Upload
daniar
View
76
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
“PERSALINAN NORMAL”
Disusun guna memenuhi tugas Profesi Ners Keperawatan Maternitas
Dosen Pengampu : Emi Nurlaela Skep, Mkep, Sp. Mat
Disusun Oleh :
Dewi Ika Hartanti (13.0143.N)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN PEKALONGAN
2013
PERSALINAN NORMAL
A. DEFINISI
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Wiknjosastro 2008, h.37).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 bulan), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Saifuddin 2006, h. 100).
Intranatal/persalinan/partus merupakan suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uteri melalui vagina atau jalan lain
kedunia luar (Hutahaean 2009, h. 85).
Berdasarkan dari beberapa definisi diatas, maka dapat kami simpulkan
bahwa persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran janin yang cukup
bulan (37-42 minggu), disusul dengan plasenta dan lahir secara spontan.
B. ETIOLOGI
Lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran
menurut Lowdermilk, 2004 yaitu :
1. Passenger ( penumpang, yaitu janin dan plasenta )
Cara penumpang (passenger ) atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu :
a. Ukuran kepala janin
Karena ukuran dan sifatnya yang relatif kaku, kepala janin sangat
mempengaruhi proses persalinan. Dalam persalinan, setelah selaput
ketuban pecah, pada periksa dalam fontanel dan sutura dipalpasi untuk
menentukan presentasi, posisi, dan sikap janin. Pengkajian ukuran janin
memberi informasi usia dan kesejahteraan bayi baru lahir.
Meskipun ukuran bahu janin dapat mempengaruhi proses
kelahirannya, namun posisi bahu relatif mudah berubah selama
persalinan, sehingga posisi bahu yang satu dapat lebih rendah daripada
bahu yang lain. hal ini membuat diameter bahu yang lebih kecil dapat
melalui jalan lahir. Lingkar paha janin biasanya sempit, sehingga tidak
menimbulkan masalah.
b. Presentasi janin
Presentasi adalah bagian janin yang pertama kali memasuki pintu
atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm.
Tiga presentasi janin yang utama adalah kepala ( kepala lebih dahulu ) 96
%, sungsang (bokong lebih dahulu) 3%, dan bahu 1%. Bagian presentasi
adalah bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa
saat melakukan periksa dalam. Faktor-faktor yang menentukan bagian
presentasi ialah letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau fleksi kepala
janin.
c. Letak janin
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap
sumbu panjang ( punggung ) ibu. Ada dua macam letak :
1) Memanjang atau vertikal, dimana sumbu panjang janin paralel
dengan sumbu panjang ibu.
2) Melintang atau horisontal, dimana sumbu panjang janin membentuk
sudut terhadap sumbu panjang ibu.Letak memanjang dapat berupa
presentasi kepala atau presentasi sakrum (sungsang). Presentasi ini
tergantung pada struktur janin yang pertama memasuki panggul ibu.
d. Sikap janin
Sikap ialah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan bagian
yang lain. janin mempunyai postur yang khas (sikap) saat berada di
dalam rahim. Hal ini sebagian merupakan akibat pola pertumbuhan janin
dan sebagian akibat penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim.
Pada kondisi normal punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi ke arah
dada, dan paha fleksi ke arah sendi lutut. Sikap ini disebut fleksi umum.
Tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat terletak di antara
lengan dan tungkai.
e. Posisi janin
Posisi ialah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sakrum,
mentum / dagu, sinsiput / puncak kepala yang defleksi atau menengadah)
terhadap empat kuadran panggul ibu. Stasiun adalah hubungan antara
bagian presentasi janin dengan garis imajiner (bayangan) yang ditarik
dari spina iskhiadika ibu. Stasiun dinyatakan dalam sentimeter, yakni di
atas atau di bawah spina.
2. Passageway ( jalan lahir )
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul, vagina, dan intoitus ( lubang luar vagina ). Meskipun
jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul, ikut
menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam
proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan
lahir yang reletif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus
ditentukan sebelum persalinan dimulai.
3. Powers ( kekuatan )
a. Kekuatan primer
Kontraksi uterus involunter, yang disebut kekuatan primer,
menandai dimulainya persalinan. Kontraksi involunter berasal dari titik
pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan lapisan otot di segmen
uterus bagian atas. Kekuatan primer membuat serviks menipis
(effacement) dan berdilatasi dan janin turun. Effacement (penipisan)
serviks adalah pemendekan dan penipisan serviks selama tahap pertama
persalinan.
Dilatasi serviks adalah pembesaran atau pelebaran muara dan
saluran serviks, yang terjadi pada awal persalinan. Diameter meningkat
dari sekitar 1cm sampai dilatasi lengkap (sekitar 10 cm) supaya janin
aterm dapat dilahirkan. Apabila dilatasi serviks lengkap (dan retraksi
telah sempurna), serviks tidak lagi dapat diraba. Dilatasi serviks lengkap
menandai akhir tahap pertama persalinan.
b. Kekuatan sekunder
Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat
kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar. Wanita merasa ingin
mengedan. Usaha mendorong ke bawah (kekuatan sekunder) dibantu
dengan usaha volunter yang sama dengan yang dilakukan saat buang air
besar (mengedan). Namun, dalam usaha mendorong keluar ini,
digunakan seperangkat otot dengan jenis yang berbeda-beda. Otot-otot
diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi jalan
lahir. Hal ini menghasilkan peningkatan tekanan intraabdomen. Tekanan
ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk
mendorong keluar.
4. Position ( Posisi ibu )
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa
letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi (Melzack,
dkk, 1991). Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan
jongkok.
Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membentu penurunan
janin. Kontraksi uterus biasanya lebih kuat dan efisien. Untuk membantu
penipisan dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lebih singkat.
Selain itu, posisi tegak dianggap mengurangi insiden penekanan tali pusat.
5. Psychologic respons ( respon psikologi )
Pengeluaran hormon persalinan sangat dipengaruhi kondisi
psikologis/emosional seseorang. Jika terjadi kecemasan pada ibu, hormon
untuk berkontraksi tidak ada, sehingga his tidak ada maka persalinan
terganggu.
Beberapa teori menurut Muchtar (2004) yang menjadi penyebab timbulnya
persalinan diantaranya :
1. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sehingga Esterogen
meninggikan kerentangan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesteron da esterogen di dalam darah. Tetapi
pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his.
2. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim
3. Kergangan otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya
teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontrasi untuk
mengeluarkan isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan
isiny. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan
makin teregangan otot-otot dan oto-otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh janin
Hypofise dan suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh
karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas, disangaka salah satu
permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukan bahwa
prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara vena, intra extramnial
menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala inpartu menurut Wiknosastro (2008) adalah :
1. Penipisan dan pembukaan serviks
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal
2 kali dalam 10 menit)
3. Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina
Tanda-tanda inpartu diantaranya :
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan terarur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek
His palsu His persalinan
Rasa nyeri ringan dibagian
bawah
Datangnya tidak teratur
Tidak ada perubahan pada
serviks atau pembawa tanda
Durasinya pendek
Tidak bertambah jika
beraktivitas
Pinggang terasa sakit dan
menjalar ke depan
Sifatnya teratur, interval makin
pendek, dan kekuatannya makin
besar
Mempunyai pengaruh terhadap
perubahan serviks
Makin beraktivitas kekuatan
makin besar
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu:
a. Pengeluaran lendir
b. Lendir bercampur darah
3. Dapat disertai pecahnya ketuban
4. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks:
a. Perlunakan serviks
b. Pendataran serviks
c. Terjadi pembukaan serviks
Gejala dan tanda Kala Fase
Serviks belum berdilatasi Persalinan
palsu/belum inpartu
Serviks berdilatasi < 4 cm I Laten
Serviks berdilatasi 4-9 cm
Kecepatan pembukaan 1
cm atau lebih per jam
Penurunan kepala dimulai
I Aktif
Serviks membuka lengkap
(10 cm)
II Awal
(nonekspulsif)
Gejala dan tanda Kala Fase
Penurunan kepala
berlanjut
Belum ada keinginan
untuk meneran
Serviks membuka lengkap
(10 cm)
Bagian bawah telah
mencapai dasar panggul
Ibu meneran
IIAkhir
(ekspulsif)
D. MEKANISME PERSALINAN
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan ukuran
dirinya dengan ukuran panggul saat melewati panggul. Ada tujuh gerakan janin
dalam persalinan/gerakan kardinal yaitu :
1. Engangement
Engangement adalah peristiwa ketika diameter biparietal melewati pintu
atas panggul dengan sutura sagitalis melintang/oblig di dalam jalan lahir dan
sedikit fleksi.
2. Penurunan kepala
Adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Kekuatan yang
mendukung antara lain :
a. Tekanan cairan amnion
b. Tekanan langsung fundus pada bokong
c. Kontraksi otot-otot abdomen
d. Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang janin
3. Fleksi
Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala
janin terhambat oleh servik., dinding panggul atau dasar panggul. Posisi
dagu bergeser ke arah dada janin.
4. Rotasi dalam
Rotasi dalam atau putaran paksi dalam adalah pemutaran bagian terendah
janin dari posisi sebelumnya ke arah depan sampai di bawah simpisis.
5. Ekstensi
Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit langsung
pada margo inferior simpisis pubis. Penyebabnya adalah karena sumbu jalan
lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan atas,sehingga
kepala menyesuaikan dengan cara ekstensi agar dapat melaluinya.
6. Rotasi luar
Terjadinya gerakan rotasi luar atau putaran paksi luar dipengaruhi oleh
faktor panggul sama seperti pada rotasi dalam.
7. Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomochilion
untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul
lahirlah trochanter depan dan belakang sampai jalan lahir janin seluruhnya.
Gerakan kelahiran bahu depan, bahu belakang dan badan seluruhnya.
E. PERSIAPAN PERSALINAN
1. Tempat Melahirkan
Tempat melahirkan hendaknya disesuaikan dengan jarak tempuh dari rumah
untuk memperkirakan waktu sampai ke rumah sakit. Perhatikan kepadatan
lalu lintas pada jam-jam tertentu sehingga anda dapat mempersiapkan jalur
alternatif untuk sampai ke rumah sakit. Prosedur masuk, fasilitas yang ada,
biaya persalinan. Lokasi kamar bersalin, agar dalam keadaan darurat
mempercepat sampai ke tempat tujuan. Tempat plasenta (ari-ari) harus
sudah direncanakan di mana plasenta akan diurus, apakah di rumah atau di
tempat bersalin. Biasanya sudah disiapkan di tempat bersalin.
2. Kebersihan diri dan aktivitas yang dapat dilakukan menjelang persalinan
Sangat disarankan untuk menjaga kebersihan diri menjelang persalinan,
manfaatnya antara lain :
a. Dengan mandi dan membersihkan badan, ibu akan mengurangi
kemungkinan adanya kuman yang masuk selama persalinan. Hal ini
mengurangi terjadinya infeksi sesudah melahirkan.
b. Ibu akan merasa nyaman selama menjalani proses persalinan.
Saat ini, ibu yang akan melahirkan, tidak di-huknah untuk mengeluarkan
tinja. Bulu kemaluan tidak dicukur seluruhnya, hanya bagian yang dekat
anus yang akan dibersihkan, karena hal tersebut akan mempermudah
penjahitan jika ibu ternyata diepisiotomi. Selama menunggu persalinan
tiba, ibu diperbolehkan untuk berjalan-jalan di sekitar kamar bersalin.
3. Persiapan kebutuhan untuk persalinan
Perkirakan jarak antara rumah dan rumah sakit serta lalu lintas yang harus
dilalui jika akan bersalin. Perkirakan kapan waktu persalinan untuk
mengatur jadwal bepergian jauh.
Persiapan peralatan yang harus dibawa Untuk Ibu selama persalinan :
a. Alas tahan air (water proof) untuk di mobil selama perjalanan ke rumah
sakit. Minyak untuk memijit, untuk mengurangi rasa sakit.
b. Alat-alat mandi seperti sabun, tutup kepala, handuk, dll.
c. Lip balm, sikat gigi dan odol, sisir, ikat rambut.
d. Baju ganti (gunakan baju yang nyaman dan menyerap keringat)
e. Radiotape, CD atau musik yang menenangkan.
f. Bantal dari rumah.
F. TAHA PERSALINAN
1. Kala I
Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan service
menjadi lengkap. Harus dibedakan antara persalinan sesungguhnya dengan
his palsu atau his pendahuluan, pada his palsu tidak teratur, nyeri tidak
memancar dari pinggang keperut bagian bawah seperti his persalinan,
lamanya kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat bila dibawah berjalan.
His palsu tidak mempunyai pengaruh terhadap service.
Kala I, dibagi 2 fase :
a. Fase laten
1) Pembukaan service kurang dari 3 cm.
2) Service membuka secara berlahan selama fase ini.
3) Berlangsung tidak lebih dari 8 jam pada multigravida 12 jam pada
primigravida.
b. Fase Aktif
1) Pembukaan service setidak-tidaknya 3cm hingga 10cm
2) His lebih kuat dan service membuka lebih cepat.
Fase aktif dibagi menjadi 3 fase :
1) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
2) Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4
menjadi 9 cm.
3) Fase delerasi
4) Pembukaan menjdai lebar kembali dalam waktu 2 jam pembukaan
dari 9 menjadi lengkap.
2. Kala II
Setelah service membuka lengkap, his terkoordinir, kuat cepat, dan lebih
lama kira-kira 2-3 menit sekali dengan durasi 50-100 detik. Kepala janin
turun masuk runag panggul secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan,
sehingga ibi merasa inggin BAB dengan tanda anus membuka. Saat his,
kepala mulai keliatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his
mengedan terpimpin akan lahir kepala diikuti seluruh badan bayi. Kala II
11/2 jam pada primi, multi ½-1 jam.
3. Kala III
Dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta. Kala III berlangsung 5-
30 menit setelah janin lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. Dengan adanya kontraksi rahim,
plasenta akan terlepas. Setelah itu dokter/bidan akan memeriksa apakah
plasenta sudah terlepas dari dinding rahim. Setelah itu barulah dokter/bidan
membersihkan segalanya termasuk memberikan jahitan bila tindakan
episiotomi dilakukan
4. Kala IV
Melakukan observasi ( tingkat kesadaran, pemeriksaan TTV, kontraksi
uterus, pendarahan). Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih dua jam.
Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak
banyak, yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat
terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan mengeluarkan
cairan sedikit darah yang disebut lokia yang berasal dari sisa-sisa jaringan.
Pada beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran menjadi
banyak. Ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi atau
tidak berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat, dapat dilakukan
tindakan secepatnya.
7 pokok penting yang harus diperhatikan kala IV:
a. Kontraksi uterus baik
b. Tidak ada perdarahan pervaginam atau alat genital lain
c. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
d. Kandung kemih harus kosong
e. Luka-luka diperineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
f. Resum keadaan ibu dan bayi
G. KLASIFIKASI
Persalinan menurut Hutahaean (2009, h.86) dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Partus normal/ partus biasa
Partus normal adalah kelahiran bayi melalui vagina dengan letak belakang
kepala/ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat/pertolongan istimewa, serta
tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali epiostomi), berlangsung dalam
waktu kurang dari 24 jam. Jenis persalinan ada 3:
a. Immature > 20-28 minggu bayi dengan berat badan antara 500gr dan
999gr
b. Premature 28-36 minggu dengan berat badan 1000gr dan 2499gr
c. Post mature/ serotinus: lebih 2 minggu dari taksiran partus
2. Partus abnormal
Partus abnormal adalah kelahiran bayi melalui vagina dengan bantuan
tindakan atau alat seperti ekstrasi, vacum, cunam, embriotomi, seksio
cesarean.
Klasifikasi persalinan
1. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
3. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan.
H. PARTOGRAF
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas
kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf
dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf sebaiknya dibuat untuk
setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut
normal atau dengan komplikasi.
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
1. Identitas
Identitas meliputi :
a. Tangga- Hari pertama haid terakhir
b. Gravid- Taksiran partus
c. Para- Nomor register
d. Abortus- pecah ketuban janin
e. Nama
2. Denyut jantung janin. Catat setiap 1 jam
3. Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan
vagina:
a. U : selaput Utuh
b. J : Selaput pecah, air ketuban Jernih
c. M : Air ketuban bercampur Mekoneum
d. D : Air ketuban bernoda Darah
e. K : Tidak ada cairan ketuban/ Kering
4. Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase):
a. 0 : Sutura terpisah
b. 1 : Sutura yang tepat / bersesuaian
c. 2 : Sutura tumpang tindih tetapi tidak diperbaiki
d. 3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
5. Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 24 jam dan diberi tanda X
6. Penurunan
Untuk menentukan seberapa jauh bagian anak turun ke dalam rongga
panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagian berikut :
a. HI : sama dengan pintu atas panggul
b. HII: sejajar dengan HI melalui pinggir bawah simfisis pubis
c. HIII: sejajar dengan HI melalui spina iskiadika
d. HIV: sejajar dengan HI melalui ujung tulang koksigeus.
Porsio dinilai dengan memperhatikan kekuatan, lunak, tebal, mendatar
atau melepasnya porsio.
Penurunan kepala janin.
PERIKSA LUAR PERIKSA DALAM KETERANGAN
5/5
kepala diatas PAP
mudah digerakkan
PERIKSA LUAR PERIKSA DALAM KETERANGAN
4/5
H I – II
sakit digerakkan
bagian terbesar PAP
belum masuk panggul
3/5
H II – III
bagian terbesar kepala
belum masuk panggul
2/5H III +
bagian terbesar kepala
sudah masuk panggul
1/5H III - IV
kepala didasar panggul
0/5H V
diperineum
Ket :
: kepala janin
: PAP
H I : sama dengan atas pintu panggul / PAP
H II : sejajara dengan H I melalui pinggir bawah simpisis
H III : sejajar dengan H I melalui spina iskhiadika
H V : sejajar dengan H I melalui ujung os coxigius
7. Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien
diterima.
8. Jam : catat jam sesungguhnya.
9. Kontraksi : Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghitung
banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi
dalam hitungan detik :
a. < 20 detik
b. Antara 20 dan 40 detik
c. > 40 detik
10. Oksitosin : jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitasi per
volume cairan infuse dan dalam tetesan per menit
Hal yang dipertahankan :
a. Jumlah urin 500 cc
b. Jumlah tetesan per menit
11. Obat yang diberikan : catat semua obat lain yang diberikan
12. Nadi : catat setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar.
13. Tekanan darah: catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.
14. Suhu badan : catatlah setiap 2 jam
15. Protein, Aseton dan Volume urin : catatlah setiap kali ibu berkemih.
Jika temuan-temuan melintas kearah kanan dari garis waspada, petugas
kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin
segera mencari rujukan yang tepat. Yang diukur :
a. Volume
b. Albumin
c. Glukosa
Gambar. Partograf
I. PENATALAKASANAAN
1. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan
kesakitan.
2. Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat
diberikan :
a. Lakukan perubahan posisi
b. Sarankan untuk berjalan
c. Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya
d. Ajarkan teknik bernafas
3. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan antara lain
menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa
sepengetahuan dan seizin pasien atau ibu.
4. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur
yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan.
5. Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
setelah buang air kecil atau besar.
6. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara :
a. Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar
b. Menggunakan kipas biasa
c. Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
7. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup
minum.
8. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
J. KOMPLIKASI
Ada beberapa hal yang menyebabkan kepala bayi cukup lama tertahan didasar
panggul yaitu terjadinya lilitan tali pusat, koordiasi kekuatan tidak sempurna,
terdapat kesempitan panggul ringan. Ketiganya dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah kepala bayi sehingga terjadi edema kepala yang disebut kaput
suksedanium dan perdarahan dibawah kulit kepala bayi. Keadaan ini tidak
membahayakan, perdarahan atau kaput suksedanium tidak memerlukan
pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.
1. Infeksi
2. Retensi plasenta
3. Hematom pada vulva
4. Ruptur uteri
5. Emboli air ketuban
6. Ruptur perineum (Hachermoore, 2001)
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis penentuan, waktu
pembekuan, hitung darah lengkap, dan kadang-kadang pemeriksaan serologi
untuk sifilis. (Persis 2003, h. 151).
L. PENGKAJIAN FOKUS
1. Pengkajian aktivitas uterus selama persalinan
a. Aktivitas uterus dapat dikaji baik dengan menggunakan palpasi atau alat
pemantau elektronik
b. Kaji frekuensi, durasi, dan intensitas.
c. Mempalpasi kontraksi uterus
1) Pakaian yang dikenakan oleh ibu diangkat sampai ke abdomen, tetapi
dengan posisi selimut ditarik kebawah, tempatkan permukaan buku
jari telapak tangan anda, pada daerah fundus uteri.
2) Kaji frekuensi, durasi, dan intensitas:
a) Intensitas ringan : pada puncak kontraksi, buku jari dapat dengan
mudah menekan ke abdomen
b) Intensitas sedang : pada puncak kontraksi, buku jari dapat dengan
ringan menekan ke abdomen.
c) Intensitas kuat : pada puncak kontraksi, buku jari tidak dapat
menekan ke abdomen.
d. Catat hasil pengkajian
2. Pengkajian selaput cairan amnion
Selaput ketuban ruptur lebih dahulu sebelum masuk ke ruang persalinan
a. Tanyakan ibu kapan selaput ketuban ruptur (ketika ia merasakan keluar
cairan yang deras dari vaginanya).
b. Catat warna, bau, dan jumlah cairan
c. Untuk memastikan adanya ruptur selaput ketuban, perawat dapat
memeriksa dengan menggunakan kertas nitrazinatau dengan uji fernig.
Ruptur selaput ketuban setelah proses masuk ke ruang persalinan
a. Catat waktu terjadinya ruptur, warna, bau, dan jumlah cairan.
b. Melalui auskultasi kaji DJJ atau melalui penggunaan alat pantau janin
elektronik
c. Terdapat peningkatan risiko terjadinya prolaps tali plasenta jika ruptur
selaput ketuban terjadi sebelum turunnya bagian tubuh janin.
d. Tabelkan temuannya termasuk waktu terjadinya ruptur, warna, bau,
jumlah cairan, serta status janin.
3. Pengkajian keperawatan penting selama persalinan
Selama tahap pertama persalinan, perawat mengkaji :
a. Kontraksi uterus
b. Keadaan janin
c. Keadaan selaput ketuban dan cairan amnion
d. Suhu tubuh ibu, tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi pernafasan
e. Tingkat kenyamanan ibu dan kebutuhan menejemen nyeri
f. Kebutuhan sistem pendukung
4. Pengkajian keperawatan selama persalinan dan kelahiran
Fase Pengkajian ibu Pengkajian janin
Fase pertama
Fase laten
Pengkajian terhadap TD,
frekuansi nadi, frekuensi
pernapasan setiap 1 jam jika
ibu masih dalam keadaan
normal. Sedangkan
pengkajian suhu tubuh setiap
4 jam, kecuali hasilnya
37,5ºC, atau bila terjadi ruptur
Pengkajian DJJ pada
ibu yang beresiko
rendah dilakukan setiap
60 mnt dan 30 mnt,
bagi ibu yang beresiko
tinggi, jika janin
menunjukkan
karakteristik normal
Fase Pengkajian ibu Pengkajian janin
Fase aktif
Transisi
Fase kedua
selaput ketuban, maka
pengkajian dilakukan setiap 1
jam. Untuk kontraksi uterus
setiap 30 menit.
Pengkajian TD, frekuensi
nadi, frekuensi pernafasan
setiap 1 jam sekali, jika ibu
masih dalam keadaan normal.
Sedangkan kontraksi uterus
dikaji setiap 30 menit.
Pengkajian TD, frekuensi nadi
dan frekuensi pernafasan
setiap 30 menit
Pengkajian TD, frekuensi nadi
serta frekuensi pernafasan
setiap 5-15 menit. Kontraksi
uterus dipalpasi, setiap
(variabilitas, nilai dasar
pada 120-160x/mnt,
tanpa perlambatan atau
variabel deselerasi).
Catat aktivitas janin,
jika alat pantau janin
elektronik sudah
terpasang, kaji NST
reaktif.
Untuk ibu yang
beresiko rendah
pengkajian DJJ setiap
30 menit dan 15 menit
untuk ibu yang beresiko
tinggi, hal ini di
lakukan jika enunjukan
karakteristik normal.
DJJ dikaji setiap 30
menituntuk ibu
beresiko rendah dan 15
menit untuk ibu
berisiko tinggi.
Pengkajian DJJ setiap
15 menit untuk ibu
berisiko rendah dan
setiap 5 menit untuk ibu
Fase Pengkajian ibu Pengkajian janin
terjadinya kontraksi atau
secara kontinu.
berisiko tinggi.
M. FOKUS INTERVENSI
1. Kala I :
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi dan intensitas
kontraksi uterus.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien dapat
beradaptasi terhadap nyeri dengan KH :
1) Tampak rileks diantara kontraksi
2) Dapat mengontrol penyebab nyeri
Intervensi :
1) Kaji derajat ketidak nyamanan malalui isyarat verbal dan non
verbal.
2) Jelaskan penyebab nyeri.
3) ajarkan klien cara mengontrol nyeri dengan menggunakan tehnik
pernapasan / relaksasi yang tepat dan masses pinggang
4) Bantu tindakan kenyamanan mis : gosokan pada kaki, punggung,
tekanan sakral, perubahan posisi.
5) Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1- 2 jam, palpasi diatas
simpisis untuk menentukan ada tidaknya distensi setelah blok
syaraf.
6) Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan pola kontraksi
uterus setiap 30 menit.
7) Monitor vital sign.
b. Resti cedera terhadap maternal berhubungan dengan perubahan tonus
otot/ pola kontraksi, keletihan maternal.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 1 x 2 jam tidak
terjadi cedera pada maternal dengan KH :
1) Klien mengatakan resiko dan alasan dan intervensi khusus sudah
dimengerti.
2) Klien kooperatif untuk melindungi diri sendiri / janin dari dari
cedera.
3) Klien bebas dari cedera / komplikasi
Intervensi :
1) Pantau aktivitas uterus , catat frekuensi, durasi dan intensitas
kontraksi.
2) Lakukan tirah baring saat persalinan menjadi lebih intensif.
Hindari meninggalkan klien tanpa perhatian.
3) Tempatkan klien pada posisi agak tegak miring kiri
4) Berikan perawatan perineal setiap 4 jam.
5) Pantau suhu dan nadi.
6) Berikan es batu atau cairan jernih pada klien bila memungkinkan,
hindari makanan padat.
7) Anjurkan klien untuk bernapas pendek dan cepat atau meniup bila
ada dorongan untuk mengejan.
2. Kala II :
a. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif,
penurunan masukan
Tujuan :
1) Tidak terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh dengan KH :
2) Tanda – tanda vital dalam batas normal.
3) Keluaran urine adekuat.
4) Membran mukosa kental.
5) Bebas dari rasa haus.
Intervensi :
1) Ukur masukan dan keluaran.
2) Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.
3) Pantau tanda – tanda vital sesuai indikasi.
4) Kaji DJJ dan perhatikan perubahan periodek.
5) Atur posisi klien tegak atau lateral.
6) Kolaborasi pemberian cairan parenteral
b. Resti infeki terhadap maternal berhubungan dengan trauma jaringan.
Tujuan :
Klien tidak terjadi infeksi dengan KH :
1) Bebas dari tanda – tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, calor, dan
fungsilaesa)
Intervensi :
1) Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam menggunakan tehnik
aseptik.
2) Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.
3) Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan
menggunakan tehnik aseptik.
4) Pantau tanda – tanda vital dan laborat leukosit.
5) Gunakan aseptik bedah pada persiapan peralatan.
6) Batasi jumlah orang yang ada pada saat persalinan.
c. Mempertahankan kontrol selama persalinan yang ditandai dengan
bernafas selama kontraksi, beristirahat di antara kontraksi, mampu
mengikuti petunjuk selama kontraksi.
Intervensi :
1) Latih teknik pernafasan selama kontraksi
2) Dorong relaksasi di antara kontraksi
3) Berikan metode alternatif management nyeri jika salah satu metode
yang terpilih tidak efektif.
3. Kala III :
a. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
kehilangan.
Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan akibat HPP. Dengan KH :
1) Kontraksi uterus adekuat.
2) Kehilangan darah dalam batas normal (<500 ml).
3) Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
1) Anjurkan klien untuk masase fundus.
2) Pantau tanda – tanda vital dan pengeluaran pervaginam.
3) Palpasi uterus dan masase uterus perlahan setelah pengeluaran
plasenta.
4) Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta.
5) Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan yang berlebihan.
6) Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin, perhatikan
ukuran, insersi tali pusat dan ketuban.
7) Berikan cairan peroral.
8) Hindari menarik tali pusat secara berlebihan.
b. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis
setelah melahirkan.
Tujuan :
Pasien dapat beradaptasi terhadap rasa nyeri dengan KH :
1) Klien menyatakan nyeri berkurang atau klien beradaptasi dengan
nyerinya.
2) Ekspresi wajah rileks tak gelisah.
3) Perut tidak mules, luka bersih dan tidak bengkak.
Intervensi :
1) Bantu dengan penggunaan tehnik pernapasan selama perbaikan
luka.
2) Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.
3) Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik dan
oleskan salep topikal.
4) Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut yang hangat.
5) Jelaskan pada klien perubahan fisiologis setelah melahirkan.
4. Kala IV :
a. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
kehilangan.
Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan akibat HPP. Dengan KH :
1) Kontraksi uterus adekuat.
2) Kehilangan darah dalam batas normal (<500 ml).
3) Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
1) Anjurkan klien untuk masase fundus.
2) Pantau tanda – tanda vital dan pengeluaran pervaginam.
3) Palpasi uterus dan masase uterus perlahan setelah pengeluaran
plasenta.
4) Kolaborasi pemberian cairan parenteral / infus
b. Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau
peningkatan perkembangan anggota keluarga.
Tujuan :
Klien mampu beradaptasi dengan perubahan setelah melahirkan dengan
KH
1) Klien menggendong bayinya.
2) Klien mampu mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan
yang tepat.
Intervensi :
1) Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa
bayi.
2) Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi serta
membantu dalam perawatan bayi, sesuai kondisinya.
3) Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku
untuk menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus.
4) Catat perilaku / pengungkapan yang menunjukkan kekecewaan /
kurang minat / kedekatan.
5) Anjurkan dan bantu pemberian ASI.
N. PATHWAYS
Terlampir
O. DAFTAR PUSTAKA
Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E 2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bayi Pedoman Untuk
Perencanaan & Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Hutahaean, Serri 2009. Asuhan keperawatan: dalam maternitas & ginekologi.
Jakarta: Trans info media
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC.
Mochtar R 2005, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2. EGC, Jakarta.
Saifudin, A.B.2002. Buku Acuan Pelyanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP - SP.
Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta : Fitramaya.
Wiknjosastro, Prof. Dr. Hanifa,SpOG. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Scolte, Karen. M. 2004. Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta : EGC