23
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT dan dengan rasa lega, pada akhirnya tugas makalah ini dapat selesai pada waktunya sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Obgyn RSU. Dr. RM. Djoelham Binjai. Makalah ini menyajikan salah satu penyakit yang sering di jumpai pada praktek dokter sehari-hari dan rumah sakit. Di sini diuraikan secara singkat gambaran INDUKSI PERSALINAN dan penatalaksanaannya. Pada kesempatan ini juga kami mengucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing yaitu, dr. Anwar, Sp.OG atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF ahli kandungan RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai serta dalam penyusunan tugas ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan baik dari kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dimasa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amin.

INDUKSI PERSALINAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INDUKSI PERSALINAN

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT dan dengan rasa lega, pada akhirnya

tugas makalah ini dapat selesai pada waktunya sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi

dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Obgyn RSU. Dr. RM. Djoelham

Binjai.

Makalah ini menyajikan salah satu penyakit yang sering di jumpai pada praktek dokter

sehari-hari dan rumah sakit. Di sini diuraikan secara singkat gambaran INDUKSI

PERSALINAN dan penatalaksanaannya.

Pada kesempatan ini juga kami mengucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing

yaitu, dr. Anwar, Sp.OG atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti Kepaniteraan Klinik

Senior di SMF ahli kandungan RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai serta dalam penyusunan tugas

ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan baik dari

kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran

yang membangun untuk perbaikan dimasa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini dapat

memberi manfaat bagi kita semua. Amin.

Binjai, 22 November 2012

Penyusun

Page 2: INDUKSI PERSALINAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................ 2

Definisi ....................................................................................................... 3

Pelvic Score ............................................................................................... 3

Indikasi ....................................................................................................... 4

Kontraindikasi ............................................................................................ 4

Komplikasi ................................................................................................. 5

Oksitosin .................................................................................................... 6

BAB III. KESIMPULAN ...................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 28

Page 3: INDUKSI PERSALINAN

PERSALINAN INDUKSI

PENDAHULUAN

Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan pervaginam dengan

merangsangtimbulnya his. MenurutNational Center for Death Statistics, dari 3,9 juta persalinan

di AmerikaSerikat pada tahun 1995, 34 % melibatkan induksi atau augmentasi persalinan.

Indikasi umumuntuk induksi antara lain adalah pecahnya selaput ketuban tanpa awitan

persalinan spontan,hipertensi ibu, status janin tidak meyakinkan dan kehamilan post matur, juga

ada beberapaindikasi lainnya. Selain itu harus diperhatikan juga kontraindikasi dan syarat-syarat

dalammelakukan induksi persalinan, karena dapat menyebabkan bebagai komplikasi.

DEFINISI

Induksi partus adalah satu upaya agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau sesudah

kelahiran cukup bulan dengan jalan merangsang (stimulasi) timbulnya his.

Dalam ilmu kebidanan ada kalanya satu kehamilan terpaksa diakhiri karena adanya

sesuatu indikasi. Indikasi dapat datang dari sudut kepentingan hidup ibu dan atau janin. Hasil

induksi partus bergantung pula pada keadaan serviks, sebaliknya induksi partus dilakukan pada

serviks yang sudah atau mulai matang (Ripe atau favourable) dimana serviks sudah lembek,

dengan effacement sekurang-kurangnya 50% dan pembukaan serviks satu jari.

(Rustam mochtar-1998)

NILAI PELVIS (PELVIC SCORE)

Sebelum melakukan induksi hendaknya lakukan terlebih dahulu pemeriksaan dalam guna

memberikan kesan tentang keadaan serviks, bagian terbawah janin dan panggul. Hasil

pemeriksaan dicatat dan disimpulkan dalam suatu tabel nilai pelvis.

Selanjutnya dapat kita ikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Page 4: INDUKSI PERSALINAN

1.      Apabila skor di atas 5, pertama-tama lakukan amniotomi. Bila 4 jam kemudian tidak terjadi

kemajuan persalinan, berikan infus oksitosin.

2.      Apabila skor di bawah 5, ketuban dibiarkan intak, berikan infuse oksitosin. Setelah beberapa

lama perjalanan, nilai pelvis dinilai kembali.

a. Bila skor di atas 5, lakukan amniotomi

b. Bila skor di bawah 5, oksitosin tetes di ulangi

c. Bila setelah 2-3 kali, serviks belum juga matang segera lakukan  amniotomi

(Rustam.M -1998)

INDIKASI

1. Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk pre-eklamsi dan eklamsi

2. Postmaturitas

3. Ketuban pecah dini

4. Kematian janin dalam kandungan

5. Diabetes melitus, pada kehamilan 3 minggu

6. Rhesus antagonismus

7. penyakit ginjal berat

8. Hidramnion  yang besar (berat)

9. cacat bawaan seperti anensefalus

10. keadaan gawat janin atau gangguan pertumbuhan janin

11. Primigravida

12. Perdarahan ante partum

13. Indikasi non medis : sosial dan ekonomi dan sebagainya

(Harry Oxorn - 1996)

Page 5: INDUKSI PERSALINAN

KONTRA INDIKASI

1. Disproporsi sefalo-pelvik

2. Ibu menderita penyakit jantung berat 

3. Hati-hati pada bekas operasi atau uterus yang cacat seperti pada bekas seksio sesarea,

miomektomi yang luas dengan ekstensif.

(Harry Oxorn - 1998)

CARA INDUKSI PARTUS

Indikasi partus dapat dilakukan dengan cara:

1. Cara kimiawi ( chemical)

2. Cara mekanis

3. Cara kombinasi mekanis dan kimiawi

(Harry Oxorn - 1998)

CARA KIMIAWI

Yaitu dengan cara memberikan obat-obatan yang merangsang timbulnya his.

Cara yang dulu di pakai, sekarang tidak di kerjakan lagi, hanya untuk diketahui yaitu:

1).      Pemberian kina : obat yang diberikan adalah tablet kina bisulfat 0,2 gr diberikan 1

tablet setiap jam dengan dosis 5-6 tablet

2).      Pengobatan steinse : yaitu pemberian tablet kina dan pituitrin

Cara sekarang banyak di pakai, yaitu:

1.      Oksitosin drip: kemasan yang dipakai adalah pitosin, sintosno, pemberiannya dapat secara

suntikan intramuskuler, intravena, dan infuse tetes dan secara bukal yang paling baik dan aman

adalah pemberian infuse tetes (drip) karena dapat diukur dan di awasi efek kerjanya:

Cara:

a)  Kandung kemih dan rectum terlebih dahulu di kosongkan

Page 6: INDUKSI PERSALINAN

b) Ke dalam 500 cc dekstrosa 5% dimasukkan 5 satuan oksitosin dan diberikan per infus dengan

kecepatan pertama 10 tetes/menit.

c)  Kecepatan dapat dinaikkan 5 tetes setiap 15 menit sampai tetes maksimal 4-60 tetes per menit

d)  Oksitosin drip akan lebih berhasil bila nilai pelviks diatas 5 dan dilakukan amniotomi.

2.      Injeksi larut Hipertonik

Hal ini telah di bicarakan pada abortus buatan

3.      Pemberian Prostagalandin

(Rustam - 1998)

Tehnik Farmakologis

1.1. Prostaglandin E2Aplikasi local gel prostaglandin E2 (dinoproston) banyak digunakan untuk

mematangkan serviks. Perubahan histologis yang terjadi mencakup pelarutan serabutkolagen

dan peningkatan kandungan air submukosa. Perubahan-perubahan pada jaringanikat serviks

aterm ini serupa dengan yang ditemukan pada awal persalinan.Prostaglandin adalah senyawa

yang mengandung 20 atom karbon yang dibentuk oleh kerja enzim sintase prostaglandin

yang yang terdapat pada kebanyakan sel.Prostaglandin E1, E2, dan F2a dikeluarkan dari sel-

sel desidua dan miometrium

Prostaglandin bekerja pada reseptor khusus untuk mengganggu atau menghambat

 pekerjaan adenilsiklase selanjutnya menghambat pembentukan cAMP (adenosine 3’5’

siklik monofosfat) sampai menimbulkan perubahan pada tonus otot polos dan pengaturan kerja hormon

Proses pematangan serviks yang dipicu oleh prostaglandin sering mencakup inisiasi persalinan.

Pemakaian prostaglandin E2 dosis rendah meningkatkan kemungkinan keberhasilan induksi, mengurangi

insidensi persalinan yang berkepanjangan, dan mengurangi dosis oksitosin maksimal dan total.

Prostaglandin E2 tersedia dalam bentuk intraservikal dengan dosis 0,3-0,5 mg dan intravaginal 3-5 mg.

Rute intraservikal memiliki keunggulan berupa tidak banyak meningkatkan aktivitas uterus dan efektivitasnya

lebih besar pada wanita yang serviksnya sangat tidak matang. Sedangkan keunggulan preparat sisip vagina yaitu

obat sisipan ini dapat dikeluarkan apabila terjadi hiperstimulasi.

Skor bishop 4 atau kurang dianggap menunjukkan serviks yang tidak layak sehingga merupakan indikasi

pemberian prostaglandin E2 untuk pematangan serviks. Persyaratan lain untuk pasien yang akan menggunakan

Page 7: INDUKSI PERSALINAN

prostaglandin E2 antara lain pasien tidak boleh dalam keadaan demam atau mengalami perdarahan pervaginam,

denyut jantung janin yang baik, belum ada his yang regular (tiap 5 menit atau kurang). Pemberian dianjurkan

dekat atau di kamar bersalin, tempat dimana dapat dilakukan pemantauan kontinu atas aktifitas uterus dan

frekuensi denyut jantung janin. Pasien diharapkan tetap dalam posisi terlentang sekurang-kurangnya selama 30

menit dan kemudian boleh dipindahkan bila tidak ada his.

Permulaan timbulnya his biasanya tidak teratur dan jarang, serupa dengan persalinan spontan. Variasi

yang berbeda dari his dapat diterangkan atas dasar perbedaan respon individual, paritas, dosis, absorbsi, ukuran

serviks semula dan keadaan selaput ketuban. His biasanya jelas dalam 1 jam pertama, mencapai aktivitas puncak

dalam 4 jam pertama, dan memulai partus pada lebih kurang separuh jumlah kasus (berkisar 25-76 %). Bilamana

ada his yang teratur, monitoring elektronik diteruskan dan tanda-tanda vital ibu harus direkam sekurangnya setiap

jam selama 4 jam pertama.

Interval waktu antara pemberian jeli prostaglandin dengan memulai oksitosin belum dapat ditentukan.

Pengaruh prostaglandin E2 bisa berlebihan dengan oksitosin, jadi harus ada waktu observasi sekurangnya 4-6 jam

setelah pemberian jeli prostaglandin.

Bilaterjadi perubahan serviks atau his yang tidak memadai, pilihan lain bisa diberikan prostaglandin E2

dosis kedua. Bila setelah seri kedua tidak terjadi kontraksi yang tidak memadai untuk persalinan, atau tidak

tercapai skor Bishop >5 maka induksi dianggap gagal. Langkah yang dilakukan adalah sesar berencana/ elektif

(bila tidak ada kegawatan ibu atau janin) atau sesar segera (bila ada kegawatan). Efek samping dari pemberian

prostaglandin E2 adalah hiperstimulasi (6 atau lebih kontraksi dalam 10 menit untuk total20 menit) pada 1 %

untuk gel intraservikal dan 5 % untuk gel intravaginal.

11.2. Prostaglandin E1

Misoprostol (cytotec) adalah prostaglandin E1sintetik dan saat ini tersedia dalam sediaan tablet 100 µg

untuk mencegah ulkus peptikum. Obat ini digunakan ‘off label’ (tidak diindikasikan secara resmi) sebagai

pematangan serviks prainduksi dan induksi persalinan.

Penggunaan misoprostol tidak direkomendasikan pada pematangan serviks atau induksi persalinan pada

wanita yang pernah mengalami persalinan dengan seksio sesaria atau operasi uterus mayor karena kemungkinan

terjadinya ruptur uteri. Wanita yang diterapi dengan misoprostol untuk pematangan serviks atau induksi

persalinan harus dimonitor denyut jantung janin dan aktivitas uterusnya di rumah sakit sampai penelitian lebih

lanjut mampu mengevaluasi dan membuktikan keamanan terapi pada pasien. Ujiklinis menunjukkan bahwa

dosis optimal dan pemberian interval dosis 25 mcg intravagina setiap empat sampai enam jam. Dosis yang lebih

tinggi atau interval dosis yang lebih pendek dihubungkan dengan insidensi efek samping yang lebih tinggi,

Page 8: INDUKSI PERSALINAN

khususnya sindroma hiperstimulasi, yang didefinisikan sebagai kontraksi yang berakhir lebih dari 90 detik atau

lebih dari lima kontraksi dalam 10 menit selama dua periode .10menit berurutan, dan hipersistole, suatu kontraksi

tunggal selama minimal dua menit.

CARA MEKANIS

1. Melepaskan selaput ketuban (stripping of the membrane). Dengan jari yang dapat masuk

ke dalam kanalis servikalis selaput ketuban yang melekat dilepaskan dari dinding uterus

sekitar ostium uteri internum. Cara ini akan lebih berhasil jika bila servik sudah terbuka

dan kepala sudah turun. Dianggap bahwa dengan bersamaan dengan turunnya kepala dan

lepasnya selaput ketuban maka selaput ini akan lebih menonjol dan karenanya akan

menekan pleksus frankenhauser yang akan merangsang timbulnya his dan terbukanya

serviks.

2. Memecahkan ketuban (amniotomi)

a. Serviks sedah matang atau skor pelvis di atas 5

b. Pembukaan kira-kira 4-5 cm

c.  Kepala sudah memasuki panggul

biasanya setelah1-2 jam pemecahan ketuban di harapkan his akan timbul dan menjadi

lebih kuat. Adapun cara amniotomi adalah sebagai berikut: lakukan dulu stripping dari selaput

ketuban, lalu pecahkan ketuban dengan memakai setengah kocher atau alat khusus pemecahan

ketuban. Kepala janin disorong masuk pintu atas panggul. 

3. Dilatasi serviks uteri

Dilator Serviks Higroskopis Inisiasi pembukaan serviks dengan dilator serviks osmotic higroskopik telah

lama diterima sebagai metode yang efektif sebelum dilakukan terminasi kehamilan. Pada induksi persalinan

dengan janin hidup, masih sedikit informasi yang ada mengenai dilatorhigroskopik untuk memperbaiki serviks

yang belum matang. Dilator higroskopik secara cepat memperbaiki status serviks. Namun, yang penting adalah

tidak ada efek menguntungkan terhadap angka seksio sesarea atau interval pemberian sampai pelahiran.1

Page 9: INDUKSI PERSALINAN

Gambar 1. Dilator Serviks Higroskopis

Dilatasi serviks uteri dapat dikerjakan memakai gagang laminaria, atau dilatator (busi) hegar.

4. Accouchement force

a)   Kalau bagian terbawah janin adalah kaki, maka kaki ini di ikat dengan kain kasa steril

yang melalui katrol dan diberi beban seperti pada versi Braxton hicks.

b)   Bila bagian terbawah janin adalah kepala, maka kulit kepala di jepit dengan cunam.

Muzeuk yang kemudian di ikat dengan kain kasa melalui katrol diberi beban: seperti pada cara

wilet-gauz.

(Rustam -1998)

5. Insersi Kateter Foley

insersi Foley Chateter intrauterine, yakni dengan memasukan Foley catheter no24 atau no 26 ke dalam

kavum uteri (sebelah bawah) kemudian balon diisi sebanyak 40-50cc lalu dibiarkan selama 12-24 jam. Setelah itu

jika skor Bishop > 5 dapat dilanjutkan dengan drip Oksitosin. Teknik ini banyak digunakan untuk mengakhiri

kehamilan yang mengalami komplikasi seperti preeklamsia berat atau eklams

Page 10: INDUKSI PERSALINAN

CARA KOMBINASI KIMIAWI

Adalah pemakaian cara kombinasi antara cara kimiawi diikuti dengan cara mekanis, misalnya

amniotomi dengan pemberian oksitosin drip atau pemecahan ketuban dan pemberian

prostaglandin per oral dan sebagainya.

Pada umumnya cara kombinasi akan lebih berhasil. Kalau induksi partus gagal sedangkan

ketuban sudah pecah sedangkan pembukaan serviks tidak melalui syarat untuk pertolongan

operatif pervaginam, satu-satunya jalan adalah mengakhiri kehamilan dengan seksio sesarea.

(Rustam-1998)

KOMPLIKASI

1.      Terhadap ibu

a. Kegagalan induksi

b. Kelelahan ibu dan partus lama

c. Inersia uteri dan partus lama

d. Tetania uteri (tamultous labor) yang dapat menyebabkan solusio placenta  ruptura uteri,

dan laserasi jalan lahir lainnya.

e. Infeksi intra uteri

2.      Terhadap janin

a. Trauma pada janin oleh tindakan

b. Prolapsus tali pusat

c. Infeksi intrapartal pada janin

 (Rustam- 1998)

Page 11: INDUKSI PERSALINAN

OKSITOSIN

1.      Pengertian

Oksitosin adalah obat yang merangsang kontraksi uterus, banyak obat memperlihatkan efek

Oksitosin, tetapi hanya beberapa saja yang kerjanya cukup selektif dan dapat berguna dalam

praktek kebidanan.

(Sulistia -1995)

Bersama dengan faktor-faktor lainnya, Oksitosin memainkan peranan penting dalam

persalinan dan ejeksi ASI

Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik untuk menyebabkan :

a. Kontraksi uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung  pada otot polos

maupun lewat peningkatan produksi prostaglandin

b. Kontraksi pembuluh darah umbilicus

c. Konstriksi sel-sel mioepitel (reflek ejeksi ASI)

Oksitosin bekerja pada reseptor hormon antidiuretik (ADH) untuk menyebabkan :

a. Peningkatan atau penurunan yang mendadak pada tekanan darah (khususnya diastolik)

karena terjadinya fasodilatasi

b. Retensi air

c. Persalinan

2.      Penggunaan Klinik

Indikasi Oksitosik adalah :

a. Induksi partus aterm

b. Mengontrol perdarahan pasca persalinan

c. Menginduksi abortus terapeutik sesudah trimester 1 kelahiran

d. Uji oksitosin

Page 12: INDUKSI PERSALINAN

e. Menghilangkan pembengkakan mamae

(Sulistia - 1995)

3.      Efek Samping Oksitosin

Bila Oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan bertambah sehingga dapat

timbul efek samping berbahaya: efek samping tersebut dapat di kelompokkan menjadi :

a.       Stimulasi berlebih pada uterus

b.      Kotraksi pembuluh darah tali pusat

c.       Kerja anti diuretic

d.      Kerja pada pembuluh darah (kontraksi dan dilatasi)

e.       Mual

f.       Reaksi hipersensitivitasi

(Sulistia - 1995)

4.      Penggunaan Klinik Pada Induksi Partus Aterm

(Suejordan - 2004)

Dalam hal ini oksitosin merupakan obat terpilih

10 unit oksitosin dilarutkan kedalam 1 liter dekstrosa 5% sehingga diperoleh larutan

dengan kekuatan 10 mili unit/ml. cara pemberiannya adalah secara infuse. Infuse dimulai dengan

lambat yaitu 0,2 ml/menit sampai maksimal 2 ml/menit Jika tidak ada respon selama 15 menit

tetesan dapat ditingkatkan perlahan 0,1-0,2 ml/menit sampai maksimal 2 ml/menit. Posisi total

yang di berikan / diperlukan untuk induksi parts berkisar antara 600-1200 miliunit dengan rata-

rata 4000 miliunit

Selama pemberian berlangsung, keadaan uterus harus diawasi dengan cermat kadang-

kadang dapat terjadi kontraksi yang menetap dan akan mengganggu sirkulasi placenta , untuk

mengatasi kontraksi tetani  uterus, infuse oksitosin segera di hentikan dan di berikan obat

anastesi umum.

Apabila partus sudah mulai, infuse di hentikan atau dosis nya di turunkan sesuai dengan

kebutuhan untuk memperhatikan proses persalinan yang adekuat bila digunakan pada kehamilan

aterm. Oksitosin dapat menginduksi partus pada sebagian besar kasus. Jika ketuban di pecahkan,

hasilnya mencapai 80-90 % PEG2 dan PGF2 telah di coba sebagai oksitosik pada kehamilan

Page 13: INDUKSI PERSALINAN

aterm, ternyata respon penderita sangat berbeda secara individual dan lag periode sebelum

timbulnya efek lebih lama dari pada oksitosin.. guna mencegah timbulnya efek toksin kumulatif

maka penambahan kecepatan infuse harus dikerjakan dengan sangat hati-hati telah di kemukakan

bahwa fefktifiatas PGE2 dan PGF2 sukar di bedakan dengan efektivitas oksitosin. Kadang-

kadang dengan DGF2  terjdai hipertoniuterus.

Oksitosin tidak boleh digunakan selama stadium I dan II bila persalinan dapat

berlangsung meskipun lambat. Jika oksitosin diberikan kontraksi uterus akan bertambah kuat dan

lama, ini dapat mengganggu keselamatan ibu dan anak. Pada stadium I  terjadi pembukaan

serviks, jika diberi oksitosin akan terjadi hal-hal berikut:

1) Bagian tubuh bayi akan terdorong keluar lewat serviks yang belum sempurna membuka, 

sehingga timbul timbul bahaya laserasi serviks dengan trauma terhadap bayi

2)   Dapat terjadi ruptura uteri

3)   Konsistensi tetanik yang terjadi kuat akan menyebabkan asfiksia bayi. 

5.      Kewaspadaan dan Kontra Indikasi

(Suejordan - 2004)

a. Memberikan oksitosin merupakan kontra indikasi jika uterus sudah berkontraksi dengan

kuat bila terdapat obstruksi mekanisme yang menghalangi kelahiran anak seperti placenta

previa / disproporsi sevalo pelvik jika keadaan serviks masih belum siap, pematang

serviks, harus dilakukan sebelum pemberian oksitosin.

b. Meskipun sudah lazim digunakan di banyak klinik bersalin atau bagian obstetric rumah

sakit, solusio placenta  oksitosin dalam mengganggu keseimbangan cairan dan tekanan

darah membuat obat ini tidak tepat untuk digunakan ada ibu hamil dengan

preeklamsia/penyakit kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia diatas 35 tahun.

c. Memberi infus oksitosin merupakan  kontra indikasi pada ibu hamil yang menghadapi

resiko karena melahirkan pervaginam, misalnya kasus dengan mal presentasi / solusio

placenta  atau dengan resiko ruptur uteri yang tinggi pemberian infus oksitosin yang

terus-menerus pada kasus dengan resistensi dengan inersia uterus merupakan kontra

indikasi.

d. Uterus yang starvasi, kontra indikasi otot uterus merupakan glukosa maupun oksigen jika

pasokan keduanya tidak terdapat pada otot yang berkontraksi tersebut dan keadaan ini

Page 14: INDUKSI PERSALINAN

mungkin terjadi karena starvasi/pasokan darah yang tidak memadai maka respon yang

timbul terhadap pemberian oksitosin tidak akan adekuat sehingga pemberian oksitosin

secara sedikit demi sedikit tidak akan efektif, situasi ini lebih cenderung di jumpai pada

persalinan yang lama.

Page 15: INDUKSI PERSALINAN

DAFTAR PUSTAKA

Cuningham,F Gary. Obstetri Williams edisi 21. USA : McGRAW-HILL. 2001

Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan edisi ketiga cetakan ke delapan. Jakarta : Yayasan

Bina Pustaka. 2006A

chadiat, Crisdiono. Prosedur Tetap Osbtetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC. 2003

Page 16: INDUKSI PERSALINAN

INDUKSI PERSALINAN

Makalah ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti

Kepaniteraan klinik Senior di bagian Obstetri & Ginekologi

RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai

Disusun oleh :

ADE NUR AWAR (03310004)

Pembimbing :

dr. Anwar Affandi Hrp, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR OBSTETRI & GINEKOLOGI

UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG

RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI

Page 17: INDUKSI PERSALINAN