Upload
gabi-ceria
View
290
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
n
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
RASA NYAMAN, TIDUR, DAN ISTIRAHAT
Di Unit Stroke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Tugas Mandiri
Stase Praktek Keperawatan Dasar
Disusun oleh :
Gabi Ceria
10/299650/KU/13979
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
I. KONSEP KEBUTUHAN RASA NYAMAN
A. PENGERTIAN
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang
tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya
(Carpenito, Linda Jual, 2000)
Nyeri adalah kondisi suatu mekanisme prolektif tubuh yang timbul bilamana jaringan
mengalami kerusakan dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rangsangan tersebut. (Guyton Hall, 1997)
1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah suatu keadaan dimana seseorang melaporkan adanya
ketidaknyamanan yang hebat. Awitan nyeri akut biasanya mendadak, durasinya
singkat kurang dari 6 bulan.
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang
berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan dan non keganasan atau
intermiten selama 6 bulan atau lebih
3. Mual
Mual adalah keadaan dimana individu mengalami sesuatu ketidaknyamanan,
sensasi seperti gelombang dibelakang tenggorokan epigastrium, atau seluruh
abdomen yang mungkin atau mungkin tidak menimbulkan muntah.
B. PROSES FISIOLOGI
1. Nyeri
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subyektif nyeri terhadap
empat proses tersendiri: Transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi
nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas
listrik di reseptor nyeri.
Trasmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat
terinduksi melewati saraf perifer sampai termal di medula spinalis dan jaringan
neoron-neuron pemancar yang naik dan medula spinalis ke otak. Medulasi nyeri
melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desendens dari otak yang dapat
mempengaruhi transmisi nyeri yang setinggi medula spinalis.
Medulasi juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau
meningkatkan aktivitas direseptor nyeri aferen primer. Akhirnya, persepsi nyeri
2
adalah pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktivitas
transmisi nyeri oleh saraf.
C. KLASIFIKASI NYERI
1. Nyeri berdasarkan kualitasnya
- Nyeri yang menyayat
- Nyeri yang menusuk
2. Nyeri berdasarkan tempatnya
- Nyeri superfisial/nyeri permukaan tubuh
- Nyeri dalam/nyeri tusuk bagian dalam
- Nyeri ulseral/nyeri dari tusuk jaringan ulseral
- Nyeri neurologis/nyeri dari kerusakan saraf perifer
- Nyeri menjalar/nyeri akibat kerusakan jaringan ditempat lain
- Nyeri sindrom/nyeri akibat kehilangan sesuatu bagian tubuh karena
pengalaman masa lalu
- Nyeri patogenik/nyeri tanpa adanya stimulus
3. Nyeri berdasarkan serangannya
- Nyeri akut: nyeri yang timbul tiba-tiba, waktu kurang dari 6 bulan
- Nyeri kronis: nyeri yang timbul terus-menerus, waktu lebih atau sama 6 bulan
4. Nyeri menurut sifatnya
- Nyeri timbul sewaktu-waktu
- Nyeri yang menetap
- Nyeri yang kumat-kumatan
5. Nyeri menurut rasa
- Nyeri yang cepat: nyeri yang menusuk
- Nyeri difus: nyeri normal yang bisa dirasakan
6. Nyeri menurut kegawatan
- Nyeri ringan
- Nyeri sedang
- Nyeri berat
3
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI
1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam
nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang
harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal
jika nyeri diperiksakan.
2. Jenis kelamin
Laki -laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru
lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri,
wanita boleh mengeluh nyeri).
3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap
nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah
akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak
mengeluh jika ada nyeri.
4. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan
bagaimana mengatasinya.
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill, perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi
dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided
imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.
7. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri
yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah
tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam
mengatasi nyeri.
4
8. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi
nyeri.
9. Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga
atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan
E. INTENSITAS NYERI
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan
nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda
oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,
pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri
itu sendiri.
Menurut smeltzer, S.C bare B.G adalah sebagai berikut :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
F. Penatalaksanaan
5
Secara umum penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri dibagi
menjadi 2, yaitu :
1. Non Farmakologik : Distraksi, Relaksasi, Stimulasi Kutaneus
a. Distraksi
Beberapa teknik distraksi, antara lain :
Nafas lambat, berirama
Massage and Slow, Rhythmic Breathing
Rhytmic Singing and Tapping
Active Listening
Guide Imagery
b. Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa
keuntungan, antara lain :
Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress
Menurunkan nyeri otot
Menolong individu untuk melupakan nyeri
Meningkatkan periode istirahat dan tidur
Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
Beberapa teknik relaksasi yang dianjurkan adalah :
Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru
Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan
rasakan betapa nyaman hal tersebut
Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu
Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada
saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk
mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan
kelompok otot-otot lain
Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri
menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
c. Stimulasi Kulit (Cutaneus)
Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
Kompres dingin
6
Analgesics ointments
Counteriritan, seperti plester hangat.
Contralateral Stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan
area yang nyeri.
2. Farmakologi
Agen farmakologik
a. Analgesics
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interpretasi nyeri dengan
jalan mendepresi Sistem Saraf Pusat pada Thalamus dan Korteks Cerebri. Analgesik
akan lebih efektif diberikan sebelum klien merasakan nyeri yang berat dibandingkan
setelah mengeluh nyeri. Untuk alasan ini maka analgesik dianjurkan untuk diberikan
secara teratur dengan interval, seperti setiap 4 jam setelah pembedahan.
Terdapat dua klasifikasi mayor dari analgesik, yaitu :
1) Narcotic (Strong analgesics)
Termasuk didalamnya adalah : derivat opiate seperti morphine dan codein.
Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari
pengalaman nyeri (misal : persepsi nyeri). Perubahan mood dan perilaku dan
perasaan sehat membuat seseorang merasa lebih nyaman meskipun nyerinya
masih timbul.
2) Nonnarcotics (Mild analgesics)
Mencakup derivat dari : Asam Salisilat (aspirin); Para-aminophenols
(phenacetin); Pyrazolon (Phenylbutazone). Meskipun begitu terdapat pula obat
analgesik kombinasi, seperti kombinasi dari analgesik kuat (strong analgesics)
dengan analgesik ringan (mild analgesics), contohnya : Tylenol #3, merupakan
kombinasi dari acetaminophen sebagai obat analgesik nonnarkotik dengan
codein, 30mg.
b. Plasebo
Plasebo merupakan jenis dari tindakan, seperti pada intervensi keperawatan yang
menghasilkan efek pada klien dikarenakan adanya suatu kepercayaan daripada
kandungan fisik atau kimianya. Pengobatannya tidak mengandung komponen obat
analgesik (seperti:” gula, larutan garam/normal saline, atau air) tetapi hal ini dapat
menurunkan nyeri. Untuk memberikan plasebo ini perawat harus mempunyai izin dari
dokter.
7
8
G. NILAI-NILAI NORMAL
Suhu tubuh : 36,5 ° C – 37,5 ° C
Nyeri : klien tidak melaporkan nyeri secara verbal dan ekspresi nonverbal tidak
menunjukkan terjadinya nyeri, nyeri tidak mempengaruhi kualitas hidup.
Karakteristik Nyeri Akut dan Kronis
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis
Onset Baru Terus-menerus atau hilang
timbul
Durasi <6bulan >6bulan
Respon SSO Peningkatan denyut
jantung, pernapasan,
tekanan darah,
diaphoreses, tegangan otot,
dilatasi papilris
Jarang ditemukan
Hubungan dengan
penyembuhan
Menghilang saat terjadi
penyembuhan
Berlanjut lama setelah
terjadi penyembuhan
Respon terhadap
analgetik
Responsif Jarang responsif
H. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI
GANGGUAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN
Penilaian Nyeri:
Singkata
n
Deskripsi Contoh Pertanyaan
O Onset Tentukan kapan terjadi ketidaknyamanan yang
membuat pasien mulai mencari bantuan
P Provocation
(Provokasi)
Tanyakan apa yang memperburuk nyeri atau
ketidaknyamanan. Apakah posisi? Apakah
memburuk dengan menarik nafas dalam atau
palpasi pada dada? Atau nyeri menetap?
Q Quality (kualitas) Tanyakan bagaimana jenis nyerinya. Biarkan
9
pasien menjelaskan dengan bahasanya sendiri
R Radiation (Radiasi) Apakah nyeri berjalan (menjalar) ke bagian tubuh
yang lain? Dimana?
S Severity (keparahan) Gunakan perangkat penilaian skala nyeri (sesuai
untuk pasien) untuk pengukuran keparahan nyeri
yang konsisten. Gunakan skala nyeri yang sama
untuk menilai kembali keparahan nyeri dan apakah
nyeri berkurang atau memburuk.
T Time (Waktu) Berapa lama nyeri berlangsung dan apakah hilang
timbul atau terus-menerus?
C Characteristic Apakah nyeri bersifat tumpul, sakit, tajam,
menusuk, atau menekan
O Onset Kapan nyeri mulai terasa
L Location Di mana nyeri terasa
D Duration Berapa lama nyeri berlangsung, terus-menurus atau
hilang timbul
E Exacerbation Apa yang memperburuk nyeri
R Radiation Apakah nyeri menjalar ke lokasi tubuh lain
R Relief Apa yang dapat meredakan nyeri
A Associated Sign Mual, cemas, perasaan lain
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri Akut
2. Nyeri kronis
10
J. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
No Nama Diagnosa Tujuan /NOC Intervensi / NIC
1 Nyeri akut
berhubungan dengan
agen cedera fisik
atau trauma
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama .......x24 jam, diharapakan nyeri
berkurang dengan kriteria:
Kontrol Nyeri
- Mengenal faktor penyebab
- Mengenal reaksi serangan nyeri
- Mengenali gejala nyeri
- Melaporkan nyeri terkontrol
Tingkat Nyeri
- Frekuensi nyeri - Ekspresi akibat nyeri
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan samasekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan
Pain Management
- Kaji tingkat nyeri,meliputi : lokasi,karakteristik,dan
onset,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas/beratnya nyeri, faktor-faktor
presipitasi
- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan
- Berikan informasi tentang nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi
- Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
- Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat meningkatkan nyeri
- Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri
Analgetik Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik
- Berikan analgetik yang tepat sesuai dengan resep
- Catat reaksi analgetik dan efek buruk yang ditimbulkan
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan frekuensi
2 Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pain Management
11
berhubungan dengan
kontrol nyeri yang
tidak adekuat
selama .......x24 jam, diharapakan nyeri
berkurang dengan kriteria:
Kontrol Nyeri
- Mengenal faktor penyebab
- Mengenal reaksi serangan nyeri
- Mengenali gejala nyeri
- Melaporkan nyeri terkontrol
Tingkat Nyeri
- Frekuensi nyeri
- Ekspresi akibat nyeri
Keterangan Penilaian NOC
1. tidak dilakukan samasekali
2. jarang dilakukan
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan
- Kaji tingkat nyeri,meliputi : lokasi,karakteristik,dan
onset,durasi,frekuensi,kualitas, intensitas/beratnya nyeri, faktor-faktor
presipitasi
- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk menguragi nyeri (relaksasi,
distraksi)
- Perhatikan tipe dan sumber nyeri
- Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat meningkatkan nyeri
- Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri
- Tingkatkan istirahat atau tidur untuk memfasilitasi manajemen nyeri
Analgetik Administration
- Cek obat, dosis, frekuensi, pemberian analgesik
- Cek riwayat alergi obat
- Pilih analgetik atau kombinasi yang tepat apabila lebih
satu analgetik yang diresepkan
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgesik
12
II. KONSEP KEBUTUHAN TIDUR DAN ISTIRAHAT
A. PENGERTIAN
Istirahat dan tidur yang sesuai adalah samapentingnya bagi kesehatan yang baik
dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan
jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung
pada kemampuan memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan
tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan
berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas.
Tidur merupakan suatu fenomena fisiologis dimana terjadi kondisi istirahat alami
yang sangat penting untuk kesehatan yang dialami oleh manusia dan hewan-hewan
lainnya. Tidur juga dapat diartikan sebagai bagian dari periode ilmiah kesadaran yang
terjadi ketika tubuh direstorasi (diperbaiki) yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran
dan keadaan metabolisme tubuh yang minimal.
B. FISIOLOGI TIDUR
Tidur yang normal melibatkan dua fase yaitu tidur non-rapid eye movement
(NREM) dan tidur rapid eye movement (REM).
Tidur non-rapid eye movement (NREM) sering disebut tidur ortodoks karena
terjadi penurunan aktivasi sel-sel otak pada gambara EEG. Tidur NREM terdiri dari 4
tahap yang memiliki ciri-ciri tersendiri.
Pada tidur tahap I terjadi bila merasakan ngantuk dan mulai tertidur. Jika
telepon berbunyi atau ada sesuatu sampai terbangun, sering kali tidak merasakan
bahwa sebenarnya kita telah tertidur. Gelombang listrik otak memperlihatkan
‘gelombang alfa’ dengan penurunan voltase. Tahap I ini berlangsung 30 detik sampai
5 menit pertama dari siklus tidur.
Tidur tahap II, seluruh tubuh kita seperti berada pada tahap tidur yang lebih
dalam. Tidur masih mudah dibangunkan, meskipun kita benar-benar berada dalam
keadaan tidur. Periode tahap II berlangsung dari 10 sampai 40 menit. Kadang-kadang
selama tahap tidur II seseorang dapat terbangun karena sentakan tiba-tiba dari
ekstremitas tubuhnya. Ini normal, kejadian sentakan ini, sebagai akibat masuknya
tahapan REM.
Tahap III dan IV. Tahap ini merupakan tahap tidur nyenyak. Pada tahap III,
Orang yang tertidur cukup pulas, rileks sekali karena tonus otot lenyap sama. Tahap
IV mempunyai karakter : tanpa mimpi dan sulit dibangunkan, dan orang akan bingung
bila terbangun langsung dari tahap ini, dan memerlukan waktu beberapa menit untuk
13
meresponnya. Pada tahap ini, diproduksi hormone pertumbuhan guna memulihkan
tubuh, memperbaiki sel, membangun otot dan jaringan pendukung. Perasaan enak dan
segar setelah tidur nyenyak, setidaknya disebabkan karena hormon pertumbuhan
bekerja baik.
Tidur rapid eye movement (REM) adalah tahapan tidur yang sangat aktif. Pola
nafas dan denyut jantung tak teratur dan tidak terjadi pembentukan keringat. Kadang-
kadang timbul twitching pada tangan, kaki, atau muka, dan pada laki-laki dapat timbul
ereksi pada periode tidur REM. Walaupun ada aktivitas demikian orang masih tidur
lelap dan sulit untuk dibangunkan. Sebagian besar anggota gerak tetap lemah dan
rileks. Tahap tidur ini diduga berperan dalam memulihkan pikiran, menjernihkan rasa
kuatir dan daya ingat dan mempertahankan fungsi sel-sel otak.
Siklus tidur orang dewasa normal biasanya terjadi setiap 90 menit sehingga
ketika seseorang tidur biasanya melewati 4-6 siklus tidur penuh dengan alur seperti
gambar berikut ini
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR
1. Usia atau Tingkat perkembangan
Pada dasarnya pola tidur berdasarkan durasi dan kualitas setiap orang berbeda-
beda hal ini dapat dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat perkembangannya.
Semakin bertambahnya usia maka durasi tidur dalam sehari semakin berkurang.
2. Penyakit Fisik
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik (mis.
kesulitan bernapas), atau masalah suasana hari, seperti kecemasan atau depresim
dapat menyebabkan masalah tidur. Penyakit juga dapat memaksa klien untuk tidur
dalam posisi yang tidak biasa sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Beberapa
14
dampak dari timbulnya penyakit fisik yang dapat menimbulkan gangguan tidur
contohnya sebagai berikut :
Pasien dengan gangguan pernafasan, keadaannya yang sulit untuk bernafas
menimbulkan gangguan tidur.
Pasien jantung koroner, sering mengalami nyeri dada secara tiba-tiba dan
denyut jantung yang tidak teratur. Klien yanng berpenyakit ini seringkali
mengalami frekuensi terbangun yang sering dan perubahan tahapan tidur.
Nokturia atau berkemih pada malam hari, mengganggu tidur.
Lansia sering mengalami ‘restless leg syndrome’ yang sering terjadi pada
saat sebelum tidur.
Pasien dengan masalah sirkulasi arteri akan mengalami kram kaki pada
malam hari.
3. Obat-obatan dan substansi
Ada beberapa zat dan obat-obatan yang memiliki efek samping mengantuk,
insomnia atau kelelahan yang semuanya itu dapat mengganggu kualitas dan
kuantitas tidur. Beberapa efek obat atau zat tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.
Nama Obat/Substansi Efek yang Mempengaruhi Tidur
Hypnotics Turut serta dalam mencapai tahapan tidur yang lebih dalam.Memberi peningkatan kualitas tidur sementara (1 minggu)Sering menimbulkan rasa mengambang sepanjang hariDapat menimbulkan sleep apnea pada lansia
Diuretics Menyebabkan nokturia
Antidepressants dan Stimulants
Menekan fase tidur REMMenurunkan total waktu tidur
Alkohol Mempercepat onset tidur dan mengganggu tidur REMMebangunkan orang pada malam hari dan menyebabkan kesulitan untuk kembali tidur.
Kafein Mencegah seseorang tertidurMenyebabkan seseorang terbangun sepanjang malam
Beta-adrenegic Blockers Menyebabkan mimpi buruk dan insomnia
Benzodiazepines Meningkatkan waktu tidurMeningkatkan kantuk di siang hari
Narcotics (Opiates) Menekan fase tidur REMMeningkatkan kantuk di siang hari
Antihistamines Menyebabkan kantukJika dosis berlebih menyebabkan insomnia
Nasal Decongestants Menyebabkan kantuk di siang hari
15
4. Gaya Hidup / Lifestyle
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang sering
mengalami perubahan jam / shift bekerja mengalami kesulitan untuk
mempertahankan jam biologisnya.
5. Stress emosional
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur.
Stress menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering
terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat
menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk. Seseorang yang mengalami masalah
perasaan depresi, sering mengalami perlambatan untuk jatuh tertidur, munculnya
tidur REM secara dini, seringkali terjaga, peningkatan total waktu tidur, perasaan
tidur yang kurang, dan terbangun cepat.
6. Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan dapat mendukung keadaan tidur maupun
sebaliknya, dapat mengganggu tidur. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh
diantaranya : lampu, temperatur, bau, ventilasi, dan suara.
7. Latihan fisik dan kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur
untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal ini tampak bahwa
aktifitas fisik meningkatkan baik tidur REM maupun NREM.
8. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.
Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya
trytophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Demikian pula
sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang juga dapat mempengaruhi proses tidur,
bahkan terkadang sulit untuk tidur. Konsumsi makanan yang mengandung
mangnesium dan kalsium dapat membantu tidur lebih nyenyak karena magnesium
berfungsi dalam relaksasi otot, sedangkan kalsium berdampak calming effect.
Konsumsi makanan dengan tinggi kafein seperti kopi, cola, dan coklat dapat
memicu gangguan siklus tidur. Konsumsi makanan berat dalam jumlah yang besar
atau pedas sesaat sebelum tidur dapat mengganggu tidur. Namun, tidur dalam
keadaan lapar juga sulit karena individu akan fokus terhadap laparnya sehingga
sulit untuk tidur.
16
9. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang. Motivasi tersebut
dapat berupa motivasi untuk mempertahankan keadaan tetap terbangun. Sebagai
contoh : Seorang mahasiswa dengan banyak tugas namun keadaan fisiknya sudah
sangat lelah akibat aktivitas seharian memutuskan untuk tidur terlebih dahulu dan
berniat bangun pada tengah malam untuk menyelesaikan tugasnya.
Beberapa kondisi untuk Istirahat yang cukup
1. Kenyamanan Fisik
a. Eliminasi sumber-sumber yang mengiritasi fisik
b. Kontrol suhu ruangan
c. Pertahankan kesejajaran anatomis yang tepat atau posisi yang sesuai
d. Pindahkan distraksi lingkungan
e. Sediakan ventilasi yang cukup
2. Bebas dari kecemasan
a. Buat keputusan sendiri
b. Berpartisipasi di dalam pelayanan kesehatan pribadi
c. Mempunyai pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami masalah dan
implikasi kesehatan
d. Praktikan aktivitas yang mengistirahatkan secara teratur
e. Mengetahui bahwa lingkungan aman
3. Tidur yang cukup
a. Memperoleh jumlah jam tidur yang dibutuhkan untuk merasa segar kembali
b. Ikuti kebiasaan higiene yang baik sebelum tidur
D. MACAM-MACAM GANGGUAN TIDUR
Gangguan tidur dapat diklasifikasikan menjadi menjadi beberapa kategori berikut ini:
4. Disomnia adalah gangguan primer yang berasal dari sistem tubuh yang berbeda.
a. Gangguan tidur intrinsik
i. Insomnia psikofisiologi : gejala yang dialami oleh klien yang
mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur,
dan/atau tidur singkat atau tidur nonrestoratif.
17
ii. Narkolepsi : disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan bangun dan
tidur.
iii. Sindrom apnea tidur : kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut
selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur
iv. Gangguan gerakan ekstremitas periodik
b. Gangguan tidur ekstrinsik
i. Higiene tidur yang tidak adekuat
ii. Gangguan tidur tegantung hipnotik
iii. Gangguan tidur tergantung alkohol
c. Ganguan tidur irama sirkadian
i. Sindrom perubahan waktu tidur (jet lag)
ii. Gangguan tidur karena jam kerja
iii. Sindrom fase tidur tertunda
5. Parasomnia
a. Gangguan terjaga
i. Berjalan dalam tidur
ii. Teror tidur
b. Gangguan transisi tidur bangun
i. Berbicara dalam tidur
ii. Kram tungkai nokturnal
c. Parasomnia yang lain
i. Bruksisme tidur (menggeretakkan gigi)
ii. Enuresis tidur (mengompol)
iii. Sindrom kematian bayi mendadak
6. Gangguan yang berhubungan dengan gangguan medis/psikiatrik
a. Demensia
b. Parkinsonisme
c. Iskemia jantung nookturnal
d. Penyakit paru obstruktif menahun
18
E. NILAI-NILAI NORMAL
Pola Tidur Berdasarkan Tingkat Usia/Perkembangan adalah sebagai berikut
Neonatus
(lahir-1 bulan)
Tidur selama 3-4 jam dengan total tidur per hari 16-20 jam.
Belum ada pola perbedaan tidur pada malam dan siang hari.
Bayi Total tidur 12-16 jam per hari, seiring bertambahnya usia maka
waktu tidur makin berkurang.
Mulai usia 2 bulan bayi dapat tidur penuh pada malam hari dan
tidur siang sebanyak 2-3 kali.
Toddler
(1-3 tahun)
Total tidur 10-14 jam per hari (10-12 jam pada malam hari + 2-4
jam tidur siang)
Usia Prasekolah
(3-5 tahun)
Rata-rata total tidur 10-12 jam per hari.
Sulit tidur siang karena senang bermain dan sering bermimpi
pada malam hari.
Usia sekolah Total tidur 10-12 jam.
Remaja Total tidur sekitar 8-10 jam per hari.
Sering mengantuk pada siang hari karena tidur terlalu larut dan
bangun pagi.
Dewasa Muda Total tidur sekitar 8 jam per hari.
Jarang tidur siang karena aktivitas.
Dewasa
Menengah
Total tidur 6-8 jam per hari.
Sering mengalami gangguan tidur terutama insomnia
Lansia Total tidur per hari 5-7 jam.
Kualitas tidur mulai menurun dan memiliki fase tidur REM yang
pendek.
F. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI
Beberapa hal yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan tidur yaitu :
1. Deskripsi masalah tidur : sifat dari masalah, tanda dan gejala, awitan dan
durasi, keparahan, faktor pencetus, efek pada klien.
2. Pola tidur biasa
3. Penyakit fisik
4. Peristiwa hidup yang baru terjadi : perubahan gaya hidup, pekerjaan,
aktivitas terakhir, jadwal makan
19
5. Status emosional dan mental
6. Rutinitas menjelang tidur
7. Lingkungan tidur
8. Perilaku deprivasi tidur
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Insomnia
Gangguan dalam kuantitas dan kualitas tidur yang mempengaruhi fungsi
Batasan Karakteristik :
Perubahan konsentrasi
Perubahan mood
Perubahan pola tidur
Status kesehatan
dikompromikan
Penurunan kualitas hidup
Kesulitan memulai tidur
Kesulitan
mempertahankan hidup
Ketidakpuasan tidur
Terbangun lebih awal
Peningkatan ketidakhadiran
Peningkatan kecelakaan
Ketidak cukupan energi
Pola tidur nonrestoratif
Gangguan tidur berefek pada
hari selanjutnya
Faktor yang berhubungan:
Konsumsi alkohol
Cemas
Rata-rata jumlah
aktivitas lebih sedikit
dari yang
direkomendasikan
Deperesi
Lingkungan
Ketakutan
Sering tidur siang
Berduka
Perubahan hormonal
Ketidakadekuatan kebersihan
tidur
Pengaruh obat
Ketidaknyamanan fisik
Stresor
2. Sleep deprivation
Periode waktu tanpa tidur dalam jangka waktu yang lama
Batasan Karakteristik :
Agitasi
Perubahan konsentrasi
Kecemasan
Apatis
20
Suka melawan
Kebingungan
Penurunan kemampuan
fungsional
Penurunan waktu reaksi
Mengantuk
Kelelahan
Halusinasi
Tremor di tangan
Peningkatan sensitivitas
nyeri
Iritabilitas
Letargi
Lesu
Malaise
Gangguan persepsi
Gelisah
Faktor yang berhubungan
Rata-rata jumlah
aktivitas lebih sedikit
dari yang
direkomendasikan
Kondisi dengan
pergerakan tungkai
(restless leg syndrome)
Demensia
Lingkungan yang tidak
nyaman
Idiopathic central
nervous system
hyperomnolence
Narcolepsy
Mimpi buruk
Pola tidur yang
nonrestoratif
Ketidaknyamanan (fisik,
psikologis)
Sleep apnea
Sleep terror
Sleep walking
Sleep-related enuresis
Sleep-related painful
erections
Sundowner’s syndrome
Tindakan perawatan
3. Disturbed sleep pattern
Jumlah tidur secara kualitas maupun kuantitas yang terbatas dan terinterupsi
terkait dengan faktor eksternal.
Batasan karakteristik :
Perubahan pola tidur
Kesulitan dalam melakukan fungsi sehari-hari
Kesulitan dalam memulai tidur
Ketidakpuasan tidur
Merasa tidak istirahat
21
Terbangun secara tidak sengaja
Faktor yang berhubungan
Gangguan disebabkan oleh teman tidur
Lingkunganyang tidak nyaman
Imobilisasi
Kurangnya privasi
Pola tidur nonrestoratif
22
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
No Nama Diagnosa Tujuan /NOC Intervensi / NIC
1 Insomnia Sleep
Dalam waktu 3x24 jam, pasien mampu
mencapai kriteria berikut :
-Jam tidur bertambah
-Pola tidur membaik
-Kualitas tidur meningkat
-Merasa segar setelah bangun
-Tidak kesulitan memulai tidur
-Tidur tidak terganggu
-Tidur setiap malam dengan konsisten
-Bangun di waktu yang tepat
-Tempat tidur nyaman
-Suhu ruangan nyaman
Comfort Status
Dalam waktu 3x24 jam, pasien mampu
mencapai kriteria berikut :
-Fisik dan psikis lebih segar/sehat
-Gejala terkontrol
Sleep Enhancement
-Tentukan pola aktivitas/tidur pasien
-Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit
-Tentukan efek dari obat terhadap pola tidur
-Monitor pola tidur pasien, dan catat hal-hal yang mengganggu tidur
-Instruksikan pasien untuk memonitor pola tidurnya
-Monitor keterlibatan dalam aktivitas yang melelahkan selama tidak
tidur untuk mencegah kelelahan
-Sesuaikan lingkungan untuk mendukung tidur
-Dukung pasien untuk melakukan rutinitas sebelum tidur
-Bantu untuk menghilangkan situasi stres sebelum tidur
-Monitor asupan makanan yang berefek pada tidur
-Dukung pasien untuk mempraktekkan relaksasi otot atau bentuk
nonfarmasi lainnya
-Dukung kenyamanan dengan memberi pijatan, mengubah posisi, dan
sentuhan afektif
-Dukung peningkatan jam tidur
-Dukung tidru siang
-Mengatur jadwal pemberian obat untuk mendukung siklus
23
-Lingkungan sekitar nyaman
-Suhu ruangan nyaman-
-Adanya dukungan sosial dari keluarga
-Adanya dukungan sosial dari teman
-Mampu terpenuhi kebutuhan komunikasi
tidur/bangun pasien
-Instruksikan kepada pasien dan beberapa orang lainnya bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan tidur
-Identifikasi obat tidur yang digunakan pasien
-Dukung penggunaan obat tidur yang tidak mengandung REM
supressor
-Diskusikan dengan pasein dan keluarga tentang teknik
mempertahankan tidur dan berikan pamfletnya.
Relaxation therapy
-Deskripsikan rasieonalisasi relaksasi dan keuntungan, keterbatasan
dan tipe relaksasi yang tersedia
-Kaji hal-hal yang dapat menurunkan fokus terhadap teknik relaksasi
-Terntukan apakah teknik relaksasi yang sebelumnya bermanfaat
-Pertimbangkan kemauan pasien untuk berpartisipasi, kemampuan
untuk berpartisipasi, pengalamanmasalalu, kontraindikasi, sebelum
memilih strategi relaksasi yang spesifik
-Berikan penjelasan yang detail terkait intervemnsi relaksasi
-Ciptakan lingkungan yang tenang, suhu dan lampu yang nyaman jika
memungkinkan
-Sarankan pasien untuk mengambil posisi yang nyaman
-Timbulkan rasa relax (pasien nafas dalam, menguap, bernafas
24
menggunakan perut, atau gambaran ketenangan)
-Ajakpasien untuk relax dan membiarkan sensasi terjadi
-Gunakan suara yang lembut, dan kata-kata yang ritmis
-Dukung pengulangan teknik yang sama
-Evaluasi tingkat relaksasi yang diperoleh pasien dan memonitor
tekanan otot, HR, BP, dan suhu secara periodik
-Evaluasi dan dokumentasikan respon dari teknik relaksasi
NIC tambahan:
Music Therapy
Calming Technique
Meditation Facilitation
Positioning
2 Sleep
deprivation
Sleep
Dalam waktu 3x24 jam, pasien mampu
mencapai kriteria berikut :
-Jam tidur bertambah
-Pola tidur membaik
-Kualitas tidur meningkat
-Merasa segar setelah bangun
-Tidak kesulitan memulai tidur
Sleep Enhancement
-Tentukan pola aktivitas/tidur pasien
-Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit
-Tentukan efek dari obat terhadap pola tidur
-Monitor pola tidur pasien, dan catat hal-hal yang mengganggu tidur
-Instruksikan pasien untuk memonitor pola tidurnya
-Monitor keterlibatan dalam aktivitas yang melelahkan selama tidak
tidur untuk mencegah kelelahan
25
-Tidur tidak terganggu
-Tidur setiap malam dengan konsisten
-Bangun di waktu yang tepat
-Tempat tidur nyaman
-Suhu ruangan nyaman
Comfort Status
Dalam waktu 3x24 jam, pasien mampu
mencapai kriteria berikut :
-Fisik dan psikis lebih segar/sehat
-Gejala terkontrol
-Lingkungan sekitar nyaman
-Suhu ruangan nyaman-
-Adanya dukungan sosial dari keluarga
-Adanya dukungan sosial dari teman
-Mampu terpenuhi kebutuhan komunikasi
-Sesuaikan lingkungan untuk mendukung tidur
-Dukung pasien untuk melakukan rutinitas sebelum tidur
-Bantu untuk menghilangkan situasi stres sebelum tidur
-Monitor asupan makanan yang berefek pada tidur
-Dukung pasien untuk mempraktekkan relaksasi otot atau bentuk
nonfarmasi lainnya
-Dukung kenyamanan dengan memberi pijatan, mengubah posisi, dan
sentuhan afektif
-Dukung peningkatan jam tidur
-Dukung tidru siang
-Mengatur jadwal pemberian obat untuk mendukung siklus
tidur/bangun pasien
-Instruksikan kepada pasien dan beberapa orang lainnya bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan tidur
-Identifikasi obat tidur yang digunakan pasien
-Dukung penggunaan obat tidur yang tidak mengandung REM
supressor
-Diskusikan dengan pasein dan keluarga tentang teknik
mempertahankan tidur dan berikan pamfletnya.
Relaxation therapy
-Deskripsikan rasieonalisasi relaksasi dan keuntungan, keterbatasan
26
dan tipe relaksasi yang tersedia
-Kaji hal-hal yang dapat menurunkan fokus terhadap teknik relaksasi
-Terntukan apakah teknik relaksasi yang sebelumnya bermanfaat
-Pertimbangkan kemauan pasien untuk berpartisipasi, kemampuan
untuk berpartisipasi, pengalamanmasalalu, kontraindikasi, sebelum
memilih strategi relaksasi yang spesifik
-Berikan penjelasan yang detail terkait intervemnsi relaksasi
-Ciptakan lingkungan yang tenang, suhu dan lampu yang nyaman jika
memungkinkan
-Sarankan pasien untuk mengambil posisi yang nyaman
-Timbulkan rasa relax (pasien nafas dalam, menguap, bernafas
menggunakan perut, atau gambaran ketenangan)
-Ajakpasien untuk relax dan membiarkan sensasi terjadi
-Gunakan suara yang lembut, dan kata-kata yang ritmis
-Dukung pengulangan teknik yang sama
-Evaluasi tingkat relaksasi yang diperoleh pasien dan memonitor
tekanan otot, HR, BP, dan suhu secara periodik
-Evaluasi dan dokumentasikan respon dari teknik relaksasi
NIC tambahan:
Music Therapy
27
Calming Technique
Meditation Facilitation
Art Therapy
3. Disturbed sleep
pattern
Sleep
Dalam waktu 3x24 jam, pasien mampu
mencapai kriteria berikut :
-Jam tidur bertambah
-Pola tidur membaik
-Kualitas tidur meningkat
-Merasa segar setelah bangun
-Tidak kesulitan memulai tidur
-Tidur tidak terganggu
-Tidur setiap malam dengan konsisten
-Bangun di waktu yang tepat
-Tempat tidur nyaman
-Suhu ruangan nyaman
Sleep Enhancement
-Tentukan pola aktivitas/tidur pasien
-Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit
-Tentukan efek dari obat terhadap pola tidur
-Monitor pola tidur pasien, dan catat hal-hal yang mengganggu tidur
-Instruksikan pasien untuk memonitor pola tidurnya
-Monitor keterlibatan dalam aktivitas yang melelahkan selama tidak
tidur untuk mencegah kelelahan
-Sesuaikan lingkungan untuk mendukung tidur
-Dukung pasien untuk melakukan rutinitas sebelum tidur
-Bantu untuk menghilangkan situasi stres sebelum tidur
-Monitor asupan makanan yang berefek pada tidur
-Dukung pasien untuk mempraktekkan relaksasi otot atau bentuk
nonfarmasi lainnya
-Dukung kenyamanan dengan memberi pijatan, mengubah posisi, dan
sentuhan afektif
-Dukung peningkatan jam tidur
-Dukung tidru siang
-Mengatur jadwal pemberian obat untuk mendukung siklus
28
tidur/bangun pasien
-Instruksikan kepada pasien dan beberapa orang lainnya bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan tidur
-Identifikasi obat tidur yang digunakan pasien
-Dukung penggunaan obat tidur yang tidak mengandung REM
supressor
-Diskusikan dengan pasein dan keluarga tentang teknik
mempertahankan tidur dan berikan pamfletnya.
Relaxation therapy
-Deskripsikan rasieonalisasi relaksasi dan keuntungan, keterbatasan
dan tipe relaksasi yang tersedia
-Kaji hal-hal yang dapat menurunkan fokus terhadap teknik relaksasi
-Terntukan apakah teknik relaksasi yang sebelumnya bermanfaat
-Pertimbangkan kemauan pasien untuk berpartisipasi, kemampuan
untuk berpartisipasi, pengalamanmasalalu, kontraindikasi, sebelum
memilih strategi relaksasi yang spesifik
-Berikan penjelasan yang detail terkait intervemnsi relaksasi
-Ciptakan lingkungan yang tenang, suhu dan lampu yang nyaman jika
memungkinkan
-Sarankan pasien untuk mengambil posisi yang nyaman
-Timbulkan rasa relax (pasien nafas dalam, menguap, bernafas
29
menggunakan perut, atau gambaran ketenangan)
-Ajakpasien untuk relax dan membiarkan sensasi terjadi
-Gunakan suara yang lembut, dan kata-kata yang ritmis
-Dukung pengulangan teknik yang sama
-Evaluasi tingkat relaksasi yang diperoleh pasien dan memonitor
tekanan otot, HR, BP, dan suhu secara periodik
-Evaluasi dan dokumentasikan respon dari teknik relaksasi
NIC tambahan:
Music Therapy
Calming Technique
Meditation Facilitation
Positioning
30
DAFTAR PUSTAKA
Ali mulhidayat, Aziz. 1997. Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta
Arjunam, Kaarthini. (2012). Pengaruh Pola Tidur Terhadap Tinggi Badan Anak Umur 15-18
Tahun Di SMA Raksana, Medan Tahun 2011. Retrieved from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31208/4/Chapter%20II.pdf
Brunner&Suddarth, Suzanne C. Smeltzer, Brenola G. Bare. 2001. KeperawatanMedikal
Bedah. EGC: Jakarta
Delaune, Sue C dan Ladner, P.K. 2011. Fundamentalas of Nursing Standards and Practice.
Edisi 4. USA : Delmar.
Dochterman, JM., Butcher, H.K., & Bullechek, GM. (Eds.). 2008. Nursing Interventions
Classification (NIC) Edisi Kelima. St. Louis: Mosby.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing Diagnoses :
Definition & Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.
Morhead, S., Jhonson, M., Maas. ML., Swanson, E (Eds.). 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi Kelima. St. Louis: Mosby.
Nisa, Nurun. (2009). Efek Hipnotik Ekstrak Valerian pada Mencit BALB/C. Retrieved from
http://eprints.undip.ac.id/8078/1/Nurun_Nisa.pdf
Potter & Perry. 2006. Buku ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. EGC: Jakarta.
____________. 2011. Basic Nursing Essentials For Practice. Edisi 6. Canada : Mosby
Elsevier.
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume I dan II. EGC: Jakarta
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4.
Salemba Medika : Jakarta
Wahyuningsih. (2007). Hubungan antara Tingkat kecemasa pada Pasien Dewasa pre
operasi dengan Pola Tidur di Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. Retrieved from
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-wahyunigsi-5300-3-
bab2.pdf
31