48
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lalu lintas adalah sarana untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, oleh karena itu lalu lintas merupakan salah satu hal penting. Apabila lalu lintas terganggu, maka mobilitas manusia juga akan mengalami gangguan. Gangguan-gangguan ini akan berdampak negatif bagi kita. Masalah lalu lintas merupakan suatu masalah pelik yang harus dipecahkan bersama dan sangat penting untuk segera diselesaikan. Apabila masalah lalu lintas tidak terpecahkan, maka semua kerugian yang timbul akibat masalah ini akan ditanggung oleh kita sendiri, dan apabila masalah ini dapat terpecahkan dengan baik, maka kita sendiri yang akan mendapatkan manfaatnya. Sebagai salah satu Negara yang sedang berkembang, Indonesia seperti negara sedang berkembang lainnya mengalami permasalahan-permasalahan lebih kompleks dibandingkan dengan negara-negara maju, mulai dari pertumbuhan penduduk yang tinggi, kesenjangan sosial, hingga kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang pembangunan itu sendiri. Kemacetan atau kongesti adalah salah satu diantaranya. Kemacetan lalu lintas merupakan suatu kejadian yang sudah biasa kita lihat, baik di pagi hari, sore hari maupun di malam hari terutama di kota-kota besar 1

Makalah Andalalin Jalan Gejayan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Contoh Makalah

Citation preview

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lalu lintas adalah sarana untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, oleh karena itu lalu lintas merupakan salah satu hal penting. Apabila lalu lintas terganggu, maka mobilitas manusia juga akan mengalami gangguan. Gangguan-gangguan ini akan berdampak negatif bagi kita.

Masalah lalu lintas merupakan suatu masalah pelik yang harus dipecahkan bersama dan sangat penting untuk segera diselesaikan. Apabila masalah lalu lintas tidak terpecahkan, maka semua kerugian yang timbul akibat masalah ini akan ditanggung oleh kita sendiri, dan apabila masalah ini dapat terpecahkan dengan baik, maka kita sendiri yang akan mendapatkan manfaatnya.

Sebagai salah satu Negara yang sedang berkembang, Indonesia seperti negara sedang berkembang lainnya mengalami permasalahan-permasalahan lebih kompleks dibandingkan dengan negara-negara maju, mulai dari pertumbuhan penduduk yang tinggi, kesenjangan sosial, hingga kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang pembangunan itu sendiri. Kemacetan atau kongesti adalah salah satu diantaranya.

Kemacetan lalu lintas merupakan suatu kejadian yang sudah biasa kita lihat, baik di pagi hari, sore hari maupun di malam hari terutama di kota-kota besar Indonesia. Masalah ini juga menyebabkan meningkatkannya angka kecelakaan lalu lintas.

Kemacetan adalah masalah lama yang sampai saat ini belum dapat ditemukan solusi yang tepat. Untuk itu perlu adanya kerja sama yang baik antara semua pihak baik dari pemerintah juga pihak lainnya agar masalah ini cepat terselesaikan dengan sebuah solusi terbaik.

Kali ini penulis akan mencoba memberikan opini penulis mengenai masalah lalu lintas yang terjadi di Jalan Gejayan atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Jalan Affandi.

B. TUJUAN

Pembuatan makalah ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya :

a) Memenuhi tugas mata kuliah Sistem Transportasi.

b) Melatih penulis untuk bisa menganalisis dampak lalu lintas yang timbul akibat suatu pekerjaan perbaikan di Jalan Gejayan, adanya badan jalan yang digunakan untuk lahan parkir, dan kapasitas jalan yang tersedia dibandingkan dengan jumlah pengguna.

c) Membuat suatu catatan ilmiah yang mungkin bisa sangat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

d) Menyalurkan opini-opini warga sekitar tentang permasalahan lalu lintas yang terjadi di Jalan Gejayan Yogyakarta.

e) Mencoba mencari solusi untuk meminimalisir masalah yang terjadi di Jalan Gejayan yang mungkin memang sudah sangat sulit untuk dihilangkan.

C. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang dan tujuan pembuatan makalah ini diatas dapat diketahui rumusan masalah sebagai berikut :

a) Dimanakah Jalan Gejayan itu?

b) Bagaimana situasi di Jalan Gejayan?

c) Dimana saja titik kemacetan di Jalan Gejayan?

d) Apa penyebab terjadinya kemacetan di Jalan Gejayan?

e) Bagaimana opini masyarakat sekitar tentang kemacetan di Jalan Gejayan tersebut?

f) Bagaimana solusi untuk meminimalisir masalah tersebut?

D. MANFAAT

Pembuatan makalah ini memiliki beberapa manfaat yang cukup baik, makalah ini bisa dijadikan sebagai bahan referensi untuk catatan ilmiah yang lebih baik selanjutnya, sebagai bahan informasi tentang masalah lalu lintas yang ada di Jalan Gejayan Yogyakarta, sebagai bahan latihan untuk menganalisis dampak lalu lintas yang terjadi pada suatu daerah bagi penulis, dan mungkin masih banyak manfaat yang bisa diambil dari pembuatan makalah ini yang tidak terpikirkan oleh penulis.

E. TINJAUAN PUSTAKA

a) Jalan Affandi (ex Gejayan)

Tahun 2007, jalan gejayan berubah nama menjadi jalan Afandi. Berat juga rasanya meninggalkan nama yang sudah terkenang dan membawa banyak kenangan. Jalan ini bisa dikatakan sebagai jalan mahasiswa. UGM, UNY, Sadar (kampus mrican), dan Atmajaya (kampus mrican) berada dekat dengan jalan ini. Gejayan merupakan jalan dua arah yang relatif lebar dan dibagi dua ruas. Jalan ini merupakan sentra pedagang handphone. Berpuluh - puluh pedagang handphone berderet dengan kios yang bervariasi ukurannya. Selain handphone, banyak pula terdapat butik, kafe, dan berbagai usaha yang berkaitan dengan mahasiswa seperti toko komputer, fotokopy, dan sebagainya. Ujung bagian selatan merupakan perempatan dimana bertemu jalan Laksda Adisucipto, Urip Sumohardjo, dan jalan Munggur. Selain terdapat pasar, yaitu pasar demangan, bagian selatan jalan ini didominasi oleh pedagang elektronik.

http://jalanjogja.blogspot.com/2007/07/jalan-affandi-ex-gejayan.html

b) Eksistensi Jalan Gejayan

Eksistensi Jalan Gejayan | Joogja Circles- Setiap warga jogja pasti sudah familiar dengan Jalan Gejayan. Ya, jalan yang membentang dari simpang empat Ring Road Utara Condong Catur hingga Daerah Demangan. Sejak tanggal 20 Mei 2007 lalu jalan ini telah berganti nama menjadi Jalan Affandi. Jalan Affandi telah diremsikan oleh Pemda Sleman bertepatan dengan hari Hari Kebangkitan Nasional, HUT Kab. Sleman dan Peringatan 100 Tahun Affandi.

Gejayan, setelah berganti nama menjadi jalan Affandi, kini perkembangan di jalan tersebut kian pesat. Banyak gedung-gedung baru berdiri di jalan ini. Jogja merupakan kota tujuan oleh para wisatawan. Dan Jalan Gejayan pun telah menunjukkan perkembangannya untuk memanjakan para wisatawan. Mari kita ulas pembangunan jalan gejayan dari ujung utara hingga selatan. Peresmian perubahan Jalan Gejayan menjadi Jalan Affandi oleh Pemda Sleman ditandai dengan simbol berupa patung Affandi yang dibangun di ujung utara. Patung tersebut merupakan tanda bahwa jalan tersebut adalah Jalan Affandi.

Sejak pergantian nama tersebut,Jalan Gejayankini mengalami perubahan drastis. Banyak bangunan baru yang berdiri di sepanjang jalan Gejayan. Tahun 2012 lalu saja telah berdiri beberapa bangunan baru seperti Hotel Edelweis, UNY Autocar, Bank BCA dan masih banyak lagi. POM Bensin di Jalan Gejayan pun tak luput dari proses renovasi.Jangan Lewatkan Harga Tiket Pesawat Termurah di Wego.co.id !!Dan meluncur ke Jogja. Selain bangunan besar, jalan gejayan pun telah dipenuhi dengan bermacam-macam tempat kuliner seperti Mie Ayam Mas Yudi, Bebek Goreng Pak Slamet. Dan sepertinya masih ada beberapa bangunan lagi yang akan berdiri. Selain itu, ada apa saja di gejayan? Ada Toko Buku, Barang Elektronik, Busana, Bakery dan masih banyak lagi. Jangan dilupakan, ada pula Pasar Demangan yang merupakan pasar tradisional.

Dilihat dari bentuk jalannya,Jalan Gejayanhanya memiliki dua jalur. Yang menarik disini, Jalan Gejayan sedikit banyak telah memberikan ruang terbuka hijau untuk Yogyakarta. Ruang terbuka hijau di Jalan Gejayan nampak pada pembatas di tengah jalan di membentang dari utara ke selatan. Selain itu, di ujung utara terdapat taman hijau. Dari hasil pengamatan, jalur hijau tersebut keberadaannya cukup baik dengan tanaman dan pohon.

Dari perkembanganJalan Gejayantersebut, tak luput dari beberapa masalah yang muncul. Dengan banyaknya bangunan yang berdiri, mobilitas kendaraan yang berlalu-lalang di jalan tersebut menjadi padat. Jalan Gejayan sering sekali terjadi kemacetan, khususnya pada jam berangkat dan pulang kantor. Selain itu ditambah dengan adanya kendaraan yang parkir di memakan badan jalan menambah kemacetan. Banyak bangunan di jalan gejayan yang tidak memperhatikan lahan parkir sehingga banyak yang parkir di pinggir jalan. Perlu diketahui bahwa jalan gejayan hanya memiliki 2 lajur yang masing-masing lebarnya kira-kira 2 mobil lebih sedikit. Bisa dibayangkan bukan apabila ada mobil yang parkir di pinggir jalan. Selain kemacetan, yang perlu diperhatikan lagi adalah masalah sampah visual, di Jalan Gejayan memang banyak sekali terpasang baliho, reklame, spanduk dan lainnya. Iklan-iklan visual tersebut ada yang memang sudah mendapatkan ijin, ada pula yang terpasang tanpa ijin. Perlu adanya penataan yang baik agar menambah keindahan jalan gejayan. Setelah mengalami pergantian nama, sekiranya JalanGejayan mampu menunjukkan eksistensinya. Jalan Affandi, itulah Jalan Gejayan. Jogja Istimewa ! (-Joogja Circles-)

http://joogjacircles.blogspot.com/2013/02/eksistensi-jalan-gejayan.html

c) Akankah Yogyakarta menjadi seperti Jakarta ?

Kemacetan memang sudah hal yang biasa terjadi di kota-kota besar di Indonesia, tidak hanya di Indonesia saja, mungkin diluar negeri sana masih ada sebagian negara yang masih sering terjadi kemacetan di jalan-jalan raya.Untuk luar negeri mungkin sudah jarang terjadi kemacetan karena penataan infrastruktur kota yang rapi, Indonesia perlu mencontoh kinerja pemerintah lauar negeri dalam menata kotanya, seperti halnya di Jakarta, kemacetan sudah tidak menjadi sesuatu yang aneh lagi, karena di Jakarta tiada hari tanpa adanya kemacetan.

Di Yogyakarta atau yang sering kita sebut dengan Jogja atau terkenal dengan kota pelajarnya merupakan kota yang saat ini sudah lumayan padat dihuni oleh penduduk, tidak hanya penduduk asli Jogja saja yang berada di Kota jogja tetapi banyak pendatang dari luar daerah yang sengaja datang untuk melanjutkan keperguruan tinggi dan untuk bekerja, tidak sedikit yang berbondong-bondong menyerbu kota ini, bahkan sudah ribuan orang yang datang ke kota pelajar tersebut.

Kita tahu sekarang sudah banyak orang yang memiliki kendaraan roda dua dan roda empat, bahkan tiap rumah tidak hanya memiliki motor bahkan lebih, sepeda motor sekarang sudah bukan barang mewah lagi, bahkan sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, apa lagi untuk membeli sebuah sepeda motor saja sekarang sudah sangat mudah sekali, dengan uang muka 500 ribu saja kita sudah bisa membeli sepeda motor dengan cara ansuran atau kredit. Di Jogja pun sekarang sudah banyak sekali orang menggunakan kendaraan, tidak hanya pekerja kantor yang menggunakan sepeda motor dan mobil, tetapi banyak juga mahasiswa yang sudah menggunakan kendaraan untuk kebutuhan sehari-hari, misal untuk kulyah, main, bahkan hanya ke warung dengan jarak 100 meter, dan lain-lain.

Menurut Putri salah satu mahasiswa UNY mengatakan di Jogja ini banyak yang memiliki kendaraan dari pada yang tidak memiliki kendaraan seperti sepeda motor dan mobil, setiap hari jalan-jalan di Jogja dipenuhi dengan kendaraan, hampir semua aktifitas dilakukan dengan menggunakan kendaraan, pada saat jam sibuk seperti pagi-pagi dan siang hari menjelang sore jogja selalu dipenuhi oleh para pengguna jalan, kemacetan sering terjadi di sela-sela jam sibuk, saya sendiri merasakan sekali kemacetan yang terjadi di kota jogja ini, kemacetan yang terjadi biasanya karena faktor jalan raya yang sempit, parkir kendaraan yang menggunakan badan jalan, kendaraan yang tidak mau mengalah satu dengan yang lainnya, ditambah adanya sopir angkot yang memberhentikan kendaraanya secara sembarangan dan menurut saya faktor lampu rambu-rambu lalu lintas juga sangat berpengaruh sekali dengan terjadinya kemacetan di kota Jogja ini, seperti lampu rambu-rambu lalu lintas yang tidak seimbang antara waktu berhenti atau lampu merah dan waktu untuk rambu berjalan atau rambu lampu hijau, biasanya waktu lampu merah dan lampu hijau itu perbedaannya sangat jauh jadi sering sekali terjadi kemacetan.

Titik kemacetan yang sering terjadi adalah arah Jalan Solo(jalan laksda Adisucipto), pasar Demangan, daerah pertigaan jalan Colombo, dari arah Gejayan menuju ke ring road utara, dari terminal Condong Catur ke arah ring road dan sebagainya yang dan ia menuturkan masih banyak titik-titik kemacetan yang berada di Kota Jogja, untuk pengguna jalan sendiri pasti banyak yang merasa tidak nyaman dengan adanya kemacetan yang sudah menjadi hal yang sangat biasa.

Sebenarnya ini adalah PR untuk pemerintah Yogyakarta menata kembali tata ruang kota agar memberi kenyamanan para pengguna jalan dan lebih merasa nyaman dalam berkendara, seperti halnya menertibkan parkir-parkir liar yang berada di pinggiran jalan-jalan raya mungkin dengan membuat lahan khusus untuk parkir kendaraan, dan untuk para pedagang juga ditertibkan agar tidak secara liar berjualan dipinggir jalan raya, dengan begitu pasti akan memberikan rasa nyaman untuk para pengendara, untuk para POLANTAS pun harus rajin untuk membantu para pengguna jalan ketika berada dijalan raya agar tidak terjadi kemacetan yang sangat panjang. Dan memberikan ruang untuk bebas kendaraan(car free day) di setiap akhir pekan

http://regional.kompasiana.com/2012/12/30/akankah-yogyakarta-menjadi-seperti-jakarta--520916.html

d) KEMACETAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA: SELAYANG PANDANG

Kemacetan Lalu Lintas di Yogyakarta: Dari Masa Ke Masa Saya masih ingat, ketika tahun 1994, tidak terlalu sulit untuk melintas atau menyeberang di Jl Kaliurang mulai dari Gedung Pusat sampai dengan perempatan Ringroad Utara. Di masa itu, satu-satunya titik yang dikenal sukar untuk menyeberang hanya terdapat di Jl Malioboro. Pada tahun 1997, saya pun masih ingat ketika betapa mudahnya menyeberang di sejumlah ruas jalan di sepanjang Jl Babarsari. Masih di tahun yang sama, tidak sulit pula untuk menyeberang di Jalan Solo, tepat di depan Hotel Ambarukmo. Salah satu titik yang dikenal cukup tinggi frekuensi kendaraan bermotor, yaitu di sepanjang kawasan Pojok Benteng itu pun masih relatif mudah untuk menyeberang. Bahkan di sepanjang Jl Godean masih sangat sedikit sekali kendaraan yang melintas. Situasi lalu lintas di awal dekade 1990an bisa dikatakan tidak kalah semerawutnya dengan saat ini di tahun 2012. Bedanya, di masa itu jumlah pesepeda bisa dikatakan mampu mengimbangi jumlah kendaraan bermotor. Berbaur menjadi satu antara becak, pesepeda, dokar, sepeda motor (roda dua), sedan (roda empat), dan angkutan umum. Sekalipun demikian, kesemerawutan di masa itu masih belum menciptakan situasi kepadatan jalan yang menyebabkan kemacetan lalu lintas. Sepanjang jalan Malioboro itu pun masih terlihat lancar, terutama di masa musim liburan. Indikasi kemacetan lalu lintas di Yogyakarta sesungguhnya sudah mulai bisa terdeteksi mulai dekade 1990an. Hampir setiap sekolah menegah atas (SLTA) di Yogyakarta menyediakan lahan parkir khusus siswa yang sudah dipadati oleh kelompok pengguna kendaraan bermotor. Tidak tanggung-tanggung, bahkan lahan parkir tersebut semakin diperluas hingga hampir mencapai sepertiga dari luas lahan sekolah. Pada tahun 1997, telah muncul sejumlah laporan yang menyebutkan tingginya tingkat kepadatan parkir di kawasan kampus di PTN maupun PTS di Yogyakarta. Kali ini tidak hanya dipadati oleh pengguna kendaraan bermotor roda dua, melainkan dipadati oleh pengguna kendaraan bermotor jenis sedan. Pada awal tahun 2000, tingkat kepadatan lalu lintas meningkat drastis di sejumlah titik jalan dan jalan raya. Di sepanjang Jl Kaliurang, mulai dari Balairung hingga perempatan Ringroad Utara sudah semakin padat di sepanjang hari. Volume kendaraan yang melintas bisa dikatakan nyaris tidak mengalami perubahan yang berarti mulai pukul 07.00 hingga 21.00. Situasi yang tidak berbeda ditemukan di sejumlah titik jalan dan jalan raya di Yogyakarta. Titik kepadatan tertinggi masih berada di Jl Malioboro. Tetapi di sejumlah titik jalan dan jalan raya lain pun mengalami laju kenaikan tingkat kepadatan lalu lintas yang cukup cepat. Sekarang ini, bukan hanya Jl Malioboro, tetapi di sepanjang Jl Solo sudah terdapat 3 titik kemacetan lalin yang masuk kategori mengkhawatirkan, seperti di depan Ambarukmo Plaza, mulai dari pertigaan UIN hingga perempatan Jl Demangan, dan sepanjang jalan dari perempatan Jl Demangan hingga perempatan dekat Plaza Galeria. Tingkat kepadatan tinggi itu pun nampaknya mulai menjadi semakin terhubung dari sepanjang Jl Solo hingga Jl Mangkubumi. Apabila berpedoman pada tingkat keparahan kemacetan lalin, Yogyakarta di tahun 2012 ini bisa dikatakan masuk kategori berisiko kemacetan dengan tingkat keparahan tinggi. Titik-titik kemacetan menjadi semakin bertambah dan mulai saling terhubung. Sebelumnya, kemacetan di depan Ambarukmo Plaza tidak terhubung dengan kemacetan di sepanjang jalan Solo dari perempatan Demangan sampai perempatan Galeria. Tetapi kini sudah mulai tersambung, bahkan hingga ke Jl Malioboro melalui Jl Mangkubumi maupun titik jalan di depan Gereja Kotabaru. Walalupun belum sampai pada taraf atau kategori kemacetan parah, tetapi dengan melihat trend tingkat kepadatan lalu lintas, serta penambahan titik temu di antara titik-titik kemacetan, kemacetan lalin di Yogyakarta bisa dikatakan mulai memprihatinkan. Tingkat kemacetan tertinggi masih terjadi pada jam tertentu dan hari tertentu pula. Misalnya, di hari Sabtu mulai pukul 19.00 hingga 22.00, akhir pekan, dan ketika masuk ke musim liburan. Di hari-hari tersebut, titik-titik kemacetan lalin semakin bertambah luas hingga menghubungkan ke titik-titik kemacetan lalin lainnya. Waktu tundaan masih relatif pendek di mana waktu bagi kendaraan bermotor untuk terhenti lajunya relatif masih di bawah 5 menit (rata-rata waktu berhenti) dengan frekuensi tundaan sekitar 2-3 (maksimal) untuk setiap 1 km. Suatu kondisi yang mungkin relatif mendekati kondisi di kota-kota besar seperti Kota Jakarta dan Kota Bandung. Di hari-hari biasa, tingkat kepadatan relatif lebih cepat terurai. Tetapi yang cukup mengkhawatirkan, tingkat kemampuan untuk mengurai kepadatan di hari-hari normal cenderung menurun. Beberapa Upaya Penanggulangan dan Solusi Upaya untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Yogyakarta sudah berulangkali dipikirkan dan direalisasikan ke dalam kebijakan publik di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota. Upaya yang paling dominan adalah dengan melakukan pembenahan fisik, seperti penambahan panjang jalan dan pelebaran ruas jalan. Pemkot Yogyakarta sebelumnya telah mempelopori dibangunnya armada bis patas dalam kota yang disebut Bis TransJogja. Sekitar tahun 1995 telah diresmikan pengoperasian jalur lingkar (ringroad) dalam kota yang menghubungkan di seluruh titik wilayah di Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta. Pembangunan ringroad tersebut bertujuan untuk mengurangi konsentrasi kendaraan dari luar kota yang melintas ke dalam kota, terutama untuk jenis angkutan umum. Jalur ringroad terdiri atas sisi kendaraan roda empat ke atas sebanyak dua jalur dan sisi untuk kendaraan bermotor roda dua (termasuk pesepeda). Untuk jalur kendaraan bermotor roda empat ke atas memiliki lebar yang mampu dilalui dua truk besar untuk setiap jalurnya. Kehadiran infrastruktur fisik tersebut dianggap cukup mampu untuk mengurai tingkat kepadatan lalu-lintas di dalam ruang wilayah perkotaan. Penambahan jalan-jalan baru relatif masih sedikit. Yogyakarta sendiri dikenal sebagai salah satu daerah yang tergolong paling sedikit melakukan penambahan panjang jalan. Pada tahun 1994 telah dibuka jalur penghubung yang menghubungkan ringroad utara di dekat UPN hingga ke selokan Mataram. Panjangnya sekitar hampir mencapai 3 km. Penambahan panjang jalan memang relatif sedikit, bahkan terkesan tidak dilakukan di Yogyakarta. Upaya yang selama ini terlihat adalah memanfaatkan jalan yang sudah ada untuk dibuka menjadi akses umum. Misalnya, pelebaran jalan di sepanjang Selokan Mataram yang direncanakan akan memanjang dari Jl Gejayan sampai menghubungkan ke Jalan Solo. Jalan tersebut bukanlah jalan baru, melainkan jalan yang sudah ada sebelumnya agar lebih layak dilewati oleh lebih banyak kendaraan bermotor. Dalam waktu yang tidak relatif lama, akan dibuatkan akses jalan khusus dengan merenovasi dan melebarkan jalan kampung yang nantinya akan menghubungkan Blok O hingga ke Jalan Wonosari. Kedatangan bis TransJogja belumlah terlalu lama, yaitu sekitar akhir tahun 2007 yang dipelopori oleh Pemkot Yogyakarta. Dengan diberikannya fasilitas pendingin (AC), ruang tunggu khusus, dan tanpa harus berdiri selama di dalam bis. Jalur yang dilewati bis TransJogja merupakan jalur-jalur utama di Kota Yogyakarta. Dalam perkembangannya, jalur-jalur bis TransJogja terus bertambah, bahkan memiliki akses khusus ke Bandara Adisucipto. Harga karcisnya lebih tinggi dibandingkan dengan harga karcis bis kota pada umumnya. Tetapi harga tersebut masih relatif terjangkau untuk kalangan masyarakat menengah di Yogyakarta. Sayangnya, kedatangan bis TransJogja bukanlah yang menjadi penyebab semakin hilangnya bis-bis kota yang dikelola oleh Primkopar Yogyakarta.

http://leo4kusuma.blogspot.com/2013/02/kemacetan-lalu-lintas-di-yogyakarta.html#.Ula4JNJyAhG

e) Jogja Mulai Dilanda Kemacetan

Masalah lalu lintas seakan akan tidak pernah selesai jika dibahas, berbagai cara pun di tempuh namun hasilnya masih tetap belum maksimal, apakah penyebab utama dari masalah masalah ini.?

Jika tidak segera ditemukan solusi yang tepat maka akan selamanya seperti ini, dan mungkin bisa semakin parah , kenyamanan berkendara pun menjadi terganggu akibat kemacetan di jalan raya. Pada jam-jam tertentu kendaraan akan memadati jalan di perkotaan maupun jalan di pinggiran kota, misalnya saat masyarakat mayoritas akan mulai beraktivitas sekitar pukul 07.00 08.00 pada jam tersebut jalan akan sangat padat dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum, misalnya jalan soedirman, jalan kusuma Negara, jalan godean (sekitar mirota godean) , dll . Pada pukul 09.00-14.00 jalan mulai longgar dari kemacetan, apabila jam menunjukan pukul 15.00-17.30 jalan mulai dipadati kendaraan lagi, begitulah seterusnya seperti telah menjadi rutinitas yang biasa.

Kurangnya lahan parkir

Sebenarnya penyebab-penyebab masalah kemacetan tidaklah rumit, kurang ketersediaanya lahan parkir, akibatnya badan jalan pun menjadi alternatif untuk memarkirkan kendaraan, namun hal tersebut mengakibatkan penyempitan badan jalan dan ketika jam jam sibuk pasti menimbulkan kemacetan, pasar-pasar tradisional atau toko-toko yang berjualan di pinggir jalan yang rawan kemacetan direkomendasikan memiliki sebuah parkir terpadu berdaya tampung besar jadi kendaraan yang akan berbelanja bisa di tampung di parkir tersebut, sehingga jalan bisa menampung kendaraan yang melintas dan bisa mengurangi kemacetan.

Transportasi umum

Kurang ketersediaanya sarana transportasi umum yang memadai mengakibatkan masyarakat enggan menggunakan trasnportasi umum, mereka menilai bahwa menggunakan kendaraan pribadi lebih nyaman , namun apabila transportasi umum sudah mengutamakan keamanan, kenyamanan, dan terpelihara sepanjang waktu, sehingga timbul kesan dimasyarakat lebih nyaman memakai transportasi umum dari pada kendaraan pribadi maka masyarakat perlahan mulai beralih menggunakan transportasi umum dan menggunakan kendaraan pribadi hanya untuk beberapa aktivitas tertentu saja.

Perbaikan jalan

Seringnya aktifitas memperbaiki jalan atau pun penambalan jalan berlubang juga mengakibatkan jalan menjadi macet, pengendara juga merasa dirugikan karena setelah pekerjaan perbaikan jalan selesai ternyata hasilnya kurang memuaskan bahkan jalanan menjadi bergelombang, ini juga membahayakan pengendara, seharusnya jalan di buat dengan kualitas sebaik mungkin, untuk meminimalisir perbaikan jalan, sehingga turut berkontribusi untuk meminimalisir kemacetan.

Penggalian gorong-gorong

Penggalian gorong-gorong di beberapa tempat misalnya di daerah pasar demangan jl.Gejayan yogyakarta, selama pekerjaan itu berlangsung mengakibatkan kemacetan karena timbunan material maupun alat-alat berat, setelah pekerjaan itu selesai ternyata juga kondisi jalan memburuk karena hanya di tambal dengan ala kadarnya, kondisi jalan malah bergelombang ini memaksa pengendara harus pelan-pelan sekali, maka akan menimbulkan masalah baru mengingat di depan pasar demangan ini kondisi jalanya sempit dan juga pengunjung pasar memarkir kendaraan nya di badan jalan .

Jika kita ingin berkontibusi dalam mengurangi kemacetan alangkah baiknya jika menggunakan kendaraan pribadi diusahakan jangan sampai ada kursi yang kosong, misalnya menggunakan motor diusahakan jangan sendiri tapi berboncengan dengan keluarga atau kerabat yang lain dengan begitu tidak mubadzir menggunakan kendaraan, kalau satu orang menggunakan satu sepeda motor itu kan juga menyumbang kemacetan apalagi yang mengendarai mobil yang hanya diisi satu orang saja. Memang untuk mengatasi masalah kemacetan diperlukan kerjasama dari semua pihak misalnya polisi bekerja untuk mengatur lalu lintas, pemerintah mengatur tata letak dan tata ruang kota, masyarakat agar bijaksana dalam menggunakan kendaraan pribadi, kita tidak mau kan jogja yang dulunya nyaman untuk refresing tapi kenyamanannya terganggu karena kemacetan.

http://sosbud.kompasiana.com/2013/09/15/jogja-mulai-dilanda-kemacetan-591918.html

f) Parkiran Jogja Menuai Masalah

Masalah parkir di jogja seakan menjadi topik yang tidak pernah habis untuk dibicarakan. Semakin majunya perkembangan bisnis maka semakin banyak pun tempat parkir. Saat ini kalau mau parkir pasti ada juru parkirnya (di tempat umum maupun lahan milik pribadi) seperti tukang palak. Hal ini yang terjadi di sebuah toko jalan Laksda Adi Sujipto sebelah mirota kampus babarsari. Para pemilik toko memperkerjakan karyawannya untuk menjaga tempat parkir. Menurut Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tempat parkir seperti ini disebut sebagi Tempat Khusus Parkir yaitu tempat parkir yang dimiliki oleh swasta yang dikelola oleh orang pribadi atau badan. Dulunya toko tersebut tidak mempunyai juru parkir, tapi saat setelah beberapa bulan belakangan ini toko tersebut dijaga oleh juru parkir.

Pengelola Tempat Khusus Parkir swasta juga wajib untuk menjalankan tanggung jawabnya yang terdapat pada Pasal 11 a. bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan tempat parkir, termasuk kebersihan, keamanan dan ketertiban tempat parkir; b. bertanggung jawab atas keamanan kendaraan beserta perlengkapannya; c. memenuhi kewajiban atas pungutan Negara dan pungutan Daerah; d. memasang papan tarif parkir dan rambu di tempat parkir; e. menyediakan pakaian seragam petugas parkir di tempat parkir; f. menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan lingkungan parkir serta menyediakan tempat sampah di lingkungan tempat parkir.

Sementara dalam Pasal 13 juru parkir juga wajib untuk a. menggunakan pakaian seragam, tanda pengenal serta perlengkapan lainnya; b. menjaga, keamanan dan ketertiban tempat parkir, serta bertanggung jawab atas keamanan kendaraan beserta perlengkapannya; c. menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan lingkungan parkir; d. menyerahkan karcis parkir sebagai tanda bukti untuk setiap kali parkir dan memungut retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;e. menata dengan tertib kendaraan yang diparkir, baik pada waktu datang maupun pergi.

Jika merujuk pada Peraturan Daerah tersebut maka yang terjadi pada toko tersebut adalah berbeda. Pengelola toko tidak memasang papan tarif parkir. Dan petugas parkir juga tidak memberikan karcis sebagai tanda bukti untuk para pembeli. Jadi orang-orang yang akan berbelanja di toko tersebut dengan sukarela membayar parkir. Namun tetap saja ketika membayar Rp. 1000 dan menunggu kembaliaannya, juga tidak akan diberikan.

Toko tersebut juga dilengkapi dengan ATM. Inilah yang paling disesali, karena beberapa orang sangat tidak setuju untuk membayar parkir apabila hanya untuk mengambil uang di ATM. Ryan salah satunya, ia lebih memilih untuk memarkir motornya dipinggir jalan ketimbang harus membayar parkir. Menurutnya toko tersebut tidak perlu ada juru parkir karena mereka (para pembeli) masih bisa untuk menjaga motornya tanpa harus di jaga.

Usaha parkir seperti ini semakin menjadi pekerjaan mudah. Mulai dari anak-anak sampai dengan orang tua pun belomba-lomba untuk menjadi juru parkir. Namun hal ini sangat tidak masuk akal apalagi ketika hanya untukmengambil uang di ATM, dalam beberapa detik saja mereka harus memabayar uang seribuan bagi juru parkir.

Adanya juru parkir di setiap tempat, tentunya dengan tujuan untuk menjaga kendaraan baik motor maupun mobil dari segala tindak kejahatan yang marak terjadi. Namun, entah mengapa, tahun-tahun ini juru parkir begitu menjamur dimana-mana. Salah satu penyebab kemungkinannya adalah karena kurangnya lahan pekerjaan bagi orang-orang dengan tingkat ekonomi dan pendidikan yang rendah.

Tempat parkir yang tidak menunjukkan karcis saat ini lebih banyak dari yang yang menunjukkan karcis. Para juru parkir pun kerap melakukan pemaksaan apabila yang dibayarkan kepada mereka tidak sesuai, padahal pada kenyataannya tidak ada patokan untuk membayar. Tapi sebagian orang tetap memegang prinsip bahwa no karcis no money. Jadi jika juru parkir tidak memberi karcis, maka mereka juga tidak akan membayar.

Berbeda yang terjadi di daerah sekitar selokan mataram, tepatnya pada jejeran kios yang menjual jersey sepak bola tiruan. Seharusnya mereka menyediakan lahan buat parkir kendaraan yang ingini mengunjungi kios tersebut. Dan berdasarakan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 16 Tahun 2011 BAB IV tentaang Penetapan Sudut Parkir Pasal 5 bahwa(1) Sudut parkir kendaraan pada ruas-ruas jalan di Kota Yogyakarta diatur sesuai dengan pengaturan manajemen lalu lintas pada ruas jalan setempat. (2) Penentuan sudut parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan marka jalan. Tapi pada kenyataannya sudut jalan selokan mataram yang ditetapkan marka jalan malah menjadi tempat buat parkir. Sehingga membuat jalan semakin sempit, dan alhasil harus berdesak-desakkan dengan motor lain karena macet.

Hal serupa juga terjadi di jalan gejayan mendekati lampu merah. Jejeran kios yang menjual barang-barang elektronik juga menyalahi aturan. Tempat parkir juga memberi dampak kemacetan yang parah terutama pada hari sabtu dan minggu. Seorang pembeli di kios tersbut mengeluhkan ketika harus mengeluarkan motornya harus menunggu lampu hijau agar kendaraan yang lain tidak menghalanginya. Parkir TJU seperti ini memang sudah banyak yang mengeluhkan. Sebab jalan-jalan yang seharusnya tidak boleh jadi tempat parkir, malah digunakan untuk tempat parkir.

Sementara jika pusat perbelanaan galeria mall terdapat hal aneh yang terjadi beberapa bulan ini. Tempat parkir di mall tersebut tersedia khusus karcis parkir buat penitipan helm. Jadi ketika sebuah kendaraan motor berparkir disana, maka orang terbut harus membayar 1000 buat parkir motor dan 500 buat penitipan helm. Padahal jelas-jelas di dalam Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang penyelenggara parkir di tepi jalan umum pasal 5 huruf b menjelaskan bahwa juru parkir wajib untuk menjaga keamanan dan ketertiban tempat parkir, serta bertanggung jawab atas keamanan kendaraan beserta perlengkapannya. Kelengkapan yang dimaksudkan tidak lain dan tidak bukan adalah helm itu sendiri.

Tentu saja juru parkir di galleria mall juga melanggar peraturan daerah ini. Seorang pengunjung megeluhkan perlakuan ini, menurutnya jika helm diletakkan diatas motor harus dibayar, berarti orang yang naik motor tidak perlu manggunakan helm lagi untuk mengunjugi galleria mall. Padahal seharusnya juru parkir sudah wajib untuk menjaga itu. Tapi lagi-lagi semua berurusan dengan para penguasa lahan parkir. Mereka yang merasa menguasai dan memiliki kewenangan atas lahan tersebut.

http://sheindira.blogspot.com/2012/05/parkiran-jogja-menuai-masalah.html

g) ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS: Kondisi yang bagaimanakah Andalalin tersebut perlu dilakukan? *)

Oleh

Aji Suraji

Dosen Teknik Sipil

Universitas Widyagama Malang

Pengembangan kawasan di perkotaan dewasa ini dipandang cukup pesat sejalan dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap fasilitas umum dan fasilitas sosial untuk kegiatan dan/atau usaha terkait dengan perkantoran, pusat perbelanjaan, pendidikan, dan lain sebagainya.

Setiap pengembangan kawasan akan menimbulkan dampak bagi lingkungan dan sekitarnya, termasuk terhadap lalu lintas jalan. Namun pengembangan kawasan di perkotaan yang dilakukan selama ini masih kurang memperhatikan dampaknya terhadap lalu lintas jalan, sehingga mengakibatkan penurunan tingkat pelayanan jalan yang cukup signifikan.

Setiap rencana pengembangan kegiatan dan/atau usaha di suatu kawasan akan memberikan dampak terhadap wilayah di sekitarnya, termasuk dampaknya terhadap lalu lintas jalan. Dampak lalu lintas jalan tersebut perlu diantisipasi dan ditangani secara tepat sesuai dengan lokasi, jenis, dan skala dampak yang akan ditimbulkannya. Oleh karena itu, setiap proposal pengembangan kawasan harus diverifikasi terlebih dahulu oleh Instansi terkait di Pemerintah Daerah setempat.

Sebelum pengembangan kawasan dilaksanakan, maka proposal pengembangan kawasan yang diusulkan oleh pemrakarsa harus diverifikasi terlebih dahulu oleh Instansi terkait di Pemerintah Daerah setempat. Verifikasi ini terkait dengan:

a) Apakah pengembangan kawasan yang diusulkan tersebut wajib melakukan andalalin atau tidak;

b) Untuk memastikan bahwa rencana sirkulasi lalu lintas di dalam kawasan dan akses hubungannya dengan jaringan jalan di sekitarnya tidak akan menyebabkan gangguan terhadap tingkat pelayanan jalan.

Suatu rencana pengembangan kawasan wajib melakukan andalalin jika memenuhi salah satu dari beberapa kriteria berikut:

a) Pengembangan kawasan yang direncanakan tersebut langsung mengakses ke jalan arteri;

b) Pengembangan kawasan yang direncanakan tersebut tidak mengakses ke jalan arteri, maka berlaku kriteria sebagai berikut:

(1) skala kegiatan dan/atau usaha yang direncanakan lebih besar atau sama dengan dari ukuran minimal pengembangan kawasan yang ditetapkan sesuai dengan Tabel 1;

(2) pengembangan kawasan tersebut diprakirakan akan membangkitkan perjalanan lebih besar dari atau sama dengan 100 perjalanan orang per jam;

(3) terdapat beberapa rencana pengembangan kawasan yang mengakses ke ruas jalan yang sama, sehingga secara kumulatif memenuhi kriteria pada (1) dan (2);

(4) pengembangan kawasan tersebut langsung mengakses ke ruas jalan yang saat ini sudah memiliki nilai derajat kejenuhan lebih dari atau sama dengan 0,75 dan/atau jika persimpangan jalan terdekat dengan lokasi pengembangan kawasan sudah memiliki nilai derajat kejenuhan lebih dari atau sama dengan 0,75.

Tabel 1: Ukuran minimal pengembangan kawasan yang wajib melakukan andalalin

Jenis pengembangan kawasan

Ukuran minimal

Permukiman

50 unit

Apartemen

50 hunian

Perkantoran

1000 m2 luas lantai bangunan

Pusat perbelanjaan

500 m2 luas lantai bangunan

Hotel/motel/penginapan

50 kamar

Rumah sakit

50 tempat tidur

Klinik bersama

10 ruang praktek dokter

Sekolah/universitas

500 siswa

Tempat kursus

Bangunan dengan kapasitas 50 siswa/waktu

Restoran

100 tempat duduk

Tempat pertemuan/tempat hiburan/pusat olah raga

Kapasitas 100 tamu atau 100 tempat duduk

Stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU)

4 slang pompa

Gedung/lapangan parkir

50 petak parkir

Bengkel kendaraan bermotor

2000 m2 luas lantai bangunan

Drive-throughuntuk bank/restoran/pencucian mobil

Wajib

http://widyagama.ac.id/ajisuraji/?p=345

h) ~ Karakteristik Umum Arus Lalu Lintas

Ada tiga karakteristik primer dalam teori arus lalu lintas yang saling terkait yaitu volume, kecepatan dan kepadatan. Pada gambar 1 ditunjukkan hubungan antara kecepatan dan kepadatan berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia dan kepadatan untuk jalan 4 lajur, dua arah yang dipisah serta pada gambar 2 ditunjukkan hubungan antara kecepatan dan arus.

~ Definisi Kemacetan Dan Keterlambatan

Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati 0 km/jam atau bahkan menjadi 0 km/jam sehingga mengakibatkan terjadinya antrian. Terjadinya kemacetan dapat dilihat dari nilai derajat kejenuhan yang terjadi pada ruas jalan yang ditinjau, dimana kemacetan terjadi jika nilai derajat kejenuhan tercapai lebih dari 0.8 (MKJI, 1997). Keterlambatan adalah kondisi dimana terjadinya penurunan kecepatan bebas ruas jalan yang ditinjau tanpa terjadinya adanya kemacetan. Keterlambatan lebih dipengaruhi oleh sikap pengemudi, bukan oleh nilai kelebihan kapasitas jalan. Pada kondisi ini tidak terjadi kejenuhan lalu lintas dimana nilai derajat kejenuhan di bawah atau sama dengan 0,8 (MKJI, 1997).

~ Perhitungan Kapasitas Jalan Kota

Menurut Buku Standard Desain Geometrik Jalan Perkotaan yang dikeluarkan oleh Ditjen Bina Marga, Kapasitas Dasar didefinisikan sebagai :

Volume maksimum perjam yang dapat lewat suatu pctongan lajur jalan (untuk jalan multi lajur) atau suatu potongan. jalan (untuk jalan dua lajur) pada kondii jalan dan arus lalu lintas ideal.

Kondisi ideal terjadi bila :

- lebar lajur tidak kurang dari 3.5 m

- kebebasan lateral tidak kurang dari 1,75 m

- standard geometrik baik

- hanya kendaraan ringan/light vehicle yang menggunakan jalan

- tidak ada batas kecepatan

Rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas jalan kota berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia adalah sebagai berikut :

C = Co x FW x FSP x FSF x FCS

dimana :

C = Kapasitas (SMP/jam)

Co = Kapasitas dasar

FW = Faktor penyesuaian lebar jalan

FSP = Faktor penyesuaian arah lalu lintas

FSF = Faktor penyesuaian gesekan samping dan kerb

Fcs = Faktor ukuran kota

~ Data Arus Kendaraan

~ Hubungan Tingkat Kecepatan Dengan Arus Lalu Lintas

Dalam gambar 3 hubungan antara jumlah arus (smp/jam) dengan kecepatan yang terjadi (km/jam) sesuai dengan pemahaman dasar bahwa semakin besar arus semakin kecil kecepatannya, atau dengan kata lain kecepatan berbanding terbalik dengan besarnya arus lalu lintas.

~ Kapasitas dasar untuk ruas jalan gejayan adalah 1.650 SMP/jam per lajur sehingga kapasitas dasar untuk 4 lajur adalah 6.600 SMP/jam.

Faktor penyesuaian lebar jalan, besarnya 1,08.

Faktor penyesuaian arah lalu lintas besarnya 1,0.

Faktor penyesuaian gesekan samping dan kerb besarnya 0,96.

Faktor ukuran kota besarnya 1,0.

Sehingga Kapasitas jalan gejayan 6.843 SMP/jam.

Kondisi pengamatan jalan gejayan dilewati sejumlah 1.017,79 SMP/jam untuk satu arah atau sejumlah sekitar 2.035 SMP/jam sehingga karena masih sangat jauh dibawah kapasitasnya maka jalan Gejayan dapat dikatakan tidak mengalami kemacetan. Namun apabila dilihat dari kecepatannya, dimana kecepatan pada Jalan Gejayan berdasarkan kecepatan desain tipikal jalan lokal adalah sebesar 30 km/jam maka arus lalu lintas pada jalan Gejayan mengalami kelambatan. Kelambatan yang terjadi ditunjukan dalam tabel 4.

II. PEMBAHASAN

Jalan Gejayan atau yang sekarang sudah berganti nama menjadi Jalan Affandi adalah jalan yang bisa dibilang menjadi titik kemacetan dengan level tinggi di Yogyakarta. Walaupun jalan ini sudah berganti nama namun warga sekitar tetap menyebut jalan ini dengan nama Jalan Gejayan.

Jalan ini memiliki beberapa hal yang mendukung terjadinya kemacetan, di ujung selatan jalan ini terdapat sebuah pasar tradisional yaitu Pasar Demangan, diutara jalan ini juga terdapat Terminal Condong Catur. Jalan Gejayan sendiri memiliki beberapa titik yang menjadi titik kemacetan yaitu di simpang empat tempat bertemunya Jalan Laksda Adisucipto, Jalan Urip Sumohardjo, dan Jalan Munggur diujung selatan dari jalan ini. Hal itu juga diperkuat dengan adanya Pasar Demangan. Kemudian disebelah utara sendiri di daerah Condong Catur menjadi langganan titik kemacetan setiap pagi dan sore hal itu juga diperkuat dengan adanya terminal Condong Catur.

Di sepanjang Jalan Gejayan juga banyak berdiri tanaman-tanaman beton. Hotel, perkiosan, dan masih banyak jenis bangunan lainnya. Letak bangunan-bangunan itu juga mepet dengan badan jalan sehingga mau tak mau memakan badan jalan untuk lahan parkir yang memang kurang tersedia. Selain badan jalan digunakan untuk lahan parkir beberapa waktu lalu juga mulai dilakukan perbaikan jalan yang semakin mengurangi kapasitas dari jalan tersebut.

(Kawasan Pasar Demangan, terlihat lalu lintas yang padat sementara jalur berlawanan terlihat sepi. Foto diambil Jumat, 11 Oktober 2013 sekitar pukul 17.00 WIB.)

(Kawasan Condong Catur, lalu lintas juga terlihat sangat padat. Menurut warga sekitar tidak ada suatu pekerjaan yang dilakukan namun sudah menjadi rahasia umum warga Jogja bahwa lalu lintas di Condong Catur selalu menjadi langganan macet di pagi dan sore hari. Foto diambil Jumat, 11 Oktober 2013 sekitar pukul 17.00 WIB.)

(Lokasi perbaikan jalan, menurut warga sekitar perbaikan jalan dilakukan merata namun dengan waktu yang bergantian. Tetap saja pekerjaan itu menimbulkan berkurangnya kapasitas jalan. Menjadikan dititik tersebut menjadi titik kemacetan di pagi dan sore hari. Foto diambil Jumat, 11 Oktober 2013 sekitar pukul 17.00 WIB.)

Foto-foto lain yang diambil pada hari Jumat, 11 Oktober 2013 sekitar pukul 17.00 WIB.

(Terlihat kepadatan di persimpangan jalan.)

(Berkurangnya kapasitas jalan akibat digunakannya badan jalan sebagai lahan parkir.)

(Dibeberapa titik terlihat sepi.)

(Dibeberapa titik terlihat lancar.)

(Dibeberapa titik terlihat lancar.)

(Kawasan persimpangan arah UNY terlihat sangat padat.)

(Lahan parkir memakan badan jalan sehingga mengurangi kapasitas jalan.)

(Kawasan Condong Catur, lalu lintas padat merayap.)

Foto lain diambil pada hari Jumat, 11 Oktober 2013 sekitar pukul 11.30 WIB untuk perbandingan. Jalanan terlihat lumayan sepi karena memang sudah memasuki waktu Jumatan.

(Lalu lintas terlihat lancar.)

(Lalu lintas terlihat lancar.)

(Lalu lintas terlihat lancar.)

(Lalu lintas terlihat lancar.)

(Lalu lintas terlihat lancar.)

(Lalu lintas terlihat lancar.)

(Lalu lintas terlihat lancar.)

(Lalu lintas terlihat lancar.)

(Lalu lintas terlihat lancar.)

(Lalu lintas terlihat lancar.)

(Lalu lintas terlihat lancar.)

III. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Lalu lintas memang sangat rawan terhadap masalah, sebenarnya tak hanya lalu lintas saja tetapi semua hal sangat rentan terhadap masalah. Di Jalan Gejayan khususnya terdapat masalah kemacetan dibeberapa titik yang mungkin sulit dipecahkan jika pihak-pihak yang terlibat tidak dapat berkomunikasi dengan baik.

Berikut beberapa opini warga disekitar Jalan Gejayan yang namanya macet ya ngeganggu sih, apalagi saya sebagai mahasiswa punya beberapa hal yang kudu dikejar cepat tapi keganggu gegara kena macet. Jalan Gejayan emang udah langganan macet, terutama itu tuh wilayah Condong Catur, gatau kenapa bisa macet tapi emang tiap hari begitu.

Jadi, kesimpulan dari pembahasan tadi adalah perlu adanya pengkajian penyebab terjadinya kemacetan tersebut dari pihak pemerintah juga adanya kesadaran dari pihak pengguna lalu lintas di jalan tersebut.

B. SARAN

Beberapa saran yang penulis ajukan untuk meminimalisir kemacetan yang terjadi di Jalan Gejayan diantaranya adalah :

a) Pengkajian secara teratur kapasitas Jalan Gejayan.

b) Penataan kembali jalur-jalur seperti penerapaan jalan satu arah jika memungkinkan.

c) Penataan lahan parkir di komplek perkiosan yang membuat berkurangnya nilai kapasitas jalan.

d) Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi mubadzir, secara tegas.

e) Lebih memanfaatkan transportasi umum seperti Trans Jogja, menurut penulis armada Trans Jogja itu sendiri sudah bagus dan nyaman untuk digunakan karena penulis pernah memanfaatkannya juga.

f) Memperbaiki mental pengendara pengguna jalan itu sendiri.

IV. DAFTAR PUSTAKA

http://jalanjogja.blogspot.com/2007/07/jalan-affandi-ex-gejayan.html

http://joogjacircles.blogspot.com/2013/02/eksistensi-jalan-gejayan.html

http://regional.kompasiana.com/2012/12/30/akankah-yogyakarta-menjadi-seperti-jakarta--520916.html

http://leo4kusuma.blogspot.com/2013/02/kemacetan-lalu-lintas-di-yogyakarta.html#.Ula4JNJyAhG

http://sosbud.kompasiana.com/2013/09/15/jogja-mulai-dilanda-kemacetan-591918.html

http://sheindira.blogspot.com/2012/05/parkiran-jogja-menuai-masalah.html

http://widyagama.ac.id/ajisuraji/?p=345

Foto-foto diambil oleh Irwan Agung, http://facebook.com/irwan.luciffer

http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/uaj/article/view/17546/17651

23