Upload
dessy-angghita
View
34
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan pendahuluan ini diajukan untu memenuhi tugas profesi keperawatan gerontik
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN RHEUMATIK
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu stase keperawatan gerontik
Disusun Oleh:
Dessy Angghita
PPN 14166
PROGRAM PROFESI NERS XIII
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2015
A. LATAR BELAKANG
Angka penderita rheumatik (penyakit radang sendi dan tulang) akan meningkat
tajam pada tahun 2020 sehingga dapat berdampak pada morbiditas dan disability
tinggi (Bone and Joint Decade, 2006). Penyakit rheumatik banyak ditemukan
pada wanita dan akhir-akhir ini mulai sering ditemui pada usia muda yang dapat
menjadi beban keluarganya. Penyakit persendian harus mulai diperhatikan lebih
serius (Amye L. Leong, 2009).
Rheumatik merupakan bagian dari penyakit radang sendi atau arthritis. Penyakit
ini banyak macamnya mencapai sedikitnya 100 jenis, dengan penyebab dan
gejala yang hampir sama. Ada yang disebut osteoarthritis dan rheumatik yang
banyak mengenai mereka yang berusia diatas 40 tahun. Ada pula yang disebut
arthritis rematoid yang menyerang mereka berusia 20-50 tahun, terutama
perempuan (Bone and Joint Decade, 2006).
Penyakit rheumatik dapat menimbulkan angka morbiditas dan disability yang
cukup tinggi (World Health Organization, 2000). Hal ini disebabkan oleh karena
pengobatan kortikosteroid dengan jenis prednisone dosis maintanance memakan
waktu yang cukup lama kira-kira antara 6 sampai 3 tahun (Kapita Selekta
Kedokteran, 2008). Ini menyebabkan penderita rheumatik kebanyakan merasa
putus asa dan tidak mau melanjutkan pengobatan karena menganggap tidak ada
perubahan. Padahal jika dibiarkan, pada tahap lanjut penyakit ini dapat
berkembang menjadi Giant Cell Arteritis yang dapat menyebabkan kebutaan
akibat obstruksi pada arteri siliaris posterior dan arteri oftalmika.
B. PENGERTIAN
Rheumatik merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan
yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul.
Terutama mengenai usia pertengahan atau lanjut usia, sekitar 50 tahun keatas
(Kapita Selekta Kedokteran, 2008).
Rheumatik adalah penyakit autoimun menghinggapi manula dengan nyeri otot
pada bahu, tengkuk, punggung dan pinggul (Tan Hoan Tjay, dkk, 2009).
Rheumatik adalah kumpulan gejala rheumatik dari ringan sampai berat yang
ditandai dengan nyeri pada otot dan tulang serta kekakuan pada lehar, bahu dan
area bokong. Kekakuan biasanya timbul pada pagi hari atau sebelum melakukan
aktifitas dan biasanya timbul selama 30 menit (National Institute of Arthritis and
Muscoskeletal and Skin Disease, 2009).
C. ETIOLOGI
Penyebab rheumatik sampai sekarang belum diketahui. Beberapa faktor di bawah
ini diduga berperan dalam timbulnya penyakit rheumatik yaitu:
1. Masalah dengan system kekebalan tubuh (autoimun)
2. Genetik
3. Infeksi (tuberculosis, endokarditis bakterial)
4. Manifestasi dari berbagai penyakit, yaitu penyakit jaringan ikat (lupus
eritematosus sistemik, scleroderma sistemik dan poliomyelitis), keganasan
(bronchus, dada, tiroid, intraabdomen, myeloma multiple) dan giant cell
arteritis
5. Proses penuaan
6. Tanpa penyebab (polimyalgia reumatik primer)
D. PATOFISIOLOGI
Pada rheumatik, reaksi autoimun (yang sudah dijelaskan sebelumnya) terutama
terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim
dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus
akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya
adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.
Otot akan terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
Patofisiologi
Autoimune, genetik, infeksi, penyakit keganasan, proses penuaan
Penurunan fungsi tulang Kerusakan fokal tulang rawan Pembentukan tulang baru pada sendi Yang progresif (tulang rawan, sendi dan tepi sendi)
Kekuatan otot melemah Perubahan metabolisme tulang
Nyeri saat berjalan Peningkatan aktifitas enzim yang merusak makromolekul Matriks tulang rawan sendi
Resti Cidera Intoleransi Aktifitas Kadar proteoglikan ↓ Radang arteri setempat Perubahan sifat kolagen
Mengenai arteri cranial dan temporalis Kadar air tulang rawan sendi ↓
Obstruksi arteri siliaris posterior Permukaan tulang rawan sendi terpelah pecah dengan robekan dan arteri oftalmika Timbul laserasi Resiko Kebutaan Pengapuran pada sendi Nyeri Gangguan pola tidur
E. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri dan kekakuan yang mengenai leher, bahu, lengan atas, pinggang
pinggul dan punggung sebelah bawah. Kekakuan terutama mengganggu
tidur dan istirahat.
2. Tidak nafsu makan
3. Sakit kepala
4. Kelemahan
5. Demam
6. Banyak keringat
7. Gerak terganggu
8. Depresi
F. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan Tradisional
Perawatan dan pengobatan terhadap penyakit rheumatik adalah sebagai
Berikut:
a. Diusahakan agar badan dalam keadaan hangat.
b. Gunakan campuran garam 1 sendok makan, tawas ½ sendok makan,
dan air rebusan sirih untuk merendam/mengompres bagian badan yang
terserang rheumatik.
c. Daun seledri sebanyak 10 batang dimakan sebagai lalap.
d. Daun kumis kucing sebanyak 1 genggam, daun meniran 7 batang,
temulawak 10 potong, daun murbei 1 genggam, dan bidara upas 1 jari.
Semua bahan ini di rebus dalam air sebanyak 2 gelas, kemudian
disaring untuk diminum airnya.
e. Dengan obat gosok alami:
1) Air jeruk nipis, minyak kayu putih dan kapur sirih dicampur dan
digunakan untuk menggosok bagian tubuh yang sakit.
2) Daun kecubung wuluh 5 lembar dan kapur siri ditumbuk dan
digosokkan pada bagian tubuh yang sakit.
3) Bengle lempu yang dan cabe ditumbuk halus, kemudian
dicampur dengan minyak kayu putih dan digosokkan pada bagian
tubuh yang sakit.
2. Diet, penyuluhan tentang makanan yang tidak boleh dimakan
3. Pengobatan Medis
a. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Obat ini diberikan sejak mulai sakit untuk mengatasi nyeri sendi akibat
proses peradangan. Golongan obat ini tidak dapat melindungi rawan
sendi maupun tulang dari proses kerusakan akibat penyakit Reumatik.
Contoh obat golongan ini yaitu Asetosal, Ibuprofen, Natrium
Diclofenak, Indometasin, Asam flufenamat, Piroksikam, Fenilbutason,
dan Naftilakanon.
b. Kortikosteroid
Obat ini berkhasiat sebagai antiradang dan penekan reaksi imun
(imunosupresif), tetapi tidak bisa mengubah perkembangan penyakit
Reumatik. Kortikosteroid bisa digunakan secara sistemik (tablet,
suntikan IM) maupun suntikan lokal di persendian yang sakit sehingga
rasa nyeri dan pembengkakan hilang secara cepat. Pengobatan
kortikosteroid sistemik jangka panjang hanya diberikan kepada
penderita dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa, seperti
radang pembuluh darah (vaskulitis).
c. Obat imunosupresif
Obat ini jarang digunakan karena efek samping jangka panjang yang
berat seperti timbulnya penyakit kanker, toksik pada ginjal dan hati.
d. Suplemen antiokdsidan
Vitamin dan mineral yang berkhasiat antioksidan dapat diberikan
sebagai suplemen pengobatan seperti beta karoten, vitamin C, vitamin
E, dan selenium.
G. CARA MENCEGAH KEKAMBUHAN
1. Istirahat yang cukup
2. Hindari kerja berat
3. Minum minuman yang tinggi kalsium seperti susu
4. Olahraga ringan secara teratur
5. Berjemur di panas Matahari pagi (Jam 7.00 – 8.00)
6. Hindari makanan yang mengandung asam urat
7. Periksa kesehatan ke Puskesmas minimal 6 bulan sekali
H. CARA UNTUK MENGURANGI NYERI
Kompres hangat
Digunakan jika otot terasa nyeri. Cara nya basahi handuk kecil/waslap dengan
air hangat lalu diperas dan ditempelkan pada otot yang sakit.
I. MAKANAN YANG HARUS DIHINDARI / MENGANDUNG ASAM
URAT
1. Golongan protein hewani seperti: sarden, kerang, jeroan, hati, usus, otak,
paru, babat, limpa, bebek dan burung
2. Makanan yang mengandung alcohol: tape, durian
3. Sayuran, kacang-kacangan, kembang kol, bayam dan jamur
4. minuman yang mengandung soda
5. Sayuran: Daun bayam, kangkung, daun singkong, daun jambu mete,
asparagus, buncis dan kembang kol.
6. Buah-buahan: Durian, alpukat, nanas dan air kelapa
7. Makanan/lauk pauk: Jeroan seperti hati, Ginjal, limpa, babat, usus, paru
dan otak.
8. Makanan laut: Udang, kerang, cumi, kepiting.
9. Makanan kaleng: Kornet, sarden dan ekstrak daging, telur, kaldu atau kuah
daging yang kental.
10. Kacang-kacangan dan emping melinjo, kacang tanah, kacang hijau, kacang
kedelai, tempe, tauco, oncom dan susu kedelai.
11. Minuman yang mengandung alkohol.
J. KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat obat anti
inflamasi non-steroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(desease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada reumatik.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar
dibedakan akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan myelopati akibat ketidakstabilan vertebra vertical dan neuropati
iskemik akibat vaskulitis.
Pada tahap lanjut dengan infiltrasi mononuclear dapat terjadi radang arteri
setempat yang disebut Gian Cell Arteritis. Sering mengenai arteri cranial dan
arteri temporalis. Bila dibiarkan dapat beresiko kebutaan akibat obstruksi pada
arteri siliaris posterior dan arteri oftalmika.
K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala: Nyeri dan kekakuan pada otot ekstremitas proksimal, leher,
bahu dan panggul, nyeri tekan, memburuk dengan stress
Pada sendi: kekakuan pada pagi hari. Keletihan.
Tanda: malaise, keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit:
kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot
b. Kardiovaskuler
Gejala: Jantung cepat, tekanan darah menurun
c. Integritas Ego
Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis: Misalnya finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusasaan dan
ketidak berdayakan, ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi misalnya ketergantungan pada orang lain
d. Makanan/ cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk
mengunyah.
Tanda: Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa
e. Hygiene
Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi,
ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensori
Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan. Tanda: Pembengkakan sendi
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala: fase akut dari nyeri, terasa nyeri kronis dan kekakuan
h. Keamanan
Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga,
kekeringan pada mata dan membran mukosa
i. Interaksi sosial
Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga/orang lain: perubahan peran:
isolasi
2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds:
Klien mengatakan seluruh
badan mulai dari leher
pundak, pinggul dan
panggul bawah terasa
pegal, kedua kaki sakit
apalagi dipakai berjalan
Do:
Klien tampak
kesakitan ketika
berjalan
Klien tampak memijat
- mijat kakinya
Klien tampak meringis
kesakitan
Skala nyeri 1-5
Peningkatan metabolisme
tulang
Peningkatan enzim yang
merusak tulang rawan sendi
Penurunan kadar
proteologlikan
Berkurangnya kadar air
tulang rawan sendi
Penurunan fungsi tulang
Nyeri
Nyeri akut
2. Ds:
Klien mengatakan
badannya pegal semua dari
atas sampai panggul
bawah dan tidak sanggup
jalan jauh
Do:
Klien berjalan pelan -
pelan kadang
menggunakan alat
Usia lanjut
Penurunan fungsi tulang
Kekuatan otot melenah
Meningkatnya nyeri saat
berjalan
Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas
bantu tongkat
Klien lebih banyak
duduk
Klien berjalan lambat
3. Ds:
Klien mengatakan takut
untuk berjalan jauh
Do:
Klien tampak berhati -
hati saat berjalan
Klien tampak pincang
saat berjalan
Klien tampak sering
beristirahat jika
berjalan
Usia lanjut
Penurunan fungsi ulang
Kekuatan otot melemah
Resiko tinggi cedera
Resti cedera fisik
4. Ds:
Klien mengatakan sakit
apabila berjalan jauh, dan
k lien mengatakan takut
jatuh sampai patah tulang
Do:
Klien tidak kuat jalan
jauh
Usia lanjut
Peningkatan metabolism
tulang
Peningkatan enzim yang
merusak tulang rawan sendi
Penurunan kadar
proteologlikan
Berkurangnya kadar air
tulang rawan sendi
Resti kontraktur
Terjadinya pengapuran pada
sendi
Resti kontraktur
5. Ds:
Klien mengatakan tidak
bisa tidur karena kesakitan
Do:
Klien tampak
kelelahan
Mata klien merah
Klien tampak menguap
Peningkatan metabolisme
tulang
Peningkatan enzim yang
merusak tulang rawan sendi
Penurunan kadar
proteologlikan
Berkurangnya kadar air
tulang rawan sendi
Penurunan fungsi tulang
Nyeri
Merangsang RAS
mengaktifkan kerja organ
tubuh
REM meningkat
Klien terjaga
Perubahan pola tidur
3. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul Berdasarkan Prioritas
1. Nyeri akut b/d proses inflamasi
2. Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang
3. Resiko tinggi kontraktur b/d pengapuran sendi
4. Intoleransi aktivitas b/d perubahan otot.
5. Perubahan pola tidur b/d nyeri
4. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses
inflamasi
Ds:
Klien mengatakan seluruh badan mulai
dari leher pundak, pinggul dan panggul
bawah terasa pegal, kedua kaki sakit
apalagi dipakai berjalan
Do:
Klien tampak kesakitan ketika
berjalan
Klien tampak memijat – mijat kakinya
Klien tampak meringis kesakitan
Skala nyeri 1-5
Tupan:
Nyeri hilang atau tekontrol
Tupen:
Setelah dilakukan perawatan
selama 3 kali rasa nyeri hilang
atau berkurang dengan kriteria:
Klien tidak kesakitan lagi
Nyeri berkurang
Skala nyeri dari 4 menjadi
2
- Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan
intensitas (skala 1-5). Catat faktor-faktor
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa
sakit non verbal.
- Berikan matras atau kasur keras,
bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan.
- Biarkan pasien mengambil posisi yang
nyaman pada waktu tidur atau duduk di
kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur
- Membantu dalam menentukan
kebutuhan managemen nyeri dan
keefektifan program.
- Matras yang keras, bantal
yang kecil akan melihara
kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan setres pada sendi
yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan tekanan
pada sendi yang terinflamasi /
nyeri
- Pada penyakit berat, tirah
baring mungkin diperlukan untuk
membatasi nyeri atau cedera
No Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
sesuai indikasi
- Dorong untuk sering mengubah
posisi. Bantu pasien untuk bergerak
sendi.
- Mencegah terjadinya
kelelahan umum dan kekakuan
sendi. Menstabilkan sendi
2. Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi
tulang.
Ds:
Klien mengatakan takut untuk berjalan
jauh
Do:
Klien tampak berhati – hati saat berjalan
Tupan:
Klien dapat mempertahankan
keselamatan fisik, cedera tidak
terjadi.
Tupen:
Setelah dilakukan perawatan
selama 3 hari cedera tidak
terjadi dengan criteria:
Klien tidak cedera
Klien tidak terjatuh saat
berjalan
- Kendalikan lingkungan dengan:
Menyingkirkan bahaya yang tampak
jelas, mengurangi potensial cedera akibat
jatuh ketika tidur misalnya menggunakan
penyanggah tempat tidur, usahakan
posisi tempat tidur rendah, gunakan
pencahayaan malam siapkan lampu
panggil
- Memantau regimen medikasi Izinkan
kemandirian dan kebebasan maksimum
dengan memberikan kebebasan dalam
lingkungan yang aman, hindari
penggunaan restrain, ketika pasien
- Lingkungan yang bebas bahaya
akan mengurangi resiko cedera
dan membebaskan keluarga
- Hal ini akan memberikan
pasien merasa otonomi, restrain
dapat meningkatkan agitasi,
mengegetkan pasien
No Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
melamun alihkan perhatiannya
3. Resiko tinggi kontraktur b/d pengapuran
sendi
Ds:
Klien mengatakan kakinya sakit apabila
berjalan jauh, dan klien mengatakan takut
jatuh sampai patah tulang
Do:
Klien tidak kuat jalan jauh
Jari tangan klien ada yang
Tupan:
Kontraktur tidak terjadi
Tupen:
Setelah dilakukan perawatan
selama 3 kali kontraktur tidak
terjadi dengan criteria:
Kontraktur tidak terjadi
Tangan dan kaki yang sakit
bisa digerakkan
Latih klien untuk menggerakkan tangan dan
kakinya sesuai dengan kemampuan
Ajarkan latihan gerakkan sederhana
Ajarkan senam rheumatik
Hal ini dapat mencegah kontraktur
Pada rheumatik dengan memberikan
latihan gerakan sederhan dapat
mengurangi kontraktur dan tangan
tidak kaku
Senam rheumatik dapat mengurangi
kekakuan atau kontraktur dan dapat
mengurangi rasa sakit
No Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
tidak bisa diluruskan
4. Intoleransi aktivitas b/d perubahan otot
Ds:
Klien mengatakan tidak sanggup jalan jauh
Do:
Klien berjalan pelan – pelan kadang
menggunakan alat bantu tongkat
Klien lebih banyak duduk
Klien berjalan lambat
Tupan:
Klien mampu beraktivitas
Tupen:
Setelah dilakukan perawatan
selama 3 kali intoleransi
aktivitas tidak terjadi dengan
criteria:
Klien dapat berjalan tanpa
kesakitan
Klien dapat berjalan tanpa
menggunakan tongkat
- Pertahankan istirahat tirah
baring/duduk jika diperlukan
- Bantu bergerak dengan bantuan
seminimal mungkin
- Dorong klien mempertahankan postur
tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
- Berikan lingkungan yang aman dan
menganjurkan untuk menggunakan alat
bantu.
- Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan
- Untuk mencegah kelelahan dan
mempertahankan kekuatan.
- Meningkatkan fungsi sendi,
kekuatan otot dan stamina umum
- Memaksimalkan fungsi sendi dan
mempertahankan mobilitas
- Menghindari cedera akibat
kecelakaan seperti jatuh
- Untuk menekan inflamasi sistemik
akut
No Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
5. Perubahan pola tidur b/d nyeri
Ds:
Klien mengatakan tidak bisa tidur karena
kesakitan
Do:
Klien tampak kelelahan
Mata klien merah
Klien tampak menguap
Tupan:
Klien dapat memenuhi
kebutuhan istirahat atau tidur.
Tupen:
Setelah dilakukan perawatan
selama 3 kali pola tidut tidak
terganggu dengan criteria:
Klien bisa tidur nyenyak
Klien tidak kesakitan
Mata klien tidak merah
- Tentukan kebiasaan tidur biasanya
yang terjadi
- Berikan tempat tidur yang nyaman
- Buat rutinitas tidur yang baru yang
dimasukkan dalam pola lama dan
lingkungan baru.
- Instruksikan tindakan relaksasi
dengan meningkatkan
regimen kenyamanan waktu tidur,
misalnya mandi hangat dan massage.
- Mengkaji perlunya dan
mengidentifikasi intervensi yang tepat
- Meningkatkan kenyamanan tidur
serta dukungan fisiologis/psikologis
- Bila rutinitas baru mengandung
aspek sebanyak kebiasaan lama,
stress dan ansietas yang berhubungan
dapat berkurang. Membantu
menginduksi tidur
- Meningkatkan efek relaksasi
No Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
- Gunakan pagar tempat tidur sesuai
indikasi:rendahkan tempat tidur bila
mungkin.
- Berikan sedative, hipnotik sesuai
indikas
- Dapat merasakan takut jatuh
karena perubahan ukuran tinggi
tempat tidur, pagar tempat tidur
memberikan keamanan untuk
membantu mengubah posisi.
- Mungkin diberikan untuk
membantu pasien tidur atau
istirahat
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Sylvia Price, McCarty, Wilson Lorraine. 2006.Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6, volume 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Dalimartha, Setiawan. 2007. 96 Resep Tumbuhan Obat untuk Reumatik. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Gunadi, W. Rachmat, Et all. 2006. Diagnosis & Terapi Penyakit Reumatik.
Bandung: Sagung Seto.
Ismadi. 2006. Asuhan Keperawatan Dengan Rheumatik (Artritis Rheumatoid)
Pada Lansia. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Mansjoer, Arief, dkk. 2008. Kapita Selecta Kedokteran. Jakarta: Media
Aeskulapius.
National Institute of Arthritis and Muscoskeletal and Skin Disease (NIAMS).
2009. Polimyalgia Rheumatica (PMR) and Giant Cell Arteritis (Temporal
Arteritis). Available online at:
http://www.niams.nih.gove/Health_Info/Polimyalgia/default. Diakses tanggal
6 September 2015.