti ditekan atau seperti

dihimpit dan sebagainya.

Page 5: Makalah Angina

3

3. Mulai dan saat waktu timbulnya perasaan nyeri dada tersebut serta pencetus timbulnya

nyeri dada perlu diungkapkan. Misalnya seringkali nyeri dada timbul waktu sedang

melakukan kerja fisik tertentu, atau keadaan emosionil. Kadang-kadang nyeri dada

tercetus sesudah makan banyak. Nyeri dada pada angina pektoris lebih mudah timbul

pada cuaca dingin.

4. Lama dan beratnya rasa nyeri dada perlu juga diketahui untuk

menilai berat ringannya dan perkembangan dari gangguan sirkulasi koroner serta

akibatnya.

5. Keadaan yang memberatkan rasa nyeri, misalnya kurangnya istirahat atau keadaan

yang sangat letih, Iklim dan cuaca dingin kadang-kadang terungkapkan dalam anamnesa.

6. Keadaan-keadaan yang dapat menghentikan perasaan nyeri dada tersebut misalnya

dengan istirahat, rasa nyeri hilang dengan spontan atau rasa nyeri hilang juga bila ia

mengisap tablet nitro-glycerine di bawah lidah.

7. Tanda-tanda keluhan lain yang menyertai keluhan-keluhan nyeri dada, misalnya:

lemas-lemas dan keringat dingin, perasaan tidak enak dan lain-lain, perlu mendapat

perhatian dalam anamnesa, karena hal-hal keadaan ini turut menggambarkan berat

ringannya gangguan pada sistim kardiovaskuler.

Sebagian besar penderita dengan angina pektoris datang pada keadaan di luar

serangan dimana keluhan-keluhan nyeri dada tidak ada, dan sipenderita tampak dalam

keadaan umum yang baik. Dalam hal ini bila dari anamnesa terdapat stigmata dan data-

data yang mengungkapkan kemungkinan adanya angina

pektoris maka dapatlah diusahakan test provokasi untuk memastikan adanya sesuatu

serangan angina pektoris dengan beban kerja (exercise induced myocardiac ischaemic

pain).

4

Page 6: Makalah Angina

Standard exercise stress test dapat menyebabkan timbulnya serangan angina atau

gejala-gejala yang sejenis lain, misalnya: gangguan irama jantung (cardiac arrhythmia).

Double master test, treadmill test atau stationary bicycle test cukup baik untuk keperluan

diagnosa angina pektoris.

Perubahan EKG yang berupa depresi segmen S--T sebesar 0.5--1 mm atau lebih

pada waktu atau segera sesudah melakukan test exercise tersebut menunjukkan adanya

iskemia sub endocardiac. Dalam keadaan istirahat penuh, EKG tampak selalu normal

kembali (kecuali penderita yang pernah mendapat serangan infark jantung). Elevasi

segmen ST dapat disebabkan oleh adanya iskemia transmural pada miokard. Angina

pektoris sebagai sindroma Minis dapat terjadi dalam tipe stable dan tipe unstable

(stable angina pectoris and unstable angina pectoris). Stable angina pectoris menunjukkan

adanya keluhan angina pektoris dengan pola yang tetap sama pada tingkat kerja fisik

tertentu sehingga biasanya dapat diduga kapan dan pada waktu bagaimana serangan

angina pektoris tersebut, akan timbul dan akan hilang kembali. Sedangkan unstable

angina pektoris menggambarkan keadaan nyeri dada dengan pola keluhan yang makin

lama makin berat dan bahkan mungkin menjurus pada angina pektoris yang timbul pada

waktu kerja minimal atau pada waktu istirahat dan mungkin memerrukan tablet

nitroglycerin makin banyak untuk menghilangkan serangan angina pektoris.

Penderita dengan unstable angina mempunyai risiko yang lebih besar untuk

terjadinya infark miokard. Pemeriksaan fisik pada penderita dengan angina pektoris

diluar serangan hampir selalu tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik. Pada waktu

serangan nyeri dada mungkin dapat ditemukan adanya bunyi jantung ke--4 (S4) yang

akan menandakan adanya gangguan dari daya pompa dari ventrikel kiri.

Elektrokardiogram diluar serangan angina pektoris seringkali menggambarkan EKG yang

normal, kecuali pada penderita yang pernah mempunyai riwayat infark miokard yang

sudah lama. Pada umumnya perubahan EKG yang terjadi pada waktu serangan (bila

penderita dimonitor EKG) akan tampak adanya depresi segmen ST dan perubahan

tersebut, akan hilang lagi serta EKG menjadi normal sesudah meredanya keluhan

anginapektoris.

5

Page 7: Makalah Angina

Kira-kira 60--80% penderita dengan penyakit jantung koroner menunjukkan

perubahan-perubahan tersebut, diatas pada bicycle exercise atau treadmill test yang

maximal. Pemeriksaan rontgen dada tidak menunjukkan kelainan khas angina pektoris,

baik pada waktu serangan ataupun di luar serangan. Pemeriksaan kadar serum

transaminase (SGPT, LDH, CPK total dan CK--MB) tidak mengalami perubahan pada

angina pektoris.

Echo-kardiografi jarang sekali dapat menggambarkan kelainan yangberkenaan

dengan serangan angina pektoris, hanya kadang-kadang pada serangan angina pektoris

dapat ditemukan adanya tanda-tanda berkurangnya kontraktilitas dari bagian miokard

yang iskemia ataupun mungkin juga dapat diliha bahwa gerakan terbukanya daun katup

mitral anterior lebih lambat yang menandakan adanya gangguan pada kontraksi ventrikel

kiri.

Pemeriksaan penyadapan jantung (cardiac catherizarion) untuk menilai keadaan

hemodinamik pada waktu serangan angina pektoris dapat menunjukkan kenaikan tekanan

akhir diatolik dari ventrikel kin yang juga menunjukkan adanya gangguan pada

kontraktilitas ventrikel kiri.

Demildan pula dengan mengukur kadar asam laktat dan asam pirurat dalam darah yang

disadap dari sinus coronarius akan menunjukkan kadar yang meninggi, dan keadaan ini

menunjukkan pula meningkatnya metabolisme anerobik dalam miokard yang sering

terjadi pada miokard yang mengalami keadaan anoxia.

Gambaran ventrikulografi dari ventrikel kiri waktu serangan angina pektoris

mungkin pula dapat menunjukkan adanya bagian dari dinding ventrikel yang mengalami

hambatan pada kontraksi pada waktu sistole.

Angiografi koroner dapat menunjukkan adanya penyempitan pada lumen arteri

koronaria bagian proximal yang cukup bermakna (lebih dari 50%) pada penderita angina

pektoris. Pada beberapa penderita angina pektoris seringkali didapat gambaran angiografi

koroner yang masih normal walaupun exercise test menunjukkan respons iskemia yang

positif. Sebagian dari kasus angina pektoris tipe

Prinzmetal seringkali tidak menunjukkan kelainan pada angiografi koroner, dalam hal ini

gangguan sirkulasi koroner disebabkan semata-mata oleh spasme arteri koronaria.

6

Page 8: Makalah Angina

Pemeriksaan dengan radionuclide (isotop thallium) exercise test mempunyai

gambaran specifisitas dan sensitivitas yang lebih baik, dengan demikian scintigraphy

sesudah exercise test pada penderita dengan angina pektoris akan menunjukkan bagian-

bagian miokard yang tidak menyerap isotop yang juga menunjukkan bagian-bagian

miokard yang terkena keadaan iskemia.

Diagnosa angina pektoris dapat ditujukan pada :

1. Penderita dengan usia di atas 50 tahun dengan keluhan nyeri dada yang khas untuk

angina pektoris dan disertai sekurang- kurangnya satu faktor risiko utama untuk penyakit

jantung koroner (merokok, hypertensi, hypercholesterolemia, diabetes mellitus, anamnesa

famili yang nyata, adanya penyakit jantung koroner dalam keluarga ) dan nyeri dada

hilang dengan pemberian obat preparat nitro.

2. Penderita dengan angina pektoris yang khas disertai sekurang- kurangnya satu faktor

risiko utama, dan menunjukkan hasil exercise test yang positif, disamping itu pula

keluhan nyeri dada sembuh dengan obat preparat nitroglycerine.

3. Penderita dengan keluhan nyeri dada yang tidak khas (atypical chestpain) yang

menunjukkan hasil positif pada exercise test dan pada angiografi menggambarkan adanya

penyempitan lebih dari 50% dari diameter lumen dari salah satu cabang utama arteri

koronaria (arteria koronaria kanan, arteria koronaria kiri dengan cabang-cabangnya art.

Descendence anterior kiri dan art. circumflex kiri).

4. Penderita dengan angina yang berat (unstable angina yang timbul pada kerja fisik yang

ringan tidak boleh dilakukan programmed exercise test. Diagnosa angina pektoris dalam

kasus ini, didasarkan pada anamnesa yang khas, EKG dengan depresi segmen S--T pada

serangan angina, dan rasa nyeri dada dapat dicegah atau hilang dengan obat- obat nitrate.

5. Penderita dengan riwayat angina yang khas yang dapat dikurangi nyeri dadanya

dengan obat-obat nitrat dan pada arteriografi koroner menunjukkan adanya penyempitan

lebih dari 50% pada salah satu arteria koronaria utama.

(Catatan: pada angina pektoris tidak/belum ada kenaikan dari kadar enzim-enzim CK--

total, CK--BM, LDH dan SGOT).

7

Page 9: Makalah Angina

Gambaran penderita dengan keluhan nyeri dada dengan tangan kiri yang

digenggamkan diatas daerah sternal.

Diagnose diferensial dari angina pektoris :

Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan keluhan nyeri dada selain dari penyakit

jantung koroner adalah :

-- nyeri yang berasal dari otot dinding thorax (neuromusculardisorders)

-- Costo chondritis pada dinding dada (sindroma Tietze)

-- Splenic-flexure syndrome

-- fraktur tulang rusuk

-- herpes zoster

-- aneurysma aorta disectans

-- pleuro pneumonia

-- etelectosis

-- pneumo thorax spontan

-- emboli paru-paru

-- malignancy pada paru-paru

-- pericarditis

-- prolaps katup mitral

-- hypertensi pulmonal

-- cardiomyopathia idiopathic hypertrophic subaortic stenosis

-- stenosis katup aorta

-- spasme oesophagus atau spasme cardia lambung

-- hernia hiatus

-- ulcus pepticum yang actif

-- cholecystitis

-- pancreatitis

-- abses subdiaphragmatic

-- kekhawatiran yang psychogenic (cardiac neurosis).

8

Page 10: Makalah Angina

ASUHAN KEPERAWATAN

•Pengkajian: keluhan nyeri, riwayat penyakit, faktor resiko.

•Pemeriksaan fisik: TTV, perfusi perifer, capillary reffil, pulsasi arteri, bunyi jantung: S3,

S4, murmur, bunyi paru: ronchi, whezing.

•Respon psikologis: depresi, gelisah, cemas.

•EKG: T inversi, ST depresi

•Laboratorium: darah rutin, enzym jantung, lipid profile.

•Ekokardiogram

•Kateterisasi jantung

•Foto thoraks

DIAGNOSA KEPERAWATAN

•Penurunan perfusi jaringan jantung

•Perubahan pola nafas

•Perubahan rasa nyaman; nyeri

•Intoleransi aktifitas

•Kecemasan

PENATALAKSANAAN

•Penatalaksanaan paling efektif adalah mendeteksi faktor resiko dan menguranginya.

•Mengurangi kebutuhan oksigen jantung dengan menurunkan kerja jantung

•Meningkatkan suplai oksigen jantung

•Revaskularisasi koroner

Revaskularisasi Koroner

Revaskularisasi koroner merupakan cara untuk dapat memperbaiki vaskularisasi

pembuluh darah ke jantung. 3 mekanisme revaskkularisasi

koroner adalah: PTCA (Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty),

Revaskularisasi bedah dengan CABG, Terapi Trombolitik.

9

Page 11: Makalah Angina

PROGRAM REHABILITASI PJK

Rehabilitasi pada penyakit jantung merupakan rangkaian usaha untuk membantu

penyembuhan pasien agar dapat kembali dengan cepat pada kehidupan normalnya.

Rehabilitasi pada PJK bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik, mental, dan sosial

seseorang seoptimal mungkin sehingga dicapai kemampuan diri sendiri untuk

menjalankan aktifitas dirumah maupun pekerjaaan.

Program Fase I

Program diberikan pada semua pasien yang masih dalam perawatan di RS. Program

dilaksanakan sesegera mungkin pada pasien dengan hemodinamik stabil sejak dari ICCU,

ruang rawat inap, hingga pasien pulang. Lama latihan: 7-14 hari. Jenis latihan:

pemanasan 5 menit yang mencakup latihan otot lengan, tungkai, pinggul secara ritmik

dan berulang. Komponen latihan intinya adalah jalan/sepeda statis dengan beban yang

ditingkatkan secara bertahap sesuai respon latihan. Latihan diakhiri dengan pendinginan

selama 5 menit.

Program Fase II

Merupakan program lanjutan yang pelaksanaannya sesegera mungkin setelah pasien

pulang ke rumah. Lama latihan: 6-8 minggu dilaksanakan 3x/minggu selama satu jam.

Jenis latihan: pemanasan berupa stretching selama 5-10 menit, dilanjutkan bersepeda

statis dan jalan kaki selama 30-45 menit. Latihan diakhiri dengan pendinginan selama 10

menit.

Program Fase III

Merupakan program jangka panjang dengan basis komunitas. Dilaksanakan setelah

pasien menyelesaikan program fase II melalui uji latih jantung dan mencapai kapasitas

aerobik. Lama latihan: 1-3 bulan

10

Page 12: Makalah Angina

Pengobatan Angina Pektoris.

Pada serangan angina dapat diberikan tablet nitroglycerine 5 mg subligual untuk diisap di

bawah lidah. Dapat jugs dipertimbangkan pemakaian obat secara ini untuk profilaksis

terhadap serangan bila pada keadaan tertentu dapat diduga bahwa serangan angina akan

timbul. Dengan demikian dianjurkan pada penderita dengan angina pektoris agar selalu

membawa tablet nitroglycerine sublingual.

Faktor-faktor yang memberatkan kerja jantung (meningkatkan kebutuhan oksigen

miokard), sedapat mungkin harus dihindari dan bila mungkin diperbaiki, misalnya

hipertensi,obesitas dan kerja fisik yang berat serta emosi yang berlebih-lebihan.

Bila serangan angina pektoris mempunyai pola yang kurang lebih menetap dalam

pekerjaan sehari-hari, maka dapat diberikan preparat nitroglycerin yang berdaya kerja

dalam waktu yang lama (long acting) sebagai pemberian obat yang dipertahankan sehari-

hari. Untuk ini isosorbide dinitrate tablet 10 mg diberikan 3 & 4 kali sehari, seringkali

cukup memadai maksud tersebut. Disamping itu dapat pula ditambahkan obat-obatan

beta blocker yang dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard.

Dalam hal ini propanolol tablet 10 mg 3 kali sehari dapat dicoba bila tidak ada kontra

indikasi (gagal jantung, astma bronchial, heart block grade 2 dan grade 3).

Baru-baru ini dikembangkan juga pemakaian salep nitroglycerine dalam jumlah tertentu

yang diserapkan pada kulit dapat memenuhi keperluan obat-obat nitro sehari-hari.

Latihan fisik atau olahraga dengan bimbingan tertentu yang disesuaikan dengan keadaan

sipenderita dianjurkan untuk mencapai keadaan optimal dari sistem kardiovaskuler

dalam arti bahwa kerja jantung menjadi lebih efisien.

Perhatian dalam pengobatan angina pektoris harus juga ditujukan pada pola

perkembangan keluhan-keluhan angina.

Bila keluhan angina menjadi progresif dalam frekuensi dan beratnya serangan atau

serangan angina timbul pada keadaan istirahat, maka pengobatan harus lebih intensif

dengan maksud untuk sedapat mungkin mencegah terjadinya iskemia yang lebih berat

yang mungkin berlanjut akan menjadi infark miokard.

Bila keadaan ternyata bertambah buruk di monitor EKGnya dan dilakukan pengukuran

11

Page 13: Makalah Angina

kadar enzim (SGOT LDH, CPK, dan CK--MB) yang dilakukan berturut-turut dalam hari-

hari pertama perawatan. Penderita harus istirahat di tempat tidur dan diberikan obat-obat

sedatif dan bila perlu obat-obat analgesik.

Obat-obat beta blocker dalam infark miokard akut diragukan manfaatnya, bahkan

mungkin perlu dihentikan pemberiannya untuk sementara selama fase akut.

Tentang pemakaian obat antikoagulan pada unstable angina belum ada data laporan

penyelidikan yang menunjukkan bahwa obat-obat tersebut dapat memberi manfaat yang

cukup bermakna. Pada penderita yang belum lama mendapat serangan post infark

miokard (kurang dari 1 atau 2 bulan yang lalu) dengan timbulnya keluhan unstable

angina, pemberian obat anti- koagulan boleh dipertimbangkan walaupun belum pasti

hasilnya.

Perhatian pada akhir-akhir ini banyak ditujukan pada faktor spasme arteria koronaria

vasospasme yang dapat menimbulkan keluhan angina, walaupun pada keadaan istirahat.

Pada penderita dengan PJK ataupun pada penderita dengan pembuluh arteria koronaria

yang masih baik, dalam hal tersebut diatas, Calsium antagonist dapat bermanfaat pada

vasospastic unstable-angina-pektoris. Penderita yang telah diberikan pengobatan

seperlunya, akan tetapi masih juga menderita angina sebaiknya dipertimbangkan untuk

dilakukan angiografi koroner untuk menentukan apakah ada indikasi untuk tindakan

operatif(coroner artery bypass surgery).

Ella ternyata terdapat penyempitan yang cukup berarti (70%) pada dua atau lebih arteri

koronaria yang utama atau pada percabangannya yang proksimal dari salah satu dari

kedua arteria koronaria utama tersebut, maka tindakan operatif seringkali dapat

menghilangkan keluhan-keluhan angina

12

Page 14: Makalah Angina

KESIMPULAN

1. Angina pektoris adalah keadaan penderita Penyakit Jantung Koroner dengan

keluhan nyeri dada (di daerah sternal dan precordial yang disebabkan karena

gangguan peredaran darah koroner sehingga pada suatu saat atau pada keadaan

tertentu tidak mencukupi keperluan metabolisme miokard karena meningkatnya

kebutuhan oksigen dan bila kebutuhan oksigen tersebut, menurun kembali maka

keluhan nyeri dada tersebut akan hilang.

2. Macam – macam angina pectoris :

Angina Pektoris Stabil: Nyeri dada yang tergolong angina stabil adalah nyeri yang

timbul saat melakukan aktifitas. Rasa nyeri tidak lebih dari 15 menit dan hilang

dengan istirahat.

Angina Pektoris Tidak Stabil (UAP): Pada UAP nyeri dada timbul pada saat

istirahat, nyeri berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi peningkatan rasa nyeri.

Angina Varian: Merupakan angina tidak stabil yang disebabkan oleh spasme arteri

koroner.

Infark

Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 menit dapat menyebabkan kerusakan sel yang

ireversibel dan kematian otot (nekrosis). Bagian miokardium yang mengalami

nekrosis atau infark akan berhenti berkontraksi secara permanen

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

•Penurunan perfusi jaringan jantung

•Perubahan pola nafas

•Perubahan rasa nyaman; nyeri

•Intoleransi aktifitas

•Kecemasan

4. Penatalaksanaan

•Penatalaksanaan paling efektif adalah mendeteksi faktor resiko dan menguranginya.

•Mengurangi kebutuhan oksigen jantung dengan menurunkan kerja jantung

•Meningkatkan suplai oksigen jantung

•Revaskularisasi koroner

13

Page 15: Makalah Angina

Daftar Pustaka

1. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ANGINA PEKTORIS

Oleh: Sunardi (Residensi Sp.KMB) www.pdf.com diunduh pada tanggal 22-10-

2010

2. Askep angina pectoris Stikes Semarang www.pdf.com

3. Kasus Rumah sakit Cipto mangun Kusumo

4. Buku panduan Askep ruang HCU Rs, Bumi waras

14