17
MAKALAH SISTEM PERTANIAN TERPADU BERKELANJUATAN “Sistem Pertanian Terpadu Mendukung Swasembada Pangan” OLEH : Disusun oleh : Nama : Rosyid Abdul Hamid NIM : H0512105 JURUSAN PETERNAKAN B FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 i

Makala h

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah

Citation preview

Page 1: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 1/17

MAKALAH

SISTEM PERTANIAN TERPADU BERKELANJUATAN

“Sistem Pertanian Terpadu Mendukung Swasembada Pangan”

OLEH :

Disusun oleh :

Nama : Rosyid Abdul Hamid

NIM : H0512105

JURUSAN PETERNAKAN B

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

i

Page 2: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 2/17

KATA PENGANTAR 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala nikmat

yang dilimpahkan. Tidak ketinggalan sholawat serta salam senantiasa tercurahkan

kepangkuan beliau nabi Muhammad SAW. Semua kekuatan, daya dan upaya

adalah datang dari Allah SWT. Oleh karenanya kami mengakui kekurangan-

kekurangan yang ada dalam makalah ini. Kami mempunyai harapan semoga

makalah yang berjudul “Sistem Pertanian Terpadu Mendukung Swasembada

Pangan” ini dapat bermanfaat.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu atas tersusunnya makalah ini, yakni :

1. Bp. Jati selaku dosen makul Sistem Petanian Terpadu Berkelanjutan yang telah

membimbing kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

2. Berbagai pihak yang telah menyediakan sumber tulisan tentang Sistem

Pertanian Terpadu Mendukung Swasembada Pangan yang tidak bisa kami

sebutkan satu per satu.

3. Teman-teman jurusan peternakan kelas B yang senantiasa memberi dukungan

dan motivasinya kepada kami.

Surakarta, April 2013

Penulis

ii

Page 3: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 3/17

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………….... 1

Latar Belakang Masalah ……………………………………………...... 1

Tujuan dan Manfaat ……………………………………………………. 2

Ruang Lingkup …………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………..3

Dampak revolusi hijau terhadap ketersediaan pangan …………………. 3

Penggunaan sistem pertanian terpadu dalam pemecahan masalah

 penyediaan pangan …………………………………………………………...

7

BAB III PENUTUP …………………………………………………………..13

Kesimpulan………………………………………………………………13

Saran……………………………………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………14

iii

Page 4: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 4/17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu

 bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 

220 juta jiwa, maka kebutuhan akan pangan sangatlah penting dalam

menunjang ketahanan pangan nasional. Kebutuhan yang besar jika tidak 

diimbangi peningkatan produksi pangan tentu akan menghadapi

 permasalahan. Jika tidak ada upaya untuk meningkatkan produksi pangan,maka akan menimbulkan masalah antara kebutuhan dan ketersediaan yang

harus dipenuhi. Dengan peningkatan jumlah penduduk pertahun rata-rata 1,5

% untuk periode 1990-2000. Sementara peningkatan produksi pertanian di

Indonesia dari tahun 1995 hingga 2010 diperkirakan sekitar 1.3 % setiap

tahunnya (Simatupang et al., 1995), dengan demikian produksi yang

diperoleh tidak dapat mencukupi kebutuhan.

Penurunan produksi panen tanaman tersebut diduga akibat

meningkatnya intensifikasi pertanian yang menyebabkan hilangnya biodiver-

sitas organisme dalam tanah karena menurunnya jumlah dan diversitas

masukan organik kedalam rantai makanannya, dan adanya penggunaan bahan

kimia serta modifikasi iklim mikro. Berubahnya biodiversitas dalam tanah

mempengaruhi grup fungsional penting, seperti  simbion (berperan penting

dalam siklus hara), grup penggali tanah (ecosystem  engineer ) (berperan

 penting dalam mempertahankan infiltrasi tanah), dan  predator  (berperan

 penting dalam pengendalian hama dan penyakit).

Meningkatnya intensifikasi pertanian ini dimulai sejak tahun 1960-

an akibat dari pengaruh penggunaan teknologi pertanian maju dari negara

Barat yang dikenal dengan istilah revolusi hijau ( green revolution). Awalnya,

revolusi hijau di Indonesia mampu meningkatkan produksi pangan

(khususnya padi) secara spektakuler. Namun sukses tersebut, harus dibayar 

mahal. Berbagai masalah serius sekarang bermunculan akibat revolusi hijau,

seperti kerusakan lingkungan (ekosistem), marjinalisasi petani gurem dan

1

Page 5: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 5/17

 buruh tani, rendahnya tingkat pendapatan petani, ketidakmandirian petani,

dan ketidaksehatan produk yang dikonsumsi masyarakat. Masalah tersebut

menunjukkan kekeliruan penerapan kebijakan revolusi hijau yang pada

akhirnya mempengaruhi produksi pangan.

Lantas, selanjutnya diperlukan suatu kebijakan sistem pertanian agar 

dapat mendukung jumlah produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan

 penduduk yang semakin meningkat. Kebijakan yang dimaksud ialah

mencanangkan suatu pola sistem pertanian yang berkelanjutan, dimana dalam

 penerapannya mengutamakan keseimbangan ekologi dengan meningkatkan

keanekaragaman hayati dan memenfaatkan bahan-bahan limbah organik yang

ramah lingkungan. Sehingga ketersediaan pangan dapat terpenuhi.

B. Manfaat dan Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan peran dan pola

sistem pertanian terpadu dalam kaitannya mendukung ketersediaan dalam

rangka swasembada pangan.

C. Ruang Lingkup

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai masalah dampak 

revolusi hijau pada ketersediaan pangan dan pemecahannya menggunakan

sistem pertanian terpadu dalam kaitannya dengan ketersediaan pangan dalam

rangka swasembada pangan.

BAB II

2

Page 6: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 6/17

PEMBAHASAN

A. Dampak revolusi hijau terhadap ketersediaan pangan

Revolusi hijau mulai muncul dan berkembang pada tahun 1960-an.

Saat itu terjadi revolusi industri besar-besaran di negara Barat, yakni tepatnya

di negara Inggris. Tidak hanya dibidang industri saja, akan tetapi juga terjadi

revolusi di bidan pertanian. Perubahan ini ditandai dengan penggunaan-

 pengunaan teknologi baru dibidang pertanian. Teknologi tersebut diantaranya

ialah penggunaan pestisida untuk memberantas hama, penggunaan pupuk 

kimia, teknologi kultur jaringan (transgenik), penyemprotan herbresida, danlain-lain.

Sebenarnya pada awal penerapannya, sistem ini menghasilkan

 produksi tanaman pangan yang banyak. Karena reaksi penggunaan bahan-

 bahan kimia pada pertanian (pupuk kimia, pestisida, herbrisida) sangatlah

cepat sehingga dapat mempercepat proses menyuburkan tanah,

 pemberantasan hama dan gulma. Namun setelah beberapa tahun kebijakan ini

diterapkan ternyata diketahui bahwa dengan penggunaan bahan-bahan kimia

diatas pada lahan pertanian secara terus menerus dapat mengakibatkan

 berbagai masalah yang kompleks. Masalah tersebut misalnya dalam

 penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dan tanpa kendali ternyata

dapat mengganggu keseimbangan biodiversitas unsur hara didalam tanah.

Pupuk kimia yang biasanya digunakan ialah pupuk NPK (nitrogen (N), fosfor 

(P) dan kalium (K) ). Pupuk N mudah teroksidasi, sehingga cepat menguap

atau tercuci sebelum tanaman menyerap seluruhnya. Pupuk P diperlukan

dalam jumlah banyak karena selain untuk memenuhi kebutuhan tanaman juga

untuk menutup kompleks pertukaran mineral tanah agar selalu dapat tersedia

dalam larutan tanah. Pemupukan K atau unsur hara lain dalam bentuk kation,

akan banyak yang hilang kalau diberikan sekaligus, karena tanah masam

hanya mempunyai daya ikat kation yang sangat terbatas. Unsur hara yang

diberikan dalam bentuk kation mudah sekali tercuci dan mudah hilang. Hal

ini akan menyebabkan tingkat produktivitas tanah menurun dan lama

kelamaan tanah akan menjadi masam, kemudian tidak bisa ditanami

3

Page 7: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 7/17

tumbuhan apapun. Kondisi ini mempengaruhi proses bercocok tanam dan

ketersediaan pangan.

Selanjutnya dalam pemberantasan tanaman gulma seperti alangalang

dengan menggunakan bahan kimia, yakni dengan memakai herbisida.

Penggunaan herbisida yang berlebihan ini dapat menyebabkan bahaya

keracunan pada si pemakai dan pada produk pertanian yang dihasilkan serta

 pencemaran lingkungan. Tanaman transgenic yang berkembang sejak masa

revolusi hijau awalnya dianggap sebagai tanaman yang sempurna karena

 perannya dalam menghasilkan produk pertanian yang bermutu tinggi dan cara

 perawatannya yang relative mudah. Tanaman transgenik dibuat dengan

menggunakan teknik biologi molekuler yang memungkinkan peneliti untuk 

mengidentifikasi gen-gen tertentu, membuat duplikatnya, kemudian

menyisipkan duplikat gen tersebut ke tanaman penerima dengan

menggunakan alat (yang paling umum dipakai adalah bakteri tanah, disebut

Agrobacterium). Ketika sel tanaman penerima membelah diri, DNA baru dari

tanaman asal (yang dibawa oleh Agrobacterium) tergandakan dan

terpindahkan ke dalam sel baru tersebut. Keberadaan gen baru ini akan

mempengaruhi keturunan dari tanaman tersebut, baik dari segi sifatnya

 bahkan penampilannya.

 Namun, ternyata tanaman transgenik memiliki dampak negatif baik 

 pada pertanian maupun pada lingkungan, diantara dampak tanaman

transgenik yang terjadi antara lain ialah hasil panen lebih rendah, biaya

 produksi lebih tinggi, peningkatan penggunaan bahan kimia pertanian, hama

menjadi kebal, akan muncul virus tanaman baru yang lebih berbahaya karena

 proses adaptasi dari virus tersebut, dan dapat menyebabkan hilangnya

keanekaragaman hayati.

Faktor gen yang merubah tanaman transgenik memiliki peranan

 besar terhadap resistensi hama khususnya serangga, namun hal ini harus terus

diperhatikan oleh para peneliti. Hama yang menyerang tanaman transgenik 

 juga mampu beradaptasi, sehingga hama tersebut lama kelamaan akan kebal

terhadap sesuatu yang asing atau racun dari tanaman transgenik tersebut.

4

Page 8: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 8/17

Kondisi hama yang mampu bertahan dalam tanaman transgenik ini sulit untuk 

ditangani, salah satu caranya ialah meningkatkan dosis dari pestisida karena

 bila tidak dapat maka akan menyebabkan seluruh jenis tanaman transgenik 

tersebut akan mati, dan penanaman tanaman menjadi sia-sia.

Sebagai contoh padi tahan hama wereng, apabila wereng mampu

 beradaptasi dengan tanaman padi transgenik tersebut maka akan

menyebabkan kegagalan panen yang cukup besar. Kegagalan panen tersbut

karena hama wereng sudah tahan terhadap pestisida yang sering digunakan.

Disisi lain apabila dosis pestisida ditingkatkan maka akan dapat mengganggu

kualitas tanaman padi transgenik tersebut dan akan mencemari lingkungan.

Pengaruh dari tanaman transgenik adalah munculnya hama super 

(untuk tanaman transgenik yang tahan pada serangga hama tertentu. Misalnya

hama tersebut dapat beradaptasi dengan racun B. thuringiensis yang gennya

sudah disisipkan pada tanaman transgenik). Menurut Zhu Zen pakar genetika

dari the Beijing-based Institute of Genetics and Developmental Biology,

Chinese Academy of Sciences (CAS), yang mengembangkan genetika Bt and

CpTI , setelah sepuluh tahun para peneliti yakin “bahwa para petani tidak 

akan menggunakan pestisida untuk membasmi hama serangga pada tanaman

 padi transgenik karena serangga sudah resisten terhadap hama”.

Penggunaan pestisida dianggap sangat membantu dalam

 pemberantasan hama tanaman, karena didalamnya terkandung suatu zat

 berracun yang dapat membunuh hama tanaman. Zat berracun tersebut

tergantung jenis pestisidanya. Adapun jenis pestisida yang sering digunakan

dan dikenal dalm bidang pertanian ialah :

Class Target pest Remarks

Insecticide

Fungicide

Herbicide

Rodenticide

Plant growth

Insects

Fungi, mold

Weeds, plants

Rats, mice

 None

Kills insects or larvae

Controls plant diseases

Total herbicide kill all plants selective

herbicide controls weeds

Control rodents

Control the size of plants, e.g., keep

5

Page 9: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 9/17

regulator 

AcaricidePheromone

Repellent

 Nematicide

MitesInsects

Insects

 Nematodes, worms

stems of cereals short

Control mites, aphids, and so onAttracts insects into traps, controls

mating

Repels insects without killing them

Kills worms and similar parasites

Tanpa kita sedari, dibalik pemakaian pestisida yang dilakukan secara

terus menerus dan dalam dosis yang tinggi ternyata dapat mengakibatkan

 pencemaran lingkungan, tanah, dapat merusak stabilitas ekositem dan

menyebabkan hilangnya hayati. Selain itu juga dari sebuah penelitian

terungkap bahwa penggunaan pestisida ini dapat memunculkan jenis hama

serangga yang lebih ganas akibat ketergantungan terhadap pestisida dalam

 pemberantasan hama sehingga lambat laun serangga tersebut beradaptasi dan

menjadi kebal terhadap semua jenis pestisida. Pernyataan ini sesuai dengan

contoh penelitian yang dilakukan oleh Mohammadi Sharif H, dkk (2007)

yang menyatakan bahwa kumbang daun perusak kentang  Leptinotarsa

decemlineata di Iran memiliki resistensi yang tinggi terhadap pestisida, dan

semakin lama daya tahan terhadap pestisida semakin meningkat.

Revolusi hijau dalam jangka waktu lama telah menimbulkan

 permasalahan kompleks pertanian, mulai dari pencemaran lingkungan yang

menyebabkan kerusakan alam serta tingkat produktivitas tanah menghilang

dan juga munculnya jenis hama baru yang lebih ganas. Apabila cara atau

sistem pertanian revolusi hijau ini terus dilakukan maka bukan tidak mungkin

akan mengakibatkan kegagalan panen dalam sekala besar. Kondisi ini akan

menyebabkan terganggunya ketersedian pangan, baik tingkat lokal maupun

nasional. Maka diperlukan suatu penanganan yang optimal dan berkelanjutan.

B. Penggunaan sistem pertanian terpadu dalam pemecahan masalah

penyediaan pangan

6

Page 10: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 10/17

Sistem pertanian terpadu merupakan sitem pertanian yang selaras

dengan kaidah alam, yaitu mengupayakan suatu keseimbangan alam dengan

membangun suatu pola relasi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan

di antara setiap jenis komponen ekosistem pertanian yang terlibat, dengan

meningkatkan keanekaragaman hayati dan memanfaatkan bahan-bahan

limbah organik.

Pada prinsipnya sistem pertanian terpadu ini menitikberatkan pada

usaha pengendalian masalah lingkungan pada tingkat lokal, regional dan

nasional/global sehingga dapat tercapai sistem bercocok tanam yang

 berkelanjutan dan tidak akan mempengaruhi jumlah produksi pangan malah

akan mendukung ketersediaannya. Prinsip tersebut memiliki kriteria :

1. Tingkat lokal (petani)

A. Dapat mempertahankan sumber alam sebagai penunjang produksi

tanaman untuk jangka panjang, dengan cara :

•Mengontrol erosi dan memperbaiki struktur tanah

•Mempertahankan kesuburan tanah dengan cara menjaga

keseimbangan hara

•Mengusahakan diversifikasi tanaman di lahannya

B. Dapat mempertahankan produktivitas lahan dengan tenaga kerja yang

cukup

•Swa-sembada penyediaan pangan, kayu bakar dan hasil sampingan

lainnya

C. Dapat mengatasi risiko gagal panen akibat musim yang kurang cocok,

hama, penyakit, gulma dan turunnya harga pasaran, melalui :

•Mempertahankan diversifikasi (setiap komponen dengan

kelebihannya masingmasing)

•Mampu bertahan bila mengalami kegagalan dalam produksi

D. Dapat menyediakan dan memberikan peluang untuk perbaikan dan

 pengembangan :

7

Page 11: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 11/17

•Penelitian pada tingkat petani untuk mendapatkan teknologi yang

dibutuhkan•Paket teknologi yang cocok untuk berbagai kondisi

2. Tingkat Regional (desa)

E. Tidak ada efek negatif terhadap lingkungan, misalnya:

•Tidak ada erosi atau pengendapan dan pendangkalan pada sungai

dan danau

•Tidak ada pencemaran air tanah maupun air permukaan

•Tidak terjadi pencemaran yang berkaitan dengan agroindustri

F. Tidak terdapat 'kelaparan' tanah (yang berkaitan dengan A dan B):

•Tidak ada perambahan terhadap sumber daya hutan dan suaka alam

3. Tingkat Nasional/Global

G. Tidak ada ketergantungan terhadap sarana produksi yang berasal dari

industri ataupun bahan import

H. Tidak menimbulkan masalah emisi gas yang dapat merubah komponen

iklim.

Sedangkan Berdasarkan kriteria yang dikemukakan Van der Heide et 

al ., 1992, suatu sistem pengelolaan tanah dapat dikatakan berkelanjutan atau

 sustainable apabila memenuhi beberapa tanda berikut :

1. Menekan penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu

2. Menekan gangguan gulma

3. Menekan serangan hama dan penyakit

4. Menekan erosi tanah5. Mempertahankan keberagaman tanaman (diversifikasi)

Dalam sistem pertanian terpadu penentuan strategi pengelolaan tanah

dipengaruhi oleh tujuannya, untuk jangka pendek atau jangka panjang.

Misalnya bagi petani kecil menanam tanaman yang kurang tahan terhadap

kemasaman tinggi tetapi bernilai ekonomis tinggi dapat ditumpangsarikan

atau bergilir dengan tanaman yang toleran terhadap kemasaman tinggi.

Menanam tanaman yang toleran terhadap kandungan Al tinggi ini akan

8

Page 12: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 12/17

 berguna untuk jangka panjang melalui perbaikan sifat fisik tanah dan

mempertahankan kandungan bahan organik tanah.

Dari hasil penelitian BMSF ( Biological Management of Soil 

 Fertility) pada Ultisols di daerah Pakuan Ratu, Lampung, selama 15 tahun,

telah menghasilkan sepuluh prinsip pengelolaan tanah-tanah secara biologi

yang apabila dituliskan dalam Bahasa Inggris huruf awal setiap butir dapat

membentuk kata yang mudah diingat yaitu “MOTHER SOIL” yang

kepanjangannya sebagai berikut:

M aintain biodiversity

O ptimize biological N2 fixation

T une demand for and supply of N to minimize losses and need for fertilizer.

H ave deep-rooted components included as ‘ safety-nets’ for leaching nutrients

E ffectice acid soil tolerant germplasm and Al-detoxification by organic

matter 

R eplace phosphorus and cations exported in harvested products

S upply permanent soil cover 

O mit or minimize soil tillage

I ntegrate ‘service’ components (cover crops, trees) into the cropping system

L et excessive rainfall escape via by-pass flow channels

Prinsip pengelolaan pertama “mother”, perhatian lebih dipusatkan

kepada usaha mempertahankan keanekaragaman hayati (M) melalui

 pengelolaan bahan organik tanah, pengaturan penyediaan hara dan

meningkatkan efisiensi serapan hara. Khusus untuk penyediaan hara N,

menanam tanaman legume berpotensi untuk mempertahankan konsentrasi N

dalam tanah (O). Mengingat tingginya mobilitas N dalam tanah, pemilihan

kualitas bahan organik merupakan strategi yang paling mendasar untuk 

meningkatkan sinkronisasi ketersediaan hara dengan saat tanaman

membutuhkannya (T). Sinkronisasi hara ini juga dapat ditingkatkan dengan

 pemilihan tanaman yang berperakaran dalam yang dapat berperan sebagai

 jaring penyelamat hara (H). Pemilihan varietas tanaman yang toleran

terhadap Al perlu dipertimbangkan untuk mengurangi penggunaan kapur 

9

Page 13: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 13/17

yang dapat meningkatkan N tercuci ke lapisan bawah (E). Selain daripada itu

 pengelolaan harus diusahakan untuk mengganti hara terutama P yang hilang

terangkut panen (R ).

Kelompok ke dua “soil”, di mana pengelolaan lebih difokuskan

untuk jangka panjang yaitu mempertahankan sifat fisik tanah. Usaha

 pengelolaan sifat fisik tanah harus dipusatkan kepada perbaikan porositas

tanah untuk mengurangi limpasan permukaan dan erosi melalui penutupan

 permukaan tanah (S) dan menghindari atau meminimalkan pengolahan tanah

(O). Penggunaan tanaman legume penutup tanah atau pepohonan dalam satu

 pola tanam yang permanen serta usaha pengembalian sisa panenan dapat

menjadi pelindung lapisan permukaan tanah dari erosi, kekeringan.dan

tumbuhnya gulma alang-alang (I). Akar-akar tanaman penutup tanah yang

telah mati akan meninggalkan rongga besar yang dapat berfungsi sebagai

 jalur cepat aliran air, sehingga akan mengurangi genangan air hujan yang

 berlebihan (L).

Berdasarkan pada uraian panjang lebar diatas maka usaha

 pengelolaan tanah masam secara biologi dan terintegarasi  nampaknya

merupakan strategi pengelolaan yang lebih menjanjikan untuk mencapai

 produktivitas yang berkelanjutan.

Sistem pertanian terpadu yang menunjang atau mendukung ternyata

telah diadopsi oleh negara besar yakni Amerika Serikat. Pada bulan Januari

1988, Departemen Pertanian Amerika Serikat (United States Departement of 

 Agriculture / USDA) telah mereformasi kebijakan pertaniannya. USDA

mengeluarkan kebijakan bersejarah, yaitu  Low-input, sustainable agriculture

(LISA). LISA adalah suatu sistem pertanian terpadu yang merupakan

kombinasi dari berbagai teknologi atau metode bertani yang dipadukan dalam

suatu rencana manajemen usahatani yang utuh. Kombinasi tersebut

merupakan suatu kesatuan dari bermacam-macam metode bertani, misalnya :

 perpaduan antara pengendalian hama terpadu, kontrol biologis, dan pergiliran

tanaman yang berbasiskan tanaman kacang-kacangan (legume). Teknologi

atau metode tersebut mencakup suatu kesatuan pendekatan yang pada derajat

10

Page 14: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 14/17

tertentu menyimpang dari metode pertanian konvensional (teknologi

“modern”) yang diadopsi secara meluas.

Kebijakan LISA dilatarbelakangi oleh situasi yang dialami petani

Amerika pada dekade 1980-an. Petani menghadapi tekanan finansial akibat

 penurunan dalam hal : jumlah ekspor produk pertanian, harga komoditi, dan

nilai tanah. Solusi tradisional dengan cara memacu produksi, malah makin

menjatuhkan harga komoditi pertanian. Petani juga berada di bawah tekanan

 publik untuk mengurangi polusi akibat penggunaan pupuk kimia dan

 pestisida serta mengurangi erosi (lahan).

LISA, secara sederhana, dimaksudkan untuk memenuhi dua

kepentingan petani yaitu : produksi dan konservasi. Pendekatan konvensional

dengan teknologi modern cenderung mengabaikan faktor konservasi

sumberdaya atau proteksi lingkungan. Walaupun merupakan sesuatu yang

 penting dan dibutuhkan, konservasi bagi petani cenderung dianggap sebagai

 beban atau pembatas maksimisasi keuntungan. Pemerintah AS lalu

menyediakan bantuan teknis dan finansial untuk mendukung kepentingan

tersebut.

Kebijakan LISA, secara konseptual mempunyai dua tujuan utama

yaitu : memperbesar pendapatan (petani) serta memelihara lingkungan

melalui pembangunan suatu sistem atau praktek pertanian terpadu. Tujuan

yang lebih mendasar dari LISA adalah penyediaan pangan dan hasil pertanian

lain secara berkelimpahan lewat cara-cara yang tidak membahayakan

manusia dan lingkungan serta menciptakan keberlanjutan pertanian demi

kelangsungan hidup generasi mendatang.

LISA dipilih sebagai kebijakan alternatif karena beberapa

kelebihannya. Secara teknologis, sistem pertanian LISA berpotensi

mengurangi ketergantungan petani pada pembelian berbagai input eksternal

 pertanian sehingga dapat memperbesar keuntungan petani. Bahkan, dari sudut

 penambahan lapangan kerja dan diversifikasi usaha, LISA diyakini berpotensi

membangkitkan kekuatan vital untuk menghidupkan kembali daerah

 pedesaan. Di pihak lain, sistem LISA diyakini dapat membawa dampak yang

11

Page 15: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 15/17

menguntungkan masyarakat, seperti : pengurangan kerusakan lingkungan

akibat erosi tanah dan pencemaran bahan kimia terhadap air, tanah dan udara,

 pengurangan beban pajak konsumen dalam program bantuan harga dari

 pemerintah federal, penghematan bahan bakar fosil (minyak bumi), serta

 pemeliharaan keberlanjutan pertanian bagi generasi di masa depan.

Kebijakan LISA di AS menunjukkan adanya suatu kesadaran baru

yang tidak lagi melihat pencapaian tingkat produksi tertentu sebagai satu-

satunya tujuan. Implikasi tujuan ini terhadap faktor lain seperti lingkungan

(ekologi), sosial-budaya, ekonomi dan politik menjadi sama pentingnya

dengan tujuan itu sendiri. Implikasi kebijakan (LISA) ini, dipikirkan secara

serius oleh pemerintah Amerika Serikat. Berbagai kajian dan penelitian baik 

yang sifatnya teoritis maupun empiris dilakukan secara intensif. Petani serta

semua pihak yang berkepentingan dilibatkan secara penuh. Berbagai akses,

fasilitas, insentif dan jaminan disediakan bagi petani. Kajian sementara

menunjukkan bahwa sistem pertanian berkelanjutan sangat menjanjikan,

mengingat banyak keuntungan yang bisa diraih dari sistem tersebut, baik 

secara ekonomis, sosiologis maupun ekologis.

12

Page 16: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 16/17

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem pertanian terpadu berkelanjutan dinilai sebagai sistem

 pertanian yang paling optimal dan ramah lingkungan dalam upaya penyediaan

 pangan. Sistem ini mempunyai prinsip : menekan penurunan produksi

tanaman dari waktu ke waktu, menekan gangguan gulma, menekan serangan

hama dan penyakit, menekan erosi tanah, mempertahankan keberagaman

tanaman (diversifikasi) serta berprinsip “ MOTHER  SOIL”. Sehingga akantercapai produktivitas yang maksimal dan akan mendukung ketersediaan

 pangan.

B. Saran

Pemerintah seharusnya mendukung dan mulai menerapkan sistem

 pertanian terpadu berkelanjutan ini dengan cara mengenalkan sistem ini

kepada petani dan memberikan dana intensif sebagai bantuan untuk 

membangun sistem pertanian ini. Kemudian mencontoh keberhasilan negara

Amerika Serikat yang menerapkan sistem LISA ( Low-input, sustainable

agriculture), yang mempunyai prinsip utama yaitu memperbesar pendapatan

(petani) dan memelihara lingkungan melalui pembangunan suatu sistem atau

 praktek pertanian terpadu.

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 17: Makala h

7/16/2019 Makala h

http://slidepdf.com/reader/full/makala-h-563385d9dbebe 17/17

http://nad.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/pdf/pangan.pdf pada hari Senin,

22 april 2013 pukul 09.46 WIB.

http://pertanianberlanjut.lecture.ub.ac.id/files/2011/03/1_AGR28306_VanNoordw

ijk.pdf diakses pada hari Minggu, 07 april 2013 pukul 10.18 WIB.

http://www.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/book/BK0028-

04/BK0028-04-3.pdf pada hari Jum'at, 19 april 2013 pukul 13.57 WIB.

http://www.elsppat.or.id/download/file/w12_a2.pdf pada hari Minggu, 07 april

2013 pukul 09.58 WIB.

Irwan, ZD. 2010. Prinsip-Prinsip Ekologi. Jakarta. Bumi Aksara.

14