Upload
rosyid-abdul-hamid
View
10
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah
Citation preview
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 1/17
MAKALAH
SISTEM PERTANIAN TERPADU BERKELANJUATAN
“Sistem Pertanian Terpadu Mendukung Swasembada Pangan”
OLEH :
Disusun oleh :
Nama : Rosyid Abdul Hamid
NIM : H0512105
JURUSAN PETERNAKAN B
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
i
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 2/17
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala nikmat
yang dilimpahkan. Tidak ketinggalan sholawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepangkuan beliau nabi Muhammad SAW. Semua kekuatan, daya dan upaya
adalah datang dari Allah SWT. Oleh karenanya kami mengakui kekurangan-
kekurangan yang ada dalam makalah ini. Kami mempunyai harapan semoga
makalah yang berjudul “Sistem Pertanian Terpadu Mendukung Swasembada
Pangan” ini dapat bermanfaat.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu atas tersusunnya makalah ini, yakni :
1. Bp. Jati selaku dosen makul Sistem Petanian Terpadu Berkelanjutan yang telah
membimbing kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
2. Berbagai pihak yang telah menyediakan sumber tulisan tentang Sistem
Pertanian Terpadu Mendukung Swasembada Pangan yang tidak bisa kami
sebutkan satu per satu.
3. Teman-teman jurusan peternakan kelas B yang senantiasa memberi dukungan
dan motivasinya kepada kami.
Surakarta, April 2013
Penulis
ii
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 3/17
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………….... 1
Latar Belakang Masalah ……………………………………………...... 1
Tujuan dan Manfaat ……………………………………………………. 2
Ruang Lingkup …………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………..3
Dampak revolusi hijau terhadap ketersediaan pangan …………………. 3
Penggunaan sistem pertanian terpadu dalam pemecahan masalah
penyediaan pangan …………………………………………………………...
7
BAB III PENUTUP …………………………………………………………..13
Kesimpulan………………………………………………………………13
Saran……………………………………………………………………. 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………14
iii
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 4/17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu
bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar
220 juta jiwa, maka kebutuhan akan pangan sangatlah penting dalam
menunjang ketahanan pangan nasional. Kebutuhan yang besar jika tidak
diimbangi peningkatan produksi pangan tentu akan menghadapi
permasalahan. Jika tidak ada upaya untuk meningkatkan produksi pangan,maka akan menimbulkan masalah antara kebutuhan dan ketersediaan yang
harus dipenuhi. Dengan peningkatan jumlah penduduk pertahun rata-rata 1,5
% untuk periode 1990-2000. Sementara peningkatan produksi pertanian di
Indonesia dari tahun 1995 hingga 2010 diperkirakan sekitar 1.3 % setiap
tahunnya (Simatupang et al., 1995), dengan demikian produksi yang
diperoleh tidak dapat mencukupi kebutuhan.
Penurunan produksi panen tanaman tersebut diduga akibat
meningkatnya intensifikasi pertanian yang menyebabkan hilangnya biodiver-
sitas organisme dalam tanah karena menurunnya jumlah dan diversitas
masukan organik kedalam rantai makanannya, dan adanya penggunaan bahan
kimia serta modifikasi iklim mikro. Berubahnya biodiversitas dalam tanah
mempengaruhi grup fungsional penting, seperti simbion (berperan penting
dalam siklus hara), grup penggali tanah (ecosystem engineer ) (berperan
penting dalam mempertahankan infiltrasi tanah), dan predator (berperan
penting dalam pengendalian hama dan penyakit).
Meningkatnya intensifikasi pertanian ini dimulai sejak tahun 1960-
an akibat dari pengaruh penggunaan teknologi pertanian maju dari negara
Barat yang dikenal dengan istilah revolusi hijau ( green revolution). Awalnya,
revolusi hijau di Indonesia mampu meningkatkan produksi pangan
(khususnya padi) secara spektakuler. Namun sukses tersebut, harus dibayar
mahal. Berbagai masalah serius sekarang bermunculan akibat revolusi hijau,
seperti kerusakan lingkungan (ekosistem), marjinalisasi petani gurem dan
1
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 5/17
buruh tani, rendahnya tingkat pendapatan petani, ketidakmandirian petani,
dan ketidaksehatan produk yang dikonsumsi masyarakat. Masalah tersebut
menunjukkan kekeliruan penerapan kebijakan revolusi hijau yang pada
akhirnya mempengaruhi produksi pangan.
Lantas, selanjutnya diperlukan suatu kebijakan sistem pertanian agar
dapat mendukung jumlah produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk yang semakin meningkat. Kebijakan yang dimaksud ialah
mencanangkan suatu pola sistem pertanian yang berkelanjutan, dimana dalam
penerapannya mengutamakan keseimbangan ekologi dengan meningkatkan
keanekaragaman hayati dan memenfaatkan bahan-bahan limbah organik yang
ramah lingkungan. Sehingga ketersediaan pangan dapat terpenuhi.
B. Manfaat dan Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan peran dan pola
sistem pertanian terpadu dalam kaitannya mendukung ketersediaan dalam
rangka swasembada pangan.
C. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai masalah dampak
revolusi hijau pada ketersediaan pangan dan pemecahannya menggunakan
sistem pertanian terpadu dalam kaitannya dengan ketersediaan pangan dalam
rangka swasembada pangan.
BAB II
2
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 6/17
PEMBAHASAN
A. Dampak revolusi hijau terhadap ketersediaan pangan
Revolusi hijau mulai muncul dan berkembang pada tahun 1960-an.
Saat itu terjadi revolusi industri besar-besaran di negara Barat, yakni tepatnya
di negara Inggris. Tidak hanya dibidang industri saja, akan tetapi juga terjadi
revolusi di bidan pertanian. Perubahan ini ditandai dengan penggunaan-
pengunaan teknologi baru dibidang pertanian. Teknologi tersebut diantaranya
ialah penggunaan pestisida untuk memberantas hama, penggunaan pupuk
kimia, teknologi kultur jaringan (transgenik), penyemprotan herbresida, danlain-lain.
Sebenarnya pada awal penerapannya, sistem ini menghasilkan
produksi tanaman pangan yang banyak. Karena reaksi penggunaan bahan-
bahan kimia pada pertanian (pupuk kimia, pestisida, herbrisida) sangatlah
cepat sehingga dapat mempercepat proses menyuburkan tanah,
pemberantasan hama dan gulma. Namun setelah beberapa tahun kebijakan ini
diterapkan ternyata diketahui bahwa dengan penggunaan bahan-bahan kimia
diatas pada lahan pertanian secara terus menerus dapat mengakibatkan
berbagai masalah yang kompleks. Masalah tersebut misalnya dalam
penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dan tanpa kendali ternyata
dapat mengganggu keseimbangan biodiversitas unsur hara didalam tanah.
Pupuk kimia yang biasanya digunakan ialah pupuk NPK (nitrogen (N), fosfor
(P) dan kalium (K) ). Pupuk N mudah teroksidasi, sehingga cepat menguap
atau tercuci sebelum tanaman menyerap seluruhnya. Pupuk P diperlukan
dalam jumlah banyak karena selain untuk memenuhi kebutuhan tanaman juga
untuk menutup kompleks pertukaran mineral tanah agar selalu dapat tersedia
dalam larutan tanah. Pemupukan K atau unsur hara lain dalam bentuk kation,
akan banyak yang hilang kalau diberikan sekaligus, karena tanah masam
hanya mempunyai daya ikat kation yang sangat terbatas. Unsur hara yang
diberikan dalam bentuk kation mudah sekali tercuci dan mudah hilang. Hal
ini akan menyebabkan tingkat produktivitas tanah menurun dan lama
kelamaan tanah akan menjadi masam, kemudian tidak bisa ditanami
3
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 7/17
tumbuhan apapun. Kondisi ini mempengaruhi proses bercocok tanam dan
ketersediaan pangan.
Selanjutnya dalam pemberantasan tanaman gulma seperti alangalang
dengan menggunakan bahan kimia, yakni dengan memakai herbisida.
Penggunaan herbisida yang berlebihan ini dapat menyebabkan bahaya
keracunan pada si pemakai dan pada produk pertanian yang dihasilkan serta
pencemaran lingkungan. Tanaman transgenic yang berkembang sejak masa
revolusi hijau awalnya dianggap sebagai tanaman yang sempurna karena
perannya dalam menghasilkan produk pertanian yang bermutu tinggi dan cara
perawatannya yang relative mudah. Tanaman transgenik dibuat dengan
menggunakan teknik biologi molekuler yang memungkinkan peneliti untuk
mengidentifikasi gen-gen tertentu, membuat duplikatnya, kemudian
menyisipkan duplikat gen tersebut ke tanaman penerima dengan
menggunakan alat (yang paling umum dipakai adalah bakteri tanah, disebut
Agrobacterium). Ketika sel tanaman penerima membelah diri, DNA baru dari
tanaman asal (yang dibawa oleh Agrobacterium) tergandakan dan
terpindahkan ke dalam sel baru tersebut. Keberadaan gen baru ini akan
mempengaruhi keturunan dari tanaman tersebut, baik dari segi sifatnya
bahkan penampilannya.
Namun, ternyata tanaman transgenik memiliki dampak negatif baik
pada pertanian maupun pada lingkungan, diantara dampak tanaman
transgenik yang terjadi antara lain ialah hasil panen lebih rendah, biaya
produksi lebih tinggi, peningkatan penggunaan bahan kimia pertanian, hama
menjadi kebal, akan muncul virus tanaman baru yang lebih berbahaya karena
proses adaptasi dari virus tersebut, dan dapat menyebabkan hilangnya
keanekaragaman hayati.
Faktor gen yang merubah tanaman transgenik memiliki peranan
besar terhadap resistensi hama khususnya serangga, namun hal ini harus terus
diperhatikan oleh para peneliti. Hama yang menyerang tanaman transgenik
juga mampu beradaptasi, sehingga hama tersebut lama kelamaan akan kebal
terhadap sesuatu yang asing atau racun dari tanaman transgenik tersebut.
4
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 8/17
Kondisi hama yang mampu bertahan dalam tanaman transgenik ini sulit untuk
ditangani, salah satu caranya ialah meningkatkan dosis dari pestisida karena
bila tidak dapat maka akan menyebabkan seluruh jenis tanaman transgenik
tersebut akan mati, dan penanaman tanaman menjadi sia-sia.
Sebagai contoh padi tahan hama wereng, apabila wereng mampu
beradaptasi dengan tanaman padi transgenik tersebut maka akan
menyebabkan kegagalan panen yang cukup besar. Kegagalan panen tersbut
karena hama wereng sudah tahan terhadap pestisida yang sering digunakan.
Disisi lain apabila dosis pestisida ditingkatkan maka akan dapat mengganggu
kualitas tanaman padi transgenik tersebut dan akan mencemari lingkungan.
Pengaruh dari tanaman transgenik adalah munculnya hama super
(untuk tanaman transgenik yang tahan pada serangga hama tertentu. Misalnya
hama tersebut dapat beradaptasi dengan racun B. thuringiensis yang gennya
sudah disisipkan pada tanaman transgenik). Menurut Zhu Zen pakar genetika
dari the Beijing-based Institute of Genetics and Developmental Biology,
Chinese Academy of Sciences (CAS), yang mengembangkan genetika Bt and
CpTI , setelah sepuluh tahun para peneliti yakin “bahwa para petani tidak
akan menggunakan pestisida untuk membasmi hama serangga pada tanaman
padi transgenik karena serangga sudah resisten terhadap hama”.
Penggunaan pestisida dianggap sangat membantu dalam
pemberantasan hama tanaman, karena didalamnya terkandung suatu zat
berracun yang dapat membunuh hama tanaman. Zat berracun tersebut
tergantung jenis pestisidanya. Adapun jenis pestisida yang sering digunakan
dan dikenal dalm bidang pertanian ialah :
Class Target pest Remarks
Insecticide
Fungicide
Herbicide
Rodenticide
Plant growth
Insects
Fungi, mold
Weeds, plants
Rats, mice
None
Kills insects or larvae
Controls plant diseases
Total herbicide kill all plants selective
herbicide controls weeds
Control rodents
Control the size of plants, e.g., keep
5
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 9/17
regulator
AcaricidePheromone
Repellent
Nematicide
MitesInsects
Insects
Nematodes, worms
stems of cereals short
Control mites, aphids, and so onAttracts insects into traps, controls
mating
Repels insects without killing them
Kills worms and similar parasites
Tanpa kita sedari, dibalik pemakaian pestisida yang dilakukan secara
terus menerus dan dalam dosis yang tinggi ternyata dapat mengakibatkan
pencemaran lingkungan, tanah, dapat merusak stabilitas ekositem dan
menyebabkan hilangnya hayati. Selain itu juga dari sebuah penelitian
terungkap bahwa penggunaan pestisida ini dapat memunculkan jenis hama
serangga yang lebih ganas akibat ketergantungan terhadap pestisida dalam
pemberantasan hama sehingga lambat laun serangga tersebut beradaptasi dan
menjadi kebal terhadap semua jenis pestisida. Pernyataan ini sesuai dengan
contoh penelitian yang dilakukan oleh Mohammadi Sharif H, dkk (2007)
yang menyatakan bahwa kumbang daun perusak kentang Leptinotarsa
decemlineata di Iran memiliki resistensi yang tinggi terhadap pestisida, dan
semakin lama daya tahan terhadap pestisida semakin meningkat.
Revolusi hijau dalam jangka waktu lama telah menimbulkan
permasalahan kompleks pertanian, mulai dari pencemaran lingkungan yang
menyebabkan kerusakan alam serta tingkat produktivitas tanah menghilang
dan juga munculnya jenis hama baru yang lebih ganas. Apabila cara atau
sistem pertanian revolusi hijau ini terus dilakukan maka bukan tidak mungkin
akan mengakibatkan kegagalan panen dalam sekala besar. Kondisi ini akan
menyebabkan terganggunya ketersedian pangan, baik tingkat lokal maupun
nasional. Maka diperlukan suatu penanganan yang optimal dan berkelanjutan.
B. Penggunaan sistem pertanian terpadu dalam pemecahan masalah
penyediaan pangan
6
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 10/17
Sistem pertanian terpadu merupakan sitem pertanian yang selaras
dengan kaidah alam, yaitu mengupayakan suatu keseimbangan alam dengan
membangun suatu pola relasi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan
di antara setiap jenis komponen ekosistem pertanian yang terlibat, dengan
meningkatkan keanekaragaman hayati dan memanfaatkan bahan-bahan
limbah organik.
Pada prinsipnya sistem pertanian terpadu ini menitikberatkan pada
usaha pengendalian masalah lingkungan pada tingkat lokal, regional dan
nasional/global sehingga dapat tercapai sistem bercocok tanam yang
berkelanjutan dan tidak akan mempengaruhi jumlah produksi pangan malah
akan mendukung ketersediaannya. Prinsip tersebut memiliki kriteria :
1. Tingkat lokal (petani)
A. Dapat mempertahankan sumber alam sebagai penunjang produksi
tanaman untuk jangka panjang, dengan cara :
•Mengontrol erosi dan memperbaiki struktur tanah
•Mempertahankan kesuburan tanah dengan cara menjaga
keseimbangan hara
•Mengusahakan diversifikasi tanaman di lahannya
B. Dapat mempertahankan produktivitas lahan dengan tenaga kerja yang
cukup
•Swa-sembada penyediaan pangan, kayu bakar dan hasil sampingan
lainnya
C. Dapat mengatasi risiko gagal panen akibat musim yang kurang cocok,
hama, penyakit, gulma dan turunnya harga pasaran, melalui :
•Mempertahankan diversifikasi (setiap komponen dengan
kelebihannya masingmasing)
•Mampu bertahan bila mengalami kegagalan dalam produksi
D. Dapat menyediakan dan memberikan peluang untuk perbaikan dan
pengembangan :
7
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 11/17
•Penelitian pada tingkat petani untuk mendapatkan teknologi yang
dibutuhkan•Paket teknologi yang cocok untuk berbagai kondisi
2. Tingkat Regional (desa)
E. Tidak ada efek negatif terhadap lingkungan, misalnya:
•Tidak ada erosi atau pengendapan dan pendangkalan pada sungai
dan danau
•Tidak ada pencemaran air tanah maupun air permukaan
•Tidak terjadi pencemaran yang berkaitan dengan agroindustri
F. Tidak terdapat 'kelaparan' tanah (yang berkaitan dengan A dan B):
•Tidak ada perambahan terhadap sumber daya hutan dan suaka alam
3. Tingkat Nasional/Global
G. Tidak ada ketergantungan terhadap sarana produksi yang berasal dari
industri ataupun bahan import
H. Tidak menimbulkan masalah emisi gas yang dapat merubah komponen
iklim.
Sedangkan Berdasarkan kriteria yang dikemukakan Van der Heide et
al ., 1992, suatu sistem pengelolaan tanah dapat dikatakan berkelanjutan atau
sustainable apabila memenuhi beberapa tanda berikut :
1. Menekan penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu
2. Menekan gangguan gulma
3. Menekan serangan hama dan penyakit
4. Menekan erosi tanah5. Mempertahankan keberagaman tanaman (diversifikasi)
Dalam sistem pertanian terpadu penentuan strategi pengelolaan tanah
dipengaruhi oleh tujuannya, untuk jangka pendek atau jangka panjang.
Misalnya bagi petani kecil menanam tanaman yang kurang tahan terhadap
kemasaman tinggi tetapi bernilai ekonomis tinggi dapat ditumpangsarikan
atau bergilir dengan tanaman yang toleran terhadap kemasaman tinggi.
Menanam tanaman yang toleran terhadap kandungan Al tinggi ini akan
8
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 12/17
berguna untuk jangka panjang melalui perbaikan sifat fisik tanah dan
mempertahankan kandungan bahan organik tanah.
Dari hasil penelitian BMSF ( Biological Management of Soil
Fertility) pada Ultisols di daerah Pakuan Ratu, Lampung, selama 15 tahun,
telah menghasilkan sepuluh prinsip pengelolaan tanah-tanah secara biologi
yang apabila dituliskan dalam Bahasa Inggris huruf awal setiap butir dapat
membentuk kata yang mudah diingat yaitu “MOTHER SOIL” yang
kepanjangannya sebagai berikut:
M aintain biodiversity
O ptimize biological N2 fixation
T une demand for and supply of N to minimize losses and need for fertilizer.
H ave deep-rooted components included as ‘ safety-nets’ for leaching nutrients
E ffectice acid soil tolerant germplasm and Al-detoxification by organic
matter
R eplace phosphorus and cations exported in harvested products
S upply permanent soil cover
O mit or minimize soil tillage
I ntegrate ‘service’ components (cover crops, trees) into the cropping system
L et excessive rainfall escape via by-pass flow channels
Prinsip pengelolaan pertama “mother”, perhatian lebih dipusatkan
kepada usaha mempertahankan keanekaragaman hayati (M) melalui
pengelolaan bahan organik tanah, pengaturan penyediaan hara dan
meningkatkan efisiensi serapan hara. Khusus untuk penyediaan hara N,
menanam tanaman legume berpotensi untuk mempertahankan konsentrasi N
dalam tanah (O). Mengingat tingginya mobilitas N dalam tanah, pemilihan
kualitas bahan organik merupakan strategi yang paling mendasar untuk
meningkatkan sinkronisasi ketersediaan hara dengan saat tanaman
membutuhkannya (T). Sinkronisasi hara ini juga dapat ditingkatkan dengan
pemilihan tanaman yang berperakaran dalam yang dapat berperan sebagai
jaring penyelamat hara (H). Pemilihan varietas tanaman yang toleran
terhadap Al perlu dipertimbangkan untuk mengurangi penggunaan kapur
9
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 13/17
yang dapat meningkatkan N tercuci ke lapisan bawah (E). Selain daripada itu
pengelolaan harus diusahakan untuk mengganti hara terutama P yang hilang
terangkut panen (R ).
Kelompok ke dua “soil”, di mana pengelolaan lebih difokuskan
untuk jangka panjang yaitu mempertahankan sifat fisik tanah. Usaha
pengelolaan sifat fisik tanah harus dipusatkan kepada perbaikan porositas
tanah untuk mengurangi limpasan permukaan dan erosi melalui penutupan
permukaan tanah (S) dan menghindari atau meminimalkan pengolahan tanah
(O). Penggunaan tanaman legume penutup tanah atau pepohonan dalam satu
pola tanam yang permanen serta usaha pengembalian sisa panenan dapat
menjadi pelindung lapisan permukaan tanah dari erosi, kekeringan.dan
tumbuhnya gulma alang-alang (I). Akar-akar tanaman penutup tanah yang
telah mati akan meninggalkan rongga besar yang dapat berfungsi sebagai
jalur cepat aliran air, sehingga akan mengurangi genangan air hujan yang
berlebihan (L).
Berdasarkan pada uraian panjang lebar diatas maka usaha
pengelolaan tanah masam secara biologi dan terintegarasi nampaknya
merupakan strategi pengelolaan yang lebih menjanjikan untuk mencapai
produktivitas yang berkelanjutan.
Sistem pertanian terpadu yang menunjang atau mendukung ternyata
telah diadopsi oleh negara besar yakni Amerika Serikat. Pada bulan Januari
1988, Departemen Pertanian Amerika Serikat (United States Departement of
Agriculture / USDA) telah mereformasi kebijakan pertaniannya. USDA
mengeluarkan kebijakan bersejarah, yaitu Low-input, sustainable agriculture
(LISA). LISA adalah suatu sistem pertanian terpadu yang merupakan
kombinasi dari berbagai teknologi atau metode bertani yang dipadukan dalam
suatu rencana manajemen usahatani yang utuh. Kombinasi tersebut
merupakan suatu kesatuan dari bermacam-macam metode bertani, misalnya :
perpaduan antara pengendalian hama terpadu, kontrol biologis, dan pergiliran
tanaman yang berbasiskan tanaman kacang-kacangan (legume). Teknologi
atau metode tersebut mencakup suatu kesatuan pendekatan yang pada derajat
10
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 14/17
tertentu menyimpang dari metode pertanian konvensional (teknologi
“modern”) yang diadopsi secara meluas.
Kebijakan LISA dilatarbelakangi oleh situasi yang dialami petani
Amerika pada dekade 1980-an. Petani menghadapi tekanan finansial akibat
penurunan dalam hal : jumlah ekspor produk pertanian, harga komoditi, dan
nilai tanah. Solusi tradisional dengan cara memacu produksi, malah makin
menjatuhkan harga komoditi pertanian. Petani juga berada di bawah tekanan
publik untuk mengurangi polusi akibat penggunaan pupuk kimia dan
pestisida serta mengurangi erosi (lahan).
LISA, secara sederhana, dimaksudkan untuk memenuhi dua
kepentingan petani yaitu : produksi dan konservasi. Pendekatan konvensional
dengan teknologi modern cenderung mengabaikan faktor konservasi
sumberdaya atau proteksi lingkungan. Walaupun merupakan sesuatu yang
penting dan dibutuhkan, konservasi bagi petani cenderung dianggap sebagai
beban atau pembatas maksimisasi keuntungan. Pemerintah AS lalu
menyediakan bantuan teknis dan finansial untuk mendukung kepentingan
tersebut.
Kebijakan LISA, secara konseptual mempunyai dua tujuan utama
yaitu : memperbesar pendapatan (petani) serta memelihara lingkungan
melalui pembangunan suatu sistem atau praktek pertanian terpadu. Tujuan
yang lebih mendasar dari LISA adalah penyediaan pangan dan hasil pertanian
lain secara berkelimpahan lewat cara-cara yang tidak membahayakan
manusia dan lingkungan serta menciptakan keberlanjutan pertanian demi
kelangsungan hidup generasi mendatang.
LISA dipilih sebagai kebijakan alternatif karena beberapa
kelebihannya. Secara teknologis, sistem pertanian LISA berpotensi
mengurangi ketergantungan petani pada pembelian berbagai input eksternal
pertanian sehingga dapat memperbesar keuntungan petani. Bahkan, dari sudut
penambahan lapangan kerja dan diversifikasi usaha, LISA diyakini berpotensi
membangkitkan kekuatan vital untuk menghidupkan kembali daerah
pedesaan. Di pihak lain, sistem LISA diyakini dapat membawa dampak yang
11
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 15/17
menguntungkan masyarakat, seperti : pengurangan kerusakan lingkungan
akibat erosi tanah dan pencemaran bahan kimia terhadap air, tanah dan udara,
pengurangan beban pajak konsumen dalam program bantuan harga dari
pemerintah federal, penghematan bahan bakar fosil (minyak bumi), serta
pemeliharaan keberlanjutan pertanian bagi generasi di masa depan.
Kebijakan LISA di AS menunjukkan adanya suatu kesadaran baru
yang tidak lagi melihat pencapaian tingkat produksi tertentu sebagai satu-
satunya tujuan. Implikasi tujuan ini terhadap faktor lain seperti lingkungan
(ekologi), sosial-budaya, ekonomi dan politik menjadi sama pentingnya
dengan tujuan itu sendiri. Implikasi kebijakan (LISA) ini, dipikirkan secara
serius oleh pemerintah Amerika Serikat. Berbagai kajian dan penelitian baik
yang sifatnya teoritis maupun empiris dilakukan secara intensif. Petani serta
semua pihak yang berkepentingan dilibatkan secara penuh. Berbagai akses,
fasilitas, insentif dan jaminan disediakan bagi petani. Kajian sementara
menunjukkan bahwa sistem pertanian berkelanjutan sangat menjanjikan,
mengingat banyak keuntungan yang bisa diraih dari sistem tersebut, baik
secara ekonomis, sosiologis maupun ekologis.
12
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 16/17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pertanian terpadu berkelanjutan dinilai sebagai sistem
pertanian yang paling optimal dan ramah lingkungan dalam upaya penyediaan
pangan. Sistem ini mempunyai prinsip : menekan penurunan produksi
tanaman dari waktu ke waktu, menekan gangguan gulma, menekan serangan
hama dan penyakit, menekan erosi tanah, mempertahankan keberagaman
tanaman (diversifikasi) serta berprinsip “ MOTHER SOIL”. Sehingga akantercapai produktivitas yang maksimal dan akan mendukung ketersediaan
pangan.
B. Saran
Pemerintah seharusnya mendukung dan mulai menerapkan sistem
pertanian terpadu berkelanjutan ini dengan cara mengenalkan sistem ini
kepada petani dan memberikan dana intensif sebagai bantuan untuk
membangun sistem pertanian ini. Kemudian mencontoh keberhasilan negara
Amerika Serikat yang menerapkan sistem LISA ( Low-input, sustainable
agriculture), yang mempunyai prinsip utama yaitu memperbesar pendapatan
(petani) dan memelihara lingkungan melalui pembangunan suatu sistem atau
praktek pertanian terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
13
7/16/2019 Makala h
http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 17/17
http://nad.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/pdf/pangan.pdf pada hari Senin,
22 april 2013 pukul 09.46 WIB.
http://pertanianberlanjut.lecture.ub.ac.id/files/2011/03/1_AGR28306_VanNoordw
ijk.pdf diakses pada hari Minggu, 07 april 2013 pukul 10.18 WIB.
http://www.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/book/BK0028-
04/BK0028-04-3.pdf pada hari Jum'at, 19 april 2013 pukul 13.57 WIB.
http://www.elsppat.or.id/download/file/w12_a2.pdf pada hari Minggu, 07 april
2013 pukul 09.58 WIB.
Irwan, ZD. 2010. Prinsip-Prinsip Ekologi. Jakarta. Bumi Aksara.
14